PEMBERIAN ULTRASOUND PADA KASUS BURSITIS SUBACROMIAL
Condrowati, J120110058 Departement of Physical Therapy, Muhammadiyah University of Surakarta
A. Pendahuluan
Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik organisme. Salah satu bagian tubuh manusia yaitu bahu. Bahu merupakan anggota tubuh yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena fungsinya sangat kompleks. Sendi bahu terbentuk dari acetabulum dan caput humeri, yang disebut juga dengan ball and socket joint, sehingga dapat bergerak dan berputar ke segala arah. Manusia menggantungkan produktivitasnya pada kemampuan bahu sehingga tidak sedikit mengalami kelainan atau gangguan pada sendi bahu akibat penggunaan yang berlebihan. Salah satu gangguan pada bahu yaitu pada bursa subacromial.
Dibawah acromion terletak bursa yang dikenal sebagai bursa subacromial. Bursa adalah kantung kecil berisi cairan pelumas dan dirancang untuk mengurangi gesekan antara jaringan lunak yang berdekatan atau lapisan tulang. Bursa subacromial mengurangi gesekan antara acromion dan tendon otot supraspinatus serta tendon otot biceps caput longum. Selama kegiatan tertentu, seperti elevasi, memutar shoulder, mengangkat, mendorong, menarik atau berbaring, gesekan dan kekuatan tekanan dari gerakan tersebut
ditempatkan pada bursa subacromial. Ketika kekuatan ini berlebihan karena terlalu banyak pengulangan atau kekuatan tinggi, iritasi dan peradangan bursa dapat terjadi. Kondisi ini disebut sebagai bursitis subacromial.
B. Penyebab Bursitis Subacromial
Bursitis subacromial paling sering terjadi paling sering terjadi karena aktivitas berulang atau berkepanjangan dengan menempatkan tekanan pada bursa subacromial. Biasanya terjadi karena: 1. Kegiatan overhead yang berulang atau berkepanjangan. 2. Kegiatan lengan elevasi yang berulang atau berkepanjangan. 3. Kegiatan yang melibatkan rotasi bahu. 4. Kegiatan mendorong atau menarik berlebihan dan menempatkan berat badan melalui lengan. 5. Bisa karena trauma seperti pukulan langsung ke bahu. 6. Pada atlet, bursitis subacromial sering terjadi pada olahraga melempar (cricket atau baseball), renang (gaya kupu-kupu), olahraga raket (tenis), angkat beban dan dayung.
C. Pemberian Ultrasound Pada Kasus Bursitis Subacromial Jurnal 1 Utrasounds for Subacromial Bursitis by Robert Gorkiewicz.
Calcific subacromial bursitis is a problem frequently encountered by physical therapists. This disorder is probably the result of rotator cuff tendonitis, which is associated with secondary involvement of the immediately overlaying subacromial bursa. Medical texts suggest conservative treatment including rest, cold, and irrigation and needling the bursal. Ultrasound (US) treatment is suggested for calcific subacromial bursitis although one study indicates that US does not assist in the resolution of the calcium deposit. The subject was a 38-year-old woman with a sedentary lifestyle. She reported a two-year history of left shoulder pain that began gradually and without trauma. She experienced varying degrees of pain during the two-year period but was never pain free. She traumatized the shoulder by falling on it and reported to the emergency room with intolerable pain. Roentgenograms demonstrated a subacromial calcification. An unsuccessful attempt was made to irrigate the bursa. She was given medications consisting of an oral antiinflammatory agent and an analgesic. The pain continued to limit her function, and she was referred to the physical therapy department for US and exercise. On assessment of her cervical spine and left upper quarter, the patient demonstrated antalgic weakness of the left shoulder and great apprehension of movement. Goniometric measurements were taken while the patient was in the supine position, to assess active range of motion (ROM). Active ROM equaled passive ROM. The goals for the patient were relief of pain and increased motion. Continuous US was applied at 1.5 W/cm2 for eight minutes over the left subacromial bursa. This treatment was followed mobilization techniques and active ROM exercises. The patient reported partial pain relief for increasing periods of time after each session. She was treated on a five-day-a-week basis. Treatments were continued for another seven sessions and were discontinued when the patient reported only sporadic, minor pain and demonstrated functional shoulder motion. She received 14 treatments in 20 days. She was advised to continue with an
exercise program consisting of weighted, supine and sitting shoulder flexion, abduction, and rotation. Follow-up roentgenograms were taken 42 days after the first roentgenograms. The calcific bursa was not observable in the follow-up films. She reported no reoccurrence of pain or limited motion in the following year. Ultrasound is an effective deep heating agent. Therapeutic effects of temperature elevation include hyperemia, increased capillary permeability, increased tissue metabolism, elevated enzymatic activity, and increased tissue extensibility. Ultrasound is a logical choice of modality to increase the perfusion of a calcific bursa and the mechanical action of the US waves may affect the integrity of the bursal sac. The use of US may be successful in facilitating the absorption of a calcified bursa and deserves closer study.
