BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air.Banyak pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air.Salah satu bidang pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah pertanian.Dalam perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan factor air yang menjadi penunjang.Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol secara berkala.Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan kebutuhan untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui batas kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan. Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk areal pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh areal pertanian mendapatkan suplai air
yang
cukup
sehingga
tidak
ada
areal
pertanian
yang
tidak
mendapatkan air.Selain itu juga sistem yang dibentuk itu dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk selanjutnya dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian. 1.2. Rumusan Masalah Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang tentunya memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan – bangunannya? 2) Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan? 3) Bagaimana cara menghitung luas petak tersier? 4) Bagaimana cara pemberian warna daerah irigasi? 5) Bagaimana cara pembuatan skema irigasi? 6) Bagaimana cara pembuatan skema bangunan? Kelompok 2
Page 1
7) Bagaimana pembuatan dimensi saluran? 8) Bagaimana perhitungan muka air? 9) Bagaimana pembuatan skema muka air? 10) Bagaimana penggambaran situasi? 11) Bagaimana penggambaran profil memanjang? 12) Bagaimana penggambaran profil melintang? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi. Namun selain itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu: 1)
Pembuatan
saluran
induk,
saluran
bangunannya. 2) Pemberian nama saluran dan bangunan. 3) Menghitung luas petak tersier. 4) Pemberian warna daerah irigasi. 5) Pembuatan skema irigasi. 6) Pembuatan skema bangunan. 7) Pembuatan dimensi saluran. 8) Perhitungan muka air. 9) Pembuatan skema muka air. 10) Penggambaran situasi. 11) Penggambaran profil memanjang. 12) Penggambaran profil melintang.
Kelompok 2
Page 2
sekunder,
dan
bangunan
–
1.4. Sistematika Laporan
Bab I pendahuluan memuat latar belakang pembuatan laporan, maksud dan tujuan yang diharapkan dari pembuatan laporan ini, metode pencakupan masalah yang dibahas dalam laporan dan sistematika dalam laporan yang dibuat.
Bab II landasan teori memuat teori – teori yang menjadi dasar pemikiran penulis dalam menganalis masalah yang terjadi dan mencari cara pemecahannya.
Bab III perencanaan memuat mengenai tata cara yang dilakukan dalam
merencanakan
suatu
jaringan
irigasi
yang
hendak
dilaksanakan.
Bab IV penutup memuat simpulan akhir dari laporan dan sedikit saran bagi para pembaca.
Kelompok 2
Page 3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Irigasi Irigasi
adalah
usaha
penyediaan
dan
pengaturan
air
untuk
memenuhi kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, keperluan industri, perikanan, untuk pengegelontoran roil – roil di dalam kota (Teknik Penyehatan) dan lain – lain. Sumber air yang digunakan untuk irigasi adalah : Air yang dipermukaan tanah : sungai, danau, waduk, dan mata air. Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung) Air tanah (Ground Water) 2.2. Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi Berikut ini adalah pola perencanaan perancangan suatu sistem jaringan irigasi yaitu: 1. Adanya permintaan masyarakat petani Suatu sistem irigasi dikerjakan oleh karena adanya permintaan masyarakat petani.Kemudian selanjutnya dilakukan studi kelayakan oleh ahli pertanian (ahli tanah, pertanian tanaman pangan), sosial ekonomi, sipil (ahli hidrologi, ahli irigasi), geodesi, geologist, dan ahli lingkungan. 2. Pelaksanaan Investigasi Pelaksanaan investigasi terdiri dari beberapa tahap yaitu : a. Pengumpulan data hidrologi, klimatologi, social ekonomi, dan lain – lain.
Kelompok 2
Page 4
b. Pengukuran situasi 1:5000 atas izin masyarakat petani yang tanahnya terkena proyek, serta pendataan pemilik lahan. c. Survey geologi dan mekanika tanah. d. Penggambaran situasi. e. Lay out definitive. f. Pengukuran trase atas izin masyarakat yang terkena proyek. g. Penggambaran trase. h. Perencanaan trase saluran dan bangunan. i. Penggambaran saluran dan bangunan. j. Sosialisai dengan masyarakat serta pejabat setampat. 3. Pembuatan
Bill of quantities dan rencana anggaran biaya (RAB).
