KONSEP DASAR ETIKA KEPERAWATAN
BUKU I
PENGURUS PUSAT PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA ( PP PPNI ) 2010
SAMBUTAN KETUA UMUM PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan serta petunjuk-Nya kepada kita semua, semua, atas penyempurnaan Kode Kode Etik Perawat Indonesia, Indonesia, yang sejak tahun 1976 dengan terselenggaranya Munas terus mengalami perubahan demi pert umbuhan keperawatan professional Saya menyambut gembira atas terbitnya buku Kode Etik bagi perawat yang terdiri dari 3 buah buku, yakni 1) Konsep Dasar Etika Keperawatan Indonesia, 2) Kode Etik Etik Keperawatan Indonesia
dan
Penerapannya dan 3) Permasalahan Etik dan Pembinaan terhadap pelanggaran etik yang merupakan landasan moral bagi para perawat dalam melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan
Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik dengan klien / klien/pasien beserta
keluarganya maupun dengan tim
kesehatan
lainnya. Disamping
itu
perawat
harus
mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalam praktik sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan / keperawatan, terutama yang terkait dengan kelangsungan hidup seseorang yang sering menimbulkan dilema etik. Harapan saya dengan adanya buku ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas, kewajiban dan tanggung jawab sebagai perawat professional
Kepada pengurus pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Nasional Indonesia, saya sampaikan penghargaan atas upaya untuk menyusun buku ini, dengan harapan akan memberikan kemudahan kepada kita semua, untuk memahami, menghayati dan akhirnya mengamalkan, sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan serta menghadapi tantangan dan perkembangan dimasa mendatang.
Jakarta, Mei 2010
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Ketua Umum
Prof . Achir Yani.S.Hamid, D.N.Sc
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdullilah, bahwa Majelis Kehoramatan Etik Keperawatan Pusat periode 2005 – 2010 2010 pada akhirnya telah berhasil menyelesaikan tiga buah buku yang merupakan amanat Musyawarah Nasional PPNI ketujuh tahun 2005 di Manado, ketiga buku tersebut adalah : 1.
Konsep Dasar Etika Keperawatan Indonesia
2. Kode Etik Keperawatan Indonesia dan Penerapannya 3
Permasalahan Etik dan Pembinaan terhadap Pelanggaran Et ik
Buku 1 dan buku 2 merupakan revisi dari buku yang telah disusun oleh tim Majelis Kehoramatan Etik Keperawatan Pusat periode 2000 – 2005, 2005, sedangkan buku 3 merupakan pelengkap dari buku 1 dan 2.
Ditengah maraknya era keterbukaan dan globalisasi, pedoman ini sangat penting sebagai acuan bagi seluruh perawat di Indonesia dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab serta kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan selalu memperhatikan pendekatan yang sistimatis terhadap perilaku etis. Pada akhirnya diharapkan mutu pelayanan keperawatan keperawatan dan tingkat kepuasan klien / klien/pasien juga akan meningkat meningkat .
Walaupun ketiga buku ini merupakan kristalisasi dari berbagai pikiran, kepustakaan dan pengalaman dari sejawat yang menjadi anggota MKEK, dirasakan masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu perlu kiranya secara terus menerus menerus diperbaiki sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Disamping itu harus pula disosialisasikan kepada pihak terkait, khususnya masyarakat masyarakat penerima jasa pelayanan keperawatan. keperawatan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi setiap langkah kita di masa yang akan datang, sehingga kelak akan tercipta perawat Indonesia yang berlaku lebih etis dalam memberikan asuhan keperawatan baik kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat luas.
