BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Batu Bata
Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang dipergunakan dalam pembuatan konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti manggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperature tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Definisi Batu Bata menurut NI-10, SII-0021-78 sebagai sebagai berikut: Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Tanah liat merupakan bahan dasar dalam pembuatan Batu Bata yang memiliki sifat plastis dan susut kering. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting untuk mempermudah dalam proses awal pembuatan Batu Bata. Apabila tanah liat yang dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan Batu Bata yang dibentuk mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi kekuatan, penyusutan, dan mempengaruhi hasil pembakaran Batu Bata yang sudah jadi. Tanah liat yang dibakar akan mengalami perubahan warna sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalamnya. Warna tanah liat bermacam-macam tergantung dari oxid-oxid yang terkandung dalam tanah liat, seperti alumunium, besi, karbon, mangan, maupun kalsium. Senyawa-senyawa besi menghasilkan warna krem, kuning, merah, hitam, dan coklat. Liconit merupakan senyawa besi yang sangat umum menghasilkan warna krem, kuning dan coklat. Sedangkan hematite akan memberikan warna merah pada tanah liat. Senyawa besi silikat member warna hijau, senyawa mangan menghasilakan warna coklat, dan senyawa karbon memberikan warna biru, abu-abu, hijau, atau coklat. Perubahan warna
4
5
Batu Bata dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan. Berikut tabel perkiraan perubahan warna tanah liat mentah setelah proses pembakaran (Hartono, 1987) Table 2.1. Perkiraan perubahan warna tanah liat setelak proses pembakaran Warna tanah lait
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Merah Kuning tua Coklat Putih Abu-abu atau hitam Hijau Merah, kuning, abu-abu tua
Kemungkinan perubahan warna setelah dibakar
Merah atau coklat Kuning tua, coklat, atau merah Merah atau coklat Putih atau putih kekuningan Merah, Kuning tua, atau putih Merah Pertama merah lalu krem, kuning tua atau kuning kehijauan pada saat melebur
Bahan campuran atau bahan tambah dalam pembuatan batu bata digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah liat atau bahan penolong yang akan dijadikan sebagai bahan mentah supaya menjadi bahan yang plastis. Bahan mentah batu bata terbuat dari bahan dasar berupa tanah liat dengan atau tanpa menggunakan bahan campuran. Bahan-bahan campuran yang biasa digunakan seperti abu sekam, pasir, sekam padi, dan serbu gergaji. Sedangkan bahan campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Abu Sabut Kelapa karena selain murah, mudah didapatkan juga sangat melimpah. 1.1.1
Sifat Fisis Batu Bata
Sifat fisis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata tanpa adanya pemberian beban atau perlakuan apapun. Sifat fisis batu bata (Civil Engeneering Materials, 2001), antara lain adalah: 1. Densitas atau Kerapatan Batu Bata Densitas adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu satuan volume. Densitas yang disyaratkan untuk digunakan adalah 1,60 gr/cm3 – 2,00 gr/cm3. Persamaan yang digunakan dalam menghitung densitas atau kerapatan batu bata adalah :
6
D (density) =
3
(gr/cm )
2. Warna Batu Bata Warna batu bata tergantung pada warna bahan dasar tanah, jenis campuran bahan tambahan kalau ada dan proses berlangsungnya pembakaran. Standar warna batu bata adalah orange kecoklatan. 3. Dimensi atau Ukuran Batu Bata Dimensi batu bata yang disyaratkan untuk memenuhi hal diatas adalah batu bata harus memiliki ukuran panjang maksimal 16 in (40 cm), lebar berkisar antara 3 in – 12 in (7,50 cm – 30,0 cm) dan tebal berkisar antara 2 in – 8 in (5 cm – 20 cm). 4. Tekstur dan Bentuk Batu Bata Bentuk batu bata berupa balok dengan ukuran panjang, lebar, tebal yang telah ditetapkan. Permukaan batu bata relatif datar dan kesat tapi tak jarang berukuran tidak beraturan. 1.1.2
Sifat Mekanis Batu Bata
Sifat mekanis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata jika dibebani atau dipengaruhi dengan perlakuan tertentu. Sifat teknis batu bata ( Civil Engeneering Materials, 2001), antara lain adalah :
1. Kuat Tekan Batu Bata Kuat tekan batu bata adalah kekuatan tekan maksimum batu bata per satuan luas permukaan yang dibebani. Standar kuat tekan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah sebesar 10,40 MPa. Persamaan yang digunakan dalam menghitung kuat tekan batu bata :
C = (lb/in2)
2. Modulus of Rupture Batu Bata Modulus of rupture adalah modulus kegagalan dari batu bata akibat diberi
beban maksimum. Standar modulus of rupture batu bata yang disyaratkan oleh ASTM
C 67-03 adalah sebesar 3,50 MPa. Persamaan yang digunakan dalam
menghitung modulus of rupture batu bata adalah:
7
S=
.
