ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI SAHAM DENGAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN REWARD TO VARIABILITY RATIO (RVAR)
Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
PUTU TANIA PRADIPTA
1312120097
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Informatic and Bussiness Institute Darmajaya
Bandar Lampung
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum keputusan tentang investasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan investasi. Studi ini dapat digunakan tidak saja untuk keputusan investasi yang besar, namun juga dapat digunakan pada rencana pengadaan asset atau aktiva perusahaan. Studi kelayakan investasi bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Siregar:2012).
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih dikemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal. Ditinjau dari sisi investor, pada umumnya tujuan investor berinvestasi di pasar modal pasti mengharapkan tingkat keuntungan. Tingkat keuntungan yang diperoleh di pasar modal dalam bentuk surat berharga khususnya saham lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan di pasar uang yang ditanamkan dalam bentuk deposito (Yohantin:jurnal)
Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi saham yang dilakukan. Semua investasi saham mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Ketidakpastian tersebut membuat investor hanya bisa memperkirakan berapa tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukannya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan (sinta:jurnal).
Strategi yang di gunakan oleh investor untuk mengurangi risiko adalah dengan melakukan diversifikasi (pengkombinasian) berbagai sekuritas dalam investasinya atau dengan kata lain membentuk portofolio. Portofolio (diversifikasi) saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian (zubir 2011:2).
Dalam melakukan diversifikasi, risiko tidak dihilangkan semua namun hanya bisa mengurangi besarnya risiko. Diversifikasi akan efektif menurunkan risiko investasi (tetapi tidak dapat menghilangkannya), jika koefisien korelasi antar sekuritas dalam portofolio semakin rendah. Apabila terdapat koefisien yang positif maka diversifikasi tidak akan mampu mengurangi risiko. Risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Elton dan Gruber 1995, Jones 1999, Hartono 2000). Risiko sistematis merupakan risiko yang melekat dan tidak dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi, sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi (sinta:jurnal).
Dalam menentukan portofolio yang efisien dapat dilakukan dengan memilih tingkat return yang diharapkan tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risisko yang tertentu kemudian memaksimumkan return yang diharapkan. Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return yang diharapkan atau risiko portofolio (Putra:2013).
Untuk membentuk portofolio yang efisien, faktor yang paling mendasar adalah dengan memperhitungkan faktor risiko atau ketidakpastian dan menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan, yaitu dengan cara mengestimasi return suatu sekuritas individu dan juga menentukan seberapa besar estimasi risiko yang ditanggung saham tersebut. Dalam mengestimasi return dan risiko yang dinilai paling objektif menilai kelayakan investasi pada saham yaitu dengan menggunaakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward To Variability Ratio (RVAR) (Putra:2013).
Metode CAPM menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko yang sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio. Tujuan penggunaan metode CAPM adalah memberikan prediksi yang tepat mengenai hubungan antara risiko suatu asset dengan return yang diharapkan, juga menentukan harga suatu asset. Berdasarkan metode CAPM, tingkat risiko dan tingkat return yang layak dinyatakan memiliki hubungan positif dan linear (Hidayati:2014).
Metode Reward to Variability Ratio (RVAR) digunakan untuk mengukur kinerja portofolio yang akan dipilih sebagai saham unggulan. Reward to Variability Ratio atau pengukur kinerja portofolio yang disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) yang dikenalkan oleh William F.Sharpe (Jogiyanto,2012:640). Metode RVAR melakukan pengukuran kinerja portofolio dengan membagi antara Excess R dengan Standart Deviasi suatu sekuritas yang nantinya bakal diperoleh urutan peringkat sekuritas mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk berinvestasi pada suatu portofolio (Putra:2013).