Jakarta, Mei 2010
Pengurus MKEK Pusat- DPP. PPNI
DAFTAR ISI
Sambutan.........................................................................................................................i Kata Pengantar .............................................................................................................iii Daftar Isi .........................................................................................................................v BAB 1
PENDAHULUAN ..........................................................................................1
BAB II
PENGERTIAN ETIKA, NILAI, MORAL DAN ETIKA KEPERAWATAN ..................................................................2
BAB III
BEBERAPA ASPEK TERKAIT ETIKA KEPERAWATAN..................5 A. Standard Profesi B. Implikasi Komitmen Keperawatan C. Advokasi D. Kesejawatan E. Janji-janji F. Dapat Dipercaya
BAB IV
HUBUNGAN PERAWAT-KLIEN/PASIEN.............................................9
BAB V
PRINSIP MORAL, HAK KLIEN/PASIEN DAN KEWAJIBAN PERAWAT ..................................................................................................12
BAB VI
KODE ETIK...............................................................................................17 A. Kode Etik Keperawatan B. Kode Etik International Council of Nursing (ICN) C. Kode Etik PPNI
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai pohon pengetahuan (Body of Knowledge) dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan yang lama ( pendidikan tinggi ) dan pelatihan berkelanjutan. Pelayanannya dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan baik secara individu maupun kelompok yang titik sentralnya adalah manusia dengan memperhatikan harkat, martabat dan penghargaan terhadap keluhuran insani. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat perlu dilandasi dengan kode etik yang telah disepakati oleh kelompok profesi keperawatan. Profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan salah satu ciri khasnya adalah patuh terhadap kode etik. Kode etik adalah seperangkat aturan profesi yang harus dipatuhi oleh anggota profesinya. Sebagai seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini harus disadari oleh setiap perawat karena saat seseorang mulai memasuki profesi keperawatan, maka ia secara langsung akan menerima tanggung jawab, kepercayaan dan kewajiban yang melekat pada kode etik itu sendiri. Kode etik merupakan telaah tentang masalah etik dan isu/konflik yang mungkin timbul dalam praktek keperawatan yang dipakai sebagai landasan kerja bagi perawat dalam melakukan pendekatan
sistimatis untuk
berperilaku etis. Disamping itu perawat harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalam praktik sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perpanjangan hidup yang sering menimbulkan dilema etik. Etika keperawatan berkaitan dengan hak, tanggung jawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan profesional dan institusi pelayanan dimana klien/pasien dirawat. Pernyataan kode etik perawat juga dibuat untuk membantu dalam pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas, kewajiban dan tanggung jawab perawat profesional . Kode etik keperawatan sebagai tuntunan bagi profesi keperawatan bersumber dari pernyataan
Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge) yang
merupakan ikrar profesi keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi keperawatan berkewajiban: a) membantu yang sakit untuk mencapai keadaan sehat. b) membantu
yang sehat mempertahankan kesehatannya. c) membantu mereka yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya. d) membantu seseorang yang menghadapi kematian untuk hidup seoptimal mungkin sampai menjelang ajal (De Young,1985). Kode etik keperawatan Indonesia telah disepakati dan diterima sebagai landasan atau bantuan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan pada tahun 1976, setelah melalui perjuangan yang cukup panjang. Sebagai
perawat/ners
sering
dihadapkan
dengan
masalah-masalah
yang
berhubungan dengan etik. Perawat juga bekerja diberbagai tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan interaksi bukan saja dengan klien/pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim kesehatan lain. Oleh karena itu etik menjadi sangat penting untuk dipahami oleh setiap individu perawat .dan buku pedoman kode etik keperawatan ini disusun dengan maksud dan tujuan untuk memberikan landasan tentang alasan mengapa perawat harus mempelajari dan menghayati tentang etika profesi keperawatan.
BAB II PENGERTIAN ETIKA, NILAI, MORAL DAN ETIKA KEPERAWATAN A. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai dan moral, oleh karena itu Perawat perlu memahami pengertian tentang etika, nilai serta moral. Ada beberapa pengertian tentang etika, yang antara lain adalah sebagai berikut: 1. Etika berasal dari kata ethos yang pada bentuk tunggal berarti: kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan pada bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Berten, 2000) 2. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, etika diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral) 3. Menurut Darr K, ( 1997 ) Definisi tentang etika tidak terlalu mudah, karena mempunyai banyak arti. Ahli filosofi menerjemahkan etika sebagai suatu studi formal tentang moral. Ahli sosiologi memandang etika sebagai adat istiadat, kebiasaan dan budaya dalam berperilaku. Bagi perawat etika adalah suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan dalam melaksanakan praktik keperawatan secara benar serta untuk pengambilan keputusan, pemecahan masalah etik, baik dalam area praktik, pendidikan, administrasi maupun penelitian. B. Pengertian Nilai
Beberapa pengertian tentang nilai dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Menurut seorang filsof Jerman-Amerika, Hans Jonas; yang dikutip oleh Bertens ( 2000 ), nilai adalah sesuatu yang ditujukan untuk memperoleh jawaban “ya”. Nilai selalu mempunyai konotasi positif dan sebaliknya sesuatu yang sifatnya negatif harus dihindarkan. Menurut Bertens (1990 ) Nilai-nilai adalah pramoral yang mendahului seseorang untuk bertindak, nilai merumuskan bagaimana seharusnya
hidup supaya sungguh-sungguh baik. Nilai-nilai itu absolut tetapi juga tidak ada aturan konkritnya 2.
Menurut Kozier B.,dkk (1997). Nilai adalah kebebasan dalam menentukan pilihan dan kepercayaan atau perilaku yang sangat berharga bagi seseorang, objek, ide atau kegiatan. Nilai didapat dari budaya seseorang, adat istiadat, agama, tradisi dan juga kelompok seumat serta keluarga. Nilai akan mendasari perilaku. Jika seseorang telah menyadari tentang nilai-nilai yang dianut, maka secara konsisten orang tersebut akan mencerminkan pola perilakunya karena telah mempunyai kontrol internal. Etika adalah ilmu pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai moral, sedangkan nilai adalah keyakinan pribadi tentang kebenaran dan manfaat dari pemikiran, objek atau perilaku. Jadi nilai sangat erat hubungannya dengan etika, bahkan penerapan etika sangat tergantung dari nilai-nilai yang dianut seseorang.
