PANDUAN BUDAY BUDAYA KESELAM KESE LAMA ATAN RUMAH RUMA H SAKIT SAKI T
RUMAH SAKIT ISLAM ‘AISYIYAH NGANJUK 2018
Daftar isi
BAB I. DEINISI
!
BAB II. RUANG LINGKUP
"
BAB III. TATALAKSANA
8
BAB I#. D$KUMENTASI
1!
BAB I. DEINISI Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan, nilai-nilai perilaku, norma-norma yang disepakati/diterima dan melingkupi semua proses sehingga membentuk bagaimana seseorang berperilaku dan bekerja bersama. Budaya organisasi merupakan kekuatan yang sangat besar dan sesuatu yang tetap ada walaupun terjadi perubahan tim dan perubahan personal. Budaya keselamatan memiliki 4 pengertian utama: 1. kesadaran (awareness) yang akti dan konstan tentang potensi terjadinya kesalahan !. terbuka dan adil, ". pendekatan sistem, 4. pembelanjaran dari pelaporan insiden.
#anaat penting dari budaya keselamatan ($%&', !4):
a. rganisasi kesehatan lebih tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika kesalahan telah terjadi. b. #eningkatkan pelaporan insiden dan belajar dari insiden yang terjadi untuk mengurangi berulangnya dan keparahan dari insiden keselamatan. *. +esadaran keselamatan pasien yaitu bekerja untuk men*egah error dan melaporkan bila terjadi kesalahan sehinnga dapat mengurangi *edera isik dan psikis terhadap pasien. d. #engurangi biaya pengobatan dan ekstra terapi.
e. #engurangi sumber daya untuk manajemen komplain dan klaim. . #engurangi
jumlah sta
yang stres, merasa
bersalah, malu, kehilangan
keper*ayaan diri, dan moril rendah. BAB II. RUANG LINGKUP
#enurut eason, komponen budaya keselamatan terdiri atas : 1.
Budaya pelaporan
!. Budaya adil ". Budaya leksibel 4. Budaya pembelanjaran.
+eempat komponen tersebut mengidentiikasikan nilai-nilai keper*ayaan dan perilaku yang ada dalam organisasi dengan budaya inormasi dimana insiden dilaporkan untuk dilakukan tindakan untuk meningkatkan keamanan. rganisasi yang aman tergantung pada kesediaan karyawan untuk melaporkan kejadian *edera dan nearmiss (learning *ulture). +erelaan karyawan dalam melaporkan insiden karena keper*ayaan bahwa manajemen akan memberikan support dan penghargaan terhadap %&'a%(ra) insiden dan tindakan disiplin diambil berdasarkan akibat dari resiko (risk taking), merupakan pelaksanaan budaya a*i'. +erelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena atasan bersikap tenang ketika inormasi disampaikan sebagai bentuk penghargaan terhadap pengetahuan petugas, merupakan pelaksanaan budaya f'&+si,&' . erpenting, kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena keper*ayaan bahwa organisasi akan melakukan analisa inormasi insiden untuk kemudian dilakukan perbaikan sistem, merupakan pelaksanaan budaya %&-,&'a)ara) . nteraksi antara keempat komponen tersebut akan mewujudkan budaya keselamatan yang kuat. Bagian yang paling mendasar dari organisasi dengan budaya keselamatan (*ulture o saety ) adalah meyakinkan bahwa organisasi memiliki keterbukaan dan adil0 (being open and air ). ni berarti bahwa ($&%', !4): a. &ta yang terlibat dalam insiden merasa bebas untukmen*eritakan insiden tersebut
atau terbuka tentang insiden tersebut b. &ta dan organisasi bertanggung jawab untuk tindakan yangdiambil *. &ta merasa bisa membi*arakan semua insiden yang terjadi kepada teman sejawat dan atasannya d. rganisasi kesehatan lebih terbuka dengan pasien-pasien. 2ikaterjadi insiden, sta dan masyarakat akan mengambil pelajaran dari insiden tersebut
3ntuk men*iptakan lingkungan yang terbuka dan adil kita harus menyingkirkan dua mitos utama: a. #itos kesempurnaan: jika seseorang berusaha *ukup keras, mereka tidak akan berbuat kesalahan b. #itos hukuman: jika kita menghukum seseorang yang melakukan kesalahan, kesalahan yang terjadi akan berkurang tindakan remedial dan disipliner akan membawa perbaikan dengan meningkatnya motiasi.
erbuka dan adil sangat penting diterapkan karena sta tidak akan membuat laporan insiden jika mereka yakin kalau laporan tersebut akan menyebabkan mereka atau koleganya kena hukuman atau tindakan disiplin. 5ingkungan yang terbuka dan adil akan membantu sta untuk yakin membuat laporan insiden yang bisa menjadi pelajaran untuk perbaikan.
