Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
BELAJAR DARI SANG MURABBI Mengenang KH. Rahmat Abdullah [1953 -2005]
1|Page
SERI TOKOH ISLAM | jejakhikmah.blogspot.com
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
PERHATIAN TULISAN INI HANYALAH DOKUMENTASI UNTUK DIBAGIKAN SECARA GRATIS
Tulisan ini Diambil Dari Berbagai Sumber Dari Internet
Saran dan Nasihat Silakan Layangkan Email Ke Alamat Kami
[email protected] www.jejakhikmah.blogspot.com
Jazakumullah Khairan Katsiran
2|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
DAFTAR ISI
1. Nasyid Sang Murabbi 2. Rahmat Abdullah, Simbol Spiritualisme Dakwah Oleh Anis Matta 3. Biografi Ustadz Rahmat Abdullah, Wakil Rakyat Sederhana
4. Doa Di Awal Pendirian PK 5. Cahaya Di Wajah Ummat 6. Kedunguan Kasta vs Komitmen Perjuangan 7. Cermin Diri 8. Khutbah Idul Adha 1421 H 9. Militansi 10.
Buah Mengimani Hari Akhir
11.
Shalawat Atas Nabi SAW
12.
Bulan Ramadhan : Stasiun Besar Musafir Iman
13.
Gairah Cinta dan Kelesuan Dakwah
14.
Kerendahan Hati dan Kepekaan Sosial
15.
Kematian Hati
16.
Kekuatan Mata Hati
17.
Degradasi
18.
Ciri Orang Besar Memulai
19.
Menjaga Prasangka
20.
Stigma dan Eufimisme 3|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
21.
Hijrah vs Menyerah
22.
Perubahan Yang Bergegas
23.
Pecah
24.
From The Word to The Sword
25.
Bukit Cahaya
26.
Indibath (Keteguhan Atas Konsistensi)
27.
Menanam Keyakinan Menuai berkah
28.
Tarbiyah Dzatiyah
29.
Gerak dan berkah
30.
Pemberdayaan vs Pemerdayaan
31.
Pendusta
32.
Klaim
33.
Sang Berhala
34.
Hijrah
35.
Taghyir
36.
Fitrah dan kejujuran Cinta
37.
Surat Dari Penjara
38.
Guru Kehidupan
39.
Baitud Da‘wah
40.
Penggodok Batu
41.
Dakwah Adalah Cinta
42.
Ukhuwah
43.
Kerja Untuk Perubahan Masyarakat 4|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
44.
Anak-Anak Badai
45.
Nasihat Ustadz Rahmat Kepada Ustadz Tifatul Sembiring
46.
Curhat Seorang Ibu Kepada Ustadz Rahmat Abdullah
47.
Ustadz Rahmat Abdullah dan Palestina
48.
(Sebuah Nasihat)
49.
Kapan Kami Bisa Istirahat
50.
(Wasiat Syaikhut Tarbiyah)
51.
Puisi : Aku Rindu…
52.
Puisi Ramadhan
53.
KH Rahmat Abdullah : Kebangkitan Islam Hanya Soal Waktu
54.
―Saya Ingin lebih Banyak Menggali Ilmu dan Menyebarkan Dakwah
Ini‖ 55.
―Ikhwanul Muslimin Inspirasi Gerakan Tarbiyah‖
56.
Film Sang Murabbi
57.
Kutipan Nasihat Dalam Film Sang Murabbi
58.
2 Dialog Nasihat Dalam Film Sang Murabbi
59.
Humor-Humor Ustadz Rahmat Abdullah
60.
Rahmat Abdullah Wafat
61.
Ribuan Massa Hadiri Pemakaman Rahmat Abdullah
62.
Foto Prosesi Pemakaman Ustadz Rahmat Abdullah 5|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
63.
Episode Cinta Untuk Rahmat Abdullah Oleh Helvy Tiana Rosa
64.
Mengenang Sang Murabbi Oleh Ustadz Ahmat Sarwat, Lc
65.
Kenangan Ahmad Nawawi (Bang Nawi), Adi Ustadz Rahmat
66.
―Semoga Anak-Anak Bisa Menggantikan Abinya‖ Oleh Sumarni,
Istri Ustadz Rahmat
6|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sang Murabbi Nasyid Oleh Izzatul Islam
Selayaknya bagi jiwa-jiwa yang menajamkan diri dalam jalan ini, menjadikan dakwah sebagai laku utama, Dialah Visi, Dialah Misi, Dialah Obsesi, Dialah yang menggelayuti di setiap desak nafas, Dialah yang menghantarkan jiwa-jiwa ini kepada Redha dan Maghfirah Tuhanya kelak…
Ribuan langkah kau tapaki Pelosok negri kau sambangi
Raga kan terluka
Ribuan langkah kau tapaki
Tak jerikan nyalimu
Pelosok negri kau sambangi
Fatamorgana dunia Tak silaukan pandangmu
Tanpa kenal lelah jemu Sampaikan firman Tuhanmu
Semua makhluk bertasbih
Tanpa kenal lelah jemu
Panjatkan ampun bagimu
Sampaikan firman Tuhanmu
Semua makhluk berdoa Limpahkan rahmat atasmu
Terik matahari Tak surutkan langkahmu
Duhai pewaris nabi
Deru hujan badai
Duka fana tak berarti
Tak lunturkan azzammu
Surga kekal dan abadi Balasan ikhlas di hati
Cerah hati kami 7|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kau semai nilai nan suci
Bangkit generasi Robbani
Tegak panji Illahi Sumber : http://ibnusiddique.blogspot.com/2008/11/cebisan-rasa.html
Ustadz Rahmat Abdullah
8|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Masa Muda Ustadz Rahmat Abdullah Ketika Melaksanakan Pernkahan
9|Page
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Rahmat Abdullah, Simbol Spiritualisme Dakwah Kita Oleh Anis Matta, Lc.
Suatu hari, lebih dari 15 tahun lalu, lelaki itu simbol dengan tenang. Jaket tentara rada lusuh yang ia kenakan membuatnya
tampak
gagah
dan
berwibawa.
Tapi
kelembutan tetap memancar kuat dari sorot matanya. Disana ada cinta. Disana ada cinta. Memanggil-manggil. Seperti sinar purnama yang memancar kuat menembus awan malam. Itulah pertama kali saya melihat guru saya, KH.Rahmat Abdullah, ketika beliau mengisi salah satu materi dalam sebuah dauroh di Puncak. Saya masih mahasiswa saat itu. Pertemuan pertama itu menguatkan kesan yang telah terbentuk sebelumnya dalam benak saya tentang wajah seorang dai, seorang murobbi, seorang mujahid. Setidaknya pada biografi tokoh-tokoh pejuang Ikhwan di Mesir, atau Jamaat Islami di Pakistan, atau Masyumi di Indonesia. Ketika beliau berbicara lebih dalam mengenai fiqh dakwah, saya segera menyadari bahwa kedua kaki saya telah melangkah jauh kedalam kafilah dakwah yang selama ini hanya saya rasakan dalam bacaan. Walaupun sama-sama berada dalam kafilah dakwah ini, tapi bertahun-tahun kemudian saya belum pernah bertemu dengan beliau dalam satu tim kerja. Sampai akhirnya perjalanan dakwah ini menemukan hajat besar untuk membentuk partai politik. Berdirilah Partai Keadilan pada tahun 1998. Sejak itu hingga beliau wafat pada Selasa 14 Juni 2005 lalu, saya bertemu secara intensif dengan beliau di Lembaga Tinggi Partai.
10 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Di antara pelajaran hidup yang saya peroleh dalam perjalanan dakwah ini adalah fakta bahwa wazan atau timbangan seseorang dalam hati kita, atau dalam komunitas kita, biasanya baru menjadi nyata dan jelas setelah orang itu pergi. Mungkin ini salah satu hikmah mengapa Islam melarang kita menyanjung orang hidup: karena kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupannya akan berujung. Setelah seseorang pergi, kita segera tahu ―ruang kosong‖ apa yang ditinggalkan orang itu dalam hati kita, atau dalam komunitas kita. Kesadaran kita tentang ruang kosong itu tidak akan pernah begitu jelas selama orang itu masih hidup dan berada di antara kita, sejelas ketika orang itu akhirnya pergi. Ruang kosong yang dirasakan setiap orang pada seseorang tentu saja berbeda-beda. Tapi jika orang-orang itu berada dalam komunitas yang sama, maka ruang kosong yang kita rasakan secara kolektif biasanya selalu sama. Kalau kita menelusuri ruang kosong yang ditinggalkan seorang tokoh, lalu kita mencoba menemukan ―kunci kepribadian‖ tokoh itu, biasanya kita akan menemukan takdir sejarahnya secara lebih akurat. Kunci kepribadian adalah alat kecil yang membuka pintu bagi kita untuk menemukan penjelasan tentang makna dan korelasi dari setiap tindakan seseorang. Itu dua kata kunci: ruang kosong dan kunci kepribadian, yang mengantar kita untuk menemukan tempat dimana seorang tokoh bersemayam dalam sejarah. Jika belajar sejarah lebih dalam, kita akan menemukan satu fakta bahwa tokoh-tokoh memberikan porsi yang sangat besar dalam menjelaskan berbagai peristiwa besar dalam sejarah. Walaupun bukan merupakan seluruhnya, tapi Hasan Al Banna adalah penjelasan besar tentang fenomena Ikhwanul Muslimin di Mesir. Begitu juga Al Maududi adalah penjelasan besar tentang Jemaat Islami di Pakistan. Seperti juga Cokroaminoto, Soekarno, Agus Salim, Natsir, Tan Malaka, Aidit adalah penjelasan besar tentang Indonesia pada paruh pertama abad 20. Tidak sulit bagi mereka yang pernah berinteraksi lama dengan Rahmat Abdullah untuk menyimpulkan bahwa beliau adalah symbol spiritualisme PKS. Spiritualisme adalah 11 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kata kunci menjelaskan dan merangkum sifat-sifat utama beliau: ikhlas, zuhud, wara‘, tawadhu‘, shidiq dan cinta. Tampak luar dari semua sifat itu adalah kelembutan. Dan itulah yang kita rasakan dalam setiap interaksi dengan beliau: selalu ada canda, selalu ada kehangatan, selalu ada kegembiraan, selalu ada cinta. Tapi semua terengkuh dalam nuansa spiritual yang kental. Jiwanya seperti ruang besar yang dapat menampung semua karakter. Karena itu anak-anak muda dengan berbagai karakter merasakan ketenangan batin saat bersama beliau: semacam limpahan kasih yang tak pernah habis. Dalam halaqahnya berkumpul para intelektual, pengusaha, aktivis dan lainnya. Dan yang unik, seorang murid beliau yang memiliki latar belakang kehidupan anak-anak tentara yang keras dan kasar mengatakan bahwa hanya karena kelembutan beliau saya bergabung dengan dakwah ini. Mungkin itu sebabnya para kader lantas menjuluki beliau sebagai Syekh Tarbiyah. Kita juga merasakan sentuhan spiritualitas yang kuat itu ketika beliau membacakan doa dalam demonstrasi-demonstrasi mendukung perjuangan saudara-saudara kita di Palestina, Irak, Afghanistan dan lainnya. Isi doa-doa beliau merefleksikan hati penuh makrifat pada Allah swt. Makrifat itulah yang menyentuh dan menundukkan hati kita pada Allah swt: tiba-tiba saja hiruk pikuk demo berubah menjadi majlis zikir yang khusyuk, dan teriakan-teriakan perlawanan berubah jadi tangis jiwa yang pilu bertawakkal. Ketika sifat-sifat utama dibawa kedalam kerja-kerja dakwah yang bersifat dalam kerangka amal jama‘I, beliau selalu bekerjasama dengan semua orang. Sifat-sifat utama itu mungkin tidak selalu kompatibel dengan jabatan-jabatan yang memerlukan keterampilan manajerial dan tehnis. Tapi sifat-sifat itu efektif menyatukan orang-orang dengan potensi tehnis. Karena itu, mungkin prestasi terbaik beliau adalah ketika beliau menduduki posisi sebagai ketua bidang kaderisasi di DPP sebelum akhirnya menduduki posisi sebagai ketua MPP. Disana anak-anak muda dengan kemampuan tehnis dan manajerial yang bagus menjadi sebuah tim kaderisasi yang kompak dibawah bimbingan seorang syekh yang mengayomi dengan lembut, dan berhasil mentransformasi kerja-kerja tarbiyah kedalam
12 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kerangka institusi dengan landasan yang kokoh. Warisan inilah yang merupakan salah satu penjelasan tentang lompatan besar dalam dan kemampuan kerja tim kaderisasi PKS. Rahmat Abdullah telah pergi merengkuh takdir sejarahnya justru ketika dakwah ini sedang memasuki babak baru dengan tantangan-tantangan baru. Menghabiskan seluruh usia produktifnya dalam perjuangan dakwah, Rahmat Abdullah telah meninggalkan ruang kosong yang besar: spiritualisme dakwah kita yang selalu menghadirkan cinta dalam semua kerja dakwah. Para pencinta adalah pemilik ruh yang lembut. Rahmat Abdullah adalah ruh yang lembut: lembut seluruh hidupnya, lembut cara perginya.****
Sumber : http://ayo-tarbiyah.blogspot.com/2010/03/rahmat-abdullah-simbol-spiritualisme.html
13 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Ustadz Rahmat Abdullah Kecil (kedua dari kiri/bertanda silang) bersama keluarga
14 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Biografi Ust. Rahmat Abdullah Wakil Rakyat Sederhana Dari tokoh-muslim.blogspot.com
Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini juga dikenal dengan panggilan syeikh tarbiyah oleh jam‘ahnya lahir di Jakarta 3 Juli 1953. Meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam. Pada usia 11 tahun, Rahmat kecil harus menapaki hidupnya tanpa asuhan sang ayah, karena saat itu ia telah menjadi seorang anak yatim. Sang ayah hanya mewariskan pada dirinya usaha percetakan-sablon, yang ia kelola bersama sang kakak dan adik untuk menutupi segala biaya dan beban hidup yang mesti ditanggungnya. Meskipun begitu, Rahmat bukanlah remaja yang cengeng. Walaupun harus ikut membanting tulang mengais rezeki, ia tetap tak mau tertinggal dalam pendidikan. Awal pendidikan resminya ia mulai sejak masuk sekolah dasar negeri di bilangan Kuningan, yang kala itu masih berupa perkampungan Betawi, belum berdiri gedung-gedung pencakar langit. Dan seperti umumnya generasi saat itu, Rahmat kecil setiap pagi mengaji (belajar membaca Al Qur-an, baca tulis Arab, kajian aqidah, akhlaq & fiqh dengan metode baca kitab berbahasa Arab, nukil terjemah dan syarah ustadz) baru siang harinya dilanjutkan dengan sekolah dasar.
15 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tahun 1966, setelah lulus SD, yang tahun ajarannya diperpanjang setengah tahun karena terjadi peristiwa G-30-S/PKI, Rahmat masuk SMP. Tapi kali ini ia mesti keluar lagi karena terjadi dilema dalam dirinya. Ironi memang, di satu sisi keaktifan dirinya sebagai aktifis demonstran anggota KAPPI & KAMI yang dikenal sebagai angkatan 66, namun di hari Jum‘at sekolahnya justru masuk pukul 11.30, tepat saat shalat Jum‘at. Karenanya
pada
permulaan
tahun
ajaran
berikutnya
(1967/1968)
Rahmat
memutuskan pindah ke Ma‘had Assyafi‘iyah, Bali Matraman. Dari hasil test dan interview, ia harus duduk di kelas II Madrasah Ibtidaiyah (tingkat SD). Namun Rahmat tidak puas dengan hasil itu, ia mencoba melakukan lobby dengan seorang ustadz, untuk melakukan test ulang hingga ia pindah duduk di kelas III. Permulaan belajar di Ma‘had ini, bagi Rahmat begitu berbekas. Apalagi ia harus ikut mengaji pada seorang ustadz senior Madrasah Tsanawiyah (Tingkat SMP) yang sangat streng dalam berbicara dan mengajar dengan bahasa Arab. Namun tak selang lama, ternyata sang guru kelas ini justru sama-sama mengaji bersamanya. Rahmat memang langsung meloncat naik ke kelas V, di sinilah ia belajar ilmu nahwu dasar yang sangat ia sukai karena dengan ilmu itu terkuaklah setiap misteri intonasi dan narasi penyiar Shauth Indonesia, yang sering disiarkan oleh radio RRI dengan berbahasa Arab. Siaran inilah yang menjadi acara kesukaan Rahmat. Sehingga meski hidupnya serba kekurangan, namun karena sadar akan pentingnya komunikasi dan informasi, Rahmat merelakan uang makannya untuk dikumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil jerih payahnya mencari pelanggan sablon, untuk membeli radio. Padahal saat itu, radio masih menjadi status simbol bagi orang-orang kaya zaman itu. Selepas kelas V, Rahmat melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Assyafi‘iyah. Di MTs ini ia belajar ushul fiqh, musthalah hadits, psikologi & ilmu pendidikan, di samping tetap belajar ilmu nahwu, sharf dan balaghah. Tapi pelajaran yang paling ia sukai adalah talaqqi. 16 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Biasanya talaqqi ini dilakukan langsung dengan para masyaikh (kiai) serta bimbingan langsung sang orator pembangkit semangat yang selalu memberikan inspirasi Rahmat muda, KH Abdullah Syafi‘i. Di saat ini pula Rahmat merintis dakwah dengan mengajar di Ma‘had Asyafi‘iyah dan Darul Muqorrobin, Karet Kuningan. Di tempat inilah Rahmat remaja mengabdikan dirinya sebagai guru, pendidik dan mengajarkan berbagai ilmu. Keseharian ini ia jalani bertahuntahun dengan berjalan kaki dari Bali Matraman ke Karet Kuningan. Bahkan untuk memberikan pelajaran tambahan berupa les privat pun ia lakukan dengan berjalan kaki masuk ke lorong-lorong jalanan Jakarta hingga larut malam. Semangat hidup dan dakwah ini juga ia tuangkan dalam berbagai untaian bait-bait syair, puisi serta berbagai tulisan artikel kecil yang ia kirim ke berbagai media. Tak jarang ia juga
berlatih
bermain
teater
bersama
rekan-rekan
guru
atau
teman-teman
seperjuangannya. Dari jerih payah inilah, selain bisa membeli sebuah motor Honda 66 atau sering disebut motor Chips, Rahmat Abdullah mampu mengasah watak dan pikirannya sehingga menjadi murid terbaik dan murid kesayangan dari KH. Abdullah Syafi‘i. Bahkan sempat pada tahun 1980, bersama empat rekannya mau diberangkatkan ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir, namun sayang gagal karena adanya ‗fitnah‘ dari kalangan internal. Namun hal itu tak menyurutkan Rahmat untuk selalu belajar. Sejak berkenalan dengan Syeikh Mesir yang pernah dikenalkan KH. Abdullah Syafi‘i padanya, ia mulai senang melahap berbagai buku dan pemikiran Islam seperti Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Al Maududi serta tokoh nasional seperti HOS Cokroaminoto dan M. Natsir. Sedang dari perjalanan dakwah bersama remaja-remaja Kuningan, menjadikannya sangat suka kala berdiskusi dan berguru dengan tokoh-tokoh M Natsir, Mohammad Roem ataupun Syafrudin Prawiranegara. Rahmat pun mengakui secara terus terang mengadopsi logika dan metode orasi yang ia ambil dari sang orator Isa Anshari dan Buya Hamka serta 17 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH sang gurunya sendiri, Abdullah Syafi‘i yang masyhur dengan teriakan lantang penggugah jiwa. Rahmat remaja meski dikenal sebagai demonstran tapi sosoknya dikenal lembut, bahkan dianggapnya seringkali tidak bisa marah. Kemarahannya akan terlihat meledak jika Islam dilecehkan. Sebagaimana saat mendengar pembicaraan sang kakak, Rahmi, saat meminta kolega bisnisnya yang bekerja sebagai Kopasanda -Kopassus- untuk melunasi hutangnya. Tapi Kopassanda malah menjawab, ―Nabi saja bisa meleset janjinya.‖ Kontan mendengar pernyataan itu Rahmat keluar dari ruangan samping dan langsung berucap, ―Nabi yang mana janjinya tidak tepat,‖ Kopasanda itu malah menjawab, ―Anda ndak usah ikut campur dengan urusan ini.‖ Rahmat remaja langsung menyambut, ―Suara Bapak terdengar di telinga saya di sini, sekali pun bapak berpakaian dinas, nabi yang mana yang ingkar janji itu,‖ ujar Rahmat menahan emosi. Akhirnya Kopasanda itu minta maaf. Sikap tegas ini lah yang menjadikan Rahmat Abdullah muda sangat disegani para pemabok ataupun preman. Karena caranya mendekati yang bersahabat. Bahkan, meski pernah kakaknya disakiti jagoan Kuningan waktu itu, H. Hamdani, ia tetap bisa menghadapinya dengan baik. Malah anak jagoan itu yang kemudian sempat ditahan polisi.
18 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Anak-anak muda, preman, seniman semuanya ia rangkul terutama dalam wadah seni teater yang sering ia gelar di lapangan depan masjid Raudhtul Fallah —lapangan yang berada di belakang Dubes Malaysia saat ini-. Di tempat inilah Rahmat muda sering mengekspresikan syair dan puisinya serta peranan imajinasi dan pemikirannya sebagai sutradara teater dengan menggelar pagelaran teater drama terbuka. Teater yang terakhir kali ia pentaskan berjudul ―Perang Yarmuk‖ yang tampil bersama Abdullah Hehamahua (1984). Dimana pementasannya sempat dikepung oleh intel dan aparat keamanan karena dianggap subversif di masa kekuasan Soeharto. Selepas pentas pun, tak ayal Rahmat dipanggil untuk menghadap KODIM. Namun Rahmat justru menjawab ―Kalau yang memanggil Ibu, saya akan datang. Kalau yang memanggil KODIM sampai kapan pun saya tak akan pernah datang. Kalau mau saya datang ke KODIM, datang dulu ke ibu saya,‖ ungkap Rahmat muda menjawab aparat dari kodim yang melayangkan surat panggilannya. Bahkan salah satu aparat KODIM, Soeryat, sempat menangis di hadapan Rahmat muda karena nasehat-nasehatnya agar tidak saling ‗memberangus‘ sesama Muslim. Keasyikan menceburkan diri dalam dakwah, rupanya menjadikan Rahmat tak sadar telah dimakan usia. Rahmat baru tersadar ketika seorang teman yang baru menikah mengingatkan sudah waktunya memikirkan bangunan rumah tangga. Barulah ia menyadari usianya sudah memasuki tahun ke-32. Malam itu, malam Kamis 14 Ramadhan 1405 H. (1984 M), bertiga; Rahmat, ibunda dan bibi datang mengkhitbah seorang anak yang pernah menjadi muridnya, Sumarni, tatkala Rahmat duduk di kelas II MTs. Saat itu Sumarni masih menjadi siswi kelas I Madrasah Ibtidaiyah (lk. Umur 5 tahun). Ia adalah sang nominator juara I untuk lomba praktik ibadah. Saat berlangsungnya khitbah, ketika keluarga Rahmat mengajukan usulan walimah bulan Syawal seperti kebiasaan Rasululllah saw, seorang ustadz wakil dari perempuan 19 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mengatakan, ―Itu tetap walimah, tetapi Anda tidak akan menemukan keberkahan seperti bulan (Ramadhan) ini.‖ Akhirnya, disepakati untuk nikah besok malamnya, malam Jum‘at 15 Ramadhan. ―Soal KUA urusan Ane, tinggal terima surat aje,‖ ujar ustadz tadi. ―Bah, ini rada-rada ketemu,‖ ujar Rahmat muda dalam hati. Walhasil sampai menjelang rombongan berangkat 15 Ramadhan itu, masih ada teman pemuda masjid yang bertanya, ―Ini mau kemana sih?‖ Apalagi suasana saat itu memang masih represif. Bahkan belum sebulan menikah, di pagi buta ba‘da subuh sesaat setelah peristiwa Tanjung Periok, Rahmat telah dijemput untuk mendengarkan rekaman peristiwa penembakan massa di Tanjung Priok yang terjadi semalam. Pagi itu lelaki yang sudah mulai akrab dipanggil Ustadz Rahmat itu, bersama pemuda Islam lainnya langsung meninjau lokasi yang porak poranda. Mendengar peristiwa itu pun, sang mertua justru mengusulkan untuk selalu membawa sang isteri untuk diajak juga keliling berbagai kota di Jawa. ―Untuk penjajagan sikap ummat dan apa yang kerennya disebut ‗konsolidasi‘lah,‖ ujar Ustadz Rahmat
saat
diwawancarai
beberapa
saat
lalu.
Setelah menikah, ia tinggal di Kuningan, bersama Ibu dan Adiknya. Hingga lahir tiga orang anaknya, Shofwatul Fida (19), Thoriq Audah (17) dan Nusaibatul Hima (15). Pada pertengahan tahun 80-an Rahmat muda bergabung dengan Harakah Islamiyah yang saat itu tumbuh berkembang di Indonesia. Bersama Abu Ridho, Hilmi Aminudin dan beberapa tokoh pemuda Islam lainnya terus bersatu bergerak dalam dakwah yang lebih luas dan tertata. Gerakan dakwahnya ini lebih terinspirasi pada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna di Mesir yang sama-sama menjadi acuan kalangan muda saat itu. Pemikiran Hasan Al Banna yang telah lama menginspirasi dakwah pribadinya kini telah bertemu implementasinya bersama teman-teman yang merintis pendidikan dan 20 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kaderisasi dalam rangka penyadaran akan Islam dan mempertahankan kemurniannya. Di wadah baru inilah Rahmat selain berdiskusi, mengakses berbagai informasi tanpa melalaikan fungsi utama juga sebagai pendidik, penceramah, Rahmat merintis sebuah majalah Islam yang sangat disukai dan digemari kalangan muda. Namun sayang, saluran ekspresi pemikirannya itu harus dibredel di saat rezim orde baru mulai mengkhawatirkan kiprahnya. Namun pembredelan itu tak menyurutkan Rahmat untuk membuka lembaran baru berekspresi dalam dakwah. Dan setelah 8 tahun menetap di Kuningan, ia mengontrak di Jl. Potlot I/ 29 RT 2 RW 3 Duren Tiga, Kalibata. Di sana lahir anaknya, Isda Ilaiha (13). Tapi panggilan dakwah sepertinya
lebih
memanggilnya.
Tahun 1993
bersama
murid-muridnya
mencoba
membangun pengembangan dunia pendidikan dan sosial dengan mendirikan Islamic Center Iqro‘ yang terletak di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Di sini pula ia menetap dan memboyong keluarganya dari kontrakannya di Gang Potlot, Duren Tiga, Kalibata menuju tanah yang masih penuh rawa untuk berekspresi mengembangkan cita-citanya melalui kajian kitab-kitab klasik dan kontemporer. Di tempat terakhir ini merintis segala impian dan lahir anak-anaknya, Umaimatul Wafa (11), Majdi Hafizhurrahman (9), Hasnan Fakhrul Ahmadi(7). Di sini kesibukannya, semakin padat. Tetapi, kebiasaan pribadinya, untuk membaca, mengkaji Al Qur‘an dan Tafsirnya, Hadits dan syarahnya tetap berjalan. Begitupun, kegiatannya mengisi pengajian di kantor, kampus, serta melayani berbagai macam konsultasi sejak lepas subuh hingga jam 08.00 pagi. Ditambah lagi kesibukan di Iqro‘. Bahkan, kegiatan rutin ini tetap ia jalani meskipun semenjak tahun 1999 ia diamanahi sebagai Ketua Bidang Kaderisasi DPP Partai Keadilan. Demikian juga saat beralih menjadi Ketua Majelis Syuro sekaligus Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera yang ia dirikan bersama teman-teman seperjuangan setelah lebih dari 10 tahun ia rintis. 21 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Pada tahun 2004 sang aktivis demonstrasi, budayawan, filosof, guru dan pendidik yang disegani anak muda ini harus masuk ke gedung parlemen. Ustadz Rahmat terpilih sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Bandung, Jawa Barat. Dan baru pada saat Ustadz Rahmat Abdullah mencalonkan diri inilah Bandung untuk pertama kalinya dimenangkan partai Islam. Meskipun telah menjadi wakil rakyat, Ustadz Rahmat dikenal dikalangan Komisi III sebagai wakil rakyat yang tetap bersuara lantang, namun penuh santun dan filosofis sekaligus puitis dalam mengkritisi setiap kabijakan. Tak peduli menteri, presiden dan pejabat manapun ia sampaikan kritikan tajam membangunnya yang seringkali menjadi wacana baru bagi para pemimpin negeri ini. Bahkan jabatan terakhir sebagai Ketua Badan Penegak Disiplin Organisasi Partai Keadilan Sejahtera ia emban dengan penuh amanah dan luapan semangat hingga akhir hayatnya saat ia harus dijemput kematian sesaat setelah berwudhu hendak menunaikan penghambaan pada sang Khalik,
Sumber: http://tokoh-muslim.blogspot.com/2009/02/kh-rahmat-abdullah.html
22 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
23 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Doa Sang Murabbi :
DO'A DI AWAL PENDIRIAN PK Oleh KH. Rahmat Abdullah
Dilantunkan oleh K.H. Rahmat Abdullah pada Deklarasi Partai Keadilan. Lapangan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 09 Agustus 1998, yang diiringi oleh tetesan air mata hadirin.
Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia. Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya. Engkau pencipta dan pelindungnya
Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami Rukunkan antar hati kami Tunjuki kami jalan keselamatan Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian 24 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar Wahai yang menyambung segala yang patah Wahai yang menemani semua yang tersendiri Wahai pengaman segala yang takut Wahai penguat segala yang lemah Mudah bagimu memudahkan segala yang susah Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak Engkau Maha Tahu dan melihatnya
Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami 25 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH "ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"
Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu Berlaku pasti atas kami hukum-Mu Adil pasti atas kami keputusan-Mu Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu Dengan semua nama yang jadi milik-Mu Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung Sebagai musim bunga hati kami Cahaya hati kami Pelipur sedih dan duka kami Pencerah mata kami
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa 26 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara
Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya
Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang 27 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan
Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman Kepada nenek moyang kami penyembah berhala Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini Kepada generasi berikut kami Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini Dengan sikap malas dan enggan berda'wah Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa
Sumber : 28 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH E book untukmu kader dakwah
29 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
30 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Cahaya Di Wajah Ummat Oleh KH Rahmat Abdullah
Dalam satu kesatuan amal jama‘i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama‘i. Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama‘i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri. Karenanya jangan ada kader yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa berusaha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri‘ bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya). Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma‘la. Tetapi makam mereka
banyak
bertebaran
jauh,
beribu-ribu
mil
dari
negeri
mereka.
31 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad‘una ilal khoir. Atau dalam firman- Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya. Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa
tidak
berkata
sebaliknya,
karena
lingkungan
seperti
itu,
saya
harus
mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawas-an ilmu, kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasankawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman, kebodohan
dan
hawa
nafsu.
Demikianlah
ciri
kader
PK,
dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da‘wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang. Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, ―Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah‖. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur‘an. Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk mera-sakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan
sendiri
maupun
dalam
keadaan
terlihat
orang. Kemana-pun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta senantiasa. 32 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinya-lakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps dengannya dalam menu-naikan tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru ma-lah menjadi ―bardan wa salaman‖ (penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang Da‘wah sesuai dengan
janji-Nya,
In
tansurullah
yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu) Semoga para kader senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da‘wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan. Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da‘wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
33 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Kedunguan Kasta vs Komitmen Perjuangan Oleh KH. Rahmat Abdullah
Pada suatu hari lewatlah seseorang di depan Rasulullah SAW. Beliau
bertanya
kepada
seseorang
disampingnya:
―Bagaimana
pendapatmu tentang orang ini?‖ Orang itu menjawab: ―Ia lelaki golongan terhormat. Demi ALLAH, seandainya meminang pastilah diterima dan bila memberi pembelaan pasti dikabulkan‖. Lalu Rasulullah SAW berdiam. Kemudian melintaslah seseorang. Rasulullah bertanya kepada orang yang disampingnya tadi: ―Bagaimana pandanganmu tentang orang ini?‖ Ia menjawab: ―Ia muslim yang faqir. Bila meminang pantas ditolak, bila memberi pembelaan takkan didengar pembelaannya dan bila berbicara takkan didengar ucapannya‖. Rasulullah SAW bersabda : ―Sepenuh bumi ia lebih baik daripada orang tadi (yang pertama)‖ (HR. Muslim). Ketika Da‘wah ini muncul dan eksis dalam waktu yang sangat singkat, ia telah menyatakan jatidirinya dengan jelas. Ia adalah kemenangan bagi siapa saja yang mau berjuang, tidak peduli anak siapa dan berapa kekayaan bapaknya. Ia tidak peduli penolakan Bani Israil paska nabi Musa AS ketika nabi mereka menyatakan bahwa Thalut yang miskin telah dipilih ALLAH untuk menjadi pemimpin mereka (Qs.2:247). Ia tidak juga meman-jakan ‗kesombongan
intelektualisme‘
kaum
nabi
Nuh AS yang mencap Nuh hanya diikuti oleh ‗orang-orang rendah, yang dangkal fikiran‘ (aradziluna. badia‘r ra‘yi, tidak kritis, Qs. 11:27). Bahkan ia pun tak sungkansungkan menegur keras nabinya karena ‗logika prioritas‘ yang dibangunnya menyebabkan Abdullah bin Ummi Maktum ‗nyaris tertinggal‘. Alqur-an menyebutkan ―Ia telah bermasam muka dan berpaling, ketika datang kepadanya hamba yang buta……‖ (Qs. 80:1-2). 34 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Siapa yang tak kenal keutamaan keempat khalifah dan beberapa tokoh legendaris di kalangan para sahabat? Namun, carilah dimana nama mereka terpampang dan bukan hanya sifat, selain Zaid, RA (Qs.33:37) ? ‗Kelas‘ inilah yang diakui sebagai kekuatan yang dengan mereka ―kalian diberi rezki dan dimenangkan‖. (HR. Bukhari) Pungguk Mengaku Duduki Bulan Demi kepentingan mereka, bahkan Dzulqarnain mengoreksi salah kaprah yang merugikan mereka sendiri. ―… mereka berkata: ―Wahai Dzulqarnain, maukah Engkau kami beri upeti, agar mau membangunkan tembok (benteng) yang dapat melindungi kami dari (serangan) mereka?‖ Ia menjawab; ―Kedudukan yang ALLAH telah berikan kepadaku itu lebih baik. Cukuplah kalian membantuku dengan kekuatan,
aku
bangunkan
benteng
yang
kuat,
memisahkan antara kamu dan mereka‖ (Qs.18:94-95). Tanpa pembinaan dan penataan yang benar kelas ini akan menjadi kekuatan destruktif yang dikendalikan tangan-tangan berdarah. Dendam kemiskinan kerap membuat orang melahap fatamorgana. Mereka melahap tuduhan bahwa masyarakat tak peduli kepada derita mereka, lalu menyambut lambaian para penipu yang akan menunggangi mereka. Kalau para kader hanya mencemooh dari jauh kelicikan para tengkulak yang memperdagangkan kemiskinan dan melahap begitu banyak hak masyarakat miskin, tetaplah roda kemenangan berpihak kepada angkara murka. Banyak orang kaya baru (OKB) berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka dan politisi dari partai-partai baru yang mencaci-maki partai tiran dan korup sebelumnya. Tetapi ajaib, mereka menjadi begitu norak, kemaruk dan lebih ‗ndeso‘ dari para pendahulu. Orang kaya merambat tak perlu waktu adaptasi. Orang kaya mendadak benar-benar perlu belajar membawa diri. Tetapi orang kaya turunan dan orang kaya mendadak sama-sama perlu memahami dan mengingat kembali kemiskinan, betapa pun pahit. Kader yang menyikapi jabatan yang diterimanya lebih sebagai amanah dari pada kehormatan, akan dengan cepat belajar menyesuaikan diri dan memahahami karakteristik 35 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH tugas dan tantangannya. Bawahan yang lebih pandai, diakuinya dan didorongnya untuk cepat menggapai posisi yang lebih sesuai. Mereka berendah hati, karena memang tak takut jatuh dengan merendah. Sebaliknya mereka yang bagaikan senior perpeloncoan yang kerap bermasalah dalam IP mereka, sering menampakkan gejala ketakutan ‗disaingi‘. Perasaan berkasta tinggi. Melecehkan orang yang mereka anggap berkasta lebih rendah. Menelikung siapa saja yang di luar koneksi. Mengkoptasi semua demi keharuman citra diri. Memecahkan masalah dengan menyalahkan orang lain. Melapor segalanya beres tanpa ada yang dibereskan.
Hal paling berat bagi kader yang berorientasi kekuasaan atau dunia ialah usaha untuk mendengarkan dan memahami. Mereka lebih suka didengar, difahami dan dimaklumi. Tak ada kemajuan dalam prestasi kecuali seni membuat-buat alasan. Karena otak tak bekerja kerap, mereka lebih suka menggunakan lutut. Muncullah kader-kader ‗gagah‘ dengan mengimitasi tampilan serdadu, bukan meningkatkan etos, disiplin dan kehormatan jundi sejati. ―Army Look‖ adalah kebanggaan mereka yang ingin diterima tanpa harus mengajukan dalil, yang penting orang takut dan nurut. Kader Sejati Pepatah lama menyadarkan kita betapa pentingnya mendengar. ―Ta‘allam husna‘l Istima‘ kama tata‘allam husna‘l Hadits‖ (Belajarlah cakap mendengar sebagaimana engkau be-lajar untuk pandai bercakap). Para ‗penjaja‘ Fasad telah begitu lihai menggeser cita-rasa masyarakat. Mereka membentuk identitas ABG dengan segala asesori termasuk bahasa. Mereka bentuk mental attitude-nya sendiri dan bahasa gaulnya sendiri. Seluruh sasaran bahasa adalah penjungkirbalikan kemapanan. Dan agama adalah bagian yang dianggap kemapanan. Bahasa fasad lebih fasih dari pada bahasa Islah. Ada bahasa gaul untuk remaja, ada bahasa gaul untuk tua-bangka dan ada bahasa gaul untuk preman, morfinis dan kriminal lainnya.
36 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ―‘Ala Man Taqra‘ Zabura ?!‖ (Kepada siapa Anda Bacakan Zabur?), adalah sindiran tajam bagi da‘i yang asyik menyusun kata dan menikmatinya sendiri, tanpa peduli apakah komunikannya dapat mengerti. Dalam pertarungan memperebutkan pendukung, ada kekuatan berhasil meyakinkan calon pendukungnya dengan idiomidiom tipuan yang memukau rakyat. Ada yang dengan jujur meneriakkan visi dan misi mereka, tetapi tidak cukup sampai ke telinga batin mereka. Banyak kondisi menipu (Zhuruf Muzayyafah), yang kerap membuahkan kekecewaan. Sesudah iman, ikhlas dan pengenalan konsep serta medan, kemampuan transformasi fikrah dan menangkap gejolak arus bawah mutlak perlu dipertajam. Pesan-pesan penyampaian dengan berbagai pendekatan, patut dibiasakan; 1. Khathibu‘n Nas ala Qadri uqulihim (Serulah masyarakat sesuai dengan kadar akal mereka), 2. Khathibu‘n Nas bilughati qaumihim (Serulah masyarakat dengan bahasa kaum mereka), 3. Anzilu‘n Nas manazilahum (Dudukkan masyarakat menurut kedudukan mereka). Karena da‘wah bukanlah obral candu, perlu diuji ulang, cukup tajamkah telinga ini mendengar krucuk perut yang hanya berisi angin. Cukup sensitifkah mata memandang seorang akh yang membisu dalam kelaparannya yang sangat dan isterinya yang gemetar menanti rizki yang datang dengan sabar. Masihkah ada waktu muhasabah sebelum tidur, menyusuri wajah demi wajah, adakah yang belum tersantuni. Atau menelisik kader yang hanya diberi sanksi, tanpa seorang pun tahu, tiga hari ini ia tak punya tenaga karena sama sekali tak dapat makanan. Ini mozaik kehidupan kita yang harus ditata menjadi serasi dan harmoni. Malang nasib dia yang mati rasa, nyinyir menyindir kesengsaraan saudara sebagai buah kemalasan, seraya menghabiskan bertalam-talam makanan yang tak dapat lagi memenuhi rongga perutnya. Bagaimana ia dapat memahami gelombang besar rakyat jelata yang bagai singa terluka, menanti kapan saatnya menerkam dengan penuh murka.[]
37 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
38 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Cermin Diri Oleh KH. Rahmat Abdullah
Orang-orang bijak pernah berpesan ―Ma halaka ‗amru-un arafa Qadra nafsihi‖ (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya – dengan waham ‗tawadhu‘ atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya. Dalam kaitan sistem, baik ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak dalam waham-waham kekuasaan ; berbahasa dan bertindak dengan pendekatan kekuasaan. Mereka yang ‗berkuasa‘ merasa percaya diri, hanya karena secara de jure punya otoritas atas wilayah territorial, wilayah problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa wilayah ruhaniyah dan wilayah fikriyah tak dapat ditundukkan begitu saja oleh senjata, uang dan kedudukan, kerap luput dari renungan. Entah karena inikah ketika ALLAH mengaitkan keselamatan dunia dengan keberadaan Ulu Baqiyah (orang-orang yang potensial dipertahankan keberadaannya) dan mengemban misi ‗mencegah kerusakan di muka bumi‘, justeru pada saat yang sama mereka yang (berbakat) zalim terus saja mengikuti kecenderungan hedonik mereka dan karenanya mereka menjadi durhaka (Qs. 10;116). 39 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ghurur Hal terberat yang kau hadapi bukan keraguan, kebencian dan permusuhan orang yang tak mengenalmu. Sekeras apapun hati mereka, kekuatan Hidayah dapat menundukkan mereka kepada kebenaran da‘wahmu, dengan idzin-Nya. Bila itu pun tidak, engkau tak akan dipersalahkan, karena tataranmu dakwah dan tataran-Nya hidayah. Cobaan berat, justru pada percaya diri yang tidak proporsional. Engkau nikmati benar sanjungan orang terhadap dirimu atau jamaahmu, padahal engkau sendiri jauh dari kepatutan itu. Malang nasibmu wahai orang yang percaya kepada kejahilan orang yang menyanjungmu, sedangkan engkau sangat terang melihat kekurangan dirimu. Mentalitas Qarun tersimpul dalam satu kalimat ―Hadza Li‖ (Semua ini karyaku, karena aku, milikku). Ketika arogansi mendominasi hubungan ‗yang adi daya‘ dengan ‗yang tak berdaya‘, maka yang pertama harus membayar ongkos yang sangat mahal ; dari antipati sampai kutukan mereka yang tak berdaya. Berat menyadarkan orang yang otaknya berjelaga, egois dan hanya melihat apa yang mereka anggap hak, tanpa kesadaran seimbang akan kewajiban. Kepada mereka Imam Syafii menegaskan : Bila engkau mendekatiku, mendekat pula cintaku Jika engkau menjauh, aku kan lebih jauh darimu Dalam hidup masing-masing kita Tak bergantung dengan saudara Dan kita lebih tidak bergantung lagi bila tamat usia. Orang yang mentah fikiran selalu mengandalkan sanjungan kosong, tak berbasis pada prestasi, atau mungkin mereka berprestasi, namun menganggap itu sebagai hal besar yang memungkinkan mereka memonopoli kebajikan. ―Mereka membangkit-bangkit keislaman mereka (sebagai jasa) kepadamu. Katakan : ‗Janganlah kalian bangkitbangkitkan kepadaku keislamanmu, akan tetapi ALLAH lah yang telah member karunia besar dengan membimbing kalian kepada Iman…‖ (Qs. 49:17) Sebelum bubarnya Uni Sovyet, ada dua spesies yang sangat dibenci rakyat ; Partai Komunis dan etnik Rus. Yang pertama dibenci karena selalu ingin campur dalam segala urusan 40 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH orang. Dari urusan menteri, tentara, pegawai negeri, isteri pegawai, anak pegawai sampai mimpi-mimpi rakyat. Yang kedua tak tahu diri sebagai mayoritas, bagaikan truk besar yang berlari kencang, anginnya mementalkan kendaraan-kendaraan kecil di tepi jalan. Cermati bagaimana karakter kekuasaan itu tumbuh. Banyak orang yang berkuasa mengabaikan
pengenalan
wilayah-wilayah
kekuasaan
dengan
segala
karakternya.
Pemerintah yang mempunyai otoritas memulainya dengan 3 wilayah : 1. Wilayah ardliyah (teritorial), 2. Wilayah insaniyah (kemanusiaan, SDM, rakyat), 3. Wilayah masailiyah (problematika). Dengan ketiga otoritas ini mereka dapat menggusur tanah rakyat, membagi HPH, menaikkan pajak, tarif, UMR, memainkan money politik, mencetak uang untuk kepentingan partai, membunuh karakter lawan politik dan memenjarakan mereka. Berapa lama mereka dapat berkuasa dengan tiga pilar ini ? Entahlah, yang jelas telah bertumbangan begitu banyak rezim dengan begitu banyak dana, senjata dan tentara. Mereka melupakan 2 wilayah yang sebenarnya pagi-pagi harus sudah dikuasai, bahkan sebelum mereka menguasai wilayah-wilayah lainnya. Jauh sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, rumah-rumah disana sudah menaungi begitu banyak muslim. Pada penghujung era Makkiyah, baiah Aqabah II telah menyuratkan pesan yang begitu kuat. ―Kami siap melindungi Rasulu‘Llah SAW, sebagaimana kami melindungi anakanak dan isteri-isteri kami‖. Madinah telah dikukuhkan menjadi bumi Islam sebelum para Muhajir berangkat kesana. Rasulullah sudah ditunggu dengan segala kerinduan, sebelum mereka melihat wajahnya. Da‘wah Qur-an telah mengakar dalam wilayah ruhaniyah dan wilayah
fikriyah
mereka,
dua
wilayah
yang
pada saatnya melahirkan energi besar, mengalahkan semua penguasa yang hanya berpuas diri dengan tiga wilayah yang serba refleks, fenomenal dan efektif untuk waktu singkat. Wahan Tak kalah beratnya beban mental orang yang sama sekali tak mampu memberikan kontribusi. Ia sendiri tak mampu membantu dirinya sendiri, bahkan dengan sekedar percaya dan menyadari bahwa dirinya dapat berperan. Paradigma ―La syai-a indi‖ 41 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH (Saya tak punya apa-apa), telah banyak merugikan ummat. Dari sini orang berbuat, dari kontra produktif sampai amoral. Ia tak merasa ada kaitan sepakterjangnya dengan lingkungannya. Ia mampu melumuri citranya – sama seperti mereka yang over pede – tanpa cemas hal itu akan berdampak luas, bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Mereka banyak memubadzirkan umur dan hidup tanpa program. Rendah diri dan karenanya tak jarang merawat hasad, dengki dan khianat. Mereka dapat tampil dalam figur seorang alim, publik figur dan apa saja yang ‗mulia‘, namun mengabaikan berkah amal jama‘i, karena merasa ‗tak sebodoh‘ komunitasnya atau lupa bahwa dirinya (dapat menjadi) besar di tengah mereka. Terkadang batas antara orang yang berlebihan percaya diri dengan yang sangat tak percaya diri, begitu sulit dibedakan. Kritik pedas bisa datang dari mereka yang gagal melaksanakan apa yang dikritiknya. Atau yang tak cukup punya keberanian berargumentasi karena kurang pedenya. Marilah berjabat tangan, ayunkah langkah dengan yakin dan lengkapi kekurangan diri dengan kelebihan saudara atau sebaliknya menopang kelemahan mereka dengan kekuatan diri yang ALLAH amanahkan. Banyak orang bingung mencari lahan kerja dan lahan kerja Da‘wah tak pernah tutup. Dimana posisimu ? Mungkin beberapa kalangan akan keberatan bila kukatakan engkau telah menyulam halaman da‘wah di negeri ini dengan benang emas dan menyemaikan
benih-benih
berkah
di
lahan
tandus,
sehingga
berubah
menjadi
ladangladang subur masa depan. Pohon keadilan, buah kemakmuran, bunga kesetaraan, ranah kesetiaan dan rumah kasih sayang. Bukan tujuanmu menciptakan iri. Ada yang begitu geram ketika hamba-hamba ALLAH perempuan keluar dari setiap gang dan kampus dengan jilbab mereka yang anggun dan IP mereka yang cemerleng. 20 tahun yang lalu harus keluar dari sekolah negeri yang dibangun dengan uang pajak mereka sendiri. Ya, kebangkitan memang bukan hanya sisi ini, namun banyak kebaikan tersimpulkan pada aspek ini. Intinya ; Perubahan. 42 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Dan hari ini puncak gunung es itu telah memperlihatkan dinamika besar kebangkitan, shahwah yang penuh berkah. Tauhid adalah sistem konstruksi terpadu yang meletakkan segalanya tepat pada tempat, peran dan kepatutannya. Intelektual adalah sistem pengapianmu yang tak pernah padam. Kader-kader yang selalu ikhlas berkorban adalah roda yang siap menjelajah medan-medan berat. Keulamaan adalah sistem kendalimu yang tahu kapan harus berbelok, menanjak, menurun dan menerobos hutan belantara, padang tandus serta bebatuan. Yang tak bergaransi ialah kondisi jalan, bahkan sekali pun dengan rute yang jelas dan lurus, kendaraan yang teruji, kru yang jujur, pakar dan sabar. Dari semua setting ini, tentukanlah dimana posisimu ; penonton yang mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau pengharap kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelombang dan di seberang ada pantai harapan.
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
43 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Khutbah „Iedul Adha 1421 H Oleh KH. Rahmat Abdullah
Beberapa kali Ied kita, beberapa kali takbir dimalam dan siang hari raya-hari raya kita dalam beberapa tahun terakhir masih terus diliputi keprihatinan yang sangat dalam. Hari raya ditengah asap dan api ; rumah ibadah, rumah tinggal, pasar dan sekolah yang hangus serta darah yang tertumpah, nyawa yang melayang dan tubuh-tubuh kaku yang terbunuh. Lebih-lebih lagi pahitnya sebagian petinggi dan orang-orang yang diberi amanah oleh ma-syarakat mengesankan sikap mendukung, memaklumi atau mewajarkan kezaliman. Inna lillahi wainna ilahi raji‘un! Tak ada yang lebih patut bagi para hamba ALLAH yang beriman kecuali semakin menundukkan kepala, merendahkan hati dan mengakui segala dosa, seraya memohon taubat dan ampunan ALLAH. Maka
mengapa
mereka
tidak
memohon
(kepada
Allah)
dengan
tunduk
merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Kisah haji adalah kisah pengorbanan, sama sebagai-mana sejarah qurban itu sendiri. Tidak ada yang dapat menyuburkan iman seorang mukmin sebaik pengor-banan, seperti pupuk menyuburkan 44 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH tetumbuhan. Seseo-rang yang berjiwa besar sangat sadar bahwa kemuliaan, kepemimpinan dan kebahagiaan tak mungkin diraih tanpa pengorbanan. Ujian merupakan syarat naik jenjang dan ke-pangkatan di hadapan ALLAH dan di tengah ummat manusia. ALLAH berfirman ( 2;124) Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ―Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia‖. Ibrahim berkata: ―(Dan saya mohon juga) dari keturunanku‖. Allah berfirman: ―Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim‖. Seberapa besar ujian yang dihadapi para rasul, ulama amilin dan mujahidin ? Cobalah bayangkan satu episode perjalanan nabi Ibrahim AS. Imam Bukhari meriwayatkan : ―…… kemudian Ibrahim membawa isterinya beserta anaknya (Isail AS) yang sedang disusukannya, sampai ia meletakkannya di Baitullah di Dauhah, diatas Zamzam (yang belum lagi muncul kala itu) di bagian masjid yang paling tinggi. Di Makkah waktu itu belum ada manusia dan belum ada air. Ia letakkan mereka disana. Ia bekali mereka dengan sekantung kurma dan sekan-tung air dan segera bergegas pergi. Ummu Ismail mengikutinya sambil bertanya ―Wahai Ibrahim, akan kemana kau pergi meninggalkan kami di lembah ini tanpa siapa-siapa tanpa apa-apa ?‖. Diucapkannya kalimat itu berulang-ulang, namun ia tak juga menoleh. Akhirnya Ummu Ismail bertanya : ALLAH kah yang menyuruhmu melakukan ini ?‖ Ia menja-wab : ―Ya‖. Ummu Ismail berkata : ―jika begitu, tentulah Ia takkan sia-siakan kami‖, kemudian ia kembali dan Ibrahim berangkat. Sesampainya di tsaniyah (jalan tinggi di bukit) tempat mereka tak lagi melihatnya, ia hadapkan wajahnya ke Bait Allah, berdoa dengan beberapa kalimat dan mengangkat kedua tangannya : Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebaha-gian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-ta-naman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan 45 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada me-reka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mu-dahan mereka bersyukur. Lihatlah, betapa lurusnya keluarga ini memandang perintah ALLAH. Betapa ringannya mereka melaksanakan titah agung ini. Mereka utamakan ketaatan daripada kesenangan pribadi. Dari ketiga permintaan, ternyata yang pertama dimintanya agar keturunannya menjadi penegak shalat, kemudian untuk menopang da‘wah ia minta mereka dicintai ummat manusia, barulah per-mintaan ketiga agar ALLAH memberikan mereka rezki. Padahal keadaan sangat sulit ; tak ada sanak, kerabat bahkan manusia, tak ada air dan sumber makanan. Hanya mereka berdua ; seorang perempuan yang baru melahirkan dan bayi kecil yang baru bebe-rapa belas atau beberapa puluh tahun kedepan diangkat menjadi rasul. Dimana keluarga modern hari ini dengan keturunan yang sangat terjaga dan tercukupi, bahkan dimanjakan makan minum mereka dibandingkan mereka yang serba kekurangan dan jauh dari kese-nangan ? Lihatlah bedanya keluarga dunia, benda dan nafsu di-bandingkan keluarga akhirat, iman dan akhlaq. Apa yang mam-pu dihasilkan keluarga modern dengan kecukupannya diban-dingkan keluarga para rasul dan orang-orang saleh dalam kekurangan mereka. Soalnya bukan soal kaya atau miskin, tetapi keterikatan dan kesetiaan mereka kepada ALLAH, seperti sifat para pemakmur masjid dan jamaah kebajikan : Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada suatu hari saat hati dan penglihatan menjadi guncang. Bagaimana para nabi tahan diejek dan dikucilkan, difitnah dan diintimidasi, dibunuh dan diusir dari tanah air, suatu hal yang tak pantas dilakukan terhadap manusia-manusia 46 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH jujur di tengah bangsanya, yang hewanpun tak pernah mendapat perlakuan zalim dari mereka. Dari Urwah, dari Aisyah RA, beliau pernah berkata : ―Demi ALLAH wahai ananda, pernah kami memperhatikan hilal (bulan sabit), kemudian satu hilal, sampai tiga hilal dalam dua bulan, tak ada api yang menyala di rumah Rasulullah SAW‖. Kubertanya : ‗Apa yang menghidupimu selama itu ?‘ Beliau menjawab : ―Air dan kurma. Hanya saja Rasulullah SAW punya tetangga yang memiliki kambing susu, mereka mengirimkan sebagian susunya untuk minuman kami‖ Berkata Utbah bin Ghazwan dalam satu khutbahnya : ―Sungguh kulihat diriku satu dari tujuh orang sahabat bersama Rasulullah SAW, tak ada lagi makanan pada kami kecuali dedaunan pohon, sehingga bengkaklah kerongkongan kami. Kutemukan sehelai mantel, kubelah dua dengan Sa‘d bin Malik, setengahnya kupakai dan setengahnya lagi dipakai Sa‘d. Hari ini setiap kami – tanpa kecuali – telah menjadi amir (gubernur) di kota-kota besar. Aku berlindung kepada ALLAH agar tidak menjadi besar dalam pandangan sendiri dan kecil dalam pandangan ALLAH‖ Apa yang dipanen sebuah bangsa muslim yang besar ini, saat ba-nyak orang tua hanya berfikir ketika mendaftarkan anaknya ke sekolah, semoga ia kelak punya kedudukan yang basah bila jadi pejabat, menjadi orang pintar yang dapat kaya dalam waktu singkat atau menjadi santeri yang pandai berceramah sehingga laris dan mudah menghimpun pengikut serta segala kekayaan yang menyusulnya. Betapa rentannya semua ini menghadapi konflik horizontal, saling bunuh, penghancuran dan pembakaran harta sesama, pemanjangan derita rakyat dengan KKN baru, kedakpedulian terhadap munculnya berbagai kemunkaran, marak-nya perjudian gelap dan terang, 2 juta mangsa narkoba yang me-lumpuhkan bangsa ini, pelacuran dengan alasan klasik kesulitan hidup. Sebuah masyarakat adalah cermin keluarga didalamnya. Ke-pemimpinan yang sehat selalu berfikir bagaimana melayani, mengayomi dan mendidik bangsa ke arah kemuliaan. 47 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Bukan mencengkeram mereka dengan kejam dengan alasan pendewasaan, pengamanan atau perlindungan, tidak pula membiarkan mereka bebas tanpa kendali dengan alasan apapun, baik HAM, de-mokratisasi atau pemberdayaan masyarakat. Sesungguhnya dari berbagai pensikapan bangsa terhadap para rasul mereka, kita dapatkan pelajaran dan rambu-rambu sangat berharga. Bila sikap ikhlas, ketundukan diri dan pengorbanan, menjadi jiwa bangsa, maka generasi yang ada akan mendapatkan begitu banyak keberkahan. Lihatlah cermin perempuan terdidik seperti Ummu Ismail AS yang dengan yakin mengatakan : ―Idzan la Yudlayyi‘ana (Kalau begitu Ia tak akan sis-siakan kami)‖. Dari rahim dan asuhan mereka akan lahir generasi Ismail AS yang dengan yakinnya menjawab : Qs. (37:102) : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ―Hai anakku sesung-guhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!‖ Ia menjawab: ―Hai bapak-ku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar‖. Bila kebodohan dan nafsu telah menguasai kehidupan suatu ma-syarakat, maka mereka lebih suka memilih pola hidup material-listik dan hedonik ; semua demi benda dan kesenangan. Tujuan-tujuan luhur menjadi kabur, nilai dan akhlak mulia menjadi luntur, persaudaraan, kasih sayang dan kesetiaan menjadi hancur. Peran ibu dirumah tangga sangat strategis dalam membentuk bangsa.Bentukan baik atau buruk, amanat atau khianat, iman atau kufur, sangat terkait dengan sikap dan kiprah mereka. Ibu kandung atau ibu nasab, sama-sama mempunyai pengaruh besar dalam da‘wah dan pendidikan ; Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hambahamba Kami; lalu ke-dua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua 48 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); ―Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)‖. Dan Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: ―Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari ka-um yang zalim‖, Ibunda nabi Ismail, ibunda kandung nabi Musa yang melahirkan, menyusukan dan merawatnya dan ibunda asuh nabi Musa, yang merawatnya dan aktif membelanya dari berkali-kali rencana pembunuhan oleh Firaun, sejak bayi sampai jadi nabi, semua menunjukkan adanya ta‘tsir (pengaruh) berkesinambungan pada anak nasab ataupun anak asuh. Demikian halnya peran pendidik di tubuh bangsa sebagai tanggungjawab para pemimpin dan pe-mimpin tertinggi, bila telah menyimpang dari jalan yang lurus, bersikap seperti isteri nabi Nuh AS yang mengkhianati ajaran suaminya, maka anakanak bangsa akan menjadi seperti anak nabi Nuh yang menolak bergabung dalam bahtera penyelamat. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: ―Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.‖ Anaknya menjawab: ―Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!‖ Nuh berkata: ―Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang‖. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. Kalau hukum, undang-undang dan para penegak hukum begitu keras kepada pelanggar lalu lintas….. Kalau para polisi menangkap pengendara sepeda motor yang tak menggunakan helm, de-ngan dalih perlindungan batok kepala rakyat, lebih beralasan lagi bila mereka bertindak tegas melindungi isi yang ada dibalik batok kepala itu dari segala yang merusaknya, baik dengan meme-rangi sekeras-keras-nya tayangan, siaran atau 49 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH penerbitan porno, permissive, atheis, syirik serta takhayul, khurafat dan bid‘ah, yang telah menyebab-kan lebih dari dua juta rakyat terutama generasi mudanya berge-limang dalam narkoba perjudian, zina dan berbagai sikap arogan dihadapan ALLAH Rabbul Jalal. Juga memerangi para koruptor yang telah menyengsarakan rakyat di negeri yang kaya raya ini. Kalau kekuasaan, kekayaan dan berbagai ni‘mat yang dilimpah-kan kepada suatu bangsa, pemerin-tah dan rakyatnya, maka ke-sombongan akan menjadi perhiasan dan kebanggan mereka. Da‘wah kebajikan dianggap gangguan, amar ma‘ruf nahi mun-kar dianggap makar, karena semua tak suka dihalangi dari aksi bunuh diri massal dalam maksiat yang terlaknat itu. Simaklah komentar bangsa-bangsa dimasa lalu ke-pada para rasul mereka : Kaum Nabi Luth (7;82/27;56) Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ―Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.‖ Kaum nabi Shalih (11;62) Kaum Tsamud berkata: ―Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebe-lum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, a-pakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disem-bah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.‖ Kaum Musyrikin Quraisy kerabat Rasulu‘LLAH Muhammad, Saw. Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan-mu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (Alanfal 30) Taqwa telah menjadi kalimat yang begitu gampang diucapkan sembarang mulut, padahal ia adalah sebuah hakekat, bukan kla-im atau akuan, bukan pula pameran dan kepura-puraan. Ketika melihat melimpahruahnya jamaah haji, bertuturlah seorang khalifah : 50 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ―Oh, alangkah sedikitnya orang haji dan alangkah banyaknya wisatawan‖. ALLAH mengingatkan tentang hakekat qurban : Daging-daging dan darah qurban itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan
dari
kamulah
yang
dapat
mencapainya.
