Geografi Sumberdaya
11
1
1
TUGAS MAKALAH GEOGRAFI SUMBERDAYA
BENTANGLAHAN VULKANIK DAN FLUVIAL HUBUNGANNYA DENGAN POTENSI SUMBERDAYA LAHAN (KEMAMPUAN DAN DAYA DUKUNG TANAH)
Disusun Oleh :Eko Wahyu Nugroho (13/353709/GE/07713)Masna Naila A. (14/363146/GE/07715)El Mutia Intan M. (14/363631/GE/07718)Futuha Helen Sara (14/363760/GE/07719)Zulfa Sirlina Rofi I (14/364363/GE/07724)Aji Purnomo (14/364467/GE/07725)Ikha Nur Asiyah M (14/364522/GE/07726)Irvan Agung K (14/364586/GE/07729)Disusun Oleh :Eko Wahyu Nugroho (13/353709/GE/07713)Masna Naila A. (14/363146/GE/07715)El Mutia Intan M. (14/363631/GE/07718)Futuha Helen Sara (14/363760/GE/07719)Zulfa Sirlina Rofi I (14/364363/GE/07724)Aji Purnomo (14/364467/GE/07725)Ikha Nur Asiyah M (14/364522/GE/07726)Irvan Agung K (14/364586/GE/07729)
Disusun Oleh :
Eko Wahyu Nugroho (13/353709/GE/07713)
Masna Naila A. (14/363146/GE/07715)
El Mutia Intan M. (14/363631/GE/07718)
Futuha Helen Sara (14/363760/GE/07719)
Zulfa Sirlina Rofi I (14/364363/GE/07724)
Aji Purnomo (14/364467/GE/07725)
Ikha Nur Asiyah M (14/364522/GE/07726)
Irvan Agung K (14/364586/GE/07729)
Disusun Oleh :
Eko Wahyu Nugroho (13/353709/GE/07713)
Masna Naila A. (14/363146/GE/07715)
El Mutia Intan M. (14/363631/GE/07718)
Futuha Helen Sara (14/363760/GE/07719)
Zulfa Sirlina Rofi I (14/364363/GE/07724)
Aji Purnomo (14/364467/GE/07725)
Ikha Nur Asiyah M (14/364522/GE/07726)
Irvan Agung K (14/364586/GE/07729)
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bentanglahan volkanik dan fluvial merupakan bentanglahan yang dominan di Indonesia, keberadaannya hampir tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia. Asosiasi bentanglahan volkanik tidak bisa terlepas dari bentanglahan fluvial, morfokronologi yang saling berkaitan satu sama lain sehingga dalam pemanfaatan sumberdaya pada bentangalam fluvial maupun volkanik membutuhkan sinergi pengelolaan yang strategis terutama dalam hal yang berhubungan dengan potensi sumberdaya lahan.
Sumberdaya lahan diartikan sebagai segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat di lingkungan fisik meliputi tanah, iklim, relief dan vegetasi yang ada. Faktor – faktor tersebut dapat mempengaruhi potensi dalam penggunaan lahannya, termasuk akibat dari kegiatan – kegiatan manusia baik di masa lampau maupun masa sekarang. Sebagai contoh adalah penggunaan lahan pertanian di daerah fluviovulkan, kaitan dengan lahan tersebut maka diperlukanlah suatu interpretasi lahan agar dapat diketahui beragam komponen lahan baik luasan, lokasi, potensi yang ada, nilai ekonomi, ekosistem yang berkembang dan sifat dari tiap komponen tersebut.
Pengelolaan strategis sumberdaya alam khususnya sumberdaya lahan pada bentangalam volkanik dan fluvial atau secara umum pada bentuklahan fluviovulkan memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, regulasi atau kebijakan pemeritah terhadap pembukaan lahan baru dan pengelolaan lahan, etika lingkungan antara masyarakat dengan ekosistem serta pembangunan berkelanjutan.
Rumusan Masalah
Bagaimana morfogenesis dan karakteristik bentangalam fluvial dan volkanik?
Bagaimana persebaran sumberdaya lahan di Indonesia ditinjau dari aspek fluviovulkanik?
Bagaimana sumberdaya potensial dari bentangalam fluvial dan volkanik?
Apa saja peran utama sumberdaya lahan berkaitan dengan morfologi fluvial dan volkanik?
Mengapa diperlukan penanganan strategi pengelolaan sumberdaya alam terutama sumber daya lahan?
Bagaimana karakteristik sumberdaya lahan dan pengelolaannya?
Tujuan
Mengetahui uraian genesis dan karakteristik bentangalam volkanik dan fluvial.
Mengetahui karakteristik dan potensi sumberdaya lahan pada asosiasi bentang alam volkanik dan fluvial.
Menganalisis langkah strategis pengelolaan sumberdaya lahan dan pemanfaatannya.