Dokumen tender.
Dokumen pra qualifikasi.
4. Pelaksanaan Fisik Pelaksanaan fisik maksudnya adalah melaksanakan pembangunan sistem jaringan irigasi pada lahan yang telah ditentukan. 2.3. Sistem Irigasi Pada umumnya, sistem irigasi di Indonesia pengaliran airnya dengan sistem gravitasi dan sistem jaringannya terdiri dari tiga golongan yaitu: 1. Sistem irigasi sederhana Sistem
irigasi
ini
baik
bangunan
maupun
pemeliharaannya
dilakukan oleh para petani dan pada umumnya jumlah arealnya relatife kecil.Biasanya terdapat di pegunungan, sedangkan sumber airnya didapat dari sungai sungai kecil yang airnya mengalir sepanjang tahun.Bangunan bendungnya dibuat dari bronjong atau tumpukkan batu dan bangunan – Kelompok 2
Page 5
bangunannya dibuat sangat sedehana serta tidak dilengkapi dengan pintu air dan alat ukur debit air sehingga pembagian airnya tidak dapat dilakukan dengan baik. 2. Sistem irigasi setengah teknis Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada di dalamnya telah setengah teknis, kontruksinya bisa permanent atau setengah permanent hanya tidak dilengkapi dengan pintu air dan alat pengukur debit. Untuk pengaturan air cukup dipasang balok sekat saja, sehingga pembagian dan pengaturan debitnya tidak dapat dilakukan dengan baik.Namun demikian, irigasi ini dapat ditingkatkansecara bertahap menjadi sistem irigasi teknis.Pada sistem ini pembangunannya dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum. 3. Sistem irigasi teknis Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi teknis semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu – pintu air dan alat ukur debit.Pembagian airnya bisa diatur dan diukur
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
sehingga
pembagian
atau
pemberian air ke sawah – sawah dilakukan dengan tertib dan merata. Saluran sistem ini menjamin tidak terjadinya banjir dengan cara dibuatkan jaringan pembuang tersier, sekunder dan induk, yang nantinya mengalirkan air langsung ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk membuang air sisa pemakaian dari sawah. Pekerjaan teknis irigasi pada umumnya terdiri dari : a) Pembuatan bangunan penyadap yang berupa bendung atau penyadap bebas. b) Pembuatan saluran primer (induk) termasuk bangunan – bangunan di dalamnya seperti : bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan sadap. Bangunan air ini dikelompokkan sebagai bangunan air pengatur, disamping itu ada kelompok bangunan air pelengkap diantaranya bangunan terjun, got miring, gorong – gorong, pelimpah, talang, jembatan dan lain – lain. Kelompok 2
Page 6
c) Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan – bangunan di dalamnya seperti : bangunan bagi-sadap, sadap dan bangunan pelengkap seperti yang ada pada saluran induk. d) Pembuatan saluran tersier termasuk bangunan – bangunan di dalamnya seperti : boks tersier, boks kuarter, dan lain- lain. e)
Pembuatan
saluran
pembuang
sekunder
dan
tersier
termasuk
bangunan gorong pembuang.
