MAKALAH PRESENTASI KASUS DIGESTIF “HERNIA VENTRALIS”
Di susun oleh:
Danang Setyo Nugroho
0906487732
Monika Besti Yolanda
0906552662
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO 2013
ILUSTRASI KASUS 1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. MR
Usia
: 41 tahun
Alamat
: Cakung
Pekerjaan
: Buruh Obras
Pendidikan
: Tamat SMA
Agama
: Kristen
Jaminan
: Kartu Jakarta Sehat
Masuk ke RSCM
: Tanggal
2. Anamnesis 2.1 Keluhan Utama
Benjolan yang hilang timbul di perut sejak lima bulan sebelum masuk rumah sakit
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Lima bulan SMRS, pasien mengeluh benjolan di perut yang hilang timbul. Benjolan tersebut timbul pada saat posisi pasien hendak bangun dari berbaring atau pada saat pasien membusungkan perutnya, selain itu benjolan juga muncul pada saat pasien batuk atau mengedan saat buang air besar. Benjolan hilang pada saat pasien tidur atau bersikap biasa. Benjolan tidak terasa nyeri dan tidak semakin membesar. Sejak ada benjolan tersebut, pasien sering mengeluh nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Dalam sehari pasien bisa muntah sebanyak lebih dari lima kali. Pasien juga sering merasa begah dan cepat kenyang. Pasien BAB dua hari sekali dan sering keras. Berat badan pasien turun 8 kg dalam lima bulan. Awalnya berat badan pasien 72 kg.
Pada saat awal merasakan benjolan, pasien memperhatikan bahwa benjolan tersebut hilang timbul, kulit di atas dan sekitar benjolan tidak pernah mengalami perubahan warna seperti berwarna merah, selain itu juga tidak pernah terasa nyeri.
Pasien sudah berobat ke Puskesmas dan mendapat obat Antasida yang rutin pasien minum. Pasien tidak demam, tidak terdapat riwayat batuk lama dan tidak ada keluhan buang air kecil.
2
Pasien sering mengangkat banyak barang belanja setiap hari ke rumahnya di lantai 5 dengan menaiki tangga.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada diabetes mellitus, hipertensi, alergi dan sakit maag. Tidak ada riwayat keganasan sebelumnya. Pasien pernah operasi sesar dua kali, yaitu pada tahun 1997 dan 2003. Pasien tidak pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.
2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Anak pasien yang kedua mengalami hernia skrotalis pada saat baru lahir. Tidak ada keluarga pasien yang lain yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat keganasan pada keluarga.
2.5 Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang buruh obras yang sehari-hari bekerja di pabrik. Pasien bekerja dengan posisi duduk setiap hari. Rumah pasien adalah rumah susun dan berada di lantai 5. Setiap hari pasien naik turun tangga dan sering sambil membawa barang belanja yang berat. Pasien memiliki tiga orang anak. Anak pertama lahir normal. Anak kedua lahir dengan operasi sesar. Anak pasien yang terakhir kembar dan juga dilahirkan dengan operasi sesar.
3. Pemeriksaan Fisik 3.1 Status Generalis
Keadaan umum
: Baik, tidak tampak sakit
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 128/90 mmHg
Frekuensi nadi
: 84 kali/menit
Frekuensi napas
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,3 o C
Tinggi badan
: 149 cm
Berat badan
: 64 kg
Indeks Masa Tubuh (IMT)
: 28,8
3
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
THT
: Oral hygiene baik, mukosa mulut licin
Leher
: KGB tidak teraba
Paru
: I : Simetris saat statis dan dinamis P : Fremitus sama kuat P : sonor/sonor A : Vesikuler pada kedua lapang paru, tidak terdapat rhonki dan mengi
Jantung
: I : Iktus kordis tidak terlihat P : Iktus kordis teraba P : batas jantung normal A : Bunyi jantung I/II regular, tidak ada murmur dan gallop
Abdomen
: I : Buncit, lemas, tampak striae alba di regio umbilikal P : Tidak ada nyeri tekan, teraba massa di region epigastrium, hepar dan limpa tidak teraba P : Timpani A : Bising usus positif dan normal
Ekstremitas
: Akral hangat, tidak terdapat edema, CRT < 2 detik
3.2 Status Lokalis
Teraba massa di regio epigastrium sampai umbilikal, berjumlah soliter, permukaan licin, konsistensi kenyal, ukuran 11 cm x 10 cm x 3 cm, tidak mobile, tidak terdapat nyeri tekan.
