STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PASIEN DIDUGA KETERGANTUNGAN OBAT ATAU ALKOHOL No. Dokumen Dokumen
No. Revisi Revisi
Halaman Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Penanganan atau tindakan yang dilakukan terhadap pasien di duga menggunakan obat atau alkohol tanpa mengikuti aturan/ pengawasan dokter secara terus menerus yang menyebabkan ketergantungan atau ketagihan baik secara fisik/ jasmani, mental dan emosional.
Tujuan
: Untuk mencegah dan menurunkan ketergantungan obat atau alcohol terhadap pasien.
Kebijakan
:
Petugas
:
Prosedur
: 1. Identifikasi pasien yang membutuhkan penilaian lebih lanjut sehubungan dengan adiksi yang dideritanya dan menyusun rencana pengobatan pasien. 2. Skrining penilaian pasien terhadap pengguna obat atau alkohol keadaan kesehatan fisik dan mental. 3. Dilakukan tindakan pengobatan medik, detoksifikasi. 4. Lakukan pendampingan Psikologis, social dan ekonomi. 5. Lakukan rehabiliitasi agar pasien tidak kembali pada ketergantungan obat atau alkohol sebelumnya. 6. Monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan pasien.
Unit Terkait
: Instalasi Gizi, Rawat Inap, Laboratorium Laboratori um
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
ASESMEN GIZI PASIEN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Kegiatan dalam proses identifikasi pasien agar mendapatkan hasil optimal dalam proses perencanaan diit pasien dan tepat terapi diit.
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi pasien guna mengetahui status gizi dan guna memberikan terapi diit yang tepat.
Kebijakan
:
Petugas
:
Prosedur
: 1. Pasien baru dianamnese di Rawat inap. Perawat menanyakan juga anamnesa yaitu berisi IMT (Indeks Masa Tubuh) yang berfungsi sebagai penentuan. 2. Status gizi dan juga terdapat anamnesa riwayat penyakit dilakukan guna terapi gizi lebih lanjut. 3. Perawat merekomendasikan apa perlu konsul gizi lebih lanjut berdasarkan status gizi malnutrisi dan riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, asam urat, kolesterol, dll. 4. Ahli gizi melihat dan mempelajari status pasien yang ada di rekam medis pasien yang telah di isi perawat. 5. Ahli gizi melakukan anamnesa gizi lebih lanjut yang langsung ke pasien rawat inap yaitu dengan cara menanyakan kepada pasien yang meliputi : a. Identitas pasien (Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Alamat, Bangsa) b. Data subjektif meliputi keluhan utama, riwayat penyakit, dahulu sekarang, riwayat keluarga, sosial ekonomi, kebiasaan hidup, pola makan. c. Data objektif meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan klinis (tensi, suhu, nadi), pemeriksaaan antropometri (TB, BB), pemeriksaan penunjang (laboratorium) d. Data asasment meliputi diagnosa penyakit, diagnosa gizi, (antropometri, IMT, Biokimia, yaitu Hb). e. Dilakukan planning (terapi diit) dan terapi gizi yang tepat. 6. Ahli gizi melakukan edukasi/ konsultasi gizi terhadap keluarga dan pasien sesuai dengan kondisi pasien diitnya. 7. Monitoring dan evaluasi terhadap pasien rawat inap.
Unit Terkait
: Instalasi Gizi, Rawat Inap, Laboratorium
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PASIEN DENGAN INFEKSI ATAU PENYAKIT MENULAR No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang beresiko tinggi menularkan penyakit agar tidak terjadi infeksi nosokomial. .
Tujuan
: Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada pelayanan pasien berpenyakit menular .