Demikianlah
Allah
telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah- Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan : Dari Abi Hurairah RA, ia berkata ‗Rasulullah SAW bersabda : ―Seorang muslim adalah saudara muslim, ia tak boleh mengkhianatinya, mendustainya, menghinakannya. Setiap muslim haram bagi sesama muslim ; kehormatannya, hartanya, darahnya. Taqwa disini (beliau memberi isyarat ke dadanya). Cukuplah seseorang (menjadi) jahat karena menghina saudara muslimnya‖ Dari Sa‘d bin Abi Waqqash RA, beliau berkata : ―Akulah orang Arab pertama yang melemparkan tombak di Jalan ALLAH. Sungguh kami pernah berperang bersama Rasulullah SAW, tanpa punya makanan selain daun hublah dan samur ini. Sungguh kami buang air seperti kotoran domba, tanpa cam-puran‖ (Muttafaq Alaih, Bukhari Muslim)
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah Tulisan Sang Murabbi :
Militansi Oleh KH. Rahmat Abdullah
Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orangorang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan
51 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad. Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‘an Surat 19 Ayat 12 yang artinya, Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah ..‖.(QS. Maryam (19):12) Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang
bermakna
jiddiyah, kesungguhan-sungguhan. Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguhsungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan anganangan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad. Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan : ―Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik‖. Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da‘i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan
ini
tidak
bisa
dijalani
dengan
ketidaksungguhan,
azam
yang
lemah dan pengorbanan yang sedikit. Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut. 52 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam: ―Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): ―Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya
dengan
sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq‖.(QS. Al-A‘raaf (7):145) Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 : ―Hudzil kitaab bi quwwah‖ (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat). Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka. Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita : ―Si Fulan lahir tanggal sekiansekian, wafat tanggal sekian-sekian‖. Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya. 53 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita
tidak
kunjung
dapat
menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: ―Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi‖. Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya. Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta. Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes
keringatnya
sendiri.
Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya. Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras. Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir‘aun.
54 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Berkat do‘a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir‘aun beserta bala tentaranya. Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir‘aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan
berusaha
pemahaman
mengabdi
dan
kepada-Nya
dengan
kesungguh-sungguhan
sebaik-baiknya.
membuat
mereka
Kurangnya terjerumus
iman, kepada
kejahiliyahan. Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya. Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : ―Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: ―Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain‖. ―Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepadamusuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi‖. ―Mereka berkata: ―Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya‖. ―Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: ―Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang
55 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman‖. ―Mereka berkata: ―Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selamalamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja‖. ―Berkata Musa: ―Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu‖. ―Allah berfirman: ―(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orangorang yang fasiq itu‖. Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi
jika
mereka
mau
berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra‘du (13):11, ―Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri‖. Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir‘aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do‘a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu‘ara (26):61-62, ―Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: ―Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul‖. Musa menjawab: ―Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan member petunjuk kepadaku‖. 56 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apaapa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah ―qaumun jabbarun‖ yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir‘aun yang dikaramkan Allah di laut Merah. Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, ―In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam‖ (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu). Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. ―Pergilah engkau dengan Tuhanmu‖. Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki
negri
itu.
Maka
selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu. Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum. Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.
57 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: ―Ud‘uulanaa robbaka‖ (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: ―Pimpinlah kami untuk berdo‘a pada Tuhan kita‖. Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja. Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: ―Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa‖. Sahabat bertanya: ―Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?‖. Beliau menjawab: ―Siapa lagi?‖. Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin. Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia. Mentalitas Bal‘am, ulama di zaman Fir‘aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur‘an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal‘am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir‘aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi 58 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH syaithan. Ulama jenis Bal‘am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah. Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang
ada
di
dekat
cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati. Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian. Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas. Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. ―Demi Allah, ini pasti bukan manusia‖. Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris. Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan
59 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mereka
pada
surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan. Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da‘i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita
terhindar dari
penyimpangan-penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin. Wallahu a‘lam bis shawab
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
60 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Buah Mengimani Hari Akhir Oleh KH. Rahmat Abdullah
Iman terhadap hari akhir (kiamat) secara khusus diulang-ulang, baik dalam Alquran maupun Hadis. Kerap penyebutan itu terkait dengan penguatan komitmen untuk melaksanakan sesuatu atau untuk meninggalkan sesuatu. ‖… jika berselisih tentang sesuatu, hendaklah kalian kembalikan itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir… (Qs 4:59). Karenanya, rangkaian amal terkait jenazah bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga moralspiritual. Alquran berulang-ulang mengantar harapan Rasulullah saw dan para sahabat jauh ke depan, bahwa kemenangan sejati akan mereka capai di akhirat nanti. Dengan iman terhadap hari akhir, seorang pejuang tidak kenal putus asa. Apa dan berapa saja pengorbanan di jalan Allah, ia sangat yakin akan catatan dan ganjarannya. Bahkan, Alquran melarang mengatakan mujahid yang syahid di jalan Allah sebagai mati karena mereka memang hidup (QS 2:154/ 3:169). Demikianlah para rasul dan para pengikut tidak merasakan kepedihan dalam perjuangan. Kalau wajah seorang Yusuf AS, remaja yang tampan, telah membuat perempuan-perempuan di Mesir mengiris-iris jari-jari mereka tanpa sadar, betapa keindahan surga dan kepastian janji Allah telah membuat para pejuang di jalan-Nya sama sekali tidak merasa rugi, kalah atau sia-sia. Sebaliknya, mereka yang menzalimi diri sendiri atau sesama harus segera ingat bahwa ada batas usia bagi kehidupan dan ada persidangan yang adil. Sesudah itu 61 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kebahagiaan atau kesengsaraan abadi. Iman terhadap hari akhir menyuburkan sikap tanggung jawab. Mereka yang dipuji-Nya sebagai orang-orang yang ‖… pagi dan petang bertasbih di rumah-rumah Allah adalah orang-orang yang tidak terlalaikan oleh aktivitas perdagangan dan jual beli, dari mengingat Allah, menegakkan shalat dan menunaikan shalat, ‖Karena mereka takut akan hari saat berguncang-guncangnya hati dan penglihatan… (Qs 24:37) Iman ini juga menghasilkan, memelihara, dan meningkatkan keikhlasan, keteguhan, dan semangat juang. Keberanian, kesungguhan dan optimisme adalah ciri khas mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. ‗Sesungguhnya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat serta tidak takut kepada siapa pun selain Allah ….‖ (QS 9:18). Penyiksaan terhadap keluarga Yasir RA sangat brutal, khususnya pembunuhan Sumayah, istri Yasir. Tak ada lagi yang dapat dilakukan selain berdoa dan berharap. Keluarlah kata bersayap Rasulullah, ‖Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, tempat kalian berjumpa (esok) di surga.‖ Sangat menyentuh dan membuat gairah takwa saat membaca atau mendengar ayatayat Hari Akhir, ‖Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tamantaman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orangorang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.‖ (Addzariyat: 14-19).
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
62 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Shalawat Atas Nabi SAW Oleh KH. Rahmat Abdullah
Apa yang Tuan pikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan di celah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah,
ketika
tak
ada
seorangpun
mampu
mengguratkan
kepribadian selain kepribadiannya sendiri. Ia produk ta‘dib Rabbani (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan
menggetarkan
jutaan
bibir
dengan
sebutan
namanya,
saat
muaddzin
mengumandangkan adzan. Di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia makan di lantai seperti budak, padahal raja-raja dunia iri terhadap kekokohan struktrur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Tak seorang pembantunya pun mengeluh pernah dipukul atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda di rumah. Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Fathimah merasakan kasih sayangnya tanpa membuatnya menjadi manja dan hilang kemandirian. Saat bani Makhzum memintanya membatalkan eksekusi atas jenayah seorang perempuan bangsawan, ia menegaskan: ―Sesungguhnya yang membuat binasa orangorang sebelum kamu ialah, apabila seorang bangsawan mencuri kamu biarkan dia dan apabila yang mencuri itu rakyat jelata mereka tegakkan hokum atas-nya. Demi Allah, seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, maka Muhammad tetap akan memotong tangannya.‖ 63 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Hari-harinya penuh kerja dan intaian bahaya. Tapi tak menghalanginya untuk – lebih dari satu dua kali — berlomba jalan dengan Humaira, sebutan kesayangan yang ia berikan untuk Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lambang kecintaan, paduan kecerdasan dan pesona diri dijalin dengan hormat dan kasih kepada Ash- Shiddiq, sesuai dengan namanya ―si Benar‖. Suatu kewajaran yang menakjubkan ketika dalam sibuknya ia masih menyempatkan memerah susu domba atau menambal pakaian yang koyak. Setiap kali para shahabat
atau
keluarganya
memanggil
ia
menjawab: ―Labbaik‖. Dialah yang terbaik dengan prestasi besar di luar rumah, namun tetap prima dalam status dan kualitasnya sebagai ―orang rumah‖. Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada saat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia.‖Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku.‖ ―Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina,‖ demikian pesannya. Di sela 27 kali pertempuran yang digelutinya langsung (ghazwah) atau di panglimai shahabatnya (sariyah) sebanyak 35 kali, ia masih sempat mengajar Al-Qur‘an, sunnah, hukum, peradilan, kepemimpinan, menerima delegasi asing, mendidik kerumahtanggaan bahkan hubungan yang paling khusus dalam keluarga tanpa kehilangan adab dan wibawa. Padahal, masa antara dua pertempuran itu tak lebih dari 1,7 bulan. Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai sejarah. Suatu hari datanglah ke masjid seorang Arab gunung yang belum mengerti adab di masjid. Tiba-tiba ia kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para shahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabdanya kepada mereka: ―Jangan. Biarkan ia menyelesaikan hajatnya.‖ Sang Badui terkagum. Ia mengangkat tangannya, ―Ya Allah, kasihilah aku dan Muhammad.
64 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Jangan kasihi seorangpun bersama kami.‖ Dengan senyum ditegurnya Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah. Ia kerap bercengkerama dengan para shahabatnya, bergaul dekat, bermain dengan anak-anak, bahkan memangku balita mereka di pangkuannya. Ia terima undangan mereka; yang merdeka, budak laki-laki atau budak perempuan, serta kamu miskin. Ia jenguk rakyat yang sakit di ujung Madinah. Ia terima permohonan ma‘af orang. Ia selalu lebih dulu memulai salam dan menjabat tangan siapa yang menjumpainya dan tak pernah menarik tangan itu sebelum shahabat tersebut yang menariknya. Tak pernah menjulurkan kaki di tengah shahabatnya hingga menyempitkan ruang bagi mereka. Ia muliakan siapa yang datang, kadang dengan membentangkan bajunya. Bahkan ia berikan alas duduknya dan dengan sungguh-sungguh. Ia panggil mereka dengan nama yang paling mereka sukai. Ia beri mereka kuniyah (sebutan bapak atau ibu si Fulan). Tak pernah ia memotong pembicaraan orang, kecuali sudah berlebihan. Apabila seseorang mendekatinya saat ia sholat, ia cepat selesaikan sholatnya dan segera bertanya apa yang diinginkan orang itu. Pada suatu hari dalam perkemahan tempur ia berkata: ―Seandainya ada seorang shalih mau mengawalku malam ini.‖ Dengan kesadaran dan cinta, beberapa shahabat mengawal kemahnya. Di tengah malam terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Para shahabat bergegas ke arah sumber suara. Ternyata Ia telah ada di sana mendahului mereka, tagak di atas kuda tanpa pelana. ―Tenang, hanya angin gurun,‖ hiburnya. Nyatalah bahwa keinginan ada pengawal itu bukan karena ketakutan atau pemanjaan diri, tetapi pendidikan disiplin dan loyalitas. Ummul Mukminin Aisyah Ra. Berkata : ―Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan makanan apapun yang dimakan makhluk hidup, selain setengah ikat gandum di penyimpananku. Saat ruhnya dijemput, baju besinya masih digadaikan kepada seorang Yahudi untuk harga 30 gantang gandum.‖
65 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sungguh ia berangkat haji dengan kendaraan yang sangat seerhana dan pakaian tak lebih dari 4 dirham, seraya berkata,‖Ya Allah, jadikanlah ini haji yang tak mengandung riya dan sum‘ah.‖ Pada kemenangan besar saat Makkah ditaklukkan, dengan sejumlah besar pasukan muslimin, ia menundukkan kepala, nyaris menyentuh punggung untanya sambil selalu mengulang-ulang tasbih, tahmid dan istighfar. Ia tidak mabuk kemenangan. Betapapun sulitnya mencari batas bentangan samudera kemuliaan ini, namun beberapa kalimat ini membuat kita pantas menyesal tidak mencintainya atau tak menggerakkan bibir mengucapkan shalawat atasnya: ―Semua nabi mendapatkan hak untuk mengangkat do‘a yang takkan ditolak dan aku menyimpannya untuk ummatku kelak di padang Mahsyar nanti.‖ Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Ia menolak, ―Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan dari sulbi mereka kelak akan menerima da‘wah ini, mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.‖ Mungkin dua kata kunci ini menjadi gambaran kebesaran juwanya. Pertama, Allah, Sumber kekuatan yang Maha dahsyat, kepada-Nya ia begitu refleks menumpahkan semua keluhannya. Ini membuatnya amat tabah menerima segala resiko perjuangan; kerabat yang menjauh, shahabat yang membenci, dan khalayak yang mengusirnya dari negeri tercinta. Kedua, Ummati, hamparan akal, nafsu dan perilaku yang menantang untuk dibongkar, dipasang, diperbaiki, ditingkatkan dan diukirnya. Ya, Ummati, tak cukupkah semua keutamaan ini menggetarkan hatimu dengan cinta, menggerakkan tubuhmu dengan sunnah dan uswah serta mulutmu dengan ucapan shalawat? Allah tidak mencukupkan pernyataan-Nya bahwa Ia dan para malaikat bershalawat atasnya (QS 33:56 ), justru Ia nyatakan dengan begitu ―vulgar‖ perintah tersebut, ―Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah atasnya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam.‖ 66 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Allahumma shalli ‗alaihi wa‘ala aalih !
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
67 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Bulan Ramadhan : Stasiun Besar Musafir Iman Oleh KH. Rahmat Abdullah
Tak pernah air melawan qudrat yang ALLAH ciptakan untuknya, mencari dataran rendah, menjadi semakin kuat ketika dibendung dan menjadi nyawa kehidupan. Lidah api selalu menjulang dan udara selalu mencari daerah minimum dari kawasan maksimum, angin pun berhembus. Edaran yang pasti pada keluarga galaksi, membuat manusia dapat membuat mesin pengukur waktu, kronometer, menulis sejarah, catatan musim dan penanggalan. Semua bergerak dalam harmoni yang menakjubkan. Ruh pun – dengan karakternya sebagai ciptaan ALLAH – menerobos kesulitan mengaktualisasikan dirinya yang klasik saat tarikan gravitasi ‗bumi jasad‘ memberatkan penjelajahannya menembus hambatan dan badai cakrawala. Kini – di bulan ini – ia jadi begitu ringan, menjelajah ‗langit ruhani‘. Carilah bulan – diluar Ramadlan – saat orang dapat mengkhatamkan tilawah satu, dua, tiga sampai empat kali dalam sebulan. Carilah momentum saat orang berdiri lama di malam hari menyelesaikan sebelas atau dua puluh tiga rakaat. Carilah musim kebajikan saat orang begitu santainya melepaskan ‗ular harta‘ yang membelitnya. Inilah momen yang membuka seluas-luasnya kesempatan ruh mengeksiskan dirinya dan mendekap eraterat fitrah dan karakternya. Marhaban ya Syahra Ramadlan Marhaban Syahra‘ Shiyami Marhaban ya Syahra Ramadlan Marhaban Syahra‘l Qiyami 68 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Keqariban di Tengah Keghariban Ahli zaman kini mungkin leluasa menertawakan muslim badui yang bersahaja, saat ia bertanya: ―Ya Rasul ALLAH, dekatkah Tuhan kita, sehingga saya cukup berbisik saja atau jauhkah Ia sehingga saya harus berseru kepada-Nya?‖ Sebagian kita telah begitu ‗canggih‘ memperkatakan Tuhan. Yang lain merasa bebas ketika ‗beban-beban orang bertuhan‘ telah mereka persetankan. Bagaimana rupa hati yang Ia tiada bertahta disana? Betapa miskinnya anak-anak zaman, saat mereka saling benci dan bantai. Betapa sengsaranya mereka saat menikmati kebebasan semu; makan, minum, seks, riba, suap, syahwat, dan seterusnya. padahal mereka masih berpijak di bumi-Nya. Betapa menyedihkan, kader yang grogi menghadapi kehidupan dan persoalan, padahal Ia yang memberinya titah untuk menuturkan pesan suci-Nya. Betapa bodohnya masinis yang telah mendapatkan peta perjalanan, kisah kawasan rawan, mesin kereta yang luar biasa tangguh dan rambu-rambu yang sempurna, lalu masih membawa keluar lokonya dari rel, untuk kemudian menangis-nangis lagi di stasiun berikut, meratapi kekeliruannya. Begitulah berulang seterusnya. Semua ayat dari 183-187 surat Al-Baqarah bicara secara tekstual tentang puasa. Hanya satu ayat yang tidak menyentuhnya secara tekstual, namun sulit untuk mengeluarkannya dari inti hikmah puasa. ―Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah): ‗Sesungguhnya Aku ini dekat…‖ (Qs. 2 :185). Apa yang terjadi pada manusia dengan dada hampa kekariban ini? Mereka jadi pandai tampil dengan wajah tanpa dosa didepan publik, padahal beberapa meni sebelum atau sesudah tampilan ini mereka menjadi drakula dan vampir yang haus darah, bukan lagi menjadi nyamuk yang zuhud. Mereka menjadi lalat yang terjun langsung ke bangkaibangkai, menjadi babi rakus yang tak bermalu, atau kera, tukang tiru yang rakus.
69 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Bagaimana mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang pohon bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar warga atau anggota lembaga tinggi negara, bisniskan hukum, jual bangsa kepada bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan hati ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa status bapak yang syar‘i? Berapa lagi rakyat yang menjadi keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak kurban berjatuhan sementara sesama saudara saling tidak peduli?
Nuzul Qur-an di Hira, Nuzul di Hati Ketika pertama kali Alqur-an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh manusia. Ia menjadi petunjuk yang sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perintahNya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalahkan rambu-rambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan menjadi kacau. Ada juga orang berfikir, malam qadar itu selesai sudah, karena ALLAH menyatakannya dengan Anzalna-hu (kami telah menurunkannya), tanpa melihat tajamtajam pada kata tanazzalu‘l Ma-laikatu wa‘l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah Malaikat dan Ruh), dengan kata kerja permanen. Bila malam adalah malam, saat matahari terbenam, siapa warga negeri yang tak menemukan malam; kafirnya dan mukminnya, fasiqnya dan shalihnya, munafiqnya dan shiddiqnya, Yahudinya dan Nasraninya? Jadi apakah malam itu malam fisika yang meliput semua orang di kawasan? Jadi ketika Ramadlan di gua Hira itu malamnya disebut malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahagianya setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Alqur-an di hati pada malam qadarnya masingmasing, saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu merindu dan mencari sang Pencipta. 70 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Yang tetap terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti badan pun tak dapat melampiaskan kesenangannya, karena selalu ada keterbatasan bagi setiap kesenangan. Batas makanan dan minuman yang lezat adalah kterbatasan perut dan segala yang lahir dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah menghilangnya kegembiraan di puncak kesenangan. Batas nikmatnya dunia ialah ketika ajal tiba-tiba menemukan rambu-rambu: Stop!
Alqur-an dulu, baru yang lain Bacalah Alqur-an, ruh yang menghidupkan, sinari pemahaman dengan sunnah dan perkaya wawasan dengan sirah, niscaya Islam itu terasa ni‘mat, harmoni, mudah, lapang dan serasi. Alqur-an membentuk frame berfikir. Alqur-an mainstream perjuangan. Nilainilainya menjadi tolok ukur keadilan, kewajaran dan kesesuaian dengan karakter, fitrah dan watak manusia. Penguasaan outline-nya menghindarkan pandangan parsial juz-i. Penda‘wahannya dengan kelengkapan sunnah yang sederhana, menyentuh dan aksiomatis, akan memudahkan orang memahami Islam, menjauhkan perselisihan dan menghemat energi ummat. Betapa da‘wah Alqur-an dengan madrasah tahsin, tahfiz dan tafhimnya telah membangkitkan kembali semangat keislaman, bahkan di jantung tempat kelahirannya sendiri. Ahlinya selalu menjadi pelopor jihad di garis depan, jauh sejak awal sejarah ummat ini bermula. Bila Rasulullah meminta orang menurunkan jenazah dimintanya yang paling banyak penguasaan Qur-annya. Bila me-nyusun komposisi pasukan, diletakkannya pasukan yang lebih banyak hafalannya. Bahkan di masa awal sekali, ‗unjuk rasa‘ pertama digelar dengan pertanyaan ‗Siapa yang berani membacakan surat Arrahman di Ka‘bah?‘. Dan Ibnu Mas‘ud tampil dengan berani dan tak menyesal atau jera walaupun pingsan dipukuli musyrikin kota Makkah.
71 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Puasa: Da‟wah, tarbiah, jihad dan disiplin Orang yang tertempa makan (sahur) di saat enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadlan setelah siangnya berlapar-haus, atau menahan
semua
pembatal
lahir-batin,
sudah
sepantasnya
mampu
mengatasi
masalahmasalah da‘wah dan kehidupannya, tanpa keluhan, keputusasaan atau kepanikan. Musuh- musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan di tengah badai takkan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang. Mereka terbiasa memburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai ke akhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? ―Faqidu‘s Syai‘ la Yu‘thihi‖ (Yang tak punya apa-apa tak akan mampu memberi apa-apa). Wahyu pertama turun di bulan Ramadlan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman. Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yg menunggu jawaban serius. []
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah Tulisan Sang Murabbi :
Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah Oleh KH. Rahmat Abdullah 72 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW : ―Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai.‖ (HSR Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari). Ini dalam kaitan interpersonal. Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar‘i yang menggariskan aqidah ―La tha‘ata limakhluqin fi ma‘shiati‘l Khaliq‖. Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam berma‘siat kepada Alkhaliq. (HSR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim). Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah : ―Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus‘ shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri). Bagi kesejatian ukhuwah berlaku pesan mulia yang tak asing di telinga dan hati setiap ikhwah : ―Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi‖ (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Karenanya itu semua akan terpenuhi bila ‗hati saling bertaut dalam ikatan aqidah‘, ikatan yang paling kokoh dan mahal. Dan ukhuwah adalah saudara iman sedang perpecahan adalah saudara kekafiran (Risalah Ta‘lim, rukun Ukhuwah). 73 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka ―kerugian apapun‖ yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da‘wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama‘i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik. ―Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu‖ (Qs. 47: 38). Masing-masing kita punya pengalaman pribadi dalam da‘wah ini. Ada yang sejak 20 tahun terakhir dalam kesibukan yang tinggi, tidak pernah terganggu oleh kunjungan yang berbenturan dengan jadwal da‘wah atau oleh urusan yang merugikan da‘wah. Mengapa ? Karena sejak awal yang bersangkutan telah tegar dalam mengutamakan kepentingan da‘wah dan menepiskan kepentingan lainnya. Ini jauh dari fikiran nekad yang membuat seorang melarikan diri dari tanggungjawab keluarga. Ada seorang ikhwah sekarang sudah masuk jajaran masyaikh. Dia bercerita, ketika menikah langsung berpisah dari kedua orang tua masing-masing, untuk belajar hidup mandiri atau alasan lain, seperti mencari suasana yang kondusif bagi pemeliharaan iman menurut persepsi mereka waktu itu. Mereka mengontrak rumah petak sederhana. ―Begitu harus berangkat (berdakwah-red) mendung menggantung di wajah pengantinku tercinta‖, tuturnya. Dia tidak keluar melepas sang suami tetapi menangis sedih dan bingung, seakan doktrin da‘wah telah mengelupas. Kala itu jarang da‘i dan murabbi yang pulang malam apalagi petang hari, karena mereka biasa pulang pagi hari. Perangpun mulai berkecamuk dihati, seperti Juraij sang abid yang kebingungan karena kekhususan ibadah (sunnah) nya terusik panggilan ibu. ―Ummi
74 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH au shalati : Ibuku atau shalatku?‖ Sekarang yang membingungkan justru ―Zauji au da‘wati‖ : Isteriku atau da‘wahku ?‖. Dia mulai gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam diatas 24.00. Dia katakan pada istrinya : ―Kita ini dipertemukan oleh Allah dan kita menemukan cinta dalam da‘wah. Apa pantas sesudah da‘wah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan da‘wah. Saya cinta kamu dan kamu cinta saya tapi kita pun cinta Allah‖. Dia pergi menerobos segala hambatan dan pulang masih
menemukan
sang
permaisuri
dengan
wajah
masih
mendung, namun membaik setelah beberapa hari. Beberapa tahun kemudian setelah beranak tiga atau empat, saat kelesuan menerpanya, justru istri dan anak-anaknyalah yang mengingatkan, mengapa tidak berangkat dan tetap tinggal dirumah? Sekarang ini keluarga da‘wah tersebut sudah menikmati berkah da‘wah. Lain lagi kisah sepasang suami istri yang juga dari masyarakat da‘wah. Kisahnya mirip, penyikapannya yang berbeda. Pengantinnya tidak siap ditinggalkan untuk da‘wah. Perang bathin terjadi dan malam itu ia absen dalam pertemuan kader (liqa‘). Dilakukan muhasabah terhadapnya sampai menangis-menangis, ia sudah kalah oleh penyakit ―syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga‖ (Qs. 48:11). Ia berjanji pada dirinya : ―Meskipun terjadi hujan, petir dan gempa saya harus hadir dalam tugas-tugas da‘wah‖. Pada giliran berangkat keesokan harinya ada ketukan kecil dipintu, ternyata mertua datang. ―Wah ia yang sudah memberikan putrinya kepadaku, bagaimana mungkin kutinggalkan?‖. Maka ia pun absen lagi dan dimuhasabah lagi sampai dan menangis-nangis lagi. Saat tugas da‘wah besok apapun yang terjadi, mau hujan, badai, mertua datang dll pokoknya saya harus datang. Dan begitu pula ketika harus berangkat
75 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ternyata ujian dan cobaan datang kembali dan iapun tak hadir lagi dalam tugas-tugas dakwah. Sampai hari ini pun saya melihat jenis akh tersebut belum memiliki komitmen dan disiplin yang baik. Tidak pernah merasakan memiliki kelezatan duduk cukup lama dalam forum da‘wah, baik halaqah atau pun musyawarah yang keseluruhannya penuh berkah. Sebenarnya adakah pertemuan-pertemuan yang lebih lezat selain pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh ikhwah berwajah jernih berhati ikhlas ? Saya tak tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang lain, ―in lam takun bihim falan takuna bighoirihim‖.
Di Titik Lemah Ujian Datang Akhirnya dari beberapa kisah ini saya temukan jawabannya dalam satu simpul. Simpul ini ada dalam kajian tematik ayat QS Al-A‘raf Ayat 163 : ―Tanyakan pada mereka tentang negeri di tepi pantai, ketika mereka melampaui batas aturan Allah di (tentang) hari Sabtu, ketika ikan-ikan buruan mereka datang melimpah-limpah pada Sabtu dan di hari mereka tidak bersabtu ikan-ikan itu tiada datang. Demikianlah kami uji mereka karena kefasikan mereka‖. Secara langsung tema ayat tentang sikap dan kewajiban amar ma‘ruf nahyi munkar. Tetapi ada nuansa lain yang menambah kekayaan wawasan kita. Ini terkait dengan ujian. Waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang daripada waktu hari belajar, tetapi banyak orang tak sabar menghadapi ujian, seakan sepanjang hanya ujian dan sedikit hari untuk belajar. Ujian kesabaran, keikhlasan, keteguhan dalam berda‘wah lebih sedikit waktunya dibanding berbagai kenikmatan hidup yang kita rasakan. Kalau ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak dari hari belajarnya, maka sekolah tersebut dianggap sekolah gila. Selebih dari ujian-ujian kesulitan, kenikmatan itu sendiri adalah ujian. Bahkan, alhamdulillah rata-rata kader da‘wah sekarang secara ekonomi semakin lebih baik. Ini tidak menafikan (sedikit) mereka yang roda ekonominya sedang dibawah. 76 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Seorang masyaikh da‘wah ketika selesai menamatkan pendidikannya di Madinah, mengajak rekannya untuk mulai aktif berda‘wah. Diajak menolak, dengan alas an ingin kaya dulu, karena orang kaya suaranya didengar orang dan kalau berda‘wah, da‘wahnya diterima. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu. ―Ternyata kayanya kaya begitu saja‖, ujar Syaikh tersebut. Ternyata kita temukan kuncinya, ―Demikianlah kami uji mereka karena sebab kefasikan mereka‖. Nampaknya Allah hanya menguji kita mulai pada titik yang paling lemah. Mereka malas karena pada hari Sabtu yang seharusnya dipakai ibadah justru ikan datang, pada hari Jum‘at jam 11.50 datang pelanggan ke toko. Pada saatsaat jam da‘wah datang orang menyibukkan mereka dengan berbagai cara. Tapi kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, akan seperti kapal pemecah es. Bila diam salju itu tak akan
me-nyingkir,
tetapi
ketika
kapal
itu
maju,
sang
salju
membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelezatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, karena sudah berhasil melewati ujian dan cobaan sepanjang hari.
Iman dan Pengendalian Kesadaran Ma‟iyatullah Aqidah kita mengajarkan, tak satupun terjadi di langit dan di bumi tanpa kehendak ALLAH.
ALLAH
berkuasa
menahan
keinginan
datangnya
tamu-tamu
yang
akan
menghalangi kewajiban da‘wah. Apa mereka fikir orang-orang itu bergerak sendiri dan ALLAH lemah untuk mencegah mereka dan mengalihkan mereka ke waktu lain yang tidak menghalangi aktifitas utama dalam da‘wah? Tanyakan kepada pakarnya, aqidah macam apa yang dianut seseorang yang tidak meyakini ALLAH menguasai segalanya? Mengapa mereka yang melalaikan tugas da‘wahnya tidak berfikir perasaan sang isteri yang keberatan ditinggalkan beberapa saat, juga sebenarnya batu ujian yang dikirim
77 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ALLAH, apakah ia akan mengutamakan tugas da‘wahnya atau keluarganya yang sudah punya alokasi waktu ? Yang ia beri mereka makanan dari kekayaan ALLAH ? Karena itu mari melihat dimana titik lemah kita. Yang lemah dalam berukhuwah, yang gerah dan segera ingin pergi meninggalkan kewajiban liqa‘, syuro atau jaulah. Bila mereka bersabar melawan rasa gerah itu, pertarungan mungkin hanya satu dua kali, sesudah itu tinggal hari-hari kenikmatan yang luar biasa yang tak tergantikan. Bahkan orang-orang salih dimasa dahulu mengatakan ―Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kelezatan yang kita rasakan dalam dzikir dan majlis ilmu, niscaya mereka akan merampasnya dan memerangi kita dengan pedang‖. Sayang hal ini tidak bisa dirampas, melainkan diikuti, dihayati dan diperjuangkan. Berda‘wah adalah nikmat, berukhuwah adalah nikmat, saling menopang dan memecahkan problematika da‘wah bersama ikhwah adalah nikmat, andai saja bisa dikhayalkan oleh mereka menelantarkan modal usia yang ALLAH berikan dalam kemilau dunia yang menipu dan impian yang tak kunjung putus. Ayat ini mengajarkan kita, ujian datang di titik lemah. Siapa yang lemah di bidang lawan jenis, seks dan segala yang sensual tidak diuji di bidang keuangan, kecuali ia juga lemah disitu. Yang lemah dibidang keuangan, jangan berani-berani memegang amanah keuangan kalau kamu lemah di uang hati-hati dengan uang. Yang lemah dalam gengsi, hobi popularitas, riya‘ mungkin– dimasa ujian – akan menemukan orang yang terkesan tidak menghormatinya. Yang lidahnya tajam dan berbisa mungkin diuji dengan jebakan-jebakan berkomentar sebelum tabayun.Yang lemah dalam kejujuran mungkin selalu terjebak perkara yang membuat dia hanya ‗selamat‘ dengan berdusta lagi. Dan itu arti pembesaran bencana. Kalau saja Abdullah bin Ubay bin Salul, nominator pemimpin Madinah (d/h Yatsrib) ikhlas menerima Islam sepenuh hati dan realistis bahwa dia tidak sekaliber Rasulullah SAW, 78 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH niscaya tidak semalang itu nasibnya. Bukankah tokoh-tokoh Madinah makin tinggi dan terhormat, dunia dan akhirat dengan meletakkan diri mereka dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW ? Ternyata banyak orang yang bukan hanya bakhil dengan harta yang ALLAH berikan, tetapi juga bakhil dengan ilmu, waktu, gagasan dan kesehatan yang seluruhnya akan menjadi beban tanggungjawab dan penyesalan.
Seni Membuat Alasan Perlu kehati-hatian – sesudah syukur – karena kita hidup di masyarakat Da‘wah dengan tingkat husnuzzhan yang sangat tinggi. Mereka yang cerdas tidak akan membodohi diri mereka sendiri dengan percaya kepada sangkaan baik orang kepada dirinya, sementara sang diri sangat faham bahwa ia tak berhak atas kemuliaan itu. Gemetar tubuh Abu Bakar RA bila disanjung. ―Ya ALLAH, jadikan daku lebih baik dari yang mereka sangka, jangan hukum daku lantaran ucapan mereka dan ampuni daku karena ketidaktahuan mereka‖, demikian ujarnya lirih. Dimana posisi kita dari kebajikan Abu Bakr Shiddiq RA ? ―Alangkah bodoh kamu, percaya kepada sangka baik orang kepadamu, padahal engkau tahu betapa diri jauh dari kebaikan itu‖, demikian kecaman Syaikh Harits Almuhasibi dan Ibnu Athai‘Llah. Diantara nikmat ALLAH ialah sitr (penutup) yang ALLAH berikan para hamba-Nya, sehingga aibnya tak dilihat orang. Namun pelamun selalu mengkhayal tanpa mau merubah diri. Demikian mereka yang memanfaatkan lapang hati komunitas da‘wah tumbuh dan menjadi tua sebagai seniman maaf, ―Afwan ya Akhi‖. Tetapi ALLAH-lah Yang Memberi Mereka Karunia Besar Kelengkapan Amal Jama‘i tempat kita ‗menyumbangkan‘ karya kecil kita, memberikan arti bagi eksistensi ini. Kebersamaan ini telah melahirkan kebesaran bersama. Jangan kecilkan makna kesertaan amal jama‘i kita, tanpa harus mengklaim telah berjasa kepada Islam dan da‘wah. ―Mereka membangkit-bangkitkan (jasa) keislaman mereka kepadamu. Katakan : ‗Janganlah bangkit79 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH bangkitkan keislamanmu (sebagai sumbangan bagi kekuatan Islam, (sebaliknya hayatilah) bahwa ALLAH telah memberi kamu karunia besar dengan membimbing kamu ke arah Iman, jika kamu memang jujur‖ (Qs. 49;17). ALLAH telah menggiring kita kepada keimanan dan da‘wah. Ini adalah karunia besar. Sebaliknya, mereka yang merasa telah berjasa, lalu – karena ketidakpuasan yang lahir dari konsekwensi bergaul dengan manusia yang tidak maksum dan sempurna – menung-gu musibah dan kegagalan, untuk kemudian mengatakan : ―Nah, rasain !‖ Sepantasnya bayangkan, bagaimana rasanya bila saya tidak bersama kafilah kebahagiaan ini?. Saling mendo‘akan sesama ikhwah telah menjadi ciri kemuliaan pribadi mereka, terlebih doa dari jauh. Selain ikhlas dan cinta tak nampak motivasi lain bagi saudara yang berdoa itu. ALLAH akan mengabulkannya dan malaikat akan mengamininya, seraya berkata : ―Untukmu pun hak seperti itu‖, seperti pesan Rasulullah SAW. Cukuplah kemuliaan ukhuwah dan jamaah bahwa para nabi dan syuhada iri kepada mereka yang saling mencintai, bukan didasari hubungan kekerabatan, semata-mata iman dan cinta fi‘Llah. Ya ALLAH, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
80 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Kerendahan Hati dan Kepekaan Sosial Oleh KH. Rahmat Abdullah
Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang. Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap Yang mengangkat diri tinggi di langit Padahal dirinya rendah-hina Alangkah nikmatnya dicintai dan mencintai, dipercaya dan mempercaya, Alangkah mengharukannya dukungan rakyat yang tanpa pamrih. Kadang mereka lebih galak membela kita daripada kita yang mereka bela. Rakyat bisa datang berjalan kaki bermil-mil, dalam panas dan haus. Untuk apa mereka begitu antusias ? Apa jaminan caleg dan jurkam yang berjanji memperjuangkan nasib mereka ? Dukungan ini tak lepas dari realita yang mereka temukan dalam kehidupan para kader di pelbagai medan kehidupan. Yang komitmen kerakyatannya tak terragukan. Yang kepekaannya terhadap nasib mereka selalu hidup dan tajam. Yang tertempa oleh keikhlasan dan kesabaran sehingga tak tergiur oleh iming-iming dunia, KKN atau berbagai tekanan, ancaman atau godaan. Kecuali bila Anda adalah sekian dari sekian kekecualian, penumpang gelap di gerbong atau lok keadilan. Akan teruskah dukungan berdatangan, ataukah seperti penumpang bus yang silih berganti dan berbeda kepentingan atau turun dengan penuh umpatan penyesalan ? Demikian mengharukan dukungan datang. Tetapi awas, tiba-tiba ia dapat berubah menjadi taufan dan amuk balik yang mematikan.
81 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Rakyat terlalu lelah untuk bisa memahami tokoh partai, kiayi muda atau aleg yang takut mengunjungi mereka, karena harus berhati-hati jangan sampai kemeja mahalnya ternoda debu di gubug mereka. Atau pantalonnya lusuh karena duduk diatas bangku reot di warung mereka. Atau nafasnya sesak duduk di rumah mereka yang kecil dan kurang udara. Atau jangan sampai mobil hasil dukungan rakyat tergores di gang sempit tempat domisili mereka. Rasanya terlalu mewah untuk bermimpi kapan pemimpin yang mereka dukung mengikrarkan (dan mem-buktikan), ―Bila Anda perlu mengangkut keluarga yang sakit di tengah malam buta, silakan ketuk pintu dan kami akan antar ke rumah rawat‖. Mereka tak punya cukup keberanian untuk menyeruak rumah baru para pemimpin yang sudah serba mewah. Mereka pun tak cukup mengerti bahwa ada (isteri) sesama kader juga saling menunggu, kalau-kalau tetangga yang sukses dengan dukungan kita mau ‗melempar‘ mesin cuci butut atau kompor bekas yang sudah berganti dengan produk paling mutakhir, atau membeli tambahan buku saat anak-anak mereka berbelanja, untuk teman sekelas atau anak tetangga lainnya.
Kader Pra Pemilu Banyak kader tahan berbincang berjam-jam dengan rakyat jelata, kuli bangunan dan pengangguran, saat ia masih sama-sama miskin. Ia bisa dengan lahap menenggak suguhan teh panas di gelas mereka yang sederhana atau melahap sepotong dua tempe yang mereka goreng diatas perapian kayu bakar atau kompor minyak yang selalu menyimpan ancaman terselubung untuk meledak kapan-kapan waktu. Ia masih punya frekuensi dan gelombang setara untuk saling berbagi suka dan duka. Yang membedakan mereka mungkin satu, rakyat tak punya lidah yang cukup sistematis dan tidak punya saluran yang memadai untuk mengalirkan aspirasi dan sang 82 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kader punya ‗sistem‘ untuk mengusung aspirasinya lewat saluran-saluran yang banyak dan lancar. Saluran itu adalah suara rakyat, keikhlasan mereka memilih dalam pemilu dan husnuzzhan yang luar biasa tingginya ! Apa yang diharapkan rakyat dari dukungan mereka ? Ingin jadi anggota parlemen ? No way ! Mau jadi pejabat tinggi di partai atau di birokrasi ? Tak mimpi, lah. Begitu tulus harapan mereka ; agar kebenaran dan keadilan bisa tegak di tangan para kader yang akrab dan beradab, bersih dari KKN dan fasih membacakan ayat-ayat kebenaran serta lantang mempidatokan gagasan-gagasan, janji-janji dan gugatan-gugatan. Mereka punya basic insting yang murni untuk mendukung siapa yang jujur, asal dekat, terjangkau dan meyakinkan. Terlalu rumit mencerna teori-teori politik dan paradigma da‘wah, kecuali para kader telah menyajikannya dengan pendekatan yang membumi. Otak mereka terlalu sarat beban hidup, sehingga pilihan yang mudah diingat ialah wajah yang sering datang pergi, lancung atau pendustakah mereka. Disini demokrasi menjadi mesin culas orang-orang yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara licik. Partai dominan membiarkan kemiskinan untuk pada saatnya ditukar dengan suara murah di bilik pemilu. Partai mitos sengaja merawat kebodohan dan memupuknya dengan berbagai mimpi kewalian, kekeramatan dan kemenangan agar rakyat tetap mendukung dan tak menggunakan nikmat akal yang begitu mahal.
Rakyat Pasca Pemilu Kecuali dari kelompok pengejar kedudukan – seperti bandar-bandar judi, Bandar bakso atau pemulung yang menjadi aleg dengan membeli kursi itu dari partainya dengan tarif ratusan juta rupiah – selebihnya rakyat adalah rakyat. Yang nasib mereka terus bergulir. Naik turun dalam kehidupan. Dengan gubug yang semakin rapuh, tergusur atau
83 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH menjadi gedung, anak yang semakin banyak tuntutan dan status yang selalu diatasnamakan. Terkadang muncul penyimpangan pertumbuhan seksual anak-anak, karena kondisi rumah yang tak kondusif bagi pendidikan. Harta habis untuk menebus anak yang di tangkap polisi atau memasukkan anak-anak ke panti rehabilitasi mangsa narkoba. Yang hanif tetap dengan harapan-harapan yang entah kapan dapat terwujud. Hal yang tak berubah dari mereka; dukungan. Mereka sangat sederhana dan tidak mengada-ada. Bila mereka mulai kecewa terhadap partai-partai atau petinggi-petinggi partai atau apa saja komentar bisa sangat getir: - ―Ah, lehernya sudah tak bisa menoleh ke gubug kami lagi‖ - ―Kerongkongannya sudah tak bisa dilewati gorengan singkong kami‖ - ―Mereka orang-orang steril, alergi ketemu rakyat‖ - ―Ah, kita kan cuma tangga, sesudah mereka menginjak-injak punggung kami, ya sudah, tinggal senang-senang saja‖ - ―Dulu, waktu masih perlu dukungan suara untuk Pemilu mereka sering datang, sekarang 3 lebaran lewat, la salam wala kalam‖ - ―Dulu sih, kita masih berharap. Sekarang, apa bedanya dengan partai lain. Kadernya sombong-sombong‖ - ―Apa yang berubah, suaranya di parlemen: sepi, sepi, sepi ! Yang kita dengar ramai, itu klakson mobil mengkilapnya. Pakaian isterinya makin gemerlap. Mainan anaknya makin norak. Sudah itu mobil dinas dipakai nganter anak. Ngomongnya dulu Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu karena tamunya tamu pribadi‖
84 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kedekatan adalah Bahasa Paling Fasih Tidak benar rakyat senang betul melihat para pemimpin lapar dan miskin. Ya, romantisme siapa saja bisa terpanggil oleh kebersahajaan dan kesederhanaan, terlebih bila itu keluar dari diri dan keluarga kader, pemimpin dan da‘i. Tidak perlu buang energi, berkerut wajah dan berbusa mulut untuk meredam suarasuara
begini.
Mereka
hanya
memerlukan
keakraban,
kebersahajaan
dan
kesederhanaan, lalu berbagai prasangka segera menguap. Bukan pergelaran dendam kemiskinan, lagak pahlawan kesiangan atau pura-pura peduli. Mereka siap dibohongi asal nampak logis. Tetapi itu mustahil, kecuali Anda memang dilahirkan untuk berbohong. Banyak orang panik menghadapi kritikan yang sebagiannya memang berbukti, sebagiannya harapan dan selebihnya ‗kenaifan‘ analogi sejarah. Bagaimana mungkin pemimpin disuruh pergi berkeliling negeri malam-malam untuk mengintai ibu-ibu yang menggodog batu, agar anak-anaknya tenang ? Kini di siang hari mereka telah menggodog kucing, untuk ‗menenangkan‘ mereka. Kadang naluri ‗birokrat‘ bekerja dengan jawaban-jawaban oral yang sengit dan apologik, padahal jawabnya tersimpan dibalik kerendahan hati dan kepekaan social kader. []
Sumber : E Book Untukmu Kader Dakwah
85 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Kematian Hati Oleh KH. Rahmat Abdullah
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu. Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. ―Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka‖, ucapnya lirih. Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan 86 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma‘siat menggodamu dan engkau meni‘matinya? Malammalam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia? Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir ―Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh‖ Betapa jamaknya ‗dosa kecil‘ itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat ―TV Thaghut‖ menyiarkan segala ―kesombongan jahiliyah dan maksiat‖?
87 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan ―Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?‖ Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang ―Ini tidak islami‖ berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana? Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang ―kiayi‖nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan ―Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku‖ dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da‘inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan ―Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua‖ Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai ‗alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?
88 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da‘wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa
besar
sumbangan
mereka
kepada
modernisasi
dengan
banyak-banyak
mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa ―westernnya‖ . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan ―lihatlah, betapa Amerikanya aku‖. Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri. Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Kini datang ―pemimpin‖ ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, ―toko emas berjalan‖ dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. ―Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku.‖
Sumber : www.eramuslim.com › Peradaban › Pemikiran Islam Tulisan Sang Murabbi :
Kekuatan Mata Hati 89 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Oleh KH. Rahmat Abdullah
―Bahkan manusia sangat tajam melihat dirinya sendiri, walaupun ia melontarkan berbagai alasannya‖ (QS.AI-Qiyamah:14). Para
penganut
Al-Qur‘an
tak
ragu
sedikitpun
akan
kesempurnaannya. la cahaya terang dan jalan lurus yang mengantar kepada keselamatan dunia dan kebahagiaan akhirat. la bashirah yang begitu jernih, tajam dan akurat mewartakan keadaan yang sesungguhnya, kemenangan yang terbentang dan bahaya yang mengancam, dengan segala syarat, sebab dan penawarnya. la memuat sejarah lampau, gambaran depan dan keadaan sekarang. Namun apa yang didapat orang yang menutup rapat-rapat matanya sendiri, dari cahaya terang di sekitarnya? Terik mentari ditingkahi ribuan lampu sorot, tak menyelamatkannya dari terjerembab ke pelimbahan. Sebaliknya, lihatlah tuna netra yang berjalan di gelap malam, dapat selamat dan beroleh rizki mereka. Allah Maha Adil, yang mengangkat sebagian orang dengan kekurangan fisiknya dan menjatuhkan lainnya walaupun berjasad sempurna. Tak ada makna kajian tema apa pun dalam kitab suci, sementara hati pengajinya berjelaga. Ada tikus mati dalam kandang, ada orang kehilangan tongkat dua kali atau terpagut ular dua kali di liang yang sama. Atau singa-singa mati lapar di padang dan daging pelanduk dilahap serigala. Ada budak tidur di tilam sutera, ada bangsawan berbaring di hamparan tanah.
Bila Nurani Bergetar Berbahagialah pejuang yang tak mengkorupsi kemenangan masa depannya, walaupun hanya dengan sekedar rintih sesal didera lelah. Atau menumpang popularitas 90 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dengan nikmat tanpa rasa malu kepada-Nya. Mereka yang berhati nurani tak lagi melampirkan kesedihan, kesusahan, dan kelelahan kedalam neraca laba-rugi. Hati nurani mereka selalu hidup dan berbinar. Begitulah kiranya ketika Alkhalil Ibrahim AS meminta agar nabi yang dibangkitkan kelak dari keturunan Ismail AS, bertugas ―….membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah dan menyucikan mereka..‖ (QS. AI-Baqarah:129), Allah mengijabah do‘anya. Namun Ia menginginkan langkah kedua sesudah membacakan ayat-ayat-Nya dan sebelum mengajarkan Kitab dan Hikmah, satu kata kunci bagi keberhasilan da‘wah ini, yaitu ‗menyucikan mereka‗ (QS. AlBaqarah:151, Ali Imran:164, Al Jumu‘ah:2). Nurani yang hidup mampu menjembatani perbedaan dan meredam perpecahan. ―Ulama akhirat tak saling berbenturan, karena akhirat sangatlah luas. Ulama dunia selalu bertikai dan bermusuhan karena dunia terlalu sempit untuk mereka perebutkan.‖ (Imam Ghazali). Allah menyebutkan perumpamaan ulama buruk (suu‗) yang berhati nurani mati, seperti Bal‘am sebagai anjing, yang bila dihalau menjulur dan bila didiamkan tetap menjulur (QS. Al –A‘raf: 176). Anjing akan lari mengejar tulang dengan sedikit daging segar. Dan tak akan tertegun memandangi perhiasan di tangan pelempar seharga 1 milyar. Dan ketika melewati telaga, sang anjing segera menerkam bayangan dirinya, karena mengira ada anjing lain yang menggigit tulang. la ingin menguasai semua tulang. Alangkah rakusnya! siapa yang telah rasakan dunia aku pun telah mengenyamnya// telah digiring kepadaku pahit getirnya// aku tak melihatnya selain bangkai yang membusuk dikepung anjing-anjing dengan hanya satu semangat: cabik dan tarik! Seorang imam sangat kecut dan malu ketika ada orang datang meminta sesuatu. ―Oh, dosa apa yang kuperbuat, mestinya aku sudah menangkap hajatnya sebelum ia menyatakan permintaannya―. Tidakkah panitia zakat merasa tersindir ketika melihat 91 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kemiskinan hanya dari wajah pengemis profesional yang kerap menimbun harta melebihi keperluan. Al-Qur‘an telah melekatkan sifat ‗jahil‘ bagi mereka yang mengira para mujahid yang menjaga air wajahnya dengan menutup rapat-rapat penderitaan dan kemiskinan mereka, sebagai orang kaya. Sebaliknya sifat Rasul SAW disebutkan sebagai ma‘rifah (kenal), karena dengan kejernihan bashirah mampu menangkap hakikat. Karena
itulah
mereka
mendapatkan
jaminan
baik
bagi
kehidupan
kelak;
―Beruntunglah orang yang tersibukkan oleh aib dirinya dari kesibukan mempersoalkan aib orang lain. la infakkan yang berlebih dari hartanya dan menahan yang berlebih dari perkataannya― Kemiskinan dan kesenangan tak masuk agenda fikiran para perempuan generasi Salaf yang melepas keberangkatan para suami. ―Hati-hati terhadap harta yang haram. Kami tahan terhadap kemiskinan tetapi takkan tahan terhadap neraka,‖ begitu pesan mereka. Di depan iring-iringan yang membawa Imam Ahmad bin Hambal ke penyidangan yang zalim, menghadanglah seorang perempuan. ―Wahai Imam, kami perempuanperempuan yang bekerja menenun. Hari-hari ini serdadu sultan meningkatkan perondaan sepanjang malam dengan obor-obor mereka. Karena kami bekerja dibawah pancaran cahaya obor serdadu sultan zalim itu, maka hasil tenunan kami di atas atap rumah menjadi lebih baik dan kami mendapat keuntungan tambahan. Halalkah kami memakan kelebihan untung itu?―. Demikianlah radiasi bashirah Imam yang tak kenal kompromi dengan kebathilan, merasuki hati nurani rakyat yang menjadi begitu sensitif.
Kematian Hati Nurani Berapa banyak orang menguasai teori ilmu serta dikenal dan dihormati sebagai ilmuwan dan ulama, namun kehilangan potensi hati nurani. Bashirahnya tertutup limbah dunia, membuat cahayanya tak tembus menerangi jalan. Para koruptor yang memiskinkan rakyat dan menguras kekayaan bangsa untuk kepentingan diri sendiri adalah para 92 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pengkhianatyang mati rasa. Mereka yang memproduk siaran cabul, menyiarkan kebebasan seks, membuka rumah bordil, memproduksi dan mengedarkan tuak, candu dan madat adalah makhluk yang padam hati nurani. Kehidupan fisik tak mampu mengimbangi busuk akhlaq mereka yang membuat tak nyaman lingkungan. Tak ada orang yang kerasan berlama–lama dekat mereka. Hidup menebar bau busuk dan mati menuai amal busuk. Mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan-angan panjang. ―Seakan kematian hanya berlaku atas orang lain―. Sejauh ini dosa dan kemaksiatan merupakan pembunuh utama hati nurani. Hati menjadi keras membatu, watak menjadi beku dan hati menyempit. Ayat-ayat suci tak membekas di hati, kematian tak menghasilkan ibrah, luapan syahwat dunia semakin tak terkendali, wajah menggelap memantulkan kelam hati, hilang semangat
beramal
dan
lenyap
kelezatan
dzikir.
Lihatlah para penjual ayat yang dengan ringan berfatwa bathil demi kekayaan diri. Do‘a yang mereka bunyikan memang benar hanya bunyi. Dan bila ada kader muslim yang merasa, inilah zaman keterbukaan, lalu membumi hanguskan tradisi dakwah yang baik, mereka telah membunyikan lonceng kematian bagi hati nuraninya. Bila berpolitik, mereka hanya tahu intrik. Tak ada rasa malu merebut posisi, dengan berhias khayalan syaithani. Akulah Yusuf yang credible dan expert. Padahal begitu jauh jurang memisah, mana Yusuf, mana pemimpi di terik mentari. Golongan ini tak kenal mihwar tak kenal era, baginya semua adalah era naf‘i dan mihwar maslahi (era mengambil keuntungan dan fase mengambil maslahat). Orang-orang seperti itu harus kerap diajak menurunkan jenazah ke liang lahat, melepas kerabat di akhir nafas, atau berbiduk di lautan dengan gelombang yang ganas. Bila tak mempan, takbirkan empat kali bagi kematian hati nuraninya
Sumber : iinparlina.wordpress.com/.../tulisan-tulisan-ustad-rahmat-abdullah-ya... 93 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
94 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Degradasi Oleh KH. Rahmat Abdullah
Mungkin saja hari ini kita adalah tanah yang berdiri di persimpangan sungai. Pelan, bongkah-bongkah jiwa rontok, meski air tidak terlalu kuat menerjang. Bahkan ia menyapa dengan senyum sumringah, tetapi tubuhmu, jiwamu mengurus. Kebaikanmu terkubur dan dibawa arus, entah kemana. Engkau bukan tercipta sebagai bongkah tanah yang kaku, aku juga. Mari, sebelum waktu kita untuk menabur kebaikan terhenti, rontok terbawa ke muara yang tidak kita kenal. Kita hentikan ketepekuran pesimis, atau ketengadahan angkuh. Menjadi ketepekuran perenungan, dan ketengadahan semangat, cerminan jiwa yang masih percaya bisa bangun. Ah, manusia mana yang belum pernah merasa terpuruk, jatuh hingga ‗pingsan‘. Toh, kita manusia, manusia yang tidak pernah diberikan atribut kesempurnaan. Kesempurnaan itu adalah molekul dalam pencarian, bukan titik inti manusia. Kitalah penulis puisi berjudul degradasi, saat kita larut dalam mengeluh tanpa sebuah upaya mencari jalan, menelusuri jalan yang pekat. Mari membawa obor-obor yang memadai sehingga mereka teriak, ―oh disana ternyata ada jalan.‖ Bukan satu hal yang penting nama kita tercatat disana, bahwa jalan ini tertemukan olehku. Bukan. Para pahlawan tidak pernah arahkan mata hatinya untuk tujuan itu, kau pasti tahu itu. Kita adalah pahlawan, untuk apapun yang kita dedikasikan. Bukan orientasi. Bukan nama, hanya saja agar kelak mereka teriak girang, ―oh mereka tidak ajarkan tentang keindahan syurga dunia, tetapi kejujuran bahwa dunia adalah tempat keringat juang tumpah‖ Kita, bukan bongkah tanah di tepi sungai… yang hanya diam oleh belaian lembut kepalsuan, lalu tenggelam. 95 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sumber : iinparlina.wordpress.com/.../tulisan-tulisan-ustad-rahmat-abdullah-ya...
96 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Ciri Orang Besar Memulai Oleh KH. Rahmat Abdullah
Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi olehNya. Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat. Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ―babak belur‖, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk. Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja 97 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita. Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri. Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar. 98 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar. Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang. Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:
99 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal Senyumlah pada setiap orang Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus. Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum‘at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing. Wallahualam bishowab
Sumber : iinparlina.wordpress.com/.../tulisan-tulisan-ustad-rahmat-abdullah-ya...