C. Pengertian Moral Beberapa pengertian tentang moral dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Menurut Kozier, B dan Erb,G (1988) moral
mirip dengan etika.
Moral selalu dikaitkan dengan standar personal individu dalam penerapan tingkah laku, karakter dan sikap. Etika selalu merujuk pada standar moral yang disepakati oleh suatu kelompok profesi seperti; dokter dan perawat. 2. Menurut Bertens.(2000) moral berasal dari bahasa latin “mos” yang dalam bentuk jamak menjadi “mores” yang berarti juga; kebiasaan dan adat. Dalam etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral” karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan hanya bahasa asalnya yang berbeda. D. Etika Keperawatan
Etika keperawatan adalah suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib bertingkah laku. Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap klien/pasien, menghargai klien/pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama klien/pasien ( Fry, 2004 ) Etika
keperawatan
digunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengorganisasikan,
memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu. Selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara sukarela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari klien/pasien dan keluarganya, sejawat serta sistim asuhan kesehatan secara keseluruhan. Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk mengerti, menerjemahkan dan memperluas pohon pengetahuan, mengeritik dan mengatur diri dengan disiplin yang sama serta membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji yang kemudian dijadikan sebagai acuan. Ciri seorang profesional yang menonjol adalah komitmen terhadap kepedulian individu, khususnya kesehatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna antara seorang profesional dengan klien/pasiennnya. Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
BAB III BEBERAPA ASPEK YANG TERKAIT DENGAN ETIKA KEPERAWATAN A.
Standar Profesi
Perkembangan setiap profesi tidak sama karena dipengaruhi oleh adanya tingkat kesadaran, pencapaian intelektual dan komitmen dari profesi itu sendiri. Penanganan masalah etik tergantung dari karakter, persepsi peran, sumbersumber pribadi, maupun performa sejawatnya yang dapat menciptakan kebaikan atau merusak profesi itu sendiri. Suatu izin praktik tidak membolehkan seorang profesional untuk berpraktik buruk. Jadi izin hanya diberikan kepada anggota profesi yang berpraktik baik. Oleh karena itu pemberian izin ini harus dipertimbangkan secara cermat dan dipantau kinerja praktiknya. Sebagai anggota profesi diwajibkan untuk bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Selain itu juga perlu memahami falsafah yang dianut serta dapat membangun kerjasama yang baik dengan semua disiplin ilmu yang ada. Kewajiban lain yang harus dilakukan adalah memelihara/mempertahankan standar profesi agar tetap konsisten dalam praktiknya. B.
Implikasi Komitmen Keperawatan
Praktik keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks antara nilai sosial dan nilai politis serta hubungannya dengan masyarakat tertentu. Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan nuraninya. Meskipun demikian perawat tetap terikat pada kewajiban-kewajiban sebagai insan manusiawi, karyawan, pimpinan, majikan dan sebagainya. Dengan demikian perlu adanya akontabilitas etis dan perlindungan hukum terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan serta keputusan-keputusan yang diambil.
C. Advokasi
Pengertian advokat adalah seseorang yang membela, mempertahankan atau mendukung suatu kasus dengan jalan berargumentasi, bersikap ramah terhadap
seorang penegak maupun pembela hukum serta bertindak sebagai pembela perdamaian dan membantu mereka yang tertindas. Kenapa perawat mempunyai peran advokasi ?. Seseorang yang mengemban peran advokasi harus mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang klien yang dibelanya secara komprehensif. Perawat adalah profesi yang sangat dekat intensitas hubungannya dengan klien/pasien sehingga peran advokasi tersebut layak diemban oleh profesi keperawatan Advokasi dalam keperawatan sangat penting, karena perawat bertindak sebagai pembela, mempertahankan/mendukung, ramah serta membantu klien/pasien untuk memperoleh kembali hak-haknya dalam menerima pelayanan kesehatan. Interaksi antara perawat-klien/pasien merupakan hubungan terapeutik yang dinamis, karena kehidupan manusia yang berubah-ubah, tumbuh, bergejolak dan kemudian berakhir. Jenis hubungan antara perawat dan klien/pasien bervariasi, tergantung pada situasi dan kondisi. Oleh karena itu perawat harus dididik untuk membuat pertimbangan pertimbangan profesional dalam menciptakan hubungan terapeutik dengan klien/pasien. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktik keperawatan profesional tidak dapat ditingkatkan dengan memaksakan seperangkat aturan keras kepada perawat tentang “apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan”. D. Kesejawatan
Tidak ada profesi yang dapat bertahan tanpa dukungan luas dari masyarakat atau dukungan dan bimbingan dari sejawat. Untuk itu profesi perlu mengidentifikasi nilai-nilai dan komitmennya secara jelas untuk menentukan prioritas dan pilihan-pilihan perilaku profesionalnya dimasa yang akan datang. Pada umumnya setiap orang akan saling meniru perilaku dari sejawatnya, baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Perilaku profesional lebih banyak disebarluaskan melalui kontak langsung dan sering membutuhkan pembaharuan nilai-nilai dengan jalan mempraktikkannya, dengan demikian contoh peran di lapangan menjadi sangat penting dalam pengembangan keperawatan profesional di Indonesia.