2.4. Peta Ikhtisar Peta ikhtisar adalah cara agaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling dihubung-hubungkan. a. Petak Tersier Petak tersier adalah perencanan dasar yang bertalian dengan unit tanah.Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (offtake) tersier, bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Petak tersier ini dibagi menjadi petak-petak kuarter, masingmasing seluas kurang lebih 8-15 ha.Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer, kecuali petak-petak tersier tidak secara langsung disepanjang jaringan saluran irigasi utama. b. Petak Sekunder Petak tersier terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuannya dilayani oleh satu saluran sekunder.Biasanya petak sekunder menerima air dari nbangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. c. Petak Primer Petak
primer
terdiri
dari
beberapa
petak
sekunder,
yang
mengambil air langsung dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh Kelompok 2
Page 7
satu saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air, biasanya sungai.Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. 2.5. Bangunan a. Bangunan Utama Bangunan utama adalah kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.Biasanay bangunan ini dipakai untuk mengurangai kandungan sedimen yang berlebih, serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama dibagi menjadi beberapa kategori : 1. Bendung 2. Pengambilan bebas 3. Pengambilan dari waduk 4. Stasiun Pompa b. Bangunan Bagi dan Sadap Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima.Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih. c. Bangunan Pengukur dan Pengatur Aliran akan diukur dihulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dibagi dua, yaitu : alat ukur aliran atas bebas dan alat ukur aliran bawah. Tabel 2.1 Alat ukur Mengukur dengan
Mengatur
Type Alat ukur ambang Aliran atas
Tidak
lebar Alat ukur parshall Alat ukur Cipoletti Alat ukur Romijn Alat ukur Crump-
Tidak Tidak Ya Ya
Kelompok 2
Aliran Aliran Aliran Aliran
atas atas atas bawah Page 8
de Gruyter Bangunan sadap Aliran bawah
Ya
pipa sederhana Constant-Head
Ya
Aliran bawah
Orifice (CHO)
Peralatan yang dianjurkan pemakainnya : 1. Di hulu saluran primer Untuk
aliran
besar
alat
ukur
ambang
lebar
dipakai
untuk
pengukuran dan pintu sorong atau radial untuk pengaturan. 2. Dibangunan bagi atau sadap/ bangunan sadap sekunder Pintu Romijn dan crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer. 3. Bangunan sadap tersier Untuk mengukur dan mengatur dipakai alat ukur Romijn atau jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter d. Bangunan Pengkuran Muka air Bangunan ini mengontrol muka air jaringan irigasi utama sampai bats-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit konstant kepada bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur di perlukan untik di tempatkan dimana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring. Untuk mencegah meninggi ayau menurunya muka air di saluran, dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium. e. Bangunan Pembawa Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.Aliran yang melalui bangunan superkritis atau subkritis. 1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis Bangunan ini diperloukan di medannya
lebih
curam
dari
tempat-tempat di mana
pada
kemiringan
maksimum
Bangunan ini terdiri dari bangunan terjun dan Got miring. 2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
Kelompok 2
Page 9
lereng saluran.
Bangunan ini terdiri dari: Gorong-gorong, Talang,Sipon, Jembatan sipon, Flum (flume), Saluran tertentu dan Terowongan. f. Bangunan Lindung Bangunan ini diperlukan untuk melindungi saluran baik dari luar maupun dari dalam.Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat akibat masuknya air dari ruas saluran. 1. Bangunan pembuang silang 2. Pelimpah (spillway) 3. Bangunan penguras (wasteway) 4. Saluran pembuang samping g. Jalan dan Jembatan Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan
irigasi
dan
pembuang.Sedangkan
jembatan
digunakan untuk menghubungkan jalan-jalan inspeksi diseberang saluran irigasi. h. Bangunan Pelengkap Bangunan pelengkap yang dipasang disepanjang saluran meliputi : 1. Pagar , rel pengaman dan sebagainya 2. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumabt bangunan oleh bendabenda yang hanyut 3. Jembatan-jembatan untuk keperluan penyebrangan bagi penduduk 2.6. Standar Tata Nama Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda. a. Daerah Irigasi Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau daerah penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat
Kelompok 2
Page 10
dengan jaringan bangunan utama. Untuk bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi. b. Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder Saluran irigasi primer sebaiknya diberinama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani. Saluran sekunder diberinama sesuai dengan nama desa yang terletak dipetak sekunder. Petak sekundet akan diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya. Saluran di bagi menjadi ruasruas yang berkapasitas sama, bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir disuatu ruas bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu, tetapi huruf R (ruas) di ubah menjadi B (bangunan). Bangunan-bangunan yang ada diantara bangunan-bangunan bagi sadap di beri nama sesuai dengan nama ruas dimanabnagunan tersebut terletak, juga mulai dengan huruf B lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga bengunan yang berada lebih jauh di hilir memakai huruf b, c dan seterusnya.
c. Jaringan Irigasi Tersier dan Kuarter Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama. Misalnya S1ki mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BS1 yang terletak pada saluran sambak. 1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak diantara yang terletak diantara kedua boks 2. Boks tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut arah jarum jam 3. Peta kuarter diberi nama sesuai denan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut searah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya searah jarum jam 4. Boks kuarter diberi kode K 5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya Kelompok 2
Page 11
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuaI deangan petak kuarter yang dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya 7. Saluran pembuangan tersier diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum jam d. Jaringan Pembuang Pada umunya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang kesenuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri. Pembuang sekunder pada umunya berup[a sungai atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak sungai atau anak sungai tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (drainase).