4
4. Pemeriksaan Penunjang 4.1 Rontgen Thoraks
5
Tidak terdapat kelainan pada foto rontgen toraks.
5. Diagnosis
Hernia Ventralis
6. Tatalaksana
Herniorafi dan pemasangan Mesh
Laporan pembedahan: Nama pasien
: Ny. MR
Diagnosis pra bedah
: Hernia epigastrik
Diagnosis pasca bedah
: Hernia epigastrik
Tindakan pembedahan
: Herniorafi dan Mesh
Pemberian profilaksis
: Gentamisin injeksi 160 mg dan Metronidazole
Uraian pembedahan
:
1. Pasien di atas meja operasi dalam anestesi umum 2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya 3. Dilakukan insisi mediana dua jari di bawah xyphoid menuju umbilikus mulai dari kulit sampai subkutis 4. Identifikasi hernia epigastrik dengan membebaskan subkutis sampai didapatkan fasia anterior tepat di atas muskulus rektus abdominis kanan dan kiri 5. Dilakukan insisi fasia anterior kanan dan iri tepat di atas muskulus rektus abdominis, kemudian identifikasi fasia posterior kanan dan kiri 6. Dilakukan penjahitan aproksimasi fasia posterior kanan dan kiri melewati garis tengah. Dilakukan pemasangan mesh di atas fasia posterior dan difiksasi dengan jahitan prolene 2/0 tapper 7. Muskulus rektus abdominis kanan dan kiri di aproksimasi 8. Fasia anterior di aproksimasi dengan jahitan prolene 1/0 tapper secara overlapping 9. Luka operasi dibersihkan dengan aqua steril 10. Perdarahan dirawat 11. Luka operasi ditutup subkutis dan kutis 12. Operasi selesai Komplikasi selama pembedahan
: tidak ada
Jumlah perdarahan
: 5 cc 6
7. Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Hernia
Hernia berasal dari bahasa Latin yang artinya ruptur/putus. Hernia didefinisikan sebagai penonjolan abnormal sebuah organ atau jaringan melalui defek pada dinding yang mengelilinginya. Walaupun hernia dapat muncul di berbagai lokasi di tubuh, defek ini seringkali melibatkan dinding abdomen. 1 Hernia ventralis didefinisikan sebagai penonjolan keluar melalui fasia abdominalis anterior. Defek ini dapat dikategorikan spontan atau didapat atau berdasarkan lokasi dinding abdomen. Berdasarkan lokasinya, hernia ventralis dibagi menjadi 3, yaitu hernia epigastrik, hernia umbilikal, dan hernia hipogastrik. Hernia epigastrik muncul mulai dari prosesus xyphoideu sampai umbilikus, hernia umbilikal muncul tepat pada umbilikus, sedangkan hernia hipogastrik muncul di garis tengah di bawah umbilikus dan sangat jarang terjadi. Hernia didapat biasanya terjadi setelah insisi bedah dan sering disebut hernia insisional. 1 Di Amerika Serikat, sekitar 15-20% hernia dinding abdominal merupakan hernia insisional, hernia umbilikal dan epigastrik berkisar 10% dari seluruh hernia. Prevalensi hernia umbilikal dan epigastrik sekitar 10% dariseluruh hernia. 1 Faktor predisposisi pada pasien yang dapat menyebabkan terjadinya hernia ventralis meliputi obesitas, riwayat operasi pada abdomen (hernia insisional), trauma abdomen, asma, konstipasi, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), riwayat hernia pada keluarga, sering mengangkat beban berat, berbagai kelainan yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen dan obesitas. Obesitas menyebabkan tegangan dan penekanan pada otot abdominal akibat lemak omentum yang berlebihan dan tebal. Selain itu, faktor lain yang dicurigai berkaitan dengan terjadinya hernia ventralis seperti usia tua, jenis kelamin laki-laki, sleep apnea, emfisema, prostatisme, penyakit kolagen, dan infeksi pada luka bekas operasi.1,2