Pada penelitian terdahulu metode CAPM sangat sering digunakan dalam mengestimasi risiko dan return saham, sedangkan metode RVAR jarang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Penerapan Capital asset Pricing Model (CAPM) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia". Kemudian Putra (2013) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Pemilihan Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital asset Pricing Model (CAPM) dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu Pengambilan Keputusan Investasi Saham"
Dari penelitian terdahulu, meneliti tentang saham LQ45 dan seluruh saham yang terdaftar di BEI. Dan penelitian kali ini akan menganalisis saham yang terdapat pada sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu, peneliti mengambil judul "Analisis Kelayakan Investasi Saham Dengan Metode Capital Asset Pricing Model Dan Reward To Variability Ratio" Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah penulisan proposal skripsi ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini, yaitu :
Risiko
Return
CAPM
RVAR
Keputusan investasi saham
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah metode CAPM dapat menentukan saham yang efisien pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
Apakah metode RVAR dapat menentukan urutan peringkat saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
membuktikan sejauh mana metode Capital asset Pricing Model dapat menentukan saham yang efisien pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
membuktikan sejauh mana Reward To Variability Ratio dapat menentukan urutan peringkat saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Manfaat Penelitian
manfaat dari penelitian ini adalah :
Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi sarana belajar yang menambah wawasan dan pengetahuan lebih luas tentang dunia investasi di pasar modal dan diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.
Bagi pemilik modal (Investor)
Membantu investor untuk mengetahui kondisi perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dan membantu dalam mengambil keputusan untuk menanamkan dananya, memperhatikan tingkat risiko dan return, menilai harga saham perusahaan serta menentukan pilihan investasi.
Bagi akademisi
Memperkuat teori tentang Model Capital asset Pricing Model (CAPM) dan Reward To Variability Ratio (RVAR) dalam menganalisis portofolio optimal seluruh perusahaan Jasa keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bagi perusahaan
Sebagai sumbangan pemikiran untuk dipakai perusahaan sebagai alat bantu alternatif dalam menilai kembali kinerja keuangan perusahaan terhadap fluktuasi harga sahamnya di pasar modal.
1.6 sistematika penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagi berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Msalah, Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang membahas mengenai teori-teori dan konsep-konsep umum yang akan digunakan dalam penelitian serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan metode-metode dan variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai rencana penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan metode analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian
Bab ini menyajikan gambaran umum objek penelitian, data-data yang berhubungan dengan variabel penelitian.
BAB V Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran dari hasil penelitian bagi investor dan masyarakat luas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan terkait lainnya.
Menurut Widoatmodjo (2012:15). "Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun". Sedangkan menurut jurnal ilmiah karya Telaumbanua dan Sumiyana (2008): Pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang terjadi dengan cepat dan akurat.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal di definisikan sebagai: "Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek".
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
Menurut Mustikaati (2007:13) bahwa: "Pasar modal adalah pelengkap sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan emiten (perusahaan yang go public)". Sebagaimana fungsinya yang menjembatani hubungan antara pemilik dana dan pengguna dana, maka tujuan pasar modal adalah mengadakan alokasi tabungan secara efisien dari pemilik dana (saver) kepada pemakai dana terakhir (ultimate user).
Dengan adanya pasar modal maka perusahaan yang membutuhkan dana akan memperoleh dana yang mereka butuhkan untuk meningkatkan investasinya sehingga kapasitas produksinya akan bertambah dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi barang dan jasa serta memperluas lapangan kerja. Dari pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa pasar modal ialah suatu lembaga keuangan nonbank yang mempertemukan orang yang mempunyai kelebihan dana dengan orang yang membutuhkan dana untuk jangka waktu yang relative panjang.
2.1.1 Jenis Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2000) jenis-jenis pasar modal dibagi menjadi 4 (empat), antara lain:
Pasar Perdana (Primary Market) Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham pada pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan going public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
Pasar Sekunder (Secondary Market) Perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.
Pasar Ketiga (Third Market) Tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (Over The Counter Market).
Pasar Keempat (Fourth Market) Perdagangan efek antar investor atau pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Namun, dalam pembahasan ini digunakan data-data dari perusahaan yang listing di bursa, sehingga hanya menggunakan 2 (dua) jenis pasar modal yaitu : pasar perdana dan pasar sekunder.