Kesejawatan sebagai suatu unsur esensial dari praktik profesional sudah dimulai sejak lama oleh ahli-ahli filsafat Pytagorean dari Yunani kuno,yang tujuannya adalah : 1. Memastikan pemberian asuhan profesional yang aman kepada masyarakat dengan bertanggung jawab terhadap prakteknya sendiri dan juga praktik praktik dari sejawatnya. Oleh karena itu perlu adanya standar -standar tertulis yang dibuat oleh kelompok sebaya (peer group), penekanan kedisiplinan serta evaluasi dari hal-hal lain yang diperlukan untuk pengembangan praktik profesional. 2. Menunjang kemanfaatan profesi bagi masyarakat. Dengan demikian diperlukan
adanya
penelitian
guna
mendapatkan
informasi
baru,
memfasilitasi jurang pemisah diantara keahlian satu dengan yang lainnya serta saling mengajarkan keterampilan-keterampilan baru. 3. Membantu kepastian dari kelangsungan hidup seorang profesional. Sebagai perawat, pelayanan yang diberikan sangat erat kaitannya dengan penderitaan manusia, sehingga perawat dituntut untuk dapat memberikan asuhan yang kompeten dan penuh kasih sayang, apalagi perawat selalu dihadapkan pada ketegangan khusus yang disebabkan oleh tuntutan terus menerus dalam menghadapi tragedi kemanusiaan. Pemahaman mereka tentang ketegangan dan akibatnya dalam praktik keperawatan perlu disampaikan pada teman sejawat sebagai ungkapan berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan dan membuat pembaharuan. Jadi kesimpulannya, hubungan kesejawatan harus bermakna untuk secara terus menerus meningkatkan standar mutu pelayanan keperawatan dengan saling memberi masukan melalui pertemuan sebaya ( peer review ) serta peningkatan kompetensi anggota profesi secara terus menerus dan berkelanjutan. Perawat adalah bagian dari profesi keperawatan secara utuh, apapun yang merusak atau menghancurkan praktisi, hal itu juga dapat merusak dan menghancurkan profesi. E. Janji-janji (Promises)
Istilah profesi berasal dari kata latin “ pro fitere” yang dalam tata bahasa berarti mengikrarkan kepada publik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang profesional adalah seorang penjanji yang mengikrarkan kepada publik bahwa akan melakukan sesuatu.
Menurut
Austin seorang ahli filsafat bahwa ikrar seorang profesional
mengandung dua macam pernyataan, yaitu pernyataan deskriptif dan pernyataan performatif. Pernyataan deskriptif menjelaskan tentang sesuatu, seperti “Ibu, suhu tubuhnya meningkat”. Pernyataan tersebut hanya bersifat pemberitahuan. Pernyataan performatif merupakan
pernyataan
yang
secara
aktual
mengubah
realitas
dengan
memperkenalkan deklarasi ikrar, seperti kalimat “saya akan menolong anda”, “saya tidak akan membiarkan anda berbaring terkena faeces dan urine” atau “saya tidak akan meninggalkan anda”. Jadi dengan pernyataan-pernyataan tersebut, seseorang dapat mengubah pengalaman orang lain dengan sesuatu yang dijanjikannya. Seorang klien/pasien merasa khawatir jika perawat meninggalkan mereka dalam keadaan sakit, ketidak mampuan ataupun saat menghadapi ajal. Meskipun perawat tidak dapat mengubah fakta bahwa klien/pasien menghadapi ajal atau anak lahir dengan cacat, tetapi janji-janji perawat merupakan penawar dan penunjang rasa aman bagi klien/pasien yang sedang mengalami penderitaan. F. Dapat dipercaya (Trustworthiness ) Hubungan intra profesional merupakan salah satu landasan bagi kehidupan profesi, walaupun bukan sebagai inti dari kegiatan profesional itu sendiri, tetapi pengaruhnya cukup besar untuk mengajarkan seseorang bagaimana berperilaku, sehingga akan terjadi pertukaran karakter dengan sejawat yang sering berhubungan. Prinsip-prinsip yang melandasi hubungan-hubungan tersebut diturunkan dari tiga sumber yaitu : 1. Prinsip tentang hak kemanusiaan, dimana perawat merupakan insan manusiawi yang mempunyai hak untuk diperlakukan dengan respek yang baik. 2. Mempunyai komitmen yang kuat terhadap janji-janji profesi mereka untuk mencapai tujuan bersama dengan membentuk suatu ikatan interdependensi yang rasional dan mantap. 3. Adanya ikatan profesional itu sendiri yang lahir karena adanya ikatan keanggotaan dalam profesi yang sama. Untuk dapat mencapai hubungan kesejawatan yang baik diperlukan adanya kesetiaan terhadap janji-janji profesi, respek terhadap kemanusiaan dan memperoleh hak yang seharusnya serta memiliki integritas kejujuran dan
intelektual. Dengan demikian seorang perawat harus selalu memelihara diri agar dapat menjaga kerendahan hati, kejujuran, respek, kesetiaan dan integritas. Tanpa adanya jaringan moral keperawatan yang kuat, maka kegiatan-kegiatan profesipun tidak akan berkembang.