Kebijakan
:
Petugas
:
Prosedur
:
Unit Terkait
: Rawat Inap, Rawat Jalan, Dokter dan Laboratorium
1. Pasien di tempatkan di ruang isolasi yang steril. 2. Petugas kesehatan memakai APD (Alat Pelindung Diri) dalam melakukan tindakan terhadap pasien . 3. Petugas kesehatan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan desifektan. 4. Petugas menggunakan alat-alat kesehatan yang steril. 5. Petugas kesehatan mengganti linen setiap hari. 6. Petugas menempatkan linen yang sudah di pakai ditempat infeksius. 7. Monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan pasien. 8. Petugas melakukan steril ruangan dan peralatan yang dipakai pasien setelah pasien pulang.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PASIEN DIDUGA KETERGANTUNGAN OBAT ATAU ALKOHOL No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Penanganan atau tindakan terhadap pasien yang mengalami penderitaan fisik, mental, yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, bertindak rasa tidak berdaya yang diakibatkan oleh suatu tindakan pidana.
Tujuan
: - Menyediakan pelayanan medis dan dukungan untuk mengurangi dampak dan mencegah cedera lebih lanjut, penderitaan dan ancaman bahaya. - Meningkatakan cakupan korban kekerasan yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di pusat pelayanan terpadu (PPT) Rumah Sakit.
Kebijakan
:
Petugas
: Dokter, Perawat, Psikologi
Prosedur
:
Unit Terkait
: IGD, Rawat Inap, Laboratorium, Dokter, Psikolog
1. Korban yang diantar/ tidak diantar polisi datang ke rumah sakit mendaftar ke bagian registrasi kemudian di IGD dilakukan pemeriksaaan untuk menilai kondisi korban apakah dalam keadaan non kritis atau kritis. 2. Korban yang dalamkeadaan non kritis, akan mendapatkan layanan pemeriksaan fisik, konseling, psikologis dan hokum serta penunjang tambahan, medikolegar (Ver) dan pendampingan untuk mendapatkan Ver. Korban perlu membawa surat permintaan Ver dari polisi. 3. Apabila Rumah sakit tidak memiliki layanan konseling psikologis/ hokum/ shelter dapat di rujuk ke polisi, LSM, Pusat layanan terpadu perempuan dan anak (P2TP2A) atau dikembalikan ke keluarganya bila tidak membahayakan. 4. Pada Rumah sakit yang tidak memiliki PKT/ PPT (Pusat Layanan Terpadu), setelah masalah medisnya tertangani dapat di rujuk ke rumah sakit dengan PKT/ PPT untuk mendapat pelayanan lain yang dibutuhkan korban. 5. Korban yang dalam keadaan semi kritis akan ditangani di IGD sesuai dengan prosedur yang berlaku. Apabila diperlukan dapat dikonsultasikan/ dirujuk ke spesialiist terkait atau unit lain seperti kamar operasi/ ICU/ HCU. 6. Korban dalam keadaan kritis akan mendapatkan pelayanan seperti pada korban semi kritis. Pemeriksaan medikolegal dilakukan bersamaan dengan penanganan medis. 7. Apabila korban dari ICU/ HCU kemudian meninggal lapor ke polisi maka akan dilakukan otopsi untuk mendapatkan Visum Et Repertum (Ver) berdasarkan surat permintaan Ver dari polisi 8. Apabila tenaga kesehatan di Poliklinik rumah sakit menemukan pasien yang di duga korban kekerasan maka dinilai terlebih dahulu keadaan umumnya kemudian di konsultasikan ke PKT/ PPT.
KEBIJAKAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRATAMA SANGKULIRANG NOMOR: ………………………
TENTANG ASESMEN GIZI PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PRATAMA SANGKULIRANG DIREKTUR RS PRATAMA SANGKULIRANG
Menimbang
:
a. Bahwa dalam pelayanan gizi di rumah sakit dibutuhkan beberapa kebijakan yang dapat memfasilitasi tercapainya pelayanan yang bermutu sesuai kemajuan IPTEK, mengacu pada falsafah dan tujuan pelayanan gizi b. Bahwa kebijakan asesmen gizi di pandang perlu dituangkan melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Pratama Sangkulirang.