100 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Menjaga prasangka Oleh KH. Rahmat Abdullah
Adakah peristiwa yang berlangsung lebih dari sepuluh tahun lalu dan masih senantiasa membekas di benak Anda? Bisa ya bisa pula tidak. Bagi saya, ada suatu kisah yang masih membekas karena hikmahnya ternyata belum begitu lama mampu benar-benar saya pahami. Alkisah, saya sedang menonton pawai tujuh belasan waktu itu. Lokasinya di dekat perlintasan kereta api, sebuah pertigaan, yang salah satu arahnya adalah arah menuju RSUD Wates. Penonton yang berjubel otomatis menutup jalan utama yang menuju rumah sakit tersebut. Di tengah ramainya suasana, sebuah mini van berusaha menyeruak kerumunan. Karuan saja pak polisi bertindak dan terjadilah suatu dialog dengan sang pengemudi mobil. Karena posisi saya cukup jauh untuk mendengarkan, jadilah saya hanya menilai alangkah ngaconya mobil yang hendak meminta jalan tersebut. Namun sejurus kemudian saya juga terkejut melihat seorang wanita yang duduk di sebelah pengemudi mobil itu. Di tangannya tampak seorang anak yang rapat terbalut kain dan direngkuh dengan gemetaran sepertinya. Ketika lebih jelas saya amati pun, raut kedua orang tersebut tampak cemas dan terburu-buru. Tak berapa lama, mobil tersebut dibiarkan lewat dan meluncur cepat ke arah rumah sakit. Jika Anda menjadi saya, samakah yang kita pikirkan?! Awalnya saya juga kesal melihat mobil tersebut yang mengganggu kemeriahan pawai, tapi tak butuh berapa lama saya sadar saya keliru. Tentulah ada alasan ―besar‖ mengapa mobil tersebut memberanikan diri menembus kerumunan, dan ternyata ―sepenangkapan saya‖ ada anak yang sedang 101 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH sakit di dalamnya. Masih kesalkah saya kemudian?! Tidak ternyata, saya mengerti, orang tersebut punya alasan, dan alasannya penting. Bertahun-tahun kemudian saya baru benar-benar bisa memahami hikmah endapan ingatan tersebut, tak lain adalah tentang prasangka. Mudah ya untuk merasa kesal dan marah pada mobil tersebut, dan bisa jadi saya juga tidak tertarik mengapa mobil itu berusaha menyeruak kerumunan, pokoknya ngeselin, titik. ; Tapi, ketika saya sedikit menajamkan mata dan mengamati, oh..ternyata ada anak yang sakit di dalamnya. Oh..kasihan ya kalau nggak boleh lewat. Oh..kelihatannya sang bapak dan sang ibu itu begitu cemas. Dan akhirnya, tak apalah minggir sejenak. Prasangka, sebagian besarnya adalah menggiring pada dosa. Bisa dipahami dari peristiwa di atas, yaitu akan lebih mudah mengira tentang keburukan daripada kebaikan, hehehe. Tapi ketika kita mampu ―memaksa‖ pemikiran kita untuk lebih terbuka dan mengamati ―tidak hanya sekedar melihat‖ maka akan lahir pemahaman baru yang bisa jadi berbeda. Pemahaman yang bernama pengertian. Sekilas dapat juga kita tengok peringatan Allah tentang bahayanya prasangka. Allah berfirman, ―Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah
kamu
merasa
jijik
kepadanya.
Dan
bertaqwalah
kepada
Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang‖. (QS Al-Hujurat: 12). Buat saya, berprasangka itu melelahkan, itu yang jelas. Karena seperti jabaran hukum tarik menarik dalam buku The Secret. Pemikiran akan menarik hal-hal lain yang senada dengannya. Dengan demikian, pemikiran negatif a.k.a prasangka itu akan menarik lebih banyak lagi hal negatif lainnya. Sebagaimana sebaliknya, setiap pemikiran positif juga akan menghadirkan lagi lebih banyak hal positif dalam diri kita. Jadi, jika demikian, mulai 102 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH sekarang mari kita perbaiki akhlaq kita semua. Dimulai dengan berprasangka baik terhadap orang lain. Kita akan berkumpul dengan orang-orang baik dan insya Allah kita akan tertular menjadi orang yang baik. Sederhana saja kan, insya Allah. Daripada melelahkan diri dengan berkesal-kesal dengan orang lain, pindah arah pandangan yuuk… insya Allah ada alasan di balik setiap tindakan. Dengan membiasakan diri berpikir demikian, insya Allah pikiran juga akan lebih tenang, dan pada kelanjutannya kita akan bisa merasa lebih nyaman dengan segalanya. Insya Allah juga, segala persoalan akan teratasi jika diawali dengan pemikiran yang tenang dan nyaman.
Sumber : iinparlina.wordpress.com/.../tulisan-tulisan-ustad-rahmat-abdullah-ya... Tulisan Sang Murabbi :
Stigma dan Eufimisme Oleh KH. Rahmat Abdullah
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan olok-olok dan mereka yang terpedaya oleh dunia,” (QS. Al Maidah :57) Hari ini aanak-anak kita lahir di atas tilam zaman yang digenggam dengan tangan-tangan yang kelewat tega, jorok, dan mati rasa. Tangan-tangan yang digerakkan oleh -kalau ada- otak, syaraf, dan hati yang terbuat dari beton dusta, baja korupsi dan batu karang keangkuhan. Namun tangan-tangan itu begitu lentur, piawai tampil dalam wujud yang tramat simpatik dan manusiawi. Tak bakal ditemukan dalam kitab-kitab sirah, Abu Jahal dan Abu Lahab tadarus membaca Al-Qur‘an dan Khusu‘ mengkaji hadist. Namun Abu Jahal zaman ini lain. Mereka yang dengan enteng mencetak 103 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH uang palsu dan menyengsarakan rakyat dengan Napza untuk membenamkan generasi muda bangsa mereka, tanpa sungkan-sungkan mengumpulkan para darwish untuk menyanyikan nyaanyian spiritual. Alangkah kudus hatinya tanpa upacara, tanpa menunggu persetujuan parlemen, mereka sematkan atas nama Allah dibendera resmi negara mereka yang sangat sekuler dan memusuhi setiap gagasan menuju kehidupan islami dalam berbangsa dan bernegar. Dan ketika kematian -yang terkesan datang begitu lamban dalam fikiran para mangsamenjemput mereka, seluruh menara masjid dan radio memutar rekaman tilawah dengan suara teramat sendu. Langit pun semakin pucat, menyembunyikan kapan murka bumi yaang siap menghimpit-remukkan tubuh paraa hipokrit ini. Lengkap sudah sandiwara, tranplantasi dan penggincuan mental. Sang tokoh yang kerdipan matanya, tanda tangannya dan isyaratnya menyebabkan sekian ribu mujahid dibunuh, dibuat cacat dan sekian juta rakyat menjadi miskin, miskin harta dan miskin iman mengakhiri hidupnya dengan segala kebesarn dan sanjungan para penjilat. Ia tetap yang ‗terbaik‘, setidaknya untuk beberapa saat sebelum sejarah mencabik-cabik topeng kepalsuannya atau saat pen-taqlid cepat-cepat menghujaninya dengan sumpah serapah sebagai upaya penyelamatan diri. Ketika „Paduka Yang Mulia, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, Waliyyul Amri Adhururi bi Syaukah‟ Dr. Ir. Soekarno jatuh dari singgasana, banyak orang yang mengutukinya dengan makian yang kadang berlebihan, kecuali Alm. Mohammad Natsir, lawan politik yang -bersama beberapa teman- dipenjarakaan tanpa alasan dan proses hukum yang benar. Ia tak termasuk jumlah besar para pemaki itu. ―Mengapa Bapak tidak menghujaninya dengan kutukan dan cercaaan seperti tokoh-tokoh lain.?‖ tanya seseorang. ‖ Karena saya telah menunaikan amanah dengan mengkritiknya, meluruskannya dan tak pernah menjilatnya. Jadi saya tak perlu mencuci diri terhadap kekotoran masa lalu, ‖ demikian jawabnya. 104 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Manusia, memang makhluk ajaib yang punya daya adaptasi yang tinggi, ―berbudaya dan beretika‖, tampil elegan walaupun tangan berlumuran darah rakyat. Tepat kiranya komentar sebuah majalah atas gambar penjaja topeng diperempatan Kuningan, Ripanya manusia tak cukup dengan hanya satu topeng: wajahnya.‖
Malin Kundang Begitu banyak tangan manusia dan lidah melafaskan kata-kata yang tak berbasis pada keyakinan aqidah, karena para pemiliknya sendiri tak tahu apakah mereka atau hnya sejumput ‗emosi religius‘ yang tumbuh begitu saja sejak masa kanak-kanak. Emosi yang membuat mereka merasakan ‗kebahagiaan‘ berhari raya, yang dalam kamus mereka kumpul makan ketupat. Hanya karena ‗kepatutan‘ mereka menyesuaikan diri pada momenmomen ‗keagamaan‘ dengan mengeluarkan sejumlah kecil biaya untuk busana terkait. Mereka melahap begitu saja stigma teroris yang dipaksakan atas saudara mereka, tanpa sedikitpun goresan luka di hati. Bila menyiarkan tayangan hamba-hamba Allah yang dibantai, tak ada ketersinggungan yang memerahkan wajah atau membakar hati mereka. Anak-anak bangor ini telah mendesain sendiri gaya pertaubatan mereka dan tak jarang media busuk membantu mereka. Untuk kasus Indonesia, lihatlah, betapa orang lain menyanjung-sanjung seseorang dengan panggilan Soeharto saat mereka habis-habisan mengeksplorasi begitu banyak keuntungan lewat rezim korupnya. Atau berkibarnya mereka mensyiarkan panggilan Gus saat singgasananya belum goyang. Amboi, sesudah itu begitu entengnya lidah jaksa, presenter TV dan pena wartawan menyebut masing-masing dengan sebutan; Haji Muhammad dan Kyai Haji saat mereka tak lagi melihat manfaatnya. Tidakkah terluka hati Tuan saat disebutkan nama sebuah gorong-gorong penyaluran dana yang begitu menaburkan bau busuk. Gorong-gorong limbah itu bernama Raudhotul Jannah. Sebuah gorong-gorong aliran isyu busuk dan stigma pencolengan bodoh berharga 40 miliar? Mengapa bukan yayasan Swarga Loka atau Hollywood? 105 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ketika Matori dibacok, Polisi telah dengan sangat lugas, cepat dan pede menyebutkan, para pembacok itu anggota AMIN (Anggota Mujahid Islam Indonesia Nusantara). Tapi di desa-desa, masyarakat yang lugu mengeluh kok tega sekali Amien Rais yang Muhammadiyyah dan PAN, ngebacok Pak Matori yang PKB? Mungkin Tuan masih belum tahu, ada pengurus sebuah masjid yang mempertahankan hak keberadaannya dari penggusuran di tengah kota, pusat bisnis dan pemerintahan di interogasi berhari-hari dan dipaksa masuk partai mereka, dengan tuduhan merekalah yang membakar gedung Sarinah? Mungkin kita menilai ini stigma, tetapi mereka menganggap ini sebagai perlindungan diri yang sangat ampuh. Agama telah menjadi tumbal dan jimat keselamatan. Halnya seperti kisah pencuri masa lalu di Baghdad yang dikisahkan kitab paling laris Majmu‟ Syarif. Berkali-kali ia ditombak, ditikam dan dipancung, namun tetap hidup dan sehat wal afiat dan tak terluka. Lelah karena gagal menyiksa dan membunuh sang pencuri, rakyat bertanya apa gerangan rahasia pencuri itu? Ia menjawab: ―Aku selalu mengamalkan ayat 7.‖ Kasihan petugas pabean Amerika yang selalu harus waspada. Mereka harus menyita sebilah peniti yang terselip dalam bagasi seorang penumpang pesawat yang nama depannyaMuhammad. Kasihan istri Muhammad yang telah berlelah-lelah menata bagasi suaminya, akhirnya diaduk-aduk hanya untuk mencari gunting kuku, barang paling berbahaya dari dunia islam yang tertangkap X-Ray. Ketika Israel memulai uji coba bom nuklirnya, Orang tak bilang itu bom Yahudi. Waktu RRC berbuat serupa, mereka tak sebut Bom Budha, Confucius atau Komunis. Tetapi ketika Pakistan sukses dengan percobaan nuklirnya, sebuah media massa Amerika membuat judul dan gambar depan dengan komentar. “The Islamic Bom!”
Eufimisme
106 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Stigma dan eufimisme mungkin sepanjang anak madame PR ( Public Relation), hasil hubungan gelapnya dengan Signore LS (Lie Station). Dalam Al-Qur‘an peran negatifnya disebut sebagai „irshadan‟ (menara kontrol, QS. At Taubah :107) bagi para musuh Allah dan Rasul-Nya. Sukses terbesarnya pada kemampuannya mengubah citra. Jutaan hektare hutan ditebang dicitrakan untuk dijadikan kertas-kertas majalah dan koran. Ada yang menyiarkan -4 dan +4 kedatangan seorang artis bersama ‗kerbau‘ nya. Di kali lain, berapa banyak waktu teralokasi, air mata mengalir dan doa terangkat -termasuk ibu-ibu majelis ta‘lim Jakarta mengiring kematian Lady Spencer? Lady dengan style innocence yang membuat orang tak lagi tega mengingat kembali apa yang dilakukannya bersama Al Fayyadh. Madame PR telah me-make up segalanya. Seperti juga kaum Zionis, hari ini mereka menjadi bangsa dengan ‗penuh heroisme membalas‘ tindakan kekerasan dan teror bangsa Palestina. Mereka lekatkan citra terdzalimi, padahal mereka yang merampasi tanah, membunuh bayibayi, orang-orang tua dan perempuan palestina yang tak berdaya? Orang tak ingat bagaimana permusuhan mereka dengan nabi, kecurangan mereka terhadap bisnis, riba yang mereka tarik seperti menyedot sumsum dari tulang sapi yang masih hidup. Mengapa scholar Muslim begitu sibuk membongar-bongkar khazanah kekayaan sejarah Muslimin pada abad lampau, seraya mengomentari setiap produk dengan lecehan: ―Tidak HAM, tidak humanis, tidak berpihak kepada kaum perempuan yang tertindas.‖ Mengapa mereka jadi tumpul terhadap kekuasaan yang korup dan represif? Mengapa mereka lebih toleran terhadap atheisme dengan segala derifatnya? Madam PR yang berhak menjawabnya. Larangan menyebut Ra‘ina bagi orang Yahudi (dengan Raa bermad, artinya perhatikan bicara kami. Kaum Yahudi memendekkan Ra yang dalam bahasa mereka artinya: engkau gila!) bukan hanya dalam batas pengertian bebas. Ia adalah perang total terhadap teror dan teroris citra. Dan Al Qur‘an dengan ummatnya adalah pemenang. Periwayatan mutawatir tidak hanya berarti riwayat sejumlah orang, tahap demi tahap yang memustahilkan kemungkinan dusta. Ia juga bermakna sampainya riak gelombang dari 107 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pusat sampai tepian, seperti batu yang mengirim gelombang benturannya dengan permukaan air di danau. Harus ada penerjemah Al-Qur‘an secara langsung dalam sikap dan akhlak, selain penulisan buku-buku dengan efek pencerahan yang luas. Kalau tidak, keberadaan Muslimin menjadi penghalang hamba-hamba Allah untuk memahami pesanpesan suci-Nya. Kalau ada pembela, mereka harus membela dengan sadar. Kalau ada yang memusuhi, lalu hancur karenanya, mereka harus hancur dengan sadar . “Agar hiduplah yang hidup diatas kejelasan dan binasalah yang binasa diatas kejelasan.” Qs Al Anfal : 42).
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
108 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Hijrah vs Menyerah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Tak ada perjuangan seberat hijrah dan tak ada pengorbanan setulus hijrah. Siapa pun punya hak untuk mengajukan bukti, ada hijrah lain yang menandingi kesakralan hijrah atas nama Tuhan, asal jangan benturkan dia dengan jihad, karena keduanya memang tak bisa dipertentangkan. Yang satu lahir dari kandungan yang lain. Jihad yang lahir dari jiwa hijrah masih memberi ‗ruang‘ bagi pembalasan, pelampiasan, dan kemurkaan karena Allah –sementara hijrah telah ‗membiarkan‘ orang-orang terhormat meninggalkan tanah air dan kecintaan mereka serta bersabar atas cibiran khalayak. Mereka lepaskan kecintaan kepada tanah air, pergi jauh dalam keterasingan. Tak dapat dinafikan nilai ‗hijrah‘ orang-orang Irlandia, Spanyol, dan Eropa lainnya mendatangi benua baru, Amerika. Seperti juga yang mereka lakukan ke Australia. Tetapi siapa mau dibohongi tentang punahnya bangsa Indian, Maori, dan Aborigin. Penderitaan mereka masih panjang dan masa depan mereka masih remang-remang.
Batu Ujian Tidak usah menginterogasi orang Madinah atau keturunan mereka, apakah mereka menyetujui telah membela, melayani dan mencintai saudara-saudara Muhajirin mereka. Berbinar wajah mereka menyambut peziarah ke Madinah yang bercahaya itu. Benarlah pesan Rasulullah Shalallahu ‗Alaihi wa Sallam: “Di setiap rumah Anshar ada kebaikan.” Jadi tidak ada yang mengherankan bila perang Fathu Makkah itu tanpa insiden mabuk 109 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kemenangan atau tumpahan dendam. Derita hijrah adalah konsekuensi iman. Semua pedih sudah terbayar dengan keramahan, kecintaan dan pembelaan saudara-saudara Anshar serta cinta Rasul yang teramat dalam. Wahai ahli Thaibah, beruntung sangat Anda Dapatkan dia yang saruwa alam tak berdaya, mendekat, dan mengkhidmatinya. Namun tentu saja luapan cinta ini tidak menafikan hak untuk beruntung dan berbahagia menjadi pengikutnya. Yang luput dari melihat Al Mukhtar, Rasul pilihan silakan melihat Sunnah yang besar dan Al Qur‘an yang ia wariskan. Silakan tanya apakah orang-orang Anshar akan mengajukan resolusi ke PBB atas hilangnya ‗hak kepemimpinan‘ Abdullah bin Ubay bin Salul yang asli Arab Madinah, kandidat pemimpin tertinggi Yatsrib dengan penampilan dan tutur kata yang menjadikannya pantas memimpin. Sayang jiwa ringkihnya meleleh dalam gesekan yang tak disadarinya dan hasad kepada sang Nabi akhir zaman. Atau Huyai bin Al Ahthab, Ka‘ab bin Al Asyraf, dan Lubaid Al Asham sang penyihir, tokoh-tokoh Yahudi yang akhirnya kehilangan peluang emas lantaran tidak cerdas seperti saudara mereka Abdullah bin Salam yang menerima risalah cahaya ini dengan hati yang bahagia.
“Wahjurhum Hajran Jamila” Bila seorang Muslim membaca Al Qur‘an Allah memasang tabir (hijaban mastura) atau yang membatasi mereka dengan orang-orang kafir. Inilah penghijrahan ruhani yang menjadikan Muslim punya basecamp dan batas demarkasi dimana pun mereka berada. Bahkan upaya intensif kaum kaffar untuk memalingkan masyarakat dari Al Qur‘an dengan ucapan mereka: “Janganlah kalian dengarkan Al-Qur‟an ini dan permainkan (sibukkan orang-orang dengan permainan agar melupakan) dia.” (Qs. Fushilat:26), dibalas Allah 110 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Subhanahu wa Ta‘ala dengan perintah: “Sabarlah atas ucapan mereka dan menyingkirlah dari mereka dengan baik.” (Qs Al Muzammil:10). Alangkah jauhnya perbedaan ini. Mereka menghambat laju penyebaran Al Qur‘an dan ia menghijrahkan ruhani kaum beriman agar dapat menikmati kelezatan hidup dibawah naungan Al Qur‘an (Qs. Al Isra‘ :45). Hijrah bukan melarikan diri, ia adalah langkah cerdas agar kebenaran tidak menjadi mangsa.
“Inni Muhajirun ila Rabbi” (Aku Berangkat Menuju Dia) Kebodohan terhadap sunnatullah menyebabkan kaum Yahudi dan segelintir elit Madinah semacam Ibnu Saul menjadi begitu meradang saat kotanya dibanjiri Muhajirin. Betapa tidak cerdasnya mereka memahami gejala alam. Mereka lupa moyang mereka yang berevakuasi ke Madinah tahun 70 M, saat negeri mereka diserang dan akhirnya memimpin di Madinah? Hijrah bukan hanya perpindahan dari wilayah ancaman ke wilayah aman. Ia adalah seleksi ‗alami‘ yang akan membuktikan kekuatan seorang atau sekelompok hamba Allah untuk menjadi pemimpin. Siapa yang diam, dia takkan menjadi besar. Siapa yang menghalangi gerak, mereka akan terlindas. ―Al harakah, fiha barakah” (dalam gerak ada berkah). Para muhajir telah memulainya dengan benar, suatu perpindahan yang beranjak dari kesadaran dan bukan dari kemarahan. Sadar bahwa iman itu punya nilai tinggi yang hanya dapat dibuktikan dengan pengorbanan. Jiwa dan semangat hijrah dengan dinamika, tantangan, dan kepedihannya yang beragam mempunyai satu mata air dari telaga yang sama, “Inni Muhajirun ila Rabbi” (aku berangkat menuju Dia). Bukan kebetulan bila susunan bulan dalam perhitungan tahun Hijrah, diakhiri dengan susunan bulan Haji dan dimulai dengan bulan Muharram, sebagai pembuka tarikh hijri. Haji yang bagi sebagian kita berarti tamatnya Islam, justru menjadi puncak bagi pendakian berikutnya. Sejak Al Khalil Ibrahim alaihissalam berangkat meninggalkan Haram ke Palestina sampai berangkat lagi ‗menghijrahkan‘ istri dan putra sulungnya Ismail sampai 111 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH hijrah Al Kalim Musa as ke Madyan dan puncaknya hijrah sang penutup, Muhammad Shalallahu ‗Alaihi Wa Sallam, menjadi munthalaq (milestone) keagungan syari‘ah yang abadi ini. Inilah mozaik kejujuran, keikhlasan, kesabaran, harapan dan kekuatan. Ketika baru saja merasakan kebahagiaan mendapatkan putra pertama Ismail, ia diperintahkan untuk menghijrahkan sang bayi kecil dan ibunya, jauh keselatan, ia hanya punya kata ―Siap: labbaik!‖. Namun ia juga seorang ayah dan seorang suami. Ia tak mampu menjawab pertanyaan istrinya yang terkejut ditinggalkan di lembah suci itu, tanpa makanan tanpa minuman kecuali untuk hari itu di lembah yang belum ada apa-apa dan belum ada siapasiapa ―Mengapa engkau tinggalkan kami disni?‖ Tak ada jawaban. Pertanyaan berulang. Tak ada jawaban. Jawaban ―Na‟am‖ (Ya), baru keluar setelah sang istri yang sangat bertauhid ini mengajukan pertanyaan cerdas: ―Apakah Allah yang menyuruhmu meninggalkan kami di sini?‖ Jawaban itu pula yang memantapkan istrinya: ―Jadi (kalau itu kehendak Allah), maka tentu Ia takkan menyia-nyiakan kami.‖ (HR. Bukhari: Kitabul Anbiya).
Pewarisan Hijrah adalah keutuhan harga diri. Sekeping tanah jauh di rantau, bersama kemerdekaan, lebih berharga daripada tinggal di negeri sendiri dengan kehinaan, tak dapat mengekspresikan iman. Kecuali bila jihad telah menjadi bahasa tunggal. Inilah terjemah hakiki sifat Islam yang ‗alamiyah (semestawi) tak tersekat oleh batas-batas sempit kesukuan dan kebangsaan, kecuali perjuangan kebangsaan bertujuan menyelamatkan dzawil qurba.
112 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sedikit orang dapat memahami mengapa idealisme Hijrah itu menjurus-jurus ‗nekad dan naif‘. Siapa yang hina, mudah berbuat hina. Bagi si mati tak ada rasa sakit dalam luka. Umat ini tak menjadi kecil atau hina karena tak punya pewarisan material dari sejarah mereka, karena nilai-nilai mulia yang mereka miliki bukan hanya telah menjadi milik dunia tetapi telah menghidupkan, menyambung, dan membangun peradaban.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
113 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Perubahan Yang Bergegas Oleh KH. Rahmat Abdullah
Hari ini baik kalangan pergerakan, pengamat politik dan futurolog, sama-sama sukar memprediksi kejadian- kejadian di depan. Ada percepatan yang tak seorangpun dapat mengklaim bahwa itu hasil usahanya sendiri. Amerika ataupun Sovyet sama sekali tak pernah membayangkan betapa negeri adi daya itu akan bubar semudah penonton topeng monyet atau gerombolan katak yang ditumpukkan di atas baki. Kalau ada hal perubahan yang mudah menyentak perhatian kita, mungkin itu perubahan bendawi. Dan, ini berarti kekayaan. Dunia kerap berdecak kagum oleh kemajuan teknologi. Efisiensi, pragmatisasi dan ekonomisasi segala gerak terjadi dengan cepat dan mencengangkan. Setelah berabad-abad merambat, akhirnya manusia berubah dengan cepat. Itu mengagumkan- lepas dari dampak negatif yang selalu datang menyusul puluhan tahun kemudian sesuai denganm karakter ilmu yang mempunyai daya koreksi, walaupun kadang
terlambat.
Seharusnya
ia
mampu
melihat
kedepan
dan
menyelesaikan
kekurangannya sendiri, tidak hanya secara kumpul pengalaman tetapi teropong jauh ke depan, analitik, sistematik dan proyektif.
Mencegat ketertinggalan Kebudayaan materialistik telah membuat para pakar berdecak kagum, seraya meluap-luapkan bayang-bayang darah, kerangka, dan tengkorak. Begitu banyak rakyat yang di korbankan demi ‗mercusuar‘ peradaban. Sebutlah tujuh keajaiban dunia, dari 114 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Pyramida, Tembok Besar Cina sampai Borobudur. Semua adalah produk peradaban besar yang harus di akui oleh mereka yang bersedia menjustifikasi semua kezaliman atas nama keharuman kolektif dan kebanggan bangsa. Berapa lama waktu yang ditunggu untuk terjadinya perubahan teknologi, modernisasi dan peradaban kebendaan di dunia Islam? Semoga bukan apatisme jika Sayid Quthb mengesankan pesimisme tersebut dengan angka: tiga abad. Itupun jika bangsabangsa yang telah jauh melaju tiba-tiba menghentikan lari mereka. Lalu da‘wah macam apa yang dapat kita berikan kepada bangsa-bangsa yang hanya mau mendengar dari mereka yang survive dan unggul dalam segala bidang kehidupan material? Kita yang dalam bidang pemikiran dan keruhanian pun belum cukup punya alasan untuk memimpin. Ada yang sangat bingung dengan tantangan ini. Lalu menawarkan solusi untuk membongkarpasang habis-habisan manhaj yang sangat terpelihara ini. Mereka bagaikan penumpang kendaraan sempurna, yang karena tak tahan oleh bantingan-bantingan di atas jalan yang penuh kubangan, dengan ‗pintar, kultural dan liberal‘ menawarkan solusi. ‗Mesinnya harus kita bongkar‘. Atau lebih mengharukan lagi komentar seseorang mereka: ‗Ini pasti karena kerusakan kaca spion‘. Persoalan sekarang terkait dengan mentalitas „Apa kita mampu?‟ atau Apa mereka mau percaya?‟ Perlukan sebuah keberanian dan keyakinan diri untuk memilih islam sebagai solusi. Namun bagaimana cara meyakinkan si sakit untuk mau berobat dan meyakinkan yang sehat bahwa obat yang ia konsumsi itu patut dipasarkan. Ia tak boleh tampil dengan tubuh yang ringkih dan kesehatan yang mencemaskan.
Perubahan cepat di Zaman Awal Mereka yang mengukur keberhasilan perubahan dari sudut pandang kebendaan akan sangat kecewa. Dimana mereka bisa temukan prasasti kejayaan Rasul? Mereka bukan kelas para ‗pencipta‘ keajaiban dunia –para kaisar yang orang tak peduli lagi apakah 115 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH meraka mau mengukir, memahat dan membangun kegemilangan ‗abadi‘ di atas tulang belulang dan gelimang darah rakyat-. Mereka akan lelah untuk bisa mengiyakan pesan agung Al- Musthafa Muhammad Shalallahu ‗alaihi wasallam: “Sebaik- baik kurun (generasi, abad) ialah kurunku, kemudian yang sesudahnya, kemudaian yang sesudahnya”. Kalau ada abad-abad yang menjadi monumen peradaban materi, orang pun banyak mengkaitkannya dengan Timur Persia atau Barat Yunani, bukan pada hasil taghyir fundamental yang mulai dicanangkan dari bukit Shafa, bahkan dari rumah Fatimah bin Khattab dan rumah Al Arqam bin Abi Arqam. Ka‘bah bangunan monumental terbesar yang menjadi saksi dan disaksikan sejarah itu kosong. Tak ada pahatan patung-patung pujaan. Tak ada altar penyembahan dewata. Ia dan Batu Hitam (Hajar Aswad) tak pernah disembah, bahkan oleh orang paling musyrik di saat kemusyrikan itu berjaya. Tak ada kisah mobilisasi dan instruksi kerja paksa dari seorang raja yang sabdanya tak terbantahkan. Apa yang mau di wariskan ummat ini sebagai kalimat keabadian (kalimatan baqiyah), bila mereka tak dapat kelurusan tauhid, kemuliaan pribadi, kecemerlangan akhlaq dan keceriaan bashirah, seperti yang telah diperankan Al –Khalil Ibrahi As? Haruskah menunggu tiga abad untuk mengejar peradaban material barat, dengan satelit khayalan dan pesawat mimpi, lalu menganngap mereka tidur? Ya, mereka mungkin akan segera hancur oleh napza, zina dan kebebasan seks, bahkan oleh perang dan perpecahan. Lalu mana saham ummat terbaik bagi tenggelamnya kezaliman akhir zaman. Buku Ma‟alimfith Thariq mencatat tiga hal utama yang memicu dan memacu Taghyir pada generasi pertama dakwah. Pertama, mereka menuntut ilmu untuk suatu action dan perubahan bukan semata-mata koleksi ilmu. Kedua, mereka memutuskan hubungan dengan masa lalu jahiliyah dan tak ingin kembali ke masa lalu, walaupun sekejap. Ketiga, mereka tegak di hadapan Al-Qur‘an dengan penuh kesiapan, seperti seorang Prajurit siap siaga menerima aba-aba. Sukar membayangkan suatu perubahan dari masa lalu yang begitu berkarat, gelap dan bejad menjadi begitu cemerlang. Bayangkan dunia tanpa perubahan ini, lalu 116 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH renungkan dimana dunia dapat menemukan kata ‗kemanusiaan, kesamaan, hak-hak asasi, ilmu pengetahuan, masyarakat madani, keadilan, kehormatan ibu dan perempuan, damai dan perang yang biadab….., dan seterusnya.‘
Gen Ringkih Gema taghyir (perubahan) sempat bergemuruh di negeri ini di awal abad 20. Ayat yang telah ribuan kali dibaca datang memberi pencerahan : “Sesungguhnya Alloh tak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasib mereka sendiri.” (QS. Ar Ra‟d : 11). Namun yang terjadi, yang penting ada perubahan dari kita, karena Tuhan hanya akan ‗ikut‘ mengubah sesudah kita mengubah nasib kita sendiri. Belum terpikir apa prioritas urutan perubahan. Bila sedangkal ini pengertian taghyir, niscaya kaum atheis semakin semakin yakin akan atheisme mereka, karena Tuhan tak berbuat apapun, kecuali bila kita berbuat. Semangat untuk merdeka dikobarkan dengan berjuang, bukan dengan berpangku tangan. Mungkin karena refleksi kemiskinan, keterjajahan dan ketertinggalan, maka fokus utama taghyir baru sebatas „go to hell‟ nya Belanda dengan membawa pulang kulit putih, rambut pirang dan mata biru mereka. Mereka pergi mewariskan begitu banyak masalah yang terlalu mahal untuk di laundry: Undang-undang, budaya, tradisi politik, mentalitas dan lain-lain. Tiga perempat abad telah berlalu, banyak yang berubah dibangsa ini. Adakah respon selain respon perubahan-perubahan artificial? Jiwa-khususnya yang ringkih- menjadi perhatian utama perubahan permukaan hanya akan hidupsekejap. Kurun-kurin lalau memperlihatkan begitu banyak produk manusia berjiwa, bekarakter, dan berenergi besar. Mereka mengalahkan segala persoalan berat, membuat yang jauh menajadi dekat, bahkan ‗membuat mungkin‘ segala yang selama ini mustahil. Timur dan Dunia Islam mengidap penyakit berat yang pernah diidap Bani Israil: kufur akan nikmat akal dan daya hidup. Akhirnya mereka hanya bisa menyumpahi persoalan dan 117 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH bukan memecahkannya. Mereka memandang dunia dengan muram. Perubahan menjadi ‗monopoli andalan‘ kalangan elit dan monopoli yang tak berbagi; “…Pergilah engkau hai Musa dengan Tuhanmu lalu berperanglah, kami tetap akan duduk-duduk di sini.” (QS. AlMaidah:24). Ya, setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali jiwa ringkih (huzalul ruh) yang tak pernah Menginginkan perubahan!
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
118 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Pecah Oleh KH. Rahmat Abdullah
“Dan
mereka
senantiasa
berselisih,
kecuali
yang
dikasihi
Tuhanmu……. “ (QS. Huud : 118-119) Beberapa alasan pantas diajukan, drama, dan melakoni drama pada mengapa tajuk ini diangkat. Pertama, sukar untuk mengatakan sesuatu itu pecah kalau kenyataan sebenarnya mereka tak pernah benar-benar menyatu; satu niat, satu tujuan, satu langkah, satu komando dan satu sumber komando. Kedua, kalau memang mereka pernah bersatu, apakah benar-benar dengan syarat di atas? Apa artinya persatuan tanpa ketaatan? Ketiga, apakah kesatuan, persatuan, bahkan wujud keberadaan mereka benar- benar memberi manfaat seindah janji, slogan, dan seremoni yang selalu memberi harapan dan memupus kekecewaan setidaknya untuk beberapa saat. Maukah mereka yang telah mengklaim diri berukhuwah untuk menjaga batas terendah dan tertinggi (lower dan upper) nya. Minimal bila sesuatu menimpa ukhuwah, ia tak boleh merosot melampaui batas salamatus shard (kesucian hati) terhadap saudara dan batas tertingginya al itsar (memprioritaskan saudara meleebihi diri sendiri). Mereka yang menaruh harapan kepada kinerja suatu institusi ummat, silakan menjawab, dapatkah unsur-unsur utama da‘wah dipenuhi, yaitu harakah mustammirah (gerak yang kontinyu), ghayyah shahihah (tujuan yang benar), manahij wadlihah, qiyadah mukhlisoh & junud muthia‟ah (pimpinan yang ikhlas, dan kader yang taat, QS. Yusuf:108). Bila suatu gerakan, partai, jami‘yah, atau jamaah tak mampu memenuhi tuntutan tersebut,
119 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH maka semua tonggak harapan sebaiknya dibongkar saja, karena itu hanya akan berbuah sesal dan kecewa. Mengundang grup sirkus, teater, atau ludruk lebih cerdas daripada berharap dapat menyaksikan ‗permainan cantik‘ gerombolan pemain watak yang tak pernah jelas, selalu terbalik-balik memerankan komedi pada judul drama dan melakoni drama pada judul komedi, terbahak-bahak pada episode kematian dan menangis pilu pada event perkawinan.
Tauhid, Taqwa, Itsar & Ukhuwah vs Baghyi Dari penumbuhan aqidah yang benar lahirlah perilaku yang benar, persaudaraan yang benar, dan pengorbanan yang benar. Apa yang membuat masyarakat Anshar rela menjadikan bumi mereka bumi Islam dan bertekad melindungi Rasulullah Shalallahu „Alaihi wasallam seperti mereka melindungi anak-anak dan istri mereka. Padahal mereka belum pernah melihat wajahnya kecuali sedikit Anshar yang menerima Islam di Mina beberapa musim haji menjelang hijrah. Baghyi
(permusuhan
dan
kedengkian)
mendominasi
sebab-sebab
utama
perpecahan. Ia dapat bernama dengki, hasad, iri, su‘udzan, dll. Sejak pembunuhan perdana dilakukan salah satu anak adam terhadap saudaranya, sejarah dengki mewarnai hubungan antaranak manusia. Sebelumnya dengan sangat apik syaitan mengemas dengki, dusta, dan kelicikan dengan kata-kata simpatik. Baginya memasukkan sebanyak-banyaknya anak manusia ke dalam neraka jauh lebih menggiurkan daripada taubat dan perbaikan diri yang akan mengangkatnya kembali ke derajat yang tinggi. Rasa iri yang sangat dalam kepada Adam atas kemuliaan yang ia kehendaki adalah cermin sikap pembangkangan dan anti syukur yang dominan diwariskan iblis kepada anakanak Israil. Itu yang mendorong mereka tega melenyapkan Yusuf, adik mereka. Bahwa keshalihan menjadi obsesi lumrah yang di antara mereka nampak jelas dalam obsesi 120 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH romantik yang kelak akan mereka ‗wujudkan‘ pascaeksekusi rencana aksi makar. Suatu persepsi keshalihan orang akhir zaman yang membayangkannya dalam simbol-simbol, atribut-atribut atau ekspresi-ekspresi religius, dengan menafikan kenistaan perilaku keseharian, kebusukan praktek bisnis atau kelicikan langkah politis. “Bunuhlah Yusuf atau buang ke (sebuah kawasan bumi agar wajah ayah selalu tertuju pada kalian dan sesudah itu kalian boleh menjadi orang yang shalih.” (QS. Yusuf:9). Bila saling menghina, buruk sangka, gampang percaya kepada provokasi, tajassus (praktek memata-matai saudara) dan ghibah (menggunjing), menjadi sebab langsung rusaknya hubungan sesama saudara, maka pelanggaran janji (naqdhul mitsaq) kepada Allah, pelanggaran komitmen dan perusakan loyalitas menjadi sebab hancurnya persatuan, maraknya permusuhan dan kebencian dan meluasnya penghianatan (QS. Al-Maidah :1314). Bahan Bakar Perpecahan Bahan bajar paling marak yang diekspoitasi para
politisi comberan yang
memimpikan kesemestaan kaliber, kadang tampil dalam sekumpulan pendukung fanatik yang mengganti perjalanan panjang ibadah menuju surga, dengan tujuan-tujuan pendek duniawi. Mempersepsikan agama dalam mitos ilmu kebal, kanuragan, dan asihan serta menukar perangkat petunjuk yang begitu terang dan sempurna, menjadikannya kalimatkalimat terbaca tanpa kepedulian makna, tersembunyikan tanpa melibatkan hati dan akal budi, menjadi semacam industri yang tak mengenal kritis dan karenanya harus dilestarikan. Sepanjang masa kelompok ini adalah kayu bakar bagi api unggun dan batu urugan bagi altar kurban (mezbah) besar diatasnya. Mereka semacam keabadian yang tak terpunahkan, mengalir terus dalam ketidaktahuan. Mereka adalah amuk pembelaan kepada para pemimpin yang lebih tepat disebut sebagai peternak-peternak bodoh atau pawang orang-orang buas di kota dan desa. Mereka keabadian harapan yang menggantung pada figur-figur semu yang tak 121 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pernah (mau atau mampu memnuhi harapan. Karena telah diperkaya dengan sejuta baik sangka dan kekebalan yang luar biasa dari kemungkinan menangkap kelicikan para pemimpin. Selebihnya segelintir penjilat yang berharap kucuran kelebihan yang mengalir dari lelehan liur sang pemimpin sambil menakut-nakuti rakyatnya dengan berbagai uniform yang melambangkan kekuatan, kekebalan, kekuasaan dan ‗kesalihan‘. Ke atas menjilat, ke bawah menginjak. Bila pekuburan telah dimulai, maka perang kesia-siaan tak terelakkan, cepat atau lebih cepat lagi. Mengguratkan luka sejarah yang pedih dan berbau busuk.
Pertarungan Paling Biadab Barang siapa mampu membayangkan betapa sulitnya proses pengambilan keputusan dalam kasus-kasus fitnah yang melanda mulai era khalifah ke-3, akan sangat takjub betapa bijaknya para sahabat dalam menyelesaikan persoalan di antara mereka. Betapa dangkalnya hujjah mereka yang hobi bertikai, berdalih “para sahabat pun saling bertikai”. Mereka lupa Imam Ali bin Abi Thalib yang begitu disibukkan oleh kaum khawarij masih memberikan mereka hak-hak. ―Kalian berhak tiga hal atas kami: 1. Kami tak menutup pintu-pintu masjid kami, 2. Kalian berhak atas ghanimah, selama loyalitas kalian masih kepada kami, 3. Kami takkan mengayunkan pedang kepada kalian selama kalian tidak mengayunkannya kepada kami. Ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu‟anhu yang mnedukung Khalifah III Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mendengar seseorang mencaci maki Ummul Mu‘minin Aisyah yang berseberangan dengan beliau dalam perang unta (ma‟rakah Jamal), ia berkata kepada orang itu, ― Celaka engkau, bukankah engkau tahu bahwa ia adalah kekasih Rasulullah Shalallahu „Alaihi wasallam dan dia adalah istrinya di dunia dan di akhirat. Tetapi Allah menguji ingin kita dengan dia, agar ia tahu apakah kita taat kepada-Nya atau kepada Aisyah.‖
122 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ketika para provokator memanas-manasi Imam Ali
dengan pancingan takfir
(pengkafiran terhadap sesama Muslim) dalam hubungan dengan Mu‘awiyah radhiyallahu ‟anhu, beliau menjawab ringan: ―Mereka adalah Ikhwan kami yang berontak kepada kami.‖ Tak ada jenazah mereka yang dibiarkan tanpa diurus secara Islam, kecuali suatu insiden yang lebih merupakan hasil ijtihad sebelum diketahuinya nash. Tak ada harta mereka yang dijadikan ghanimah atau istri dan perempuan mereka yang dijadikan saraya, di zaman yang ‗kuno‘ jauh dari era modern, saat penjarahan, pembakaran masjid, pesantren, dan madrasah sesama Muslim atau fatwa larangan berbelanja kepada sesama Muslim yang lain golongan, madzhab atau ormas telah merebak tanpa penyesalan atau permintaan maaf!
Kembali ke Identitas Jaminan-jaminan kekalan (dhamanatul baqa‟) suatu gerakan, setelah kecermelangan istibath (analogi, konklusi) atas surat Yusuf 108 yang merumuskan 5 unsur utama jalan da‘wah tersebut, masih menyisakan 4 tuntutan. Pertama, maukah para pendukungnya membawa ummat Muslim dan Non Muslim menuju pemahaman Islam yang benar terpadu dan jernih. Kedua, gerakan ini harus mencantumkan dalam agendanya, penegakan syari‘ah, dan khilafah serta mengeksiskan agama ini di muka bumi. Ketiga, menempuh jalan yang benar dalam rangka penegakan kedua tujuan di atas. Memulai dengan kekuatan aqidah wal wihdah (keyakinan dan kesatuan) kemudian saa‟id wa silaah (tangan dan senjata) masing-masing menurut tuntutan dan tuntunan kondisi, merupakan cara penempuhan yang benar. Gerakan yang tak menjadikan jihad sebagai bagian dari agendanya, tak patut menjadi pemimpin. Keempat, memenuhi seluruh medan dunia Islam, tidak terbelah-belah dalam pecahanpecahan yang saling berasingan.
Sumber : 123 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://www.hasanalbanna.com
124 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
From The Word to The Sword Oleh KH. Rahmat Abdullah
Hamia‟l wathis, perang telah berkobar! Ya, perang telah berkobar, di pusat-pusat propaganda perdamaian dan kampanye hak asasi manusia, di halaman koran-koran yang huruf-hurufnya menyala, di layar kaca yang penyiarnya dengan enteng menyematkan gelar teroris bagi siapa saja yang tak sepikiran dengan Bush, Sharon, dan sejenisnya Kekalahan telah menimpa sebagian umat ini, karena mereka percaya sebagian dari mereka teroris, yang karenanya mereka harus selalu memikul dosa kolektif. Kata imperialis dan kolonialis tak lagi populer, walaupun stigma teror, jahat dan barbar, pemaksaan hutang luar negeri, dikte negara-negara donor, sebenarnya telah menjadi ciri utama imperialisme dan kolonialisme baru. Mereka telah takluk kepada kata, jauh sebelum takluk kepada senjata. Ada sebagian orang terkesiap dengan jargon masyarakat madani, demokrasi dan hak asasi, lalu lupa kepada hakikat perang abadi antara haq dan bathil, antara tauhid dan syirik, antara ikhlas dan nifaq. Mereka merasa betul-betul barbar dan taak beradab, padahal guru sejati ilmu itu adalah barat sendiri, yang menghajar kuba diteluk babi, membumihanguskan Vietnam, meluluhlantahkan Afghanistan, bahkan menyerbu Indonesia paska bertekuk lututnya Nippon di akhir PD II, untuk melancarkan kembalinya Kolonialis Belanda. Yang mengajar rezim Hafez Assad meratakan Hamah dengan tanah, mengajarkan rezim Faruq dan Nasser membuat jagal-jagal manusia sungguhan di Liman Thurrah dan Sijn Askar. Yang mengajarkan Soekarno berkonfrontasi dengan sesama Melayu (Malaysia), 125 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dan Soeharto membantai di Tanjung Priok, Lampung, Aceh, dan Haur Koneng. Barat modern sama dengan para pendahulu mereka, kaum kolonial yang memandang pribumi sebagai ekstrimis dan teroris. Apa bukan dari Mahellan rezim-rezim timur merampasi tanah rakyat, seperti sang guru merampasi tanah-tanah bangsa Maharlika (Philipina) dengan siasat licik Yang Punya Surat Tanah ialah Pemilik Tanah. Bedanya Timur lama memandang Muhammad Toha di Bandung Selatan, Diponegoro, Imam Bonjol, Hasanudin, dan lain-lain; sebagai pahlawan dan Timur baru memandang Ahmad Yasin, Muhammad bin Dirah, dan Khaled Misy‘al sebagai biang kerok. Sejumlah Ormas Islam, mengawal perayaan keagamaan segelintir umat beragama lain yang sukses mengemas isyu dan merekayasa opini. Mereka kerahkan para pemuda Islam dengan sukarela dan yakin diri yang dipaksakan seakan mereka adalah kekuatan Khilafah yang kuat dan adil, yang karenanya harus menjadi rahmatan lil „alamin. Padahal sampai hari ini umat tak pernah merasa aman dari pembakaran masjid, pesantren, dan rumah milik oleh sesama umat. Bahkan mereka tidak aman dari fatwa untuk tidak berbelanja di toko sesama saudara Muslim yang berbeda Ormas. Mereka telah terasuki dosa, perasaan berdosa bangsa Jerman modern yang setiap tahun harus menangis-nangis merayakan hari penyesalan mereka atas tindakan yang dilakukan rezim masa lalu, Hitler dan Partai Nazi-nya terhadap kaum (tidak hanya) Yahudi lebih dari setengah abad silam. Semoga semua usaha ini bertujuan mulia, melindungi umat yang tak henti-hentinya didera fitnah bom di berbagai tempat dan di bantai di Maluku, Poso, dan Nangroe Aceh.
Menjadi “Fanatikus” yang Madani atau “Ashri” yang Salafi. Untuk menang, orang perlu kekuatan diri, modal informasi lapangan, data gerak dan makar lawan serta berbagai kelengkapan. Bila itu semua belum di tangan, pertolongan dan keajaiban masih dapat diraih. Instuisi berbanding lurus dengan kecanggihan senjata lawan. Ini kerap dilupakan. Banyak perjuangan bermodalkan fanatismeyang diejek dan dinaifkan, 126 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH namun justru membawa keberuntungan. Bukankah Barat begitu gencar memproduksi istilah, stigmatisasi, dan jargon terhadap dunia Islam, tak lain sebabnya karena takut realita umat ini. Mereka bekerja keras agar tubuh umat Islam ini tidak berjalan ke arah yang mereka cemaskan. Mereka boleh jadi metafor tubuh singa dan harimau, namun jangan diberi kesempatan berkepala singa dan harimau. Rekayasa agar kepala itu kepala tikus atau kelinci bahkan ditransplantasikan dengan kepala kecoak. Transplantasi moral telah berjalan jauh lebih dulu daripada kemajuan transplantasi dan bedah plastik! Siapa gerangan petarung yang tak bermoral fanatisme, hari ini dan sepanjang sejarah! Bahkan orang yang begitu bangga tidak fanatik, sesungguhnya sangat fanatik dengan ketidakfanatikannya. Ini bukan teror logika, karena sejarah sekulerisme dan kaum sekuler membuktikan hal tersebut. Dari Kemal sampai Bush, semua terlibat dalam sensor, penggusuran agama dengan dalih reformasi, anti terorisme, penyebaran fitnah dan stigmastigma. Apa ini bukan fanatisme? Kita diperintahkan untuk membangun keputusan di atas fakta-fakta, bayyinah dan burhan serta dilarang membangunnya di atas waham, informasi sumir kaum fasiq, su‘uzhan dan kebencian. Tetapi kita juga dibekali intuisi iman yang jernih, tajam dan penuh cinta. Rasulullah Shalallahu ‗Alaihi wa Sallam sangat fair ketika menyebut Najasyi sebagai raja yang tidak membiarkan seorangpun dizhalimi di depan matanya, bahkan menyuruh para sahabatnya untuk berhijrah ke Ethiopia, negeri Sang Raja. Namun beliau juga sangat kritis dan sensitif ketika Ummu Salamah menceritakan lukisan dan gambar para santo dan santi di gereja-gereja mereka: “Mereka makhluk paling buruk di sisi Allah!” karena sikap kultus dan pendewaan kepada orang-orang shalih, simbol-simbol umat untuk memproduk dusta-dusta publik.
Kesadaran Bermusuh
127 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Bukan hanya doktrin dan postulat keagamaan, bahkan pengalaman dan fakta sejarah telah memberikan pelajaran berharga, bahwa musuh agama dan umat itu benarbenar ada, permanen dan berpengalaman. Keberhasilan paling besar mereka ketika berhasil menghilangkan kesadaran bermusuh dari ingatan Muslimin. Umat didekatkan dengan musuh agar mudah ditikam tanpa rasa curiga. Kenyataannya mereka lebih nyaman dan aman berdekatan dengan musuh dan waswas terhadap saudara sendiri. Sebenarnya kesadaran bermusuh tidak harus melenyapkan kelebutan dan kasih sayang, semangat positif bagi teraihnya hidayah, bahkan oleh musuh paling keras. Sebaliknya kelembutan dan kasih sayang tidak boleh melarutkan kewaspadaan terhadap permusuhan permanen yang mengancam setiap saat. Dalam momen-momen khusus Allah selalu memberikan bimbingan bagaimana musuh selalu menginginkan kalian lengah terhadap senjata dan logistikmu (QS An Nisa‟:102), sebagaimana serangan permanen terus berlangsung sepanjang tahun, sepanjang bulan, pekan, hari, menit dan detik. “Dan mereka terus menerus akan memerangimu sampai berhasil mengembalikan (memurtadkan)-mu dari agamamu seandainya mereka mampu…” (QS Al Baqarah:217). Sudah saatnya semangat nahi munkar umat ditimbang secara adil dan didudukkan secara proporsional. Kalau tidak nahi munkar akan berubah menjadi permusuhan internal, dakwah berubah menjadi sumpah serapah dan kebencian. Dan musuh terus melenggang tenang. Soal umat memang perkara musykil,apakah mereka telah keluar dari islam atau belum masuk ke dalam islam. Semoga Allah merahmati Ustadz Hasan Hudhaibi, Salim Bahnasawi, Musthafa Hilmi, DR. Qardhawi dan yang seperti mereka seputar ulasan tuntas mereka perkara pengkafiran sesama Muslim. Penyikapan yang benar lahir dari aqidah yang benar. ―Barang siapa yang menyembah Allah hanya dengan cinta maka ia adalah Zindiq. Barang siapa menyembah Allah hanya dengan harapan maka ia adalah Murji‘ah. Barang siapa menyembah Allah hanya dengan khauf (takut) maka ia adalah Haruri(Khawarij),‖ demikian pesan Ibnu Taimiyah.
128 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sumber : http://www.hasanalbanna.com
129 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Bukit Cahaya Oleh. KH. Rahmat Abdullah
Ketika ia diturunkan pertama kali kebanyakan pendukungnya adalah orang-orang yang tak dikenal, para budak,dan orang-orang miskin. Ia mendobrak kebiasaan lama, saat sejarah hanya peduli pada orang-orang ningrat, raja-raja, dan anak-anak raja. Nabinya ummi; buta huruf, untuk suatu hikmah yang dijelaskannya sendiri. (QS. Al Ankabut : 48). Namun dengan ketulusannya yang luar biasa, kesabarannya yang di atas rata-rata dan optimismenya yang melampaui batas-batas harapan orang biasa, ia menjadi akhlaknya, seperti jawaban Ummul Mu‟minin Aisyah Radhiyallohu‟anha, Akhlaknya adalah Al Qur‟an. Beberapa orang kaya dengan pengalaman perjalanan mancanegara, kebiasaan berdagang dalam suasana merdeka dan pikiran jernih asli dalam kemasan fitrah, telah menjadi pendukung, pendana, bahkan pelaksana langsung bagi dakwah yang diberkati ini. Sejak pertama ia telah bersentuhan dengan politik, walau tak seorang pun di antara mereka mengambisikan kekuasaan atau sombong ketika musuh bertekuk lutut di bawah kilatan pedang kebenaran. Para budak yang lama disiksa dan tumbuh dalam penderitaan, kelak menjadi wali negeri dan gubernur. Mereka
sama sekali tak terhanyutkan dendam
kemiskinan maupun dendam penindasan yang kerap menghinggapi begitu banyak pemburu kekuasaan. Makhluk yang terakhir ini jarang menjadi mangsa-mangsa baru seperti para pendahulu yang mereka jatuhkan. 130 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Di bawah naungannya tak ada lagi orang yang merasa hina karena kemiskinan, sombong karena kekayaan atau gentar menghadapi kematian. Hidup di bawah naungan Al Qur‟an adalah nikmat, tak ada yang mengetahuinya kecuali yang telah merasakannya sendiri. Nikmat yang memberkahi, menyucikan dan mengembangkan umur.(Sayid Quthb). Hawa nafsu dan syaithan telah menjadi hal yang paling dihindari, setelah pengenalan kepada Allah menjadi landasan utama kehambaan. Alangkah indahnya kemiskinan yang membuat pemiliknya bersabar. Alangkah nikmatnya kekayaan yang membuat pemiliknya bersyukur. Alangkah menyenangkannya kekuasaan yang membuat penyandangnya berlaku adil. Allah telah mengangkat dengan Al Qur‘an sebagai manusia dan Ia jatuhkan dengannya sebagian lainnya. Tak pernah Ia memberi miskin kepada seseorang karena berzakat. Atau memberikan kematian karena berpuasa, bahkan tak pernah memberi kematian kepada yang terbunuh di jalan-Nya. Atau memberikan keterbelakangan karena bertakwa. Allah tak pernah kehilangan kasih sayang, sekalipun mereka lemah dan bernoda. Tak pernah kehilangan ketegasan walaupun mereka cantik, tampan pintar dan kaya. Tak pernah mundur dan absen berapapun jumlah musuh-Nya dan sendirian-Nya Ia berikan peluang setiap hamba untuk mengutuhkan kehambaannya dengan sukarela. Sebagaimana alam raya telah ia pilihkan sikap sukarela itu (QS. Fushilat:11). Ia berikan kepada air sifat mengalir, kepada udara sifat berhembus, kepada api sifat menjulang lidah dan kepada galaksi sifat keseimbangan. Dalam akal yang ia berikan mereka bebas memilih benar dan baik. Dengan nafsu yang Ia tanamkan, mereka nikmati hidup. Di antara banyak pilihan mereka berjuang. Ada yang tumbang dan ada yang menang. Bagi mereka yang mengandalkan indera dan berjalan mengekor nafsu, onak, dan duri bertaburan sepanjang jalan ke surga dan wangi terhampar sepanjang jalan ke neraka.
131 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tak ada efek tarbiyah sedalam tarbiyah generasi Al Qur‘an. Ia perkenalkan kata Saraab (fatamorgana, QS. An Nur: 39), gunung-gunung yang berarak seperti awan (QS. Al Baqarah : 88) dan mata‟ul ghurur (benda-benda yang menipu, QS. Ali Imran : 185) sebagai koreksi total pandangan materialistik. Ia pindahkan poros kehidupan dari gelas khamr, perempuan, musik, kuda dan pundi-pundi emas, menuju kerja besar membangun dunia, persaudaraan yang adil,penghormatan akan hak laki-laki dan perempuan dan membangun dengan etos akhirat. Ia cintakan agama ke hati umat manusia setelah rahbaniyah (kerahiban) memadamkan gairah hidup dan menjauhkannya dari nilai-nilai keimanan dan menjadikan keshalihan sebagai hal yang tak tersentuh. Hidup membujang menjadi pendekatan diri (taqarrub) kepada Tuhan dan pelakunya menduduki kasta tinggi dan memperoleh hak-hak istimewa. Ia dorong rakyat menuntut haknya dengan berani dan ia ajarkan kepada para pemimpin, bahwa mereka pelayan rakyat
dan pemimpin dalam pengabdian kepada Allah dan penegakan syari‘ah-Nya. Ia
ajarkan kemuliaan perempuan yang begitu besar karena pengorbanan mereka sejak hamil sampai membesarkan generasi, menjadi mitra penenteram kehidupan laki-laki dari kegalauan dan kegelisahannya. Madrasah utama sebelum bangunan-bangunan tak bernyawa menjadi strata lanjut pendidikan mereka. Dalam penghancuran ketenteraman rumah tangga hari ini para istri meneriakkan seruan klise perempuan seberang pengidap dendam kepada kekasih gelap yang berselingkuh; Fight! Fight!Fight! Lawan para suami dan tolak hak reproduksi, seakan suami itu adalah musuh yang harus diperangi. Dalam pembantaian sesama, mereka rela bekerja sama dengan musuh-musuh umat, dan lupa akan pesan Muslim saudara muslim, ia tak boleh menghianatinya, membiarkannya (dizalimi) atau menyerahkannya (kepada musuh). Di Bukit Cahaya itu, Rasulullah Al Musthafa menerima malam Qadar yang mengungguli bahkan beribu bulan, menggemakan Iqra‟ menjadi titik tonggak perubahan 132 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH peradaban manusia dan menyemai kata adil , setara, taat, merdeka, hak asasi dan seterusnya, dalam kamus kemanusiaan yang kerontang. Tahun demi tahun malam itu senantiasa datang untuk untuk mereka yang ingin menjadikannya nuzul selalu dalam dirinya. Kini terurai aurat kepalsuan dan makar Zionis Yahudi, Nasrani, kaum pemuja benda dan akan picik yang bersekutu dalam koalisi Ahzab dan menggelegar. Adakah malam Qadar kembali lagi dan fajar membala salam? Marhaban Ramadhan datang Di pucuk dikau kuletak damba Datangnya menyibak kelam Melenyap duka sengsara.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
133 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Indhibath (Keteguhan Atas Konsistensi) Oleh KH. Rahmat Abdullah
Ada dua orang yang melihat semut sebagai hewan kecil yang rakus, hanya karena sangat aktif mengumpulkan bahan makanan jauh lebih banyak dari panjang usia yang mungkin di jalaninya. Bahwa nama semut menjadi sebutan bagi salah satu dari 114 surat Al-Qur‘an, memang tidak menjadi jaminan mereka tercela atau tidak, berbeda dari semisal Al-Munafiqun dan Al-Kafirun atau nama-nama lain seperti anjing (Qs Al-A‘raf: 176), kera dan babi (Qs. Al-Maidah:60). Tetapi kalau bukan untuk tujuan terpuji, untuk apa nama itu disebut dalam kitab suci, seperti surat An Naml dan An Nahl? Konon bila ada seekor semut berjalan berputar-putar atau zigzag, maka artinya ia memang sedang bertugas mencari bahan makanan bagi kaumya. Bila menemukan sepotong daging kembang gula atau objek lainnya, di jamin ia tak akan menghabiskannya atau mengangkatnya sendirian. Ia akan berputar-putar sejenak untuk mengukur dan menghitung berapa pasukan semut yang diperlukan. Pulang ke sarang ia berjalan lurus dengan melepaskan asam melalui ekornya yang akan menjadi garis navigasi bagi para pekerja yang akan melaluinya dengan disiplin. Coba-cobalah meletakkan sekeping cokelat atau gula di tepi garis asam semut itu, mereka tetap takkan tergoda. Demikian akurat semut menggunakan institusinya yang mengajarkan manusia kapan musim hujan dan kapan musim kemarau akan datang, demikian pula disiplin mereka. Menimbun logistik untuk musim yang lebih panjang dari usia mereka, tetapi bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan kepentingan kaum dan bangsa. 134 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Jangan coba-coba menaburkan gula atau kue manis dekat-dekat garis itu. Karena pasukan semut takkan terangsang oleh provokasi atau jebakan itu. Ghayah dan ahdaf (tujuan dan sasaran) mereka jelas. Amal jama‘i mereka kompak. Disiplin mereka tinggi. Entah dari mana datangnya dan bagaimana ia mengintai, seekor semut eksekutor telah siap dengan kepala dan taring yang besar untuk memenggal kepala semut yang terangsang mengambil makanan di luar garis navigasi. Betapa mahalnya harga yang yang harus dibayar akibat tindakan liar sebagian pasukan artileri yang ditempatkan Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam di bukit pada Perang Uhud itu. Mereka dipesan untuk jangan meninggalkan front tanpa komando, baik pasukan kita kalah atau menang. Tak pernah sepedih itu duka dan gundah yang dirasakan kanjeng Nabi Shalallahu ‗alaihi wa sallam. Bila jenis serangga ada yang bersuara, itulah nahl lebah yang di perintahkan Allah untuk membangun hunian di gunung-gunung, di pohon-pohon, dan rumah-rumah manusia (Qs An Nahl :68). Mereka disuruh memakan yang baik-baik dan memproduksi yang baik-baik yang sangat berguna bagi kesehatan dan penyembuhan. Mereka berdengung di sarang seperti pasukan mujahid Muslim di zaman Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam, mendengungkan dzikir di malam hari setelah sepanjang siang dengan penuh semangat dan kesungguhan berjihad membela kebenaran. Mereka tidak suka mengganggu siapapun, namun jangan coba-coba melempari sarang lebah, mereka akan datang full team membalas setiap agresor. Muslim yang tak bersengat bekerja seperti semut, dan yang sudah bersengat berjuang bagaikan lebah. Perumpamaan seorang Muslim seperti Lebah, tak makan kecuali yang baik dan tak keluar pula dari perutnya kecuali yang baik.