BAB III PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI 3.1. Penggambaran Sistem Jaringan Irigasi Dalam merancanakan sistem irigasi terdapat langkah – langkah yang harus dilaksanakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai langkah – langkah yang dilakukan pada perencanaan sistem jaringan irigasi sungai Kaliwuri. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut : Kelompok 2
Page 12
1. Siapkan peta topografi
Gambar 3.1 Peta Topograf 2. Tentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama sungai pada jaringan irigasi dengan sungai utama atau inisial nama kampung yaitukaranjang. Misal Malangbong maka digunakan nama BM0 untuk bendung.
Gambar 3.2 Letak Bendung di Sungai 3. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan warna merah. Kelompok 2
Page 13
Gambar 3.3 Saluran Pembuang
4. Tarik saluran induk dengan warna biru, garis – titik – garis. Sejajar garis
kontur,
Usahakan
turun
elevasi,
nama
saluran
disesuaikan dengan nama sungai yaitu saluran induk BM.
Gambar 3.4 Penamaan Saluran Induk
Kelompok 2
Page 14
induk
5. Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi. Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan pertama yaitu : BM1, BM2, BM3, dan BM4. Ruas antara bendung dan bangunan pertama (BM0 – BM1) merupakan saluran induk dan seterusnya. 6. Beri nama bangunan – bangunan yang ada pada saluran sekunder dengan inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat dengan saluran atau bila tidak kampung maka dapat diberi nama yang sesuai dengan keinginan tapi dalam jaringan irigasi tidak boleh ada nama yang sama .
Gambar 3.5 Pemberian Nama Bangunan 7. Tentukan luas petak tersier maksimum 60 ha. Beri nama petak tersier sesuai dengan nama saluran sekunder. Contoh BM2 kiri untuk sebelah kiri dan BM2 kanan untuk sebelah kanan.
Kelompok 2
Page 15
Gambar 3.6 Penentuan Luas petak tersier 8. Beri warna – warna muda pada petak yang sudah direncanakan.
Gambar 3.7 Pemberian warna-warna pada petak
9. Hindari menggunakan warna kuning karena warna kuning digunakan untuk daerah yang tidak terairi yang berada di daerah irigasi yang
Kelompok 2
Page 16
direncanakan, misalnya bukit, semak belukar yang tidak dapat diairi. Hijau tua khusus untuk perkampungan/pedesaan. Jangan menggunakan warna hitam. 10. Warna merah digunakan untuk sungai/saluran pembuang. 11. Garis coklat untuk jalan raya. 12. Garis hitam untuk rel kereta api. 13. Kalau aliran air menjauhi kita, maka sisi kanan saluran sesuai dengan sisi kanan kita dan sisi kiri saluran sesuai dengan sisi kiri kita. 3.2. Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi Perencanaan sistem jaringan irigasi bukan sekedar penggambaran saja. Tapi juga pengolahan data – data yang ada untuk selanjutnya digunakan dalam merancang saluran yang akan digunakan. Dalam perencanaan sistem jaringan irigasi tersebut terdapat rumus – rumus yang digunakan untuk mengolah data – data yang ada.Penggunaan rumus – rumus tersebut adalah untuk membantu dalam perancangan atau mendesain saluran. a. Data yang Diperlukan 1. Skala peta. Skala peta yang dipilih pada jaringan irigasi Karanjang adalah 1 : 20000. 2. Netto Field Requirement (NFR). NFR adalah nilai kebutuhan air di sawah. NFR yang ditentukan pada perencanaan sistem jaringan irigasi Kaliwuri adalah 1,25 lt/dt/ha. b. Mencari Luas Area Irigasi Pada saat kita akan menentukan petak – petak yang akan diairi, kita harus mengacu pada batasan wilayah yang dijinkan yaitu 60 ha sehingga petak yang kita tentukan tidak boleh lebih besar dari 60 ha. Untuk menentukan besar petak – petak tersebut, maka kita dapat menggunakan Kelompok 2