Mengingat
:
a. b. c.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
Kesatu
: PEMBERLAKUAN ASESMEN GIZI DI RUANG RAWAT INAP
Kedua
: Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi serta kondisi khusus ( pasien dengan imunitas,hemodialis kronis, geriatri, kemoterapi, intensive care, perinatologi, luka bakar, Diabetes mellitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, transplantasi sumsum tulang, cidera kepala berat, penyakit keganasan, pneumonia berat, stroke, bedah digestif) mendapatkan asuhan gizi meliputi kegiatan : 1. 2. 3. 4.
Asesmen gizi pasien yang terdiri dari pengkajian ; Menentukan diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada asesmen gizi. Memberikan Intervensi gizi yang sesuai. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi.
Ketiga
: Asesmen gizi dilakukan oleh Ahli Gizi/ Dietisien dengan pendidikan D4/ S1/ S2 Gizi.
Keempat
: Hasil Asasmen gizi ditulis pada formulir asesmen gizi di dokumen medic dengan format ADIME (Asasmen Diagnosis Gizi, Intervensi, dan Monitoring & Evaluasi).
Kelima
: Asuhan gizi dilaksanakan dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam sejak kedatangan pasien di rumah sakit.
Keenam
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Pada tanggal : Direkur RS Pratama Sangkulirang,
Dr. SAID MUCHDAR BIN SMITH Nip. 19820116 200903 1 006
KEBIJAKAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRATAMA SANGKULIRANG NOMOR: ………………………
TENTANG PENANGANAN PASIEN DENGAN INFEKSI ATAU PENYAKIT MENULAR DIREKTUR RS PRATAMA SANGKULIRANG
Menimbang
:
Mengingat
:
a. Bahwa dalam penanganan pasien dengan infeksi atau penyakit menular di rumah sakit dibutuhkan beberapa kebijakan yang dapat memfasilitasi tercapainya pelayanan yang bermutu sesuai kemajuan IPTEK, mengacu pada standar pelayanan rumah sakit. b. Bahwa kebijakan penanganan pasien dengan infeksi atau penyakit menular di pandang perlu dituangkan melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Pratama Sangkulirang. a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
Kesatu
: PEMBERLAKUAN PENANGANAN PASIEN DENGAN INFEKSI ATAU PENYAKIT MENULAR DI RUMAH SAKIT PRATAMA SANGKULIRANG
Kedua
: Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko infeksi atau menularkan suatu penyakit mendapatkan penanganan pasien dengan infeksi atau penyakit menular meliputi kegiatan : 1. 2. 3.
Menentukan diagnosis yang sesuai dengan masalah Memberikan Intervensi yang sesuai. Melakukan monitoring dan evaluasi.
Ketiga
: Diagnosis Pasien dilakukan oleh dokter/ dokter spesialis.
Keempat
: Hasil diagnosa dan tindakan pasien ditulis dalam rekam medik.
Kelima
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Pada tanggal : Direkur RS Pratama Sangkulirang,
Dr. SAID MUCHDAR BIN SMITH Nip. 19820116 200903 1 006
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PERHITUNGAN LINEN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Suatu prosedur perhitungan jumlah bahan/ kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkusan kasur, bantal, guling dan alat instrument steril lainnya..
Tujuan
: 1. 2. 3. 4.
Kebijakan
:
Petugas
: Petugas laundry
Prosedur
:
Ruang Laundry (Linen Room) 1. Linen Kotor - Disetrika sambil diperhatikan ada bercak atau robek pada linen dilipat rapi sesuai kebutuhan. - Linen disusun sesuai kebutuhan. 2. Linen Bersih - Jumlah linen dihitung sesuai dengan jenisnya dan dicatat. - Proses pencucian linen dipisahkan antara umum dengan terinfeksi.
a. b. c. d. e. f.
g.
Unit Terkait
Mencegah tertukarnya linen dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Stock linen untuk ruangan terpenuhi. Menjaga kualitas dan kebersihan linen agar tetap tahan lama. Mengurangi complain dari pasien, seperti : kusut, robrk, luntur, dan sebagainya.
