BAB 9
Self-Attribution Bias GAMBARAN BIAS Nama Bias : Self-Attribution Bias ( Bias Melayani Diri ) Tipe Bias : Kognitif
Gambaran Umum. Self attribution bias (self – serving serving attributional bias) menunjukkan kecenderungan seseorang untuk menganggap bahwa kesuksesan mereka merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, seperti bakat atau pandangan ke depan, terkadang lebih sering menyalahkan pengaruh dari luar, seperti nasib yang buruk. Siswa yang berprestasi baik dalam ujian contohnya, mungkin membanggakan kecerdasan atau etos kerja, sementara yang gagal mungkin meyebutkan penilaian yang tidak adil. Sama halnya, seorang atlet sering beranggapan bahwa mereka sudah melakukan dengan baik (sungguh-sungguh) untuk menunjukkan kemampuan atletik mereka yang tinggi ketika mereka menang. Tapi mereka mungkin menyatakan ketidakadilan pada wasit ketika mereka kalah. Gambaran Teknis. Atribusi diri adalah sebuah fenomena kognitif dimana orang beranggapan bahwa kegagalan merupakan akibat dari faktor situasional dan keberhasilan merupakan faktor disposisional (internal atau individual). Self- ser ving bias (bias melayani diri) dapat dibagi menjadi dua : 1. Self- enchancing bias (bias peningkatan diri) menunjukkan kecenderungan orang untuk menyatakan tingkat irasional dari kebanggaan kebanggaan untuk kesuksesan mereka. 2. Self protecting – bias (bias perlindungan diri) menunjukkan efek korolar – penolakan irasional tanggung jawab atas kegagalan.
Self- enchancing bias (bias peningkatan diri) dapat dijelaskan dari perspektif kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang ingin (bermaksud untuk) sukses, kemudian hasilnya sesuai dengan tujuan kesuksesannya maka akan dirasa sebagai hasil dari peran seseorang tersebut untuk mencapai apa yang semula sudah dimaksudkan (diinginkan). Seseorang, tentu akan lebih menerima penghargaan untuk keberhasilannya dibanding kegagalannya. Semenjak mereka bermaksud (berkeinginan) untuk berhasil daripada gagal. Self protecting – bias (bias perlindungan diri) dapat dijelaskan dari perspektif emosional. Beberapa berpendapat, bahwa kebutuhan untuk memelihara penghargaan penghargaan diri secara langsung mempengaruhi atribusi dari hasil tugas karena seseorang dapat melindungi dirinya secara psikologi sebagai usaha mereka untuk memahami kegagalannya. Karena penjelasan kognitif dan e mosional ini adalah saling berhubungan, maka bisa menjadi sulit untuk memastikan bias mana yang sedang bekerja dalam situasi tertentu.
APLIKASI PRAKTIS
Dr. Dana Dunn, seorang profesor psikologi di Moravian College Bethlehem, Pennsylvania telah melakukan beberapa pekerjaan yang sangat baik mengenai self-serving attributional bias (bias melayani diri). Dia mengamati bahwa murid-muridnya murid-muridnya sering mengalami kesulitan untuk mengetahui mengetahui self-serving attributional bias (bias melayani diri) dalam perilaku mereka sendiri. Untuk menggambarkan fenomena ini ia melakukan sebuah percobaan dimana ia meminta siswa untuk mengambil sele mbar kertas dan membuat garis di tengah halaman. Kemudian dia memberitahu murid-muridnya untuk memberi label satu kolom ―kekuatan‖ kekuatan‖ dan satu kolom ―kelemahan‖ dan murid-muridnya membuat daftar kekuatan dan kelemahan pribadi mereka dalam dua kolom tersebut. Dia menemukan bahwa siswanya secara konsisten lebih banyak memiliki daftar kekuatan dari pada kelemahan. Hasil percobaan Dunn menyatakan bahwa murid-muridnya mengalami self- serving attributional bias (bias melayani diri). Investor juga tidak kebal (rentan) dari perilaku seperti ini. Dalam pepatah lama Wall Street yang relevan saat ini yaitu ― jangan membingungkan ota k dengan spekulasi naiknya harga-harga efek di pasar ‖. Ketika seorang investor yang rentan terhadap self-serving attributional bias (bias ( bias melayani diri) membeli sebuah investasi dan d an mengalami kenaikan (keuntungan) maka hal ini merupakan hal yang wajar bagi bisnis dan investasi mereka. Sebaliknya, ketika seorang investor yang rentan terhadap self-serving attributional bias (bias melayani diri) membeli sebuah investasi dan mengalami penurunan (kerugian) maka hal ini terjadi karena nasib buruk atau beberapa faktor lain yang bukan merupakan kesalahan dari investor. Pada umumnya masyarakat berpandangan kekuatan mereka terdiri dari kualitas pribadi yang dipercaya dapat diberdayakan untuk keberhasilan mereka, sedangkan
kelemahan adalah sifat-sifat yang dimiliki dapat mempengaruhi mereka untuk gagal. Investor yang rentan terhadap self-serving attributional bias (bias melayani diri) menganggap bahwa investasi yang sukses dikarenakan karakteristik bawaan sedangkan kegagalan investasi dikarenakan faktor eksogen ( dari luar investor).