BAB II
ISI
BAGIAN I : URAIAN GENESIS DAN KARAKTERISTIK BENTANGLAHAN VULKANIK DAN FLUVIAL SERTA CONTOH LOKASINYA DI INDONESIA
GENESIS
Bentuklahan volkanik merupakan bentuklahan yang proses pembentukannya dikontrol oleh aktivitas volkanisme. Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Bentuklahan asal proses volkanik lebih didasarkan pada material atau jenis batuan penyusun berupa batuan volkanis dengan berbagai jenisnya (Dibyosaputro, 1997).
Pembentukan gunung api tidak terlepas dari proses pergerakan lempeng tektonik di permukaan bumi. Gunungapi terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus menekan sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut.
Litosfer termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfer melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfer. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfer melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfer.
Secara umum, proses pembentukan gunung api dapat dijelaskan melalui gambar 2 berikut :
Gambar 1. Proses pembentukan gunung api.
Sumber : http://image.slidesharecdn.com/
Proses geomorfologi yang terjadi pada tubuh gunungapi memberikan karakteristik lahan yang berbeda baik dalam bentuk relief morfologi, tipe batuan, tanah, kondisi hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan. Verstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh gunungapi secara umum menjadi 9 satuan bentuklahan dan menjelaskan karakteristiknya sebagai berikut :
Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang merupakan tempat keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan kawah dengan dapur magma yang terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam kawah sehingga akan terbentuk danau kawah.
Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang runtuh akibat erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam kawah tersebut tersembur keluar sehingga bagian dalam kawah menjadi kosong. Kekosongan material dalam kawah ini mengakibatkan dinding kawah menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan runtuh sehingga terbentuk kaldera.
Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan.
Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan, perkebunan dan pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum teratur dengan lembah-lembah yang dalam.
Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki gunungapi didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi lembar sampai erosi alur.
Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang.
Medan lava dan medan lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.
Bentang lahan fluvial merupakan tingkatan tertinggi dari satuan geomorfologi, pembentukannya erat dengan proses fluvial. Morfogenesa berupa area lahan rendah dengan ketinggian relatif yang tidak jauh berbeda dengan sungainya. Morfogenesa fluvial dijumpai pada suatu daerah berstadia erosi dewasa-tua. Atau yang telah mengalami peremajaan.
Proses geomorfik yang diageni oleh aliran air disebut proses fluvial, dan didalam prosesnya berlaku proses fisika maupun kimia. Jenis serta intensitasnya tergantung pada batuan yang terkena proses, kompetensi aliran air dengan segala karakternya, iklim setempat, gradien temperatur, curah hujan, dan ketinggian.
Media proses fluvial dominan melalui sungai dan yang mempunyai peranan mengerosi dan mengangkut masa batuan untuk dibentuk menjadi endapan dilokasinya yang baru. Sungai merupakan kumpulan dari air di permukaan bumi. Proses fluvial layaknya proses geomorfik yang lain, dalam aktivitasnya secara berurutan melakukan aktivitas mengerosi, mengangkut, dan mengendapkan (deposisi) dan setiap aktivitas memiliki ciri atu khas tertentu.
Gambar 2. Siklus air
Sumber : Pelatihan OSN Centrion
Macam-macam proses Fluvatil
Proses erosi
Peristiwa terkikisnya lapisan permukaan tanah atau batuan oleh agen alami (air, angin, gletser)
Proses transportasi
Adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi
Proses sedimentasi
Proses yang berlangsung bila sungai tidak mampu lagi membawa material yang dibawanya.
Proses Erosi
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
Gambar 3. Profil sungai dari Hulu – Hilir
Sumber : Pelatihan OSN Centrion
Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
Erosion base level ini dapat dibagi menjadi
ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut
temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.
Proses Transportasi
Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
Gambar 4. Mekanisme pengangkutan material pada sungai
Sumber : Pelatihan OSN Centrion
Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.
Bentanglahan volkanik selalu berkaitan dengan bentanglahan fluvial, hal ini tidak lepas dari proses pembentukan alur sungai yang berhulu di topografi bagian atas dan bermuara di topografi bawah, dalam artian topografi ini dapat dikaitkan dengan morfografi bentanglahan volkanik.
Gambar 5. Morfologi Volkanik, pembagian dan asosianya dengan bentanglahan fluvialSumber : Materi GEO-SDAGambar 5. Morfologi Volkanik, pembagian dan asosianya dengan bentanglahan fluvialSumber : Materi GEO-SDA
Gambar 5. Morfologi Volkanik, pembagian dan asosianya dengan bentanglahan fluvial
Sumber : Materi GEO-SDA
Gambar 5. Morfologi Volkanik, pembagian dan asosianya dengan bentanglahan fluvial
Sumber : Materi GEO-SDA
PERSEBARAN GUNUNGAPI DI INDONESIA
Keberadaan gunungapi tidak lepas dari aktivitas aliran sungai. Sungai merupakan tempat mengalirnya material-material gunung api. Materialnya berupa lahar pirokalstik yang keluar dari kawah gunungapi. Ketika hujan turun, material yang menjadi dome/kubah akan menjadi lahar dingin yang mengalir melalui sungai-sungai di sekitar gunungapi. Selain itu, bentukalahan vulkanik yang terdiri dari kerucut, lereng, kaki vulkan, dataran kaki dan fluvio vulkan merupakan media air mengalir dari hulu menuju hilir. Perpaduan antara vulkanisme dengan fluvial menciptakan potensi sumberdaya lahan yang melimpah.