Ruangan Linen di antar ke ruangan setiap pagi hari, sebelumpasien dilakukan tindakan. Masukan linen ke dalam ruangan linen, disusun dan diatur sesuai tempatnya. Menghitung linen saat bersamaan dengan saat memasukkan linen ke dalam rak/ lemari (jumlah linen yang diberikan sesuai dengan jumlah linen kotor) = stock. Menyerahkan tanda bukti jumlah linen yang telah dikirim pada petugas ruangan. Jika tidak sesuai dengan stock, dicari penyebabnya. Linen yang telah dipakai pasien dibawa keruangan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah dibedakan warnanya, dan dipisahkan dengan yang terkontaminasi. Linen kotor dikumpulkan diruangan dan keesokan harinya di ambil oleh petugas laundry 2x sehari (pagi dan sore).
: Laundry, Rawat Inap
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PEMBERSIHAN CAIRAN TUBUH No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Penanganan tumpahan darah dan tumpahan cairan tubuh adalah proses kegiatan untukmenangani,membersihkan, dan mengelola tumpahan darah dan cairan tubuh.
Tujuan
1. : 2. 3.
Kebijakan
1. :
Petugas
:
Prosedur
:
2.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah infeksi pada pelayanan kesehatan dan tersedia peralatan penanganan tumpahan darah atau cairan tubuh. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Kebijakan Rumah Sakit Pratama Sangkulirang tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
1. Persiapan Alat : a. Spill kit yang berisi antara lain : - Celemek - Kacamata - Masker - Sarung tangan - Tissue/ Kertas Koran Bekas/ kertas merang/ Kain bekas - Penjepit - Plastik Medis - Chlorine/ Bayclin - Sprayer - Gelas Ukur - Lap Bersih b. Papan peringatan tanda lantai basah 2. 3. 4. 5.
Petugas menyiapkan spill kit dan memasang tanda peringatan. Petugas memakai APD (masker, kacamata, celemek/ apron). Petugas menyiapkan plastic kuning untuk limbah medis. Tumpahan cairan tubuh (darah) diserap menggunakan kertas merang/ tissue hingga bersih dengan memakai penjepit, jika tumpahan sudah mengering maka disemprot dulu menggunakan cairan perhidrol (H2O2) kemudian diserap
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
menggunakan kertas merang. Kertas merang/ tissue dimasukkan kedalam plastic kuning yang telah disiapkan. Bekas tumpahan cairan tubuh disemprotkan dengan menggunakan larutan chlorine 0,5% dan di diamkan sampai 10 menit. 10 menit kemudian angkat larutan chlorine dengan menggunakan lap basah. Masukkan lap basah ke dalam larutan air dan desinfektan (chlorine 0,5%). Ikat plastic berisi kertas merang/tissue yang telah terkontaminasi, masukkan ke dalam tempat sampah infeksius. Buka sarung tangan, buang ke tempat sampah infeksius. Lepaskan APD (kacamata dan apron), bersihkan dan masukkan kembali dalam spil kit. Kembalikan spill kit ke tempat penyimpanannya. Melakukan cuci tanggan dengan benar.
Cara membuat cairan chlorine 0,5% : 5ml Larutan chlorine dilarutan dengan air sampai volume 1 liter. Larutan dapat dipakai selama 24 jam. Lebih dari itu harus membuat larutan baru. Unit Terkait
: UGD, Rawat Inap, Rawat Jalan, Laboratorium.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan sebagai tehnik pencegahan mikroorganisme pathogen dari seseorang ke orang lain yang disebut “carrier”. Alat yang umum digunakan masker, kaca mata pelindung, apron, sarung tangan, penutup kepala, pelindung kaki.
Tujuan
: Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga, pengunjung dan lingkungan dari kemungkinan transmisi material infeksius.
Kebijakan
:
Petugas
:
Prosedur
:
1. 2. 3.
4.
5.
1. 2. 3. 4.