Implikasi Bagi Investor. Menghubungkan kesuksesan dan kegagalan secara irasional dapat mengganggu investor dalam dua cara utama. Pertama orang yang tidak mampu melihat kesalahan yang telah dibuatnya akan mengakibatkan mereka tidak dapat belajar dari kesalahan tersebut. Kedua investor yang tidak proporsional akan menhargai diri mereka sendiri dan ketika hal-hal yang diinginkan terjadi(timbul) maka dapat menjadi sangat percaya diri dalam pasar mereka sendiri. Kotak 9.1. menggambarkan perangkap perilaku mementingkan diri sendiri yang sering menyebabkan kesalahan dalam keuangan.
TINJAUAN PENELITIAN
Dalam sebuah diskusi bias melayani diri sendiri yang sangat penting adalah ― Belajar untuk menjadi terlalu percaya diri,‖ yang ditulis oleh Terrance Odean dan Simon Gervis. Mereka mengembangkan sebuah model yang menggambarkan bagaimana para pedagang pemula yang menunjukkan kerentanan terhadap bias melayani diri sendiri akhirnya tidak percaya diri dengan keterampian investasinya karena mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas kerugian yang telah mereka alami. Self-atribusi ( Melayani Diri Sendiri ) mengajarkan investor untuk secara tidak sadar mengambil risiko keuangan yang tidak tepat dan perdagangan yang terlalu agresif, memperkuat votalitas pasar pribadi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa sementara investor pemula secara konsisten percaya diri bahwa mereka dapat mengungguli pasar, sebagian besar gagal melakukannya. Gervais dan Odean mengembangkan tiga hipotesis yang semuanya didukung oleh data statistik: 1. Periode kemakmuran umum biasanya diikuti oleh periode volume perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan, sebuah tren yang menandakan dampak terlalu percaya diri pada keputusan investor. 2. Selama periode di mana terlalu percaya diri meningkatkan volume perdagangan, keuntungan yang lebih rendah dari rata-rata adalah hasilnya. 3. Pedagang yang muda dan sukses cenderung berdagang paling banyak dan menunjukkan kepercayaan diri yang terlalu tinggi. 1. Atribusi diri investor dapat, setelah periode investasi yang berhasil (seperti seperempat atau satu tahun) percaya bahwa keberhasilan mereka disebabkan oleh ketajaman mereka sebagai investor daripada faktor-faktor yang berada diluar kendali mereka. Perilaku ini dapat menyebabkan risiko yang terlalu banyak, karena investor menjadi terlalu percaya diri dalam perilaku mereka. 2. Bias atribusi diri sering membuat investor melakukan perdagangan terlalu banyak daripada yang bijaksana. Karena para investor percaya bahwa investasi yang sukses (trading) dikaitkan dengan keterampilan dibandingkan keberuntungan, mereka mulai melakukan perdagangan terlalu banyak, yang terbukti "berbahaya bagi kekayaan Anda." 3. Bias atribusi diri membuat investor "mendengar apa yang ingin mereka dengar." Artinya, ketika investor diberi informasi yang menegaskan keputusan yang mereka buat untuk melakukan investasi, mereka akan menganggap "kecemerlangan" pada diri mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan investor yang melakukan pembelian atau melakukan investasi yang seharusnya tidak dilakukan. 