Page 17
bantuan autoCAD dengan menggunakan perintah AREA, maka akan muncul angka yang kita perlukan. Selanjutnya nilai luas yang didapat dikonversikan sesuai dengan skala peta yang kita gunakan. Misalnya untuk skala 1 cm : 20.000 cm → 1 cm = 2 hm sehingga peta kita scale 2 kali lipat. Selain itu, kita juga harus menentukan luas area saluran yang didapatkan dengan cara menjumlahkan luas area petak – petak yang diairi oleh saluran sekunder yang dimaksud. Misalnya : untuk saluran sekunder bangunan BB1 yang mengairi B1 kr dan B1 kn masing – masing 33.48 ha dan 34.01 ha, maka luas BB1 sebesar 67.49 ha. Dengan luas keseluruhan petak 104.25 ha c. Mencari Panjang Saluran (L) Panjang saluran induk dapat dicari dengan bantuan autoCAD yaitu dengan menggunakan perintah LIST. Setelah mendapatkan panjang saluran yang dimaksud kemudian dikonversikan ke dalam satuan yang digunakan dalam pengolahan data juga mengacu pada skala peta yang kita gunakan karena satuan pada autoCAD akan berbeda dengan satuan yang digunakan pada pengolahan data. Contoh : Pada Saluran M ruas 1 di autoCAD kita mendapat nilai panjang 2,5864 hm menjadi → (3.1627x 100) = 316,27 m d. Mencari Debit (Q) Dik :
A
= 229.685Ha
NFR = l.25 lt/det/ha Qtotal = 680.8849001 lt/det = 0.6808849001 m2/det Nama bangunan Bm1 Kelompok 2
Bagian Kiri
Bagian Kanan
luas petak
531,8800
570,080
11,020
Page 18
Debit Petak 0,0312681 15
Bma1
568,4788
652,067
12,205
Bma2
554,3129
531,754
10,861
Bma3
731,7439
464,087
11,958
Bma4
555,5491
340,487
8,960
Bma5
301,2532
292,202
5,935
Bma6
506,7538
0,000
5,068
Bm2
614,1804
529,291
11,435
Bmb1
623,1859
413,173
10,364
Bmb2
749,0134
405,6501
11,547
Bmb3
649,5317
318,8697
9,684
Bmb4
482,1870
422,4403
9,046
Bmb5
674,5208
0,0000
6,745
Bm3
510,7534
274,9003
7,857
Bmc1 Bmc2
375,7467 280,3741
237,7571 329,6074
6,135 6,100
Bmc3
481,4165
0,0000
4,814
Bm4
539,9956
269,9660
8,100
Bmd1
534,6114
428,6181
9,632
Bmd2
453,7441
368,0625
8,218
Bmd3
484,4862
345,4704
8,300
Bmd4
508,1764
257,3821
7,656
Bmd5
503,6791
245,9592
7,496
Bmd6
389,7825
416,3296
8,061
Bmd7
285,5272
301,5529
5,871
Bmd8
296,6333
295,1342
5,918
Bmd9
217,4129
365,4445
5,829
Bmd10 Total
487,3155 13.892
0,0000 9.076
4,873 229,685
Kelompok 2
Page 19
0,0338701 4 0,0316316 9 0,0339316 96 0,0250890 05 0,0193243 78 0,0165011 71 0,0324459 9 0,0301839 44 0,0327635 77 0,0288099 42 0,0269126 62 0,0173267 53 0,0245516 78 0,0157593 79 0,0156689 0,0160070 99 0,0242988 48 0,0286560 78 0,0250651 01 0,0253136 76 0,0239237 03 0,0234261 97 0,0245864 19 0,0191167 96 0,0192694 29 0,0189792 94 0,0162032 4 0,6808849
Perhitungan Dimensi Saluran
a. Kecepatan Aliran (V) Dik : Q = 0.6808849001m3/det, dari table didapat : Q = 0.50 - 0.75m3/det b : h =2 kecepatan air untuk tanah lempun biasa (V) = 0.50 m/det b. Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.6808849001m3/det V = 0.50 m/det F=Q/V = 0.6808849001/ 0.50 = 1.3617698 m2
c. Perbandingan b:h (n) Dik : Q = 0.6808849001m3/det, dari table didapat : b : h =2