Mentalitas Rendah Seorang manusia sejati tidak akan terkesiap hanya oleh kemilau benda-benda, daya tarik alam semesta dan segala hal yang fana, kecuali ia menisbahkan semua itu kepada sang Pencipta. Ia wujud sejati dan ia selalu jadi tujuan. Sementara manusia yang bermental 135 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH anjing, jika ia setia, ia setia kepada sepotong tulang, bukan pada pemberi tulang. Ia menggonggong dengan suara lengkingan yang jauh lebih nyaring dari tuannya. Jangan tanya komitmen, ia takkan mengerti. Itulah sebabnya tak ada tuah pada pribadi, tutur, dan tindakan mereka yang menggadaikan hidup dan ilmunya untuk kepentingan materi sesaat. Mereka tak bisa mengenali dan tak waspada ataupun ngeri apakah rezki yang mereka dapat dengan penyelewengan itu menjadi karunia atau istidraj (uluran). Namun masih ada jenis anjing yang membuat kita ingat akan betapa tinggi nilai ilmu. Bila engkau melepas anjingmu, dengan bismilah, lalu ia membunuh buruannya, lihatlah apakah ia melukai buruanmu di tempat yang tepat atau mencabik dan memakan daging hewan itu. Yang pertama berburu untuk tuannya, karenanya buruan itu sembelihan yang halal di makan dan yang kedua berburu untuk dirinya, karena itu buruan itu bangkai yang haram dimakan. Catat hari kelahiran seekor babi jantan, tunggu sampai usianya layak kawin. Lihatlah betapa dengan ringan ia gauli ibunya di depan kesaksian bapak kandungnya yang asyik melahap makanannya termasuk kotorannya sendiri. Jangan tanya hewan itu Apa bapak tidak cemburu? Ia takkan buka kamus untuk mencari arti cemburu, karena entri itu memang tak pernah ada dalam kamus mereka atau mereka memang tak punya kamus.
Disiplin, Pahit tetapi sehat. Syaikh Amin Syinqithy membuktikan betapa Allah memberikan keberkahan bagi umur kita. Ketika murid-muridnya terheran-heran, apa mungkin orang bisa menghatamkan Al-Qur‘an dalam sekali salat malam, ia membuktikannya. Betapa rapi bacaannya. Betapa merdu suaranya, betapa nikmat salat bersamanya. Selebihnya, cukup waktu untuk bekerja. Pada ashar hari kamis di akhir pekan, seorang kader dakwah seperti dituturkan Imam Hasan Al-Banna keluar dari bengkel tempat ia bekerja. Malamnya ia sudah memberikan ceramah di sebuah pertemuan beberapa puluh kilometer dari tempatnya. Esok Jum‘atnya ia 136 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH berkhutbah dengan bagus di tempat lain yang cukup jauh. Asharnya ia memberikan pengarahan pada sebuah Mukhoyam (camping) yang diikuti oleh ratusan pemuda da‘i berbagai penjuru. Lepas Isya, ia menyampaikan arahan pada sebuah dauroh besar. Ratusan kilometer dalam 30 Jam ditempuhnya, suatu perjalanan yang melelahkan. Namun esoknya, dengan wajah cerah cemerlang dan hati yang tenang, ia telah tiba di tempat kerjanya lebih cepat, tanpa ribut-ribut mengisahkan kerja besar yang baru diselesaikannya. Sembilan tahun agresi pasukan musyrikin Quraisy dan yang lainnya ke Madinah telah menyibukkan Rasulullah dengan 27 kali (pertemuan yang beliau pimpin langsung) dan 35 kali sariyah (yang di pimpin para sahabat). Serbuan yang bertubi-tubi ini potensial membuat lemah fisik dan mental, dan masuk akal bila beliau dan para sahabat memanfaatkan waktu jeda yang rata-rata sebulan atau sebulan setengah untuk berlehaleha. Namun ternyata justru waktu itu diisi dengan banyak kegiatan, dari mendidik para politisi, panglima perang, hakim, diplomat sampai merangkak dengan anak-anak di punggungnya atau dalam beberapa riwayat dan momentum yang berbeda, berpacu jalan dengan keluarga atau beramahtamah dengan rakyat jelata. Ia pemimpin besar yang menggetarkan banyak bibir kekaguman. Ia panglima besar yang akurat dalam memimpin setiap pertempuran. Ia guru yang melahirkan kader handal. Ia suami yang membuat istrinya kebingungan saat ditanya momen-momen apa yang paling mengesankan semasa hidup bersamanya. Momen mana yang tidak mengagumkan, (ayyu amrihi lam yakun ajaba?!), jawab Aisyah, ummul mu‟minin radhiyallahu „anha.
Kemapanan; Ancaman titik Balik Penduduk asli kota-kota besar yang datang beberapa generasi sebelum ini, bagaikan pendaki gunung yang kelelahan dan tak bernafsu lagi untuk berprestasi. Dengarlah jawaban tiga anak-anak tanggung dari tiga kelompok, ketika masing-masing ditanya kemana Ayah mereka. Yang pertama menjawab: kerja, karena etnik ini lebih pas 137 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH menjadi birokrat. Yang kedua menjawab cari uang, karena lebih sreg dengan berdagang. Yang ketiga, penduduk asli tersebut menjawab: tidak ada, yang justru karena itu sang tamu bertanya. Mampukah abi-ummi, sebutan bagi sebuah generasi baru menyelamatkan anakanak mereka menjadi ikhwan akhwat setelah dari masyarakat sekuler mereka berhasil hijrah ke alam baru. Anak- anak mereka tidak merasakan pedih perihnya keterasingan dan pahitnya kebencian. Mereka hanya tahu di rumah mereka ada telah ada televisi, video, VCD dan perangkat hiburan lainnya. Sebagian telah menikmati taraf hidup lebih baik. Sebagian lagi malah telah memasukin dunia jetset dan orang tua yang selebritis. Jawabnya sangat tergantung kepada komitmen dan integritas masing-masing, sesudah yang terpenting hidayah Allah. Derita dingin malam dan lapar siang, tetap selalu dapat dirasakan oleh si kaya dan si miskin. Rasa sepenanggungan masih tetap dihayati oleh veteran-veteran ghuraba yang kini berdasi dan bermersi. Namun dendam kemiskinan kerap menghinggapi mereka yang tak siap. Dendam itu bisa mengambil bentuk sikap snob, arogan, norak, kufur nikmat dan lupa kacang akan kulitnya. Manusia tetaplah manusia, apapun posisi mereka sebelumnya. Hajjaj bin Yusuf At Tsaqafi adalah seorang guru dan hafiz Al-Qur‘an, penyair dan panglima yang ulung sebelum menjadi penjagal ulama dan mujahidin, bagi kepentingan dinasti Bani Ummayah. Qarun berasal dari kaum Nabi Musa yang mendapat suara Bani Israil untuk mewakili perjuangan mereka, sebelum akhirnya ia menjadi antek setia Fir‘aun dan menghianati konstituennya. Wallahu „alam bisshawab.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
138 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Menanam Keyakinan Menuai Berkah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Suatu hari, di hadapan panglima Rustum. Para penasihat Panglima Rustum telah membuat gapura pendek. Tujuannya jelas, agar panglima Muslim, Ribi bin Amir terpaksa menghadap kepada Rustum dengan cara membungkuk. Ini cara lain untuk membuat kehinaan. Namun, apa yang membuat Ribi bin Amir tidak langsung saja maju kehadapan Panglima Rustum dengan membungkukkan kepala? Hanya dalam hitungan detik, Ribi memutar tubuhnya dan membungkuk, akibatnya sangat fatal bagi Rustum. Ribi bin Amir telah datang dan benar-benar membungkuk, namun mendahulukan bagian belakang tubuhnya. Sebagai kisah mungkin hal ini masih dapat diperdebatkan, namun ribuan fakta masa kini dan masa lalu serta masa depan, insyaAllah, menunjukkan bahwa hal semacam itu bukan barang yang langka di dunia ini. Inilah kasus tuan makan senjata. Jangan coba-coba memberi hina kepada pemilik izzah, karena ia akan balik mengembalikan hina kepada penghinanya tanpa delik hukum. Yang lahir dalam badai tak takutkan raungan angin. Yang selalu menggenggam api jangan ancam dengan percikan air. Tanpa izzah imaniyah, sukar membayangkan seorang Sayyid Quthb menggoreskan bait-bait tegar yang kerap dilantunkan anak-anak muda di hampir seluruh dunia. Saudaraku, engkau merdeka di balik penjara Saudaraku, engkau merdeka dihimpit belenggu Bila kepada Allah engkau berjaga 139 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Makar musuh takkan dapat mencederaimu Setelah penat tak menemukan bukti kesalahan yaang ditimpakan kepadanya, suatu saat pihak kejaksaan yang memeriksa Sayyid Quthb menyodorkan selembar surat pengakuan dosa, seraya permohonan maaf yang mereka minta agar ditandatangani Sayyid. Apa jawab Sayyid Quthb? ―Jari telunjukku yang setiap hari bersaksi akan keesaan Allah, terlalu hina untuk mau menulis suatu pengakuan yang tak pernah aku lakukan. Bila aku dihukum secara benar, aku rela dihukum dengan hukum kebenaran. Bila vonis dijatuhkan secara bathil, aku terlalu hina untuk meminta belas kasih dari (pemerintah) yang bathil.‖ Dalam belantara perjuangan Islam, mudah menemukan suatu gerakan yang lincah melangkah, cepat berkembang, dan inovatif dalam keaslian (ashalah). Demikian halnya kita masih dapat menemukan gerakan yang konsisten dalam keasliannya namun tidak otomatis lincah bergerak, cepat berkembang, dan inovatif dalam gagasan. Semoga ini tidak ada hubungannya dengan hal keterasingan (ghurbah) dan orang-orang ghuroba di akhir zaman. Kita hanya tahu dari pendakwah agung, Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wasallam adabadab dan kiat-kiat dakwah, yang dengannya jaminan-jaminan keberhasilan menjadi lebih nyata. Ia tidak berkaitan dengan kapan itu akhir zaman, kecuali sedikit isyarat yang lepas dari angka tahun, bulan, atau tanggal.
Keajaiban sejarah Ajaib cara Allah mendesain sejarah untuk mereka yang tanggap akan isyaratnya. Semoga ibunda Nabi Musa as tetap teguh hati melaksanakan perintah Allah untuk melarung bayinya, seandainya pun ia diberi tahu anak sejarah ini akan menerobos sejak dini hari ke sarang musuhnya di istananya: Fir‘aun laknatullah „alaihi. Kisah keyakinan dan keteguhan ini juga berlalu ketika Ibrahim alaihissalam tak lagi peduli bagaimana ia meninggalkan bayinya yang baru lahir ke dunia di kesenjangan usia yang menginjak tahun 140 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ke-85 dan merelakan istrinya yang sangat dikasihinya. Ia cuma punya satu pilihan, meninggalkan mereka di lembah yang tak bertanamkan di sisi rumah-Nya yang dimuliakan (QS. Ibrahim:37). Selebihnya adalah sebuah blueprint yang tak pernah terlawan. Jalan-jalan kemenangan yang otak picik menganggapnya sebagai jalan zigzag dan adegan yang menegangkan. Kisah nabi Nuh alaihissalam bukan hanya sekadar yakin dakwahnya akan nampak melawan arus, bahkan tercermin dari kelakuannya yang membangun bahtera di dataran tinggi. Ia pun mampu menjawab dengan penuh yakin: ―Bila kini kalian mengolokolok kami, kamipun kelak akan mengolok-olok kalian sebagaimana kalian hari ini mengolok-olok kami.” (QS. Hud:38). Jauh sebelum segalanya menjadi terang dan banjir masih lama lagi datang. Menahem Begin, teroris, dan mantan Perdana Menteri Israel, sengaja datang hari Jumat untuk mengikuti acara pemakaman presiden Anwar Sadat. Konon ia rela tidur di tenda pasukan pengaman presiden, padahal jarak tanah rampasan tempat tinggalnya dengan pemakaman dapat dijangkau dalam beberapa menit. Pasalnya orang Yahudi tidak boleh naik kendaraan pada hari Sabtu. Beberapa negarawan Yahudi berjalan beberapa mil, waktu pemakaman salah seorang sahabat mereka, karena hari sabtu itu mereka tidak boleh naik kendaraan, menyalakan lampu dan larangan-larangan lainnya. Orang-orang Yahudi itu tidak nyaman bila tidak komitmen dengan ajaran keyahudiannya . Harusnya semua ini menjadi cermin bagi sejumlah kalangan yang merasa tak nyaman memenuhi komitmen keislaman dan lebih bangga dengan predikat lainnya.
The Man Behind The Gun Ajaib umat yang punya kitab sempurna, tak bisa dirusak oleh kebathilan dari arah manapun datangnya. Mengapa begitu terpuruk citranya oleh para penganutnya. Kecuali pada momen-momen kekerasan yang dilakukan terhadap ummat, selebihnya militansi adalah sesuatu yang naif, tabu dan sia-sia. Krisis keyakinan telah melanda, diawali dengan 141 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH krisis informasi, krisis ilmu. Yang berilmu juga terkikis kemauannya berjuang oleh keberuntungan kegagalan pribadi dalam mengaplikasikan nilai-nilai islam, maupun kegagalan kolektif oleh kebutaan kolektif akan panduan, dan keputusasaan kolektif akan kembalinya Izzul Islam wal Muslimin. Inilah su‟uzhan (buruk sangka) kepada Allah yang telah begitu parah. Alkisah, suatu hari Khalifah II Umar bin Khattab ingin melihat pedang seorang mujahid legendaris yang pedangnya bagaikan baling-baling yang mencukur habis kepalakepala musuh. Setelah sejenak memandangi, ia kembalikan pedang itu. ―Bagaimana kesan Khalifah melihat pedangku?‖ tanya si empunya pedang. ―Beliau tidak nampak kagum,‖ jawab si pembawa pedang. Suatu hari pemilik pedang itu mengirim surat kepada Umar. ―Demikianlah pedang yang Anda sudah dengar beritanya, Wahai Amirul Mukminin, hanya sayang saya tidak dapat mengirimkan pedang itu dengan tangan yaang menggerakkannya.‖Hari ini pengaruh kemudahan dan fasilitas pemanjaan telah melenakan banyak kalangan. Bukan salah teknologi dan iptek atau salah bunda mengandung, melainkan ketidakmampuan jiwa untuk memberontak dari belenggu nafsu dan kelemahan diri. Padahal sejarah tak pernah dibangun kecuali oleh tangan dan hati orang-orang yang yakin. Bukan soal haq atau batil, tetapi buah keyakinan itu tumbuh dari akar dan batang yang sehat dan kuat. Dengan keyakinan yang teguh, langkah yang mantab di atas bimbingan wahyu, dan semangat sabar berkurban, bangsa arab yang tidak perah dikenal dalam peta dunia dan tak dilirik oleh penjajah manapun itu, akhirnya menjadi guru dunia yang arif, bijak, dan adil.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
142 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
143 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Tarbiyah Dzatiyah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Tiada arti sebuah keberhasilan proses tarbiyah rasmiyah (pendidikan formal) tanpa dibarengi kemampuan seorang muttarabby (anak didik) dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai nukhbah (kader) yang dinamis, sensitif dan bijak (hay, hassas, hakim). Cermatilah kecermelangan tarbiyah dzatiyah (pendidikan diri) tokoh-tokoh sejarah berikut.
Keluarga Nabi Ibrahim as Ummu Ismail tak berhasil mencari jawaban dari Nabi Ibrahim kenapa sang suami tega meninggalkan mereka di lembah tak bertanam, tanpa kerabat dan bekal kecuali sekantung makanan dan minuman untuk hari itu. Maka ia mencoba mencari pertanyaan lain yang mencairkan segala yang beku, membukakan yang buntu, dan memudahkan segala yang mustahil: ―Allahkah yang menyuruhmu meninggalkan kami disini? Tanya Ummu Ismail. ―Ya,‖ jawab Ibrahim. ―Bila demikian pastilah Ia tak akan menyia-nyiakan kami, sahut Ummu Ismail. Pada kondisi paling kritis dan dilematis itu, ia berhasil mengambil keputusan terbaik. Padahal sangat manusiawi, bila ia meminta agar Allah melimpahkan bahan makanan. Tapi yang ia lakukan justru berdoa agar keturunannya menegakkan shalat agar sebagian umat manusia mencintai mereka, baru kemudian ia minta agar Allah memberikan mereka rizki buah-buahan (Qs. Ar Ra‘d: 37). Ia memang seorang pemimpin visioner.
144 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Atau betapa bijaknya Ismail alaihissalam ketika ayahnya mengungkapkan, ―Aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu.‖ Ismail menjawab, ―Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan temukan daku termasuk orangorang yang sabar.‖ (Qs. Ash Shaffat:102) Berbeda sekali dengan jawaban Yam bin Nuh yang telah menyaksikan langit pecah menumpahkan air berderai-derai dan bumi membelah mengeluarkan banjir bandang, lalu menjadi panduan ombak yang menggunung. Ternyata, ia masih yakin dapat berlindung ke bukit dan enggan bergabung dengan bapaknya dalam bahtera penyelamat (QS Hud:4244). Inilah tanda-tanda kegagalan tarbiyah dzatiyah dan dominasi pandangan khas materialisme, yang kurun ini kian merebak.
Nabi Yusuf As Di tengah paksaan istri pembesar Mesir yang mengajaknya berbuat mesum, Yusuf as menjawab, ―Aku berlindung kepada Allah‖. Dan ketika istri pembesar Mesir memprovokasi suaminya untuk menjatuhkan hukuman atau memenjarakannya, Yusuf mengajukan pembelaan yang sangat tegas dan polos, ―Dia yang merayu diriku‖. Hal yang di belakang hari dijawabnya dengan kata-kata yang lebih dewasa dan elegan. Ketika raja memintanya untuk datang ke istana karena kecermelangan mentakwil mimpi, Yusuf menyuruh sang utusan kembali untuk menanyakan kisah wanita-wanita yang mengiris-iris jari mereka sendiri saatYusuf melintas. Maka ia tak perlu lagi mengatakan, Dia (istri pembesar Mesir) yang merayuku. ―Justru istri pembesar Mesir yang semula main penjara dan siksa, kini mengaku bahwa ia yang merayu dan Yusuf menjaga diri.
Para sahabat dan Tarbiyah Dzatiyah
145 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Lembaran sejarah para sahabat juga memberikan bukti keberhasilan tarbiyah dzatiyah. Di saat anak-anak bangsa menjadi kolaborator asing dan membenamkan negeri mereka ke kancah kehinaan, Ka‘ab bin Malik menjadi contoh paling orisinil bagi kesetiaan, kesabaran, instropeksi diri dan kerendahan hati. Ia tidak tergiur oleh surat rayuan raja Ghassan yang menawarkan suaka politik: ―Kudengar bosmu memboikotmu, padahal tak pernah engkau di (perlakukan) hina. Berangkatlah kepadaku, nanti aku santuni (muliakan) engkau.‖ (HR. Bukhari, Muslim dll.) Dengan cepat ia bakar surat itu, inilah dia bala‘ yang sebenarnya,‖ katanya. Atau Abu Rabi‘, pembantu urusan harian Rasulullah Shalallahu „alaihi wasallam. Melihat kesetiannya, Rasul menawarkan apa kiranya yang diinginkannya. ―As‟aluka murafataka fi jannah,” (aku meminta untuk tetap dapat menemanimu di dalam surga), pinta Abi Rabi‘. ―Nah, bantulah aku untuk dapat menolongmu, dengan banyak bersujud, jawab Rasulullah Shalallahu „alaihi wasallam.. Ia menuntut sesuatu yang jauh di atas nilainilai bumi dan sang guru menyiratkan jalan sejati menuju kebahagiaan sejati, suatu ungkapan yang bernuansa tarbiyah dzatiyah.
Kegagalan Tarbiyah Dzatiyah Beberapa episode perjalanan Bani israil bersama Nabi Musa mengatakan kita betapa pentingnya tarbiyah dzatiyah. Mereka tahu kedatangan Nabi Musa untuk misi penyelamatan. Apapun yang mereka alami, kemenangan adalah kepastian. Namun, mereka gagal ( QS. Al A‘raf :128-129). Tenggelamya Fir‘aun di laut dan selamatnya Bani Israil dari Fir‘aun, tak menyisakan setitikpun keraguan untuk memasuki bumi suci yang dijanjikan (Al Maidah :20). Namun peristiwa itu seperti terjadi tanpa kuasa Allah. Mereka lebih memandang tubuh besar bangsa Amalek (raksasa) yang menduduki Kota Suci daripada jaminan kemenangan dari Allah. Berita tenggalamya Fir‘aun yang perkasa adalah kegemparan yang besar yang 146 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mampu membuat siapapun lari tunggang langgang menghadapi pengikut Nabi Musa. Namun mereka justru menyampaikan ungkapan dekil yang khas, agar Musa dan Allah berperang diasana, baru setelah itu mereka masuk. Karenanya, mereka dikutuk. Berputar-putar di padang Tih, 40 tahun tak dapat memasuki kota suci yang dijanjikan. Allah masih memberikan mereka perlindungan berupa awan yang menaungi mereka dari sengatan terik matahari dan makanan instan Manna dan Salwa. Namun, baru beberapa saat mereka sudah protes, ―Hai Musa, kami tak bakal sabar menerima satu jenis makanan. Karenanya berdoalah untuk kami kepada Tuhanmu, agar ia mengeluarkan untuk kami tumbuhan bumi‖. (QS. Al Baqarah:61). Perhatikan, bahasa apa yang mereka gunakan di hadapan nabi?
Dimana Kita? Kita adalah satu di antara dua profil berikut. Alkisah, dua pasang belia membangun rumah tangga. Lepas walimah, sang suami pun harus berangkat lagi membina kader-kader dakwah, kerja yang biasa dilakukannya sampai larut malam. Malam panjang tanpa suami pun menderanya, membungkusnya dalam selimut sunyi lalu melemparnya dalam nyala bara yang menghanguskan keindahan hari-hari madu mereka. Perang pun mulai berkecamuk, “Zauji au da‟wati? (Istriku atau dakwahku?). Dengan mantap sang da‘i merangkum kata menang: ―Adindaku, kita bertemu di jalan dakwah. Allah melimpahkan kebahagiaan kepada kita dengan membimbing langkah kita ke dakwah yang diberkahi-Nya. Haruskah kita meninggalkannya, sesudah kekuatan itu bersatu dan bertambah untuk lebih meningkatkan kontribusi kita bagi dakwah? Jangan kita langgar janji kita kepada-Nya, sehingga keturunan kita kelak akan tercerai-beraikan oleh khianat kita.‖ Tahun-tahun dakwah silih berganti. Ketika bayang-bayang kejenuhan dan kepenatan melintas, istri tercintalah yang tak bosan-bosan mengobarkan semangat dakwah dan 147 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pantang menyerah. Sampai anak-anak mereka tak punya pikiran menyuruh tamu-tamu menelpon
di
lain
waktu
karena
ayahnya
sedang
istirahat.
Mereka
berlomba
membangunkannya. Ia jadi yakin, dakwahlah yang membangunkannya bukan anak-anak yang berkolaborasi dengan tamu dan penelpon yang tak tau etika itu. Profil yang satu lagi menghadapi hal yang sama, ―istriku atau da‘wah?‖ Satu jurus saja ia jatuh. Ketika dievaluasi, ia menangis dan dan bertekad, hujan, guntur dan badai tak boleh lagi menghalanginya dari tugas dakwah. Dan saat ia telah bersiap melaksanakan tekad dan ikrarnya, tiba-tiba terdengar suara sang mertua. ―Mertuaku atau dakwahku?‖ Sekali lagi ia tersungkur. Tahun-tahun terbilang, kedua profil ini bertemu, yang satu dengan produk dakwah yang penuh berkah yang lain dengan kemurungan, dunia yang membelenggu dan urusan keluarga yang tak kunjung selesai.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
148 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Gerak dan Berkah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Apa yang membuat seseorang tahan terhadap kematian? Air tahan terhadap kebusukan dan dahan tahaan terhadap kelapukaan? Jawabannya, mungkin gerak! Selebihnya, tak satupun, kecuali kita mau memberi definisi baru bagi entry kematian , kebusukan dan kelapukan, seperti seharusnya kita lakukaan terhadap entry kmerdekaan dan dan penjajahan, kekayaan dan kemiskinan. Modern dan kampungan. Orang Indonesia memberi arti istimewa bagi harakah yang aslinya bermakna gerak atau gerakan, dengan makna kedudukan dan martabat. Itulah bentuk pemaknaan sebab dan akibat, artinya dengan bergerak kita akan mendapatkan kemuliaan dan bila diam kita akan jatuh. Masyarakat awam dapat membunyikan huruf-huruf bila diberi harakah dan sebagian kalangan lain dapat membacanya dengan akurat walaupun tak nampak harakahnya. Sebab, mereka menguasai kaidah-kaidah tata bahasa serta makna kosakatanya. Mereka memahami harakah yang tidak nyata. Semoga Allah merahmati Imam Syafi‘i. Dalam pandangannya, “Seandainya Allah hanya menurunkan surat Al „Ashr, niscaya sudah cukup.” Di kali lain, imam yang alim berdarah Quraisy itu mengomentari ayat 286 Surat Al Baqarah: “Jangan kamu katakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati,” dengan kata-kata bersayap, „Kalau hanya ayat ini yang diturunkan Allah, niscaya cukuplah sudah.‟ Apa makna kematian di hadapan nilai mulia syahid di jalan Allah? Artinya ajal hanya dapat menghentikan gerak jasad yang fana, tetapi bukan hidupnya. Karena Allah melarang untuk menyebut mereka itu mati. 149 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Seperti kisah Shuhaib Ar Rumi radhiyallahu ‟anhu. Ia tiba di Madinah setelah menempuh perjalanan hijrah yaang berbahaaya. Nyaris tak berhasil pergi, bila pilihan cerdas tak di ambilnya: berangkat dengan melepaskan semua kekayaan yang dimilikinya. Shuhaib disambut dengan gembira, namun prihatin atas musibah harta tersebut. “Shuhaib bangkrut,” komentar lumrah yang lazim terdengar. Sebagai pemimpin sejati Rasulullah Shalallahu ‗Alaihi Wa Sallam mengambil sikap dan komentar cerdas atas keputusan cerdas tersebut. “Rabiha Shuhaib, rahiba Shuhaib,” Shuhaib beruntung, Shuhaib beruntung.
Sekolah untuk Jadi Bodoh Apa yang dibuhkan dari dana besar umat di negeri-negeri maupun swasta? “Itu bukan pembangunan, tetapi pennghancuran,” gugat ulama besar India, Abu Hasan Ali An Nadawi. Bila ummat Islam yang punya aqidah dan prinsip, dakwah dan risalah, direkayasa sejak kecil untuk menghirup nyawa hidup dari dunia lain yang materialistik, hedonik, kering dan munafiq, maka penghianataan telah terjadi. Bila kurikulum pendidikan, buku-buku bacaan dan sumber inspirasi kehidupan mereka tidak di ambil dari sumber pembentuk jati diri dan pengarah perjalanan mereka sendiri, maka musibah besar telah menimpa, melebihi pertempuran fisik dan pertarungan politik. “Buta huruf jauh lebih baik, dari pada kehilangaan nyawa sendiri,” sergah An Nadawi. Tawuran telah melesat dari kawasan SLTP menuju kampus-kampus PT. Tradisi perloncoan bodoh yang kerap diseniori oleh ―mahasiswa bodoh‖ menjadi warisan fast food yang sering dilahap dipraktekkan oleh calon ‗senior bodoh‘ ditingkat SMU/SLTP. Sebuah penjara besar telah bertumbuhan dengan tradisi lama penjara-penjara mikro. Napi hari ini yaang dikerjai napi senior, besok akan mengerjai napi yunior. Yang tak mendapat peluaang menjarah bertriliun kekayaan negeri ini, kemaruk atau membakari harta sesama setiap dimunculkan kerusuhan. Yang berhasil menguasai posisi-posisi kunci di pemerintahan mengulang kembali kerakusan pendahulunya. Yang merasa menjadi mangsa masa lalu, kini 150 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH jadi predator berdasi, berbatik, bersorban atau berkopiah. ―Generasi muda harapan bangsa‖ hanya jadi slogan kosong, karena mereka telah menjadi pelanggan setia rumaahrumah hiburan, klub-klub seks bebas bahkan narkotika dan racun-racun lainnya. Inilah gerak kematian yaang lahir dari kematian. Gerak ulaat dan belatung yang melahirkan lalat dan nyamuk yang muncul dari tinja dan bangkai. Gerak predator dan kanibal yang saling memusnahkan. Apa makna hidup yang panjang tanpa buah yang setidaknya mendekati haarga kehidupan yang telah ditempuh dan dikorbankan. Apa makna kekayaan dihadapan kesengsaraan abadi di akhirat, bahkan kegundahan di dunia ini? Siapa yang bertanggung jawab atas merebaknya spesies baru yang sama sekali asing: bertelinga namun tetap tuli, bermata namun tetap buta dan bermulut namun tetap bisu? Mungkin mereka berhati dan berotak namun hanya laik untuk menjadi rendang dan sambal pengisi perut-perut rakus. Penyuluh di Malam kelam Tak dapat di bayangkan bagaimana wajah bangsa yang malang ini. Seandainya beberapa dekade yang lalu tak memunculkan sejumlah kecil hamba-hamba-Nya yang dengan keyakinan penuh gerak mengarungi ketandusan sahara hati bangsa. Sampai hari ini pahlawan tak dikenal itu tetap bekerja. Kancah ilmiah di perkotaan yang glamour sampai wilayah masyarakat terpencil di gunung, pedesaan dan kawasan trasn, menggeliat bangkit. Bibir mereka bergetar kalimat tauhid. Walaupu makin kemari makin terasa melawan arus kerusakan (fasad) yang digerakkan dengaan modal amat besar, melibatkaan alat-alat canggih dan mahal bahkan menggunakan satelit. Sangat ideal bila perlawanan terhadap arus kerusakan itu dilakukan oleh taangan kekuasaan, yang konon punya dana tak terbatas dan punya otoritas. Namun ajaib isi dunia ini, yang punya cita-cita besar tak punya modal besar. Dan yang punya modal besar bekerja untuk menghancurkan cita-cita besar. Lebih ajaib lagi ada hambaa-hamba berhati lembut, bertekad baja dan berkeyakinan tanpa mengenal kata 151 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mustahil, tak larut dalam impian ―Andai saja kita jadi penguasa‖. Merekalah ―Jutaan tangan yang mengayunkan cangkul‖ mengubah lahan kritis menjadi produktif, menyuapkan nasi ke mulut-mulut lapar. Mereka tak bersedih dengan berbagai ‗rezim dan rajim‘ yang datang pergi tanpa memberi manfaat bagi da‘wah dan upaya perbaikan mereka, kecuali kepada beberapa penjilat culas dan pengkultus yang mencuri sandal di masjid sambil memohon permakluman agar tidak dihujat karena pendahulu mereka telah pergi justru setelah ,emcuri masjid! Generasi baru ini teguh pada garis tugas utama mereka ―seperti satu tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati orang-orang kafir.‖ (QS. Al Fath : 28). Ya, tangan-tangan yang memperoleh berkah dalam gerak dan mendapatkan kekuatan karena ―Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka‖.
Al Qur‟an yang Bergerak Ahli zamaan ini memerlukan tafsir dan terjemah kontemporernya, karena sesungguhnya ia memang seperti ungkapan Sayyid Quthb, ―Kitab yang abadi yang produknya tak pernah henti.‖ “Al Kitab al Khalid wal „Atha‟ al Mutajaddid”. Seberapapun kepuasan terhadap produk tafsir zaman di zaman apapun, selalu ada ruang kosong yang tersisa dalam batin. Ada yang arogan mengajak kepada pembaharuan penafsiran, seakan tak pernah ada tafsir yang disusun selama ini. Ada yang menawarkan tafsir baru, tanpa kaidah ilmu yang memadai, menyimpang dari tradisi dan kaidah tafsir lama, tanpa mampu mengutip suatu pemecahan bagi problem kekinian dan kesinian. Demikian pula kekaguman yang tertuju kepada kisah kecemerlangan da‘wah dan keteladanan para da‘i di masa lalu. Tanpa menapak di atas langkah mereka, hanya akan berakhir pada penguasaan aspek kognitif yang akan cepat terlupakan tanpa menyisakan
152 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH manfaaat ruhiyah yang melimpah. Padahal Allah telah menjamin bahwa kisah-kisah para rasul itu pasti akan meneguhkan hati. (QS. Hud : 120) Sedekat apapun hubungan fisik seseorang dengan sumber keteladanan (Uswah) hanya akan berguna bila ia dapat menyamaakan gelombang dan frequensinya dengan sang sumber. Seorang Muslim yang berjuang keras melakukan perbaikan akan tentram dalam keteguhan hatinya, karena ia sejalan dengan Rasululloh yang dikaguminya. Sebaliknya, seorang pencerita atau penikmat cerita, begitu guncang melihat realita kehidupan yang ganas dan cobaan yang keras, betapaapun memukau penuturannya mengisahkan kisah-kisah kebenaran. Karenanya dalam lingkup kerja da‘wah seorang kader yang menawar-nawar tugas ringan di hari ini dicemaskan tak bakal mampu mengangkat tugas-tugas besar, betapapun ia dapat berkisah tentang cobaan, kesetiaan dengan begitu lancar seperti ia sendiri pelakunya. Akhirnya kita semakin tahu hanya dengan gerak keadaan dapat diperbaiki, kecuali gerak itu tak lagi bermakna. “Sehingga apabila kalian telah melihat kekikiran yang ditaati, dunia yang diutamakan, hawa nafsu yang diikuti dan setiap orang yang kagum kepada pandangannya sendiri, maka tinggalkanlah orang banyak dan teguhlah dengan kalangan khususmu.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah &Ibnu Hibban).
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
153 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Pemberdayaan vs Pemerdayaan Oleh KH. Rahmat Abdullah
Ketika sedang marak-maraknya perbincangan seputar Ghazwul Fikri atas dunia Islam, kecanggihan dan dana tak terbatas yang mereka miliki, tiba-tiba seorang penulis melayangkan sebuah nota ke sebuah media Islam Al-Mujtama‟. Intinya mengingatkan kita untuk tidak terlarutkan oleh kepercayaan akan kedengkian kaum Yahudi dan Nasrani yang ditopang sarana, prasarana dan pemikiran yang licik, tahan banting dan sejuta wah! Keberatan penulis itu karena boleh jadi kehebatan para pelancar Ghazwul Fikri itu hanyalah mitos yang dibesar-besarkan, padahal banyak terbukti itu tidak mengandung kekuatan apa-apa selain kelicikan rencana yang dikemas dengan kemasan yang senada dengan selera pop rakyat. Tentu saja penulis itu tidak menafikan adanya potensi perusak, tetapi menganggap kekuatan ghazwul fikri sebagai segala-galanya, bisa jadi bumerang dan kontra produktif. Di batas ini kita harus merenung lebih dalam. Betapapun tahu merupakan kelebihan, namun ia tidak otomatis pemecahan. Alhamdulillah, jumlah kader yang banyak telah mampu menjawab sebagian masalah dengan jawaban yang dalam batas ukuran paceklik kader di negeri-negeri Muslim, itu sudah dianggap spektakuler, namun ada sisi yang terus menerus harus dicermati dan diperbaiki. Hudzaifah Ibnu Yaman punya kekhususan dalam beratnya.
Para
sahabat
bertanya
kepada
Rasulullah
saw
tentang
hal-hal
yang
menyenangkan (khair), maka aku bertanya tentang hal-hal yang tidak menyenangkan (syar), karena takut terjerumus ke dalamnya.
154 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sudah saatnya para belia dakwah meninggalkan kongkou-kongkou seputar dahsyatnya ghazwul fikri di radio , TV, dan media cetak. Lebih bermanfaat bila hal itu diarahkan kepada pertemuan yang jelas arah dan buahnya.Rapat-rapat yang 80% waktunya habis hanya untuk memperbincangkan persoalan (qadhaya),lebih baik bila setiap orang sudah mendapatkan catatan tertulisnya dan itu hanya akan menghabiskan 20% waktu rapat, sementara 80% dimanfaatkan untuk pemecahan. Keberanian Mempercayai Mempercayai seseorang yang belum punya pengalaman sangat memerlukan keberanian, sebab hampir semua iklan peluang kerja selalu mensyaratkan berpengaalaman. Ribuan kader menunggu pemberdayaan dirinya, namun banyak institusi umat hanya percaya kepada yang sudah jadi. Itupun kalau tak terhalang oleh luasnya medan dan banyaknya hambatan mengenal. Ketika para kader yang berpotensi besar itu tidak diajak, pada saatnya akan ada yang mengajak, termasuk untuk menjadi musuh dakwah. Kaderkader umat yang umumnya punya kesiapaan untuk komitmen, loyal dan taat, masih harus melalui jalan panjang. Di tangan pembina, mentor, ataupun guru dan lingkungan dakwah yang lapang hati akan tumbuh menjadi tokoh masa depan. Namun sayang banyak pembunuh berdarah dingin yang mematimudakan kaderkader tersebut, dengan kecurigaan, tuduhan dan persaingan tak sehat. Ada jago tua yang tak malu-malu bertarung terbuka dengan kader muda yang seandainya ia bersabar mendidik dan menyiapkan untuknya lingkungan yang kondusif, niscaya ia akan menjadi bintang terbit yang cemerlang. Sementara pemimpin yang memberi kepercayaan di orde lalu dan sekarang, telah melumuri kader-kader mereka dengan noda-noda orde yang pada saatnya sangat kuat daya hambatnya bagi tampilnya sang kader. Siapa yang tidak tahu banyaknya orang-orang berbakat dan cerdik pandai di bangsa ini? Lihatlah, setiap kali tampil kader dari satu kubu, kubu lain menggelar segudang kesalahannya. Kedua ekstrem ini sangat merugikan. Ketika sejarah menjadi sangat bakhil dan tak pernah peduli kecuali 155 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH aristokrat, ningrat, gus atau makhluk culas lainnya tak pernah merasakan kelelahan berprestasi selain memaanfaatkan kultus bangsanya, lengkap sudah prahara bangsa.
Kultur yang menggilas Dalam keluarga yang ekspresif, anak tumbuh menjadi pembual di luar rumah. Dalam sistem
yang
represif,
rakyat
mencari
selamat
dengan
tukaran
kebebasan
dan
keterusterangan. Bila pada saatnya ada peluang keterbukaan, itu akan menjadi waduk yang pecah dan menghamburkan berjuta-juta kubik material penghancur. Itulah sebabnya ayat pertama turun berbunyi “Iqra, bacalah”. Orang yang pandai membaca seharusnya tidak mudah terjerumus dalam provokasi. Mereka berdaya dan saling memberdayakan. Kritik dan nasehat diterima dengan ikhlas. Pemberi nasihat tak perlu takut akan ketersinggungan orang yang diberi nasihat. Betapa indahnya kondisi saat seorang khalifah Umar bin Khatab mendengar kritikan seorang perempuan dalam sebuah forum dan spontan menarik gagasan yang baru dilontaarkannya. Imam Syafi‘i selalu berharap kebenaran keluar dari mulut mitra diskusinya. Muhammad Shalallahu ‗alaihi wa sallam mengomentari sikap kasar badui yang mengacam akan menyiarkan nama beliau di kabilahnya bila tidak dilunasi hutangnya: kondisi ini lebih baik daripada rakyat menuntut haknya dari para pemimpin dengan penuh ketakutan dan keraguan. Dalam sebuah komunitas yang intelektual yang berdaya, ghibah mencerminkan sakitnya komunitas tersebut. Bisakah perubahan terjadi bila sebagian anggotanya hanya asik menggunjingkan saudaranya tanpa mau mengambil resiko dibenci dan dimusuhi atau menikmati hasil kerjanya, yaitu perubahan pada si bersalah. Mungkin sebagian masyarakat lebih suka menjaga perasaan sesama dengan cara saling tidak menegur atau mengoreksi. Tetapi pada saatnya berdampak bagi kehidupan sosial mereka. Karena seperti sebuah kapal berlantai dua, bila penumpang lantai bawah dibiarkan melubangi dinding kapal dengan alasan apapun, semua akan tenggelam. 156 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Manhaj Nabawi Sangat mudah dimengerti mengapa begitu banyak ayat dan hadist yang mencela ghibah, namimah, tajasus, su‟uzhan dan sebaliknya menganjurkan saling pesan dengan kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Ini semua lahir dari sikap dewasa, berani, jujur dan kasih sayang. Betapa nyamannya hidup di masyarakat yang persnya jujur dan bertanggung jawab. Jujur artinya memberikan secara benar, bertanggung jawab artinya punya norma, sebatas mana kejujuran itu bermakna. Pemimpinnya secara cepat tanggap tanpa harus menunggu apa lagi mengabaikan unjuk rasa. Rakyatnya punya keberanian untuk secara madani mengungkapkan sikap mereka. Hilang kehormataan dari masyarakat yang perokoknya dengan tebal muka asyik mengepulkan asap di ruaang ber-AC, di depan umum, bahkan di masjid. Pencopetnya lebih galak dari polisi, karena polisi hanya galak pada pedagang kecil, para supir atau orang tua yaang anaknya tersaangkut kriminal. Seseorang telah mencemooh umat yang rindu ashrun nubuwah wal khilafah (masa kenabian dan khilafah). Katanya, itu hanya berlaku di masyarakat yang rakyatnya hanya beberapa ratus ribu saja. Memang sulit untuk mengaplikasikan cara Umar yang merondai rakyatnya malam hari, sehingga tahu betul siapa yang kekurangan makan dan siapa yang punya remaja jujur dan menolak mencampur susu dagangan dengan air. Tetapi para aparat yang bukan penjilat akan menjadi mata dan telinga Umar zaman ini di tengah ratusan juta rakyat yang telah lama lupa bahwa mereka adalah tuan bagi para aparat yang seharusnya berbakti kepada mereka. Demikianlah sepatutnya. Dalam pemberdayaan masyarakat madani, kita merujuk ibrah pada pesan Al Qur‘an, yang mengatur agar jangan semua kaum beriman dalam saat bersamaan pergi ke medan tempur. Hendaklaah ada suatu kaum dari kelompok yang mendalami agama (taffaquh fid dien), agar mereka dapat mengingatkan kaum mereka apabila kembali (QS. At Taubah :122). Apakah maknanya harus ada yang berkarir santri seumur hidup dan tentara sampai 157 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mati? Ataukah ada semacam sistem wajib militer yang membuat setiap warga sama-sama merasakan dalam beberapa tahun pengalaman ketentaraan dan bela negeri? Selanjutnya karir dapat dirintis sesuai pilihan.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
158 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Pendusta Oleh KH. Rahmat Abdullah
“Mereka bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah bersaksi sesungguhnya mereka adalah pendusta.” (QS. At Taubah : 107) Apa ruginya bila Abdullah bin Ubay legowo menerima kepemimpinan Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam lahir batin? Tidak sedzarah-pun! Lihatlah, tak satupun tokoh Madinah yang ikut bersama Rasulullah jatuh dalam kehinaan. Kalaulah ia bersabar jabatan lapis kedua sangat mungkin diperolehnya. Lagipula, pastikah nominator pemimpin Madinah ini mampu melaju ke posisi tersebut dan krisis multidimensi terselesaikan? Konflik 12 dekade antara kabilah ‗Aus dan Khazraj di satu sisi dan dominasi ekonomi serta opini kaum Yahudi yang bermigrasi tahun 70 M ke Madinah menyusul gempuran raja Babilon, adalah persoalan yang tidak cukup diselesaikan dengan sifat melankolik dan aksi agitasi gaya Ibnu Salul ini. Sejarah tidak berlebihan bila mengklaim, bahwa hanya Muhammad Shalallahu ‗alaihi wa sallam yang kemudian disusul oleh Abu Bakar dan Umar yang mampu survive di medan yang serba keras itu. Bahkan ketegasan Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam membakar masjid dhirar (teror) tak lain dari akurasi kearifan dan visinya yang jauh ke depan, hal yang sulit kita lakukan. Mungkin karena pemeliharaan citra atau karna bobot wibawa yang diperhitungkan tidak sebesar efek kehebohan menghukum seorang Ibnu Ubay lain di zaman lain, maka tak mudah mengeksekusi munafikin dan proyek-proyek dhirar-nya.
159 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Lidah Nifaq yang Menjulur Seseorang dari mereka berkata dalam perang Tabuk : “Tak pernah kulihat orang yang lebih rakus perutnya, lebih dusta lidahnya dan lebih pengecut dalam menghadapi lawan seperti para qari‟ (Ahli Qur‟an kita).” Joke murahan ini dimaksudkan sebagai sindiran bagi Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam dan para qari (ulama) sahabatnya. Auf bin Malik, seorang sahabat yang loyal mengancam. ―Akan kulaporkan ini kepada Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam!‖ Dan betul, Auf berangkat melapor, namun Al Qur‘an telah lebih dahulu mmemberitahu Rasulullah. Munafik pengkritik tadi pun datang kepada Rasulullah yang telah siap beraangkat dan menaiki untanya. ―Ya Rasulullah, sungguh kami hanya bergurau dan berbincang seperti umumnya obrolan musafir untuk membunuh waktu.‖ Sang munafik itu-seperti dikisahkan Ibnu Umar- bergelayut di tali kekang Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam, sementara batu-batu membentur-bentur kedua kakinya. Maka Rasulullah menjawabnya “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu berolok-olok?! Jangan membuat-buat alasan, kamu sudah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah :65) Rasulullah tidak menoleh dan tidak menambah kalimat itu.
Sok Pintar Sebagai bukti betapa tipis atau lenyapnya iman di hati munafikin, mereka tak pernah mengembalikan masalah kepada faktor takdir, kecuali mungkin dalam hal maksiat dan pelanggaran mereka sendiri. Perencanaan yang matang, mayoritas mujahid yang taat dan disiplin yang kemudian menjadi naif lantaran sikap indisipliner sebagian kecil prajurit, sebagai akibat pesona dunia atau hasutan kaum munafikin sendiri, selalu mereka jadikan alasan untuk menuduh pimpinan dakwah ini sebagai salah urus, bodoh dan tidak tanggap. “..Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu, sedangkan segolongan lain telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah 160 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH seperti sangkaan jahiliyah mereka berkata: „Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan ) dalam urusan ini?‟ Katakanlah: Sesungguhnya urusan itu seluruhnya ditangan Allah.‟ Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata: „Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.‟ Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh‟ Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS Ali Imran:153). Nampak jelas, akar semua kemunafikan berpangkal kepada dha‟ful iman (lemah iman). Adalah perasaan iri, dengki, takut kibr (takabur), yang menghantui hati mereka. Iri terhadap kekuatan dakwah yang terus melaju, walaupun dihadang berbagai rintangan. Dengki karena orang-orang yang mereka lecehkan selama ini; Muhammad pemimpin ‗pengungsian‘ yang ‗menggeser posisi mereka‘ dan kaum ‗loyalis dungu‘ yang begitu setia mendukungnya, ternyata semakin memperlihatkan kemajuan yang spektakuler. Takut untuk berterus terang, memusuhi dakwah dan atau menyerah sepenuh hati kepada Allah dan kepemimpinan dakwah Rasul. Takabur, karena mereka melihat para pengikut nabi adalah rakyat jelata. Mereka tak punya semangat berkompetisi positif (ruh tahaddiyat) yang seharusnya dapat membuka mata mereka, betapa gerakan akar rumput bisa menumbangkan para kisra dan kaesar, hal yang tak pernah dikenal sejarah sebelum ini. Sebaliknya, obsesi-obsesi kemenangan Yahudi yang mereka khayalkan akan mengayomi mereka dan membagi kue kemenangan ini, menambah carut marutnya sikap laku nifaq mereka. Penyakit elit kaum Nabi Nuh as yang berkilah dengan paradigma kesetaraan mereka dengan Nabi Nuh dan perasaan mereka lebih tinggi daripada pengikutnya yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja (QS. Hud:27), telah menjauhkan mereka sejauh-jauhnya dari kebenaran.
161 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Karya Hipokrit Klaim tujuan baik yang mereka gencarkan tak menutup niat tersembunyi mereka untuk memecah belah kaum Muslimin dan mengajak kekuatan dakwah untuk berseberangan dengan para pemimpinnya. Bahkan pun bila mereka membangun masjidjuga berbagai institusi lainnya- selalu bermotif demikian. Masjid tentu bukan karena menara atau kubahnya disebut masjid, melainkan karena pengikutnya. Demikianlah, „Adamut tajarrud (kehilangan totalitas kesetiaan) telah mendorong mereka merasa perlu mengakses umat. Tak henti-hentinya mereka mengajak umat dan bahkan mengundang Rasulullaah Shalallahu ‗alaihi wa sallam untuk sudilah kiranya shalat disana. Jadilah masjid dhirar (teror). Karenanya Allah melarang Rasulullah ke sana, karena akan diikuti umat dan akhirnya kekuatan nifaq berhasil menggantikan posisi iman, kejujuran, keadilan dan persaudaraan. Apa jadinya bila kaum munafikin yang di zaman Rasulullah shalallahu ‗alaihi wa sallam adalah minoritas pengintai, bergerak menjadi jumlah besar jamahiri yang arogan. Apabila mereka berpaling, mereka bekerja untuk merusak di bumi dan menghancurkan lading dan keturunan.‖ (QS. Al Baqarah :205). Dua elemen berharga masyarakat, yaitu kaum perempuan dan anak-anak telah dihancurkan dan nilai-nilai mulia ditinggalkan. Apabila di era pascakolonialisme mereka menjadi kekuatan dominan maka bala‟ dengan cepat akan menimpa, setidaknya dalam bentuk dominasi kafirin dan munafikin dalam pemerintahan di tengah mayoritas bangsa Muslim. Kufur dan nifaq menjadi suatu sistem penuh keajaiban; penjajahan baru sesama bangsa dengan umat Islam sebagai tertuduh utama proses kehancuran, hanya karena status mereka. Umat yang kuat perkasa laksana singa ini telah mendapat kepala yang lain, hasil trasplantasi: kepala tikus, dengan progam, ambisi, obsesi, cita-cita, keberanian dan moral tikus! Para pengganggu dakwah dapat muncul dalam wujud kepala cangkokan atau elemen 162 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH yang menyempal dari tubuh dakwah dan tak henti-hentinya melancarkan provokasi, tuduhan dan pelecehan terhadap dakwah saat dakwah mendapatkan cobaan dan pukulan. Tapi ia merengek-rengek meminta pengakuan dan dukungan dakwah saat ia terancam. Ia yakin dakwah tak akan mendendam, apalagi membalas. Karenanya tanpa malu-malu ia mempolitiki dakwah dan berpura-pura lupa pada kekejian dan kekotoran kata-katanya selama ini.
Imunisasi Sangat menyakitkan menanggung persoalan yang bersumber dari dalam shaf umat sendiri. Sakit, karena serangan musuh tidak sepedih itu. Karenanya harus ada reserve sikap agar dakwah tetap survive. Sikap itu ialah, jangan sekali-kali menganggap kekuatan munafik bagian dari umat, walaupun secara syar‘i ia berhak atas beberapa perlakuan seperti umat Islam lainnya. Jangan beri peluang untuk merayu, karena semua niat baik yang kita niatkan bagi maslahat umat hanyalah akan menjadi keuntungan yang mereka panen untuk keuntungan mereka. Kepada Fir‘aun, Nabi Musa ‗alaihissalam diperintahkan untuk mengucapkan qaulan layyina (ucapan yang lembut). Kepada kedua orang tua kita diperintahkan berkata santun (qaulan karima). Tetapi kepada kaum munafikin dan yang berbakat nifaq, Al-Qur‘an menyuruh kita berkata tegas (qaulan baligha).
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
163 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Klaim Oleh KH. Rahmat Abdullah
Otong, Atok, dan Udin masih memanjat batang pinang yang licin, bercampur oli dan keringat, dengan bendera, kembang gula, dan beberapa barang elektronika di pucuknya. Hari ini, Indonesia yang ringkih masih tetap melucu dan berazam untuk terus memperpanjang kelucuannya. Ini bukan (saja) karena sebelum jadi presiden kelima, ia dulu pernah menulis kata pengantar bagi buku Mati Ketawa Cara Rusia dengan menuliskan, ―Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan―. Ini semata soal kelucuan yang sukar dijelaskan. Bangsa yang begitu tabah, harus mengeluarkan uang begitu besar untuk masuk sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, sementara Pakistan yang amat miskin saja tak mengenal kelucuan tersebut. Ia harus menjual apa saja untuk membayar kesehatannya, padahal Malaysia dan Mesir membuat semua itu gratis. Ia mengkredit mobil pribadi walaupun gajinya tak masuk di akal, garasi tak punya, dan udara semakin pengap oleh polusi. Ia tak siap untuk berjalan kaki, karena sejak 32 tahun terakhir hutang luar negeri telah memanjakannya dan memanjakan lemak di tubuhnya yang mestinya dapat terbakar bila ia mau berjalan kaki 10-15 menit dari rumahnya sampai ke shelter dan dari shelter akhir ke kantornya, dengan bus yang (mestinya) besar-besar, bersih, tepat waktu, dan kru yang sopan, aman, lagi jujur.
164 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ia berbangga dengan gedung-gedung tinggi berlantai dan berdinding pualam, mesin pendingin 24 jam, kran dari kuningan dan segala kemewahan yang sesungguhnya baru boleh dicoba-coba setelah dua puluh tahun, kata para ahli. Ajaib bahwa ia tak merasa telah membohongi dirinya sendiri, persis seperti kesebelasan sepakbola suatu negeri berbangga karena punya pemain unggulan dengan cara membeli dan memasukkan pemain asing ke kesebelasan negerinya. Ia telah lupa sindiran Arab klasik tentang orang yang membanggakan sesuatu yang bukan miliknya dan bukan prestasinya: ibili, lam abi‟ wa lam ahab, itu untaku, tak kujual dan tak pula kuhibahkan. Sudahlah, bukankah orang merdeka cukup dengan sindiran dan budak hanya paham dengan gebukan? Al hurru yakfihil isyarah wal abdu laa yakfihi illad dharb.
Nasionalisme Tahunan; Laskar di Panggung Tujuhbelas-an Di atas panggung, Indonesia dalam wajah Joko, Bram, Tiur, dan Laode masih bertempur dengan bambu runcing, wajah yang dipulas orang dan ikat kepala merah putih. Dalam jambore dan ketika menaik-turunkan bendera, berulang suatu kredo; menangisi sang saka dengan khusyu‟ sebagai putera-puteri terbaik bangsa. Di tenda-tenda liburan dan di pagi-pagi yang penuh bolos, Indonesia yang masih bau kencur melacur dalam seragam dan tas sekolahnya. Dengan sekotak pil antihamil, bagi yang cerdas. Hari
ini,
Indonesia
telah
kehilangan
klaim
atas
citra
diri
yang
pernah
dibanggakannya: bangsa yang sopan santun, penolong, dan berbudi luhur. Hari ini mereka mencopet di depan pemandangan beratus mata ragu dan takut dan mata dunia. Ibu-ibu yang sudah begitu lama meminum air dan menghirup udara Indonesia membekali anakanak remaja mereka dengan batu, pentung, peluru senapan angin, dan tabung-tabung molotov dalam tawuran warga. Demi kehormatan blok hunian dan RW mereka. Sebuah panggung patriotisme baru dari bangsa miskin yang tanah, hutan, lautan, dan koruptornya
165 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH luar biasa kaya. Kini mereka telah kehilangan kata sabar, membakar apa saja: pencuri ayam dan sepeda, rumah, kendaraan, suami, atau isteri sendiri. Ada secercah harapan, setidaknya mewakili penulis buku Aku Bangga Menjadi Orang Indonesia, sebagai kontra aksi terhadap buku Aku Malu Jadi Orang Indonesia. Artinya, bangga dan malu kadang cukup dijembatani dengan sebuah buku, sementara banyak persoalan pelik dipecahkan dengan statement dan press release. Tahun-tahun berlalu, meninggalkan pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, bukan lecehan: “Siapa sesungguhnya yang patriot, nasionalis, dan peduli bangsa?“ Hari-hari ini berteriak menuntut: Hentikan semua sikap norak itu! Yang memberlakukan muslim yang taat dan tak mau seikere kepada benda-benda itu! Begajul yang menghamili gadis kencur tetangganya, menjadi pengedar obat bius, dan sombong di hadapan Allah, itukah patriot sejati? Hanya karena mampu menangis sesenggukan mencium bendera dan membelalak di atas panggung dengan pakaian gerilya? Sesudah semua musykilah ini, masihkah kader berpuas diri jadi tukang bincang problem? Allah telah memberi banyak istilah kepada kebajikan: khair, ihsan, birr, hasanah. Namun ada satu yang sangat sering diungkap dan berangkaian dengan iman. Itulah amal shalih. Apakah amal itu jadi shalih sekedar karena dilihat indah dan baik, sementara pada kata amal shalih nampak kesan: kebaikan itu tidak hanya sekedar baik dilihat secara selintas dan subjektif. Siapa bisa menjamin seseorang yang shalat Dhuha berpanjang-panjang, padahal tetangganya sedang panik memadamkan api yang menyala? Shalihkah seseorang yang hari ini telah melaksanakan haji untuk ketiga belas kalinya, sementara anak tetangga meregang nyawa karena busung lapar? Apakah amal shalih yang dikerjakan kaum Khawarij ketika meninggikan suara menuntut inil hukmu illaa lillaah sementara tak henti-hentinya mereka bertempur melawan khalifah, mengkafirkan sesama mukmin, dan menghalalkan darah mereka? Padahal, orang-orang kafir bebas berkeliaran dan kaum Mu‘tazilah menipu 166 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mereka dengan akuan sebagai ahluddzimmah yang berhak atas keamanan diri. Kini, semua jalan dalam kehidupan muslimin hancur, sedangkan masalahnya ditengarai jelas, yaitu tidak berlakunya syariah yang penuh berkah ini.