BAB IV HUBUNGAN PERAWAT – KLIEN/PASIEN
A. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal atau interaksi antar manusia mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hubungan perawat – klien/pasien merupakan hubungan pemberian bantuan dimana interaksi dilakukan dengan sengaja dan dengan suatu tujuan, antara perawat sebagai seorang yang mempunyai kewenangan dengan seseorang atau kelompok yang mempunyai kebutuhan pelayanan kesehatan. Hubungan perawat – klien/pasien didasarkan pada kontrak sosial yang dibuat perawat dengan institusi tempatnya bekerja dan dengan klien/pasien. Dengan adanya kontrak, masing-masing pihak saling mengetahui hak dan tanggung jawabnya. Perawat sebagai salah satu profesi yang mempunyai otoritas dalam pelayanan keperawatan pemulihan
memahami kesehatan
kepakarannya
serta
pencegahan
dalam
promosi,
penyakit.
pemeliharaan,
Perawat
merupakan
profesional yang bertanggung gugat terutama terhadap klien/pasien sebagai penerima pelayanan, terhadap diri sendiri dan terhadap institusi yang mempekerjakannya serta terhadap tim kesehatan lainnya. Perawat bertanggung jawab untuk memenuhi perannya sebagai pemberi bantuan sesuai dengan tujuan dari setiap hubungan ini. Perawat memastikan bahwa klien/pasien mengetahui area yang merupakan kepeduliannya sehingga dia berusaha mencari bantuan dan yakin bahwa mereka saling berbagi tanggung jawab untuk mencapai tujuan dari hubungan tersebut. Perawat
yakin
bahwa
klien/pasien
dapat
mencapai
perbaikan
status
kesehatannya. Perawat lebih berperan sebagai fasilitator, dengan menggunakan diri dan kepakarannya sebagai alat terapeutik untuk membantu klien/pasien agar lebih berhasil membina respons untuk menolak/ meniadakan atau mengatasi ancaman terhadap kesehatannya.
B. Tujuan hubungan perawat – klien/pasien
Tujuan hubungan terapeutik perawat – klien/pasien akan tercapai apabila perawat mampu menciptakan hubungan bantuan ( helping relationship) yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berorientasi pada kebutuhan klien/pasien 2. Selalu diarahkan pada pencapaian tujuan 3. Bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah klien/pasien yang sulit 4. Menerima kondisi klien/pasien dengan segala keterbatasannya 5. Berkewajiban memberi bantuan pada klien/pasien untuk menolong dirinya 6. Berkewajiban untuk membina hubungan berdasarkan rasa percaya 7. Bekerja sesuai kaidah etik untuk menjaga kerahasiaan klien/pasien dan hanya
menggunakan
informasi
untuk
kepentingan
dan
persetujuan
klien/pasien 8. Berkewajiban menggunakan komunikasi efektif untuk memenuhi kebutuhan klien/p. C. Inti hubungan perawat – klien/pasien
Hubungan perawat – klien menjadi inti pada pemberian asuhan keperawatan, karena keberhasilan penyembuhan dan peningkatan kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan tersebut. Terdapat beberapa konsep dasar tentang hubungan perawat – klien yang merupakan konsep yang sangat relevan dalam praktek keperawatan profesional yaitu konsep tentang hubungan saling perca ya, empati, caring , otonomi, dan mutualitas. 1. Hubungan Saling Percaya. Hubungan saling percaya ditumbuhkan melalui sikap tulus dari perawat ( genuineness ) sehingga klien akan merasakan keikhlasan dan akhirnya klien percaya. Perhatian yang tepat ( careful attention ) terhadap setiap permintaan klien sangat berpengaruh dalam menumbuhkan hubungan saling percaya ( Potter and Perry, 1997 ) 2. Empati Kemampuan seorang perawat untuk empati terhadap klien mempunyai pengaruh yang besar terhadap hubungan perawat – klien . Empati berarti kemampuan untuk masuk kedalam kehidupan orang lain, sehingga dapat mempersepsikan secara akurat perasaan orang tersebut dan memahami arti perasaan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Pada hubungan perawat – klien empati menambah