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal didirikan di banyak Negara karena manjalankan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana (lender) kepada pihak yang membutuhkan dana (borrower), sedangkan fungsi keuangannya di lakukan dengan menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikannya aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut. Adapun beberapa daya tarik pasar modal seperti yang di kemukakan Kasmir (2001:183-189) :
1. Diharapkan pasar modal ini menjadi alternative penghimpun dana jangka panjang selain lembaga perbankan.
2. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai beberapa pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Seandainya tidak ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya dapat menginvestasikan dana mereka dalam system perbankan (selain investasi dan real estat). Dilihat dari sisi lain yaitu likuiditasnya, pasar modal memungkinkan investor untuk berinvestasi pada industry yang berbeda-beda secara cepat.
Selain fungsi-fungsi diatas pasar modal juga mempunyai fungsi lainnya yaitu sebagai alat restukturisasi modal perusahaan. Dari sisi perusahaaan yang memerlukan dana, seringkali pasar modal merupakan alternatif pembiayaan dengan biaya yang lebih rendah dari pada sektor perbankan. Di pasar modal perusahaan dapat memperoleh langsung tanpa perantara yang sering di sebut intermediasi keuangan.
2.1.3 Saham Sebagia Salah Satu Instrumen Pasar Modal
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 695/KMK.001/1985 pasal 1 ayat (c) yang dimaksud dengan saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Saham (stock) adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sabagi pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagi pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).
Ada dua jenis saham yang pertama yaitu, saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Yang ke dua, saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan.
Studi Kelayakan
Sebelum binis baru dimulai atau dikembangkan terlebih dahulu harus diadakan penelitian tentang apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan akan menguntungkan atau tidak. Bila menguntungkan, apakah keuntungan itu memadai dan dapat diperoleh secara waktu yang lama. Secara teknis mungkin saja usaha itu layak dilakukan, tetapi ekonomi dan sosial kurang bermanfaat.
Menurut Suryana (2000:139), menjelaskan bahwa "Studi kelayakan usaha/ bisnis atau disebut juga analisis proyek bisnis ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan mengutungkan secara kontinyu". Studi ini pada dasarnya membahas konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikam manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha.
Menurut Suad Husnan (1997:139), hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya dapat digunakan antara lain :
1. Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun pabrik mendirikan usaha jasa, membuka usaha dagang dan lain sebagainya.
2. Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan/ mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan lain sebagainya.
3. Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling mengutungkan, mislanya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau asemblasi, proyek A atau B, dan lain sebagainya.
Sebubungan dengan hal tersebut, lebih lanjut Suryana (2000:145) menyatakan bahwa pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha, di antaranya adalah:
1. Pihak wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang suda ada barang tentu memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan ketidakpastian. Dalam kewirausahan, studi kelayakan bisnis sangat penting dilakukan supaya kegiatan usaha bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan mengalami keuntungan sepanjang waktu. Demikian juga bagi penyandang dana yang memerlukan persyaratan tertentu seperti bankir, investor, dan pemerintah. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman dan sebagai bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha atau untuk melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan baik wirausaha itu sendiri maupun semua pihak yang berkepentingan.
2. Pihak investor dan penyandang dana
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan modal yang ditanamkan atau dipinjamkannya. Apakah investasi yang dilakukannya memberikan jaminan pengembalian investasi yang memadai atau tidak. Oleh investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak tidaknya investasi dilakukan.
3. Pihak masyarakat dan pemerintah
Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau sebaliknya malah merugikan selama-lamanya. Bagaimana dampak lingkungan positif dan negatif. Demikian juga bagi pemerintah sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan fasilitas lainnya (datastudi, 2008).
2.3 investasi
Investasi merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam suatu bidang tertentu. Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu diantaranya adalah investasi dalam bentuk saham. Pemodal atau investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam bentuk saham di pasar bursa. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke bursa efek yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2012: 5).