2. Anatomi
Hernia ventralis terjadi akibat adanya defek pada lapisan jaringan ikat terdalam dari dinding abdomen anterior yang disebut fasia abdominalis transversus. Seperti terlihat pada Gambar 1, dinding abdomen memiliki beberapa lapisan yang bervariasi bergantung lokasi dinding abdomen. Pada sisi lateral dinding abdomen, di bawah kulit dan lemak subkutan, terdapat 3 lapisan otot yang masing-masing tertanam dalam selapis fasia. Dari luar ke dalam, yaitu musculus obliqus external , serat ototnya berjalan menurun oblik dari lateral ke medial;
8
musculus obliqus internal , serat ototnya berjalan menurun oblik medial ke lateral; dan musculus transverses abdominis, serat ototnya berjalan horizontal melintasi abdomen. Lapisan terdalam dari fasia ini disebut fasia abdominalis transversus yang sering menjadi lokasi defek hernia.1,3 Di sisi tengah, fasia obliqus internal terbagi menjadi dua. Separuhnya bergerak anterior dan separuhnya bergerak posterior mengitari musculus rectus abdominus. Batas penting pada dinding abdomen adalah linea arcuata, yang terletak 3-6 cm di bawah umbilikus. Di atas linea arcuata, fasia otot abdominalis transverus tetap berada posterior dari m. rectus abdominus, tapi di bawah linea arcuata, fasia tersebut hanya bergerak anterior dari m. rectus abdominus. Oleh karena itu, di bawah linea arcuata, lapisan terdalamnya hanya terdiri dari peritoneum dan fasia tipis.1,3 Di garis tengah, seluruh lapisan fasia tersebut menyatu dan membentuk linea alba yang tebal. 3
9
Gambar 1. Anatomi dinding perut anterior 1
3. Klasifikasi 3.1 Hernia Umbilikal
Hernia umbilikal pada dewasa seringkali didapat. Hernia ini sering terjadi pada wanita dan pasien yang memiliki kondisi peningkatan tekanan intraabdomen, seperti kehamilan, obesitas, 10
asites, atau distensi abdomen. Hernia umbilikal lebih sering terjadi pada individu yang hanya memiliki satu lapis dekusatio aponeurosis. Dewasa yang memiliki gejala hernia yang besar, inkarserasi, penipisan kulit di atas hernia, atau asites yang tidak terkontrol sebaiknya segera dilakukan perbaikan hernia. Ruptur spontan dari umbilikal hernia pada pasien dengan asites dapat menyebabkan peritonitis dan kematian. 1,4
3.2 Hernia Epigastrik
Sekitar 3-5% dari seluruh populasi memiliki hernia epigastrik. Hernia epigastrik 2-3 kali lebih umum pada laki-laki. Hernia ini terletak diantara prosesus xiphoideus dan umbilikus dan biasanya berjarak 5-6 cm dari umbilikus. Seperti hernia umbilikus, hernia epigastrik lebih sering pada individu yang memiliki satu dekusatio aponeurosis. Defeknya kecil dan sering menyebabkan nyeri karena inkarserasi lemak peritoneum. Sekitar 20% pasien memiliki hernia epigastrik yang multiple, dan 80% pasien memiliki letak hernia di garis tengah abdomen. Hernia epigastrik sebaiknya segera diperbaiki karena defeknya kecil dan lemak yang ikut terherniasi dari dalam rongga peritoneum susah untuk dikurangi. 1,4
3. Hernia Insisional