suatu dimensi lain bagi adanya saling pengertian diantara perawat – klien. Sikap empati dapat membantu klien memgerti dan mengeksplorasi perasaannya sehingga dapat mengatasi masalahnya ( Potter and Perry, 1997 ). 3. Caring (Pengasuhan) Caring berarti mengandung tiga hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab dan dilakukan dengan tulus. Ide tentang caring menyatu dalam hubungan bantuan. Perilaku caring seorang perawat terhadap klien/pasien, antara lain menjadi pendengar yang baik. Bila perawat mendengarkan dengan baik akan memberi arti kepada klien/pasien. Tanpa menjadi pendengar yang baik, klien tidak akan terbuka, merasa tidak dihargai dan merasa tidak puas. Dengan demikian, sikap caring perawat saat berkomunikasi ialah : a. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara dan jangan menginterupsi pembicaraan klien. b. Jauhkan distraksi. c. Lihat klien pada saat berbicara. d. Perhatikan hal – hal yang utama. e. Evaluasi bagaimana pesan yang sudah diberikan. f. Kaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut. g. Evaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan. 4. Otonomi dan Mutualitas Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Hal ini berarti bahwa otonomi menghargai manusia sebagai individu yang mampu menentukan sendiri apa yang baik bagi dirinya. Mutualitas berarti kerjasama dengan orang lain . Konsep tersebut sangat penting dalam hubungan perawat – klien karena mereka akan bekerja sebagai satu tim. Pada saat klien kontrak dengan perawat, klien bergantung pada perawat dan perawat menginginkan klien kooperatif, yaitu mengikuti anjuran tanpa bertanya. Pada sisi lain klien mengharapkan perawat mengatasi masalahnya secepat mungkin. Agar hal ini dapat terjadi dibutuhkan kerjasama antara perawat dan klien dengan saling memberikan masukan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk membuat keputusan bagi dirinya walaupun dalam hal yang sederhana, misalnya menentukan waktu mandi. Secara bertahap
perawat meningkatkan kemampuan klien untuk mampu membuat keputusan bagi dirinya
BAB V PRINSIP MORAL, HAK KLIEN/PASIEN DAN KEWAJIBAN PERAWAT A. Prinsip – Prinsip Moral
Pada praktek keperawatan terdapat prinsip – prinsip moral yang merupakan fokus bagi praktek keperawatan. Prinsip-prinsip tersebut bermuara pada interaksi profesional dengan klien/pasien serta menunjukkan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah dilakukannya . Menurut Beauchamp & Childress ( 1994 ) , terdapat tujuh prinsip moral yang meliputi : autonomy, beneficence ,
non-maleficence,Veracity, confidentiality ,
fidelity dan justice. 1. Autonomy (otonomi) Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih bagi diri sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal yang terbaik. Menghormati otonomi klien/pasien ditunjukkan melalui perilaku perawat yang menghormati atau menghargai klien/pasien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien/pasien seperti hak untuk terhindar dari bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar. Penerapan ” informed consent” secara tidak langsung menyatakan suatu trilogi hak klien/pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan menolak terapi. Penghargaan perawat terhadap klien/pasien diwujudkan dalam pemberian asuhan keperawatan yang bermutu secara ramah dan penuh perhatian. Kepekaan perawat dituntut untuk dapat menghargai hak klien/pasien termasuk
menghormati
untuk
menolak
terapi.
Selain
menghargai
klien/pasien dan keluarganya , perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya, seperti dokter, pekerja sosial, ahli gizi dan lain-lain. Oleh karena itu perawat seharusnya ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut kesehatan dan kebutuhan klien/pasien, dengan demikian terdapat kesepakatan diantara anggota tim tentang informasi yang akan disampaikan kepada klien/pasien dan keluarganya secar realistis dan jujur. Karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai kontak paling lama dengan klien/pasien , maka perawat dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat, simpatik dan mudah dimengerti.
2.
Beneficence (kebaikan) Prinsip beneficence atau melakukan tindakan untuk kebaikan klien/pasien merupakan dasar dalam melakukan pelayanan kesehatan yang baik. Perawat, dokter dan semua tenaga kesehatan bekerja untuk meningkatkan kesehatan klien/pasien secara optimal . Perawat melakukan tindakan untuk kebaikan klien/pasien
ketika
memberikan
suntikan,
mengganti
balutan
dan
memberikan dukungan emosional bila klien/pasien cemas 3.
Nonmaleficence (tidak membahayakan) Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak membahayakan dan tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada klien/pasien. Kerugian atau cidera dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan. kematian atau adanya gangguan emosi antara lain adalah perasaan tidak berdaya , merasa terisolasi dan adanya kekesalan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan , pelanggaran atau berbuat kesalahan
4.