Menurut Kamaruddin Ahmad, Pengertian Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Pengertian investasi ini menekankan pada penempatan uang atau dana. Tujuan investasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan. Hal ini erat kaitannya dengan penanaman investasi di bidang pasar modal. Menurut Jack Clark Francis ( Investment: Analysis and Management, 5th edition, McGraw-Hill Inc., Singapore, 1991, Hal. 1), investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang.
investasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Investasi saham adalah penanaman modal yang berhubugnan dengan pembelian dan penyimpanan saham pada sebuah pasar modal oleh seorang investor baik perorangan maupun perusahaan, dengan harapan akan mendapatkan deviden dan kenaikan nilai saham yang berimbah pada profit yang akan didapat jika terjadi penjualan saham tersebut.
2.3.1 Manfaat Investasi
Manfaat investasi pada saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah deviden yang akan dibagikan diusulkan di dalam RUPS. Ada dua jenis deviden yaitu deviden tunai dan deviden saham. Kalau deviden tunai adalah jika emiten membagikan deviden dalam bentuk uang untuk setiap saham yang dimiliki. Kalau deviden saham adalah jika emiten membagikan deviden dalam bentuk saham baru perusahaan yang pada akhirnya akan menambah jumlah saham yang dimiliki. Sedangkan capital gain merupakan selisish dari harga beli dengan harga jual saham.
Menurut (Baridwan, 2004: 227) Tujuan investasi dalam saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang adalah untuk mengawasi perusahaan lain, memperoleh pendapatan tetap setiap periode, membentuk suatu dana khusus, menjamin kontiunuitas suplai bahan baku, dan untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
2.3.2 Jenis-Jenis Investasi
1. Jenis investasi berdasarkan asetnya
Jenis investasi yang berdasarkan asetnya yaitu penggolongan investasi dari segi aspek modal atau kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut :
Real Asset yaitu investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan lain-lain.
Financial Asset yaitu dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung dari pemegangnya terhadap sebuah aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.
2. Jenis investasi berdasarkan pengaruhnya
Jenis investasi menurut pengaruhnya yaitu investasi yang didasarkan pada suatu faktor-faktor yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari suatu kegiatan investasi. Jenis investasi yang berdasarkan pengaruhnya bisa dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
Investasi Autonomus yaitu investasi yang tidak dipengaruhi pada tingkat pendapatan, yang sifatnya spekulatif. Contohnya seperti pembelian surat-surat berharga.
Investasi Induced yaitu investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan permintaan akan barang dan jasa dan dalam tingkat pendapatan. Contoh investasi ini yaitu penghasilan transitori, yakni suatu penghasilan yang diperoleh selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya.
3. Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya ini merupakan investasi yang didasarkan pada sebuah asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis investasi ini bisa dibagi lagi menjadi dua macam, yakni investasi yang bersumber dari modal asing dan investasi yang bersumber dari modal dalam negeri.
4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.
Jenis investasi yang berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada suatu cara menanamkan investasinya. Jenis investasi ini bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
Investasi Portopolio yaitu dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga, contohnya seperti pada saham dan obligasi.
Investasi langsung yaitu bentuk investasi yang dilakukan dengan membangun, membeli total, atau mengakuisi sebuah perusahaan.
Dalam investasi terdapat dua bagian utama investasi yaitu investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil dalam wujud aktiva tetap (misalnya, membeli mesin dan mendirikan pabrik) dan investasi finansial (portofolio) dalam bentuk sekuritas (saham dan obligasi) (Mardiyanto, 2008: 196).
Komitmen pada investasi keuangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu investasi langsung dan tidak langsung.
(a) Investasi langsung
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go-public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa dividen dan capital gains.
(b) Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara (Sunariyah, 2004: 4).