Bursitis Subacromial adalah masalah yang sering dihadapi oleh Fisioterapi. Gangguan ini mungkin terjadi akibat tendonitis rotator cuff, yang berhubungan dengan bursa subacromial. Medis menyarankan dilakukan pengobatan konservatif seperti diistirahatkan, kompres dingin, akupuntur. Terapi Ultrasound (US) disarankan untuk kalsifikasi bursitis subacromial. Subjek dalam penelitian ini seorang wanita dengan gaya hidup yang statis (duduk lama). Pasien melaporkan sudah dua tahun nyeri bahu kiri secara bertahap dan tanpa trauma. Nyeri kadang mengalami peningkatan atau penurunan selama dua tahun tetapi nyeri tidak pernah hilang. Dilakukan rotgen menunjukkan kalsifikasi subacromial. Upaya yang dilakukan untuk mengairi bursa dengan diberi obat antiinflamasi dan analgesik. Rasa nyeri mengakibatkan keterbatasan fungsi dan dirujuk ke Fisioterapi untuk US dan Olahraga. Pada pemeriksaan tulang cervikal, pasien menunjukkan kelemahan pada bahu kiri atas dan takut untuk menggerakkan. Pengukuran Goneometrik dilakukan pada posisi terlentang, untuk menilai gerak aktif. Hasilnya ROM aktif menyamai ROM pasif. Tujuan diberikan Ultrasound untuk menghilangkan rasa nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Ultrasound diberikan dengan arus Continyu dengan intensitas 1,5 2
w/cm selama 8 menit pada bursa subacromial kiri. Perawatan diikuti dengan latihan
mobilisasi dan latihan ROM aktif. Pasien melaporkan terjadi pengurangan nyeri setiap pertambahan sesi terapi. Dalam 1 minggu dilakukan 5 hari terapi. Pengobatan ini dilakukan selama 7 sesi. Terapi dihentian ketika pasien dilaporkan hanya nyeri ringan dan menunjukkan gerak fungsional bahu. Pasien menerima 14 perawatan dalam 20 hari. Pasien disarankan untuk melakukan latihan aktif dalam posisi terlentang, duduk mupun berdiri. Setelah dilakukan rotgen ulang diambil setelah 42 hari. Hasil menunjukkan tidak ad penghimpitan bursa lagi. Pasien juga melaporkan tidak ada timbul nyeri atau keterbatasan gerak pada tahun berikutnya. Ultrasound adalah alat yang efektif untuk memberikan efek panas pada jaringan yang dalam. Efek fisiologis dari ultrasound meliputi hyperemia, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan metabolisme jaringan, aktivitas enzimatik meningkat dan peningkatan ekstenbilitas jaringan. Ultrasound adalah pilihan yang logis untuk meningkatkan perfusi dari kalsifikasi bursa dan efek mekanik dari gelombang Ultrasound dapat mempengaruhi integritas kantung bursal. Penggunaan Ultrasound bisa berhasil dalam memfasilitasi penyerapan dari kalsifikasi bursa dan dapat dilakukan studi lebih lanjut.