6aktor-aktor yang memberi kontribusi (7ontributory a*tors) terjadinya insiden adalah: 1)
%asien: %asien bisa menjadi aktor yang memberi kontribusi terjadinya insiden seperti umur atau perbedaan bahasa.
!)
ndiidual: 6aktor indiidual termasuk aktor psikologis, aktor kenyamanan, dan hubungan kerja.
")
+omunikasi (7ommuni*ation): +omunikasi termasuk komunikasi tertulis, erbal dan nonerbal. +omuikasi bisa mengkontribusi terjadinya insiden jika komunikasi tidak eekti, tidak adekuat, membingungkan atau komunikasi terlambat. 6aktor-aktorini berkaitan antar indiidual, dalam atau antar organisasi. 4)
im dan aktor sosial, yang termasuk dalam aktor-aktor ini adalah: komunikasi dalam satu tim gaya kepemimpinan struktur hierarki tradisional kurang menghargai anggota senior dalam tim dan persepsi sta terhadap tugas/tanggung jawab.
8)
%endidikan dan pelatihan: +etersediaan dan kualitas pelatihan untuk sta
sangat
berpengaruh
pada
kemampuan
sta
melakukan
pekerjaannya atau untuk merespon pada situasi darurat/emergen*y. 9)
%eralatan dan sumber daya (;uipment and resour*es), yang termasuk pada aktor peralatan adalah apakah peralatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya apakah sta mengetahui *ara menggunakan alat tersebut dimana menyimpannya dan seberapa sering peralatan diperiksa.
<)
6aktor lingkungan (enironment a*tors) dan kondisi kerja (=orking *onditions): hal ini mempengaruhi kemampuan sta untuk bekerja, termasuk gangguan dan interupsi dalam bekerja seperti: suhu ruangan yang tidak menyenangkan penerangan yang tidak adekuat keributan dan ruang kerja yang sempit.
>)
=aktu (iming): 6aktor waktu ini adalah kombinasi antara aktor penyebab dengan kegagalan pada system (pen*egahan atau *ontrol) yang merupakan penyebab insiden terjadi.
?)
+onsekuensi (7onse;uen*es): ni adalah akibat atau dampak dari insiden yang bisa terjadi, yaitu: leel rendah (low), leel menengah (moderate), leel parah (seere) dan kematian(death).
1) 6aktor yang mengurangi akibat insiden (#itigating a*tors):Beberapa aktor, baik kejadian yang merupakan kesempatan ataukeberuntungan, kemungkinan mempunyai aktor yang bisa mengurangi akibat insiden yang lebih serius. &angat penting jika aktor-aktor ini dijabarkan pada saat inestigasi sehingga aktortersebut bisa mendukung praktek keselamatan (&aety %ra*ti*e)
BAB III. TATALAKSANA
+eselamatan pasien merupakan komponen terpenting dalam mutu pelayanan kesehatan. umah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan keselamatan pasien dengan mengusahakan terwujudnya budaya keselamatan. @alam membangun budaya keselamatan, sangat penting bagi rumah sakit untuk mengukur perkembangan budaya dengan melakukan pengukuran budaya se*ara berkala. %engukuran pertama sangat penting sebagai data dasar yang akan dipergunakan sebagai a*uan penyusunan program. &urey Budaya +eselamatan %asien umah &akit (Aospital &urey on %atient &aety 7ulture),dikeluarkan oleh 'A ('meri*an Aoaspital esear*h and uality) pada bulan $oember, !4, didesain untuk mengukur opini sta rumah sakit mengenai isue keselamatan pasien, medi*al errors, dan pelaporan insiden. &urey ini terdiri atas 4! item yang mengukur 1! dimensi keselamatan pasien. abel 1-1. @imensi Budaya +eselamatan %asien dan @einisi Di-&)si B/*aa K&s&'a-ata) Pasi&) D&fi)isi
1. +omunikasi terbuka
&ta bebas berbi*ara ketika mereka melihat sesuatu yang berdampak negati bagi pasien dan bebas menanyakan masalah tersebut kepada atasan
!. +omunikasi dan 3mpan Balik mengenai insiden
&ta diberi inormasi mengenai insiden yang terjadi,
diberi
umpan
balik
mengenai
implementasi perbaikan, dan mendiskusikan *ara untuk men*egah kesalahan ". 6rekuensi pelaporan insiden
+esalahan dengan tipe berikut ini dilaporkan: (1)kesalahan diketahui dan dikoreksi sebelum mempengaruhi pasien (!)kesalahan tanpa potensi *edera pada pasien (")kesalahan yang dapat men*ederai pasien tetapi tidak terjadi
4. Aandos dan ransisi
normasi mengenai pasien yang penting dapat dikomunikasikan dengan baik antar unit dan antar shit.