Tanah vulkanis dibentuk dengan tambahan abu vulkanik dari gunung berapi yang meletus. Abu vulkanik merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan mampu menumbuhkan berbagai tanaman dengan baik. Keberadaan air yang melimpah juga mendukung kualitas tanaman yang tumbuh di daerah fluviovulkan.
Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluviovulkan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya di sekitar gunung api yang dikelilingi aliran sungai. Daerah tersebut merupakan daerah yang potensial sebagai penyedia air yang melimpah dan tanah yang subur. Daerah aliran sungai dan sekitar gunungapi juga bisa menjadi sumber bencana seperti banjir, tanah longsor dan letusan gunungapi.
Daerah-daerah pertanian yang diusahakan di wilayah bertanah vulkanis banyak terdapat di Indonesia, yang memang memiliki banyak gunung berapi aktif yang dikelilingi daerah-daerah aliran sungai, di antaranya di bagian utara Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Lombok, Halmahera, Sulawesi, dan lain-lain. Pulau Jawa dan Sumatera yang memiliki lebih banyak gunung berapi dari daerah lain otomatis memiliki lahan-lahan fluviovulkan yang paling luas.
Gambar 6. Persebaran gunungapi di Indonesia
Sumber: http://factsanddetails.com/
Persebaran gunungapi di Indonesia dipetakan seperti gambar di atas. Persebaran gunung api secara umum dapat berasosiasi dengan persebran bentanglahan fluvial.
Persebaran Fluviovulkan di Pulau Sumatera
Persebaran gunungapi di Sumatera, yaitu di sepanjang Bukit Barisan yang terdiri dari jajaran gunung yang membentang dari ujung utara (Aceh) sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatera. Gunung-gunung tersebut antara lain Gunung Peuet Sague, Gunung Tandikat, Gunung Dempo, Gunung Kerinci, Gunung Jambi, Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, Gunung Pesagi, Gunung Singgalang, Gunung Marapi, Gunung Talamau, Gunung Leuser, Gunung Perkison, Gunung Talang, Gunung Sago.
Persebaran Fluviovulkan di Pulau Jawa – Bali
Persebaran gunungapi di Sumatera, yaitu sepanjang Jawa kecuali di utara pegunungan Kendeng, Bojonegoro, Jawa Timur. Gunung-gunung tersebut antara lain Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Patuha, Gunung Papandayan, Gunung Galunggung, Gunung Ciremay/Cereme, Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Arjuno, Gunung Kelud, Gunung Bromo, Gunung Semeru, Gunung Raung, Gunung Welirang, Gunung Wilis dan Gunung Ungaran.
Daerah tangkapan air antara Gunung Merapi dan Lawu lahannya sangat subur sehingga menyebabkan perkembangan pemukiman dan industri di wilayah ini sangat pesat.
Persebaran Fluviovulkan di Pulau Kalimantan
Pulau Kalimantan tidak mempunyai gunung api aktif, kecuali pegunungan Apokayam pada perbatasan dengan Malaysia Timur. peta persebaran gunung aktif di Indonesia menunjukkan di Kalimantan tidak ada gunung api aktif. Hal ini dikarenakan Kalimantan tidak dilalui oleh ring of fire. Oleh karena itu peremajaan tanah oleh bahan vulkanik tidak terjadi. Hal ini tampak bila tanah di Kalimantan mulai dibuka (digarap) tanahnya tidak subur, kecuali diberi pupuk dan dijaga humusnya. Kalimantan memiliki banyak keanekaragaman bentuklahan fluvial karena pulau Kalimantan merupakan asosiasi lipatan yang mengakibatkan terbentuk alur – alur sungai seperti yang ditunjukkan oleh peta berikut :
Gambar 7. Sebaran Sungai di P.KalimantanSumber : wwf.or.idGambar 7. Sebaran Sungai di P.KalimantanSumber : wwf.or.id
Gambar 7. Sebaran Sungai di P.Kalimantan
Sumber : wwf.or.id
Gambar 7. Sebaran Sungai di P.Kalimantan
Sumber : wwf.or.id
Persebaran Fluviovulkan di Pulau Sulawesi
Titik keberadaan fluviovulkan di Pulau Sulawesi hanya berada di sekitar Ujung Pandang (Berdasarkan Peta Geomorfologi skala 1 : 5.000.000 Verstappen). Namun demikian, persebaran gunungapi di Pulau Sulawesi dapat dijumpai pada Sulawesi bagian Utara, meliputi gunungapi Karangetang, Tempang, Sangir, Tompusu, Ambang, Srangsang, Awu, Banua Wuhu dan lain – lain.