2
(lb/in )
3. Penyerapan ( absorbtion) Batu Bata Penyerapan (absorbtion) adalah kemampuan maksimum batu bata untuk menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal dengan batu bata yang jenuh air. Standar penyerapan ( absorbtion) batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah masing-masing maksimum 13 % dan 17 %. Persamaan yang digunakan dalam menghitung penyerapan ( absorbtion) batu bata adalah : a). Cold Water Absorption
% penyerapan =
( )
(%)
b). Boiling Water Absorption
% penyerapan =
( )
(%)
c). Koefisien Kejenuhan Koefisien kejenuhan adalah perbandingan antara cold water absorption dengan boiling water absorption. Persamaannya adalah :
Sc =
Ws − Wd Wb − Wd
4. Initial Rate of Suction ( IRS ) dari Batu Bata Initial Rate of Suction (IRS) adalah kemampuan dari batu bata dalam menyerap
air pertama kali dalam satu menit pertama. Hal ini sangat berguna pada saat penentuan kadar air untuk mortar. Standar initial rate of suction (IRS) batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah minimum 30 gr/mnt/30 in2. Persamaan yang digunakan dalam menghitung initial rate of suction (IRS) batu bata adalah : IRS = (m1 – m2) K (7) Karena IRS memiliki satuan gr/mnt/30 in2 atau gr/mnt/193,55 cm2, maka harus dikalikan dengan suatu faktor, yaitu :
K =
30 193,55 atauK = Luas area Luas area
8
5. Kuat Tekan Pasangan Batu Bata ( Compressive Strength of Brick Prism) Kuat tekan pasangan batu bata (compressive strength of brick prism) adalah kemampuan maksimum dari pekerjaan pasangan batu bata dengan mortar. Standar prosedur percobaan kuat tekan pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 1314-03, adalah sebagai berikut :
fc′ =
Pu+W (MPa atau Psi) bh
Dalam pengujian kuat tekan ini ASTM C 1314 memberikan faktor koreksi sesuai dengan dimensi benda uji yang terlihat pada Tabel 4.1 ; Tabel 2.2. Faktor Koreksi Kuat Tekan Batu Bata hp/tp
1,3
1,5
2,0
2,5
3,0
4,0
5,0
Faktor Koreksi
0,75
0,86
1
1,04
1,07
1,15
1,22
6. Pemeriksaan Kegagalan Ikatan Pasangan Batu Bata ( Bond Flexure of Brick Prism)
Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan batu bata (bond flexure of brick prism) adalah kemampuan menerima beban maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata. Standar prosedur percobaan kegagalan ikatan pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM E 518. Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan batu bata akan menghasilkan nilai modulus of rupture. Secara matematis dapat dihitung dengan rumus berikut :
R =
(P + 0,75Ps) (MPa atau Psi) bd2
7. Pemeriksaan Kuat Lentur Pasangan Batu Bat a Pemeriksaan kuat lentur pasangan batu bata adalah kemampuan menerima beban lentur maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata.