Jurnal 2 Ultrasound Therapy of Subacromial Bursitis by Deborah Swan Downing and Arthur Weinstein
Ultrasound (US) has been used for the treatment of shoulder periarthritis for 30 years. Its use is based on its many physiological effects, including augmentation of blood flow, increased capillary permeability and tissue metabolism, enhancement of fibrous tissue extensibility, elevation of pain threshold, and alteration of neuromuscular activity leading to muscle relaxation. The result of these effects on the inflamed, sore, stiff shoulder with bursitis or tendinitis might be a promotion of healing, reduction of muscle spasm, reduction of pain, and increased range of motion. Despite these theoretical benefits of US and its widespread use, our clinical experience shows that some patients do not improve with this therapy.
Before the beginning of the US treatments for each patient, the US dosage to be used throughout the study was determined by the patient's tolerance.The maximal dosage was defined as the intensity at which the patient experienced a dull ache in the joint. An intensity 10% lower than the maximal (submaximal dosage) was used for each treatment so that the patient was comfortable during the trea tment. Double blind techniques were used successfully in our pilot study to determine the therapeutic value of ultrasound in the treatment. Of the multiple variables tested (ROM, pain, function), no apparent benefit appeared from receiving US. Perhaps our pilot study will serve to initiate other clinical studies to validate US and other modalities used in physical therapy.
Ultrasound (US) telah digunakan untuk pengobatan periarhrits bahu selama 30 tahun. Penggunaannya didasarkan pada efek fisiologis, termasuk augmentasi aliran darah, peningkatan permeabilitas kapiler dan metabolisme jaringan, peningkatan ekstansibilitas jaringan fibrosa, peningkatan ambang nyeri, dan perubahan aktivitas neuromuscular yang menyebabkan relaksasi otot. Efek-efek tersebut timbul akibat peradangan, nyeri, kaku bahu dengan bursitis atau tendinitis. SEperti yang kita ketahui Ultrasound digunakan untuk pengurangan kaku otot, mengurangi nyeri, dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Meskipun manfaat teoritis US digunakan secara luas, pengalaman klinis menunjukkan bahwa beberapa pasien tidak membaik dengan terapi ini. Sebelum diterapi menggunakan US pada setiap pasien, dosis US yang akan digunakan untuk penelitian sesuai dengan toleransi pasien. Dosis maksimal pasien didefinisikan sebagai intensitas dimana pasien merasakan rasa nyeri pada sendi.Intensitas 10% lebih rendah dari maksimal (dosis submaksimal) digunakan untuk setiap perlakuan sehingga pasien merasakan nyaman selama terapi. Teknik double blind yang digunakan dalam studi percontohan ini untuk menentukan nilai terapeutik US dalam pengobatan. Dari beberapa variable yang diuji (ROM, nyeri, fungsi) tidak ada manfaat yang jelas muncul dari pemberiaan US. Mungkin studi percontohan ini dapat digunakan untuk memulai studi klinis lainnya untuk memvalidasi US dan modalitas lainnya yang digunakan dalam Fisioterapi.