Fenomena Kebangkrutan Bangsa Banyak orang mengandalkan nisbah diri dengan nama besar suatu organisasi atau jama‘ah, atau berbangga dengan kepemimpinan tokoh perubah sejarah. Namun sayang, mereka tak pernah merasa defisit apa pun padahal sama sekali tidak meneladani keutamaan tersebut: “Barangsiapa lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya”. Sekarang, segelintir elit di masyarakat muslim bukan lagi membanggakan diri dengan nisbah Islam dan masa lalu umat. Mereka justru telah menampakkan dengan terbuka kebanggaannya menjauh dari orisinalitas (ashalah) Islam. Berapa banyak mayoritas awam yang menolak syariah Islam? Mungkin nol. Yang ribut cuma elit dan agen fasad. Karenanya, bukanlah kerja produktif bila fokus agendaishlah hanya ditujukan kepada kekuasaan dan kekokohan rezim, terlebih bila rezim itu sendiri sudah memasuki kriteria rajim. Perubahan yang dituju oleh ishlah Islami adalah perubahan kultural, tanpa mengabaikan faktor kekuasaan, karena memang sangat jelas daya hancurnya bila ia jatuh ke dalam tangan-tangan kotor. Tak ada yang lebih mulia dan memenuhi tahapan-tahapan ishlah yang benar, kecuali bila setiap kader memikirkan peningkatan dirinya, kemudian keluarga dan masyarakatnya. Kezaliman di masyarakat telah terjadi dan terus-menerus selalu akan terjadi bila umat tak berdaya dan membiarkan kezaliman atas diri mereka. Bila prajurit semacam Rub‘i bin Amir telah tampil begitu meyakinkan di hadapan Rustum dan Rasulullah membiarkan keterusterangan seorang Badui daripada rakyat ketakutan menuntut haknya, maka maknanya kerja da‘wah harus mengarah pada pembebasan dan pemberdayaan semua elemen umat. 167 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Siapa yang bertanggung jawab atas larinya triliunan dana bangsa muslim yang miskin ini, hanya karena mereka rendah diri lalu berpikir makanan junk food dengan iklan menyesatkan itu baik untuk mereka? Siapa yang bertanggung jawab atas bangkrutnya usaha mereka sendiri, karena iklim ta‘awun tidak tumbuh dan sikap saling percaya tidak ada lagi? Akibatnya, alih-alih dari tumbuhnya usaha syarikat umat, mereka terpaksa pergi ke bank-bank riba, untuk meminjam atau menabung. Maka jadi semakin ekstrim-lah seruan pembelaan dan solidaritas umat dari seorang Hasan Al Banna di telinga manusia modern yang tak kunjung memetik apa pun dari obsesi-obsesi kosong mereka. “Perhatikan benar perekonomian bangsamu. Jangan mengkonsumsi dan memakai kecuali produk negeri Muslimmu.‖ –Hasan Al Banna
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
168 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Sang Berhala Oleh KH. Rahmat Abdullah
Sampai beberapa bulan terakhir dunia Islam masih memandang Mustafa Kamal sebagai Shalahudin Al Ayyubi II. Mereka berharap ia dapat memimpin dunia Islam dalam perang dengan kaum Masehi dan menjadi pelopor Negeri-negeri Timur dalam perang suci. Namun sedikit demi sedikit, kini mereka kehilangan tsiqah padanya. (Ernest Hemingway, The Toronto Daily Sun, 24 Tisyrin Awwal 1920)
Kata sang di atas memang kata sandang istimewa, karena berbeda dengan umumnya berhala yang direkayasa untuk disanjung demi kepentingan juru kuncinya, berhala jenis ini justru merekayasa banyak hal untuk kepentingan dirinya dan musuh bangsanya dengan siapa ia berkolaborasi. Tentu saja sang berhala tak memerlukan intelegensi yang tinggi untuk tujuan ini, karena yang diperlukan adalah kelicikan. Tujuh puluh foto Ataturk (adaturk?) masih wajib dipampang di tempat-tempat resmi, tanpa ada hak asasi dijamin untuk boleh menghujat atau menurunkannya. Seperkasa itukah kertas potret usang tersebut? Ini adalah kenyataan dan kesengsaraan bangsa Turki dan dunia Islam pada umumnya. Para murid SMU angkatan 80-an tentu masih ingat bagaimana mereka diwajibkan masuk kelas dengan melewati bendera kecil di atas meja guru dan harus membungkuk hormat kepada benda tersebut. Maaf, kita memang tidak sedang mengupas sebuah biografi.
169 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ketika berhala-berhala tidak mampu mendengar, merespon ataupun menawarkan solusi atas problematika para penyembahnya. Sistem telah menyediakan penerjemah kemauan para dewa berhala itu, baik sebagai spirit maupun sebagai simbol dalam bentuk boneka kayu dan batu. Juru kunci, dukun, kepala suku dan pendeta, adalah pemegang otoritas tertinggi penerjemahan kemauan para dewa. Inilah kalimat paling sopan untuk membuat kebijakan atas nama tuhan yang absurd itu. Dari Fir‘aun sampai Kemal Ataturk (adaturk?), ciri mereka sama; Aku yang tertinggi! Bahwa ciri sekulerisme yang membanggakan kebebasan, kemerdekaan dan nalar, itu sekedar konsumsi publik. Pasalnya sejumlah anak telah menurunkan gambar burung, presiden dan wakil presiden dari dinding kelas dan mengganti dengan gambar khomeini, model alternatif perubahan yang pernah di awal tahun 80-an itu! Sebagian belia ini akhirnya menyadari mengapa Rasulullah Shallahu ‗alaihi wa sallam tidak pagi-pagi menghancurkan berhala. Pameo
dakwah
mengajarkan:
Bila berhala itu terbuat dari
roti
mereka akan
menggantikannya dengan kayu. Bila dibuat dari batu mereka akan menggantikannya dengan besi. Karena akar keberhalaan bukanlah pada kayu dan batu, melainkan pada otak dan hati.
Ifk, Mitos Pelestari Keberhalaan. Diperlukan tembok perlindungan yang kuat agar keberhalaan tetap bertahta di hati para penyembahnya. Tembok tebal itu bernama Mitos, dengan peran ganda sebagai berhala lain di samping berhala kayu dan batu! Di kepulauan Nusantara ini terdapat rajaraja dengan perlindungan mitos yang kuat. Ada raja titisan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan sebagainya. Apakah rakyat punya cukup nyali untuk mengoreksi atau melawan raja, karena dengan begitu berarti mereka sudah berani mengoreksi atau melawan dewa. Jadi dalam tatanan berhala ada dua raja, satu raja spiritual; para dukun, juru kunci, orang pintar dan pendeta yang memberikan legitimasi moral dalam produk mitos yang 170 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pekat seputar raja yang berpedang dan bermahkota. Yang kedua raja berpedang dan bermahkota yang memberikan hak-hak istimewa kepada pihak pertama. Pada zaman Jawa era Islam yang sinkretis semangat tauhid dan radikal dan atraktif tidak memungkinkan berkembangnya syirik dan berhala, namun mereka dapat melestarikan mitos lain. Ada kamar dengan ranjang di keraton yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang. Ia adalah ranjang dan kamar Nyai Roro Kidul. Apa gerangan hubungannya dengan raja. Konon Nyai adalah istri raja di alam sana. Nah, dapat kita bayangkan, bila istrinya saja menguasai samudera yang membentang luas sampai ke pantai barat Amerika dan Pantai Timur Afrika, bagaimana pula suaminya yang dalam tradisi jawa adalah segalanya! Raja atau pendeta tetaplah produsen dan penikmat mitos tersebut. Betapa sukarnya membongkar pohon kemusyrikan tersebut. Sebegitu lama Nabi Nuh ‗alaihis salam berdakwah menyadarkan kaumnya dan klimaksnya berujung pada seruan sangat keras pada elit, agar jangan sekali-kali mereka meninggalkan penyembahan Dewa Wadd, Shuwa, Yauq, Yaguts dan Nasr (QS. Nuh :23), orang-orang shalih zaman Nabi Nuh yang ketika wafat dibuatkan tugu di majelis masing-masing sebagai peringatan. Saat generasi pertama punah dan ilmu (tauhid) semakin terlupakan, mulailah tugu-tugu itu mereka sembah. (Ibn Abbas menurut riwayat Bukhari & Muslim). Demikianlah, simpul kata keberhalaan dengan pas kita temukan pada penuturan Al Khalil Nabi Ibrahim ‗alaihis salam. Apa yang kalian pertuhankan selain Allah hanyalah berhala-berhala dan kamu membuat Ifka. (QS. Al Ankabut :17)
Berhala dan Penggalangan Solidaritas. Selanjutnya kebersamaan dan saling ketergantungan kadang membuat masyarakat mendewakan simbol-simbol, sehingga alih-alih dari upaya ibadah dalam beragama, kerap orang menjadikannya untuk simbol solidaritas.
171 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ada tokoh yang sangat akrab dengan sebagian besar umat, tetapi menjadikan keumatan itu sebagai bagian progam globalnya. Ia tak pernah menyebut Allah dan Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam karena rendah diri. Mereka tidak beragama dengan makna dainunah (ketundukan diri) dan tadayyun (sikap mengidentifikasi dengan dien ini). “Apa yang kamu sembah selain Allah adalah berhala-berhala demi kecintaan antara kamu dalam kehidupan dunia kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari yang lain dan sebagian melaknati lainnya.” (QS. Al Ankabut :25). Tentu saja simbol dan status tak mungkin diabaikan, tetapi bila hakikat pengabdian kepada Allah telah dikalahkan demi penampilan luar maka, musibah telah menimpa umat, sebaik apapun leluhur mereka. Pada kaum Yahudi dan Nasrani yang sering diperkenalkan sebagai umat dengan kitab Samawi, kebanggan status telah menghambat kemajuan ruhani mereka. Mereka berkata: “Tak akan masuk surga kecuali orang yang telah berstatus Yahudi dan Nasrani.” (QS. Al Baqarah :111) Dan Allah langsung menjawab, ―Ya, (yang pasti masuk surga ialah) orang yang menyerahkan wajahnya (sepenuh dirinya) kepada Allah.” (QS. Al Baqarah :122).
Rumah Laba-laba Mengapa berhala yang lemah itu mampu mengikat suatu bangsa, bahkan sebuah imperium? Ketakutan yang menghantui perasaan anggota masyarakat akan tercabutnya mereka dari akar sosialnya, di-outgroup-kan dan di-laisaminna-kan dari lingkungan status mereka rupanya telah begitu mengakar. Itulah karenanya Islam memprioritaskan perkembangan aspek tauhid sebelum lainnya. Aqidah intinya ialah mengembalikan manusia dari penyembahan sesama manusia menjadi abdi Allah semata-mata. Ketakutan adalah satu gerbang syirik yang paling lebar. Betapa tidak, ketakutan telah menghapuskan kemanusiaan manusia yang tinggi menjadi jauh lebih rendah daripada tikus dan kambing. Lihatlah dunia timur yang malang. Warisan perkasa yang 172 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mereka terima dari leluhur pembagunan peradaban masih menyisakan dalam diri mereka semangat, potensi, dan vitalitas singa, namun selalu ada rekayasa dari kakuatan syaithan untuk memasangkan kepada lain singa-singa ini; kepala tikus dan kecoa. Sedahsyat apapun kekuatan singa, ia akan jatuh dalam pemikiran, progam dan kenihilan tikus. Alkisah para dokter yang berhasil membuat cangkok ginjal dan jantung telah ketinggalan. Rumah laba-laba, naungan macam apa yang dapat diberikannya kepada manusia? Kenyataannya betapa banyaknya mereka terperangkap disana. Lalat dan Nyamuk, dua hewan pemakan bangkai dan penghisap darah yang nampaknya masih utuh namun tak lagi bernyawa dan berdaging, habis dihisapnya. Dan manusia lalat dan nyamuk telah kehilangan kemanusiaan kemanusiaan mereka di sarang laba-laba. Dan para penyembah berhala telah membangun rumah laba-laba, padahal rumah yang paling rapuh ialah rumah laba-laba, seandainya mereka mengetahui (QS. Al Ankabut :41). Para pemimpin tahanan berhala telah memanfaatkan kebodohan bangsanya dan menyembunyikan kepongahannya dihadapan Tuhan dengan mengadopsi dan mengatraksi sekental-kentalnya tradisi mereka yang mungkin tidak diyakininya demi kemapanannya, ia telah menjadi kepala yang lain bagi tubuh yang lain.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
173 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Hijrah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Tak ada suatu kata yang menyiratkan makna demikian kuat, seperti kata hijrah. Dari tiga rangkaian amal islami (QS. Al Anfal:74), tampak perannya yang sangat monumental. Bertolak dari iman, sebagai suatu pilihan hati nurani untuk bersama seluruh ciptaan-Nya tunduk mengabdi kepada Allah Rabbul „Alamin, seorang hamba memutuskan pilihan sulit; diam di tempat dengan kehinaan, iman yang tidak ―produktif‖, dan masa depan yang sangat gelap atau ―berangkat‖. Pilihan iman saja sudah menuntut keberanian. Berani berbeda dari seluruh bangsa yang masih terbelenggu, menuntut pengorbanan, dari ‗bubar jalan‘ karena kelemahan mereka yang kerap kagum dengan konsep islam, tetapi terbelenggu oleh rasa takut atau gengsi, sampai makar pemenjaraan, pengusiran, atau pembunuhan (QS. Al Anfal:30). Hijrah bukanlah anggapan naif ―sebuah keterpaksaan mengamankan diri‖. Ia sebuah aksioma abjadiyat pembangunan islam, yaitu harus sampai ke puncak bangunannya (Dzirwatu Sanamihi), yaitu jihad. Mengapa ada pembangunan base camp, dan masjid sebagai pusatnya? Mengapa Quraisy masih tetap memburu mereka di Madinah? Mengapa ada persaudaraan (muakhah) anatara muhajirin dan Anshar? Mengapa ada pembangunan pasar Muslimin dan sekian lagi institusi? Dua kalimah syahadat sendiri menyuratkan dan menyiratkan kekuatan pesan pembebasan, menggetarkan pendukung status quo jahiliyah (QS. Fathir:45/Al Jinn :18-20).
174 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Di jalan iman, syaitan menunggu sang pemberani, ―Kau ikuti beliau macam Muhammad dan tinggalkan agama datukmu?‖ Bila ia terus maju, syaitan mencegatnya di jalan hijrah. ―Kau tega tinggalkan sanak kerabat , bangsa yang besar dan kekayaan negeri yang melimpah, untuk masa depan yang tak jelas?” Bila ia istiqomah, syaitan mengancamnya di jalan jihad. “Kau korbankan dirimu mati terbunuh, lalu hartamu dibagibagikan dan istrimu diambil orang lain?” (HR. Ahmad, Tirmidzi & Ibnu Hibban) Hijrah melahirkan kelas bukan berbasis fatalisme konflik proletar versus Borjuis & kapitalis, tetapi pada iltizam, wala‟ dan tadlhiyah: 1. Muhajirin meninggalkan Mekah, merelakan begitu banyak yang ―sepatutya‖ disedihkan; tanah air, keluarga, kekayaan, harapan, dan masa depan. Menuju madinah yang dalam parameter materialisme penuh masalah; masa depan yang tidak jelas, iri dan benci Yahudi, Munafiqin dan akhirnya Mashara Rum, perasaan menjadi beban bagi orang lain, dan seterusnya. 2. Kaum Anshar menerima saudara Muhajirin mereka dengan penuh kecintaan; modal usaha, hunian, diri mereka sendiri menjadi benteng dan perisai. 3. Pelanjut yang arif, serius dan tulus. Suatu hari Imam Ali Zainal Abidin radhiyallahu‟anhu cucunda Ali Bin Abi Thalib, radhiyallahu‟anhu. Kedatangan seorang rafidhah yang sangat profokatif. Dikafirkannya semua sahabat sepeninggal Rasulullah kecuali 6 orang diantara mereka (Usamah bin Zaid, Ammar bin Yasir, Miqdad bin Al Aswad, Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghifari,…). Ia berharap dapat mempengaruhi dan merekrut sang imam. (Padahal bertahun-tahun fuqaha madinah tidak tahu dari mana mereka dapat makanan. Sewafat Ali Zainal Abidin itu, shadaqah sirriyah (tersembunyi) tersebut terhenti dan orang yang memandikannya menemukan bekas di bahunya; kulit yang menebal lantaran terus menerus memikul sendiri bahan makanan). Dengan bijak sang imam bertanya kepada si rafidhah itu:
175 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH “Anda termasuk kelompok ini?” seraya membacakan ayat 8 surat Al-Hasyir tentang kaum muhajirin. ―Bukan,‖ jawab si rafidhah tadi “Mungkin anda kelompok berikutnya?” (kaum anshar, ayat 9) “Juga tidak,” jawab sang provokator. ―Nah kalau begitu anda juga tidak termasuk ke dalam kelompok berikutnya (AlHasyir:10, tabi‟in dst), pergilah dari rumahku!‖ bentak Imam Zainal Abidin. Hijrah tidak menyisakan ruang bagian pengecut, pemalas, penghasud, dan semua yang berfikiran sempit. Ruang hijrah hanya untuk tiga kaum; 1. Muhajirin dan semua pengambil inisiatif, 2. Anshar dan semua pembela dengan jiwa, raga, dan harta, 3. Para tabi‟in dan pendukung sesudah mereka. Selebihnya bila masih ada itulah ruang keasingan bagi iman dan ruang kegelapan bagi kejujuran. Biarkan sejarah bertutur mengisahkan semua keutamaan ini: Ummul Mukminin Aisyah radhiyallohu „anhu berkata: ―Tak pernah sekalipun Rasulullah luput untuk datang mengunjungi Abu Bakar, pagi atau petang. Pada hari beliau diizinkan untuk berangkat hijrah, keluar dari Mekah dan meninggalkan bangsanya ia datang pada tengah hari. Saat Abu Bakar melihatnya, ia berkata: “Tak mungkin Rasulullah Shalallahu „alaihi wa sallam mendatangi kita di saat ini kecuali bila suatu hal (penting) telah terjadi.” Ketika beliau tiba, Abu Bakar undur, menyilakannya duduk di tempat duduknya. Beliau pun duduk, sementara tak ada yang menyertai Abu Bakar saat itu kecuali aku dan Asma‘, saudariku. Beliau berkata: ―Keluarkan orang yang bersamamu”. Abu Bakar menjawab: “Mereka itu anak-anakku, ada apa ya Rasululla? Jiwa ayah bundaku jadi tebusanmu.”
176 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Beliau menjawab: “Sesungguhnya Alloh telah mengizinkanku untuk keluar dan berhijrah.” Abu Bakar memohon, “Kutemani ya Rasulullah.” “Ya, tentu,”jawab Rasulullah. Demi Allah belum pernah sama sekali kurasakan sebelum hari itu ada seseorang bisa menangis karena gembira, kecuali saat Abu Bakar menangis..‖. ―Kami menyiapkan untuk mereka bekal terbaik. Kami buatkan safrah (makanan musafir). Asma‘ memotong secarik sabuknya untuk mengikat makananan di leher kantungnya, karenanya ia digelari dzatun nithaqain (pemilik dua sabuk). Kemudian Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam dan Abu Bakar masuk gua Tsur, bersembunyi di sana tiga malam. Bermalam bersama mereka Abdullah bin Abi Bakar, beliau yang cerdas (tsaqif) dan tanggap (laqin). Ia menyelusup pergi dari sana menjelang fajar dan pagi hari telah ada di tengah kaum Quraisy, seakan bermalam di Mekah. Tak ada satu perkara yang membahayakan mereka yang tak diliputnya, lalu ia sampaikan beritanya kepada mereka ketika kegelapan semakin membaur. Amir bin Fuhairah mantan budak Abu Bakar menyiapkan kambing yang diantarkannya lepas isya. Mereka makan malam dengan susu kambing tersebut tiga malam itu. Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiyallahu anhu menyewa seorang pemandu profesional dari kabilah Bani Dail yang berasal usul dari Bani Abd bin Adi yang telah mengikuti perjanjian pengamanan (hilf, persekutuan) beragama kafir Quraisy. Mereka menilainya dapat dipercaya. Maka mereka pun berjanji untuk berjumpa di Gua Tsur setelah tiga hari pada subuh ketiga. Setelah itu Amir membawa mereka bersama pemandu menempuh jalur pantai (Shahih Bukhari, Sirah Nabawiyah Ibnu Katsir, dll. Dikutip dari Ahzami Samiun Jazuli, Dr. MA. Hijrah Fil Qur‘an :331-333). Di Jazurah, di pasar Mekah Rasulullah Shalallahu ‗alaihi wa sallam berhenti sejenak melantunkan perasaan paling dalam: “ Demi Allah, engkaukah bumi Allah terbaik dan paling dicintai-Nya, kalaulah aku tidak dipisahkan dari dirimu, niscaya takkan daku keluar meninggalkanmu.‖ (Tirmidzi & Ibnu Majah,op. cit.335) 177 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Para hujjaj telah kembali, berjuta hati telah larut dalam samudra sejarah paling indah. Bulan 12 menjadi 1 kembali, Muharram 1433. 1433 tahun sejak hijrahnya, bukan dari lahirnya. Ia adalah catatan maha gemilang prestasisebuah generasi. Thala‟al badru alaina min tsaniyatil wada‟ Wajabasy syukru alaina ma da‟a lillahida‟i
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
.
178 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Taghyir Oleh KH. Rahmat Abdullah
Bila dicermati, seseungguhnya kata kunci bagi semua upaya manusia dalam hidup mereka terletak pada satu kata: Taghyir (perubahan). Dalam menyikapi 3 tuntutan hidupnya makanan (ghidza‟ jazadi), informasi (ghidza‟ aqli) dan dzikr ( ghidza‟ ruhi/qalbi) manusia sangat sensitif pada tuntutan yang pertama, baru kemudian yang kedua. Dan, paling akhir, yang nyaris luput ialah yang ketiga. Padahal tidak ada target perubahan dalam aktifitas makan manusia. Ia hanya upaya bertahan hidup, bukan peningkatan kecuali pada bayi dan anak-anak di masa tumbuh berkembang mereka. Akibat, dalam pembangunan peradaban materi, yang jadi prioritas tetaplah padi dan kapas, dengan menonjolkan alat-alat kuno:palu dan arit. Atau semi modern, yaitu gir atau jantera, bukan chip atau simbol-simbol komputer. Adapun cara hidup dan sikap merekadalam perjuangan dan pertahanan hidup, hampir seluruhnya mengambil simbol singa atau elang. Begitu ngerikah manusia akan nasibnya sehingga perlu identifikasi karakter pada semangat, ambisi dan kepekaan elang atau singa? Erasmus punya ungkapan tentang keserakahan, kerakusan dan keganasan bangsanya, Belanda dan Eropa umumnya , sebagai “elang pemakan bangkai yang kejam dan ganas” (Jawaharlal Nehru, Lintasan Sejarah Dunia). Mereka datang dan pergi dengan ancaman dan ketakutan, membuat dunia bagaikan anak ayam yang sangat kecil, terancam serangan dari udara. Betapa indah ungkapan Al Qur‘an tentang ketakutan para pemuka Quraisy untuk menerima islam, sementara mereka 179 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mengakuinya sebagai Petunjuk Jalan (Huda): “Mereka berkata, Jika kami mengikuti petunjuk bersamamu, niscaya kami akan disambar (seperti hewan kecil disambar elang), dari bumi kami.
(QS. Al Qashash:57). Kata bersamamu cukup mencerminkan ketakutan para
penguasa dan pemimpin sekuler di negeri-negeri Muslim, yang tak cukup berani menolak Islam secara terbuka, tetapi enggan menerima Islam secara utuh. Sehingga petunjuk hanya berupa kata tanpa bukti dan keteladanan. ―Kamu mau islam yang ini, bukan islam yang itu. ― Mereka punya persepsi tentang islam yang mereka dapat dari banyak sumber, kecuali dari satu sumber yaitu islam itu sendiri. Apa yang menjadi ucapan para pendahulu mereka terulang dalam redaksi yang tak begitu jauh: ―Dan apabila dikatakan kepada mereka: ―Berimanlah kamu sebagaimana berimannya orang-orang (yaitu para sahabat seperti dijelaskan Ibn Abbas, Abu‘l Aliah, Al Qurthubi, Ibnu Katsir, juga dalam Tafsir Jalalain), mereka berkata: ―Apakah kami harus beriman seperti berimannya orang-orang bodoh itu?‖
Kemajuan Ruhani, Putaran Roda Gerobak yang amat Lamban Tak perlu kitab suci untuk panduan menu, karena manusia punya naluri yang amat tajam untuk urusan ini. Ia sangat sensitif, bahkan kepakaan terletak di lututnya yang cepat gemetar, alam diperutnya yang berbunyi dari matanya yang berkunang-kunang, bila sudah tegah hari belum juga dapata makan. Sebagian masyarakat (miskin) perlu dorongan semangat (dan dana) untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Sementara kesadaran ini sudah meninggi di masyarakat perkotaan, sampai-sampai mereka berebut sekolah unggulan. Kondisi itu menjadi mangsa kaum bermodal, yang bukan lagi ―mengobok-obok‖ hutan, lautan, tambang, dan jalan bebas hambatan sebagai wilayah perburuan dolar mereka, bahkan masuk menambah ke rimba pendidikan. Karena hidung musang mereka begitu tajam mencium aroma kecemasan wali murid yang ingin anak mereka berhasil, jadi orang bergelar dan berpangkat. Akhirnya bermuara juga pada ―enak makan, enak tidur dan enak hidup‖. 180 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Apa yang berubah dari manusia, saat otak mereka hanya berpikir tentang ―kemasalaluan‖ Fir‘aun, Haman, Qarun dan Bal‘am? Dimana mereka letakkan Fir‘aun saat mereka sembelih hamba-hamba Alloh? Dimana Haman saat mereka gunakan senjata dan bangunan menara atas perintah Fir‘aun untuk membidik (dan melecehan) Tuhan Musa as? Dimana Qarun saat mereka memamerkan kekayaan dan mengklaim itu sebagai ―milikku dan kudapat dari ilmuku?‖ Dimana Bal‘am saat para intelektual sains dan agama menjadi pengamin rezim korup, arogan dan kolaborator? Apa yang mustahil bagi rakyat yang seluruh cita-citanya tersimpul pada jargon ―Andaikan daku punya kekayaan seperti yang diberikan kepada Qarun‖ (QS. Al Qashash:79) Tidak ada yang berubah pada segala bentuk kemajuan peradabanmateri kecuali instrumen pemburu kesenangan itu saja. Sesudah itu hidup tetap menjadi segitiga pengaman, seperti pada kendaraan yang mogok. Itulah segitiga permanen KT (Kamar Tidur), KM (Kamar Makan), KB (Kamar Buang, WC). Ia tidur bila lelah dan kantuk menyerang. Jika bangun dan perutnya lapar, ia pergi kedapur untuk makan. Dan bila telah penuh perutnya, ia harus pergi ke KB untuk membuang menu internasionalnya yang telah berubah dengan cepat! Lalu semua aktivitas lainnya hanyalah menjadi aksesori dari kerangka utama segi tiga mogok tersebut.
Apa yang harus Diubah dan dari Mana Dimulai Perubahan apapun atas persoalan apapun (ma bi qaumin, QS.Ibrahim :11) dalam kehidupan manusia, hanya mungkin terjadi bila mereka mengubah “ma bi anfusihim” (Apa yang ada dalam jiwa mereka). Perubahan pada jiwa itulah perubahan yang sesungguhnya. Ustadz Said Hawwa rahimahullah menawarkan 4 perubahan paa aqliyah (otak) kontra produktif selama ini: 1. Aqliyah Jamidahatau otak beku, diganti dengan Aqliyah Marinah/Muthawatirah (otak dinamis) 181 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH 2. Aqliyah Qaul, otak pengandal kata dengan otak aplikasi 3. Aqliyatul Ahlam, otak pemimpi dengan Aqliyatu‟l Waqi‟, otak realita, dan 4. Aqliyatul Taswif, otak penunda dengan Fauriyatul Istijabah, otak respon kilat. Da‘wah tidak untuk sekadar membincangkan masa lalu tanpa upaya menegakkan hari ini. Buka juga untuk menggelar masalah karena da‘i bukan pembicara masalah (problem speaker), melainkan pemecah masalah (Problem solver). Da‘i yang tidak berorientasi kesini, pada saatnya akan menjadi problem maker bahkan besar peluangnya menjadi problem trader. Dilapangan kita dapat melihat siapa sesungguhnya pelaku istilahistilah ini. Mungkin kita dapat belajar dari dialog seputar tawuran, kawin muda karena ―kecelakaan‖, putus sekolah dan hedonisme: Suara 1: ―Sudah dekat kiamat, orang diajak baik malah lari‖. Suara 2: ―Saya sudah usaha belikan remaja itu baju taqwa, kain sarung dan rwbana. Dasar belanda coklat.‖ Suara 3: ―Enaknya mereka dilatih disiplin militer, biar berubah, lalu diberi modal membuat swalayan besar, atau dikirim keluar negeri. Untuk bimbingan mental mereka harus diundang tahajud tiap malam dan puasa Senin Kamis.‖ Suara 4: ―Anak-anak zaman dulu nggak begitu. Sama guru dan orang tua hormat sekali. Coba kamu lurus-lurus saja kan nggak runyam begini.‖ Suara 5: ―Memang harus kaya dulu, baru suara kita didengar. Nanti kalau saya sudah jadi pejabat kaya mereka akan saya kumpulkan tiap malam dirumah. Boleh main catur, main kartu, silakan, asal tertib dan terlokalisir. Sudah itu saya da‘wahi, pasti suara kita didengar.‖
Sumber : 182 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://www.hasanalbanna.com
183 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Fitrah dan Kejujuran Cinta Oleh KH. Rahmat Abdullah
Kau tentang Tuhan dan nampakkan cinta Dia demi Allah, ini perkara luar biasa. Bila sungguh cintamu benar tentulah kau taat Dia. Karena setiap kekasih, kepada Kekasihnya pastilah setia. (Imam Syafi‟i)
Tak satu pun orang suka dibohongi, terlebih bila itu menyangkut cinta dan kesetiaan. Dimana saja kebohongan dan penghianatan dibenci, termasuk di kalangan para bandit dan mafia yang notabene kerja mereka di sekitar kejahatan. Syirik adalah bentuk dusta yang paling besar, yang banyak menghasilkan dusta-dusta susulan. Ketika Allah menyebutkan salah satu misi Rasulullah SAW adalah memberi peringatan kepada mereka yang mengatakan Allah berputera, Ia berkata, “Mereka dan bapak-bapak mereka tidak berilmu, alangkah buruknya ucapan yang keluar dari mulut mereka. Tak lain yang mereka katakan kecuali dusta” (QS. Al Kahfi : 5).
Jujur Vs Lacur (baca:Nifaq) Sedemikian bahayakah dusta? Ya, dan dusta yang lebih nista terjadi ketika seorang mendustai kata hatinya sendiri. Seseorang yang mengabaikan lintasan hatinya tentang derita tetangganya yang kelaparan lalu tidur nyenyak, maka ia adalah seorang pendusta.
184 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Karenanya Rasulullah SAW mensyaratkan (kejujuran) iman kepada Allah dan hari akhir dengan ihsan kepada tetangga. (HR. Muslim) Nilai iman yang tertinggi manakala pemiliknya dapat merasakan ketenteraman iman ( QS. Ar Ra‘d ―28) dan karenanya mereka berhak mendapatkan keamanan (QS Al An‘am:82). Ketenteraman dan keamanan tersebut tidak ada hubungannya dengan mentalitas burung onta yang melarikan diri dari persoalan umat dan berlindung di balik dinding ma‟bad tempat dzikir, karena orang seperti mereka bisa sangat guncang dan tidak merasa aman terhadap ancaman makhluk. Terlebih untuk menjadikan dirinya ―perisai Tuhan‖ bagi hamba-Nya yang lemah teraniaya. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, ―Suatu masa turun perintah Allah kepada malaikat untuk menumpahkan adzab pada suatu negeri. Malaikat itu melapor dan Allah Maha Tahu tentang hal yang dilaporkannya:” Ya Rabb, inna fiha rajulan shalihan (Ya Tuhan, disana ada seorang saleh). ―Justru jawaban Allah begitu mengejutkan “Fabihi fabda” (Justru mulailah timpakan adzab kepadanya)” Apa pasal? Linnahu lam yatama‟ar wajhuhu fiyya (Karena wajahnya sama sekali tak pernah memerah karena Aku). Ia tak punya ghirah (kecemburuan dan ketersinggungan) bila kehormatan Allah dilanggar. Ia tenang ketika ummatnya dibantai. Ia baru tersinggung bila pribadinya diusik! Salah satu sukses madrasah (aliran) sekuler modern adalah keberhasilan mereka mencetak generasi Muslim yang (tak) tersinggung bila Islam, Al Qur‘an dan Rasul diejek. “Demi toleransi” kata mereka.
Cinta dan Kejujuran Ada banyak apresiasi iman, ibadah, dan cinta. Mungkin seseorang beribadah dengan penghayatan ibadah sebagai pedagang, ia berkiblat kepada keuntungan. Ada penghayatan ibadah sebagai jalan pembebasan. Ada pengabdian yang semata-mata berangkat karena ingin mencintai, memberi , menikmati pengabdian yang hakiki dalam wujud ketundukan dan pengorbanan. Suatu hari berlangsung diskusi antara empat orang tokoh : Rabi‘ah Al 185 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Adawiyah, Sufyan Ats Tsauri, Syaqiq Al Balkhi dan Malik Bin Dinar. Rabi‘ah meminta mereka mendefinisikan Kejujuran. “Tak jujur pengakuan cinta seseorang yang tak bersabar menahan pukulan tuannya, ― ungkap Sufyan Ats Tsauri. “Tak jujur pengakuan seseorang yang tak bersyukur atas pukulan tuannya,” jawab Syaqiq Al Balkhi. “Tak jujur pengakuan seseorang yang bernikmat-nikmat dipukul tuannya,” sergah Malik bin Dinar. “Tak jujur pengakuan seseorang yang tak melupakan pukulan ketika menghadap tuannya,” jawab Rabi‘ah Al ‘Adawiyah. Demikian tingkat-tingkat kematangan manusia dalam kejujuran dan kematangan pribadi mereka. Ada orang yang begitu sabar menahan derita hidup. Ada begitu tahan menerima derita da‘wah. Dan ada yang begitu bersyukur dan bahkan menikmati derita sebagai karunia. Semuanya indah, terutama pada sang totalis (Shahibut tajrid) yang tak menyadari derita, karena yang ada hanyalah Dia. Banyak orang mengenal kejujuran yang belum beranjak dari kejujuran mulut, belum lagi hati, apa lagi hati yang paling dalam. Mengapa engkau percaya pujian orang yang tak mengenal hakekat dirimu. Padahal engkau tahu dirimu tidak berhak untuk hal tersebut. Suatu hari Rasululloh SAW ditanya:‖ Mungkinkah seseorang Muslim berzina?‖ Beliau menjawab ” Ya, mungkin.” Mencuri?” Ya, mungkin.” Berdusta? “Tidak, demi Allah, dia tidak mungkin berdusta!” Barang siapa berhati jujur tentulah tak akan mendustai hatinya yang tak pernah bisa didustai. Dengan berbagai macama alasan, delapan puluh munafiqin kelas berat menghindari mobilisasi Tabuk. Saat Rasulullah SAW kembali dari perang yang Allah sendiri menyebutnya sebagai “sa‟atul „usrah” (saat-saat sulit), mereka telah menunggu di depan masjid dan 186 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH menyambut kedatangan beliau dengan persiapan matang dan alasan yang memukau, tentang mengapa mereka tak ikut perang Tabuk. Ka‘ab bin Malik seorang sahabat utama yang tak pernah absen dalam setiap pertempuran -kecuali Badar- mengajukan kalimat terang dan jujur sebagai pilihan terpahit dan mereka tak ingin membohongi Rasulullah SAW agar dapat dimaklumi dan dimaafkan. Kepada Rasulullah menyatakan: ―Amma hadza faqad shadaq,” (Adapun orang ini, maka benarlah ia).
Jujur, Jalan Bebas Hambatan Suatu hari, dalam pertempuran yang sangat dahsyat datanglah seorang budak kepada Rasulullah yang sedang menghitung ghanimah. Beliau membagi orang itu bagian dari rampasan perang tersebut. “Bukan untuk ini berjihad,” jelasnya. “Lalu, untuk apa?” tanya Rasulullah SAW. “Agar saya bisa ikut membela islam, kena tombak disini (sambil menunjuk ke puncak dadanya) dan saya mati karenanya sebagai syahid lalu masuk surga,” jawab penggembala hitam itu. Tak lama kemudian orang menemukan jasadnya, ia telah syahid dengan luka persis di tempat yang ditunjukkannya tadi. Rasulullah berkata: ” Ia benar, maka Allah membenarkannya. ―Dan, diantara empat kelompok yang Allah beri nikmat dan diletakkan setelah kedudukan para nabi, ialah kedudukan Ash Sidhiqin.‖ (QS An Nisa‘:69) Kejujuran puasa mestinya terus berlanjut dalam bentuk kejujuran hidup jauh selepas bulan Ramadhan yang penuh berkah itu. Bila seseorang bertaubat dengan memenuhi tiga syaratnya maka taubatnya akan diterima. Mencabut diri dari maksiat, menyesal sepenuh sesal atas maksiat itu, dan berazam sepenuh tekad untuk tidak kembali kepadanya. Kejujuran cinta terhadap tanah air dan bangsa akan mengambil bentuk ghirah dan gairah yang hanya keselamatan dan kemajuannya. Tidak ada cinta tanpa cemburu (ghirah) sebagaimana tak ada kemuliaan tanpa pengorbanan. Allah menjadika rezeki paling mulia datang dari amal yang paling mulia (akramul arzaq ta‟ti min akraminal a‟maal). Betapa 187 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH indah seseorang yang menyerahkan nyawanya kepada Allah untuk tegakknya kalimatullah. Seluruh dosanya –kecil dan besar dijamin dapat ampunan, kecuali hutang terhadap sesama manusia. Karenanya, rezeki yang didapat dalam jihad menjadi rezeki paling mulia. Ghanimah adalah harta paling mulia (jihad). Dan jihad me-loundry semua harta, dari manapun sumbernya dan bagaimanapun kotornya.
Ghirah dan Gairah Sebuah rumah tangga yang baik ditandai dengan kehormatan dan harga diri warganya. Seorang bapak yang menjual kehormatan anak atau istrinya dengan gemerlap perangkat rumah tangga dan harta melimpah, sama sekali tidak berhak menyandang kehormatan anak seorang manusia sebatas manusia, jangan lagi dalam ukuran hamba beriman. Para pengambil keputusan di setiap bangsa dengan orientasi dunia dan hidup tanpa aqidah wajar-wajar saja membuka hubungan dengan bangsa predator dan agresor yang menzalimi sesama bangsa. Mereka tidak perlu mempertimbangkan harga diri dan kehormatan. Tetapi bangsa beraqidah mempunyai nilai-nilai yang lebih tinggi dari nilai angka rupiah atau dolar. Mereka pasti akan malu kepada hewan yang umumnya punya rasa cemburu an harga diri. Lihatlah kemarahan harimau atas hilangnya anak tersayang. Atau ingatan yang amat kuat pada seekor gajah sirkus yang merasakan pedihnya kehilangan seorang teman yang mati dibunuh pemburu hutan. Ingatan itu muncul kembali saat sang pemburu menonton sirkus beberapa tahun kemudian. Hanya babi yang tak punya rasa cemburu. Seekor babi jantan baru saja menggauli betinanya lalu dengan dungunya menonton anak kandungnya menggauli sang betina. Itulah toleransi dan hidup damai yang diimikan pemimpin bermental babi. Ia tak terusik oleh kekejaman umat lain terhadap ummatnya. Ia hanya berfikir bagaimana bangsanya bisa dapat banyak uang dan selamat dari lapar jasad. 188 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentu saja kita tak boleh hidup dengan dendam seperti Yahudi, yang setiap datang hari jadi PBB selalu mengelabui kalangan awam untuk menonton film-film perang dunia (baca perang Nazi terhadap Yahudi) untuk menguras air mata pemirsa. Atau ketika dunia marah lantaran mereka menembaki ibu-ibu, kakek-kakek dan nenek-nenek serta menjaring bocah-bocah intifadah dari heli dan menjatuhkannya dari ketinggian! Jangan ajarkan ummat untuk bertoleransi dan melindungi kaum minoritas, karena mereka keturunan leluhur yang telah menjadi guru dunia tentang hak asasi dan toleransi. Apakah kutukan Allah yang mengubah manusia jadi kera hanya berlaku bagi Bani Israil? Sebenarnya kedewasaan iman dan kematangan akhlaq seorang Muslim tidak perlu merisaukan perubahan itu jasadiyah atau ruhaniyah. Apalah artinya kecantikan rupa bila watak dan perilaku telah berubah menjadi rakus, licik, kikir, peniru tanpa pertimbangan, pengimpor kerusakan dan dekaden. Mengapa masih banyak orang yang berlapang hati bahwa yang dikutuk jadi kera itu orang dulu, padahal dirinya sendiri telah menjadi kera dan babi.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
189 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Surat Dari Penjara Oleh KH. Rahmat Abdullah
Bapak Abdullah bin Rawahah, dalam jannah, ridha dan maghfirah Allah, Dari penjara pengap tempat begitu banyak anak manusia bertarung merebut jatah makan dan hunian terbaik, kutulis surat ini untuk mengungkapkan pengakuan dan kekagumanku atas sikapmu yang tergurat dalam rajaz-mu. Setidaknya bahwa orang tahu bahwa aku sangat menerima jalan pikiranmu. Atau agar diriku sendiri tahu dan sadar bahwa kebenaran semata-matalah yang melandai ungkapanmu yang di negeriku pernah dinyanyikan dengan semangat: ku bersumpah; wahai jiwa, turunlah berlaga turunlah atau haruskah engkau dipaksa mengapa kulihat engkau membenci surga hai jiwa, jika engkau tidak dibantai kau kan pasti binasa Di sebuah sel paling indah dari penjara yang berjajar dengan penghuni yang berblok-blok dan saling curiga, dengan aliansi yang cepat berubah hanya karena kepentingan berebut kesenangan, aku tinggal bersama tahanan yang akan ditentukan nasibnya dan menentukan suratannya. Maksudku, mereka akan mendapat keputusan, akan direhabilitasikah mereka? Atau dieksekusi atau ditingkatkan ke penjara yang lebih mengerikan? Kejadian silih berganti dan betapa mulia warnanya jalan hidup mereka. 190 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Penduduknya sangat majemuk. Ada yang menerbitkan koran berbau menyan. Ada yang menyebutkan Muhammad SAW junjungan kita tanpa gelar cinta di hati atau shalawat di mulut. Ada yang mau mmeberi apa saja demi kebahagiaan nanti, sampai-sampai dapat kau temukan kejadian yang kau dapatkan di zaman sahabatmu Ali bin Abi Thalib, saat seorang haruri yang memberontak kepada khalifah yang sah dan memisahkan diri dari jamaah Muslimin dan berteriak bangga, ―Aku bersegera kepada-Mu ya Rabbi, agar Engkau ridha.‖ (QS Thaha: 80) sementara ususnya terburai oleh pedang pasukan Muslim yang loyal. Bapak Khubaib bin Adi, dalam jannah, maghfirah dan ridha Allah, (Maaf, kalau ukuran satu-satunya cuma usia, sebaiknya kupanggil engkau dengan adinda, karena saat kutulis surat ini, baik engkau atau Abdullah bin Rawahah adalah pemuda yang segar, terlebih di negerimu kini engkau takkan lagi mengalami keriput dan pikun) Kalaulah tidak karena kejumudan lama dan dekadensi hari ini, tentu semua pemuda akan sangat apresiatif terhadap untaian syair kematianmu yang begitu manis, ironis dengan penyiksaan dan pembunuhan perlahan-lahan yang mereka lakukan terhadapmu: dan aku tidak peduli ketika dibunuh sebagai Muslim di arah manapun, pastilah jalan Allah gugurku karena dalam pandangan Ilah, jika ia berkenan Ia kuasa berkahi kepingan tubuh yang berserakan Seorang bapak yang pergi ke hutan untuk membela Tuhan, menghibur anak lelakinya yang gemetar di usianya yang empat tahun itu. Di tingkah rentetan senapan mesin dan ledakan bom ia berpesan: ―Jangan takut, tenangkan hatimu, karena setiap peluru dan bom itu sudah punya address, alamat siapa yang akan jadi korbannya. Bila tak ada namamu di situ, pasti ia tidak akan memangsamu.‖
191 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Mungkin terngiang di telingamu ayat tabsyir ini yang turun jauh sesudah pulangmu ke negeri abadi, ―Mereka bergembira dengan orang-orang yang belum berjumpa dengan mereka di belakang mereka, tidak ada ketakutan pada mereka dan tak juga bersedih.‖ (QS Ali Imran: 170)
Bapak Abu Dujanah, dalam jannah, maghfirah dan ridha Allah, Di anatara kami ada yang pergi mencari mati, namun lebih banyak mereka yang pulang dan berumur panjang. Banyak di antara kami yang amat ketakutan jika berjalan seperti kalian para syuhada, kata mereka hidup jadi pendek dan keluarga jadi terlantar. Maka, kalau ia seorang pejabat profesional atau serdadu, hidupnya penuh dengan kesibukan menumpuk harta curian. Jika ia ulama, maka ia menghindari topik-topik koreksi atas kemungkaran dan kecurangan. Banyak orang menjadi sangat miskin karena sangat memimpikan kekayaan. Mungkin kita bisa sama-sama terkesan dengan sebuah kalimat doa, ―Allahumma aghnini bil iftiqari ilaika, wa la tufaqqirni bil istighna‘i ‗anka (Ya Allah, kayakanlah daku dengan kesadaran diri sangat berhajat kepadaMu, dan jangan miskinkan daku karena merasa tak memerlukanMu).‖
Bapak Annazham, filsuf para Mu‟tazilah, Hari ini bansaku mengulang kembali apa yang dikatakan orang-orang bijak dan penyair masa lalu tentang kebusukan dan kezaliman; siapa tidak ikut gila, tidak kebagian siapa yang tak mampu menzhalimi orang, maka ia akan dizhalimi Sebagian lain menenggak begitu banyak racun yang menghancurkan akal mereka. Ah, ternyata engkau jauh lebih elegan dari anak-anak kampungku yang pagi-pagi
192 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH beercerita dengan bangga bahwa mereka puas, hebat, modern, karena semalam tidur di selokan mabuk. Ya Annazham, engkau mabuk dengan cita rasa seni yang tinggi. dengan lembut terus kuhirup sukma botol ini dan kuhalalkan darah yang bukan dari luka sampai aku terbungkuk-bungkuk dengan dua nyawa botol pun tercampak, jadi badan tanpa jiwa
Mabuk di Selokan atau dengan Hadiah Nobel Sastra, Tetap Mabuk, kan? Kata orang bijak, dunia hanya dibangun dan dipimpin oleh para pemberani, dalam hak atau batil. Kini mubarazah (duel) yang mengawali pertempuran massal tak dapat dilaksanakan. Bukan karena pertempuran tak lagi menggunakan pedang, tetapi jiwa pengecut itu yang jadi mahkota di kepala anak-anak laki-laki korban sekolah itu. Oh, Bani Arfidah penari perang dan penempur yang gagah berani, hari rayaku kini ramai dengan orang menangis di kuburan atau orang mabuk di selokan. Tari perangmu yang membangkitkan api ksatria telah berganti dengan penari latar norak, culun, dan penuh kepura-puraan. Laki-laki dan perempuan bergerak dengan dan karena ketakukan yang sangat kalau tak jadi terkenal. Laki-laki memakai rantai anjing dan menyobek lutut Jeansnya dan ―gadis-gadis‖nya membuka seluas mungkin jengkal demi jengkal kehormatan yang seharusnya mereka tutup. Tetapi Allah bukan si miskin yang tidak punya cadangan kekayaan hamba-hamba dari jenis kain atau si dungu yang tak tahu bagaimana mengganti perlengkapan rumahnya yang usang. Dari puing-puing sejarah bangsa kami masih muncul kepala-kepala lain dengan pikiran-pikiran lain, impian-impian lain. Benar kata orang bijak, ―Perjuangan dirancang oleh orang alim, diperjuangakan oleh orang-orang ikhlas, dimenangkan oleh orang-orang berani, dan akhirnya dinikmati oleh orang-orang pengecut!‖ 193 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Bapak Abdurahman bin Auf, Betapapun tidak bisa mengejar tingkat pengorbananmu, namun masih ada pedagang kami yang kebih suka ―hijrah‖ dari nikmat rezeki yang cemar lalu mengambil susu fitrah bagi kekayaan batin prajurit tauhid yang melimpah dan istiqamah. Bapak Salman Al Farisi, Biarpun tidak seperti keutamaanmu, namun masih banyak muhandis (insinyur) muda yang sibuk menggali khandaq penahan laju ahzab sekutu. Mereka seperti yang kau dapatkan juga dari Rasul tercinta, adalah sungguh-sungguh ahlul bait, karena menjaga rumah besar kita dari keruntuhan. Bapak Bilal, Gema adzanmu tetap dibunyikan oleh Bilal-bilal masa kini, dengan seruan hayya „alal falah yang santun, damai, dan perkasa. Ajaib, suara dari kerongkonganmu tak tergantikan oleh kecanggihan teknologi musik yang telah begitu jauh maju. Dan, ia telah menjadi ―lagu kebangsaan‖ yang mendunia mengukuhkan kesistensi kami di tengan 6 milyar penduduknya.
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
Tulisan Sang Murabbi :
Guru Kehidupan Oleh KH. Rahmat Abdullah 194 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Ada murid dapat belajar hanya dari guru yang ber-SK, disuapi ilmu dan didikte habis-habisan. Ada yang cukup belajar dari katak yang melompat atau angin yang berhembus pelan lalu berubah menjadi badai yang memporakporandakan kota dan desa. Ada yang belajar dari apel yang jatuh disamping bulan yang menggantung di langit tanpa tangkai itu. Ada guru yang banyak berkata tanpa berbuat. Ada yang lebih pandai berbuat daripada berkata. Ada yang memadukan kata dan perbuatan. Yang istimewa diantara mereka, ‖bila melihatnya engkau langsung ingat Allah, ucapannya akan menambah amalmu dan amalnya membuatmu semakin cinta akhirat (khiyarukum man dzakkarakum billahi ru‘yatuh wa zada fi‘amalikum mantiquh wa raggahabakum fil akhirati ‗amaluh)‖ Yang tak dapat belajar dari guru alam dan dinamika lingkungannya, sangat tak berpotensi belajar dari guru manusia. Yang tak dapat mengambil ibrah dari pelajaran orang lain, harus mengambilnya dari pengalaman sendiri, dan untuk itu ia harus membayar mahal. Bani Israil bergurukan Nabi Musa As, salah satu Ulul Azmi para rasul dengan azam berdosis tinggi. Bahkan leluhur mereka nabi-nabi yang dikirim silih berganti. Apa yang kurang? Ibarat meniup tungku, bila masih ada api di bara, kayu bakar itu akan menyala, tetapi apa yang kau hasilkan dari tumpukan abu dapur tanpa setitik api, selain kotoran yang memenuhi wajahmu?
195 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Murid-murid Bebal Berbicara seputar orang-orang degil, berarti menimbun begitu banyak kata seharusnya. Seharusnya Bani Israil berjuang sepenuh jiwa dan raga, bukan malah mengatakan: “Hai Musa, kami telah disakiti sebelum engkau datang dan setelah engkau datang,” (QS.7:129), karena sesungguhnya mereka tahu ia benar-benar diutus Allah untuk memimpin mereka. Seharusnya mereka tidak mengatakan: “Kami tak akan masuk kesana (Palestina), selama mereka masih ada disana, maka pergilah engkau dengan tuhanmu, biar kami duduk-duduk disini,” (QS.5:24) karena berita tenggelamnya Fir‘aun di lautan dan selamatnya Bani Israil, adalah energi besar yang mampu meruntuhkan semangat orang-orang Amalek yang menduduki bumi suci yang dijanjikan itu. Adapun yang ditenggelamkan itu Fir‘aun, mitos sejarah yang tak terbayangkan bisa jatuh. Kemudian seharusnya mereka yang dihukum karena sikap dan ucapan dungu tadi, pasrah saja di padang Tih, dengan jatah catering Manna dan Salwa serta tinggal beratapkan awan pelindung dari sengatan terik matahari. Ternyata mereka mengulangi lagi kedegilan lama mereka. ‖Hai Musa, kami tak bakalan sabaran dengan jenis makanan monotype, cuma semacam ini, karenanya berdoalah engkau kepada tuhanmu untuk kami, agar ia keluarkan untuk kami tumbuhan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang puihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya.‖ (QS.2:61) Betul, manusia memerlukan guru manusia, tetapi apa yang dapat dilihatnya diterik siang di bawah sorotan lampu ribuan watt, bila matanya ditutup rapat? Tarbiyah dzatiyah atau pendidikan mandiri untuk menguasai mata kuliah kehidupan sangat besar perannya. Sebuah bangsa yang sudah ―merdeka‖ 54 tahun, namun tak peduli 196 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH bagaimana menghemat cadangan energi, tak tahu bagaimana membuang sampah, ringan tangan membakar hutan dan me-WC-kan sungai-sungai kota mereka, tentulah bukan bangsa yang pandai mendidik diri. Sebuah bangsa yang tergopoh-gopoh ikutan kampanye anti AIDS, dengan hanya menekankan aspek seks aman (dunia) saja tanpa mengingat murka Allah, tentulah bangsa itu belum kunjung dewasa. Bila diingat 6 dari 10 anak-anak mereka terancam flek paruparu, lengkap sudah kebebalan itu. Nurani yang Selalu Bergetar Konon, Imam Syafi‘ie ra sangat malu dan menyesal bila sampai ada orang mengutarakan hajat kepadanya. ―Mestinya aku telah menangkap gejala itu cukup dari kilas wajahnya.‖ Mereka yang akrab dengan arus batin manusia, mestinya selalu dapat menangkap isyarat muqabalah (oposit) makna ayat 2:273, ―Engkau kenal mereka dengan ciri mereka, tak pernah meminta kepada manusia dengan mendesak.‖ Sementara yang bukan ―engkau‖ tak dapat membaca gelagat ini: ‖Si jahil mengira mereka itu kaya, lantaran mereka berusaha menjaga diri.‖ Mereka yang berhasil dalam tarbiyah dzatiyah akan tampil sebagai manusia yang jujur, ikhlas dan merdeka. Karenanya, ―Hindarilah bergincu dengan ilmu sebagaimana engkau menghindari ujub (kagum diri) dengan amal. Jangan pula engkau meyakini bahwa aspek batin dari adab dapat diruntuhkan oleh sisi zahir dari ilmu. Taatilah Allah dalam menentang manusia dan jangan taati manusia dalam menentang Allah. Jangan simpan sediktipun potensimu dari Allah dan jangan restui suatu amal kepada Allah yang bersumber dari nafsumu. Berdirilah dihadapan-Nya dalam shalatmu secara total.‖ (Al Muhasibi, Risalatul Mustarsyidin).
197 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Akhirnya, semakin jauh perjalanan tarbiyah dzatiyahnya, semakin banyak kekayaan yang diraihnya. Ungkapan berikut ini tidak ada kaitannya dengan bid‘ah atau khilafiyah fiqh. Ia lebih mewakili ibrah agar kita tak terjebak pada aktifitas formal atau sebaliknya. ―Pada aspek zahir ada janabah yang menghalangimu masuk rumah-Nya atau membaca kitab-Nya, dan aspek batin juga punya janabah yang menghalangimu memasuki hadhirat keagungan-Nya dan memahami firman-Nya. Itulah ghaflah (kelalaian)‖ (Ibnu Atha‘illah, Taju‟l Arus).
Hakikat Kematangan Ilmu Kembali ke kematangan pribadi dan keberhasilan tarbiyah dzatiyah, seseorang tak diukur berdasarkan kekayaan hafalannya atau keluasan pengetahuannya, tetapi pada kemampuannya memfungsikan bashirahnya: ―Perumpamaan orang yang aktif dalam dunia ilmu namun tak punya bashirah, seperti 100.000 orang buta berjalan dengan kebingungan. Seandainya ada satu saja di tengah mereka yang dapat melihat walau hanya dengan satu mata, niscaya masyarakat hanya mau mengikuti yang satu ini dan meninggalkan yang 100.000″. Rasulullah Shalallahu ‗Alaihi wa Sallam meredakan kemarahan para sahabat yang sangat tersinggung kepada seorang pemuda yang minta izin kepada beliau untuk tetap bisa berzina. ―Engkau rela ibumu dizinai orang?‖ tanya beliau dengan bijak. ―Demi Allah, saya tidak rela!‖ ―Relakah engkau jika anak perempuanmu, saudara perempuanmu dan isterimu dizinai orang?‖ ―Tidak, demi Allah!‖ ‖Nah, demikianlah masyarakat….‖ 198 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Demikianlah, amtsal merupakan metode pencerahan yang digunakan Al Qur‘an dan Al Hadits, bahkan dengan kata kunci yang patut dicermati: “….Tak dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (29:43). Citarasa yang tinggi dibangun dan sensitifitas dipertajam, mengantarkan manusia kepada puncak pencerahan ruhani mereka. Sebuah ungkapan kedewasaan pun ―Semua manusia dari Adam dan Adam dari tanah, tak ada perbedaan antara Arab atas Ajam dan Ajam atas Arab melainkan dngan taqwa.‖ Itulah zaman, saat sejarah tak lagi dimonopoli raja, puteri dan pangeran, tetapi menjadi hak bersama yang melambungkan nama Bilal budak hitam abadi dalam adzan, atau Zaid menjadi satu-satunya nama sahabat dalam Al-Qur‘an. Demikianlah kemudian kita kenal Ammar, Sumayyah dan banyak lagi budak yang melampaui prestasi dan prestise para bangsawan. Padahal 13 abad kemudian pun Eropa masih mempertanyakan perempuan makhluk apa. Dan, para intelektualnya sampai pada kesimpulan, ―Mereka adalah iblis yang ditampilkan dalam tampilan manusia.‖ Justru Muhammad Shalallahu ‗Alaihi wa Sallam
memberi standar, ―Takkan
memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan takkan menghinakan mereka kecuali manusia hina‖. Sementara para perempuannya seperti dilukiskan puteri Sa‘id bin Musayyab: ―Kami memperlakukan suami seperti kalian memperlakukan para pemimpin, kami ucapkan: ―Ashlahakallah, hayyakallah!‖ (Semoga Allah memperbaiki/melindungimu, semoga Allah memuliakanmu).
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
199 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Baitud Da‟wah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Suatu malam menjelang fajar, dalam inspeksi rutinnya, Khalifah II Umar bin Khathab mendengar dialog menarik antara seorang ibu dengan gadis kencurnya. “Cepatlah bangun, perah susu kambing kita dan campurkan dengan air sebelum orang bangun dan melihat kerja kita.” “Bu, saya tidak berani, ada yang selalu melihat gerak-gerik kita.” “Siapa sih sepagi ini mengintai kita?” sang ibu bertanya. “Bu, Allah tak pernah lepas memperhatikan kita.” Khalifah segera kembali dengan satu tekad yang esok akan dilaksanakannya, melamar sang gadis untuk puteranya, „Ashim bin Umar. Kelak dari pernikahan ini lahir seorang cucu: Umar bin Abdul Azis, khalifah kelima.