d. Kemiringan talud (m) Dik : Q = 0.6808849001m3/det V = 0.50 m/det Dari table didapat nilai m = 1 : 1 e. Tinggi air disaluran (h) Kelompok 2
Page 20
Dik : F = 1.3617698 m2 m =1:1 n =2 h = (F/(m+n)) = (1.3617698 /(1+2)) = 0.6737382776 m
f. Lebar dasar saluran (b) Dik : n = 2 h = 0.6737382776m b = n.h = 2 x 0.6737382776 = 1.347476555 m g. Keliling basah (P) Dik : b = 1.347476555 h = 0.6737382776 m=1 n=2 P = b+2h(m2+1) = 1.347476555+2(0.6737382776)(12+1) = 3.250385169 m h. Jari-jari hidrolis (R)
Kelompok 2
Page 21
Dik : F = 1.3617698 m2 P = 3.250385169m R=F/P = 1.3617698/3.250385169 = 0.4189564403 m
i. Kemiringan dasar saluran (I) Dik : V = 0.5 m/det K = 35 (dari table) R = 0.4189564403 m I = [V2/K2*R4/3] = 0.00065099
j. TINGGI AIR PADA SALULAN (h) BM2 : Kelompok 2
Page 22
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.03244599 m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V = 0.03244599 / 0.25 = 0.12978396 m2 Dik : F = 0.12978396 m2 m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) = (0.12978396 /(1+1)) = 0.2547390429 m Bmb1:
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.030183944m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V =0.030183944/ 0.25 = 0.12073577 m2 Dik : F = 0.12073577m2 m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) Kelompok 2
Page 23
= (0.12073577/(1+1)) = 0.2456987688 m Bmb2:
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.029763577 m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V =0.029763577/ 0.25 = 0.119054308 m2 Dik : F = 0.119054308 m2 m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) = (0.119054308 /(1+1)) = 0.2439818723 m Bmb3:
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.028809942m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V =0.028809942/ 0.25 = 0.115239768 m2 Dik : F = 0.115239768 m2 Kelompok 2
Page 24
m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) = (0.115239768 /(1+1)) = 0.2400414214 m Bmb4:
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.026912662 m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V =0.026912662/ 0.25 = 0.107650648 m2 Dik : F = 0.107650648 m2 m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) = (0.107650648 /(1+1)) = 0.2320028534 m Bmb5:
Luas penampang basah (F) Dik : Q = 0.017326753m3/det V = 0.25 m/det F=Q/V Kelompok 2
Page 25
=0.017326753/ 0.25 = 0.069307012 m2 Dik : F = 0.069307012 m2 m =1:1 n =1 h = (F/(m+n)) = (0.069307012 /(1+1)) = 0.1861545218 m Perhitungan Muka Air Diketahui BM2 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0,254 m b = 1,347m Elevasi BM2 = 40,23 L = 316,27 m I = 0,00065099 Dicari : Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,254+ 40,23) = 40,275 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 40.275+ ( 0,00065099 . 316,27) =40,275+ 0,205 =40,480 m
Diketahui Bmb1 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0,245 m b = 1,347 m
Kelompok 2
Page 26
Elevasi Bmb1 = 36,50 L = 316,27 m I = 0,00065099 Dicari : Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,245+ 36,50) = 36,544 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 32,544+ ( 0,00065099 . 316,27) =36,544+ 0.205 =36,749 m
Diketahui Bmb2 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0.243 m b = 1,347 m Elevasi Bmb2 = 32,23 L = 316,27 m I = 0,00065099 Dicari : Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,243+ 32,23) = 32,273 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 32,273+ ( 0,00065099 . 316,27) =32,273+ 0.205 =32,478 m