l =
(Pu + W)l (MPa atau Psi) bd2
8. Pemeriksaan Kuat Geser Pasangan Batu Bata (Shear Strength of Brick and Mortar )
9
Pemeriksaan kuat geser pasangan batu bata ( shear strength of brick and mortar ) adalah kemampuan menerima beban geser maksimum dari ikatan
antara mortar dan batu bata. Standar prosedur percobaan pemeriksaan kuat geser pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM E 519. (Oscar Fitrah Nur, 2008). Persamaan yang digunakan dalam menghitung kuat geser pasangan batu bata adalah:
fvh =
Pu + W (MPa atau Psi) 2bh
1.1.3 Jenis-jenis batu bata
Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis: 1. Batu Bata Tanah Liat Bata biasa memiliki warna permukaan yang tidak menentu. Bata ini digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa seringkali disebut dengan bata merah. Batu bata dari tanah liat terdiri dari dua macam, yaitu : a. Bata merah Bata merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa bahan tambahan seperti serbuk gergaji, sekam padi atau pasir. Tanah liat ini dicetak berbentuk balok–balok, lalu dibakar °
dengan temperatur 1050 C untuk mengeraskannya, sehingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun berselang–seling empat buah–empat buah. Ketinggian penyusunan max 2 m ini untuk memudahkan dalam pengambilan. Di atasnya ditutup dengan kain terpal atau plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata merah.
10
b. Super bata Super bata adalah bahan bangunan yang bentuk dan kegunaannya sama dengan bata merah. Super bata juga terbuat dari tanah liat dan dicampur dengan pasir halus. Pembuatannya melalui proses mekanis, oleh karenanya super bata mempunyai permukaan halus dengan ukuran yang sama. Biasanya bata ini dibuat tidak penuh, tapi berlobang sehingga dapat menghemat bahan baku dan menghasilkan ikatan yang kuat dengan mortar. Karena Super bata mempunyai permukaan yang halus, maka pada pemakaiannya kita tidak memerlukan plesteran lagi. Karena bentuknya yang bervariasi, maka dapat pemasangannya dapat dibuat lebih artistik. Super bata sering disebut batu muka dan memiliki permuka an yang ba ik, licin da n me mpun yai wa rna at au cora k yang sama. Bata muka biasa disebut sebagai bata imitasi. 2. Batu Bata Pasir-Kapur Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 atau campuran lain serta air yang ditekankan ke dalam campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa digunakan untuk bagian dinding yang terendam air dan memerlukan kekuatan tinggi. Batu bata jenis ini terdiri dari dua macam yaitu : a. Batu cetak Batu cetak adalah suatu bahan bangunan yang diproduksi oleh masyarakat kita, terbuat dari trash dan kapur dengan perbandingan 5 : 1. Banyak keuntungan yang dapat kita ambil dari pemakaian batu cetak ini, umpamanya untuk pemasangan 1 m 2 dinding lebih sedikit jumlah batu yang diperlukan, dan juga mengurangi keperluan mortar sampai 30 – 50 %. Berat pasangan jauh lebih ringan dari konstruksi bata merah yaitu bisa 50 % lebih ringan, karena
bentuk batu cetakan yang
beraneka macam dan menarik, sehingga dinding tidak usah diplester. Komposisi mortar untuk pemasangan batu cetak ini harus sama dengan
11
komposisi bahan batu cetak itu sendiri, sehingga dapat menghasilkan ikatan yang baik antara mortar dan batu cetak. b. Batako press. Batako press ini terbuat dari adukan kapur, pasir, tras dan semen, pencetakannya dengan mesin press, dibuat ber lobang untuk menghemat bahan dan juga untuk isolasi suara dan panas. Dan biasanya tembok sebelah luar tidak diplester lagi, kecuali bagian dalam dinding. Bata adalah salah satu jenis bahan untuk pemasangan dinding yang banyak digunakan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan : -
Dinding pemasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan;
-
Mampu menahan beban;
-
Isolasi terhadap panas dan suara;
-