***
Tuan dan Nyonya da‘wah yang saya hormati. Tentu saja istilah baitu da‟wah ini tidak dimaksudkan sebagai rumah tempat warganya setiap hari berpidato. Juga bukan keluarga dengan aktivitas belajar mengajar
200 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH seperti layaknya sebuah sekolah formal. Ia adalah sebuah wahana tempat pendidikan berlangsung secara mandiri dan alami namun bertarget jelas. Ada kegawatan yang sangat ketika roda keluarga meluncur tanpa kendali. Saat salah seorang anggotanya sadar apa yang sedang terjadi, segalanya mungkin telah terlambat. ―Keterlambatan‖ itu dapat mengambil bentuknya pada ABG yang asing dari nilai-nilai ayah ibunya, atau ayah yang lupa basis keluarganya oleh kesibukan kerja di luar, atau ibu yang terpuruk dalam rutinitas yang membunuh kreativitasnya, atau karir yang menggilas peran dan fitrah keibuannya. Banyak orang merasa telah menjadi suami, isteri, atau ayah dan ibu sungguhan, padahal mereka baru menjadi ayah, ibu, suami atau istri biologis. Sangat kasar kalau diistilahkan menjadi jantan, betina, atau induk dan biang, walaupun dalam banyak hal ternyata ada kesamaan. Kalau hanya memberi makan dan minum kepada anak-anak: kambing, ayam, dan kerbau telah memerankan fungsi tersebut dengan sangat baik. Dan isu sentral ―pewarisan nilai-nilai kehidupan‖ dalam kehidupan mereka tak ada soal. Buktinya tak satupun anak ayam yang berkelakuan kerbau, atau anak kerbau berkelakuan belut, atau anak kambing berkelakuan serigala. Adalah suatu penyimpangan bahwa anak manusia bertingkah laku babi, serigala, harimau, atau musang. Tentu saja ini tidak dimaksud mendukung program robotisasi anak yang dipaksa menghapal seluruh program yang dijejalkan bapak ibunya tanpa punya peluang menjadi dirinya sebagai hamba Allah, karena mereka harus menjadi hamba ayah, hamba ibu, dan hamba guru. Ini tidak ada hubungannya dengan program tahfidz atau apresiasi seni Islam yang menjadi bagian dari sungai fitrah tempat air kehidupan mengalir sampai jauh.
Misteri Berkah Saat ini ada beberapa keluarga sederhana, dibimbing oleh ―intuisi‖ kebapakan dan keibuan, mendapat berkah dalam mendidik anak-anak mereka. Anak SMU-nya lulus 201 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dengan baik, plus hapal 1000 Alfiah Ibnu Malik, rujukan utama gramatika Arab (nahwu). Lumayan mengagumkan, jebolan SMU menjadi rujukan sesama mahasiswa di sebuah universitas terkemuka di negara Arab. Tahun-tahun berikutnya sang adik menyusul dengan hak bea siswa ke sebuah universitas unggulan di Eropa. Lainnya bisa melakoni dua kuliah yang ―pelik‖ : bahasa Arab di sebuah kolese paling representatif sementara siangnya mengambil jurusan ekonomi. Kemenakannya hafal Al Qur‘an 30 juz menjelang akhir semester delapan di Institut Teknologi paling bergengsi di negeri ini. Kemenakan lainnya lulus akademi militer angkatan darat tanpa kehilangan kesantriannya yang pekat. Sang bapak jauh dari penguasaan teori ilmu-ilmu pendidikan. Ketika digali hal yang spesial dari kelakuannya, muncul jawaban yang signifikan: kecintaan keluarga tersebut kepada ulama (dalam arti yang sesungguhnya) dan keberaniannya amar ma‘ruf nahi mungkar tanpa harus selalu mengandalkan mimbar tabligh. Mengesankan sekali ucapan Ali Zainal Abidin, cucu Ali bin Abi Thalib, ―Barang siapa meninggalkan kewajiban amar ma‘ruf nahi mungkar, maka anak, istri, dan pembantunya pun akan membangkang kepadanya.‖ Ternyata memang, keikhlasan seorang atau keluarga kerap menembus sampai generasi sesudahnya. Boleh jadi seseorang telah menjadi bagian dari da‘wah yang besar dan berkah, tetapi bukan sikap da‘i yang dirawatnya. Alih-alih dari membimbing masyarakat dengan fiqh dan akhlak da‘iyah, justru sebaliknya, hanya ghibah dan pelecehan yang digencarkannya terhadap masyarakat. Padahal besar kemungkinan mereka tidak tersentuh da‘wah atau tidak mendapatkan komunikasi yang memadai.
Ikhlas, Nilai Plus yang Menembus Lintas Generasi
202 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Keikhlasan yang ―naif‖ nabi Ibrahim yang rela -demi melaksanakan perintah Allahmeninggalkan istri dan bayinya di lembah yang tak bertanaman di dekat rumah Allah yang dihormati (QS Ibrahim : 37) menghasilkan bukan hanya turunan nasab yang konsisten, tetapi juga turunan fikrah yang militan. Ummu Sulaim, ibu Anas bin Malik yang begitu stabil emosinya dan begitu mendalam keikhlasannya menerima kematian bayinya, mendapat 100 anak dan cucu, semuanya telah hafal Al Qur‘an dalam usia sangat dini. Itu hasil hubungan yang penuh berkah -ditingkahi doa berkah Rasulullah SAW di malam yang sangat beralasan baginya untuk ―meratapi‖ bayinya yang tiada. Demikian pula pengkhianatan istri nabi Luth dan nabi Nuh -yang karenanya Allah menyebutnya dengan imra‘ah (perempuan) bukan zaujah (istrinya)- melahirkan generasi yang sangat berbeda. Yang
satu
generasi
sangat
rabbani
sepertiNabi
Ismail
as,
yang
cermin
kepribadiannya membersit dalam ungkapan pekat nilai-nilai tauhid: ―Ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, akan kau temukan daku insya Allah termasuk orangorang yang sabar.‖ (QS Ash Shaffat : 102) Di seberang lain dengan pongahnya Yam bin Nuh berkata saat ayahnya mengajak naik bahtera penyelamat, ―Aku akan berlindung ke gunung yang akan menyelamatkanku dari air bah.‖ (QS Hud : 43) Di zaman ketika setiap serigala dengan mudah menyerbu masuk ke rumah-rumah yang tak lagi berpagar dan berpintu, siapa yang merasa aman dan mampu melindungii anak-anak fitrah dari terkamannya? Siapa yang tabah melindungi gelas bening dan kertas putih suci itu dari ancaman yang setiap waktu dapat memecah-hancurkan dan mencemari mereka? Siapa yang tak bergetar hatinya melihat cermin bening yang semestinya ia perhatikan betul raut wajahnya di sana, seraya merintihkan desakan suara hatinya dalam sujud panjang di keheningan malam:
203 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ―Dan Kami telah berpesan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah dan melahirkannya dengan susah. (Masa) hamil dan menyapihnya tiga puluh bulan. Sehingga ketika ia mencapai masa kautnya dan mencapai usia empat puluh tahun ia berkata : ―Ya Rabbi, ajarkan daku agar dapat mensyukuri nikmat yang engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan beramal shalih yang Engkau ridhai serta perbaikilah untukku dalam keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu, dan aku termasuk kaum yang menyerahkan diri.‖
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
204 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Penggodok Batu Oleh KH. Rahmat Abdullah
Sampai hari ini saya belum dengar ada yang menyalahkan sang ibu yang menggodok batu, agar anak-anaknya tertidur lantaran tak ada lagi bahan makanan yang dapat dimasaknya. Mungkin sejarah akan sangat kecewa bila Khalifah Umar bin Khattab tidak segera datang dan serta merta pergi ke gudang logistik negara, lalu bergegas memanggul sendiri tepung yang akan mengubah batu menjadi roti. Hari ini sejarah melihat banyak ibu merebus apa saja, termasuk kucing (kebablasan), agar anak-anaknya tidak tidur, alias mati kelaparan. Sementara ada banyak orang yang terus menerus menjanjikan batu (dan terigu), namun tak pernah membuktikannya, padahal secara pribadi mereka lebih kaya dari Umar. Sebagian pembaca mungkin terperanjat dan segera menyergah : ―Nah, betul kan, agama itu candu untuk rakyat?‖ Tunggu dulu, Tuan. Agama bukan candu rakyat. Tuan boleh katakan : ―Agama itu batu dan terigu buat rakyat.‖ Di banyak tempat rakyat melempar batu karena tak dapatkan terigu. Di Palestina rakyat melempar batu ke arah Zionis yang kepala serta hati mereka terbuat dari batu. Hati serdadunya boleh jadi terigu yang meleleh melihat prajurit kecil yang tak kunjung selesai melempar batu. Para politisi dan rabinya berhati batu, bahkan lebih keras daripada batu, karena batupun masih “…dapat mengeluarkan air.” (QS 2:74)
205 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Palestina tidak punya senjata lain kecuali batu. Itulah ―agama‖ yang paling primitif, agama batu, yang sangat ditakuti Yahudi dan sangat efektif di zaman ultra modern ini, minimal untuk sekedar mengingatkan bahwa Palestina masih ada dan tetap siap berlaga. Pada saat batu-batu beterbangan dari arah demonstran ke aparat keamanan, mereka menjadi ―sabda kebenaran‖ yang tak dapat diganggu gugat. Jangan tanya manusiawi atau tidak. ―Hari ini makan rezeki batu,‖ kata serdadu yang kelelahan menahan hujan batu dan tak boleh membalas. Buat kredibilitas kita, ini batu sandungan,‖ kata pengambil keputusan, seraya berfikir bagaimana menyusun press release. Dengan tujuan yang sangat berbeda, para Bonek menggunakan batu untuk menghancurkan genteng dan kaca ruamh penduduk serta kereta api. ―Jununul kurah‖ (gila bola) telah ikut memanfaatkan senjata intifadhah untuk menggugat entah siapa. Dari apa terbuat hati para provokator perusuhan Ambon, teror Banyuwangi, teror Dili, Larantuka, Abepura, Poso, Kupang, Sambas, bahkan 14 Mei 1998? Juga hati petawur antarsekolah dan antargang? Semoga tak ada yang menjawab: ―Dari batu, atau tak terbuat dari apa-apa alias tak punya hati.‖ Di banyak kawasan, rakyat yang punya semangat kerja sepakat membangun, entah masjid atau madrasah. Kelak, dari kasus-kasus pembangunan yang tak selesai muncul pemeo ―pakar batu pertama‖, karena tak pernah selesai dengan batu terakhir. Dalam jajaran para Rasul, Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang datang paling akhir menjadi penutup dan penyempurna. Dengannya bangunan agama ini menjadi jelas wujud dan karakteristiknya. “Perumpamaan aku dan para Nabi sebelumku, seperti seseorang yang membangun rumah. Setiap Nabi telah meletakkan batu pada tempatnya. Tinggallah satu batu penjuru yang belum. Akulah yang menggenapinya.” (HR Bukhari & Muslim)
206 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kursi dan Batu Berbahagialah mereka yang tak tahu politik. Berbahagialah mereka yang tak tahu arti kebahagiaan. Lebih berbahagia lagi mereka yang tahu politik dan mau berpolitik untuk menjinakkan politik. Karirnya sebagi penjinak politik. Mengapa orang begitu sinis dengan politik? Barangkali karena kecewa dengan ulah para politisi. Mereka kumpulkan batu-batu untuk menyusun tangga yang akan menyampaikan mereka ke puncak kekuasaan dan memborong seribu kursi perwakilan. Mereka boleh bersiap jika rakyat yang mereka wakili marah dan mulai lempar batu. Siapa peduli penyelesaian masalah demi masalah yang diwariskan generasi lampau. Rakyat memang hanya punya satu senjata: protes dan satu kesempatan: sekarang! Selebihnya urusan para pengambil keputusan. Si licik tinggal impor terigu dengan jaminan harga diri dan kehormatan bangsa. Yang lebih berbahaya bila kursi yang diperebutkan dengan kelelahan mendaki tangga-tangga batu telah merobah hati manusianya menjadi batu. Bahkan ada kader partai yang sebelum mendapat kursi, hatinya telah bertukar batu. Dusta, nifaq, intrik, khianat dan egoismenya adalah lelehan najis yang keluar dari hati yang batu. Ditingkah cairan sifat suka menjilat dan rekayasa ayat, lengkap sudah pentas perpolitikan dipenuhi biang laknat.
Batu Ujian Partai Anda partai orang-orang bersih? Tidak ada jaminan pribadi otomatis baik. Klaim dan imitasi adalah sikap khas ahli kitab sepanjang masa yang di otaknya hanya terpola satu pemikiran: “Takkan masuk surga kecuali Yahudi atau Nasrani.”(QS.2:111) Silakan masuk lewat pintu Yahudi atau Nasrani. Pintu Islam hanya terbuka bagi mereka yang : “…..Menyerahkan dirinya kepada Allah seraya terus ihsan, maka ia berhak 207 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mendapatkan ganjaran disisi rabbnya, tiada mereka rasakan ketakutan dan tiada mereka dapat kesedihan.” (QS 2:112) Kalau ada kanker yang menggerogoti agama-agama, maka diantaranya bisa berbentuk umat yang hanya berbangga dengan status, tak peduli dengan nilai dan kualitas, lalu menjadikan simbol status itu sebagai gincu saja atau alat justifikasi kezaliman. Dalam Pesan untuk Bangsa-bangsa Timur, Iqbal menyindir : cuma gereja, kuil, masjid, dan rumah berhala kau bangun lambang-lambang penghambaanmu tak pernah dalam hati kau bangun dirimu hingga kau tak bisa jadi utusan merdeka Era da‘wah kelembagaan yang mengambil bentuk partpol adalah era setiap orang berpacu dan bergiat dalam kendaraan kolektifnya, dengan segala kreasi besar yang ditumbuhkan oleh niat dan cita-cita besar, walau sekecil apapun langkah yang bisa diayunkannya dan huruf-huruf sejarah yang bisa dipahatkannya. Bila popularitas yang dipanen hari ini dianggap sebagai buah dari benih yang ditanam hari ini juga, maka genap sudah kedunguan Yahudi dalam diri sang aktivis, tepatnya sang parasit. Yang malas kembali ke surau-surau dan gubug-gubug untuk mengeja kata demi kata pesan suci yang telah membesarkan komunitas ini. Yang lebih bernafsu mendeklamasikan do‘a dengan suara menggeram, memaksa orang menangis di siang terang, lalu ia sendiri tertidur mendengkur sampai pagi melewati malam-malam, tanpa sujud, tanpa doa, tanpa rintihan. Perutnya terlalu kenyang dengan jamuan pertemuan, sementara gelap malam telah melindunginya dari intaian penilai dungu yang mengira betapa panjang tahajjudnya, betapa lirih doanya, betapa bening hatinya! Ia yang resah mempertahankan identitas da‘wahnya, gelisah dan ingin cepat-cepat kembali ke gita cinta zaman SMA, lalu menginginkan rapat-rapatnya benar-benar rapat 208 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH laki-laki dan perempuan, bergurau bebas, berbaur lepas. Lepas dari norma-norma santrinya. Yang meluncur dengan janji-janji politik yang tak bisa dipenuhinya, si pandir yang menggunakan forum walimah dan bakti sosial untuk mendikte orang lain menerima partainya yang ‗paling hebat‘ tanpa melihat bibir mereka yang mencibir mengejek jamaahnya. Yang mulai grogi seraya mencari celah berlari ketika satu bunga Al-Qur‘an gugur sebagai syahid da‘wah, ingatlah Musa pun pernah ngeri melihat tantangan besar di hadapannya, namun ia tak larut dalam perasaan takut yang manusiawi namun tidak imani itu.
Batu Sendi Kader, sesungguhnya nama harum harimu dibangun diatas fakta-fakta yang berakar dalam ke masa lalu, ketika da‘wah ini bermula. Di gubug-gubug gang sempit lahirnya. Berpeluh di kendaraan umum dalam rute-rute panjang aktifisnya. Menapak jalan-jalan kota dan desa, nyaris tanpa sepatu kadernya. Mengorbankan nikmat tidur dengan pulang larut pagi. Jauh dari hingar-bingar massa yang menyambut dengan gegap gempita. Lapar dan haus jadi kata yang asing untuk dieja pada entri kamusnya, karena telah berganti dengan kesenangan menghirup sepuas hati telaga Al-Qur‘an. Adapun Sa‘ad dan Mush‘abnya, telah meninggalkan gedung bapaknya yang megah, tanpa suara duduk bersimpuh di rumah-rumah Arqam bin Abi Arqam yang tanpa papan nama, tanpa grup musik, mitos atau tokoh kharismatik. Yatimlah anak-anaknya, karena tak satu bapak mau mengakuinya. Adapun Khadijah, Fathimah dan Sumayyahnya terusir dari kelas-kelas sekolah yang dibangun dengan pajak ummatnya karena tak mau melepas pakaian taqwa penutup aurat 209 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mereka. Tanpa pemasaran lewat catwalk rumah-rumah butik yang hari ini menjamur, tanpa bayar royalti kepada para korban yang diusir dari sekolah mereka. Mendunia kebangsaannya tanpa kehilangan kecintaan yang tulus ke puak sendiri. Bila ada yang berbangga dengan kelompok, suku atau bangsa, segera rajaz melantun dari mulut Salmannya: ―Ayahku Islam dan tak ada lagi bapak selainnya bila mereka berbangga dengan Qais dan Tamim.” Dan dalam kerja, semboyan ini meningkat gelora jiwanya menepiskan semua pengandalan status dan nama besar : ―Siapa yang lamban amalnya, tak dapat dipercepat oleh nasabnya.‖
Sumber : http://www.hasanalbanna.com
210 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Dakwah Adalah Cinta Oleh KH. Rahmat Abdullah
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai. Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari. Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah. Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang. Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabikcabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesramesraan dengan Tuhannya saat sholat.
211 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan. Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih ―tragis‖.Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga ―hasrat untuk mengeluh‖ tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik. Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ―ditinggalkan‖ , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, ―ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… ―Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari… ―Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. 212 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.‖ Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Sumber : http://pks-cianjur.org/index.php/artikel/tausiyah/531-dakwah-adalah-cinta.html
213 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Ukhuwah Oleh KH. Rahmat Abdullah
Alangkah indahnya gagasan, bila ada pendukungnya. Alangkah indahnya pendukung bila dibingkai dengan amal jama‘i dan dijiwai persaudaraan. Tentu saja persaudaraan disini tidak dengan arti kronisme, najis yang melahirkan kezaliman yang menimpa semua yang bukan ―saudara‖ atau ―kefamilian‖ yang membuat semua tatanan kacau karena pameo ―saya keponakan Bapak‖ atau ―tolong masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan‖, dengan konotasi ―sogok‖, ―suap‖ dan segala derivatnya. Suara merdu persaudaraan sepatutnya didominasi oleh nuansa bening. Serendahrendahnya bermuatan ―kelapangan hati‖ dan setinggi-tingginya ―itsar‖ : memprioritaskan saudara melebihi diri sendiri. Karena seperti pesan Bapak persaudaraan islam abad XX Assyahid Hasan Al Banna : ―Saudara yang lurus memandang pada saudaranya lebih utama dari pada dirinya sendiri ―. Karena seandainya ia tidak bersama mereka, maka ia tidak akan bersama siapa-siapa. Sebaiknya bila mereka tidak bersamanya, maka mereka dapat bersama dengan yang lainnya. Tentu saja hal ini sangat berat diterima oleh orang yang menafsirkannya sebagai primordialisme, sekterianisme dan fanatisme. Cobalah lengkapi lagi dengan pernyataan sebelumnya: ―Yang kumaksud dengan Ukhuwah ialah bertautnya hati dan jiwa dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah ikatan yang kuat dan mahal. Ukhuwah itu adalah saudara iman dan perpecahan itu saudara kufur. Ada hambahamba Allah bukan nabi, bukan syuhada namun ―diri‖ oleh para nabi dan syuhada 214 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dihadapan Allah. ―Mereka orang -orang yang saling mencintai dengan ruh Allah, bukan karena hubungan sedarah atau hubungan kepentingan memperoleh kekayaan. Demi Allah, wajah-wajah mereka cahaya. Mereka takkan merasakan ketakutan ketika banyak orang yang ketakutan dan tidak bersedih, bila ummat manusia bersedih (HR Ahmad)
Bersaudara dalam senang dan susah Belakangan, jama‘ah dengan sejumlah prestasi gemilang dan nilai-nilai yang dijunjung yang diwarisi sang imam ini, juga digelari sebagai zuwwarussijn (pengunjung tetap penjara), yang kerap tanpa landasan hukum yang jelas. Saat penghuni lainnya berkelahi memperebutkan selimut yang takk cukup, air yang kurang, makanan yang minim dan bangsal penjara yang penuh sesak, mereka telah selesai menata siapa yang banyak hafalan, sepenuh AlQuran, sepertiganya, setengahnya dan seterusnya. Atau lebih dalam atau luas ilmunya, untuk kemudian segera memulai program menghafal AlQuran, kuliah penjara atau program lainnya. Mereka keluar dengan peningkatan prestasi AlQuran, tambahan bahasa asing dan selesai strata kuliah dengan gemilang. Yang tidur belakangan merelakan pangkuannya menjadi bantal bagi saudaranya dan sebaliknya. ―………Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mu‘min dan merukunkan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua yang ada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang‖ (QS: Al Anfal 62-63). Banyak orang mengira dapat mengahancurkan mereka dengan cara melemparkan fitnah kedalam shaf, serangan fisik dan penghancuran berbagai sarana dan prasarana. Mungkin kepala dapat berpisah dari jasad dan perbedaan ide menajam namun Ukhuwah tetap kokoh dan abadi tidak tergoyahkan oleh keterbatasan sifat-sifat kemanusiaan.
215 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Ukhuwah yang jujur dan benar Amal
apapun
memerlukan
kesungguhan
dalam
menunaikannya,
termasuk
kesungguhan berukhuwah. Dia bukanlah senyum formal ketika bertemu sesama, atau kalimat simpati bila sang saudara tertimpa musibah. Ia adalah Inisiatif, bukan menunggu, memberi, bukan menuntut, tangan diatas atau bukan tangan dibawah. Seorang aktifis terperangah ketika ia mendapat jawaban yang tak pernah ia banyangkan
sebelumnya.
―Engkau
mengeluh
saudaramu
tak
menegurmu,
tak
mendahuluimu dengan salam dan saudaramu yang lain tidak dinamis dan produktif? Apakah engkau sendiri telah memulai teguran dan salam kepadanya? Tidakkah engkau sadar bahwa tak ada lagi yang menjadi teladanmu, engakaulah yaang menjadi teladan mereka dan ditanya Allah atas kepemimpinanmu. Banyak orang bersaudara karena kesatuan suku, usaha atau partai, ormas atau jama‘ah. Tidak sepatutnya Ukhuwah Islamiyah dibatasi oleh tembok-tembok rapuh. Karenanya membicarakan keburukan orang (ghibah), membawa berita yang membawa permusuhan (naminah), serta memata-matai orang lain (tajassus) tidak semata halal karena mereka bukan saudara seorganisasi. Siapapun mereka, dalam ikatan iman, telah memiliki ―kesakralan‖ Ukhuwah yang pantang dinodai. Betapa mengerikan kelakuan beruang, singa dan harimau yang mencabik-cabikan daging mangsanya. Lebih mengeriakn lagi makhluk yang berdasi, berkopiah, bersorban dan ‗berperadaban‘ yang memakan daging saudaranya sendiri. Abdullah bin Amir bin Ash ‗kecewa‘ karena pengintainya kepada rumah seseorang calon penghuni sorga gagal total, karena ia tidak menemukan ibadah-ibadah unggulan yang dilakukan saudaranya tersebut. Namun ia merasa terhibur ketika saudaranya tersebut mengatakan : ‖ Yang selalu kujaga ialah, tak pernah aku menutup mata untuk tidur, sebelum melepas perasaan tak baik terhadap sesama muslim‖.
216 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Seseorang telah mencerca Ummu‘l Mu‘minin Aisyah Radhiyallhu‘anha, didepan Ammar bin Yasir Radiyallahu‘anhu yang dalam wa‘qah Jamal (insiden /perang unta) Ammar jelas berpihak pada Ali bin Abi Thalib RA. Tapi apa kata Ammar? ―Diam engkau wahai siburuk lupa, akankah kau sakiti kecntaan Rasulullah SAW, Aku bersaksi bahwa ia adalah isterinya disorga. Ibunda kita Aisyah radhiyallahu‘anha telah memilih jalannya dan kita tahu ia adalah isteri Rasulullah SAW du dunia dan akhirat. Akan tetapi Allah telah menguji kita dengannya, agar ia tahu apakah kepada-Nya kita taat kepadanya.‖ Muawiyah radhiyallahu‘anhu yang dengan permintaannya sendiri meminta Dhirar menceritakan sifat Ali bin Abi Thalib radhiyallah‘anhu , menangis tak tertahankan setelah mendengar dan membenarkan penuturan sifat-sifat Utama Ali bin Abi Thalib. ―Bagaimana sedihmu terhadapnya, wahai Dhirar? ‖ tanya Mu‘awiyah. ―Seperti sedihnya seorang ibu yang anak tunggalnya disembelih di pangkuannya sendiri, tak akan berhenti airmatanya dan tak akan berhenti dukanya ….‖, jawab Dhirar. Ketika Imam Ali bin Abi Thalib ditanya, apakah lawan-lawan politiknya itu musyrikin? jawabnya: justru dari kemusyrikinan itu mereka berlari. ―jadi siapa mereka itu? Mereka ikhwan (saudara) kita, berontak kepada kita, jelas Ali. Suatu hari Ibnu Abbas ra menuntun kendaraan Zaid bin Tsabit, padahal ia sedang berbeda pendapat yang sangat tajam pada Zaid bin Tsabit pada suatu masalah dan yakin akan kebenaran Ijtihadnya dan kesalahan pada Ijtihad Zaid bin Tasbit. ‖ Tak usahlah , wahai putera paman Rasulullah SAW,‖ pinta Zaid. ―Demikianlah kami diperintahkan ulama dan pembesar-pembesar kami.‖ jawab Ibnu Abbas. ―Tolong perlihatkan tanganmu,‖ pinta Zaid. Ketika Ibnu Abbas memperlihatkan tangannya, segera Zaid menciumnya.‖ Begitulah kami diperintahkan kepada ahli bait Rasulullah SAW,‖ ujar Zaid.
Saudara dan Persaudaraan
217 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Arrabi‘ Al- Aslami, dari generasi gemilang sahabat yang jadi relawan dan melayani keperluan sehari-hari Rasulullah SAW diminta mengajukan permintaan oleh Rasulullah SAW. Apa jawab Arrabi‘ : ―kuminta agar tetap dapat menemanimu di surga,‖ sahautnya. AlHasan Al-Bashri mungkin mewakili kalangan jernih, seperti juga Arrabi‘, dengan kesederhanaan hidup dan ketajaman pandangan, berujar, ―Tak ada yang tersisa dari kehidupan kecuali tiga: Pertama, saudara (akh)-mu yang dapat kau peroleh kebaikan dari bergaul dengannya. Bila kamu tersesat dari jalan yang lurus maka ia akan meluruskanmu. Kedua, Sholat dalam keterpaduan; engkau akan terlindung dari ‗melupakannya‘ dan meliput ganjarannya. Ketiga, Cukuplah kebahagiaan hidup bila engkau tidak punya beban tuntutan seseorang dihari kiamat.‖ Dilematis, persaudaraan dan persahabatan yang hampa nilai, saat tak ada diperlukan, saat diperlukan tak berguna.
Sumber : http://supermenbanget.wordpress.com/2009/07/03/ukhuwah/
218 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi : Kerja Untuk Perubahan Masyarakat Oleh KH. Rahmat Abdullah
Kecenderungan sufi murung, sudah nampak sejak zaman Rasulullah SAW, namun selalu mendapat koreksi dari beliau. suatu masa dalam suatu perjalanan pasukan kecil beliau, seorang mujahid terpesona oleh keindahan wahah (oase) di tengah padang pasir dengan rumpun kurma, sebongkah lahan produktif dan sumber air yang cukup untuk seumur hidup. Oh, alangkah nikmatnya bila aku tinggal di sini, beribadah kepada Allah dan tidak perlu lagi kembali ke Madinah, sehingga aku bebas dari gangguan masyarakat atau mengganggu mereka. Rasulullah SAW segera mengoreksi : jangan lakukan hal itu, karena kedudukan kalian di jalan Allah sehari saja, menandingi 70 tahun tinggal dan beribadah di sini.‖ Hari ini ribuan surat kabar, radio dan televisi dunia bekerjasama di berbagai kawasan untuk menyebarkan fasad (kerusakan). Menyedihkakan nasib si miskin, yang mampu beli TV, tetapi tak bisa makan. Hati mereka dibunuh sebelum jasad mereka dihancurkan senjata pamungkas. Kemana ribuan kader yang hanya menggerutu tanpa berbuat apapun kecuali gerutu? Apakah masyarakat dapat berubah dengan gunjingan dari mimbar masjid? Hari ini rumah umat kebakaran, tidakkah setiap orang patut memberi bantuan memadamkan api walaupun hanya dengan segelas air, dengan pulsa, perangko dan kertas surat yang dikirimkan kepada pedagang kerusakan dan menegaskan pengingkarannya terhadap ulah mereka yang sangat menyengsarakann tak lagi membawa hasil? 219 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Banyak upaya dilakukan. Sebagian menyentuh kulit tanpa isi. Sebagian memaksakan pekerjaan berpuluh tahun dalam waktu sekejab mata. Sebagian membangun simbol-simbol tanpa peduli substansi dan tujuan untuk apa wahyu diturunkan. Mereka yang senantiasa tadabur Al Qur‘an akan melihat keajaiban ungkapan. Ketika Allah mengisahkan kedunguan ahli kitab yang bangga dengan status zahir mereka, Ia menyebutkan : ―Mereka mengatakan, takka masuk surga kecuali (yang berstatus) Yahudi atau Nasrani. Itulah angananagan mereka‖. Dan ketika Ia mengisahkan sikap keberagaman kaum beriman, disebutnya prestasi mereka : ―Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah seraya berbuat ihsan, maka baginya ganjarannya di sisi Tuhannya dan tiada ketakutan atas mereka, tiada pula mereka akan bersedih‖ (QS Al Baqarah:111-112) Banyak orang mengandalkan nisbah diri dengan nama besar suatu organisasi atau jama‘ah, berbangga dengan kepemimpinan tokoh perubah sejarah, namun sayang mereka tak pernah merasa defisit, padahal sama sekali tidak meneladani keutamaan mereka.‖ Barangsiapa lambat amalnya, tidak akan menjadi cepat karena nasabnya‖ (HR. Muslim)
Sumber : http://masjustice.wordpress.com/2010/12/29/kerja-untuk-perubahan-masyarakat/
220 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Anak-anak Badai Oleh KH. Rahmat Abdullah
Sungguh celaka para pembuat makar itu. Mereka berharap Allah akan padamkan cahaya-Nya pada kafilah dakwah ini. Sama sekali tidak! Justru kami berdiri dan sujud dengan semakin khusyuk, dzikir kami makin panjang dan halaqah kami bergetar menyentuh sanubari kami yang paling dalam, seperti di taman surga. Tidak pernahkah Tuan dengar tentang haditsul ifki? Apakah Tuan tidak belajar dari sejarah bahwa Allah memberikan kemenangan besar kepada dakwah ini, justru setelah Ibunda kami, Aisyah R.AH., dituduh melakukan dosa bersama seorang sahabat mulia bernama Shafwan R.A, yang dituduhkan oleh orang-orang munafik. Ataukah, benarkah Tuan sudah mengenal kami? "Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang. "
Sumber : http://www.pksbanguntapan.com/2013/02/anak-anak-badai-catatan-alm-kh-rahmat.html
221 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
Nasehat Ustadz Rahmat Abdullah Kepada Ustadz Tifatul Sembiring
―Jadi, akh Tif, berda‘wah itu mirip dengan pekerjaan seorang petani. Biji yang ditanam tidak cukup hanya dibenamkan ke tanah lalu ditinggalkan. Kemudian kita berharap akan kembali pada suatu hari untuk memetik hasilnya. Mustahil itu ! Mustahil ! Tanaman itu harus disiram setiap hari, dijaga, dipelihara, dipagari, bahkan kalau tunas-tunasnya mulai tumbuh, kita harus menungguinya, sebab burung-burung juga berminat pada pucuk-pucuk segar itu. Jadi, para mad`u (pengikut da‘wah) kita harus di-ri‟ayah (dirawat), ditumbuhkan, diarahkan, dinasehati sampai dia benar-benar matang. Dijaga alur pembinaannya, ditanamkan motivasi-motivasi, dibangun keikhlasan mereka, didengarkan pendapatpendapatnya, bahkan kita perlu sesekali bepergian dengannya. Agar kita memahami betul watak kader da‘wah kita sebenarnya……‖
(majalah Saksi edisi Juli 2005)
Sumber : http://silmikaffa.wordpress.com/tag/ustadz-rahmat-abdullah/
222 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Tentang Sang Murabbi :
Curhat Seorang Ibu Kepada Ust. Rahmat Abdullah
Seorang ibu pernah curhat kepada Ustad Rahmat Abdullah. Ibu ini adalah istri yang dipoligami. Sang suami selalu menjelek-jelekkan si ibu, seolah-olah alasan suami berpoligami karena kesalahan ibu ini. Setelah cerita panjang lebar dengan segala argumentasinya, Ustad Rahmat Abdullah berkata dengan pelan, ―Kalau ibu mau membawa ini pada proses hukum, akan saya bantu carikan pengacara. Kalau ibu mau menyelesaikan ini ke dewan syariah, akan saya antarkan ke dewan syariah. Kalau ibu ingin saya memarahi suami ibu, silahkan panggil suami, nanti saya marahi disini‖. ―Tapi apakah itu semua menyelesaikan masalah? Kalaupun ibu menganggap masalah ini sudah begitu sulit diselesaikan dan membuat ibu jadi susah. Kenapa ibu kehilangan kepercayaan bahwa ada kebaikan besar yang lain yang Allah berikan kepada ibu, jika ibu menerima ini dengan ikhlas? Kalau ibu lebih mengharap surga, ketimbang hukuman yang ingin ibu berikan kepada suami yang dianggap bermasalah. Terimalah ini sebagai kehendak Allah, lapangkan dada, tutup telinga dari semua ucapan orang yang buruk, maka semoga Allah berikan surga kepada ibu‖.
Sumber : http://ries1.blogdetik.com/2008/11/20/nasehat-ustad-rahmat-abdullah/
223 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Ust. Rahmat Abdullah dan Palestina Oleh H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA
Ketika masyarakat Jakarta mengikuti aksi damai ―SELAMATKAN AL AQSHA‖, Ahad, 17/4/2005, yang diadakan DPP PKS dan diikuti 250.000 masa. Ustadz Rahmat Abdullah walaupun dalam keadaan sakit, beliau turut serta dan tidak mau ketinggalan untuk ambil bagian membela rakyat Palestina dan Masjid Al-Aqsha yang akan dihancurkan oleh tangan kotor Zionis Israel. Bahkan beliau ikut long march dari bundaran HI ke Kedutan Besar AS di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, dan melakukan orasi membangkitkan semangat kader dakwah dalam perjuangan dan membela saudaranya di Palestina yang sedang dizalimi penjajah Israel. Di antara isi pidatonya adalah: “Yang mati ditikam sudah banyak, yang mati kena narkoba melimpah, yang mati kebut-kebutan kecelakaan lalulintas sudah banyak. Indonesia bertanya, siapa yang mati dengan seni kematian yang paling indah? Seni kematian yang paling baik membela ajaran Allah, membela mereka yang tertindas dan teraniaya. Mungkin banyak yang ngeri dengan istilah tadi. Sekedar berjalan kaki dari HI kemari (ke depan kedubes AS) belum berarti apaapa. Tetapi ini akan jadi sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Palestina. Tahukah saudara-saudara sekalian?! Di tengah derita mereka, hidup bertahun-tahun ditenda dan rumah-rumah darurat, ternyata saudara-sadara kita di Palestina masih sempat mengirimkan sumbangan untuk saudara-saudara kita di Aceh (korban gempa dan Tsunami) kemarin. Karena yang bisa memahami derita adalah orang yang sama –sama menderita, 224 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH oleh karena itu walaupun kita tidak dalam derita seharusnya punya kepekaan, punya kepedulian dan punya hati yang halus dan lembut untuk bisa mendengar rintihan suara anak –anak di Palestina”. ―Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”. (QS. Al-Ahzab/33:23) Doa Ustadz Rahmat: ”Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu … Engkau kirimkan kepada kami da‟i penyeru iman… Kepada nenek moyang kami penyembah berhala… Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da‟wah… Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran… Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini kepada generasi berikut kami… Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini… Dengan sikap malas dan enggan berda‟wah… Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa”.
Sumber : http://www.eramuslim.com/berita/silaturrahim/allahuyarham-ust-rahmat-abdullah-danpalestina.htm#.UWqbGGc7FaI
225 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Foto ini diambil pada saat aksi solidaritas Palestina, di depan kedubes AS, pada tanggal 17 April 2005. Pada saat itu aksi berlangsung dari pagi hari sampai menjelang dzuhur, diawali berkumpul di bundaran HI, dilanjutkan long march sampai ke depan kedubes AS. Yang menjadi kenangan tersendiri adalah hadirnya Ust. Rahmat Abdullah pada saat orasi tokoh-tokoh sedang berlangsung. Sebelumnya diberitahukan bahwa beliau tidak bisa hadir karena sedang tidak dalam kondisi yang cukup sehat waktu itu. Namun, dengan tubuh yang memang kelihatan lemah, beliau tiba-tiba muncul dari kerumunan massa mendekati mobil tempat penyampaian orasi. Dengan dibantu panitia, beliau naik ke atas mobil, dan mulai menyampaikan orasinya. Dalam foto, beliau terlihat sedang diapit oleh ust. Ahmad Heryawan sebelah kiri, dan Ust. Igo Ilham sebelah kanannya. Subhanallah, dalam keadaan sakit, dengan semangat yang luar biasa, beliau masih menyempatkan diri untuk hadir dalam acara munashoroh ini. Beliau mungkin tidak betah 226 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH jika harus terbaring saja, sementara rekan-rekannya sedang menggalang aksi solidaritas untuk saudara-saudaranya di Palestina sana. Sumber : Nasruni.wordpress.com
227 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
(Sebuah Nasihat) Oleh KH. Rahmat Abdullah
Betapa banyak energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan tenunan yang bagus. Ada unsur intelektual dan ada unsur moral. Tetapi hasil kerja yang melelahkan itu akan segera hancur dalam waktu singkat, karena unsur emosional yang tak terkendali. Jangan beri pekerjaan kepada orang yang usia semngatnya sudah larut senja atau kearifannya terlalu pagi. Kepanikan akan segera menyudahi pekerjaan itu. Kerja besar harus dihayati dengan ‗hammasatusy syabab fi hikmatisy syuyukh‘ (semangat pemuda dalam bingkai kearifan orang tua) dan tidak sebaliknya. Persatuan umat betapa sulit dibangun, namun betapa mudah dihancurkan. Seribu teman belum cukup, satu musuh terlalu banyak. Memang aneh, lelah menenun berbilang pekan, bahkan bulan, dikoyak dengan begitu mudah, karena urusan nafsu yang tak terkendali. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali, kamu menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu diantaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain (Q.S An Nahl :92)
Sumber : http://ihdaihda.wordpress.com/tag/rahmat-abdullah/ 228 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
229 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi : Kapan Kami Bisa Istirahat Oleh KH. Rahmat Abdullah
Begitu banyak warna dalam perjanan kita, ada yang tetap bertahan, namun tak sedikit yang pergi meninggalkannya. Begitulah jalan dakwah mengajarkan kita tentang ukhuwah, tentang pengorbanan dan keikhlasan. Kadang kesal, kadang lelah, kadang canda, kadang tawa. Tak kuat rasanya untuk bertahan, namun sayang untuk ditinggalkan. Kadang hati bertanya, ―Ya Allah,, kapan kami bisa beristirahat dari jalan ini??‖ Lalu Allah menjawab.. ―Nanti, ketika tiba waktu dimana kaki-kaki kalian telah menginjak surgaKu‖
Subhanallah,, Semangat!! Lelah itu begitu nikmat!!
Sumber : http://zifda.wordpress.com/2011/10/04/ust-rahmat-abdullah/
230 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tulisan Sang Murabbi :
(Wasiat Syaikhut Tarbiyah) Oleh KH. Rahmat Abdullah
Setiap manusia akan binasa, kecuali orang-orang yang berIslam. Setiap orang yang berIslam akan binasa, kecuali orang-orang yang beriman. Setiap orang yang beriman akan binasa, kecuali orang-orang yang berilmu. Setiap orang yang berilmu akan binasa, kecuali orang-orang yang beramal. Setiap orang yang beramal akan binasa, kecuali orang-orang yang ikhlas. (Catatan Manuskrip dari Memoar nasihat Ustadz Rahmat Abdullah )
Sumber : http://hendrawijayasaputra.wordpress.com/2008/12/30/wasiat-syaikhut-tarbiyah-khrahmat-abdullah/
231 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
232 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Puisi Sang Murabbi :
Aku Rindu... Oleh KH. Rahmat Abdullah
Aku rindu zaman ketika halaqoh adalah keperluan, bukan sekedar sambilan apalagi hiburan …
Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban bukan pilihan apalagi beban dan paksaan …
Aku rindu zaman ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelangkap pengisi program yang dipaksakan …
Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan …
Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan, hujatan dan obyekan….
Aku rindu zaman ketika nasihat menjadi kesenangan
233 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH bukan su‘udzon atau menjatuhkan …
Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da‘wah ini …
Aku Rindu zaman ketika nasyid ghuroba manjadi lagu kebangsaan…
Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan dan terlambat adalah kelalaian …
Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh dengan uang yang cukup dan peta tak jelas …
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh da‘wah di desa sebelah …
Aku rindu zaman ketika pergi liqo selalu membawa infaq, alat tulis, buku catatan
234 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dan qur‘an terjemah ditambah sedikit hafalan …
Aku rindu zaman ketika binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo …
Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu diketuk untuk mendapat berita kumpul di subuh harinya …
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan uang belanja esok hari untuk keluarganya …
Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya … Aku rindu zaman itu …
Ya Rabb … Jangan Kau buang kenikmatan berda‘wah dari hati-hati kami …
Ya Rabb … Berikanlah kami keistiqomahan di jalan da‘wah ini …
235 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sumber : http://permatakebaikan.blogspot.com/2012/09/sebuahh-kutipan-dari-ustadz-rahmat.html
236 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Puisi Sang Murabbi :
Puisi Ramadhan Oleh KH. Rahmat Abdullah
Terhentak dadaku saat terbayang olehku akan dosa-dosaku tak tahan ku menahan kesedihanku terbayang akan amal ibadahku setahun belakangan
Cukupkah AMALAN-ku tuk menebus DOSA-ku Cukupkah SHODAQOH-ku tuk membuka TAUBAT-ku Cukupkah SHOLAT-ku tuk meneguhkan IMAN-ku Cukupkah PUASA-ku tuk membersihkan HATI-ku
Rasanya semua akan berat kurengkuh Namun Ramadhan Mu telah tiba Kan kuraih segalanya tuk memenuhi pundi-pundi amalku
Marhaban ya Ramadhan Marhaban syahru syiam
sebuah pesan bijak : Jika semua HARTA adalah RACUN maka ZAKAT-lah penawarnya Jika seluruh UMUR adalah DOSA maka TAQWA & TAUBAT-lah obatnya Jika seluruh BULAN adalah NODA maka RAMADHAN-lah pemutihnya 237 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sumber : http://www.abagus.com/2010/08/puisi-ramadhan-rahmat-abdullah.html
238 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Berita Tentang Sang Murabbi : KH Rahmat Abdullah: Kebangkitan Islam Hanya Soal Waktu
PEKANBARU – Cita-cita kebangkitan Islam bukanlah mimpi di siang bolong. Ia bisa diwujudkan asal memenuhi syarat untuk bangkit. Selain eksistensi umat yang nyata disetiap aspek kehidupan, kebangkitan juga mensyaratkan bangkitnya ulama dalam memimpin umat. Ulama harus menjadi pelopor kebajikan dan suritauladan. Jika kedua syarat itu terpenuhi, kebangkitan hanya soal waktu. Demikian orasi yang disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) KH Rahmat Abdullah dihadapan ratusan massa kader PKS di halaman Masjid Baitul Makmur, Jalan Warta Sari, Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Riau, Senin (22/9/2003) lalu. Kehadiran petinggi PKS itu di Pekanbaru adalah dalam rangka safari dakwah dan temu kader PKS se-Pekanbaru. Menurutnya, kebangkitan Islam bisa tercapai dengan beberapa syarat. Pertama, kebangkitan umatnya, yaitu jika umatnya telah eksis di seluruh aspek kehidupan. Kedua, kebangkitan ulama, yakni jika para ulama mampu memberikan tauladan dalam kepemimpinan. "Kebangkitan umat tidak akan terjadi tanpa kebangkitan ulama. Ulama harus memberikan tauladan dalam memimpin. Sedangkan standar kebangkitan ulama bukan dari segi materinya, tetapi eksisnya aqidah, keimanan, serta akhlaknya. Jika sudah demikian, kebangkitan Islam tinggal menunggu waktu," papar Rahmat yang juga Ketua Yayasan Pendidikan dan Dakwah Iqro, Pondok Gede, Bekasi. Terkait dengan tuduhan fitnah oleh negara-negara Barat dan sekutunya yang menuduh Indonesia sebagai sarang teroris, Kyai karismatis itu mengatakan bahwa tuduhan 239 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH itu sebagai bukti ketakutan mereka terhadap kebangkitan Islam di Indonesia. "Hal ini bisa dibandingkan ketika Orde Baru masih berkuasa, berlaku represif terhadap umat Islam tidak pernah kita dengarkan tuduhan-tuduhan dari pihak asing atau luar negeri," ungkapnya. Ia menghimbau kepada pemimpin negeri ini untuk tetap waspada dan hati-hati, jangan sampai mengorbankan umat Islam lagi. Pesan yang sama juga disampaikan kepada kaum muslimin agar menjaga ukhuwah dan tidak mudah termakan oleh stigma-stigma yang sengaja dihembuskan untuk menyudutkan dan memecahbelah umat Islam. Sedangkan kepada para kader PKS, Rahmat meminta mereka agar lebih giat dalam mendakwahkan Islam kepada umat dengan kesabaran dan senantiasa meminta pertolongan pada Allah SWT. Ketika ditanya oleh salah seorang peserta tentang dari mana mengajak seseorang untuk mencintai Islam? Beliau memberikan contoh; sesorang yang ingin masuk Islam hanya karena ingin menikah maka yang harus kita lakukan bukanlah menghina atau menolaknya tetapi kita harus menerimanya dan kemudian membinanya terus menerus tentang keislamannya. "Pintu adalah tempat lewat. Tidak ada orang yang mau berdiam diri di pintu selamanya, walau di pintu rumah sekalipun," jelasnya memberi tamsil. Kader PKS yang telah mengikrarkan diri sebagai da‘i harus menjelaskan tentang kesempurnaan (syumuliyatul) dakwah Islam yang bisa menopang kebangkitan Islam yang sedang dinanti, katanya. [Am/Nico Rialdo] [pks.or.id]
Sumber : http://akhramadhan.blogspot.com/2012/04/kh-rahmat-abdullah-kebangkitan-islam.html
240 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Wawancara Dengan Sang Murabbi : KH. Rahmat Abdullah (Ketua Majelis Syuro PK): "Saya Ingin Lebih Banyak Menggali Ilmu dan Menyebarkan Dakwah Ini"
Bawaannya yang teduh dan khusyu', kadang diselingi canda selalu menjadi ciri khasnya. Di tengah usianya yang sudah 'sepuh', ustadz asli Betawi ini tetap bersemangat menda'wahkan Islam. Beliau ingin agar ada tunas-tunas muda PK yang menggantikan dirinya. Kepada Suara Keadilan Al-Ustadz Rahmat Abdullah menuturkan kisah hidupnya. Selamat menyimak !
T : Bisakah diceritakan aktifitas sehari-hari ustadz? Selain ibadah harian rutin, biasanya saya membaca. Dan itu tak bisa ditawar-tawar. Apa saja ; buku, majalah, surat kabar, internet/e-mail, Alqur-an dengan tafsirnya, hadits dengan syarahnya. Urusan rumah tangga, biasanya saling bantu. Dari menyiapkan sarapan anak-anak sampai ganti bola lampu yang kadang dalam setahun bisa sampai setengah lusin pertitik mata. Ini listerik Indonesia, sebelum dan sesudah masuknya modal Soros. Selain itu kegiatan da‘wah ; mengisi tabligh di masjid-masjid lingkungan, masjid kantor dan kampus, atau pengajian rutin khsusunya di masjid Alqalam Islami Center IQRO‘ tempat saya bermukim.Biasanya dengan modul atau baca kitab. Sepekan dua hari @ 4 jam pelajaran saya mengisi di kelas SLTPI Terpadu IQRO‘. Lepas subuh sampai jam 08.00 harus melayani penelepon, yang kalau saya keluar sebelum fajar, biasanya mereka kejar pada malam harinya atau langsung ke HP. Temanya dari permintaan berceramah, fatwa, konsultasi jodoh & keluarga termasuk problem inter relasi dan krisis Samara (sakinah, mawaddah & rahmah). 241 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
T : Soal riwayat pendidikan gimana ustadz? Disamping SDN, seperti umumnya generasi saya, pagi mengaji (Bacaan Al-qur-an, baca tulis Arab, kajian aqidah, akhlaq & fiqh dengan metode baca kitab berbahasa Arab, nukil terjemah dan syarah ustadz. Tahun 1966 lulus SD yang tahun ajarannya diperpanjang ½ tahun, gara-gara peristiwa G-30-S/PKI, kemudian masuk SMP. Keluar lagi karena ironi, koq sementara aktif demonst rasi KAPPI & KAMI/angkatan 66, hari Jum‘at sekolah masuk pukul 11.30. shalat Jum‘atnya bagaimana. Permulaan tahun ajaran berikutnya (1967/68 ?) masuk Ma‘ahid Assyafiiyah. Hasil test dan interviu, saya harus duduk di kelas II Madrasah Ibtidaiyah (tingkat SD). Coba-coba lobby seorang ustadz, test ulang dan naik jadi kelas III. Ini tahun yang sangat berbekas. Ikut mengaji pada seorang ustadz senio MTs. yang sangat streng berbicara dan mengajar dengan bahasa Arab, eh, ternyata tak lama sesudah itu guru kelas saya sama-sama mengaji disana. Tahun ini sampai kelas V (naiknya loncat kelas), berkat ilmu nahwu dasar, terkuaklah misteri intonasi dan narasi penyiar Shauth Indonesia, radio RI untuk siaran ke dua Arab, yang selama ini saya dengar di rumah, karena ayah sangat mementingkan komunikasi dan informasi, yang karenanya berusaha punya radio yang sebenarnya jadi status symbol orang-orang kaya zaman itu, betapapun beliau miskin. Kelas V langsung ujian dan melanjutkan di Mts. Assyafiiyah. Di Madrasah Tsnawiyah sudah diajarkan ushul fiqh, mustalah hadits, psikologi & ilmu pendidikan, disamping materimateri standar lainnya ; nahwu, sharf, balaghah. Kegiatan lain ialah kegiatan talaqqi, biasanya kajian langsung dengan para masyaikh/kiayi. Pada dasarnya kerja keras menggali dan meneliti merupakan faktor dominan sesudah taufiq dan hidayahnya. Tanpa mengurangi hormat dan respek kepada mereka yang telah berjasa, kiranya tanggungjawab ilmiah dan amaliah harus kita berikan langsung sendirian di hadapan ALLAH saat pendengaran, penglihatan dan hati dimintai pertanggungjawaban atas kerja mereka.
242 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH T : Kabarnya pertemuan ustadz dengan istri punya cerita tersendiri? Kadang kita melihat sesuatu bertahun-tahun tanpa mengerti apa maknanya bagi kehidupan kita kelak. Ia adalah mosaik ingatan sejarah yang belakangan tersusun sesudah rumah tangga terbangun. Tidak ada yang istimewa bagi ingatan sejarah seorang santeri kelas II Mts. yang mengasah ilmunya dengan mengajar, ketika seorang siswi kelas I M.Ibtidaiyah (lk. Umur 5 tahun) ditemukannya laik menjadi nominator juara I untuk praktek ibadah (shalat). Dan tahun-tahun terlewatkan sudah. Ketika keluarga ini – tanpa sadar dan semata-mata hormat mereka kepada aktifis da‘wah dan pendidikan - menjadi semacam kahfi perlindungan dalam suasana represif yang berat (saya beberapa kali diwonted untuk urusan yang sekarang jadi sangat menggelikan). Ketika seorang teman yang baru menikah mengingatkan sudah waktunya memikirkan bangunan rumah tangga, barulah tersadari usia sudah memasuki tahun ke 32. Malam itu, malam Kamis 14 Ramadlan 1405 H. (1984 M), bertiga ; saya, ibunda dan bibi datang mengkhitbah. Seorang ustadz yang jadi juru bicara keluarga calon isteri menawarkan gagasan rada aneh. Ketika saya ajukan usulan walimah bulan Syawal seperti kebiasaan Rasululllah SAW. dikatakannya, itu tetap walimah, tetapi Anda tidak akan menemukan keberkahan seperti pilihan ini. Maksudnya, untuk nikah besok malamnya, malam Jum‘at 15 Ramadlan. Ini bukan khurafat, nujum atau takhayul, melainkan tafaul. Di kalangan generasi da‘wah kala itu, sikap separatisme batin sangat terasa dan mempengaruhi gerak lahir. ―Soal KUA urusan Ane, tinggal terima surat aje‖. Bah, ini radarada ketemu. Walhasil sampai menjelang rombongan berangkat 15 Ramadlan itu, masih ada teman pemuda masjid yang bertanya, ini mau kemana sih ? Belum sebulan menikah, di pagi buta ba‘da subuh dijemput untuk mendengarkan rekaman peristiwa penembakan massa di Tanjung Priok yang terjadi semalam dan paginya langsung meninjau lokasi yang porak poranda. Lucu juga, mertua usul agar isteri diajak juga keliling berbagai kota di Jawa untuk penjajagan sikap ummat dan apa yang kerennya disebut ‗konsolidasi‘lah.
243 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Bagaimana kiat ustadz mendidik istri dan anak ditengah kesibukan yang melimpah? Menanamkan tsiqah (keyakinan) bahwa da‘wah bukan kerja main-main. Sedikit apapun waktu yang tersisa untuk mereka selalu harus bermakna dan menjadi kompensasi kehilangan itu. Tidak ada dusta walaupun hanya untuk menenangkan seseorang yang gelisah. Kalau ada janji dengan mereka yang terpaksa dibatalkan, itu harus difahami sebagai pengorbanan bagi hal yang lebih penting dari sekedar keperluan mereka. Efeknya memang lumayan. Anak-anak tidak akan membiarkan orangtuanya punya kesempatan mengganti tidur yang kurang saat telepon berdering atau tetamu datang. Mereka tidak punya jawaban : ―Tunggu ya, Abi capek/ngantuk, tidur dulu‖. Sejak awal isteri mendapatkan wawasan bahwa bagi seorang da‘i, baca koran atau majalah itu bagian dari kerja, seperti para buruh dan pegawai itu bekerja di kantor dan lapangan kerja mereka. Jadi tak boleh dianggap sedang ‗nganggur‘ (mungkin dulu buah anggur itu dikenal masyarakat Melayu dari penjajah mereka tanpa bisa menjangkaunya, karena harganya amatlah mahal. Karenanya memimpikan makan anggur memang tak pernah menghasilkan apa-apa kecuali khayalan, berbeda dengan makan kecapi yang tiap waktu boleh dipetik, bahkan asal timpuk). Imbangannya, mereka punya hak untuk kumpul bersama (sayang belum terjadwal secara rutin). Hal utama yang harus disemai ialah iman, harapan, kejujuran, persaudaraan & kepedulian. Anak-anak lahir dengan bawaan yang berbeda. Semua mereka harus punya tempat di hati ayah-ibu mereka. Terkadang muncul kecemasan atas perbedaan-perbedaan ini. Betapa tidak, ada anak yang marahnya serius ketika tidak dibangunkan sahur Senin atau Kamis sampai lemah semangatnya hari itu. Sementara ada yang masih perlu terus diingatkan untuk disiplin shalat. Dari sini kami belajar bagaimana menjadi arif bijaksana dan sabar. Arif untuk bisa memahami kegelisahan, ketakutan, keterasingan, harapan, kegembiraan dan kegembiraan mereka, dengan parameter dan modal pengalaman mereka yang hijau. Bijaksana untuk mengkomunikasikannya dengan bahasa mereka. Sabar untuk tidak menghakimi mereka seperti menghakimi orang dewasa yang bahkan kerap lebih beruntung mendapatkan pembenarana-pembenaran atas pelanggaran mereka dibanding 244 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH anak-anak. Banyak teori pendidikan yang terus dicoba, namun satu hal yang tak boleh dicoba-coba ; doa. Bila doa seorang muslim untuk saudaranya yang jauh atau di luar pengetahuannya (Addu‘a bi zahri‘l ghaib) itu dijamin terkabul dan malaikat mengaminkan serta mendoakan si pendoa, betapakah doa seorang ayah untuk kebaikan mereka tidak demikian ? Kalau kita mendapatkan larangan untuk membaca Alqur-an dalam ruku‘ dan sujud, tentu tidak demikian dalam mengutip doa-doa Alqur-an. Karenanya, sudah bukan sekedar hafal, tetapi jadi refleksi kata untuk mengulangi doa dalam Qs. 46;15/ 25;74/14;4041) dalam berbagai situasi, khususnya dalam sujud malam yang tak seberapa itu.
T : Selepas Munas I, bagaimana perasaan ustadz setelah terpilih jadi Ketua MS? Cuma pindah ruang, tanggungjawab da‘wah satu dengan variasinya masing-masing. Semuanya berjalan dengan prinsip ―Wattaqu‘LLAH wa yu‘allimukumu‘LLAH‖ (bertaqwalah kamu kepada ALLAH dan nanti ALLAH akan ajarkan kamu/Qs. 2;282). Selalu terbayang ungkapan sahabi Sa‘d bin Waqash RA, sesudah melewati masa-masa sulit diantaranya bertujuh bersama Rasulu‘LLAH SAW dalam sebuah perjalanan jihad, tanpa makanan tanpa selimut dan mereka hanya dapat makan rumpun padang pasir. Saat ketujuh sahabat tersebut masing-masing sudah menjadi amir atas suatu negeri, ia berkata : ―Aku berlindung kepada ALLAH, agar jangan menjadi besar di mataku dan menjadi kecil di Mata ALLAH‖
T : Bisa diceritakan bagaimana sampai bisa terpilih jadi ketua MS? Mengalir begitu saja, tak pernah mimpikan posisi ini. Bahkan nyaris terlupa-kan, seperti sudah terjadi berabad-abad.
T : Apa harapan setelah terpilih jadi Ketua MS?
245 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Dapat segera meratifikasi produk-produk konstitutif partai yang menjadi acuan kerja dan memudahkan aplikasinya, sehingga ummat lebih banyak lagi menda patkan berkah. Kemudian tumbuh suasana kerja yang lebih kondusif, kader yang lebih sensitif dan terampil serta lembaga yang bergerak sesuai alur, peran, wewenang dan tanggungjawabnya. Hal lain yang sangat saya rindukan,segera disusul dan digantikan oleh kader-kader yang lebih muda. Saya ingin lebih banyak menggali ilmu dan menyebarkannya serta menyemarakkan da‘wah ini. Lorong-lorong, gubug-gubug ummat, derak dan dentaman roda dan gerbong KA, ayunan ombak laut, kesunyian angkasa, kawasan-kawasan nun jauh, lembaranlembaran majalah dan buku yang harus dibaca dan ditulis dan wajah-wajah penuh harapan kader-kader muda bangsa adalah nafas kehidupan yang mungkin lebih akrab. Harus tampil lebih banyak lagi kader yang sarat dengan nilai-nilai langit, khusyu dan tawadlu‘ dalam haq, tidak kemaruk jabatan dan norak bila jadi pejabat tinggi, tangkas terampil membela ummat dan kaya dalam berbagai variasi solusi masalah-masalah mereka. Sejak remaja selalu berkibar obsesi khas disamping kegiatan lapangan, yaitu menyambung mata rantai tradisi kajian lama. Ini adalah keprihatinan para ulama amilin akan langkanya kader yang tekun di bidang kafaah (skil) syar‘iyah. Sarjana pengangguran sudah banyak, tetapi adik-adik mereka tetap menuju kubangan yang sama. Kapan ada wali murid atau siswa sendiri yang punya obsesi mendalami kitab-kitab klasik. Orang ributkan biaya pendidikanyang mahal. Lesehan baca kitab adalah pendekatan murah, meriah dan (lebih) berkah.