4. Bias atribusi diri dapat menyebabkan investor memiliki portofolio yang kurang terwakili, terutama di kalangan investor yang menganggap keberhasilan kinerja perusahaan terhadap kontribusinya sendiri, seperti eksekutif cor-porate, anggota dewan, dan sebagainya. Seringkali kinerja sebuah saham tidak dikaitkan dengan keterampilan seseorang, melainkan banyak faktor, termasuk kebetulan; Dengan demikian, memegang posisi saham yang konsisten dapat dikaitkan dengan atribusi diri dan harus dihindari. Kotak 9.1. Self-serving attributional bias (bias melayani diri): Perilaku yang dapat menyebabkan kesalahan investasi. Gervais dan Odean, dalam kutipan dari ― Learning to Be Overconfident (Belajar menjadi terlalu percaya diri )‖ meringkas pendekatan mereka dan temuan mereka. Dalam menilai kemampuannya, pedagang mengambil terlalu banyak penghargaan atas kesuksesannya. Hal ini menyebabkan dia menjadi terlalu percaya diri. Tingkat kepercayaan pedagang yang diharapkan meningkat pada tahap awal karirnya. Kemudian, dengan lebih banyak pengalaman, dia semakin mengenal kemampuannya sendiri. Dalam sebuah perdagangan pedagang yang terlalu percaya diri terlalu agresif, sehingga meningkatkan volume perdagangan dan volatilitas pasar sementara keuntungan yang diharapkannya menurun. Meskipun jumlah keberhasilan yang lebih besar menunjukkan
kemampuan yang lebih besar, seorang pedagang yang lebih sukses mungkin benar-benar memiliki keuntungan yang diharapkan lebih rendah pada periode berikutnya daripada pedagang yang kurang sukses karena kepercayaan dirinya yang berlebihan. Karena terlalu percaya diri yang dihasilkan oleh kesuksesan, pedagang yang terlalu percaya diri tidak merupakan pedagang miskin. Kelangsungan hidup mereka di pasar tidak terancam. Terlalu percaya diri tidak membuat pedagang lebih kaya, namun proses menjadi kaya bisa memuat pedagang terlalu percaya diri.
PENGUJIAN DIAGNOSTIK
Tes diagnostik dibawah ini dapat membantu mendeteksi kerentanan terhadap bias mengenal diri sendiri : Pertanyaan 1 : Setelah melakuka investasi, asumsikan bahwa Anda mendengar sebuah laporan berita yang memiliki implikasi negatif mengenai potensi hasil investasi yang baru saja Anda jalankan. Seberapa besar Anda untuk kemudian mencari informasi yang bisa memastikan bahwa Anda telah membuat keputusan yang buruk? a. Sangat tidak mungkin b. Tidak sepertinya c. Mungkin d. Sangat mungkin Pertanyaan 2 : Ketika kembali ke peningkatan portofolio Anda, apa yang Anda percayai sebab utama perubahan kinerja ini? a. Keterampilan investasi anda b. Kombinasi antara keterampila invetasi dan keberuntu ngan c. Keberuntungan Pertanyaan 3 : Setelah anda melakukan perdagangan yang sukses, Seberapa besar kemungkinan Anda untuk mengambil keuntungan untuk bekerja dalam perdagangan yang cepat dan perdagangan berikutnya, daripada membiarkan uang itu menganggur sampai Anda yakin telah menemukan investasi lain yang baik? a. Ketika saya menjual investasi yang menguntungkan, saya biasanya menginvestasikan uang itu lagi segera. b. Biasanya saya akan menunggu sampai saya menemukan sesuatu yang sangat saya sukai sebelum melakukan investasi baru. c. Beberapa kombinasi pilihan A dan B. Pertanyaan 4 : Sehubungan dengan investor lain, seberapa bagus Anda sebagai investor? a. Dibawah rata-rata b. Rata-rata c. Diatas rata-rata d. Jauh diatas rata-rata
Analisis Hasil Pengujian Pertanyaan 1 : Orang-orang yang responnya menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin mencari informasi yang dapat melibatkan mereka dalam keputusan buruk sebelumnya cenderung mengalami bias mengenal diri sendiri. Hal ini terjadi karena kegagalan investasi disebabkan tidak membuat keputusan yang buruk, namun juga karena nasib buruk. Pertanyaan 2 : Mengaitkan kesuksesan financial dengan keterampilan cenderung menunjukkan kerentanannya terhadap bias melayani diri sendiri.. Pertanyaan 3 : Investor yang segera mengembalikan uang mereka tanpa hati-hati dengan merencanakan langkah selanjutnya, seringkali secara tidak proporsional memberi kontribusi pada keberhasilan mereka ke pasar mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka cenderung menderita bias melayani diri sendiri. Pertanyaan 4 : Investor yang menilai mereka sebagai ― Di atas rata-rata ‖ atau ―Baik diatas ratarata‖ dalam keterampilan cenderung mengalami bias melayanai diri sendiri