Proteksi terhadap kebakaran dan cuaca;
-
Relatif murah dan awet;
-
Dalam bidang datar sangat fleksibel;
-
Menampilkan permukaan luas yang menarik (estetika). Dalam satu pasangan tembok bata, diperlukan kurang lebih 30% adukan untuk mambuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian, sehingga memenuhi syarat
kekuatan, keawatan dan stabilitas serta
memberikan sifat yang baik terhadap pengaruh cuaca dimana tembok itu didirikan atau dibangun. Juga ditempat yang memiliki gangguan gempa bumi, sehingga sifat tembok itu juga harus tahan terhadap gayagaya horizontal. Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan mortar, maka sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan adukan pasangannya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai sifat bata, terutama sifat kekuatannya perlu diketahui sehingga dapat diperkirakan kekuatan dinding tembok yang akan dibangun/dibuat. Disamping itu perlu diketahui cara pelaksanaan pekerjaannya, karena walaupun bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara pelaksanaan tidak benar maka akan menghasilkan tembok yang tidak
12
baik. Karena itu sifat suatu dinding tembok bata tergantung dari beberapa faktor, yaitu: a. Sifat dari bahan pembuatannya yaitu adukan (sifat mortar) atau sifat bata yang dipakai untuk pemasangan b. Cara pelaksanaan pemasangan bata Karakteristik Bata Konvensional
1. Warna bata tergantung pada warna bahan dasar
tanah dan juga jenis
campuran bahan tambahan, pada tanah yang banyak mengandung Laterite blok, batu bata berwarna merah gelap, sedang pada tanah yang berkapur berwarna agak terang. 2. Dimensi dari bata sangat bervariasi sekali, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan akan adanya modul bangunan, juga pertimbangan lain adalah pada proses pemasangan pada saat konstruksi. 3. Bentuk bata umumnya adalah balok persegi (blok). Blok yang dipergunakan sebagai dinding pemikul mempunyai beberapa jenis bentuk yakni: jenis blok biasa, jenis blok sambungan sudut dan blok untuk bagian ujung dinding, semua jenis tersebut umumnya berlubang tempat memasang lajur besi, Jenis blok yang lain adalah perbedaannya pada ukuran yakni jenis ½ blok dan ¾ blok, kedua jenis ini diadakan untuk mengurangi sampah atau sisa blok yang tidak terpakai dilapangan pada saat konstruksi. Semua jenis di atas dapat dibentuk tergantung sekali pada cetakan blok. 4. Tekstur permukaan bata relatif halus dan licin, apalagi bila mempunyai densitas tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan
bata didisain dengan
tekstur yang tidak rata dan dengan pola tertentu, hal tersebut dapat tercapai dengan disain pola cetakan. Kelebihan dan Kekurangan Bata Konvensional
1. Kelebihan a. Cukup kuat dan tahan lama. b. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin.
13
c. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. d. Relatif murah harganya dan mudah didapat. e. Tidak memerlukan perekat khusus. 2. Kekurangan a. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan beton ringan dan bahan dinding lainnya. b. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar. c. Kualitas yang kurang seragam dan juga ukuran yang jarang sama sehingga sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi. d. Jumlah terbatas, sulit untuk didapat dalam jumlah banyak, dan mudah pecah. e. Bata memiliki berat sendiri yang cukup besar sehingga menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan. f. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi maka dibutuhkan plesteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata. 1.1.4 Kualitas Batu Bata Merah
Pengujian terhadap kualitas batu bata merah dengan campuran Abu Sabut Kelapa harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. Adapun syarat-syarat batu bata merah dalam NI-10,1978 dan SII-0021-78 adalah sebagai berikut. Pandangan luar.
Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warnanya seragam, dan berbunyi nyaring bila dipukul. Ukuran-ukuran
Ukuran-ukuran batu bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat). Sedangkan ukuran batu bata merah yang standar menurut NI-10, 1978: 6 yaitu batu bata merah dengan panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm, dan batu bata merah dengan panjang 230
14
mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm. sedangkan standar ukuran batu bata merah menurut SII-0021-78 yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2.3 Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah Modul
Tebal (mm) 65 65 50
M-5a M-5b M-6 Sumber SII-0021078
Lebar (mm) 90 140 110
Panjang (mm) 190 190 220
Penyimpangan ukuran maksimum batu bata merah yang disyaratkan dalam SII-0021-78, adalah sebagai berikut: Table 2.4 Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata Merah Kelas
Penyimpangan Ukuran Maksimum (mm) M-5a dan M-5b M-6
Tebal 25 2 50 2 100 2 150 2 200 2 250 2 Sumber: SII-0021-78
Lebar 3 3 3 2 2 2
Panjang 5 5 4 4 4 4
Tebal 2 2 2 2 2 2
Lebar 3 3 3 2 2 2
Panjang 5 5 4 4 4 4
Penyimpangan ukuran standar batu bata merah terbesar yang disyaratkan dalam NI-10-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum; lebar maksimum 4%; dan tebal maksimum 5%. Sedangkan selisih antara batu bata merah berukuran maksimum dengan batu bata merah berukuran minimum yang diperbolehkan, yaitu untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 mm. 2. 5 Bahan campuran Batu Bata 2.5.1 Tanah Liat (lempung)
Lempung adalah tanah hasil pelapukan batuan keras seperti ; basalt (sebagai batuan dasar), andesit dan granit. Lempung sangat tergantung pada jenis Batuan asalnya. Umumnya batuan keras akan memberian pengaruh warna pada
15
lempung, seperti merah, sedangkan granit akan memberikan warna lempung menjadi putih. Jenis-Jenis Lempung yang Digunakan dalam Pembuatan Batu Bata
Berdasarkan tempat pengendapan dan asalnya, lempung dibagi dalam beberapa jenis: 1. Lempung Residual Lempung Residual adalah lempung yang tedapat pada tempat dimana lempung itu terjadi dan belum berpindah tempat sejak t erbentuknya. Sifat lempung jenis ini adalah berbutir kasar dan masih bercampur dengan batuan asal yang belum mengalami pelapukan,tidak plastis. Semakin digali semakin banyak terdapat batuan asalnya yang masih kasar dan belum lapuk 2. Lempung Illuvial Lempung illuvial adalah lempung yang sudah terangkut dan mengendap pada suatu tempat yang tidak jauh dari tempat asalnya seperti di kaki bukit. Lempung ini memiliki sifat yang mirip dengan lempung residual, hanya saja lempung illuvial tidak ditemukan lagi batuan dasarnya. Di Indonesia pada pembuatan batu bata merah dan genteng pada umunya menggunakan lempung jenis ini. 3. Lempung Alluvial Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di sekitar atau di sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya. 4. Lempung Rawa Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di rawa-rawa. Jenis lempung ini dicirikan oleh warnanya yang hitam. Apabila terdapat di dekat laut akan mengandung garam. Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan batu bata merah. Tanah liat terjadi dari tanah napal (tanah bawah, asam kersik) yang dicampur dengan bermacam-macam bahan yang lain. Bahan dasar pembuatan batu bata merah berasal dari batu karang dan diperoleh dari proses pelapukan
16
batuan. Tanah liat kebanyakan diambil dari permukaan tanah yang mengendap. Endapan tanah liat sering juga terdapat dalam lapisan lain, sehingga proses pengambilannya
dengan
cara
membuat
sumur-sumur.