D. Komentar Mengenai Kedua Jurnal
Pada jurnal 1 penulis menyatakan bahwa ultrasound bermanfaat untuk memberikan efek fisiologis pada jaringan, megurangi nyeri dan terjadi penambahan lingkup gerak sendi pada kasus bursitis subacromial. Sedangkan pada jurnal 2 penulis menyatakan bahwa pemberiaan ultrasound tidak menunjukkan manfaat yang jelas muncul terhadap ROM, penurunan nyeri dan gerak fungsional pada kasus bursitis subacromial. Bursa yaitu kantong yang berisi cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas atau untuk memudahi pergerakan normal dan mengurangi gesekan. US diberikan pada bursitis subacromial karena pada saat terjadi luka atau bursa tertekan maka bursa akan mengalami kelebihan cairan akibat terjadinya inflamasi. Pada saat normal bursa mengandung sedikit cairan. Terapi ultrasound diberikan untuk terjadi efek vasodilatasi sehingga terjadi pembebasan zat inflamasi sehingga penemupukan cairan akan ikut terbuang yang menyebabkan metabolisme meningkat dan efeknya terjadi pengurangan nyeri. Tetapi dalam bursitis subacromial tidak cukup hanya diberikan US saja, karena akibat bursitis subacromial akan terjadi keterbatasan gerak sendi shoulder. Sehingga pemberian terapi latihan saat bermanfaat untuk menambah ROM dan juga aktivitas fungsional. Dalam terapi US pada bursitis subacromial harus sangat diperhatikan karena bursa dikelilingi oleh tulang-tulang seperti acromeon dan caput humeri. Seperti kita ketahui bahwa tulang dan bursa sangat peka terhadap panas karena didalam tulang terdapat enzim Hyaloronzur yang bersifat Hyalonidase. Apabila enzim ini terkena panas maka akan menaikkan temperatur maka dapat terjadi koagulasi atau penggumpalan sehingga mengaktifkan zat-zat algogenik (zat-zat inflamasi) yang dapat menperburuk bursitis subacromial. Menurut saya untuk kasus bursitis subacromial lebih baik mengunakan arus 2
intermitten dengan intensitas 0,5 w/cm dengan metode subaqua untuk menghindari terjadinya koagulasi. Tetapi juga didukung oleh terapi latihan.
E. Kesimpulan
Dalam menangani kasus Bursitis Subacromial dapat diberikan Ultrasound dikombinasi dengan terapi latihan untuk hasil yang maksimal dalam mengurangi nyeri, meningkatkan ROM dan fungsional. Dalam terapi Ultrasound sendiri agar tidak terjadi 2
koagulasi dapat diberikan dengan dosis arus intermitten, intensitas 0,5 w/cm dengan metode subaqua untuk waktu disesuaikan dengan luas daerah dan ERA.
Daftar Pustaka
Aides J, Jadeson W, Grabinski S: A new app roach to the treatment of subdeltoid bursitis. Am J Phys Med 33:79-88, 1954. Bearzy H: Clinical applications of ultrasonic energy in treatment of acute and chronic subacromial bursitis. Arch Phys Med Rehabil 34:228-231,1953 Buckingham RB: Bursitis and tendonitis. Compr Ther 7(2):52-57,1981
Edmonsom AS, Crenshaw AH (eds): Campbells Operative Orthopedics. St. Louis, MO, CV Mosby Co, 1978, pp 1007-1009
Guyton AC (ed): Textbook of Medical Ph ysiology. Philadelphia, PA, WB Saunders Co, 1971, p 373
Krusen FH, Kottke FJ, Ellwood PM (eds): Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia, PA, WB Saunders Co, 1971, pp 318-319
Lehman JF (ed): Therapeutic Heat and Cold. Baltimore, MD, Williams & Wilkins, 1982, p 536
Lehmann J, Warren G, Guy A: Therapy with continuous wave Ultrasound. In Fry F (ed): Ultrasound: Its Applications in Medicine and Biology. Netherlands, Elsevier Science Pu blishers, 1978, pp 566-585
Lehmann J, Warren G, Scham S: Therapeutic heat and cold. Clin Orthop 99:207-245, 1974
Licht S (ed): Therapeutic Heat and Cold. Baltimore, MD, Williams & Wilkins, 1972, p 356
Raney RB, Brasher HR (eds): Shands Handbook of Orthopedic Surgery. St. Louis, MO, CV Mosby Co, 1971, pp 411-413
Shestack R: Handbook of Physical Therapy, ed 3. New York, NY, Springer Publishing Co, Inc, 1977, pp 46-49
Szumski AJ: Mechanisms of pain relief as a result of therapeutic application o f ultrasound. Phys Ther Rev 40:116-119,1960
Turkel SL (ed): Orthopedic Principles and Their Application. Ph iladelphia,PA, JB Lippincott Co, 1977, pp 828-829