BAKU MUTU UDARA AMBIEN DI PROPINSI JAWA TENGAH NO
PARAMETER
WAKTU PENGUKURAN
BAKU MUTU
METODE ANALISIS
632 µg/Nm3 Pararosanilin 365 µg/Nm3 60 µg/Nm3
PERALATAN
1
SO2(Sulfur Dioksida)
1 Jam 24 Jam 1 Thn
Spektrofotometer
2
CO (Carbon Monoksida)
1 Jam 24 Jam 1 Thn
3
NO2 (Nitrogen Dioksida)
1 Jam 24 Jam 1 Thn
316 µg/Nm3 Saltzman 150 µg/Nm3 100 µg/Nm3
Spektrofotometer
4
O3 (Oksidan)
1 Jam
200 µg/Nm3 Chemiluminescent
Spektrofotometer
5
HC (Hidro Carbon)
3 Jam
160 µg/Nm3 Flame Ionization
Gas Chromatografi
6
PM10 (Partikel < 10 µm) PM2.5 (Partikel < 10 µm)
24 Jam 24 Jam 1 Thn
150 µg/Nm3 Gravimetric 65 µg/Nm3 15 µg/Nm3
Hi-Vol
7
TSP (Debu)
24 Jam 1 Thn
230 µg/Nm3 Gravimetric 90 µg/Nm3
Hi-Vol
8
Pb (Timah Hitam)
24 Jam 1 Thn
9
Dust fall (Debu Jatuh)
30 hari
10 Total Fluorides (as F)
24 Jam 90 Hari
11 Flour Indeks
30 Hari
12 Khlorine dan Khlorine Dioksida
24 Jam
13 Sulphat Indeks
30 Hari 24 Jam
15.000 µg/Nm3 NDR 10.000 µg/Nm3
NDR Analyser
1 Thn
2 µg/Nm3 Gravimetric Ekstratif 1 µg/Nm3 Pengabutan 10 Ton/Km2/bl (Pemukiman) Gravimetric 20 Ton/Km2/bl (Industri)
Hi-Vol AAS Cannister
3 µg/Nm3 Specific Ion Electrode 0,5 µg/Nm3 40 µg/100 cm2 dari Kertas limed Colourimetric filter
Impinger atau Continous Analyser Limed Filter Paper
150 µg/Nm3 Specific Ion Electrode 10.000 µg/Nm3 1 mg SO3/100cm3 dari Lead Colourimetric Peroksida
Impinger atau Continous Analyser Lead Peroksida Candle
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI JAWA TENGAH NO.
SUMBER
PARAMETER
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
1
Unit Penggergajian / Pemotongan Kayu
a. Total partikel b. Opasitas
350 35 %
2
Unit Pembuatan Produk / Pengamplasan
a. Total partikel b. Opasitas
350 35 %
3
Unit Finishing / Pengecatan / Pelapisan
a. Total partikel b. Opasitas c. Arsen (As) d. Kadmium (Cd) e. Seng (Zn)
350 35 % 8 8 50
4
Unit Pengeringan / Oven
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
350 800 1.000 20 %
5
Utilitas a. Pembangkit Tenaga Uap (Boiler)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2)
350 800 1.000
b. Generator Set (Pembangkit Listrik)
d. Opasitas
20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
350 800 1.000 20 %
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. Nitrogen dioksida ditentukan sebagai NO2. b. Konsentrasi partikulat pada Boiler, Genset dan Oven dikoreksi sebesar 7% O2. c. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). d. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. e. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama 3 bulan.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI GULA PROSES SULFITASI DAN KARBONATASI DI PROPINSI JAWA TENGAH NO. I
SUMBER Stasiun Pemurnian 1. Industri Gula Proses Sulfitasi a. Sulfitasi Nira Mentah
b. Sulfitasi Gula Proses Karbonatasi
2. Industri Gula Proses Karbonatasi a. Nira Karbonatasi b. Pemucatan Nira
II
Utilitas Pembangkit Tenaga Uap (Boiler)
PARAMETER
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
a. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduce Sulphur-TRS) b. Sulfur Dioksida (SO2)
35 800
a. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduce Sulphur-TRS) b. Sulfur Dioksida (SO2)
35 800
Sulfur Dioksida (SO2)
800
a. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduce Sulphur-TRS) b. Sulfur Dioksida (SO2)
35 800
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
350 800 1.000 35 %
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. Nitrogen dioksida ditentukan sebagai NO2. b. Total sulphur tereduksi dihitung sebagai H2S c. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). d. Untuk boiler, konsentrasi partikel dikoreksi sebesar 7 % oksigen. e. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. f. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama 3 bulan.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI DAN JENIS KEGIATAN LAIN DI PROPINSI JAWA TENGAH