A. Masker N95 Langkah-langkah : Genggam respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jari-jari, biarkan tali pengikat menjuntai bebas di bawah tangan anda. Posisikan respirator dibawah dagu dan sisi untu hidung berada di atas. Tarik tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang kepala di atas telinga. Tarik tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga. Letakkan jari-jari kedua tangan anda di atas bagian hidung yang terbuat dari logam. Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti bentuk hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hati-hati agar posisi respirator tidak berubah. B. Masker Biasa Langkah-langkah Pemasangan : Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung. Paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga melekat dengan baik. Periksa ulang pengepasan masker
Langkah-langkah Melepaskan : 1. Jangan disentuh bagian depan masker karena telah terkontaminasi. 2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas. 3. Buang ke limbah infeksius. C. Pemakaian Kaca Mata Pelindung Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas. Langkah-langkah melepaskan: 1. Bagian luar kacamata atau pelidung wajah telah terkontaminasi. 2. Saat melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata.
3. Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat limbah infeksius. D. Pemakaian Gaun/ Apron Langkah-langkah Pemasangan: 1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, hingga bagianpergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung. 2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
1. 2. 3. 4. 5.
Langkah-langkah Melepaskan : Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi Lepas tali Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja Balik gaun pelindung. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk dip roses ulang atau buang di tempat limbah infeksius. E. Pemakaian Sarung Tangan
1. 2. 3.
4.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Langkah-langkah pemasangan : Buka pembungkus sarung tangan dengan hati-hati, pilih yang sesuai ukuran. Jika harus mempertahankan prinsip-prinsip steril hindarkan sarung tangan terkontaminasi obyek tidak steril. Jari telunjuk dan ibu jarinon dominan membuka lipatan sarung tangan bagian atas dan masukkan tangan non dominan dengan posisi terlentang, masukkan jari secara pelan-pelan. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari tangan dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan (bagian luar), segera masukkan tangan non dominan secara perlahan-lahan. Langkah-langkah Melepaskan: Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan. Lepaskan sarung tangan di tempat limbah infeksius. Cuci tangan sesuai prosedur. F. Pemakaian Penutup Kepala
Langkah-langkah: 1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup semua rambut. 2. Lepaskan pelindung kepala dan langsung dibuang ke tempat sampah. G. Pemakaian Pelindung Kaki Langkah-langkah : 1. Gunakan sepatu karet atau plastic yang menutupi sejumlah ujung dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit. 2. Sepatu harus selalu bersih. 3. Harus selalu digunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh di pakai keluar, tidak di anjurkan memakai sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki. Unit Terkait
: Semua Unit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) MENCUCI TANGAN DENGAN AIR MENGALIR DAN SABUN (HAND WASH) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RS PRATAMA SANGKULIRANG Jl. Jalan Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang 75384
Tanggal Terbit Standar Prosedur Operasional
dr. Said Muchdar Bin Smith Nip. 19820116 200903 1 006
Pengertian
: Tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
Tujuan
: 1. Menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme di telapak tangan. 2. Mencegah dan mengurangi angka infeksi nosokomial dari petugas ke pasien.
Kebijakan
:
Petugas
:
Prosedur
:
A. Peralatan Air mengalir, sabun cair, handuk 1x pakai atau tissue. B. Cara Kerja Lepaskan semua perhiasan (cincin, gelang, jam tangan). Basahi dengan air mengalir, ambil sabun cair kurang lebih 3cc. Lakukan cuci tangan dengan 10 langkah (1. Basahi Tangan, 2. Tuangkan sabun ke telapak tangan, 3. Gosok telapak tangan, 4. Gosok punggung tangan, 5. Gosok sela-sela jari, 6. Gosok ujung jari, 7. Gosok ibu jari & Pergelangan tangan, 8. Bersihkan kuku) 9. Bilas dengan air mengalir. 10. Keringkan tangan dengan tissue atau lap kering bersih. Lanjutkan dengan cuci tangan dengan cairan berbasis alcohol (hand rub).
Unit Terkait
: Semua Instalasi