Proses keputusan investasi dilakukan dengan melakukan langkah pertama dengan menentukan tujuan investasi, kemudian menentukan kebijakan investasi, selanjutnya pemilihan strategi portofolio, yang keempat melakukan pemilihan asset, yang terakhir yaitu pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Saham
Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dipilih atau diminati adalah saham. Definisi saham berdasarkan pendapat beberapa ahli menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (PT). Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Menurut Sunariyah (2006:127), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Menurut Tambunan (2007:1), saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan, dengan membeli saham suatu perusahaan berarti investor menginvestasikan modal atau dana yang nantinya digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya bahwa saham adalah surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan akan suatu perusahaan yang dapat dipindahtangankan dan memiliki nilai tersendiri di dalam pasar modal.
2.4.1 Wujud Saham
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapatkan slip yang menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang. Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.
Jenis-Jenis Saham
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen.
Saham biasa
Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan jelek, mereka tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan baik, mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (rapat umum pemegang saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.
Karakteristik Saham biasa adalah sebagai berikut:
Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
saham preferen
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
Karakteristik Saham Preferen adalah sebagai berikut:
Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda
Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen
dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk
2.4.3 Indeks Harga Saham
Agar dapat mengetahui perkembangan harga saham, investor akan mengamati menggunakan indeks harga saham. Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu. Dalam hal ini digunakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
2.5 Harapan Investasi Saham
Fahmi (2012:189), menyatakan Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau sering disebut actual return dan return ekspektasi (expected return).
Komponen laba atas investasi terdiri dari dividen dan capital gain. dividen merupakan bagian laba yang didapat sebesar kepemilikan saham. Sedangkan, capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga pasar saat ini (Jones 2008: 141). Pencapaian sebuah keuntungan akan diperoleh dengan mencermati seberapa besar tingkat keuntungan yang dihadapi. Tingkat keuntungan tersebut antara lain tingkat pengembalian saham individu, tingat pengembalian bebas risiko, dan tingkat pengembalian pasar.
Tingkat pengembalian saham individu merupakan tingkat pengembalian (return) yang menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian dari transaksi perdagangan saham yang dihitung secara bulanan. Sedangkan, tingkat pengembalian bebas risiko merupakan angka atau tingkat atas aset finansial yang tidak berisiko. Kemudian, tingkat pengembalian pasar merupakan tingkat pengembalian yang didasarkan pada perkembangan indeks harga saham.
Di samping besarnya manfaat return yang dapat dinikmati investor, terdapat kemungkinan risiko yang akan terjadi. Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return) (Halim, 2009: 73). Menurut Fahmi (2011:150) secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk kejadian ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
Risiko ini dapat berupa melesetnya imbal hasil dari nilai ekspektasi, ketidakjelasan imbal hasil di masa mendatang, dan kemungkinan hasil yang berlawanan (Utami, 2010: 45). Adapun risiko yang akan dihadapi, di antaranya:
a. Tidak ada pembagian dividen
b. Capital Loss
c. Risiko Likuidasi
d. Saham Delisting dari Bursa (Rusdin, 2006: 74).
Risiko memiliki beberapa jenis yang memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihindari, sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihindari atau dapat didiversifikasi.
Beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan) (Kelana dalam Fahmi, 2012: 293). Ukuran beta akan mengambarkan kondisi risiko saham.
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas. Metode Capital asset Pricing Model (CAPM) diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital asset Pricing Model (CAPM)
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta. Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss.
2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah.
2.5.1 Persamaan CAPM
Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Rf + Rp
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai ß = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index). ß adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila ß > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. ß < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor ß dinyatakan sebagai:
Rs = Rf + ßs (Rm – Rf)
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
ßs = Stock's beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher ßs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower ßs). Riset empiris mendukung argumen mengenai ßs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices)(Ekonomi,2011).
Tujuan utama dari penggunaan metode CAPM adalah untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari investasi yang berisiko. Selain itu, CAPM dapat membantu investor dalam menghitung risiko yang tidak dapat didiversifikasi dalam suatu portofolio dan membandingkannya dengan prediksi tingkat pengembalian (return).