Tanah
liat
yang
dipergunakan dalam pembuatan batu bata merah adalah bahan yang asalnya dari tanah porselin yang telah bercampur dengan tepung pasir-kwarsa dan tepung oxid besi (Fe2O 3) dan tepung kapur (CaCO 3) Tanah liat memiliki komposisi kimia sebagai berikut: 1. Silika (SiO2), silika dalam bentuk sebagai kuarsa jika memiliki kadar yang tinggi akan menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan mudah slaking, kurang plastis dan tidak begitu sensitif terhadap pengeringan dan pembasahan. 2. Alumina (Al2O3), terdapat dalam mineral lempung, feldspar dan mika. 3. Fe2O3, komponen besi ini dapat menguntungkan atau merugikan tergantung jumlahnya dan sebar butirannya. Makin tinggi kadar besi tanah liat, makin rendah temperatur peleburan tanah liat. Mineral besi yang berbentuk kristal dengan ukuran yang besar dapat menyebabkan cacat pada permukaan produknya seperti pada batu bata atau keramik. 4. CaO (kapur), terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur. Bertindak sebagai pelebur bila temperatur pembakarannya mencapai lebih dari 11000 C. 5. MgO, terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat. Dapat meningkatkan kepadatan produk hasil pembakaran. 6. K 2O dan Na2O, Alkali ini menghasilkan garam-garam larut setelah pembakaran.
Dapat
menyebabkan
penggumpalan
kolorid
dan
dalam
pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik. 7.
Organik, bahan-bahan yang bertindak sebagai protektor koloid dan menaikkan keplastisan, misalnya : humus, bitumen dan karbon.
17
2.5.2
Semen Portland
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive maupun kohesif. Menurut standar indonesia, SII 0013-1989, definisi semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Semen portland dibuat dengan tiga bahan dasar yaitu kapur, silika dan 0
alumina. Ketiga bahan ini dica mpur dan dibakar dengan suhu 1550 C dan menjadi klinker. Klinker ini yang kemudian dihaluskan seperti bubuk semen portland. Bila dicampur air akan membentuk pasta semen kemudian akan menjadi kaku dan keras. 2.6 Daya Serap Air
Daya serap air adalah kemampuan bahan dalam menyerap air (daya hisap). Bobot isi adalah perbandingan berat dalam keadaan kering dengan bobot dalam kondisi jenuh air. Daya serap air yang tinggi akan berpengaruh pada pemasangan batu bata dan adukan karena air pada adukan akan diserap oleh batu bata sehingga pengeras adukan tidak berfungsi dan dapat mengakibatkan kuat adukan menjadi lemah. Daya serap yang tinggi disebkan oleh besarnya kadar pori pada batu bata (batu bata tidak padat). 2.7 Kuat Tekan
Kualitas batu bata merah dapat dibagi atas tiga tingkatan dalam hal kuat tekan dan penyimpangan ukuran menurut NI-10, 1987:6, yaitu : a. Batu bata merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari 100 kg/cm2 dan ukurannya tidak ada yang menyimpang. b. Batu bata merah mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara 100 kg/cm2 sampai 80 kg/cm2 dan ukurannya yang menyimpang satu buah dari sepuluh benda percobaan.
18
c. Batu bata merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara 80 kg/cm2 2
sampai 60 kg/cm dan ukurannya menyimpang dua buah dari sepuluh benda percobaan. Tabel 2.5. persyaratan dan Klasifikasi Bata Standar Bata Merah Pejal A1 A2 B1 B2
Kuat tekan bruto minimum (kg/cm2)
Penyerapan air minimum (% berat)
20 35 50 70
35 25
A1 dan A2 untuk dipakai dalam konstruksi yang t idak memikul beban, dimana A1 dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar dan diberi lapisan pelindung dan
A2
sama
dengan
A1
tetapi
dapat
tanpa
lapisan
pelindung.