Persebaran Fluviovulkan di Nusa Tenggara dan Sekitarnya
Wilayah fluviovulkan di Pulau Nusa Tenggara dapat dijumpai sepanjang asosiasi Busur Mediteran meliputi wilayah sekitar gunungapi Tambora, Sangean Api, Waisano, Pocoleok, Inie Rie, Inie Lika, Ebulobo, Sokoria, Iju, Kelimutu, Sirung, Rokatenda dan lain – lain.
Persebaran Fluviovulkan di Pulau Halmahera dan Papua
Sebaran fluviovulkan berdasarkan peta geomorfologi oleh Verstappen skala 1 : 5.000.000, di Pulau Halmahera terletak di jalur gunungapi Dukono, Malupang Welirang, Ibu, Gamkorona, Tadoko, Gamkorona, Kie Besi. Sementara itu di Pulau Papua tidak ditemukan adanya penciri geomorfologi fluviovulkan, daerah tersebut didominasi oleh erroded volcanic terrain, volcanic cones uplitted old landforms / coalission zones. Terdapat dataran aluvial disekitar volcanic terrain yang mengindikasikan adanya proses fluviatil.
BAGIAN II :URAIAN TENTANG POTENSI SUMBERDAYA ALAM POTENSIAL
Potensi Sumber Daya Tanah
Secara kualitatif potensi sumberdaya alam di wilayah vulkanik dapat mendukung aktivitas dan kehidupan manusia yang bertempat tinggal di wilayah tersebut. Namun, ketersediaan sumberdaya secara spasial menunjukkan perbedaan nyata untuk wilayah lingkup kecil seperti kecamatan dimana ada perbedaan kedudukan terhadap bentuklahannya. Daerah yang terletak pada kaki lereng, dataran kaki lereng, dan dataran fluviovulkanik mempunyai sumberdaya alam yang lebih tinggi potensinya, sedangkan yang relatif paling rendah potensinya terdapat pada lereng tengah dan lereng atas Gunungapi. Hal tersebut diakibatkan oleh lereng yang curam dan ketersediaan air kurang, kecuali yang berdekatan dengan pemunculan mata air.
Sumberdaya bahan galian C seperti pasir mempunyai potensi yang tinggi, sehingga banyak diusahakan oleh masyarakat dan bahkan menjadi sektor andalan untuk peningkatan pendapatan daerah dari wilayah tertentu (gambar 8). Penambangan bahan galian golongan C pada segmen tertentu cenderung mengakibatkan degradasi lingkungan, di samping memberikan keuntungan finansial dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya. Kajian lebih lanjut tentang dampak lingkungan akibat pengambilan bahan galian golongan C perlu dilakukan, karena berdasar hasil pengamatan telah menimbulkan gejala perubahan lingkungan yang menjurus ke arah kerusakan, misalnya aktifitas erosi di sepanjang aliran sungai dan penurunan muka airtanah.
Gambar 8. Contoh Aktivitas Penambangan Pasir di Lereng bagian Atas Gunungapi MerapiSumber :dokumentasi pribadiGambar 8. Contoh Aktivitas Penambangan Pasir di Lereng bagian Atas Gunungapi MerapiSumber :dokumentasi pribadi
Gambar 8. Contoh Aktivitas Penambangan Pasir di Lereng bagian Atas Gunungapi Merapi
Sumber :dokumentasi pribadi
Gambar 8. Contoh Aktivitas Penambangan Pasir di Lereng bagian Atas Gunungapi Merapi
Sumber :dokumentasi pribadi
Tanah merupakan tempat manusia melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Manusia bercocok tanam, membangun rumah, membangun jalan, dan lain-lain di atas tanah. Tanah juga dijadikan bahan untuk membuat bangunan, jalan, dan lain-lain. Tanah asalnya terbentuk dari bahan induk atau batuan. Bahan induk dapat berupa batuan beku maupun batuan sedimen. Tanah yang terbentuk dari batuan beku asalnya dari lava yang keluar dari gunung berapi lalu membeku. Batuan yang telah membeku tersebut kemudian terkena pengaruh cuaca, terutama panas dan hujan. Batuan kemudian hancur dan terbentuklah tanah. Hancurnya batuan juga dapat terjadi disebabkan adanya tumbuhan yang akarnya mampu menghancurkan batuan.