8. @ukungan managemen untuk keselamatan pasien
#anagemen rumah sakit mewujudkan iklim bekerja yang mengutamakan keselamatan pasien dan menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan priotitas
3tama
9. espon nonpuniti (tidak menghukum) terhadap
&ta merasa kesalahan dan pelaporan insiden tidak
dipergunakan
untuk
menyalahkan
mereka dan tidak dimasukkan kesalahan kedalam penilaian personal <. %embelajaran organisasi C
+esalahan dipergunakan untuk perubahan
%eningkatan berkelanjutan
kearah positi dan perubahan diealuasi ektiitasnya
>. %ersepsi keselamatan pasien se*ara keseluruhan
%rosedur dan sistem sudah baik dalam men*egah kesalahan dan hanya ada sedikit masalah keselamatan pasien
?. &taing
2umlah sta *ukup untuk menyelesaikan beban kerja dan jumlah jam kerja sesuai untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk keselamatan pasien
1. kspektasi dan 3paya 'tasan
'tasan mempertimbangkan masukan sta
dalam meningkatkan
untuk meningkatkan keselamatan pasien,
keselamatan pasien
memberikan
pujian
bagi
sta
yang
melaksanakan prosedur keselamatan pasien, dan tidak terlalu membesar-besarkan masalah keselamatan pasien 11. +erja sama tim antar unit
3nit kerja di rumah sakit bekerja sama dan berkoordinasi antara satu unit dengan unit yang lain untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien
1!. +erja sama dalam tim unit
+erja
&ta saling mendukung satu sama lain, saling
menghormati, dan bekerja sama sebagai tim
&urey ini juga mengandung dua pertanyaan kepada responden mengenai tingkat budaya keselamatan di unit kerja masing-masing dan banyaknya jumlah insiden yang telah mereka laporkan selama satu tahun terakhir. &ebagai tambahan, responden juga ditanyai mengenai latar belakang responden (unit kerja, jabatan sta, apakah mereka berinteraksi langsung dengan pasien atau tidak.
Ti)+at Mat/ritas B/*aa K&s&'a-ata) Pasi&)
'sh*rot (!8) mengembangkan pola untuk menilai sejauhmana tingkat maturitas sebuah institusi dalam menerima budaya keselamatan pasien dan membagi tingkat maturitas budaya keselamatan pasien menjadi 8 (lima) tingkat, yaitu patologis,
reakti, kalkulati, proakti dan generati. %ada leel patologis, institusi belum mempunyai sistem keselamatan pasien, instiusi melihat keselamatan pasien sebagai masalah dan beban. nstitusi atau organisasi berusaha untuk menekan atau membatasi inormasi serta berokus pada budaya saling menyalahkan. rganisasi pada leel reakti sudah mempunyai sistem keselamatan pasien se*ara terbatas, organisasi memangdang bahwa keselamatan pasien sebagai hal yang penting namun aktiitas yang dilakukan hany a bersiat reakti kala terjadi *edera medis. rganisasi yang berada pada leel kalkulati *enderung terikat pada aturan, posisi dan otoritas departemen. %endekatan sistematik sudah dimiliki, tetapi penerapan program keselamatan masih terbatas di lingkup *edera medis yang sering terjadi. rganisasi di leel proakti sudah memiliki sistem yang tertata baik dan kegiatannya diokuskan pada upaya untuk men*egah dan mengantisipasi *edera dalam skala yang lebih luas dan sudah melibatkan stakeholder. %ada tataran organisasi yang generati, yang merupakan leel tertinggi dalam budaya keselamatan pasien, sistem terus dipelihara dan diperbaiki dan menjadi bagian dari misi organisasi. rganisasi se*ara akti mengealuasi eektiitas interensi yang telah dikembangkan dan terus belajar dari kegagalan dan kesuksesan.