Hernia insisional terjadi sebagai akibat tegangan berlebihan dan penyembuhan yang tidak adekuat dari insisi sebelumnya, yang seringkali berkaitan dengan infeksi. Hernia ini membesar, menyebabkan nyeri, obstruksi usus, inkarserasi, dan strangulasi. Faktor predisposisinya antara lain obesitas, usia tua, malnutrisi, asites, kehamilan, kondisi yang meningkatkan tekanan intraabdomen, dan kondisi yang memperlambat penyembuhan luka bekas operasi.1
4. Diagnosis
Dari anamnesis bisa didapatkan bahwa penderita hernia ventralis, khususnya hernia epigastrik akan mengeluh perut kurang enak, mual dan muntah yang mirip keluhan pada kelainan kandung empedu, tukak peptik, pankreatitis atau hernia hiatus esofagus. Pasien juga akan mengeluhkan adanya benjolan pada dinding perutnya, dan terutama muncul atau membesar pada saat batuk atau mengedan atau kegiatan-kegiatan yang meningkatkan tekanan intraabdomen lainnya. Benjolan tersebut bisa terasa nyeri maupun tidak jika ditekan. 5 Dari pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan abdomen, teraba massa yang tidak nyeri bila ditekan. Diagnosis hernia epigastrik sukar ditegakkan pada pasien gemuk karena massa sukar diraba. 11
Jika gejala yang dialami semakin berat ditandai dengan adanya sakit yang terus menerus, permukaan kulit di daerah benjolan menjadi merah dan juga terasa nyeri, maka kemungkinan terjadi hernia epigastrik yang terperangkap atau strangulasi. Gejala seperti ini harus menjadi perhatian dan membutuhkan penanganan yang cepat. Hernia dinding perut sebenarnya bisa ditegakkan dari riwayat penyakit yang didapatkan dari pasien serta dikonfirmasi dengan temuan pada pemeriksaan fisik. Akan tetapi terkadang riwayat penyakit pasien bisa kurang khas dan pemeriksaan fisik yang dilakukan juga terbatas dikarenakan kondisi pasien misalnya pasien obesitas, pasien sedang dalam nyeri abdomen atau distensi dan keadaan yang menyulitkan lainnya. Oleh sebab itu, dalam hal ini diperlukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis hernia. 6 Pemeriksaan penunjang tersebut bisa berupa ultrasonografi maupun CT-Scan. USG maupun CT-Scan bisa membantu untuk menyingkirkan diagnosis banding dari gejala massa yang teraba di dinding abdomen dan mampu membedakan isi dari hernia seperti jaringan lemak, usus, organ lain atau cairan. 6 Pemeriksaan USG abdomen dilakukan tanpa membutuhkan persiapan dari pasien sebelumnya. Pada saat USG dilakukan, pasien berada dalam posisi telentang dan melakukan maneuver Valsava atau batuk, hal ini bertujuan untuk menginklusi dan mengeksklusi hernia. Untuk mengevaluasi peristaltik dari loop usus, transduser USG ditahan tidak bergerak di atas benjolan selama kira-kira dua menit. Dari USG ini, dapat didapatkan informasi isi dari hernia, apakah jaringan lemak, usus atau organ lain, selain itu juga bisa mengonfirmasi ada atau tidaknya cairan bebas di kantong hernia. Bisa juga diketahui ketebalan dinding loop usus yang mengalami herniasi, ada atau tidaknya cairan di dalam loop usus yang terherniasi, diameter usus halus abdomen, ada atau tidaknya peristaltik pada loop usus yang terherniasi. Pemeriksaan CT-Scan untuk keluhan awal berupa massa di dinding abdomen bisa membantu menyingkirkan diagnosis banding berupa kista, hematoma maupun neoplasma. Dari semua modalitas radiologis, CT-Scan masih yang paling baik. Karena CT-Scan bisa menyajikan
tampakan
yang
akurat
dari
abdomen.