Diketahui Bmb3 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0.240 m b = 1,347 m Elevasi Bmb3 = 28,20 L = 316,27 m Kelompok 2
Page 27
I = 0,00065099 Dicari : Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,243+ 28,20) = 28,229 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 28,229+ ( 0,00065099 . 316,27) =28,229+ 0.205 =28,434 m
Diketahui Bmb4 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0.232 m b = 1,347 m Elevasi Bmb4 = 24,80 L = 316,27 m I = 0,00065099 Dicari : Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,232+ 24,80) = 24,84 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 24,84+ ( 0,00065099 . 316,27) =24,84+ 0.205 =25,046 m
Diketahui Bmb5 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 0.186 m b = 1,347 m Elevasi Bmb5 = 20,90 L = 316,27 m I = 0,00065099 Dicari : Kelompok 2
Page 28
Dwl
= (0,18h + elevasi BM2) = (0,18 . 0,186+ 20,90) = 20,933 m
Uwl
= Dwl + (I . L) = 20,933+ ( 0,00065099 . 316,27) =20,933+ 0.205 =21,138 m
SKEMA MUKA AIR PADA BM2 SAMPAI Bmb5
BM2 40.480
Bmb1
40.275 36.749
36.544 32.478
Bmb2 Bmb3
32.273 28.433
28.229 25.046
Bmb4
Bmb5
24.840 21.138
20.933
Tabel 3.1 koofesien lengkung kapasitas tegal untuk tiap luas daerah yang diairi
Kelompok 2
Page 29
Kelompok 2
Page 30
Tabel 3.2 koofesien lengkung kapasitas tegal untuk tiap luas daerah yang diairi
Kelompok 2
Page 31
Tabel 3.3 untuk saluran induk Q (m3/det) 0.15 - 0.30 0.30 - 0.50 0.50 - 0.75 0.75 - 1.00 1.00 - 1.50 1.50 - 3.00 3.00 - 4.50 4.50 - 5.00 5.00 - 6.00 6.00 - 7.50 7.50 - 9.00 9.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 15.00 15.00 - 25.00 25.00 - 40.00
M 1 1 1 1 1 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 2 2 2 2
N 1 1.0 1.2 1.3 1.5 1.8 2.3 2.7 2.9 3.1 3.5 3.7 3.9 4.2 4.9 6.5
-
1.2 1.3 1.5 1.8 2.3 2.7 2.9 3.1 3.5 3.7 3.9 4.2 4.9 6.5 9.0
K 35 35 35 35 40 40 40 40 42.5 42.5 42.5 42.5 45 45 45 45
Tabel 3.4 untuk saluran sekunder dan tersier Q (m3/det) 0.00 - 0.15 0.15 - 0.30 0.30 - 0.40 0.40 - 0.50 0.50 - 0.75 0.75 - 1.50 1.50 - 3.00 3.00 - 4.50 4.50 - 6.00 6.00 - 7.50 7.50 - 9.00 9.00 - 11.00 11.00 - 15.00 15.00 - 25.00 25.00 - 40.00 40.00 - 80.00
Kelompok 2
m 1 1 1 1 1 1 1 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 2 2 2
n = b/h 1 1 1.5 1.5 2 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 6 8 10 12
Page 32
v 0.25 0.30 0.35 0.40 0.50 0.55 0.60 0.65 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.75 0.8
-
0.30 0.35 0.40 0.45 0.55 0.60 0.65 0.70
k 35 35 35 35 35 35 40 40 40 42.5 42.5 42.5 45 45 45 45
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat :
NFR = 1,25 lt/Ha/det Luas TotalArea irigasi = 229.685Ha Debit =0.6808849001m3/det 4.2. Saran Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian, sebaiknya dalam perhitungan desain jaringan irigasi digunakan berbagai software yang mendukung.Seperti Autocad untuk analisis panjang, luas dan penggambaran, serta Microsoft Excel untuk membantu perhitungan data.
DAFTAR PUSTAKA Kelompok 2
Page 33
Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (Headworks). Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Saluran. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum.
Kelompok 2
Page 34