Tanah juga terbentuk dari batuan sedimen. Batuan sedimen tersebut mengalami pemadatan, mengeras, dan kemudian hancur oleh pengaruh cuaca. Tanah yang terbentuk dari batuan sedimen berbeda dengan tanah yang terbentuk dari batuan beku. Tanah yang terus menerus mengalami proses pelapukan akan makin tebal atau dalam. Dengan demikian, usia tanah dapat ditentukan dengan melihat ketebalan atau kedalaman tanahnya, makin tebal atau dalam, makin tua usia tanah tersebut. Usia tanah dapat juga dilihat dari warna dan banyaknya lapisan atau horizon tanahnya. Warna tanah berubah sehingga tanah yang memiliki banyak horizon tanah dapat dikatakan tanah tersebut telah mengalami perkembangan lanjut atau berusia tua. Biasanya, tanah yang berusia tua warnanya kemerah-merahan, sedangkan tanah yang lebih muda berwarna abu-abu atau kehitaman sesuai dengan batuan yang menjadi bahan atau asal dari pembentukan tanah tersebut. Berdasarkan sifat batuan induknya, secara umum tanah di Indonesia dapat dibedakan menjadi:
(1) tanah dengan bahan induk vulkanik,
(2) tanah dengan bahan induk bukan vulkanik,
(3) tanah organik atau humus.
Secara umum, proses pembentukan tanah dapat dijelaskan oleh bagan berikut :
Gambar 10. Bagan Proses Pembentukan TanahSumber : sainsmini.blogspot.comGambar 10. Bagan Proses Pembentukan TanahSumber : sainsmini.blogspot.com
Gambar 10. Bagan Proses Pembentukan Tanah
Sumber : sainsmini.blogspot.com
Gambar 10. Bagan Proses Pembentukan Tanah
Sumber : sainsmini.blogspot.com
Tidak dapat dipungkiri, daerah vulkanik memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan letusan dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai kerugian bagi masyarakat. Namun, dampak jangka panjang justru menghasilkan potensi sumberdaya alam yang potensial seperti kawasan pertanian dan perikanan.
Kerapatan aliran umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah yang semakin menurun kerapatannya kea rah lereng bawah dan kaki lereng. Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-kiri sungai, pola kelurusan kontur yang melingkar, serta tekuk lereng. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di bagian atas, hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi budidaya pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran fluvialnya. Permukiman dapat dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang kea rah bawah yang mempunyai kerapatan semakin padat. (Santosa, 2015)
Sektor perikanan menjadi mata pencaharian primer bagi banyak masyarakat di beberapa wilayah bentanglahan vulkanik.hal tersebut dapat terjadi karena di daerah vulkanik terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mataair membentuk mata air (spring belt). Beberapa jenis ikan budidaya yang ada antara lain, lele, nila, gurame, dan bawal. Perikanan ini salah satu langkah konkret untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan memanfaatkan sumberdaya yang ada.
Penduduk yang tinggal di gunung atau pegunungan memanfaatkan lahan yang terbatas untuk pertanian. Lahan-lahan dengan kemiringan yang cukup besar masih dimanfaatkan penduduk. Kesuburan tanah dan sedikitnya hama bisa menghemat biaya pupuk, pestisida maupun insektisida. Lahan pertanian di daerah volkanik pada umumnya tergolong lahan yang subur. Hal ini disebabkan karena material yang dimuntahkan gunung berapi dalam bentuk lahar mengandung unsur hara yang cukup tinggi, seperti P2O5 dan K2O, namun dalam keadaan tidak tersedia untuk tanaman. Dibandingkan dengan jenis tanah lain, tanah volkanik memiliki beberapa kelebihan, terutama apabila dilihat dari kesuburannya. Perbandingan kesuburan tanah volkanik dari gunung berapi dengan tanah lain dari pegunungan yang sudah tidak aktif lagi.Komoditas yang dikembangkan biasanya adalah sayuran dan buah-buahan. Sebagian penduduk memanfaatkan lahan yang miring dengan menanam beberapa jenis kayu untuk dijual.
Lahan di sekitar Gunung api layak untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian organik. Ketersediaan air irigasi yang jernih sebagai syarat utama untuk pertanian organik tersedia cukup melimpah di daerah ini. Pertanian organik di sabuk gunungapi perlu dikembangkan sejalan dengan kearifan lokal yang ada dan sejarah yang cukup panjang di wilayah tersebut. Makanan bergizi, cukup dan sehat yang dihasilkan dengan sistem pertanian organik diperlukan untuk memelihara kesehatan dan produktivitas kerja.
Seperti halnya di daerah perbukitan, aktivitas permukiman sulit dilakukan secara luas. Hanya pada bagian tertentu saja yang relatif datar dimanfaatkan untuk permukiman. Permukiman dibangun di daerah yang dekat dengan sumber air, terutama di lereng bawah atau di kaki gunung. Selain pertanian, aktivitas lainnya yang berkembang adalah pariwisata. Pemandangan alam yang indah dan udaranya yang sejuk menjadi daya tarik wisata yang dapat dilihat dari banyaknya pembangunan villa di sekitar daerah vulkanik seperti di Kaliurang, Yogyakarta.