SARAN
Mengingat kembali pepatah lama Wall Street yang mungkin memberikan peringatan terbaik terhadap
perangkap bias diri-atribusi : ― jangan membingungkan otak dengan spekulasi naiknya harga-harga efek di pasar‖ Sering kali, ketika keputusan keuangan berjalan dengan baik, investor mengucapkan selamat pada kelihaian diri mereka. Namun ketika suatu hal tidak berjalan dengan baik mereka menghibur diri dengan menyimpulkan bahwa seseorang atau sesuatu yang lain yang bersalah. Dalam banyak kasus, penjelasan tersebut sama sekali tidak benar, hasil investasi yang menang biasanya disebabkan oleh sejumlah faktor, pasar bull yang paling menonjol, penurunan nilai saham, serta bisa sama-sama acak dan kompleks. Kadang-kadang, kesalahan terjadi di arena yang jauh melampaui kendali investor, seperti penipuan atau kesalahan dalam mengelola. Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan investor adalah memiliki pandangan seobjektif mungkin terhadap keduanya yaitu menang dan kalah dalam investasi. Namun, kebanyakan orang tidak meluangkan waktu untuk menganalisis dalam pertemuan yang kompleks sebagai faktor untuk membantu mereka merealisasikan keuntungan atau menghadapi kesalahan potensial yang diperparah dengan kerugian. Postanalysis adalah salah satu alat pembelajaran terbaik yang dimiliki setiap investor. Hal ini mudah dimengerti tetapi tidak rasional jika akhirnya takut untuk melakukan pemeriksaan dari satu kesalahan masa lalu. Satu-satunya kesalahan nyata dan menyedihkan adalah terus mengundurkan diri dengan terlalu percaya diri dan sebagai akibatnya kesalahan yang sama dapat terulang kembali. Penasehat dan investor individu harus melakukan postanalysis dari setiap investasi: Di mana Anda menghasilkan uang? Di mana Anda kehilangan uang? Mental Anda yang memisahkan keputusan yang baik dan menghasilkan uang dari sesuatu yang buruk. Kemudian, meninjau keputusan yang menguntungkan da n mencoba untuk membedakan apa, tepatnya, yang anda lakukan dengan benar: Apakah Anda membeli saham pada waktu yang menguntungkan? Apakah pasar secara umum sedang baik? Demikian pula, Anda harus meninjau keputusan yang dianggap miskin (tidak menguntungkan): Apa yang salah? Apakah Anda membeli saham dengan pendapatan yang buruk? Apakah saham tersebut diperdagangkan pada atau didekat harga tertinggi saat ini ketika Anda membelinya, atau apakah Anda mengambil saham karena mereka mulai menurun? Apakah Anda membeli saham tepat dan hanya membuat kesalahan ketika tiba saatnya untuk menjual? Apakah pasar secara umum mengalami fase koreksi? Ketika meninjau keputusan yang tidak menguntungkan, carilah pola atau kesalahan umum yang mungkin tidak Anda sadari. Perhatikan setiap kecenderungan seperti yang Anda temukan, dan cobalah untuk tetap memperhatikan dengan mereka, misalnya brainstorming (menyelesaikan masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari anggota kelompok) mengenai aturan atau pengingat seperti: ―Aku tidak akan melakukan X di masa depa n‖ atau ―Saya akan melakukan Y di masa depan‖. Karena sadar akan aturan- aturan ini akan membantu Anda mengatasi kebiasaan buruk yang mungkin Anda peroleh dan juga dapat memperkuat ketergantungan Anda pada strategi yang telah membantu Anda dengan baik. Ingat: Mengakui dan belajar dari kesalahan masa lalu Anda adalah cara terbaik untuk menjadi lebih cerdas, lebih baik, dan lebih sukses sebagai seorang investor.
KESIMPULAN