NO
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
PARAMETER A. BUKAN LOGAM
1
Ammoia (NH3)
0,5
2
Gas Klorin (Cl2)
10
3
Hidrogen Klorin (HCl)
5
4
Hdrogen Florida (HF)
10
5
Nitrogen Dioksida (NO2)
1.000
6
Opasitas
20%
7
Total Partikel
350
8
Sulfur Dioksida (SO2)
800
9
TotalSulfur Tereduksi (Total Reduce Sulphur-TSR)
35
B. LOGAM 1
Air Raksa
5
2
Arsen (As)
8
3
Antimon (Sb)
8
4
Kadmium (Cd)
8
5
Seng (Zn)
50
6
Timah Panas (Pb)
12
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). b. Total sulphur tereduksi dihitung sebagai H2S. c. Penentuan parameter berdasarkan dari jenis industri dan sumbernya.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU), PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS & UAP (PLTGU), PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) BERBAHAN BAKAR GAS ALAM, SOLAR (HSD), IDO ATAU MFO DI PROPINSI JAWA TENGAH NO. 1
SUMBER
PARAMETER
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
Cerobong Furnace (Dapur Pembakaran)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 35 %
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. Nitrogen dioksida ditentukan sebagai NO2. b. Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2. c. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). d. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. e. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama 3 bulan.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI SEMEN DI PROPINSI JAWA TENGAH NO.
SUMBER
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
PARAMETER
1
Rotari Dryer
a. Total partikel b. Opasitas
80 20 %
2
Tanur Putar (Electric Arc Furnace)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
80 800 1.000 20 %
3
Pendingin Terak (Clinker Cooler)
a. Total partikel b. Opasitas
80 20 %
4
Cement Mill Grinding Alat Pengangkut (Conveying) Pengepakan (Bagging)
a. Total partikel b. Opasitas
80 20 %
5
Utilitas a. Tenaga Ketel Uap (Boiler)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 20 %
b. Generator Set (Pembangkit Listrik)
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. Nitrogen dioksida ditentukan sebagai NO2. b. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). c. Kosentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: Kiln) harus dikoreksi sampai 7 % oksigen. d. Standard diatas berlaku untuk proses kering. e. Batas maksimum total partikel untuk : i. Proses basah : 250 mg/m3. ii. Proses kiln : 500 mg/m3. f. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. g. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama 3 bulan
AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI PROPINSI JAWA TENGAH Jenis Kendaraan Sepeda motor
Parameter
Kendaraan roda empat
2 Tak
4 Tak
Bahan Bakar Bensin/Premium
HC (ppm)
2.600
1.500
815
-
CO ( % )
4,0
3,6
4,2
0,05
SO2 (mg/m3)
120
32
200
20
NO2 (mg/m3)
30
130
100
150
Pb (mg/m3)
-
-
1,24
-
Opasitas ( % )
-
-
-
20
Bosch ( % )
-
-
-
47
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2004. Keterangan : HC : Hidro Karbon. CO : Karbon Monoksida SO2 : Sulfur Dioksida
Bahan Bakar Solar/Diesel
NO2 : Nitrogen Dioksida Pb : Timbal Opasitas dan Bosch Berkaitan dengan Ketebalan Asap.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI BESI BAJA, LOGAM DAN SEJENISNYA DI PROPINSI JAWA TENGAH NO. 1
SUMBER Tanur Peleburan a. Tanur Oksigen Basa (Basic Oxygen Furnace)
150 800 1.000 12 50 8 8 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Pulumbum (Pb) e. Zink (Zn) f. Arsen (As) g. Cadmium (Cd) h. Opasitas
150 800 1.000 12 50 8 8 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2 d. Opasitas
150 800 1.000 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2 d. Opasitas
150 800 1.000 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