BAGIAN III : URAIAN KARAKTERISTIK DAN MANFAAT SUMBERDAYA ALAM (SUMBERDAYA LAHAN)
Lahan didefinisikan sebagai kesatuan sumberdaya daratan yang merupakan suatu system yang tersusun atas komponen structural (karakteristik lahan) dan komponen fungsional (kualitas lahan) (Soemarno, 2007). Sifat dan karakteristik yang bebeda pada lahan akan ditentukan oleh interaksi komponen sumberdaya yang ada pada suatu lahan sehingga lahan yang satu dengan yang lain akan berbeda baik segi ruang dan waktu (Notohadiprawiro, 1991). Oleh karena itu, lahan sebenarnya memiliki sifat yang dinamis yang akan selalu berkaitan dengan kepentingan dan keperluan manusia seiring dengan perubahan aktivitas manusia seperti perubahan social, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Cara pandang akan lahan antara satu lokasi dengan lokasi lain tentu berbeda terutama dalam peruntukan lahan walaupun mungkin lahan memiliki karakteristik yang sama, hal ini disebabkan oleh komponen pendamping dari lahan berbeda sehingga interaksinya pun berbeda (Notohadiprawiro, 1992)
Gambar 11. Hubungan antara subsistem dan sistem lahanSumber : younggeomorphologys.wordpress.comGambar 11. Hubungan antara subsistem dan sistem lahanSumber : younggeomorphologys.wordpress.com
Gambar 11. Hubungan antara subsistem dan sistem lahan
Sumber : younggeomorphologys.wordpress.com
Gambar 11. Hubungan antara subsistem dan sistem lahan
Sumber : younggeomorphologys.wordpress.com
Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga menjadi faktor utama dalam mempengaruhi sumber daya alam lainnya. Sebagai sumber daya, lahan mempunyai karakteristik spesial dalam alokasinya. Seperti telah dijelaskan pada pragraf sebelumnya lahan sebagai sumberdaya banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang terutama seperti tambang, pertanian, perikanan, hutan, permukiman, dan pariwisata. Pemanfaatan dalam berbagai bidang ini tentu dipengerahui oleh krakteristik serta manfaat yang akan diperoleh.
Lahan dapat dipandang sebagai suatu system yang tersusun atas komponen structural yang sering disebut karakteristik lahan, dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menetukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO,1976). Lahan pertanian sebagai sumberdaya memiliki karakterisitk terutama berupa tanah yang subur. Selain tanah yang subur, lahan pertanian juga hendaknya mendapat suplai air yang cukup besar. Barkaitan dengan itu sumberdaya lahan yang dimanfaatkan sebagai pertanian sesuai dengan keterkaitan anatara bentanglahan vulakanik sebagai pembentuk kesuburan tanah dan bentanglahan fluvial sebagai pemasok air.
Bidang perikanan memiliki karakteristik kesesuaian lahan yang harus dipenuhi untuk dapat hasil yang maksimal. Komponen kriteria lahan yang harus dicapai diantarnya adalah tata guna lahan, jenis tanah, dan sumber air. Tata guna lahan berpengaruh terhadap budidaya perikanan, terutama penggunaan lahan berupa tambak-tambak ikan. Tambak ikan merupakan bentuk penggunaan lahan dan usaha untuk melakukan budidaya perikanan yang dilakukan dengan membuat kolam air, sehingga ikan dapat dibudidayakan didalamnya. Keberadaan tambak ikan sering dijumpai di kawasan lereng-lereng gunungapi yang memiliki kemiringan landai dan kerapkali berasosiasi dengan sumber air sungai. Kesesuaian untuk lahan potensial budidaya ikan yaitu dengan keadaan topografi atau kemiringan 2-5% (Sriharti,2010).
Erupsi gunung api memuntahkan berbagai material dari dalam bumi. Metrial-material yang dimuntahkan berupa bom, batu pijar, pasir, debu dan sebagainya. Material-material ini setelah terjadinya erupsi dan terjadnya hujan dapat menyebabkan terjadinya lahar yang akan mengangkut material tersebut dan diakumulasikan di suatu tempat. Seperti menurut Maruyama, dkk., (1980), kondisi morfologi sungai berperan penting untuk menentukan lokasi rawan luapan material lahar. Berdasarkan karakteristik semacam ini lahan dapat dimanfaatkan untuk sumberdaya pertambangan. Suplai material-material tambang berasal dari gunungapi dan sungai sebagai media untuk membawa dan mengakumulasikan material tersebut. Penambangan yang umum dan pada kawasan ini adalah berupa penambangan bahan galian jenis C, seperti pasir dan batu.