Veracity ( kejujuran ) Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk ” informed consent ” yang baik . Perawat harus dapat memberikan semua informasi yang diperlukan oleh klien/pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
5.
Confidentiality ( kerahasiaan ) Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang klien/pasien yang dirawatnya. klien/pasien harus diyakinkan bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami bahwa
menjelaskan
informasi
tentang
klien/pasien
dengan
anggota
kesehatan lain yang ikut merawat klien/pasien dapat dilakukan ” selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani ” 6.
Fidelity ( kesetiaan ) Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia atau loyal pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Kewajiban ini meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta perhatian terhadap klien/pasien. Perawat
berkewajiban
untuk
berperilaku
caring /perhatian
dalam
memberikan asuhan keperawatan antara lain dengan memberikan perhatian
kepada klien/pasien, memberi pengharapan dan membuat klien/pasien sejahtera. 7. Justice ( keadilan ) Keadilan bekenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah . Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam memberikan asuhan keperawatan, berarti setiap orang harus mendapat kan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhannya B. Hak Klien/Klien/pasien dan Kewajiban Perawat
Hak klien/pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai klien/pasien 1. Klien/pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit 2. Klien/pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur. 3. Klien/pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar tanpa diskriminasi 4. Klien/pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan 5. Klien/pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit 6. Klien/pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. 7. Klien/pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut ( second opinion ) terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dari dokter yang merawatnya . 8. Klien/pasien berhak atas keleluasaan pribadi ” privacy ” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya 9. Klien/pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi : penyakit yang diderita, tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit
sebagai
akibat
tindakan
tersebut
dan
tindakan
untuk
mengatasinya, alternatif terapi lainnya, prognosa dan perkiraan biaya pengobatan.
10. Klien/pasien berhak menyetujui / memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. 11. Klien/pasien berhak menolak tindakan yaang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawabnya sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 12. Klien/pasien yang dalam keadaan kritis berhak didampingi oleh keluarganya. 13. Klien/pasien
berhak
menjalankan
ibadah
sesuai
dengan
agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu klien/pasien lainnya. 14. Klien/pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. 15. Klien/pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. 16. Klien/pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. C. Kewajiban Perawat
1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit yang syah menurut hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit 2. Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit 3. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya 4. Perawat wajib memberikan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannya 5. Perawat wajib menghormati hak-hak klien/pasien 6. Perawat wajib merujuk klien/pasien kepada perawat lain/tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik 7. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama/keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan kesehatan
8. Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien/pasien 9. Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperwatan kepada klien/pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya 10. Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan 11. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan dan kepuasan klien/pasien 12. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan secara terus menerus 13. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya 14. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/pasien bahkan juga setelah klien/pasien meninggal kecuali jika diminta keterangannya oleh yang berwenang
BAB VI KODE ETIK A. Kode Etik Keperawatan
1. Pengertian Kode Etik Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan. dan juga merupakan kepedulian moral profesi keperawatan kepada masyarakat 2. Fungsi Kode Etik Keperawatan Kode etik perawat berfungsi untuk: a. Menunjukan kepada masyarakat bahwa perawat memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh masyarakat kepadanya b. Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam melakukan praktek c. Mengatur hubungan perawat dengan klien/pasien, dengan sesama perawat, masyarakat dan dengan profesi keperawatan d. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi B. Kode Etik International Council of Nursing ( ICN)
Tanggung jawab utama perawat meliputi empat aspek , yaitu meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan dan mengatasi penderitaan. Kebutuhan tentang keperawatan bersifat universal. Pada keperawatan terkandung makna menghargai kehidupan, martabat dan hak – hak manusia, tanpa membeda – bedakan manusia berdasarkan kebangsaan, suku, ras, warna, umur, jenis kelamin, politik dan status sosial. Perawat menyediakan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta mengkoordinasikan pelayanan tersebut dengan orang-orang yang terlibat. 1.
Perawat dan Manusia a.
Tanggung jawab utama perawat adalah terhadap mereka yang memerlukan asuhan keperawatan
b.
Perawat dalam memberikan asuhan , menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai, kebiasaan, keyakinan spiritual individu
c.
Perawat
menjaga
kerahasiaan
informasi
pribadi
dan
mempertimbangkan secara tepat bila informasi tersebut perlu diberikan kepada orang lain 2.
Perawat dan Praktek a.
Perawat bertanggung jawab secara individu pada praktek keperawatan dan untuk mempertahankan kompetensi dengan belajar secara terus menerus. Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang paling tinggi yang mungkin dapat dicapai dengan kondisi yang ada
b.
Perawat akan mempertimbangkan kompetensi individu bila menerima dan mendelegasikan tanggung jawab
c.
Perawat saat berperan atas nama profesi selalu mempertahankan standar perilaku individu yang mendukung kepercayaan pada profesi
3.
Perawat dan Masyarakat Perawat bersama – sama dengan warga/orang lain bertanggung jawab untuk memikirkan dan mendukung kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan sosial di masyarakat
4.