Reward To Variability Ratio (RVAR)
William Sharpe pada tahun 1966 memperkenalkan metode untuk mengukur performa portofolio yang di sebut Reward To Variability Ratio (RVAR) berdasarkan penelitiannya terhadap teori pasar modal (Boniarga mangiring, FE, UI, 2009). Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya (Tandelilin, 2001). Dengan demikian, indeks sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Semakin tinggi Indeks Sharpe maka semakin baik kinerja portofolio tersebut.
Persamaan untuk menghitung Indeks Sharpe adalah :
Sp = (Rp-Rf) / Standar Deviasi
Keterangan : Sp = Kinerja portofolio diukur dengan Metode Sharpe
Rp = Return reksadana
Rf = Return free rate
Samsul (2006) menjelaskan bahwa kinerja reksadana dilihat dari Rp yaitu return rata-rata dari reksadana yang telah dikurangi dengan biaya jual/beli dan biaya administrasi lainnya. Return reksadana ini digunakan untuk menggambarkan return prediksi masa depan dari suatu reksadana. Sedangkan standar deviasi portofolio reksadana menunjukkan besar-kecilnya perubahan return suatu reksadana terhadap return reksadana yang bersangkutan. Standar deviasi ini akan menggambarkan besarnya risiko di masa yang akan datang (pustaka bakul, 2014).
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Seftyanda
Darminto
Saifi
Analisis Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham
Dari 18 Saham Perusahaan Sampel Penelitian, Terdapat 12 Saham Yang Tergolong Efisien
2.
Nasuha
Dzulkirom
Zahroh
Analisis Metode Capital Asset Pricing Model Dalam Upaya Pengambillan Keputusan Terhadap Investasi Saham
Dari 19 Saham Perusahaan Sektor Properti Dan Real Estate Terdapat 14 Saham Undervalued, Dan 5 Saham Overvalued
3.
Putra
Darminto
Zahroh
Analisis Pemilihan Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu Pengambilan Keputusan Investasi Saham
Saham Yang Underpriced Dengan Keputusan Beli Terdapat Diatas Garis SML Yaitu Sebanyak 13 Saham Perusahaan, Sebaliknya Saham Yang Overpriced Dengan Keputusan Jual Berada Dibawah Garis SML Yaitu Sebanyak 12 Saham. Kemudian Hasil Analisis Dengan Menggunakan Metode RVAR Untuk Urutan Pengambilan Keputusan Investasi Saham Yaitu 5 Saham Teratas Yang Memiliki Hasil Perhitungan RVAR Tertinggi Dari 25 Saham Perusahaan Yang Diteliti
4.
Hidayati
Suhadak
Sudjana
Analisis Capital Asset Pricing Model (CAPM) Terhadap Keputusan Investasi Saham
Dari 18 Saham Terdapat 8 Saham Yang Efisien Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Memiliki Tingkat Pengembalian Saham Individu Lebih Besar Dari Pada Ringkat Pengembalian Yang Diharapkan
Kerangka Pemikiran
Investasi saham
Investasi saham
Studi kelayakan investasi
Studi kelayakan investasi
Urutan peringkat sahamPenggolongan efisienCAPMRVAR
Urutan peringkat saham
Penggolongan efisien
CAPM
RVAR
2.9 Bangunan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh metode CAPM terhadap kelayakan investasi saham
Capital Asset Pricing Model digunakan untuk menentukan keputusan investasi saham. Dengan CAPM investor dapat memprediksi saham dengan risiko kecil tetapi menghasilkan keuntungan besar berdasarkan konsep risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return). Saham yang efisien memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan (Hidayati, 2014).
Seftyanda (2014) yang meneliti tentang Analisis Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham, menemukan hasil dari 18 saham perusahaan terdapat 12 saham efisien. Saham yang efisien memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan.