Hutan dapat tumbuh dengan baik disekitar gungungapi dan sungai. Di dekat gunungapi karakteristik tanah yang ditumbuhi pohon-pohon sebagai hutan tidak cukup subur jika dibandingkan dnegan karakteristik tanah yang ditumbuhi pohon di sekitar sungai. Karakteristik tanah yang ditumbuhi pepohonan disekitar gunungapi merupakan jenis-jenis tanah vulkanik seperti andosol dan regosol . Jenis tanah seperti ini merupakan jenis tanah yang masih muda terdiri dari kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Pepohonan atau hutan yang tumbuh disekitar sungai tumbuh dengan sangat baik. Hal ini berkaitan dengan karakterisitik tanah yang subur, sehingga menyebabkan pohon-pohon akan mudah tumbuh subur diatasnya. Karakteritik tanah yang dijumpai adalah tanah-tanah subur seperti tanah aluvial. Tanah jenis ini subur karena terbentuk sebagai hasil pengendapan-pengendapan material-material yang menyburkan.
Lahan dapat pula dimanfaatkan sebagai sumberdaya untuk didirikannya permukiman. Karakteristik bentanglahan yang terkait antara bentanglahan vulkanik dan alluvial cocok untuk dimanfaatkan untuk didirikannya permukiman disekitarnya terutama di lereng-lereng bawah gunung. Hal ini terkait dengan kesuburan tanah yang dapat dimanfaatkan penduduk, kemudian juga aksesibilitas penduduk terhadap sumber air yang berupa mataair dan sungai. Jenis tanah yang subur cocok dimanfaatkan untuk usaha pertanian, sehingga penduduk dapat mengolah lahan sebagai mata pencaharian mereka. Kemudian, dengan adanya asosiasi dan mudahnya akses air yang cukup melimpah menambah dukungan bagi penduduk untuk menetap dan tinggal dekat dengan lahan garapannya.
Obyek pariwisata juga dapat dimanfaatkan dari krakterisitik semacam ini. Bentanglahan vulaknik dan bentanglahan fluvial dapat berasosiasi dan membentuk panorama yang indah. Tingginya daratan akibat proses vulakisme merupakan daya tarik bagi segenap orang. Orang-orang yang memiliki hobi berupa mendaki gunung memanfaatkan bentukan ini. Sungai-sungai yang membawa kesuburan bagi lahan pertanian juga dapat menjadi daya tarik bagi orang-orang yang ingin menyaksikan keindahan hijaunya alam. Karakteristik semacam ini yang berasosiasi kerap kali dapat dimanfaatkan sebagai obyek pariwisata alam. Banyak orang yang rela mengeluarkan biaya agar dapat menyaksikan keindahan semacam ini.
BAGIAN IV
STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu berbeda antara satuan lahan yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2005). Pengelolaan lahan sering menyebabkan terjadinya permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan, para pembangun ingin terus membangun yang menandakan kemajuan pembangunan namun berkaitan dengan daya dukung lahan tentu hal ini akan menjadi masalah. Berdasarkan nilai lahan, terdapat faktor-faktor yang memepengaruhi yaitu (i) kualitas fisik lahan, (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya, dan (iii) interaksi di antara keduanya. (Soemarno, 2007)
Gambar 12.Pentahapan evaluasi lahan secara tidak langsungSumber : McRae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985Gambar 12.Pentahapan evaluasi lahan secara tidak langsungSumber : McRae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985
Gambar 12.Pentahapan evaluasi lahan secara tidak langsung
Sumber : McRae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985
Gambar 12.Pentahapan evaluasi lahan secara tidak langsung
Sumber : McRae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985
Visualisasi kemampuan dan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan pembuatan peta. Misalnya peta topografi dan penggunaan lahan yang ditunjukkan oleh gambar 13, selanjutnya dapat digunakan sebagai analisis evaluasi pemanfaatan sumberdaya alam strategis.
Gambar 13.Peta Topografi dan Penggunaan Lahan di sekitar Gunungapi BromoSumber : BNPB, 2010Gambar 13.Peta Topografi dan Penggunaan Lahan di sekitar Gunungapi BromoSumber : BNPB, 2010
Gambar 13.Peta Topografi dan Penggunaan Lahan di sekitar Gunungapi Bromo
Sumber : BNPB, 2010
Gambar 13.Peta Topografi dan Penggunaan Lahan di sekitar Gunungapi Bromo
Sumber : BNPB, 2010
Upaya pengelolaan dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya secara sinergis. Pengelolaan dimaksudkan agar sumberdaya yang ada tidak dimanfaatkan secara berlebihan dengan tidak memperhatikan aspek lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya lahan secara berlebihan seperti penambangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dapat memnyebabkan lahan rawan longsor, berkurangnya ketersediaan air, perubahan struktur tanah, Penurunan kapasitas infiltrasi dan penyerapan airtanah, hilangnya bahan organic tanah, dan kerusakan fisik lingkungan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan tegas dari pemerintah, yaitu :
Penekanan kebijakan pemerintah dalam penambangan pasir bagi masyarakat sekitar guna membatasi kuota dan tempat-tempat yang rawan akan terkaji kerusakan seperti erosi, longsor, banjir, pohon tumbang, dan lain sebagainya. Kebijakan pemerintah harus bersifat tegas supaya tidak ada yang menyalahi aturan.