Perawat dan Teman Sejawat Perawat memelihara hubungan kerjasama dengan teman sejawat dalam bidang keperwatan dan dalam bidang lainnya. Perawat melakukan tindakan yang tepat untuk melindungi klien/pasien bila asuhan yang diberikan oleh teman sejawat atau orang lain membahayakan klien/pasien
5.
Perawat dan Profesi a.
Perawat
berperan
mengimplementasikan
utama
dalam
menentukan
dan
standar praktek keperawatan dan pendidikan
keperawataan b.
Perawat berperan aktif dalam pengembangan pengetahuan keprofesian utama
c.
Perawat bertindak atas nama organisasi profesi, berpartisipasi dalam mengembangkan dan mempertahankan kondisi kerja dalam keperawatan sesuai kebutuhan sosial dan ekonomi
C. Kode Etik PPNI
Kode Etik PPNI pertama kali dirumuskan pada tahun 1976 dan beberapa kali mengalami perbaikan. Kode etik ini merupakan hasil atau keputusan Munas VI PPNI tahun 2000. MUKADIMAH
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan mental spiritual untuk mahluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan. Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien ( individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada citacita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan , kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. Dalam pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan kepada klien , cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna. Dalam melaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan berhasil guna para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan , bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa Perawat Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam
bidang keperwatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasardasar seperti tertera dibawah ini. 1. PERAWAT DAN KLIEN a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial b. Perawat
dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan
senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien/pasien c. Tanggung
jawab
utama
perawat
adalah
kepada
mereka
yang
membutuhkan asuhan keperawatan d.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
2. PERAWAT DAN PRAKIK a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui belajar terus menerus b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat
dan
mempertimbangkan
kemampuan
serta
kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi , menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional 3. PERAWAT DAN MASYARAKAT Perawat
mengemban
memprakarsai
dan
tanggung
mendukung
kebutuhan kesehatan masyarakat
jawab berbagai
bersama kegiatan
masyarakat dalam
untuk
memenuhi
4. PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya , dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenagaa kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan tidak legal 5. PERAWAT DAN PROFESI a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
PENUTUP Buku ini merupakan dasar yang dapat digunakan oleh perawat untuk mempelajari tentang
etika
keperawatan,
sehingga
setiap
perawat
memahami
dan
dapat
menerapkannya dalam praktik keperawatan. Setiap perawat harus selalu mendalami dan mempelajari berbagai aspek yang terkait dengan masalah etik agar terhindar dari tindakan yang melanggar etik, yaitu dengan membaca buku 2 dan 3 maupun buku lainnya.
DAFTAR RUJUKAN nd
Bandman E.L. & Bandman B. (1990). Nu rsing Ethi cs Thr ough The L if e Span . 2 Ed. Prentice Hall-Int. Edition. Black, J.M. & Jacobs, E.M (1997). M edical Sur gical Nur sin g. Phi ladelphi a : W.B. Saunders. Bertens K. ( 1990 ), Bi oeti ka, Refl eksi atas masalah E tik a Bi omedis , Gramedia, Jakarta Bertens,K. ( 2000 ). Etika , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Buxhaum B.S.. et al. (1994). Illustrated Manual of Nursing Practice . 2nd Ed. Springhouse. Canadian Nurses Association. Ever yday Eth ics-Puttin g the code i nto pr acti ce . Darr,K. ( 1997 ), Eth i cs i n H ealth Ser vices M anagement , 3 Health Professions Press
rd
Edition, Baltimore,
Depkes. (1997). Pedoman H ak dan Kewaj iban K l ien/pasien, Dokter dan Rum ah . Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : Sakit YM.02.04.3.5.2504 Tanggal 10 Juni 1997. Depkes.(1998). Hak dan Kewajiban Perawat dan Bidan di Rumah Sakit . Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : YM.00.03.2.6.956 Tanggal 19 Oktober 1998. Ellis J.R & Hartley C.L. (1988). Nursing in Today’s World -Ch all enges I ssues and . 3rd Edition. Philadelphia : JB. Lippincott Co. Trends nd
Guido G.W. Concepts and I ssues in N ur si ng Practice . 2 Ed. ICN (2000). Code of E thi cs for N ur ses . Koltz, C.J. (1979). Pri vate i n N ur si ng D evel opment and M anagement . Aspen Publ . Kozier ,B. & Erb, G. (1988). Concepts and I ssues Nu r sing Pr actice . California : Addison Wesley Publ. Co. Kozier B & Erb G. Blais K. (1997). Pr ofessi onal Nu r si ng Practi ce-Concepts and , 3nd Edition. Addison-Wesley. Perspectives Notter L.E & Spalding E.G. (1976). Prof essional Nu r si ng : F oundation, Pr espective th . 9 Ed.Philadelphia : J.B. Lippincott Co. and Rel ationship