CT-Scan
lebih
akurat
dalam
mengidentifikasi hernia dan isinya, serta membedakan hernia dengan massa abdominal lainnya (tumor, hematoma, abses dan aneurisma). CT-Scan juga baik dalam mendeteksi komplikasi dari adanya kantong hernia seperti obstruksi usus, inkarserata, strangulasi maupun hernia dinding abdomen traumatik. 7
12
5. Tatalaksana
Tatalaksana definitif hernia adalah operasi. Terdapat beberapa pendekatan operasi hernia, yaitu herniorafi, herniotomi, dan hernioplasti. Herniorafi adalah operasi hernia yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi ialah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi kantong hernia kerongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia. Hernioplasti adalah tindakan memperkuat daerah defek, biasanya menggunakan mesh, misalnya pada hernia ventralis, tindakannya memperkuat linea alba. 5
5.1 Operasi Hernia Terbuka
Insisi dibuat di atas lokasi hernia. Kantong hernia dibebaskan dari jaringan subkutan sekitarnya dan setidaknya 1 cm dari defek diekspos. Pada hernia epigastrik, sekitar 20% berjumlah multipel, seluruh hernia harus ditemukan dan digabungkan menjadi satu defek. Hernia kemudian ditutup secara longitudinal dengan jahitan yang tidak dapat diserap atau menggunakan mesh yang diletakkan di bawah fasia. 1,5
5.2 Laparoskopi Hernia
Pendekatan laparoskopik seringkali digunakan untuk memperbaiki hernia ventralis dengan defek yang besar. Trokar diposisikan lateral dari defek hernia. Isi hernia dibebaskan, adhesi dilepaskan, dan dilakukan pengukuran hernia. Mesh diposisikan di rongga peritoneum, setidaknya 4 cm melebihi dari defek. Tepi mesh kemudian dijahit atau distaples. Keuntungan dari pendekatan ini adalah waktu penyembuhan yang lebih cepat dan nyeri pasca operasi yang minimal, serta komplikasi hernia insisional lebih kecil. 1,5
Gambar 2.Tatalaksana operatif pada hernia 13
5.3 Non-operatif
Tatalaksana non-operatif berupa watchful waiting hanya berlaku untuk hernia tanpa gejala. Namun, seluruh pasien sebaiknya disarankan operasi sebelum muncul gejala obstruksi usus dan hernia inkarserata.5
6. Prognosis
Hernia rekuren adalah komplikasi yang paling sering pada pasien yang telah dilakukan reparasi hernia dengan insiden antara 2,3 % dan 20% pada hernia inguinal, dan 10% hingga 20% pada hernia ventralis. 8
14
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Pasien ini datang dengan keluhan benjolan pada perutnya. Dari keluhan benjolan di perut, sudah bisa dipikirkan beberapa diagnosis banding seperti hernia ventralis, tumor intraabdominal, diastasis rektus abdominis, dan abses intraabdomen. Dilakukan anamnesis untuk menyingkirkan diagnosis banding satu per satu dan menguatkan diagnosis kerja. Pada pasien ini, abses intraabdomen bisa disingkirkan. Dari anamnesis bisa didapatkan informasi bahwa benjolan tersebut hilang timbul dan tidak terasa nyeri. Kulit di atas dan di sekitar benjolan juga tidak pernah berubah warna maupun menunjukkan tandatanda inflamasi. Pasien juga tidak mengalami demam, dan tidak didapatkan tanda-tanda infeksi lainnya dari anamnesis. Tumor intraabdomen masih bisa dijadikan diagnosis banding. Akan tetapi keluhan pasien ini adalah benjolan yang hilang timbul. Massa intraabdomen tidak memberikan keluhan benjolan yang hilang timbul melainkan menetap. Pasien juga menyebutkan benjolan di perutnya kadang bisa teraba dan kadang tidak, hal ini terjadi pada posisi tertentu. Benjolan teraba pada saat pasien batuk atau mengedan saat buang air besar, dan