B1 dan B2 dapat dipakai dalam konstruksi yang memikul beban dimana B1 ditempat-tempat yang terlindung dari cuaca luar dan B 2 dapat ditempat yang tak terlindung dari cuaca. 2.8
Persyaratan
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menurut SII-0021-78 dan PUBI1982 yaitu : a. Tampak luar, bentuk yang disyaratkan pada batu bata jenis ini adalah prisma segi empat panjang, mempunyai sudut siku dan tajam permukaan rata dan tidak menampakkan adanya retak, warna dan bunyi nyaring. b. Ukuran batu bata harus sesuai dengan standar NI-10 (1978) yaitu :M-5a (190 x 90 x 65 mm), M-5b (190 x 140 x 65 mm) dan M-6 (230 x 110 x 55 mm).
Pada
standar
pengukuran,
penyimpangan
terbesar
yang
diperbolehkan untuk masing-masing panjang, lebar dan tebal maksimum antara 3%-5%. c. Larutan garam, kadar garam yang melebihi 50% tidak boleh karena akan mengakibatkan tertutupnya permukaan batu bata dan dapat mengurangi keawetan batu bata.
19
d. Penyerapan disyaratkan tidak melebihi dari 20% e. Berat jenis batu bata normal berkisar antara 1,8-2,6 gr/cm3. 2.9
Uji Bata Sebelumnya
Pada penelitian pemanfaatan limbah sekam padi dan sabut kelapa pada campuran batako (bata beton) sudah pernah dilakukan. Rasio perbandingan bahan baku berupa pasir divariasikan dengan sekam padi atau sabut kelapa, antara lain = 100%:0%; 95%:5%; 90%:10%; 85%:15%; dan 80%: 20%, dari bahan baku. Umur Batako (hari): 9, 18, dan 28 hari, dengan menetapkan komposisi semen, agregat halus (pasir), sekam padi atau sabut kelapa dan air. Selanjutnya campuran dicetak dan di press dengan rojok, lalu dilakukan uji kelayakan, meliputi : Uji Tampak Luar, Uji Penyerapan Air, dan Uji Kuat Tekan untuk mengetahui kualitas Batako (Bata Beton) terbaik menurut standar SNI 03-0349-1989. Hasil percobaan menunjukan bahwa hasil terbaik dapat dicapai pada komposisi campuran limbah sabut kelapa 10%, pada umur 28 hari memenuhi SNI 03-0349-1989 dengan kelas Batako (Mutu) III. Pada komposisi campuran limbah sekam padi 15%, pada umur 9 dan 18 hari memenuhi SNI 03-0349-1989 dengan kelas Batako (Mutu) IV . (Enggarwati, 2011)
Pemanfaatan limbah abu sekam padi dan serbu batu tabas dengan semen dan dicampur dengan tanah liat tanpa proses pembakaran. Dilakukan penelitian sebanyak lima jenis campuran dibuat dengan proporsi total abu sekam padi dan serbuk batu tabas 30%, tanah liat 60% dan semen sebanyak 10% dari persentase berat campuran. Variasi komposisi antara abu sekam padi dan serbuk batu tabas dibuat dengan menggunakan perbandingan 0%:30%; 7,5%:22,5%; 15%:15%; 22,5%:7,5%; 30%:0%. Benda uji yang digunakan berupa kubus dengan ukuran 6x6x6 cm. Dari masing-masing campuran dibuatkan 3 buah benda uji untuk pengujian kuat tekan dan 3 buah benda uji untuk pengujian resapan a ir. Pengujian dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kuat tekan terbesar batu bata tanpa pembakaran adalah 22,90 kg/cm2 yang diperoleh pada campuran I dengan persentase abu sekam dan serbuk batu tabas 30% dan 0% pada umur 28 hari, sedangkan resapan air terkecil adalah sebesar
20
44,03% yang diperoleh dari pembuatan batu bata memakai campuran V dimana kadar abu sekam padi dan serbuk batu tabas adalah 0% dan 30% pada umur 28 hari, (Sudarsana, 2011).