Ho : Metode CAPM berpengaruh terhadap penilaian kelayakan investasi saham
Pengaruh metode RVAR terhadap kelayakan investasi saham
Metode Reward To Variability Ratio digunakan untuk mengukur kinerja portofolio yang akan dipilih sebagai saham unggulan. Metode RVAR melakukan pengukuran kinerja portofolio dengan membagi antara Excess R dengan Standart Deviasi suatu sekuritas yang nantinya bakal diperoleh urutan peringkat sekuritas mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk berinvestasi pada suatu portofolio. Dari penelitian yang dilakukan putra (2013) dengan judul Analisis Pemilihan Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu Pengambilan Keputusan Investasi Saham, dengan hasil terdapat 5 saham dengan urutan teratas yang memiliki hasil perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham perusahaan.
Ho : Metode RVAR berpengaruh terhadap penilaian kelayakan investasi saham
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Pada penelitian data sekunder didapat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditelusuri dengan web www.idx.co.id.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu metode dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:201) dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peratutan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa "populasi adalah keseluruhan subjek penelitian". Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu perusahaan sektor keuangan sub sektor bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 41 perusahaan yang akan dilakukan penarikan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling (kriteria yang dikehendaki). Mengenai hal ini, Arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa "purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu". Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013-2015
Perusahaan yang selama tahun penelitian tidak mengalami delisted
Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap selama tahun penelitian 2013-2015
Laporan keuangan perusahaan dinyatakan dalam rupiah
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
tingkat pengembalian saham individu (Ri)
Tingkat pengembalian saham individu (Ri) merupakan tingkat pengembalian dari tiap saham individu yang sebenarnya. Hasil dari tingkat pengembalian saham individu (Ri) dapat dicari dengan melakukan perbandingan harga penutupan saham (close pricing) pada periode ini dikurangi dengan harga penutupan saham periode sebelumnya kemudian ditambahkan dengan dividen (yang merupakan bentuk keuntungan yang diperoleh investor dalam berinvestasi) dan dibandingkan dengan harga penutupan saham periode ini. Penelitian ini menggunakan periode bulanan (Seftyanda, Darminto, dan Saifi; JAB 2014).
E(Ri) = (Pt-Pt-1)+DPt-1
Dimana :
Ri : tingat pengembalian saham individu
Pt : harga saham pada periode t
Pt-1 : harga saham pada periode t-1
D : dividen
tingkat pengembalian bebas risiko (Rf)
Tingkat pengembalian bebas risiko merupakan angka atau tingkat pengembalian atas asset financial yang tidak berisiko. Tingkat pengembalian ini dapat dijadikan sebagai dasar penetapan return minimum, karena return investasi pada sector asset berisiko harus lebih besar dari return asset tidak berisiko. Dasar pengukuran yang digunakan dalam tingkat pengembalian ini adalah tingkat suku bunga sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Sertifikat Bank Indonesia atau SBI (Husnan, 2005:285).
Rf = i=1nRf
n
tingkat pengembalian pasar (Rm)
Tingkat pengambalian pasar merupakan tingkat pengembalian yang didasarkan pada perkembangan indeks harga saham. Tingkat pengembalian saham ini dapat dijadikan sebagai dasar pengakuan performance investasi portofolio. Jika tingkat pengembalian pasar lebih besar daripada tingkat pengembalian bebas risiko, maka performance investasi portofolio dapat dikatakan baik, sebaliknya jika tingkat pengembalian pasar lebih kecil daripada tingkat pengembalian bebas risiko, maka performance investasi portofolio dikatakan tidak baik. (Jogiyanto, 2003:330)
Rm = IHSGt – IHSHt-1
IHSGt-1
Dimana :
Rm : rata-rata tingkat pengembalian
IHSGt : indeks harga saham gabungan periode t
IHSGt-1 : indeks harga saham gabungan periode t-1
beta (β)
Risiko sistematis atau beta (ß) merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat pengembalian suatu saham dengan tingkat pengembalian pasar, dengan kata lain beta adalah hasil bagi antara kovarian saham terhadap varian pasar. (Seftyanda,2014)
βi = σim
σ²m
Dimana :
βi : tolak ukur risiko yang tidak bisa didiversifikasi dari surat berharga/ risiko sistematis
σim : kovarian antara pendapatan saham i dengan pendapatan pasar
σ²m : varian pasar
tingkat pengembalian yang di harapkan [E(Ri)]
Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan diterima dari suatu investasi. Rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang terjadi.