juga jika sedang membusungkan perutnya. Benjolan juga dirasakan tidak semakin membesar sejak pertama kali ada keluhan hingga sekarang. Pada pasien juga tidak didapatkan adanya riwayat mengalami tumor ataupun keganasan sebelumnya. Begitu pula dengan anggota keluarga pasien lainnya. Kemungkinan tumor intraabdomen belum bisa disingkirkan karena belum dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi dan CT-Scan untuk melihat apakah benjolan tersebut berupa massa padat, cair ataupun usus. Akan tetapi, dari anamnesis sudah bisa mengarahkan bahwa benjolan ini bukan merupakan tumor intraabdomen. Diastasis rektus abdominis juga merupakan salah satu diagnosis banding. Diastasis rektus abdominis adalah keadaan di mana terjadi pemisahan dari pilar otot rektus abdominis yang bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti kehamilan, sering melakukan aktivitas berat dan obesitas. Keluhan yang dialami pasien dengan diastasis rektus abdominis adalah benjolan di perut pada bagian epigastrium. Diastasis rektus abdominis sering salah dikira sebagai hernia ventralis.9 Oleh sebab itu penting untuk membedakan antara diastasis rektus abdominis dengan hernia ventralis. Pada diastasis rektus abdominis, aponeurosis tengah abdomen masih intak, sehingga keluhan benjolan yang hilang timbul jarang terjadi. Keluhan benjolan pada diastasis rektus abdominis terus menerus ada. Benjolan tidak hilang maupun timbul pada saat tertentu. 15
Diagnosis banding lainnya yaitu hernia ventralis, yaitu tepatnya hernia epigastrik. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien berupa benjolan yang hilang timbul di daerah epigastrium. Benjolan terutama timbul pada saat pasien melakukan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti batuk dan mengedan saat buang air besar. Selain itu benjolan juga tampak semakin jelas jika pasien membusungkan perutnya. Benjolan juga tidak pernah dirasakan nyeri dan juga tidak dirasakan semakin membesar. Hal ini sesuai dengan gejala hernia ventralis. Selain itu, pasien juga mengalami gejala seperti mual, muntah dan kembung. Hal ini menunjukkan adanya gejala obstruksi. Pada pasien ini juga didapatkan adanya risiko untuk terjadi hernia ventralis, yaitu rumah pasien yang berada di lantai 5 dan setiap hari pasien sering naik turun tangga sambil membawa barang belanjaan yang berat. Pasien juga memiliki berat badan yang berlebih, yang tergolong ke dalam obesitas. Sebelum terjadi penurunan berat badan, berat badan pasien yaitu 72 kg dengan tinggi 149 cm. Jika dilakukan penghitungan indeks massa tubuh, maka didapatkan IMT pasien yaitu 32,43 dan tergolong ke dalam obesitas. Hasil anamnesis kemudian dikonfirmasi dari hasil pemeriksaan fisik yaitu teraba massa di regio epigastrium sampai umbilikal, berjumlah soliter, permukaan licin, konsistensi kenyal, ukuran 11 cm x 10 cm x 3 cm, tidak mobile, tidak terdapat nyeri tekan. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun untuk menegakkan diagnosis hernia ventralis. Hernia ventralis diagnosisnya dapat ditegakkan hanya dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah sangat mengarah ke hernia ventralis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga tidak didapatkan adanya tanda hernia strangulasi. Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang yang sifatnya segera tidak terlalu diperlukan. Tatalaksana segera harus dilakukan pada pasien ini. Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah herniorafi dengan pendekatan operasi hernia terbuka. Tatalaksana ini tepat karena hernia pada dewasa selalu didahului oleh sebuah defek, sehingga perlu dilakukan penguatan pada defek tersebut. Dilakukan pemasangan mesh di atas fasia posterior. Dengan kata lain, teknik yang digunakan merupakan teknik retrorectus yang dipopulerkan oleh Rives dan Stoppa. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan mesh yang setidaknya 4 cm lebih panjang dari ujung defek hernia. 1 Perawatan luka dan edukasi pasca operasi sangat perlu diperhatikan pada pasien dengan operasi hernia terbuka karena dapat terjadi rekurensi.1,5 Pascaoperasi, pasien harus menghindari mengangkat barang berat selama 4-6 minggu.4 Sebelumnya, pasien mendapatkan pilihan dilakukan herniorafi dengan pendekatan laparoskopik. Pendekatan laparoskopik dapat menjadi opsi yang lebih baik pada pasien ini, mengingat pasien memiliki dua kali riwayat operasi sesar. Pedekatan 16
laparoskopik lebih menguntungkan karena luka sayatannya kecil, penyembuhan luka lebih cepat, nyeri pasca operasi minimal sehingga pasien dapat segera beraktivitas kembali. Selain itu, pendekatan laparoskopik memiliki angka rekurensinya lebih rendah dibandingkan dengan operasi hernia terbuka.1,5 Prognosis pada pasien ini untuk baik. Angka kekambuhan berkisar antara 10 hingga 20 %. Risiko kekambuhan pada pasien ini yaitu rumah pasien yang berada di lantai 5 dan setiap hari pasien naik turun tangga sambil membawa barang berat. Hal ini sebaiknya dihindari walaupun sebenarnya cukup sulit. Selain itu, pasien juga memiliki berat badan yang berlebih, walaupun berat badan jauh lebih berkurang dibandingkan sebelumnya. Obesitas merupakan salah satu risiko dari hernia ventralis. Oleh sebab itu pasien sebaiknya mengurangi berat badannya dan menghindari diri dari aktivitas mengangkat berat yang berlebihan.
17
DAFTAR PUSTAKA 1. Malangoni MA, Rosen MJ.Hernias. In: Bauchamp RD, KL Mattox, BM Evers, Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, editors, Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, 18 th edition. New York: Elsevier. 2007. 2. Schueler
SJ,
Becket
JH,
Gettings
DS.
Ventral
Hernia.
Diakses
dari
http://www.freemd.com/ventral-hernia/risk-factors.htm, tanggal 19 September 2013. 3. Shikiar
SP.
Ventral
Hernias.
Diakses
http://www.njsurgery.com/html/Diseases/Ventral_Hernias.shtml,
tanggal
dari 19
September 2013. 4. Cranston D, Hanburry D. Umbilical, epigastric, and rarer abdominal wall hernias. In: Oxford Textbook of Surgery, 2 nd edition. Oxford: Oxford University Press. 2002. 5. American
College
of
Surgeons.
Ventral
Hernia
Repair.
Diunduh
dari
http://www.facs.org/public_info/operation/brochures/ventral_hernia.pdf , tanggal 19 September 2013. 6. Rettenbacher T, Hollerwerger A, Macheiner P, Gritzmann N, Gotwald T, Frass R, dkk. Abdominal wall hernias: Cross-sectional imaging signs of incarceration determined with sonography. American Journal Radiology. 177. 2001. 7. Lassandro F, Iasiello F, Pizza NL, Valente T, Mangoni ML, Steffano dS. Abdominal hernias: Radiological features. World J Gastroentest Endosc. 110 – 117. 2011. 8. Parra JA, Revuelta S, Gallego T, Bueno J, Berrio J, Farinas C. Prosthetic mesh used for inguinal and ventral hernia repair: normal appearance and complications in ultrasound and CT. The British Journal of Radiology. 77: 261 – 265. 2004. 9. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar T, Dunn DL, Hunter J G, Pollock RE. Schwatz’s principles of surgery. Ed 8. USA: McGraw-Hills. [e-book].
18