abel !-!. ingkat #aturitas Budaya +eselamatan %asien (leeming, #., !>) Ti)+at Mat/ritas
P&)*&+ata) *a'a- P&)i)+ata) B/*aa KP
%atologis
Belum
memiliki sistem
yang
mendukung
kultur
keselamatan pasien, lingkungan kerja masih bersiat menyalahkan. eakti
&istem bersiat
ragmentasi,
dikembangkan
hanya
sekedar menjawab akreditasi organisasi dan reakti terhadap *edera medis yang terjadi. +alkulati
&istem tertata baik namun implementasi masih bersiat
%roakti
segmental. &istem bersiat
komprehensi,
berskala
luas
dan
melibatkan stakeholder , pendekatan berbasis pada bukti (evidence based ) sudah diterapkan dalam kegiatan organisasi. @egenerati
Budaya keselamatan pasien menjadi misi sentral dalam organisasi, organisasi selalu mengealuasi eektiitas interensi dan selalu belajar dari kegagalan dan kesuksesan. BAB I#. D$KUMENTASI
%elaporan insiden keselamatan pasien merupakan kegiatan yang penting dalam mengupayakan keselamatan pasien, hal ini bermanaat sebagai proses pembelajaran bersama. Banyak metode yang digunakan untuk mengidentiikasi risiko, salah satu *aranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. @apat dipastikan bahwa sistem pelaporan
akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. %elaporan insiden penting karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk men*egah kejadian yang sama terulang kembali, pelaporan juga dapat digunakan untuk memonitor upaya pen*egahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya inestigasi selanjutnya.
3ntuk memulai kegiatan pelaporan ini, perlu dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, ormulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan. nsiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang ny aris terjadi. 5aporan insiden ini dibuat oleh semua sta rumah sakit yang pertama menemukan kejadian dan sta yang terlibat dalam suatu kejadian. #asalah yang sering mun*ul dalam pelaporan insiden, diantaranya adalah laporan masih dipersepsikan
sebagai
pekerjaan
tambahan0
perawat,
laporan
sering
disembunyikan/underreport karena takut disalahkan, terlambat dalam pelaporan, dan laporan miskin data karena ada budaya blame culture .
&upaya kegiatan pelaporan dapat berjalan dengan baik, karyawan/perawat perlu diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manaat laporan, alur pelaporan insiden ke tim +% se*ara internal (di rumah sakit) ataupun alur pelaporan se*ara eksternal (di luar rumah sakit), bagaimana *ara mengisi ormulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan *ara menganalisa laporan.
'lur pelaporan nsiden ke im &+% di &
1)
'pabila terjadi suatu insiden (+$7/+@) di rumah sakit, wajib segera ditindaklanjuti (di*egah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan.
!)
&etelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi 6ormulir 5aporan nsiden pada akhir jam kerja/shit kepada atasan langsung (paling lambat ! D !4 jam) jangan menunda laporan.
")
&etelah selesai mengisi 5aporan, segera serahkan kepada 'tasan langsung pelapor. (atasan langsung disepakati sesuai keputusan #anajemen
:&uperisor/+epala
Bagian/nstalasi/@epartemen/3nit
+etua +omite #edis). 4)
'tasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan .
8)
Aasil grading akan menentukan bentuk inestigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai berikut : a)
Erade Biru
: nestigasi sederhana oleh 'tasan 5angsung,
waktu maksimal 1 minggu b)
Erade Aijau
: nestigasi sederhana oleh 'tasan langsung,
waktu maksimal ! minggu *)
Erade +uning:nestigasi
+omprehensi/'nalisis
'kar
#asalah/7' oleh im +% di &, waktu maksimal 48 hari d)
Erade #erah : nestigasi
+omprehensi/'nalisis
'kar
#asalah/7' oleh im +% di &, waktu maksimal 48 hari
9)
&etelah selesai melakukan inestigasi sederhana, laporan hasil inestigasi dan laporan insiden dilaporkan ke im +% di &.
<)
im +% di & akan menganalisa kembali hasil nestigasi dan 5aporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan inestigasi lanjutan (7') dengan melakukan Regrading .
>)
3ntuk Erade +uning/#erah, im +% di & akan melakukan 'nalisis 'kar #asalah/ Root Cause Analysis (7').
?)
&etelah melakukan 7', im +% di & akan membuat 5aporan dan ekomendasi
untuk
perbaikan
serta
%embelajaran0 berupa :
%etunjuk/0Safety Alert” untuk men*egah kejadian yang sama terulang kembali. 1)
Aasil 7', rekomendasi dan ren*ana kerja dilaporkan kepada @ireksi.
11)
ekomendasi untuk %erbaikan dan %embelajaran0 diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait.
1!)
3nit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
1")
#onitoring dan aluasi %erbaikan oleh im &+% di &.