E(Ri) = RF + βi {(E(Rm) –RF}
Dimana:
E(Ri) : Tingkat pengembalian yang diharapkan
Rf : tingkat pengembalian bebas risiko
E(Rm) :Tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio pasar
ßi :Tingkat risiko sistematis masing-masing saham
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampe yang telah ada tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (CI).
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.
3.6 Uji Hipotesis
Untuk menguji apakah metode capital asset pricing model dan reward to variability berpengaruh terhadap kelayakan investasi saham, maka dilakukan pengujian hipotesisi dengan menggunakan Uji t dan Uji f.
Uji t dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan t statistik signifikan dengan tingkat a (0,05), dengan cara pengambilan keputusan :
Bila t statistik signifikan > 0,05, maka Ho diterima.
Bila t statistik signifikan < 0,05, maka Ho ditolak.
Uji f merupakan pengujian regresi secara bersama-sama dari variabel-variabel independen. Uji hipotesis serentak ini membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F pada keyakinan tertentu.
Uji f statistik signifikan lebih besar (>) dari 0,05; maka Ho diterima
Uji f statistik signifikan lebih kecil (<) dari 0,05; maka Ho ditolak
DAFTAR PUSTAKA
Putra, darminto, zahroh. Jurnal. 2013. Analisis Pemilihan Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu Pengambilan Keputusan Investasi Saham. Jurnal administrasi bisnis (JAB)"Vol.1 No.2
Yohantin. Jurnal. Penggunaan Metode CAPM Dalam Menilai Risiko Dan Return Saham Untuk Menentukan Pilihan Berinvestasi Pada Saham Jakarta Islamic Index Periode Januari 2004-Desember 2008 Di Bursa Efek Indonesia
Seftyanda, Darminto, Saifi. Jurnal. 2014. Analisis Metode Capital Asset Pricing Model (Capm) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham. Jurnal administrasi bisnis (JAB)"Vol.17 No.2
Hidayati, Suhadak, Sudjana. Jurnal. 2014. Analisis Capital Asset Pricing Model (Capm) Terhadap Keputusan Investasi Saham. Jurnal administrasi bisnis (JAB)"Vol.9 No.1
Nasuha, Dzulkirom, Zahroh. Jurnal. Analisis Metode Capital Asset Pricing Model Dalam Upaya Pengambilan Keputusan Terhadap Investasi Saham.
Khakim lukman. 2015. Pengertian pasar modal menurut para ahli. Dunsarwere
Pengertian pasar modal menurut para ahli. http://infodanpengertian.blogspot.co.id. 2015. (diakses pada 1 November 2016)
Ratnaran. 2013. Investasi dan pasar modal. https://ratnajea.wordpress.com/2013/04/11/investasi-dan-pasar-modal/
Bitar. 2016. Pengertian, fungsi, tujuan, dan jenis investasi beserta 5 manfaat terlengkap. http://www.gurupendidikan.com/pengertian-fungsi-tujuan-dan-jenis-investasi-beserta-5-manfaatnya-terlengkap/
Deyxa, denokz. 2015. http://denok-s-wien.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-untuk-investasi-saham.html
Widyatama. Jurnal. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/12345 6789/2908/ Bab%202.pdf?sequence=7
Admin. 2012. Pengertian saham dan jenis saham. http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-saham-dan-jenis-saham/
Kabo muslim. 2011. Capital asset pricing teori. http://ekonomi.kabo.biz/2011/01/capital-asset-pricing-teori-capm.html
Konsultan statistik. 2009. Uji Asumsi Klasik. http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-asumsi-klasik.html