T : Apa program yang sudah dilaksanakan oleh MS? Di Munas, Majelis Syura memilih Ketua, Wakil Ketua dan sekretaris Majelis Syura, Presiden, Sekjen, ketua-ketua Dewan Pimpinan Pusat, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris Majelis Pertimbangan Partai, Ketua dan wakil Ketua Dewan Syariah. Sidang majelis Syura 24-25 Juli 2000 berhasil meratifikasi AD/ART, Kebijakan Dasar Partai, Forum Pengambilan Keputusan, sebagai amanah Munas.
246 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
T : Apakah PK tetap akan dipertahankan dan ikut Pemilu 2004? Dari pihak internal PK sendiri tentu. Soal eksternal, lihat aturan mana yang akan disahkan (baca ; dimenangkan). Bila kiblatnya menang-menangan, maka partai dengan perolehan suara banyak akan berusaha menjegal, apa lagi keberadaan PK jadi cermin yang menyilaukan mata. Aib KKN mudah kentara mengkhianati bangsa tak nyaman lagi. Tetapi bila mereka berkiblat pada asas amanah, keadilan dan kebenaran, semua kepentingan tersebut
pastilah
ditinggalkan.
T : Tanggapan ustadz tentang kondisi Indonesia saat ini dan apa penyebabnya? Inilah puncak krisis terburuk. Ancaman diintegrasi, konflik & krisis moral ; vertikal & horizontal. Vertikal dengan buruknya kinerja pemerintahan. Bangsa yang kaya SDM ini gagal mencetak kader. Pepimpin terdahulu telah mengotori putera-puteri terbaik bangsa dengan KKN sehingga selalu kena ranjau diskualifikasi untuk maju ke arena. Sukar mendapatkan legitimasi. Horizontal begitu mudah timbul benterokan antar etnik atau bahkan sekedar tetangga. Dulu istilah guru dan pelajar sangat mengesankan. Sekarang melihat kumpulan pelajar, masyarakat jadi ngeri akan jadi tawuran massa. Semua berhulu pada materi. Untuk sekedar kesenangan orang bisa jual kehormatan dan iman. Barangsiapa yang punya bashirah akan melihat jiwa yang menangis tersayat perih pada diri pelajar yang mengecat baju mereka, merobek lutut jeans mereka, menari latar dengan dandanan norak, menggoda eksekutif muda di malmal, terlibat jaringan narkoba. Demikian pula pada buruh yang dihina dan tak mendapatkan hak-hak, termasuk untuk shalat dengan aman dan nyaman di tempat kerja mereka.
T : Lantas solusinya bagaimana? Mungkinkah Indonesia akan bangkit lagi?
247 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Pada saat Thariq bin Ziad menginjak tanah Andalus dan segera memusnahkan kapal-kapal, kepada pasukan ia ajukan dua kata kunci : ―Kejujuran dan kesabaran‖. Indonesia tidak lebih sulit daripada Thariq dan pasukannya, yang seperti ia sendiri sifatkan ‗lebih hina daripada anak-anak yatim di pesta pora kaum durjana‘. Karena para pemimpinnya mayoritas muslim, maka sudah saatnya kembali kepada Islam dan berhenti mempermainkan dan memphobikan agama. Semua solusi pernah dicoba, kecuali solusi Islam. Ibarat pedagang obat, ummat Islam diancam tak boleh menjajakan obatnya. Tanpa tes, tanpa bukti lapangan, mereka katakan obat Islam itu kuno, tak mempan dan beracun. Padahal Indonesia dan dunia di hampir sepenuh abad 20 ini telah menyaksikan ketidak becusan berbagai obat, bahkan kandungan racunnya sudah menghancurkan bangsabangsa. Yang otoriter telah memangkas begitu banyak potensi dan yang liberal telah membiarkan manusia meluncur atas nama hak asasi.
T : Bagaimana menurut ustadz kriteria seorang pemimpin (presiden) di Indonesia? Ia harus dekat dengan tuhannya dan dekat dengan rakyatnya. Tidak harus seorang presiden itu sufi dalam gambaran awam, karena kesufiannya cukup dengan kecakapan memimpin tim dan mendeteksi dengut nadi rakyat. Ia tak boleh membohongi rakyat dengan membiarkan mitos berkembang sekitar dirinya, apa lagi sengaja membuat-buat mitos. Idealnya seperti kriteria Alqur an : kuat, amanat (28;26), pemelihara, penampung aspirasi, visioner (12:55), santun dan kasih (9;128). Dayyuts tak pantas jadi presiden, bahkan jadi suami dan bapak sekalipun. Mereka Cuma bisa menyenangkan rakyat dengan memberikan kebebasan semu. Diperlukan tangan besi dan hati salju pada tempat yang tepat. Bila melenceng, rakyat jadi anarki, harakiri, rendah diri, pendendam, apatis dan pemeras. [imn] [pks.or.id]
Sumber : 248 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://hiduppejuang.blogspot.com/2010/08/kh-rahmat-abdullah-ketua-majelis-syuro.html
249 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Wawancara Dengan Sang Murabbi : Syaikhut Tarbiyah, KH Rahmat Abdullah: “Ikhwanul Muslimin Inspirasi Gerakan Tarbiyah”
Usianya belumlah setengah abad. Tapi pembawaannya yang tenang kebapakan serta rambut dan janggutnya yang sebagian telah memutih, mengesankan pria kelahiran Jakarta, 3 Juli 1953 ini lebih tua dari usia yang sebenarnya. Sehingga cukup pantas bila ia kerap dituakan dan disegani oleh lingkungan pergaulannya. Dalam publikasi acara Seminar Nasional ―Tarbiyah di Era Baru‖ di Masjid UI, Kampus UI Depok, awal bulan lalu, ustadz keturunan Betawi ini ditetapkan sebagai pembicara utama (keynote speaker) serta disebut sebagai Syaikhut Tarbiyah; sebuah jabatan yang belum populer di telinga masyarakat, termasuk di kalangan aktivis da‘wah dan harakah (pergerakan) selama ini. Ketika dikonfirmasi Sahid tentang jabatan tersebut, sambil tersenyum dan merendah Rahmat membantahnya. Menurut Ketua Yayasan Iqro‟ Bekasi ini sebutan tersebut hanyalah gurauan panitia yang kebetulan telah akrab dengannya. Rahmat sempat mengajukan keberatan kepada panitia, tapi ternyata publikasinya sudah terlanjur disebar. Akhirnya ayah dari tujuh putra-putri ini cuma bisa balik bergurau, ―Adik-adik mau nyindir bahwa saya sudah kakek-kakek ya? Syaikh itu kan dalam bahasa Arab artinya kakek.‖ Boleh jadi jabatan Syaikh Tarbiyah itu, seperti diakuinya, cuma gurauan atau sindiran panitia. Tapi banyak orang percaya sejatinya suami Sumarni HM Umar ini memang orang yang dituakan dalam gerakan yang bernama Tarbiyah. Apalagi mengingat di kepengurusan Partai Keadilan (PK) Rahmat memegang amanat sebagai Ketua Majelis Syuro dan Ketua
250 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Majelis Pertimbangan Partai. Seperti dimaklumi, PK didirikan dan disokong oleh para kader Tarbiyah. Dalam seminar nasional yang dihadiri ribuan aktivis dan simpatisan Tarbiyah, Rahmat mengawali acara dengan orasi bertajuk ―Kilas Balik 20 Tahun Tarbiyah Islamiyah di Indonesia dan Langkah Pasti Menyongsong Masa Depan.‖ Dalam kesempatan tersebut dicanangkan tahun 1422 H ini sebagai tahun kebangkitan Tarbiyah Islamiyah di Indonesia. Dalam kancah pergerakan Islam di Indonesia, nama gerakan Tarbiyah belum populer di kalangan masyarakat awam. Kata tarbiyah lebih biasa dilekatkan orang pada Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), sebuah ormas Islam yang berbasis di Sumatera Barat dan pernah menjadi partai Islam. Namun bagi orang yang akrab dengan gerakan da‘wah kampus, tidaklah merasa asing dengan sebutan itu. Di era ‗80-an dan ‗90-an gerakan ini kerap juga disebut Ikhwan, karena akrabnya aktivis Tarbiyah dengan manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam di Mesir yang pengaruhnya telah mendunia. Dari orasi yang disampaikan Rahmat, memori orang terpanggil lagi pada kenangan 20 tahun ke belakang ketika aktivis Tarbiyah merintis gerakan ini di kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Salah satu tandanya adalah merebaknya pengajian usrah dan halaqah di kampus-kampus. Tonggak lainnya, mulai maraknya pemakaian jilbab oleh para siswi dan mahasiswi yang mendapat tentangan keras dari berbagai kalangan yang alergi terhadap syariat Islam. ―Gedung sekolah dan semua peralatan sekolah, termasuk Departemen Pendidikan yang dibangun 90% dananya dari ummat Islam, harus mengusir putri-putri Islam karena mereka menggunakan busana demi melaksanakan perintah agama mereka,‖ ungkap murid kesayangan almarhum KH Abdullah Syafi‘i ini dalam orasinya. Begitu banyak pahit getir yang dirasakan, sehingga ada sebagian kader yang terputus dari jalan perjuangan. Tapi banyak pula yang bersabar, terus bermujahadah menempa diri dan menabung amal, bertahan hingga kini, menyemai insan dakwah ke 251 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH seluruh pelosok negeri. Hasilnya antara lain, jilbab jadi pakaian jamak bagi wanita di negeri ini. Dari yang benar-benar penuh kesadaran berislam hingga yang masih ikut-ikutan lantaran telah jadi mode. Tentu saja itu semua bukan cuma hasil kerja Rahmat Abdullah dan kawan-kawan seperjuangannya di Tarbiyah. Tapi harus diakui saham harakah Tarbiyah bersama harakahharakah lain telah memberi itsar (bekas) perjalanan da‘wah yang mengesankan di zamrud katulistiwa tercinta ini. Bagaimana sejarah bermulanya harakah ini? Apakah benar terkait dengan Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan Al-Banna di Mesir? Kepada Saiful Hamiwanto, Pambudi Utomo dan Deka Kurniawan dari Sahid, yang bertandang ke rumahnya yang sederhana nan asri di Kompleks Islamic Village Iqro‟, Pondok Gede, Bekasi, kiai yang ramah ini membeberkannya untuk Anda, para pembaca. Berikut ini kutipan dari sekitar tiga jam perbincangan dengannya. Selamat mengikuti.
T : Dengan menggelar seminar “Tarbiyah di Era Baru”, gerakan Tarbiyah tampaknya mulai membuka diri secara terang-terangan. Bahkan tahun ini dicanangkan sebagai „Aam (Tahun Kebangkitan) At-Tarbiyah. Apa latar belakangnya? Bismillah, sangat disadari bahwa setiap fase perjuangan itu menuntut sikap-sikap sesuai dengan fase-fase tersebut. Sehingga ada doktrin dalam Tarbiyah yang disebut, likulli marhalatin mutaqallabatuhaa (setiap fase itu ada tuntunannya); kemudian li likulli marhalatin muqtadhayatuhaa, (setiap fase ada konsekuensi yang harus dilahirkannya), dan likulli marhalatin rijaaluhaa (setiap fase ada orangnya, tokohnya atau kadernya). Kemudian, apa yang kita sampaikan ketika dakwah ini mengalami satu fase yang berbeda dengan masa lalu? Kemarin dakwah berhasil melalui masa-masa sulit, mengayuh diantara dua persoalan dan kondisi, yakni kondisi melawan arus yang tidak terlawan
252 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dengan kekuatan yang secara thobi‟i (alami) susah dihadapi secara face to face, serta kondisi larut. Memang, dalam fase itu, kita lihat banyak juga yang tidak memiliki istimroriyah (kesinambungan), kontinyunitasnya tidak jelas. Kalaupun ada yang berjalan terus, perkembangannnya menyedihkan. Ada juga yang berkembang tapi kehilangan asholah (orisinalitas). Ini adalah kasus-kasus perjalanan dakwah dalam menghadapi rezim yang represif dan tekanan budaya. Bisa jadi banyak yang larut. Seperti para pengikut Nabi Isa, setelah beberapa lama malah jadi pengikut penjajah yang nyaris menyalib Nabi Isa sendiri. Nah, kita ingin, keberhasilan melewati masa-masa kritis dan sulit semacam itu juga bisa kita capai ketika keadaan ini berubah, karena tidak otomatis daya tahan itu ada. Makanya harus dicanangkan sesuatu agar apa-apa yang menjadi doktrin Tarbiyah di atas, bisa direalisasikan. Bisa jadi, kader yang dulu tahan menderita lama, tiba-tiba ketika segalanya terbuka seperti sekarang ini, menjadi tidak tahan lagi. Kalau dulu kan jelas sekali perbedaannya, furqon-nya, antara haq dan batil, sehingga akhlak para kader itu selalu berlawanan dengan akhlak buruk orang-orang memusuhi mereka. Nah, setelah keadaan ini terbuka, apa ada jaminan bahwa mereka tidak akan larut? Memang, secara doktrin sudah diantisipasi, misalnya dengan pemahaman tentang tamayyu‟ (mencairnya nilai-nilai), idzabah (pelarutan), istifdzadzat (provokasi), ighra‟at (rayuan-rayuan), dan mun‟athofat (tikungan-tikungan). Secara teoritis kita tahu semua tentang itu. Tapi ketika kita menjalaninya, apakah kita cukup siap? Maka pencanangan ini beranjak dari kenyataan, dimana sebuah komunitas dakwah sedang mengalami fase-fase lain yang berbeda dengan fase ketika mereka dibesarkan dulu. Pencanangan ini untuk menyiapkan sesuatu yang secara teoritis sudah mereka kenal, tetapi secara komunal, penghayatan, apresiasi perlu dihadapi secara lebih serius agar tidak
253 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH menimbulkan persoalan yang rumit yang menyebabkan taurits (pewarisan) itu menjadi terputus. Dulu dimulai satu langkah dan hasilnya adalah hari ini. Bagi yang tidak mau melihat hasil yang sama di hari nanti, ya sekarang diam dan tidur saja. Tapi kalau ingin melihat terus-menerus keadaan seperti ini, maka harus bergerak untuk masa mendatang. Ini terutama yang melatarbelakangi pencanangan „Aam At-Tarbiyah (Tahun Tarbiyah). Tapi perlu dicatat bahwa pengertian tarbiyah (pendidikan) ini tidak menafikan proses tarbiyah yang terjadi di Indonesia sejak dulu. Tanpa proses tarbiyah, bagaimana mungkin walisongo dapat melahirkan pejuang-pejuang handal. Apapun namanya, apakah itu pengkaderan dengan ‗t‘ kecil (tarbiyah), yang jelas itu adalah proses pendidikan. Namun Tarbiyah yang sedang kita perbincangkan dalam konteks ini adalah dengan ‗t‘ besar, Tarbiyah (sebagai nama sebuah gerakan, red).
T : Wanti-wanti tentang pelarutan ini pernah Anda sampaikan waktu Munas PK tahun 2000. Apakah memang anda sendiri sudah melihat kecenderungan itu, sehingga perlu ada pencanangan ini? Kalau kita baca sirah (sejarah), Rasululllah pernah berpesan diantaranya ―ma al-faqru bi akhsya alaikum, bukanlah kefakiran yang aku takutkan dari kalian, tapi aku mengkhawatirkan
apabila
bumi
di
buka
(dimenangkan)
lalu
kamu
bersaing
memperebutkan dunia, sehingga kamu celaka, sebagaimana celakanya orang-orang sebelum kamu.‖ Dulu, kesulitan itu membuat segalanya terbatas, dan kita berhasil melewatinya. Contohnya, kita tidak punya villa, tapi bisa menikmati banyak villa. Dan kawasan Puncak (Bogor, red) yang dianggap identik dengan maksiat, seperti hari ini bisa berubah sebagai tempat acara pengajian karena seringnya digunakan untuk pengkaderan oleh semua pihak, diantaranya oleh kalangan Tarbiyah.
254 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Wanti-wanti rasul itu, dalam kaitan ini, menegaskan bahwa setiap kondisi ada pengaruhnya. Kalau dulu, setiap waktu mereka bisa bertemu, sehingga kesalahan sedikit saja bisa langsung diketahui. Tapi ketika mereka sudah ada di kawasan yang menggiurkan, secara massal tantangan akan semakin keras. Sesuatu yang menggiurkan, kalau baru cerita, masih bisa bilang tidak mau. Tapi kalau sudah sudah di depan mata, bagaimana mungkin tidak tidak tergoda. Supaya tidak larut, mereka jangan sampai lupa kepada akarnya. Makanya, pemantapan nilai Tarbiyah dalam pencanangan ini tidak bisa kita abaikan, meskipun sekarang mereka masih rutin bertemu setiap pekan dengan muhasabah (evaluasi) dan muraqabah (pengawasan).
T : Selama 20 tahun berkiprah di Indonesia, masih banyak orang yang belum tahu Tarbiyah ini. Bisakah Anda ceritakan sejarahnya? Dulu, apa yang kita kaji sebetulnya adalah apa yang menjadi keyakinan bersama umat Islam . Kita punya keinginan dan cita-cita yang sama, tidak ada perbedaan dari segi materi. Nah Tarbiyah menjadi sejarah ketika pola pendekatan pengkajiannya tersebut dibuat integral dan menjadi aplikatif. Kalau di berbagai tempat ukhuwah masih menjadi teriakan-teriakan yang semu, di lingkungan Tarbiyah, itu diaplikasikan. Kalau penguasaan Islam selama ini masih bersifat kognitif, maka di Tarbiyah hal itu dicoba untuk diamalkan. Tema yang dikaji dalam beberapa kali pertemuan harus ditransformasikan dari dairatul qaul (perkataan, teori), kepada dairatul amal (pengamalan). Kemudian dari amal kepada kebiasaan. Kalau Islam dulu dibatasi pada bidang-bidang dan ruang-ruang tertentu, maka di Tarbiyah hal itu diperluas sebagaimana Islam adanya yang berbicara juga tentang politik, ekonomi dan lain-lain. Dengan kata lain ada orientasi kepada Islam kaffah (total). Mereka
255 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH dibangun kesadarannya untuk melihat bahwa pemahaman Islam mereka sebelum ini harus diluruskan. Demikianlah sebuah upaya yang dilakukan Tarbiyah supaya kita bisa mengamalkan Islam dalam satu komunitas baru. Yang intens mengkaji Islam kan biasanya dari kawasan santri, lalu dengan munculnya Tarbiyah, dakwah mulai berdaya, karena mulai memasuki kawasan-kawasan yang sebelum ini dianggap sekuler, yakni kampus-kampus yang memang bukan tempat kajian agama. Di kawasan itu subur karena para mahasiswa dan sarjana akrab dengan ilmu-ulmu kauniyah yang dalam Tarbiyah memang menjadi doktrin penting. Mereka di laboratorium mengkaji ayat-ayat kauniyah itu, dan kemudian mendapat pembenaran dari ayat qauliyah yang dikaji dalam Tarbiyah, sehingga mereka pun jadi cenderung kepada aktivitas yang militan. Dengan proses kesejarahan itu, maka saat ini adalah era baru dimana dakwah yang selama ini sering diumbar di mimbar mendapatkan perluasan dan diversifikasinya yakni yang melanjut menjadi dakwah kader. Mereka inilah yang dalam konsep dakwah Tarbiyah disebut dengan anasirut taghyir (elemen perubah). Dalam proses dakwah ada obyek yang hanya bisa sekedar menerima dakwah yakni qoobilud dakwah. Ada yang bisa menerima perubahan dari dakwah itu, yakni qoobilut taghyir ada yang berpotensi menjadi anasirut taghyir. Nah, anasirut taghyir ini, ada di kawasan ilmiah, yakni kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Kepedulian untuk menggarap kalangan yang dalam waktu singkat bisa melakukan perubahan ini memang dilakukan dengan sadar, karena pengalaman dakwah yang sudah dilakukan sebelumnya, seperti di dalam parpol/ormas, dirasa belum efektif. Pengalaman sebelum ini, dakwah di kampus itu lebih murni, sehingga proses ini akan menyejarah dengan adanya keluarga-keluarga baru yang akan mengaplikasikan Islam secara lebih utuh.
256 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Hal ini tentu saja tidak terlepas dari adanya satu bi‟ah (lingkungan). Nah, tarbiyah ini adalah bi‟ah, dimana unsur-unsurnya terus dibimbing dalam berislam dan dikawal dari segala pengaruh zaman yang masuk. Inilah yang disebut kelompok kajian yang mengandung 3 unsur utama. Pertama, yang mengandung atmosfir dzikir dan ibadah atau aspek ruhaniah spiritual. Kedua, aspek fikriyah, keilmuan. Dan yang ketiga, aspek dakwah harakiyah, yakni implementasi dari yang pertama dan kedua. Proses yang demikian pada saatnya akan sampai pada satu titik, dimana mereka siap untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan bekal dan kekuatan yang memadai sehingga tidak mudah larut, tapi malah bisa menciptakan perubahan.
T : Manhaj Tarbiyah yang demikian itu terinspirasi dari mana? Kalau kita merujuk kepada buku yang ada, seperti yang diakui oleh sebuah parpol Islam , mereka berasal dari kelompok usrah. Dan referensi dari gerakan ini memang diantaranya merujuk kepada gerakan yang berkembang di Mesir. Secara faktual, menurut Prof. Fathi Yakan, referensi ilmiah dunia Islam sekarang ini 60 persennya berasal dari gerakan Islam di Mesir ini. Sebenarnya hampir seluruh doktrin dakwah dari gerakan Tarbiyah, diambil dari sumber-sumber yang jauh sebelum Hasan Al-Banna. Misalnya dalam kitab Muhammad bin Abdul Wahab ada materi qul haadzihi sabiilii, yang merupakan materi dasar bagi setiap pemula yang masuk Tarbiyah. Ternyata dalam kitab Syekh Abdullah Alawi Al-Hadaad, yang sangat populer di pesantren, yaitu Ad-Da‟wah at-Tammah, juga dibuka dengan ayat tersebut, jadi ini sudah biasa. Intisari ayat dalam QS 12:108 itu pertama tentang deklarasi untuk mengikuti jalan dakwah, qul haadzihi sabiilii. Kedua, jalan itu hanya menuju kepada Allah. Ketiga, jalan itu 257 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH berlangsung di atas manhaj yang jelas. Keempat adanya pemimpin yang ikhlas (qiyadah mukhlisoh) di jalan itu. Kemudian kelima adanya pengikut/pendukung yang tho‘at (jundiah muthi‟ah) dalam jalan itu. Mereka semua rata-rata memiliki marja‟ (rujukan) yang sama dari berbagai ulama. Bagi Tarbiyah, siapa saja yang berbicara tentang Islam akan menjadi rujukannya. Tapi yang paling mayoritas sering digunakan adalah pemikiran-pemikiran Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, An-Nadwy dan Mushtafa Masyhur. Tahun 1980-an pemikiran-pemikiran mereka memang masuk ke Indonesia, karena di tempat asalnya, Mesir, mereka dipukul oleh Nasser. Ini hikmahnya, mereka muncrat kemana-mana, termasuk ke sini. Mereka juga masuk ke berbagai elemen dan lembaga ummat di berbagai pelosok dunia. Dengan berbagai cover mereka menjalani gerakan mereka, misalnya, WAMY, IIFSO, OKI, Rabithah Alam Islami, termasuk juga lembaga yang pernah
dipimpin
Anwar
Ibrahim.
Lembaga-lembaga
itu
menjadi
corong
yang
mensosialisasikan abad ke-15 H ini sebagai titik tolak keberangkatan ummat Islam.
T : Apakah yang Anda maksud gerakan dari Mesir itu adalah Ikhwanul Muslimin? Gerakan inilah yang nampaknya banyak memberi inspirasi dan pengaruh kepada Tarbiyah. Prosesnya antara lain lewat pengiriman buku-buku tentang gerakan itu ke pesantren-pesantren oleh mahasiswa kita yang belajar di Timur Tengah. Tapi sayang kitabkitab itu tidak dibuka, karena dianggap bukan kitab kuning. Saya ingat, tahun 1972 Dr. Yusuf Qaradhawi pernah berkunjung ke Indonesia. Dan beliau menyumbangkan kitab-kitab sejenis itu. Di antara yang diberi itu adalah guru saya KH Abdullah Syafi‘i. Beliau adalah seorang pembaca yang lahap. Di mobilnya selalu ada kitab.
258 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Waktu itu saya masih kelas III Tsanawiyah. Mengikuti jejak beliau, saya sudah berkenalan dengan kitab Fii dzilalil qur‟an serta kitab karangan Abu Hasan Ali An-Nadwi yang disumbangkan Yusuf Qaradhawi. Begitulah inspirasi gerakan itu sampai ke sini. Waktu itu orang belum yakin, bagaimana halaqah yang paling banyak anggotanya cuma 12 orang bisa mengubah dunia. Orang-orang masih yakin perubahan itu hanya bisa terjadi dengan massa yang besar. Sementara kami terus melakukan pengkaderan intensif. Begitu intensifnya hingga di masa awal itu ada seorang tokoh muda gerakan ini, yang bisa 3 kali ke Puncak setiap akhir pekan untuk mencetak kader-kader Tarbiyah ini. Biayanya dari kantong sendiri. Kadang numpang truk. Bahkan tidak aneh kalau waktu itu di antara mereka ada yang jalan kaki dari Depok ke Jakarta, itu biasa. Dan mereka pulang jarang yang di bawah jam 12 malam. Seperti itulah mereka menjadi kader di masa lalu. Meski begitu Tarbiyah juga tidak eksklusif, karena mereka juga terjun ke tengah masyarakat.
T : Apakah proses pengkaderan itu dilakukan juga di kampus dan sekolah-sekolah agama? Ada, perekrutan itu dilakukan juga di sana. Tetapi memang respon yang paling cepat adalah di kampus-kampus umum itu. Mungkin karena berangkat dari kesadaran, bahwa mereka sudah minus keislamannya, sehingga mereka semangat untuk belajar Islam. Sedangkan orang-orang di kampus agama mengklaim, ―Kami gudangnya Islam.‖ Jadi mereka sudah merasa cukup.
259 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH T : Kembali soal sejarah Tarbiyah tadi. Bisa anda jelaskan siapa-siapa saja tokoh yang membawa fikrah gerakan ini ke Indonesia? Tentu saja ketika proses masuknya fikroh ini berlangsung, banyak pintu yang digunakan, proses ini seperti tayyar (arus). Sebuah tayyar kan tidak jelas mana awal dan mana akhir. Begitu banyak sehingga jika Anda sebut beberapa nama tokoh Tarbiyah, boleh jadi semuanya punya peran. Tapi saya ingat salah seorang kyai di Jakarta, pulang dari Timur Tengah membawa kitab untuk pesantren. Saya mengkhatamkan tiga kitab risalah Hasan Al-Banna yang dibawa kyai saya itu yaitu Bainal Amsi wal Yaum (Antara Kemarin dan Hari Ini), Da‟watuna (Dakwah Kami di Era Baru) dan Risalah Ta‟lim.
T : Dalam perkembangannya Tarbiyah terjun ke dalam da‟wah politik ?yakni dengan pendirian Partai Keadilan. Apa pertimbangannya? Bukankah begitu banyak ilmu, lalu kalau bukan untuk dikaji dan diamalkan dan diaplikasikan, terus untuk apa? Apakah cukup kita membicarakan di dalam halaqah, tapi di luar kita selesai begitu saja. Kalau dilihat dari perjalanan Rasulullah, mereka mulai sembunyi selama tiga tahun, sesudah itu mengumumkan da‘wahnya. Saat itu sudah eranya dakwah memasyarakat sampai hijrah dengan segala resikonya. Sesudah itu di Madinah terjadi suatu proses yang bersifat politik praktis dan kelembagaan politik. Lagipula, kita harus membayar janji kita kepada Allah bahwa shalat, ibadah dan seluruh kehidupan kita untuk Allah. Jadi hidup itu mulai dari tidur, makan, sampai mengatur orang bermasyarakat, berarti namanya politik. Keputusan untuk terjun ke politik didorong oleh kesadaran supaya tidak ingin berasyik-asyik saja dalam konsep da‘wah, tetapi apa yang bisa kita berikan untuk ummat
260 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH pada saat moment berpolitik memungkinkan. Kalau momen itu tidak diambil, ummat akan mengeluh dan kecewa. Sementara banyak orang kafir sudah mengibarkan bendera.
T : Orang memaklumi bahwa kader Partai Keadilan (PK) dari kalangan Tarbiyah. Sementara Doktor Yusuf Qaradhawi menulis bahwa PK adalah perpanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia. Jadi Tarbiyah sesungguhnya adalah IM di Indonesia? Wallahu a‟lam. Saya baca buku asli yang ditulis Qaradhawi itu. Di situ tertulis imtidad. Tetapi apakah betul terjemahannya sebagai perpanjangan tangan. Sebetulnya mereka adalah jamaah wahidah yang diikat oleh rabithul aqidah. Jadi di manapun mereka berada tetap dalam satu ikatan yang kokoh.
T : Apakah ada semacam ikatan resmi antara tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Tarbiyah di Indonesia? Begini, kalau soal kerjasama ya sulit juga dijawab, karena tidak sama seperti komunis di Indonesia dulu yang punya hubungan jelas dengan komunis di Rusia. Yang jelas kalau di luar negeri seperti di Yordan, Sudan dan lain-lain, Ikhwanul Muslimin bergerak dengan bendera formal, tapi ada di sebagian negeri yang lain tidak menggunakan nama Ikhwanul Muslimin, namun semangatnya sama.
T : Mengapa tidak ada keinginan untuk menegaskan diri dengan menyatakan bahwa Tarbiyah tidak lain adalah Ikhwanul Muslimin? Yang penting bukan terstruktur atau tidak, diakui atau tidak, tapi produk apa yang bisa dihasilkan oleh seorang muslim dengan komitmen dan semangat dakwahnya. Kita
261 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH lebih mengandalkan kualitas komoditas, bukan propagandanya, na‟tamid „ala husnil bdho‟ah la „ala husnid di‟ayah. Seingat saya, selama bertahun-tahun tumbuh bersama gerakan ini, mereka tidak pernah diperkenalkan dengan satu tokoh. Kita selalu membiasakan untuk selalu merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah. Kita mencegah agar jangan sampai kader-kader kita terpesona oleh figur dan oleh nama besar. Lebih baik begitu daripada mengibarkan bendera tapi tidak pernah membuktikan komitmennya. Kita sendiri tidak berani mengklaim sebagai Ikhwanul Muslimin karena, pertama, sudah benarkah klaim itu, kalau tidak, berarti kita sudah membohongi masyarakat. Kedua, kalaupun kita punya hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, apakah kualitas kita benarbenar sama dengan mereka. Kalau sudah sih tidak apa-apa mengklaim sebagai bagian dari jamaah itu. Tapi kalau pemikirannya jauh dari Hasan Al-Banna, dan produk akhlaknya mengecewakan, gaya bahasanya juga berbeda buat apa mengaku-ngaku. Jadi bagi kita yang penting adalah produknya dulu.
T : Di Mesir organisasi IM muncul secara terang-terangan. Mengapa di negeri lain tidak semua yang mau terang-terangan? Mesir itu kan monumen, tempat lahirnya gerakan itu. Sebagai monumen besar, ia tidak boleh tersembunyi. Apapun risikonya, termasuk nyawa, eksistensi jama‘ah harus tetap muncul. Kalau dia dibilang tidak ada, tidak ada di dunia ini, kalau dia dibilang ada, orang akan bilang ada. Tentu saja di Indonesia tidak bisa saya katakan bahwa Tarbiyah adalah perpanjangan tangan yang terstruktur dari IM, tapi lalu disembunyikan. Benar atau tidak, itu soal lain.
262 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Paling tidak dari sisi kampanye nama, memalukan kalau orang Indonesia cuma mengambil nama lalu kualitasnya tidak sampai.
T : Apakah pencanangan gerakan Tarbiyah di era terbuka ini kemudian akan mengarah kepada pembentukan ormas? Nampaknya tidak. Jadi pencanangan ini adalah da‘wah ke berbagai lini. Ini lebih kepada keinginan untuk menanamkan semangat menyebar.
T : Dalam selebaran acara seminar “Tarbiyah di Era Baru” Anda disebut sebagai Syaikh Tarbiyah. Apakah memang dalam struktur Jamaah Tarbiyah imamnya Anda. Dan bagaimana sampai Anda didudukkan sebagai syaikh? Antara sungguhan dan guyonan, susah membedakannya. Biasanya orang yang sudah dekat kan begitu. Sebenarnya sebutan ini hanya buatan panitia saja. Saya tanya mereka, ―Kenapa dibuat seperti ini?‖ Mereka bilang, ―Publikasinya sudah disebar kok.‖ Maka saya balas gurau, ―Adik-adik mau nyindir saya ya, bahwa saya sudah kakek-kakek. Syaikh itu kan artinya kakek. Jadi era saya sudah hilang, sekarang era kalian semua?‖ Pertimbangan mereka mungkin saya ini kan nggak sama dengan yang lain. Yang lain kan ada yang bergelar doktor. Mereka mungkin mengira-kira untuk mengimbangi, sehingga akhirnya dibuat julukan itu. Humor itu biasa terjadi, sering si Fulan ditulis bergelar Ph.D, maksudnya bukan doktor, tapi singkatan dari Pakar Halaqah dan Daurah, hahaha… Lantas ada yang menggelari saya dengan Kyai Haji, tapi itu orang-orang saja yang kasih. Saya sendiri risih dipanggil Kyai Haji. Kalau diangkat dengan sebutan mulia saya gemetar.
263 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH T : Apakah penyebutan syaikh itu terkait dengan posisi struktural anda sebagai ketua MPP di PK? Insya Allah tidak.
T : Gerakan Tarbiyah selama ini banyak berbasis di kampus yang notabene masyarakat menengah dan relatif elit. Belakangan apakah juga memperhatikan kalangan bawah? Relatif, di beberapa daerah pembinaan kalangan bawah tampaknya cukup memuaskan, walaupun untuk berpacu perlu waktu, kenapa misalnya di beberapa daerah transmigrasi ada keberhasilan yang mereka menjadi pemimpin riil.
T : Sering muncul kritik bahwa gerakan Tarbiyah ini cenderung eksklusif. Apakah Anda rasakah pula kecenderungan itu? Betul, ada kalanya kopral dengan kopral berkelahi, tetapi mayor dan kolonel yang jadi atasannya biasa-biasa saja. Para jenderalnya pun saling ngobrol saja. Kalau ada yang demikian yang saya lihat, saya mengingatkan kader-kader kita agar tidak boleh begitu. Karena sesungguhnya mereka bisa menjadi orang yang sangat dihargai masyarakat jika menggunakan cara-cara yang lebih santun. Jadi kesan eksklusif itu bukan karena ajaran ataupun doktrin, tapi dari sisa yang belum diselesaikan dari kajian materi yang saat itu harusnya mereka cari sendiri. Makanya mereka disuruh mengaji ke mana-mana untuk menambah wawasan. Sehingga kalau ada kajian umum mereka datang ramai-ramai untuk memperkaya dari apa yang telah mereka dapatkan dalam kelompok-kelompok kecil itu.
264 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sesuai dengan apa yang ia nasehatkan, Rahmat Abdullah sendiri adalah sosok pejuang da‘wah yang sangat aktif memperkaya wawasan keilmuannya. Pendidikan formalnya hanya sampai madrasah aliyah plus setahun kuliah di LIPIA Jakarta. Tapi karena kegigihannya mencari ilmu dari beberapa halaqah kiai dan kelahapannya membaca kitab, banyak orang mengakui kapasitas keilmuannya tak kalah dari rekan-rekannya yang bergelar doktor. Sejak tahun 1985 ia sudah sering berkunjung ke luar negeri dan keliling Indonesia, memenuhi undangan seminar, mudzakarah du‘at, pelatihan kader, tabligh, dan sebagainya. Meski begitu ia tetap tawadhu dan menolak disebut otodidak. ―Allah-didak. Allah yang mendidik dan mengajarkan kita,‖ katanya meluruskan.
Sumber : www.hidayatullah.com
265 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
266 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Film Sang Murabbi :
FILM SANG MURABBI
Sang Murabbi adalah film biografi tahun 2008 yang menceritakan kehidupan Almarhum KH Rahmat Abdullah (1953-2005). Launcing film ini berbarengan dengan ulang tahun PKS yang ke X di senayan. Beliau adalah seorang ulama yang termasuk dalam pendirian Partai Dakwah (Partai Keadilan = sekarang PKS). Film ini sebagai upaya untuk mengingatkan para kader untuk kembali kepada tujuan dakwah itu sendiri (asholah dakwah). Film ini disutradarai oleh Zul Ardhia. Di sepanjang film, banyak dijumpai dokumentasi tentang Rahmat Abdullah, sementara di akhir film, terdapat testimonial dari KH Hilmi Aminuddin (Ketua Majelis Syuro PKS), Tifatul Sembiring (Presiden PKS), dan DR Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI). Dua lagu soundtrack film ini dibawakan oleh kelompok Nasyid Izzatul Islam, yakni Sang Murobbi dan Doa Robitoh.
Resensi Bang Mamak, adalah panggilan sayang seorang adik yang pernah mengecap kelamnya dunia preman (samseng) untuk seorang Rahmat Abdullah. Sosoknya sebagai kakak yang tak pernah jera menasihati menjadi pembuka akal sehatnya untuk kembali ke jalan Allah. Dakwah bil hikmah dan dakwah melalui seni adalah salah satu jalan yang dipilih oleh almarhum yang selama hayatnya menetap di daerah Pondok Gede, Jakarta. Penggambaran sosok anak betawi yang tawadhu dalam film Sang Murabbi begitu kental terlihat. Siapa sangka sosok yang begitu dikenal dan dikagumi di kalangan aktivis partai dakwah ini ternyata begitu menikmati sikap zuhudnya. Seringkali semasa hidupnya terutama saat menjabat anggota DPR, beliau lebih memilih berkendaraan umum dibanding 267 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH mobil dinasnya. Kebiasaan yang dulu sering dilakukannya dalam menghadiri undanganundangan ceramah. Lisan yang keluar dari lidahnya adalah ilmu dan bahasa sederhana seorang Rahmat Abdullah yang tidak merasa jumawa menjadi rujukan para aktivis dakwah. Kepergiannya tak ayal lagi ditangisi ribuan kader dan aktivis baik yang dekat dan pernah berjumpa dengannya bahkan oleh orang yang hanya berjumpa dengannya melalui tulisan, buku atau artikelnya. Dibuatnya film Sang Murrabi bukan saja sekedar mengenang seorang ustadz yang bergelar Syaikhut-Tarbiyah ini, namun juga mengingatkan kembali akan jejak langkah kebaikan yang telah diretasnya, semangat pantang mundurnya dalam dakwah, juga kesederhanaannya dalam hidup. Bahkan artis Neno Warisman, Astri Ivo, dan Aty Cancer pun mau terlibat di dalamnya. Sosok Ustad Rahmat Abdullah diperankan dengan apik oleh Irwan Rinaldi sebagai peran utama, seorang pendatang baru dalam dunia film namun tak asing lagi dengan dunia akting. Bukan perkara mudah memerankan sosok tersebut walapun secara pribadi Irwan mengenali beliau. Berkeping-keping VCD ceramah, bukubuku, dan observasi langsung dengan keluarga Ustad Rahmat Abdullah, menjadi penting dilakukan Irwan untuk menjiwai perannya. Memang hanya satu Rahmat Abdullah di dunia ini dan tentu saja tak tergantikan. Ketika rencana diputarnya film Sang Murrabi di Kuala Lumpur bergulir, Zul Ardhia selaku sutradara film menyetujuinya dengan senang hati.
Sumber : http://islam-kucinta.blogspot.com/2010/10/download-film-sang-murabbi-danceramah.html
268 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://sang-murabbi.blogspot.com/
269 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Film Sang Murabbi :
Kutipan Nasihat KH. Rahmat Abdullah Dari Film Sang Murabbi
1. Ada dua hal yang harus kita ingat dengan baik, kebaikan orang lain kepada kita dan keburukan kita kepada orang lain. Dan ada dua hal juga yang harus segara dilupakan, kebaikan kita terhadap orang lain dan keburukan orang lain kepada kita. 2. Diantara sekian jenis kemiskinan yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azzam dan tekad, bukan kemiskinan harta. Kemiskinan azzam akan membawa pada kebangkrutan dari segi harta. Azzam dan kemauan yang kuat kelak akan membuat kita berilmu dan kaya. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan, dan kerja keras. 3. Siapakah yang patut dibilang teroris? Apakah yang membela diri karena diserang atau yang menyerang karena ingin menghancurkan. 4. Dakwah berkembang di tengah orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tidak pernah pudar, ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tidaklah panjang. Tetapi, cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka. apa artinya usia panjang namun tanpa isi sehingga kita kelak akan diingat oleh tiga baris kata yang dipahatkan di atas Nissan kita. Si fulan lahir tanggal sekian dan wafat tanggal sekian. 5. Kita harus bergerak. Kitalah yang membangkitkan kesadaran umat untuk kembali pada asholah dakwah ini. Siapakah orang yang akan membawanya bukanlah orangorang yang berdiri di pinggir dakwah. Orang-orang yang hidup dalam dakwah ini, yang mempergunakan dakwah ini, yang mengharapkan semua orang dari dakwah 270 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ini. Tidak! Rasulullah SAW mengatakan, semangat memuda mulai dari mana? Dari kita. Kembalilah pada asholah dakwah. Bangkitkan semangat antum. Contohlah Rasulullah SAW, jadilah agen perubahan di dalam masyarakat. Kembalikan tiangtiang dakwah ini. Antum berlarilah ke seluruh dunia untuk mengabarkan dakwah ini untuk membangkitkan dakwah ini. 6. Setelah berazzam, Allahlah yang mengurus semua itu. Allahlah yang mengurus hidayah itu. Tidak usah bersedih, 7. Orang-orang itu membuat tipu daya. Dan Allah membalas tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembuat tipu daya. 8. Kader yang tulus dan bersemangat tinggi, pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Manusia yang memiliki akal akan bisa mengerti akan berharganya cincin berlian. Tetapi, anjing yang ada di samping cincin berlian tidak pernah mengapresiasi cincin berlian itu. ia akan berlari mengejar tulang lalu akan mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. 9. Dakwah rasanya kendur, seolah ada sesuatu yang hilang…Kendur dan tidaknya dakwah ini kita lihat dari asal muasalnya kita ingin dalam dakwah ini. Dakwah ibarat kita sedang membuka lahan yang baik. Kalau sudah dapat benih maka kita tanam. Tempat menanam juga harus yang baik. Tapi, terkadang setelah tumbuh ternyata ada belut yang merusak.. 10. Ya pejuang dakwah yang dicintai Allah SWT! Allah menciptakan apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Ini semuanya agar kita berfikir, menela‘ah apa yang bisa kita ambil pelajarannya. 11. Berapa banyak orang menguasai ilmu serta dikenal sebagai ilmuan ulama atau da‘I, namun kehilangan potensi hati nurani. Mereka yang hanya mengejar dunia yang memiskinkan rakyat dan menguras kekayaan bangsa untuk kepentingan sendiri
271 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH adalah anjing yang terjebur di telaga bening karena kebodohannya menerkam bayangannya sendiri. 12. Kalau hanya berdakwah kita memang bisa. Tetapi, apakah kita bisa cinta dengan dakwah? Cinta itu butuh pengorbanan, waktu, tenaga dan harta. Allah telah menggirng kita kepada keimanan dan dakwah saja merupakan suatu kenikmatan besar. Pantaskah kita berharap imbalan yang lebih dari itu? apalagi berupa jabatan, kesenangan atau kemewahan. 13. Banyak orang tertawa sedang maut mengintainya. Banyak orang yang datang ke shaf shalat tapi ternyata cepat dpula ia pergi. Dingin tanpa penghayatan. Banyak orang yang sedikit beramal, tapi disebutnya banyak sekali. 14. Merendahlah, engkau kan seperti bintang gumintang dipandang berkilau di atas riak air dan bintang pun jauh tinggi. Jangan seperti asap yang mengangkat dirinya tinggi di langit. Padahal dirinya rendah hina. 15. Ada dua hal yang mesti kita ingat. Kebaikan orang lain sama diri kita. Dan keburukan diri kita sama orang lain. Tapi ada dua hal juga yang mesti kita lupakan. Kebaikan diri kita pada orang lain dan keburukan orang lain pada diri kita… 16. Allah telah berfirman: ―Sesungguhnya, Aku ciptakan langit dan bumi ini, wahai manusia, buat kamu untuk berfikir, untuk menelaah bagaimana kamu menjalani hidup ini”. 17. Ya ayuhal ikhwah, Antum perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan batu dan air yang mengalir di sungai ini. Antara batu dan air tidak ada pertikaian diantara mereka. Batu tidak pernah mengatakan, Hai air kenapa bunyimu terlalu keras Atau air
mempersoalkan,
Batu,
kenapa kau ada disini. Tidak ada persengketaan diantara mereka; Mana hak saya… Mana kewajiban kamu… Tapi kenapa kita tidak mau mengambil ibroh dari batu dan air? Kenapa kita mulai bercerai-berai, memikirkan ini hakku… ini hak saya… Ini 272 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kewajibanku… Itu kewajibanmu… Malu kita semua pada batu dan air! Ini saatnya antum semua bersatu, bekerjasama dalam ukhuwah Islamiyah… Allahu Akbar! 18. Jangan sampai nanti orang-orang tarbiyah dibenci karena orientasi kekuasaan. Dia tidak boleh berbangga dengan bangunannya, lalu tertidur-tidur tidak pernah mengurus urusan hariannya. Tetap dia harus kembali pada akar masalahnya, akar tarbiyahnya, mahabbin, tempat kancah dia dibangun. 19. Nah, akhi. Tantangan dakwah seperti itu. Diuji dengan kesusahan… Dicoba dengan penderitaan… Insya Allah, kita kuat. Tapi jika diuji oleh Allah dengan kenikmatan, ini yang kita mesti hati-hati. Antum mesti sabar… ikhlas… Ingetin terus temen-temen antum, jangan seperti monyet… 20. Kendor ga kendornya dakwah ini kita lihat dari asal muasalnya. Dakwah ini kan ibarat kita lagi buka lahan sawah. Kita cari benih yang baik.. kita cari lahan yang baik.. kemanapun kita cari. Nah, kalo dapet benih.. kita tabur deh tuh ke padang yang baik juga.
Nah
sekarang
udah
kita tanam, kita masukin aer, nah ketika aer masuk.. ada yang dateng, belut yang dateng. Soalnya kita mau sibuk sama sawah apa mau sibuk sama belut..? 21. Kalau uang udah habis, minta aja lagi sama Alloh. Kalau uang udah mau abis.. itu berarti rejeki udah mau dateng lagi. Kayak sumur aja, kalau sumur kering, berarti ujan udah mau dateng. 22. Setiap marhalah itu ada rijalnya, ada masalahnya. Jadi masing-masing kita ada cobaannya dari Alloh subhanahu wa taala, begitu juga dakwah kita. Obatnya adalah kesabaran, keikhlasan antum, pengorbanan temen-temen dan kita kembali ke asholah dakwah ini.. 23. Seonggok kemanusiaan terkapar. Siapa yang mengaku bertanggung jawab? Bila semua pihak menghindar, biarlah saya yang menanggungnya, semua atau sebagiannya… 273 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sumber : http://www.apadong.com http://nasruni.wordpress.com/2008/07/10/kata-kata-bijak-ust-rahmat-abdullah-dalamsang-murabbi/#more-111 http://cahtp09.blogspot.com/2011/06/nasihat-ust-rahmat-abdullah.html
274 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Film Sang Murabbi :
2 Dialog Nasihat Dari Film Sang Murabbi
Kisah Seekor Monyet ―Ane mau curhat nih stad. Ane liat nih Sekarang ngajinya dah pada kendor, tiap liqo yang diomongin politil mulu. Kayanya ga ada omongan selain itu.‖ Kata mabruri. Ustadz Rahmat berkata, ―Ane paham apa yang antum rasakan, dan temen-temen rasakan. Jadi, ane pengen cerita nih, akh mabruri, tentang monyet,‖ ―Monyet? Emang kita monyet?‖ Tanya Mabruri. Ustadz berkata, ―Bukan, maksudnya, ni ibarat, jadi gini, akh mabruri, jadi ada seekor monyet ni. Akh mabruri. Dia naek trus sampe ke pucuk pohon kelapa. Tapi diem-diem ada 3 jenis angin nih yang bukan sembarangan nih angin, ada angin topan, angin bahorok, angin puting beliung. Siap nih, ngincer tu monyet. Siap nih. Plan-plan, plek. Kaga jatoh!‖ ―Makin kenceng,‖ Sela Mabruri. ―Makin kenceng aje pagangannnya. Tapi dateng nih, akh mabruri, angin yang sepoisepoi nih dateng deh, pelan-pelan, pelan-pelan, diincer tuh ubun-ubunnya tuh monyet diincer. Seeet, seer ngeriep-ngeriep tu monyet, matanya ga ngeliat lagi dah, tangan lepas dah, itungan berapa detik, jatoh dah.‖ Lanjut Ustadz. ―Jatoh, stad?‖ Kata Mabruri. ―Subhanallah, akh mabruri, nah ibaratnye begitulah tantangan dakwah kita. Jadi klo kita di uji sama yang sempit, kesedihan, kemiskinan, kuat kita, akh mabrur. Tapi klo kt di uji
275 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH sma ksenagan, akh mabruri, sebentar doang, plek, jatoh dah. Jadi kesimpulannya nih, akh mabruri, antum jangan jadi monyet.‖ Ustadz mengakhiri.
Nasihat Sabar ―Temen-temen gimana kabar?‖ Ustadz bertanya. ―Begitulah ustadz, makin jadi-jadi aje. Ngomongnya politik melulu. Ngajinya makan lemah, hamasah sama ruhiyahnya makin tips tuh stad, gimana yah?‖ Jawab Mabruri ―Akh, antum ingatkan deh, likullim marhaatin rijaluha wa likullim marhaatin masaakiluha. Jadi, setiap marhalah itu ada rijalnya, setiap marhalah ada masalahnya. Jadi, kita, masing-masing kita, ada cobaannya dari Allah swt. Begitu juga dakwah kita. Obatnya, mabruri, adalah kesabaran, keikhlasan antum, pengorbanan teman-teman, dan kita kembali ke asholah dakwah. Kita ngapain dakwah ini, kita cemplung dakwah ini, kita habis-habisan dakwah ini. Kenapa? Karena Allah saja. Kita inget bagaimana Kata Allah swt, bagaimana kata rasul. Udah selesai…‖ Jelas Ustadz. ―Kita ini udah Gatel stad,‖ Mabruri menyanggah. ―Paham, paham‖ Ustadz bicara. ―Keadaannya udah kaya meledak begitu,‖ Lanjut Mabruri. ―Paham, paham ane. Shobron ‗ala shobron. Antum berikan sabar diatas sabar kepada Allah swt. Allah akan segera dateng dengan jalan keluarnya.‖ Ustadz Mengakhiri tausiyahnya.
Sumber :
276 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://thechangemaker.wordpress.com/2011/04/15/belajar-dari-ustadz-rahmat-abdullahdalam-masalah-kontemporer-jamaah/
277 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Film Sang Murabbi :
Humor-Humor Ustadz Rahmat Abdullah Dari Film Sang Murabbi dan Sumber Lain
Tidur Nelentang Bisa Mati Suatu malam, di sebuah villa di kawasan puncak, para peserta dauroh (training) terlihat letih bersama Ustadz Rahmat Abdullah, berniat merebahkan tubuh mereka untuk beristirahat. Sang ustadz yang melihat mereka berbaring di atas lantai tak lupa berpesan, ‖hei, kalian jangan tidur nelentang, ya. Kalian bisa mati nanti.‖ Mendengar perkataan yang sepertinya serius itu, mereka buru-buru memperbaiki posisi tidur. Tapi nasehat ini terasa aneh, sehingga membuat mereka terdiam dan berfikir. Salah seorang peserta memberanikan diri bertanya, ‖lho, kok begitu, Ustadz?‘ Sang ustadz yang ditanya diam tak berkomentar. Sementara yang lain sibuk memikirkan apa yang dimaksud ustadz sebenarnya. Tak lama kemudian, mereka semua tergelak tertawa, sebab ternyata yang dimaksud nelentang oleh sang ustadz bukanlah posisi terlentang seperti yang mereka sangka. Tetapi yang dimaksud adalah nelen tang. Nelen biskuit sambil tiduran aja bisa keselek, apalagi nelen tang!
Lagu-Lagu Tentara Dalam suatu kegiatan i‟tikaf di sebuah masjid, Ustadz Rahmat Abdullah mendapat kesempatan memberi ceramah subuh untuk para peserta. Namun, karena mereka sepanjang malam mengikuti qiyamul lail, sebagian peserta terlihat tak kuasa menahan kantuk. Melihat kondisi itu, Ustadz Rahmat tidak kehabisan akal. 278 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Dalam ceramahnya ia sispkan humor yang menyindir kehidupan tentara. ‖Yang namanya tentara itu di masing-masing pangkat punya lagu heroik sendiri-sendiri. Kalau masih bepangkat prajurit, lagunya: ‘Maju tak gentar, membela yang benar...,‘‖ katanya sambil menyanyikan lagu itu dengan lantang. ‖Tapi, kalo sudah jadi sersan lagunya:‘Padamu negeri kami berjanji...,‘‖ katanya meneruskan ceritanya. ‖Nah, kalo sudah perwira lagunya lebih gembira:‘Disini senang, disana senang, dimana-man hatiku senang.‖ Jama‘ah tertawa. Kantuk pun hilang.
Kamaa Amar Siang itu, di kawasan puncak, Ustadz Rahmat Abdullah dengan para pengurus Yayasan Iqro sedang istirahat dari acara rapat tahunan yayasan. Sambil duduk lesehan menghadapi hidangan makan siang, salah seorang meminta sang ustadz bercerita untuk menghibur mereka. Maklum, meskipun ustadz yang satu ini sering kelihatan serius, tapi ia punya segudang cerita yang bisa membuat tergelak orang yang mendengarnya. Salah satu ceritanya yang membuat semua orang tertawa siang itu adalah, ‖suatu Jum‘at, naiklah seorang khatib menyampaikan khutbah. Di awal khutbah kedua, sang khatib membaca kalimat pembuka yang ada lafadz ‗kamaa amar‘. Kebetulan waktu itu, salah seorang jama‘ah ada orang Padang tulen bernama Amar. Mendengar khatib mengucapkan kalimat itu, jama‘ah itu tiba-tiba berdiri dan berkata,‖Ambo di siko, Pak Ustadz!‖ Ternyata Amar berdiri karena menyangka dirinya sedang dicari pak khotib. Maklum, kamaa amar dalam bahasa Padang artinya ‘kemana si Amar?‘
Kakiku Kau Injak Bung
279 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH ‖Dulu ada kesan orang Sumatera khususnya Sumatera Utara, terutama setelah kasus, PRRI, bahwa orang Jawa identik dengan tentara. Sehingga mereka sangat enggan dan sungkan bila bertemu orang Jawa,‖ cerita Ustadz suatu hari. ‖Suatu hari, seorang laki-laki Batak terinjak kakinya oleh orang yang tampangnya kejawaan. Ia menatap wajah lelaki yang menginjaknya sambil bertanya,‖Mas dari Jawa, ya?‖ dengan aksen Bataknya yang kental. ‖Ya, saya dari Jawa.‖ ‖Mas dari Jawa, ya?‖ Dijawab kembali, ‖ya.‖ Merasa kaki orang itu tidak digeser, lelaki itu bertanya lagi,‖Mas dari Jawa, ya?‖ Dijawab sama, ‖ya.‖ Tiga kali ditanya dengan pertanyaan itu-itu saja, orang Jawa itu merasa heran. Ia pun bertanya, ‖memangnya ada apa, Pak?‖ Lelaki Batak itu balik bertanya, ‖Mas tentara, ya?‖ ‖Bukan, memangnya ada apa?‖ ―Kakiku kau injak, Bung!‖ sergahnya lebih berani.
Gelar M.M. Ustadz Rahmat selalu memanggil istrinya, sumarni, dengan panggilan kesayangan, Nai. Suatu hari ia berujar, ‖Nai, sebaiknya kamu kuliah lagi, supaya dapat gelar M.M.‖ Istrinya bertanya, ‖M.M. papa,Bi?‖ Ustadz menjawab ringan, ‖Marni Manyun.‖ Istrinya, yang awal menduga sang suami serius, akhirnya tak mampu menahan tawa.
Sumber : 280 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH http://rachmat-naimulloh.blogspot.com/2010/10/humor-humor-ustadz-rahmat-abdullahalm.html
281 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
282 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Wafatnya Sang Murabbi :
Eks Ketua Majelis Syuro PKS Rahmat Abdullah, Wafat Anggara Lukita – detikNews
Jakarta - Ketua Majelis Syuro atau Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera (MPP) periode 1999-2005, Rahmat Abdullah meninggal dunia. Ustadz Rahmat meninggal dalam perjalanannya menuju rumah sakit. "Pak Tifatul membawa almarhum berada dalam ambulan ketika menuju ke Rumah Sakit Islam Jakarta," kata Sekretaris Presiden PKS Tifatul Sembiring, Adi Barkah ketika dihubungi detikcom, Jakarta, Selasa (14/6/2005). Menurut Adi, pada pukul 16.00 WIB almarhum masih mengikuti kegiatan pembekalan kader di Kantor Pusat DPP PKS, Mampang, Jakarta Selatan. "Ketika sedang mengambil air wudhu untuk solat magrib, tiba-tiba almarhum sempoyongan," ujarnya. Selain itu, Anggota Komisi III DPR RI ini mengeluarkan muntah berkali-kali. Sehingga, harus ditidurkan di sofa. "Saat itu, juga ada Dr Agus Kushartoro yang langsung menolong almarhum," tambah Adi. Dr Agus Kushartoro merupakan kader PKS yang juga dokter di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). "Tensinya mencapai 200. Almarhum dinyatakan stroke," paparnya. Almarhum dibawa bersama Tifatul Sembiring dan Agus Kushartoro menuju RS Triadipta, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Karena peralatan rumah sakit yang tidak memadai, akhirnya almarhum yang meninggalkan sembilan orang anak ini dibawa ke RS Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. "Dalam perjalanan ke cempaka putih, almarhum akhirnya meninggal." ucap Adi terdengar sedih. 283 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sumber
:
http://news.detik.com/read/2005/06/14/224741/381385/10/eks-ketua-majelis-
syuro-pks-rahmat-abdullah-wafat?nd992203605 Wafatnya Sang Murabbi :
Ribuan Massa Hadiri Pemakaman Rahmat Abdullah PKS Online
Ribuan kader dan simpatisan PKS serta tokoh masyarakat hadir pada pemakaman Mantan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PKS, Rahmat Abdullah, kemarin pukul 13.30. Rahmat dimakamkan di tempat Pemakaman Perkampungan, lebih kurang 200 meter dari tempat tinggalnya. Sejak terbetik berita wafatnya almarhum selasa malam, kader dan simpatisan PKS serta masyarakat setempat terus berdatangan untuk melakukan ta‟ziah. Meski diguyur hujan deras, animo massa tidak surut untuk menghadiri sholat dan pemakaman Ketua Fraksi PKS MPR RI ini. Sepanjang hari kemarin pekikan takbir mengema di Masjid Islamic Center Iqro tempat dimana jenazah Anggota Komisi II DPR RI ini disemayamkan. Pukul 11.00, dengan berlinangan air mata, Ketua Departemen kaderisasi DPP PKS yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPR RI Mahfud Siddiq, membacakan memorial Rahmat Abdullah. Memorial ini berisikan perjalanan hidup Rahmat Abdullah yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai Islam di bumi Indonesia. Usai sholat dzuhur berjamaah, Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid, Guru Almarhum, Abdul Rosid Abdullah Safi‘i dan Presiden PKS Tifatul Sembiring memberikan sambutan 284 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH yang berisikan kenangan dan kesan-kesan positif mereka selama bergelut dengan Rahmat Abdullah. Pukul 13.00 dilaksanakan sholat jenazah yang diikuti oleh seluruh massa yang hadir. Selanjutnya jenazah di angkat oleh kesatuan regu kepanduan menuju tempat pemakaman, yang diiringi oleh pekikan takbir dan derai air mata. Massa segera merapat menuju jenazah, mereka berdesak-desakan untuk memberikan penghormatan yang terakhir.