Penyuluhan tentang kepedulian lingkungan dengan cara penyuluhan diadakan dari dinas pertanian setempat tentang pentingnya kepedulian lingkungan dimana setiap rukun warga akan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan setelah mengetahui dampak dari kerusakan sumber daya.
Alternatif kebijakan yang diambil bisa berupa kebijakan fisik maupun kebijakan sosial ekonomi. Berikut adalah alternatif kebijakan yang dapat diambil :
Alternatif kebijakan fisik
Melaksanakan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kaidah konservasi dan karakteristik, serta pengelolaan tanaman yang dapat mengendalikan erosi. Hal ini dilakukan dengan menanam jenis tanaman keras lokal yaitu kemlandingan gunung, cemara gunung dan kaliandra pada batas-batas kepemilikan lahan.
Pemerintah bersama masyarakat dan stakeholder melaksanakan kegiatan perbaikan kawasan secara berkesinambungan dan terintegrasi, dalam bentuk pemberian proyek-proyek rehabilitasi lahan baik secara vegetatif maupun sipil teknis. Jenis tanaman yang budidayakan merupakan tanaman yang cocok dan sesuai untuk dikembangkan di kawasan tersebut, bukan sekedar jenis yang ditentukan oleh juklak juknis suatu proyek.
Alternatif kebijakan sosial ekonomi dan budaya
Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pembelajaran mengenai pemahaman lingkungan hidup pada masyarakat di kawasan tersebut melalui lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.
Pemerintah dalam hal ini Dinas teknis terkait yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan memberikan alternatif komoditas/ jenis tanaman pengganti dari budidaya komoditas yang tidak ramah lingkungan dengan komoditas yang ramah lingkungan.
Melakukan kegiatan rehabilitasi lahan tanpa menunggu program/ proyek dari pemerintah
Penyusunan rencana pengelolaan kawasan tersebut berdasarkan potensi sumberdaya yang tersedia oleh pemerintah daerah dengan mengikusertakan seluruh stakeholders
Peningkatan partisipasi masyarakat melalui pelibatan aktif dan pengawasan pelaksanaan sampai kepada pengawasan dan evaluasi oleh semua stakeholders sesuai dengan peranan dan fungsi masing-masing dalam upaya pengelolaan kawasan
Penegakan hukum terhadap masyarakat/ anggota masyarakat yang melanggar peraturan yang ada.
Melaksanakan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kaidah konservasi yaitu dengan membuat sistem terasering yang searah kontur serta pengelolaan tanaman yang dapat mengendalikan erosi, yaitu dengan penanaman secara tumpangsari antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan.
Memadukan sistem pertanian dan pelestarian sumberdaya alam, dengan memilih tanaman semusim dan tanaman tahunan yang saling menguntungkan.
Melibatkan petani dan penyuluh dalam identifikasi masalah di lapangan, perencanaan, serta pemilihan dan penerapan teknik konservasi tanah dan air.
Meningkatkan peran Departemen Pertanian dalam konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, karena konservasi tanah memerlukan penanganan yang terintegrasi antarsektor. Departeman Pertanian memang belum diberi mandat secara formal dalam penanganan konservasi untuk mengembangkan sistem usaha tani konservasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dibyosaputro, Suprapto. 1997. Geomorfologi Dasar. Fakultas Geografi UGM : Yogyakarta
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.
Maruyama, Y. 1980. Applied Atudy of Geomorphological Land Classification on Debrisflow Control Planning in The Area of Mt. Merapi, Central Java, Indonesia. 10th International Confrence of The International Cartographic Association.
Nasution, Zulkifli. 2005. Evaluasi Lahan Daerah Tangkapan Hujan Danau Toba Sebagai Dasar Perencanaan Tata Guna Lahan Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1991. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya. Makalah. Lokakarya Neraca Sumberdaya Alam Nasional. DRN Kelompik II. Bogor: Bakosurtanal.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1992. Konsep dan Kegunaan Evaluasi dan Inventarisasi Harkat Sumberdya Lahan dengan Uraian Khusus mengenai Gatra Tanah. Diktat Kuliah. Yogyakararta: Fakultas Pertanian UGM.
Santosa, Langgeng Wahyu. 2015. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Santosa, Langgeng W dan Luthfi Muta'ali. 2014. Bentang Alam dan Bentang Budaya. BPFG : Yogyakarta
Sitorus, Santan R.P. (1985). Evaluasi Sumberdaya Lahan. PTTarsito, Bandung
Soemarno. 2007. Konsepsi Ekonomi Sumberdaya Lahan. Makalah
Sriharti.2010.Budidaya Ikan.http://katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/download Databyld/567/567.pdf.Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015.
Srijono dkk, 2011. Geomorfologi. Jurusan Teknik Geologi UGM : Yogyakarta
Thornburry, H W. 1954. Principles of Geomorphology. John Wilwy & Sons Inc : New York