150 800 1.000 20 %
b. Furnace Fluxing
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
150 800 1.000 20 %
c. Furnace Galvanizing
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
150 800 1.000 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Hidrogen Chlorida (HCl) e. Opasitas
150 800 1.000 5 20 %
b. Proses Acid Pickling & Regeration
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Hidrogen Chlorida (HCl) e. Opasitas
150 800 1.000 5 20 %
c. Proses Pengecatan
a. Total partikel b. Hidrogen Chlorida
150 5
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 20 %
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 20 %
Dapur Pelunakan Baja a. Reheating Furnance
b. Annealing Furnace
3
4
5
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Pulumbum (Pb) e. Zink (Zn) f. Arsen (As) g. Cadmium (Cd) h. Opasitas
b. Tanur Busur Listrik (Electric Arc Furnace)
2
PARAMETER
Furnace Proses Pelapisan a. Furnance Degreasing
Proses Pelapisan Metal a. Proses Galvanizing
Utilitas a. Pembangkit Listrik (Generator Set)
b. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000.
Catatan : a. Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. b. Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm) c. Untuk sumber pembakaran, partikel dikoreksi sebesar 10% Oksigen. d. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. e. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan. f. Yang termasuk industri besi, baja, logam dan sejenisnya adalah : 1. Industri Besi Baja dasar (Pellet bijih besi, biji besi sinter ). 2. Industri Pengecoran besi baja ( Foundry ). 3. Industri Pembuatan baja billet dan slab. 4. Industri baja lembaran lapis seng ( GI Sheet ). 5. Industri lembaran lapis timah. 6. Industri lembaran lapis logam lainnya. 7. Industri baja lapis non logam. 8. Industri Peleburan almunium. 9. Industri pengecoran tembaga.
BAKU MUTU UDARA EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI PROPINSI JAWA TENGAH NO. 1
2
3
4
SUMBER Tungku Recovery (Recovery Furnace)
Tanur Putar Pembakaran Kapur (Lime Kiln)
Tangki Pelarut Lelehan (Smelt Dissolving Tank)
Digester
PARAMETER
BATAS MAKSIMUM (mg/m3)
a. Total partikel b. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduced Sulphur-TSR) c. Opasitas
230
a. Total partikel b. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduced Sulphur-TSR) c. Opasitas
250
a. Total partikel b. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduced Sulphur-TSR) c. Opasitas
260
10 20 %
10 20 %
10 35 %
b. Total Sulfur Tereduksi (Total Reduced Sulphur-TSR) c. Opasitas
10 35 %
5
Unit Pemutih (Bleach Plant)
a. Klorin (Cl2) b. Klorine Dioksida (ClO2) c. Opasitas
10 125 35 %
6
Unit Proses Fumigasi
Sulfur Dioksida (SO2)
800
7
Utilitas Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 35 %
Pembangkit Listrik (Generator Set)
a. Total partikel b. Sulfur Dioksida (SO2) c. Nitrogen Dioksida (NO2) d. Opasitas
230 800 1.000 35 %
Sumber : SK.Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000. Catatan : a. TRS ditentukan sebagai H2S. TRS meliputi senyawa Hidrogen Sulfida, Metil Merkaptan, Dimetil sulfida, Dimetil disulfida. b. Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. c. Koreksi 8% oksigen Tungku Recovery. d. Koreksi 7% oksigen untuk Boiler. e. Koreksi 10% oksigen untuk sumber lain ( selain tungku Recovery dan Boiler ). f. Volume gas dalam keadaan standar ( 25 oC dan tekanan 1 atm ). g. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelasi dengan pengamatan total partikel. h. Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama 3 bulan. i. Pemberlakuan BME ini termasuk industri : • Kertas budaya ( Kertas tulis, cetak, kertas koran ). • Kertas industri ( Kertas karbon, kertas kraft, kertas bungkus khusus, kertas bungkus biasa, kertas medium).