Saat jenazah menuju liang lahat, hujan terus mengguyur bumi, pekikan takbir bersahut-sahutan dan tangisan dari massa yang hadir semakin keras, sehingga suasana mirip seperti prosesi pemakaman salah seorang pejuang di Palestina. Sesaat setelah jenazah dikebumikan, Ketua Majelis Syuro (MS) PKS Hilmi Aminuddi menceritakan kronologis wafatnya Rahmat Abdullah. Kembali massa yang hadir tak kuat menahan tangis saat Hilmi mengatakan bahwa sebalum meninggal Rahmat telah bersedia untuk menunaikan tugas suci yaitu menjadi Ketua Badan Penegak Disiplin Jamaah PKS. ―Sebenarnya lebih suka waktu hidup saya dihabiskan untuk berdakwah di masyarakat seperti yang selama ini saya lakukan dari pada menjadi anggota DPR‖ tutur Rahmat kepada Hilmi. Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Ahzami Samiun Jazulli. Tampak hadir pada pemakaman ini, Menteri Perumahan Rakyat M. Yusuf Ashari, Menteri Pemuda dan Olah Raga Ahdyaksa Dault, Para Anggota DPR RI dari Faksi PKS, diantaranya R. Bagus Suryama Mayana dan Mustafa Kamal, Para Anggota DPR RI, Para Anggota Faksi PKS DPRD DKI Jakarta dan para tokoh masyarakat.
Sumber : 285 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH www.pk-sejahtera.org
286 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sesaat setelah jenazah almarhum tiba di rumah duka, ratusan pelayat mulai berdatangan dan antri untuk melihat wajah almarhum untuk terakhir kalinya
DR. Hidayat Nur Wahid hadir pada malam hari itu bersama kader lainnya
287 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Semakin malam ratusan pelayat semakin berdatangan
Antrian panjang untuk dapat melihat dan mendoakan almarhum
288 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Karena tidak muat jenazah dipindahkan ke ruang kelas
Ratusan pelayat antri untuk secara bergiliran masuk ke ruang kelas dimana jasad almarhum disemayamkan
289 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Foto ini diambil saat dini hari pukul 01.00 WIB
Satu persatu mereka mendoakan dan mencium wajah almarhum
290 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Di pagi hari, almarhum menanyakan kepada sopir mobil jenazah yang dimiliki Yayasan Iqro ini, apakah belum ada yang menggunakan untuk hari ini? Si sopir menjawab,”Belum Ustadz, mungkin sore nanti.”. Dan pada pukul 19.30 beliau meninggal dunia
Keesokan harinya, setiap pelayat diperkenankan untuk melaksanakan shalat jenazah 291 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii
DR. Salim Segaf Al Jufri, MA
292 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Tampak seluruh fungsionaris DPP beserta seluruh aleg FPKS dari DPR RI maupun DPRD beberapa daerah
Ketua MPR RI Agung Laksono turut melayat, Tampak pula Ustadz Hilmi Aminuddin
293 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Shalat Dzuhur berjamaah
Ribuan pelayan ikut melaksanakan shalat dzuhur berjamaah
294 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Terakhir kalinya sebelum jenazah dimakamkan, ribuat pelayat melaksanakan shalat jenazah berjamaah
Jenazah disiapkan untuk diangkat dan dihantarkan ke lokasi pemakaman 295 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Pekik takbir menghantarkan prosesi pemberangkatan jenazah
Pekik takbir berkumandang di selurung ruangan
296 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Takbir berkumandang ketika jenazah almarhum dikeluarkan dari ruang kelas
Hujan yang cukup deras ikut menjadi saksi jiwa-jiwa yang cinta akan almathum mengantarkannya sampai ke pemakaman 297 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Air hujan yang turun bersama dengan mengalirnya air mata haru
Selamat jalan, Ustadz…semoga engkau dikumpulkan bersama para syuhada dakwah
298 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Sesaat sebelum jenazah dimasukkan ke liang lahad
Suasana haru tampak ketika jenazah dimasukkan ke dalam liang kubur
299 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Anak almarhum dan kerabat ikut menggotong jenazah
Saat jenazah ditutup dengan potongan kayu untuk setelah itu ditimbun dengan tanah
300 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Ketua Majelis Syuro’, KH. Hilmi Aminuddin, Lc memberikan kesaksiannya terhadap apa yang selama ini beliau ketahui tentang almarhum
Anak-anak almarhum dan keluarga menahan isak haru melepas ayah yang mereka cintai
301 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
“Saya menjadi saksi bahwa almarhum adalah orang yang baik dan benar…”
Lantunan doa dihaturkan oleh ribuan pelayat meski hujan turun cukup deras
Sumber :www.slideshare.net/yeskristal/prosesi-pemakaman-ustadz-rahmat-abdullah 302 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Episode Cinta untuk Rahmat Abdullah Oleh Helvy Tiana Rosa
Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap Yang mengangkat diri tinggi di langit Padahal dirinya rendah-hina (Rahmat Abdullah)
Seperti tak percaya aku mendengar kabar itu: kau sudah pergi untuk selamanya. Dan kenangan demi kenangan berkelebat cepat di benakku, menyisakan satu nama: Rahmat Abdullah. Kita memang tak banyak bertemu, tak banyak bercakap. Tapi percayakah kau, aku menjadikanmu salah satu teladan diri. Kau menjelma salah satu sosok yang kucinta. Tahukah kau, hampir tak ada tulisanmu yang tak kubaca? Dan setelah membacanya selalu ada sinar yang menyelusup menerangi kalbu dan pikiranku. Tidak sampai di situ, buku-bukumu selalu membuatku bergerak. Ya, bergerak! 303 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kau mungkin tak ingat tentang senja itu. Tapi aku tak akan pernah melupakannya. Saat itu kau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Aku dan seorang teman menunggumu. Kami membutuhkanmu untuk memberi masukan terhadap apa yang tengah kami kerjakan. Tanpa istirahat terlebih dahulu, dengan senyuman dan kebersahajaan yang khas, kau menemui kami. Tak kau perlihatkan bahwa kau sedang tak sehat. Bahkan kau bawa sendiri makanan dan minuman untuk kami. Dengan riang kau menyemangati kami. ―Ini kebaikan yang luar biasa,‖ katamu. ―Bismillah. Berjuanglah dengan pena-pena itu!‖ Lalu kami mengundangmu untuk hadir pada acara milad organisasi kecil kami. Sekadar menyampaikan undangan, dan tak terlalu berharap kau datang, karena kami tahu kau sangat sibuk dengan begitu banyak persoalan ummat. Hari itu, bulan Juli 2002, milad ke 5 organisasi kami: Forum Lingkar Pena. Semua panitia direpotkan oleh banyak hal yang harus dikerjakan. Aku masih sempat bertanya pada panitia: ―Adakah yang menjemput Pak Taufiq Ismail dan Pak Rahmat Abdullah?‖ Panitia menggeleng. Banyak yang harus dikerjakan. Tak ada mobil atau tenaga untuk menjemput. Sudahlah, pikirku. Pak Taufiq dan Pak Rahmat terlalu besar untuk hadir di acara seperti ini. Aku hampir melompat ketika melihat Pak Taufiq Ismail datang sendirian dengan taksi dan menyapa kami riang. Dan aku tak percaya ketika tak lama kemudian kau muncul! ―Ustadz, terimakasih sudah datang. Kami tidak menyangka…,‖ sambutku. Kau tersenyum. ―Saya sudah agendakan untuk datang,‖ katamu. ―Ini acara FLP. Istimewa.‖
304 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Mataku berkaca. Ini ustadz Rahmat Abdullah, ia terbiasa diundang sebagai pembicara dalam berbagai acara nasional sampai internasional. Dan kini ia sudi hadir sebagai undangan biasa! ―Maaf ustadz tidak dijemput. Ustadz naik apa tadi?‖ Naik bis. Tempatnya mudah dicari,‖ katamu biasa. Kau sempat turut memberikan award dalam acara tersebut dan memimpin doa penutup. Aku menangis mendengar doa yang kau lantunkan, Ustadz. Kau berulangkali mendoakan agar organisasi kami: FLP selalu bisa melahirkan para pemuda yang tak akan berhenti berjuang dengan pena…. Pada akhir acara, kau turut berjongkok bersama para pemuda lainnya dan menandatangani spanduk yang kami gelar bertuliskan ―Sastra untuk Kemanusiaan.‖ ―Saya mencintai sastra dan suka membuat puisi,‖ ceritamu. Hari itu kehadiranmu benar-benar memberi semangat baru bagi kami. Ustadz, aku selalu mengenangmu sebagai suami dan ayah yang baik dalam keluarga. Sebagai guru sejati bagi ribuan da‘i. Dan ketika kau terpilih menjadi anggota DPR RI tahun 2004 lalu, tak ada yang berubah darimu, kecuali usaha yang lebih keras untuk membuat rakyat tersenyum. Dalam keadaanmu yang sederhana, kau tak berhenti memberi zakat dan infaq dari gajimu. Kau satu dari sedikit orang yang pernah kutemui, yang sangat berhati-hati dengan amanah dan berjuang untuk menunaikannya tanpa cacat. Ah, pernahkah kau meminta tarif untuk mengisi ceramah? Tak ada. Kau bahkan pernah berkata: ―Alhamdulillah ada lagi orang yang mau mendengarkan taushiyah dari hamba Allah yang lemah ini.‖ Terakhir kali kita bertemu, Ustadz, di sebuah jalan raya, sekitar akhir tahun lalu. Dan aku tak percaya, kau—anggota dewan yang terhormat— masih saja menyetop kopaja.
305 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kini dalam usia 53 tahun, kau pun kembali untuk selamanya. Ribuan orang, tak terhingga orang, datang mengiringi untuk terakhir kali, sambil tak henti bersaksi tentang keindahanmu. Selamat jalan, Ustadz. Jalan kebaikan dan cinta yang selalu kau tempuh di dunia, semoga mengantarkanmu ke gerbang yang paling indah di sisiNya. Amiin.
Sumber : http://helvytr.multiply.com/journal/item/106
306 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Mengenang Sang Murabbi Oleh Ustadz Ahmat Sarwat Lc
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarkatuh, Saya mengenal almarhum Ustadz Rahmat Abdullah tidak sebagaimana umumnya orang kebanyakan mengenal beliau. Saya mengenal beliau bukan hanya sebagai ustadz, tapi juga sebagai teman, kakak, guru dan juga sebagai tetangga satu kampung. Dulu namanya masih kampung, kampung Pedurenan Masjid. Kini nama yang lebih tersohor adalah Kuningan. Saya ingat sekali dahulu beliau pernah menulis puisi berjudul 'Pedurenan Nan Jelita'. Isinya tentang perasaan miris beliau atas pembangunan pisik yang menggusur perkampungan Islam. Lalu tempat itu berubah jadi hutan beton. Apa yang beliau khawatirkan di puisinya itu memang sebagiannya menjadi kenyataan. Setidaknya rumah beliau dulu tinggal yang tentunya juga rumah orang tua beliau, kini sudah rata dengan tanah dan sudah jadi gedung bertingkat. Demikian juga dengan mushalla An-Ni'mah sebagai salah satu mushalla tempat dulu kami mengaji, kini sudah rata dengan tanah dan jadi gedung bertingkat. Namun madrasah Daarul-Uluum yang disebut-sebut dalam film Sang Murobbi, tempat dimana beliau pernah mengadakan pengajian remaja masjid, masih berdiri tegak. Dan di madrasah Daarul-Uluum itulah kini saya tinggal sejak kami sekeluarga pulang dari Cairo. Waktu itu usia saya masih 2-3 tahun. Ya, pedurenan saat itu adalah sebuah kampung betawi yang lekat dengan nilai-nilai keislaman. 307 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Sekarang saya meneruskan Madrasah Daarul-Uluum yang sudah berdiri dari tahun 1976. Di Madrasah itulah dahulu Ustadz Rahmat Abdullah diangkat menjadi mengajar pengajian tiap malam Senin. Dan di samping madrasah ada masjid, dimana almarhum ayah saya adalah ketua Takmir masjid di depan rumah saya, dan almarhum Ustadz Rahmat adalah ketua remaja masjidnya. Remaja masjidnya bernama Pemuda Raudhatul Falah, disingkat PARAF. Karena nama masjid di depan rumah saya itu memang bernama Masjid Raudhatul Falah. Masjid Raudhatul Falah dan madrasah Daarul-Uluum, keduanya masih berdiri sampai hari ini. Sesungguhnya di kedua tempat itulah awal mula debut sang Murobbi kita yang satu ini. Sebagai putera pemilik madrasah dan juga putera Ketua Takmir Masjid, tentu saya kenal Ustadz Rahmat bukan hanya sekilas, tapi memang kami dahulu tiap malam 'nongkrong' bersama. Yang kami kenal, beliau bukan sekedar sosok ustadz, tetapi juga seorang seniman. Saya pernah main teater dimana beliau jadi penulis naskah sekaligus sutradara. Malammalam kami latihan teater di lapangan luas, sambil lari-lari memutari lapangan dan latihan vokal. Saya masih ingat dahulu saya mendapat peran sebagai Abu Mihjan, seorang shahabat yang mati syahid, dalam lakon Darah Para Syuhada. Naskah langsung ditulis oleh beliau, yang pada akhirnya saya ketahui merupakan terjemahan dari naskah asli berbahasa Arab karya Dr. Yusuf Al-Qaradawi. Usia saya waktu masih belia, masih SMP dan kemudian masuk ke SMA. Pengajian halaqoh yang beliau selenggarakan dimana saya ikut di dalamnya, adalah format pengajian setelah remaja masjid kami dibubarkan oleh pihak pemerintah, karena dianggap merongrong Pancasila dan penguasa. Maklumlah, itu terjadi tahun 80-an, dimana penguasa sangat represif terhadap umat Islam.
308 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Almarhum Ustadz Rahmat menjadi murobbi saya sejak masih SMP, lanjut ke SMA bahkan sampai saya kuliah. Kami mengaji kepada beliau bukan seminggu sekali, tapi tiap malam. Formalnya 3 kali dalam seminggu, yaitu malam Senin, malam rabu khusus bahasa Arab dan hari Ahad pagi khusus para naqib. Materi 'panah-panah beracun' saya kenal pertama kali dari beliau. Demikian juga buku kecil Al-Ma'tusrat dan tafsir Fi Dzhilalil Quran. Ustadz Rahmat sebenarnya lebih merupakan seorang otodidak, karena bahkan jenjang madrasah 'aliyah pun tidak sempat lulus. Sebenarnya beliau punya guru yang banyak, bukan hanya satu orang. Beliau adalah santri di perguruan Asy-Syafi'iyah Bali Matraman. Beliau adalah santri kesayangan kiyai Abdullah Syafi'i, ulama betawi kondang yang legendaris itu. Sayang karena masalah finansial, beliau urung diberangkatkan ke Mesir, negeri impian beliau untuk meneruskan menuntut ilmu. Beda nasib dengan senior beliau, Ustadz Bakir Said yang juga santri kesayangan kiyai Abdullah Syafi'i dan berhasil sampai ke Mesir. Tapi semangat belajar almarhum tidak surut. Beliau banyak membaca, apalagi kemampuan bahasa arab beliau lumayan, banyak buku berbahasa arab yang beliau lahap. Teman-temannya dari Mesir juga rajin mengirimi kitab, termasuk kitab-kitab harakah Ikhwanul Muslimin. Lepas dari keustadzannya, almarhum saya kenal juga sebagai pemuda yang awalnya dulu juga masih merokok. Kalau tidak salah, rokoknya Marlboro. Wah jadi buka kartu nih. Tapi setelah itu beliau sama sekali meninggalkan rokok, dan melarang murid-muridnya merokok. Tapi tidak semua kami patuh, ada juga yang bandel. Kalau ustadz tidak ada, beberapa dari kami ada yang dengan santainya merokok. Eh, tiba-tiba ustadz datang, maka rokok-rokok itu dibuang, takut ketahuan. Tapi ada satu teman yang waktu itu tidak sempat membuang rokok, entah kaget entah bingung, rokok
309 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH masih menyala dimasukkan kantong. kontan dia melompat-lompat kepanasan. Yah, ketahuan juga akhirnya. Saya mengenal beliau saat beliau masih bujangan. Saat itu saya tahu beliau sedang dalam proses berkenalan dengan salah satu murid beliau yang saya juga kenal langsung. Walau akhirnya beliau tidak jadi menikahinya dan menikahi murid beliau yang lain. Tapi kenangan itu masih jelas dalam ingatan saya. Yang menarik, di hari walimah pun, beliau tetap ceramah berpidato di hadapan hadirin tamu undangan. Hihihi, pengantin kok ceramah. Lucu juga ya. Oh ya, beliau terkenal kalau ceramah tidak bisa sebentar. Bahasa yang beliau pakai pun juga bahasa langit. Jadi sebenarnya buat kami saat itu, tidak semua yang beliau ceramahkan, bisa kami pahami dengan mudah. Sebagiannya merupakan bahasa perlambang, yang selesai pengajian, kita diskusi lagi membahas apa yang tadi beliau maksudkan. Lucu juga ya, ngaji kok nggak paham. Yang konyol tapi lucu, kalau beliau Khutbah Jumat. Lamaaaa dan panjaaang. Sebagian jamaah yang tidak kenal beliau kadang suka marah-marah. Sampai akhirnya saat doa dibacakan, mereka pun mengucapkan 'amin' dengan sekeras-kerasnya. Mungkin kesel kali ya, khutbah kok lama banget. Tapi ya itulah ustadz Rahmat Abdullah. Sosok yang kini jadi legenda. Sepanjang yang saya ketahui, beliau tidak sampai mengaji dalam arti halaqoh dengan ustadz Hilmi. Karena Ustadz Rahmat sudah jadi ustadz kondang saat Ustadz Himi baru pulang dari Saudi Arabia. Dan meski secara formal beliau tidak duduk di bangku kuliah dan juga tidak pernah tinggal di Arab, namun beliau baca buku cukup banyak. Ilmunya luas dan boleh diadu dengan para sarjana dari timur tengah. Tentu Ustadz Rahmat berinteraksi dengan Ustadz Hilmi dalam kancah harakah Islamiyah. Namun posisinya tidak sebagai murobbi dan mad'u. Sebab boleh dibilang, 310 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH muridnya ustadz Rahmat lebih banyak dari muridnya Ustadz Hilmi saat awal mulanya. Namun keduanya kemudian aktif dalam kancah tarbiyah, dan membina umat lewat berbagai macam halaqah dan daurah. Kelebihan Ustadz Rahmat dari semua murobbi lainnya adalah beliau seorang yang menguasai ilmu-ilmu keislaman secara baik, walau lewat jalur pesantren tradisonal. Beliau belajar ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqih dan seterusnya. Sementara para murobbi yang lain cuma bermodal materi panah-panah saja dan semangat 45-nya. Ketika beliau mulai membina dengan sistem halaqoh, beliau sudah punya murid dimana-mana. Sebaliknya, ustadz-ustadz yang baru pulang dari timur tengah belum punya murid. Lagian, gaya halaqoh di Arab sana sangat beda dengan gaya halaqah di Indonesia. Di Arab, murabbinya memang para masyaikh, semua anggota halaqah adalah mahasiwa yang melek huruf Arab. Jadi modelnya mereka baca kitab tertentu. Saya tahu gaya itu karena saya pernah diikutkan dengan halaqah khas gaya Arab. Menarik memang dan jauh lebih ilmmiyah. Sementara para murabbi di negeri kita, tidak bisa bahasa arab dan mereka bukan pembaca buku yang baik. Maka ustadz Hilmi membuat materi panah-panah itu, yang kemudian saya sadari bahwa semua itu adalah materi aqidah dan fiqhuddakwah. Tidak ada materi ulumul Islam seperti Fiqih, Ushul, Tafsir, Hadits dan lainnya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sumber : www.izzatulislam.or.id/blog/10
311 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi :
Memetik Hikmah dari Perjalanan Hidup Ustadz Rahmat Abdullah Oleh Ahmad Nawawy (Bang Nawi), Adik Ustadz Rahmat Abdullah.
Kenangan Seorang Adik atas Abang Tercinta Di antara orang yang sangat merasakah sentuhan Ustadz Rahmat, adalah adiknya sendiri, Ahmad Nawawy. Ia yang lahir tiga tahun setelah Ustadz Rahmat, benar-benar punya kenangan sangat mendalam dengan sang kakak yang selalu ia panggil Bang Mamak. Setelah ayah mereka tiada, Ustadz Rahmatlah yang menggantikan perannya sebagai ayah, sekaligus sebagai abang. Kala itu, Nawawy kecil sudah terseret ke dalam kebiasaan minum minuman keras. Ia bahkan keluar SD sebelum sempat menamatkannya. ―Saya ini bandel sejak kecil. Saya terjerumus ke miras sejak tahun 1973, berapa tahun setelah keluar dari SD di kelas empat. Terjerumusnya itu karena lingkungan, ingin nyoba-nyoba. Waktu itu anggur kolesom. Setelah itu minum arak. Jarang yang kuat, bahkan teman-teman itu suka dengan arak karena kadar alkoholnya 32 %, kalau anggur kolesom itu hanya 12 %,‖ cerita Nawawy. Dalam kurun yang tak singkat itu, ustadz Rahmat tidak pernah henti-hentinya berusaha, mengajak, menasehati dengan caranya yang penuh kasih, bersahabat, dan satu lagi, tidak pernah bosan. Ia ingin agar adiknya yang sangat dicintainya, benar-benar keluar dari semua jalan yang sangat dibencinya itu. Ustadz Rahmat biasanya mengajak Nawawy yang tengah mabuk untuk pergi. Nawawy sendiri tidak pernah bisa menolak. Ia mengakui bahwa kala itu tak ada seorang pun yang bisa menghalangi ulahnya. Bahkan encingnya pun dilawan. ―Saya selalu bilang, uang yang saya pakai kan uang saya, yang minum juga saya,‖ kata Nawawy. Tapi kalau 312 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH sudah didatangi Ustadz Rahmat. Ia merasa seperti dihipnotis. Ia pun naik ke atas motor tuanya. Setelah itu Ustadz Rahmat membawanya jalan. Kadang ke Taman Ismail Marzuki (TIM). ―Kalau mau pelarian, ke sini pelariannya. Ada drama, ada banyak lagi yang positif,‖ nasehat Ustadz Rahmat kepadanya. Kadang ia juga dibawa ke Cikoko, ke tempat sebuah padepokan silat. Tidak berhenti sampai di situ, untuk menghindarkan pergaulan Nawawy dengan lingkungan, ustadz Rahmat memasukkannya ke kursus Pusgrafin (Pusat Grafika Indonesia). ―Waktu itu namanya PGI, saya kursus beberapa bulan,‖ kenang Nawawy. Pernah suatu hari Nawawy menampar anak tetangga. Kakak ipar anak itu marah. Karena lebih besar dan tidak bisa melawan, akhirnya Nawawy mengambil pisau dan menunggu di depan rumahnya. ―Setelah ustadz datang, ia menarik saya pulang. Saya pun menurut begitu saja.‖ Nawawy juga mengisahkan kejadian lain, ―Saya pernah gebukin tiga orang di RT4/4. Tak lama saya diajak pulang ustadz. Katanya, ‗Luka tamparan kamu itu besok juga hilang tapi hatinya tidak bisa. Meskipun kamu minta maaf mungkin di depan dimaafin karena takut, tapi hati sangat membekas lukanya. Itu minta amal kamu di akherat, itupun kalau amalnya banyak.‘ Ini kata-kata yang sangat membekas hingga saat ini.‖ Semua drama-drama hidup itu masih harus dijalani dengan segala upaya untuk bisa mencari nafkah. Di antaranya, melalui usaha sablon. Sebelumya, ayah mereka mewariskan usaha mesin cetak Hand-Press. Tetapi kemudian, mereka ingin menjalankan usaha sablon. Waktu itu masih langka. ―Buku tentang sablon itu diterjemahkan ustaz Rahmat. Bukunya berbahasa Inggris. Belum ada terjemahannya. Karena kita ingin bisa nyablon maka dibelilah buku itu di Senen, Gunung Agung. Dan biasanya kita setelah buku ini diterjemahkan.‖ Usaha itu mereka namakan ARACO (Abdullah, Rahmah/Rahmat/Rahmi Company). Ustadz Rahmat lah yang biasa mencari order. Kesibukan baru mulai mengisi hari-hari Nawawy. Tapi pergulatan batin belum usai. 313 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Kecintaan Ustadz Rahmat kepada adiknya tak pernah pupus. Meski getir, ia tetap mencintainya sepenuh hati, lebih dari sekadar cinta seorang kakak, tapi cinta seorang yang punya keyakinan, bahwa ia harus berbagi jalan yang sama dengan saudara kandungnya: jalan orang-orang beriman. Makanya, segala cara ia lakukan. Termasuk menuliskan surat khusus, melalui pos, yang ia kirim dari Tebet, saat ia tinggal di daerah sana untuk sebuah keperluan.
Jakarta, 19 Rabi‟ul Awwal 1399 H 16 Februari 1979 M
Kehadapan Saudaraku A. Nawawy Di Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Adalah kenyatan yang tidak bisa diingkari bahwa sampai hari ini seakan kita hidup sendiri-sendiri, jauh dan asing. Tak usah saya katakan apa yang menyebabkan kenyataan ini, tetapi bagaimanapun saya yakin bahwa antara kita masih ada ikatan betapapun lemahnya ikatan itu sekarang. Dan saya percaya tentu kau masih mengakui saya. ini salah 314 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH seorang saudaramu, orang yang dekat dengan hatimu, seperti juga halnya kau menduduki tempat tersendiri dalam hatiku. Hanya sayang kita seperti orang-orang bisu, saya tak mampu mengungkapkan perasaan saya, betapapun perhatian saya untuk kemajuanmu, betapapun maklum saya terhadap minatmu untuk maju, betapapun ujian hidup yang kau hadapi. Saya katakan bahwa saya adalah manusia juga. Dengan segala kelemahan, dengan segala kealpaan. Orang mungkin menuduh saya tak memperhatikan perkembangan keluarga, khususnya kau, adikku, tetapi saya menolak tuduhan itu. Iya, betapa lemahnya alasan saya. Semua itu tiada lain sebabnya kecuali karena saya hidup bagaikan dalam penjara, dalam belenggu yang mengikat sangat keras. Kekhayalan, cita-cita, ide baik dan saran-saran terbang pergi begitu saja, tanpa saya melahirkannya dalam bentuk kata-kata, apalagi dalam kenyataan. Saya ingin kau memahami ini semua. Saya ingin kau memaafkanku yang sampai hari ini belum menunaikan kewajibanku kepadamu. Dan saya ingin kau melihat diriku sebagai orang yang sama-sama punya problem, punya persoalan, punya rasa sedih dan gembira, harapan, kekhawatiran dan berbagai rasa fitrah manusia. Dan dengan itu pula kuharap kau mau membagi duka. Bersama-sama memecahkan persoalan apa kiranya yang sedang kau hadapi, tanpa mencari sendiri, menanggungkannya dan melarikannya dengan caramu sendiri. Sebelum ini saya berada di puncak kebingungan, saya tak tahu apa yang harus kulakukan, apa yang harus kutuliskan, sementara jam terus berputaran mengurangi usia, kosong tanpa hasil apa-apa, selain kegetiran hidup, kepedihan yang menusuk hati. Suatu kekhawatiran yang tak tahu saya bagaimana bentuknya dan terhadap apa, telah merasuki jiwaku. Dia mengikutiku, kemana pergi, menggelisahkanku, mengejar-ngejar dan menuntut, menggugat suatu tanggung jawab. Saya tak mampu menggambarkan lebih jelas apa bentuk kekhawatiran itu. Saya Cuma bisa menghubungkan kekhawatiran itu pada dirimu, saya takut sesuatu menimpamu, menyusahkanmu dan merenggutmu.
315 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Marilah kita menarik pelajaran dari masa lalu, menarik manfaat, mensyukuri kenyataan baiknya dan menghindari kenyataan ruginya agar tak terulang lagi. Saya yakin betapapun jauhnya kita selama ini, namun kau tentu tak menutup pintu untuk satu dua patah kata dariku sebagai tanda bahwa saya masih punya hati untuk memahami dan menghayati perasaan orang lain. Ada sesuatu dalam diri kita yang sangat penting dan besar nilainya, yang sekalipun kita berdusta kepada dunia, namun tak bisa berdusta kepada-Nya. Itulah nurani, bashirah. Allah memberikan kita bashirah dan memberikan penjaga bashirah itu, yaitu iman. Dialah yang mampu membendung bisik-bisik selintas dari nafsu angkara. Sayang banyak orang menodai nuraninya sendiri, hingga suram dan tak bisa melihat lagi: “Sesungguhnya mata (lahir) mereka tiada buta, tetapi hati yang dalam dada merekalah yang buta….” (Surat Al Hajj, XXII, ayat 46) Marilah kita dengan sekuat kemampuan berkorban, baik waktu, perasaan, tenaga dan apa yang dapat kita korbankan demi hidupnya nurani, demi hidup yang lebih layak. Saya pikir adalah bijaksana bila saya menyerahkan kepadamu untuk mencari dan menyelidiki sendiri apa yang sedang saya rasakan tentang dirimu. Saya tak mampu menggambarkan, karena soal itu sangat abstrak, samar dan terjadi semata karena getaran perasaan halusku. Semoga baik baik sajalah hendaknya. Semoga kekhawatiran itu Cuma angan-angan, bukan kenyataan. Sekali lagi kukatakan, kau lebih tahu apa yang sedang kau hadapi, apa yang sedang menimpamu, dan apa kata hati nuranimu, selama hati nurani itu tidak disuramkan putus asa dan apatis, serta kekerasan hati….. “Tetapi, manusia itu ada nurani (bashirah) dalam dirinya, betapapun dia melontarkan alasan-alasannya. ” (Surat Qiyamah -LXXV- ayat 14-15) Semoga kata-kataku mendapat tempat di hatimu. Kuharap kau jangan kecewa atas segala sikapku. Aku selalu membuka kemungkinan untukmu. Maafkan daku atas segala kealpaanku. Terimalah kebenaran darimanapun datangnya. Terima kasih, sampai jumpa. 316 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
Salamku, Rahmat Abdullah
Surat itu begitu membekas. ―Ketika saya terima surat itu, saya menangis. Ayah sudah tidak ada, dan ustadz itulah sebagai ayah. Kata-kata dalam surat itu yang terkesan sekali. Saya tidak bisa lupa, ketika ia mengutip ayat Allah, ‗Bahwa manusia itu punya bashirah, meski ia menguraikan alasan-alasannya,‘‖ kata Nawawy. Tak berlebihan, bila surat itu ia beri tanda jam berapa ia terima: pukul 13.30. Beberapa bulan kemudian, Ustadz Rahmat kembali menulis surat, menuangkan segala perasaan hatinya tentang adiknya. Cinta, harap, cemas, dan segala yang teradukaduk tertumpah di sana. Dengan pengantar yang sangat menyentuh, ia kirimkan surat itu.
Jakarta, 16 Syawal 1399 H/ 8 September 1979 M. Menjumpai seorang yang lahir dari benih sah ayah-bundaku A. Nawawy Abdullah
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu‟alaikum wr. Wb. Aku tahu bahwa aku menyusun kata-kata seperti begini dalam masa ini dimana engkau mengikuti alur rasa dari jiwamu, sama dengan perang melawan arus yang melanda, betapa beratnya. Dan betapa mulianya, kuyakini. Aku tak berhak memaksakan apapun kepadamu, dan memang itu tidak perlu. Masing-masing kita punya hati nurani, yang walaupun kita bisa mendustai manusia sedunia, 317 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH namun kita tidak bisa mendustainya. Dengan itulah kita menimbang untung-rugi sebuah perjalanan. Hanya saja aku meminta kau sudi mendengarkan kata hatiku, memperhatikan sekadar harapanku, semoga ada gunanya bagi dirimu. Adikku, aku tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang kau jalani sekarang ini. Kau lebih tahu. Mata orang banyak sekarang tertuju ke sebuah keluarga, keluarga kita, yang pernah menjadi titik pandang orang banyak. Terserahlah komentar mereka. Cuma satu hal yang harus kau perhatikan, bahwa kita hidup tidak sendirian di dunia ini. Ada tata aturan yang mengikat yang bila dilanggar mungkin akan terasa akibatnya sekarang juga, baik berupa kerugian kehormatan, kesehatan atau apa lagi yang bernilai. Masih segar dalam ingatan bagaimana musibah menimpa keluarga ini beberapa tahun yang lalu. Hampir sebuah masa depan lenyap begitu saja, hancur oleh tangan-tangan kotor orang-orang angkuh yang menganggap dirinya mampu melakukan banyak hal, mampu menjaga diri dari banyak kesukaran. Sampai detik ini akibat itu masih berlangsung. Dan bukan itu saja, berapa lagi korban yang sama berjatuhan. Baru-baru ini seperti kau rasakan kengerian menghantui diriku, tentang sesuatu yang tidak kuperbuat, namun akibatnya akan kurasakan. Begini, maksudku… Kau tahu beberapa orang yang terlibat dalam kegiatan beberapa tahun lalu, dimana seorang anggota keluarga kita jatuh; kemana itu rekan-rekan “sependeritaan?” Mana tanggung jawab mereka? Mana itu kesetiakawanan? Mana pembelaan? Mereka terus dengan segala keangkuhan mempertontonkan perlawanan kepada Tuhan, seakan menentang kapan azab-Nya tiba. Aku takut mungkin kata-kataku tidak bernilai dalam pandangmu sekarang ini, tetapi aku ingin membuktikan bahwa akupun terus mengikuti perkembanganmu dengan hati yang luluh gelisah, kecewa. Aku ingin Tuhan menerima pengakuanku bahwa satu masa dari hidupku, pernah aku mengatakan sesuatu, atau menuliskan sesuatu yang merupakan suatu kewjiban, pahit. Jangan sampai jatuh lagi korban dalam keluarga ini. Ya, tak seorangpun merasa dirinya bakal celaka oleh tindakannya dan dengan angkuhnya dia berbuat, seakan kemarin
318 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH tidak ada seorang teman yang mati dengan usus terbakar alkohol, atau otak rusak oleh asap celaka. Kau tak bisa mengatakan bahwa kau menderita sendirian, menanggung semua itu seorang diri. tidak. Kau ingat bagaimana susahnya kita semua karena musibah yang menimpa seseorang dari anggota keluarga. Kemana itu keangkuhan, kebanggaan kepada kekuatan badan dan akal.? Aku kehilangan banyak hal dalam hidup ini. Harapanku, jangan engkau mengikuti lagi jejak lama yang telah terlalu banyak meminta pengorbanan. Belum terlambat. Tegakkan dengan pribadi yang jantan., tak ada gunanya menghindari kenyataan hidup dengan berlari ke garis khayal, dengan melawan hati nurani dan melontarkan alasan kepada lingkungan, situasi. Ciptakan kesempatan, jangan dinanti atau menyerah. Aku merasa bahwa sekarang ini akupun tak berharga lagi dalam pandanganmu, biarlah, aku tak mengharapkan itu semua, hanya pintaku jagalah dirimu. Jiwaku menjerit saat ini, aku tahu kau tak mendengar jeritan itu, tak merasakan hatiku yang luluh, gelisah, kengerian bercampur baur menjadi satu. Apakah sepanjang hidupku aku hanya harus melihat ketegangan demi ketegangan, kesombongan orang-orang yang begitu enaknya menyeret saudaraku ke kancah dunia mereka, lalu melemparkan korban itu untuk kami pikul dengan segala hina yang mencoreng muka, derita yang tak tentu bentuknya…
Semua nasehat-nasehat itu ia sampaikan sepenuh perasaan, segenap jiwa dan dengan seluruh cinta. Tak cukup sampai di situ. tahun 1982, Nawawy diajak mengaji secara intesif dalam sebuah halaqoh oleh Ustadz Rahmat. Tetapi ia tidak mengajak secara langsung. Ia menyuruh orang lain, Nurdin, seorang guru SMA untuk mengajaknya. Nawawy mulai ikut. Tetapi belum berjalan dengan baik. Ia mulai terpengaruh lagi ke kebiasaan lamanya. Tapi keinginan untuk berubah semakin menguat. ―Apalagi beberapa waktu itu saya sering menyaksikan teman-teman saya mati diujung peluru petrus. Ada namanya Agus Menteng Atas dipetrus, Jali juga dipetrus. Saya 319 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH memang tidak ada kriminalnya tapi dianggap gembong karena minum. Dan saya itu punya prinsip lebih baik menjadi kepala semut dari pada terjajah, jadi saya menjadi pemimpin di kalangan anak-anak itu. Ustaz bilang sama saya, ‗Kalau antum mati di medan jihad, antum mati karena kedzaliman, saya ikhlas sebagai kakak kamu. Tapi kalau karena miras atau narkoba saya tidak ridha,‘‖ kata Nawawy mengenang. Beberapa tahun sesudah itu Nawawy benar-benar berhenti total dari minuman keras. ―Kalau konsistenya ngikutin ustadz itu sekitar tahun 90 akhir. Untuk menguatkan tekad itu saya juga berusaha selalu puasa Senin-Kamis. Ini cara yang paling ampuh untuk meninggalkan semuan itu, termasuk juga dengan menghindari teman lama. Kalau tidak ikut pengajian intensif itu, belum tentu saya seperti sekarang ini,‖ tambah Nawawy. Hari-hari sesudah itu adalah persaudaraan dua anak kandung, yang tidak saja diikat oleh tali darah, tapi juga kasih sayang atas dasar iman. Kasih sayang ustadz Rahmat tak pernah habis. Terlebih bila sekadar soal finansial. ―Kalau soal bantuan, itu kapan aja dari masih muda tidak pernah lupa bahkan setelah nikah juga. Pada saat saya meminta bantuan untuk nikah belia sangat girang sekali. Saya nikah hanya modal beberapa ribu saja selebihnya ditanggung Ustadz. Maskawin dari ibu saya lima geram emas. ―Kepada ustaz itu saya tidak pernah minta. Ini juga didikan Ustadz sendiri, jangan minta kepada manusia tapi mintalah kepada Allah yang Maha Kaya. Makanya kalau saya butuh bantuan tidak minta tapi dengan redaksi memaparkan masalah. Saya juga paham kalau ustaz tidak punya duit dari masIh bujangan. Tapi Ustadz kalau punya uang sedikit dan kebetulan saya ada beliau tidak mau nerima. Beberapa tahun yang lalu kebetulan beliau tidak punya uang untuk membetulkan tempat tidurnya yang patah. Saya yang kasih uang melalui istrinya melalui istri saya. Dengan cara ini Ustadz tidak bisa menolak. Itupun karena tempat tidur itu sudah diperbaiki dan sudah terjadi. Nawawy telah memilih jalan barunya. Merajut cita-cita jauhnya. ―Cita-cita saya, ingin mati syahid di jalan Allah dan itu semoga Alah berikan. Seperti Khalid sendiri meninggalnya 320 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH di pembaringan padahal maunya di mendan perang. Istilahnya itu cita-cita. Yang kedua, saya ingin meninggal dalam kedaan puasa. Apakah Senin-Kamis atau pun pada ayyamul bidh. Meski prosesnya jatuh bangun, alhamdulilah dalam sebulan itu bisa sebelas hari puasa. Selain saya juga ingin kembali untuk bisa konsisten membaca Al Qur‘an satu juz sehari, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.‖ Pengaruh orang yang sangat mencintainya begitu kuat. ―Keperibadian Ustadz yang sang berbekas pada saya itu, beliau tidak pernah lepas wudhu. Alhamdulillah saya beberapa tahun ini saya selalu wudu, shalat dua rakaat. Saya tahu Ustadz melakukannya. Saya tidak pernah disuruh. Dia bercerita tentang Bilal yang selalu melakukan itu.‖ Lika-liku itu tentu punya tempatnya sendiri di relung kenangan masa lalu. Tapi yang pasti ia telah menempa sepotong jiwa untuk mendapatkan karunia hidayahnya. ―Semua perjalanan panjang itu itu menanamkan kelembutan yang sangat pada diri saya. Padahal saya itu dulunya sadis. Kalau ngadu ayam dan kalah, ayam orang itu saya cekik dan banting. Sekarang saya nyakitin semut saja tidak mau,‖ kata Nawawy menerawang. Sentuhan cinta itu telah menampakkan buahnya. Meski jalan belum selesai, tapi setidaknya Nawawy telah merasakan betapa indahnya kasih sayang tulus seorang abang, ‗ayah‘, dan saudaranya seiman: ustadz Rahmat Abdullah.**
Sumber :www.izzatulislam.or.id/blog/10
321 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Tentang Sang Murabbi : “Semoga Anak-anak Bisa Menggantikan Abinya” Oleh Sumarni, Istri Ustadz Rahmat Abdullah
Kedukaan menyelimuti keluarga almarhum Ustadz Rahmat Abdullah di kawasan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Di tengah suasana itu, Sumarni, istri almarhum, berkenan menuturkan kenangannya, tentang keseharian dan harapan almarhum pada Wasilah dari Tarbawi, Jum‟at sore, 17 Juni 2005 (tiga hari setelah beliau wafat). Di sela perbincangan, Sumarni sering tak mampu menahan tangis. Beberapa kali kata-katanya tercekat dan keharuan dalam diam panjang menyelimuti kami. Namun sesekali kenangan jenaka bersama sang suami, membuatnya tersenyum. Saat berbagi, Sumarni ditemani ibunda dan beberapa sahabatnya, yang juga tak mampu menahan keharuan. “Abi sangat baik, subhanallah,” tutur Sumarni berkali-kali. Berikut penuturannya: Saat berangkat ke DPR pada Selasa (14 Juni 2005) pagi itu, Abi (ustadz Rahmat Abdullah) sehat-sehat saja. Biasa saja, tidak ada semacam nasehat atau sikap berbeda. Maka saya berkali-kali bertanya, ya Allah, semua ini mimpi tidak (terdiam, menangis). Tidak disangka kalau keluar dari rumah itu untuk terakhir kali (ustadz Rahmat Abdullah wafat pada Selasa malam, 14 Juni). Sebelum berangkat, Abi memang senyum, tapi cuma senyum saja. Barangkali maksudnya perpisahan, tapi saya tidak paham. Selasa pagi itu, Abi ke DPR diantar Yitno, yang sudah lama bersama Abi. Yitno yatim sejak kecil, jadi sama Abi seperti bapak sendiri. Saya tanya ke Yitno, hari itu di mobil Abi bicara apa. Ternyata tidak seperti biasanya, Abi tidak banyak bicara, cuma baca koran saja. Malam Selasanya, Abi tanya tentang anak-anak, yang tahun ini keluar sekolah siapa. ―Thoriq,‖ saya bilang. Fida kan belum kuliah lagi, kecuali kalau tahun ini ia masuk kuliah
322 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH kembali. Eba sama Isda masih lama lulusnya. Abi sering bilang sama anak-anak, sekolah tujuannya bukan cari uang atau kerja, tapi cari ilmu. Lantas Abi bilang, ―Nai (panggilan khasnya untuk Sumarni), ada tempat makan bagus deh, makanannya biasa, tapi suasananya subhanallah, indah dan wangi, nanti kita ke sana ya.‖ (menangis) Kalau tidak salah tempatnya di Sukabumi. Saya tanya rumah makan itu wangi apa. Kata Abi, wangi bunga sedap malam. Abi bilang dia sudah lama nggak melihat sedap malam. Lantas karena teringat di pasar Pondok Gede banyak bunga sedap malam, saya ingin belikan. Tapi belum kesampaian. Setiap Sabtu pagi, kami sering jalan kaki berdua. Tapi Sabtu kemarin (11 Juni) karena Abi ke Medan, kami tidak jalan pagi. Pulangnya Abi bilang, ―Lama kita nggak jalan ya.‖ Karena seringnya kami jalan tiap Sabtu itu, ada teman bercanda, ―Iri deh lihat Ustadz sama Umi Fida, sempat-sempatnya jalan kaki berdua.‖ Abi itu subhanallah, sangat baik. Sering ia mau mengerjakan sendiri pekerjaan di rumah. Bikin teh buat saya sama anak-anak, sudah tidak aneh lagi. Bahkan ibu-ibu yang mengaji di rumah sering ia buatkan teh. Kalau saya capek atau sakit kepala, ia langsung ke dapur, bikin nasi goreng. Setelah itu saya dibangunkan, diajak makan. Sering juga ia bikin kopi lantas mengajak minum berdua satu cangkir (menangis). Kalau pulang, senangnya bawa oleh-oleh buat anak-anak, bawa ubi atau singkong yang dibeli di Pasar Pondok Gede. Pernah saya bilang suka pohon anggrek. Tiba-tiba Abi pulang bawa pohon itu. Ia bawa juga pot, tanah, pupuk sama obatnya. Awalnya saya lihat ada karung di depan rumah. Saya heran, ternyata isinya tanah buat menanam anggrek itu. Di rumah saya sering sendirian kalau anak-anak sekolah. Dari kantor Abi sering telepon, ―Lagi ngapain Nai, sendirian ya?‖ Saya jawab sambil bercanda, ―Iya, sendirian, lagian situ sih jalan pagi-pagi (tertawa). Pernah ada undangan walimah guru Iqro, Abi lantas mengajak saya membeli bahan, buat dijahit dan dipakai di acara itu. Sewaktu ke Bandung, Abi menelepon, ―Nai, saya ke 323 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH toko sepatu, ada sepatu bagus, kamu pakai nomor berapa?‖ Pulangnya, ia bawa sepatu sama sandal. Kalau saya kesal, dia langsung peluk, lantas tanya, ―Ada apa?‖ Abi punya kunci sendiri, supaya kalau pulang malam, nggak membangunkan yang lain. Kalau saya sakit, ia lebih sering lagi telepon. Malah sambil bilang, ―Nai, kamu jangan sakit dong.‖ Dan sepulangnya di rumah, ia memijat tangan dan kepala saya (menangis). Kadang saya tidur di bawah, pakai kasur. Kalau sedang kurang sehat, saya juga pakai selimut. Sehabis shalat malam, biasanya ia membetulkan selimut saya. Sewaktu mau ke Medan (Sabtu, 11 Juni), Abi cari-cari materi, tapi belum ketemu. Justru yang ketemu foto-foto lama. Ada foto Abi waktu masih muda, sedang ceramah. Lucu fotonya, Abi masih kurus. Lantas ia tanya saya, ―Nai, kamu lihat foto saya ini naksir enggak?‖ Saya bilang sambil bercanda, ―Enggak.‖ (tertawa) Pernah Abi dapat undangan, tulisannya kepada Doktor Rahmat Abdullah. Lantas ia bilang, ―Nai, ikut saya, mau wisuda doktor.‖ Abi itu suka bercanda. Di pengajian di Iqro (di Pondok Gede) hari Ahad lalu, mungkin itu terakhir Abi bercanda sampai orang tertawa gerrr. Abi meniru lawakan API, ―Kata Ustadz Sanusi…Ustadz Sanusi yang mana? Ya… gitu deh― Nama saya kan Sumarni, biasa dipanggil Marni. Tapi kata Abi nggak enak kalau manggilnya ‗Ni‘. Digantilah sama dia huruf ‗i‘ nya jadi huruf ‗y‘, dipanggil ‗Nai‘. Sejak menikah Abi panggil saya Nai. Awalnya saya heran, kok manggilnya Nai. Sewaktu tahu sebabnya, saya jadi tertawa. Sama anak-anak juga sering bercanda, kalau dicandai sama anak, lantas dijawab lagi sama Abi. Anak-anak biasa kumpul di kamar kami, berdesakan di tempat tidur. (Mereka dikaruniai tujuh anak, Shofwatul Fida (19), Thoriq Audah (17), Nusaibatul Hima (15), Isda Ilaiha (13), Umaimatul Wafa (11), Majdi Hafizhurrahman (9), Hasnan Fakhru Ahmadi, 7) Makanan yang Abi suka salad sama tomyam. Terakhir, saya buatkan tomyam, tapi bumbunya Abi sendiri yang beli. Abi senang belanja bumbu, juga sabun, odol, sampai 324 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH peralatan dapur, pembakaran ayam, gilingan bawang. Anak-anak juga sering nitip dibelikan sabun muka, bedak, sampai susu pelangsing. Kadang Abinya salah beli. Kata anaknya, ―Abi, ini sih bedak buat Umi.‖. Pernah anaknya minta dibelikan minuman pelangsing, mungkin dicari di supermarket nggak ada, lantas Abinya belikan Tropicana Slim, karena kan ada tulisan slim-nya. Saya dan Abi berbeda usia 9 tahun. Abi lahir tahun 1953, saya tahun 1962. Kami sama-sama asli Betawi. Abi lahir di Kuningan (Jakarta Selatan), saya di Cikoko (Jakarta Selatan). Mungkin karena perbedaan usia, sewaktu pergi haji ada jamaah yang tanya ke saya, ―Ibu, maaf ya, dulu dikiranya Ibu anaknya Pak Ustadz.‖ Sering juga orang bilang, ―Kayak jalan sama pamannya.‖ Sewaktu saya ceritakan ke Abi, ia bilang, ―Kamu seneng deh kalau ada yang bilang begitu.‖ (tertawa) Abi bersama ibu dan bibinya mengkhitbah pada malam Kamis bulan Ramadhan 1984. Saat itu Abi mengajukan usul walimah bulan Syawal. Tapi ada seorang ustadz mengusulkan untuk nikah besok malamnya. Ada yang bilang, ―Soal KUA urusan ana, tinggal terima surat aja.‖ Akhirnya disetujui. Karena mendadak, sewaktu Abi dan keluarganya berangkat untuk nikah malam Jum‘atnya, ada teman Abi yang tanya, ―Ini mau ke mana sih?‖
325 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Abi dulu guru saya, sewaktu saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Roudhotush Sholihin di Cikoko (Ibunda Sumarni bertutur , “Terburu-buru terbirit-birit, guru kawin sama murid.”) Setelah menikah, Abi tanya saya, ―Nai, ingat nggak waktu sekolah dulu kamu ikut lomba shalat di atas meja.‖ Waktu ikut lomba itu, saya baru kelas satu Madrasah Ibtidaiyah. Kebetulan, Abi jadi jurinya. Setelah menikah, Abi meledek, ―Dulu saya pikir, ini anak kecilkecil ikut lomba shalat.‖ Awal menikah kami tinggal di Kuningan, di rumah keluarga Abi. Di sana, saya dan beberapa teman mengaji rutin sama Abi. Masa itu pengajian rutin belum bisa terbuka. Maka kami mengaji di belakang rumah, gelap, dekat dapur. Pernah di tahun ‘85-an, saat Abi mengajar ke Bogor, hujan turun lebat. Saya sama ibunya Abi khawatir. Ibunya kan sayang sekali sama Abi, ia berdo‘a terus, ―Ya Allah ya Tuhan, lindungi anakku.‖ Sejak menikah, kelihatan sekali Abi tidak mementingkan materi. Kalau nggak punya uang, ia tenang saja. Paling ia bilang, kalau habis, berarti rejeki mau datang lagi. Kalau nggak ada uang, kami pakai dulu uang simpanan buat sedekah. Begitu ada masukan, kami ganti. Kadang saya ―ambil‖ dulu sama tukang sayur langganan. Kalau kesal, Abi biasanya diam. Tapi jarang sekali. Sedangkan kalau marah lewat lisan, susah sekali mengingatnya, rasanya tidak pernah. Beberapa hari lalu, entah kesal atau tidak, tapi ia sempat diam. Awalnya bajunya yang digantung saya cuci. Biasanya kalau digantung memang akan dipakai lagi. Tapi karena nggak suka banyak baju digantung, saya cuci saja. Besoknya, mungkin ia mau pakai baju itu, tapi nggak ada. Dia tidak ngomong apa-apa, diam saja. Saya heran kok diam saja. Jangan-jangan baju itu mau dipakai. Cepatcepat saya setrika lantas digantung lagi. Benar, ternyata baju itu langsung dipakai. Abi juga tidak suka kalau saya ngomong agak keras. Pernah saya mau bawa anak ke dokter THT. Dia tanya, ―Mau kemana?‖Saya jawab mau bawa Isda ke dokter THT. Ditanya kembali, ―Jenguk siapa?‖ Saya jawab, ―Kan mau bawa Isda ke dokter.‖ Mungkin nada bicara saya agak tinggi. Abi lantas diam. 326 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Mungkin banyak yang tidak percaya, tapi Abi biasa juga menyewa VCD, tapi filmfilm filsafat saja. Kalau tayangan televisi, Abi sering gusar. Malah ia langsung telepon stasiun televisi, protes tayangan tidak mendidik. Dia juga bilang ke saya, ―Kamu telepon atau tulis surat ke stasiun TV kalau tayangannya kamu nggak setuju.‖ Maka telepon semua stasiun TV dia catat. Ditempel dekat TV. Dia sering menyanyikan nasyid Ribathul Ukhuwwah. Pernah ia bilang, ―Kita bikin grup nasyid yuk.‖ Lagu-lagu lama, lagu ‗Tuhan‘, ‗Sajadah Panjang‘ sama ‗Rindu Rasul‘-nya Bimbo, juga dia suka. Lagu yang ia suka biasanya dipilih, direkam tiga kali yang itu-itu saja. Sewaktu disetel, lagu yang keluar berulang-ulang yang ia suka saja (tertawa). Belakangan ini meski kesehatan Abi menurun, tapi kesibukannya hampir tidak berkurang. Apalagi membaca buku, yang sehari-hari memang ―pekerjaannya‖, sama sekali nggak berubah. Sambil tiduran saat sakit pun, dia tetap baca buku. Meski tidak bisa bangun, Abi minta tolong saya diambilkan kitab. Sampai perawat di rumah sakit melarang, ―Pak jangan baca buku dulu, Bapak nggak boleh banyak pikiran.‖ Tapi Abi bilang, ―Kalau enggak baca buku saya malah tambah sakit.‖ Abi paling senang memberi hadiah buku. Belum lama ini saya dibelikan buku Ibu Satu Menit. Biasanya, buku yang ia hadiahkan dikasih tulisan dalam bahasa Inggris, misalnya for my beloved wife. Pernah saya mau baca kitab Riyadush Shalihin, dan mau fotokopi buat dibagikan ke teman-teman. Ternyata Abi langsung beli 10 Riyadush Shalihin. Dia tidak bilang apa-apa. Sewaktu saya lihat di meja, ada bungkusan tebal sekali. Ketika saya buka, isinya 10 kitab itu. Ia memang paling sering belanja buku. Pergi ke mana yang dibeli buku-buku. Abi senang juga membacakan saya kitab, sambil tiduran. Tapi kalau membaca tulisan Abi terus terang saya kadang nggak paham, cuma saya nggak bilang saja (tertawa). Sewaktu pulang haji, oleh-olehnya juga buku. Maka kamar tidur pun penuh buku. Kebanyakan bahasa Arab, karena Abi tidak suka terjemahan, kecuali buat perbandingan. 327 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Pesannya yang diulang-ulang, harus banyak membaca. Kalau saya tidak paham saat membaca kitab, Abi bilang, ―Terus saja dibaca, jangan berhenti, nanti akan paham juga.‖ Sehabis qiyamullail, Abi sering diam lama di sajadah, lantas tilawah. Setelah itu, ia mengetik sampai shubuh. Maka saya terbayang-bayang terus saat tengah malam dia duduk di meja kerja. Saya ingat sekali ia bilang, ―Saya dari muda udah mikirin umat.‖ Banyak yang ia harapkan buat umat, sampai kadang ia sedih. Tuduhan-tuduhan teroris juga membuat sedih. Pernah kami mendapat telepon ―gelap‖. Misalnya, sewaktu pemilihan presiden lalu. Kebetulan yang mengangkat teleponnya Abi sendiri. Orang itu marah-marah dan bicara kasar sekali. Tapi Abi biasa saja. Ada juga sms seperti itu. Kalau lewat sms, biasanya ditelepon langsung sama Abi, tapi tidak pernah diangkat. Sebenarnya, Abi tidak mau dicalonkan jadi anggota DPR. ―Bukan di situ bidang saya,‖ katanya. Dia benar-benar tidak sreg di DPR. Belakangan ia sering tanya, ―Nai, kalau saya keluar dari DPR kamu bagaimana?‖ Bagi saya, anggota DPR atau tidak sama saja. Dia sering bilang, di DPR orang lebih banyak memakai emosi. Argumennya banyak yang karena nafsu, bukan pemikiran. Debat panjang, tapi setelah itu tidak ada penyelesaian. Maka rumah (dinas DPR) juga nggak ditempati. Lagi pula anak-anak sekolahnya di Pondok Gede. Kalau dari Kalibata terlalu jauh. Pernah sewaktu Abi pulang malam, saya bilang, ―Udah Abi tidur aja di rumah (di kompleks DPR) sana.‖ Tapi Abi nggak mau. ―Yah… enggak enak enggak ada kamu,‖ katanya. Pada anak-anak, sekarang saya sering bilang sejujurnya, ―Umi masih bersemangat hidup karena ada kamu. Nanti Abi kecewa kalau Umi nggak bisa mendidik kamu.‖ Thoriq akan masuk kuliah. Cuma dia bilang, ―Mi, Thoriq kerja saja ya. Kalau enggak, nanti yang cari uang siapa.‖ Tapi saya tidak ijinkan. Anak-anak harus sekolah dulu, soal rejeki insya Allah dimudahkan Allah.
328 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH Alhamdulillah, Hasnan, anak yang terakhir (kelas 1 SD), minatnya ke agama besar sekali. Kalau ada tugas hapalan qiroah, malamnya dia serius belajar. Seperti Abinya, dia senang membaca. Kadang dia mengikuti Abinya, baca kitab sambil tiduran, meski belum ngerti isinya. Kalau melihat dia begitu, saya sama Abinya sering tertawa. Sebenarnya saya berharap anak-anak semuanya mendalami agama, menjadi ulama seperti Abinya. Setidaknya, mudah-mudahan ada di antara anak-anak yang bisa menggantikan Abinya. Abinya juga begitu harapannya. Sering ia bilang, ―Kalau Abi udah nggak ada, kitab Abi siapa yang mau terusin baca nih?‖ Kalau sedang jenuh, Abi hobinya membakar sampah. Dia cari yang tidak terpakai, lantas dibakar di samping rumah. Pernah malam-malam Abi mencari naskah, tapi nggak ketemu. Akhirnya kertas-kertas hasil bongkaran yang sudah nggak terpakai, dibakar malam itu juga. Pernah juga sudah siap mau bakar sampah, ternyata halaman udah dibersihkan penjaga sekolah, akhirnya nggak jadi. Saya ingat, Abi pernah bilang, ―Insya Allah nanti kalau sudah tua, kita menginap di rumah anak-anak, bergiliran.‖ Ia juga meledek saya, ―Nai, nanti kamu kalau sudah tua marah-marah melulu deh.‖ Saya membayangkan memang akan hidup sampai tua sama Abi. Ternyata kehendak Allah lain. (terdiam) Sumber : www.izzatulislam.or.id/blog/10
329 | P a g e
Belajar Dari Sang Murabbi KH. RAHMAT ABDULLAH
PERHATIAN TULISAN INI HANYALAH DOKUMENTASI UNTUK DIBAGIKAN SECARA GRATIS
Tulisan ini Diambil Dari Berbagai Sumber Dari Internet
Saran dan Nasihat Silakan Layangkan Email Ke Alamat Kami
[email protected] www.jejakhikmah.blogspot.com
Jazakumullah Khairan Katsiran
330 | P a g e