NAMA : NI PUTU VIVI PRABOWATI
NIM : 14202022
KELAS : D-IV KEPERAWATAN/ TK 1
M.K. : MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI
MATERI : PENGANTAR BAKTERIOLOGI
1. JENIS DAN KLASIFIKASI BAKTERI
Empat kelompok utama bakteri (berdasarkan fenotipik) menurut Bergey's Manual determinative of Bacteriology digambarkan secara singkat, dilanjutkan dengan daftar sifat-sifat yang sering digunakan untuk membedakan beberapa dari kelompok tersebut.
Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel (tipe Gram-negatif) kompleks yang terdiri dari satu membran luar dan satu membrane dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang mengandung asam muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah organisme tidak memiliki bagian ini pada dinding selnya). Dan suatu variable pelengkap dari komponen lain di luar atau di antara lapisan ini. Kelompok ini biasanya bersifat Gram-negatif. Bentuk sel berupa bola, oval, batang lurus atau melengkung, memutar,atau filamen; beberapa bentuk tersebut dapat berselubung atau berkapsul. Reproduksi dengan cara pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat membentuk tunas, dan suatu kelompok jarang memperlihatkan pembelahan multipel. Fruiting body (kumpulan sel dan lendir) dan miksospora dapat dibentuk oleh Miksobacteria. Gerakan berenang, meluncur, dan gerak tanpa berpindah tempat biasanya teramati. Anggota divisi mungkin bakteri fototropik atau nonfototrof (di antara litotropik dan heterotropik), dan termasuk aerobik, fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik; beberapa anggota merupakan parasit intraseluler obligat.
Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding sel tipe Gram positif; umumnya bereaksi terhadap pewarnaan Gram, tetapi tidak selalu positif. Sel berbentuk bola, batang, atau filamen; batang dan filamen mungkin tidak bercabang, tetapi beberapa memperlihatkan adanya percabangan. Reproduksi seluler umumnya dengan pembelahan binner; beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat (endospora atau spora pada hifa). Kelompok ini umumnya tidak berfotosintesis, melakukan kemosisntesis, heterotrof dan termasuk aerobik, anaerobik, fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik. Anggota divisi ini termasuk bakteri asporogenous sederhana dan bakteri sporogenous, juga actinomycetes dan yang berhubungan.
Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa disebut Mycoplasma dan termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku (prekursor) peptidoglikan. Sel dilindungi oleh suatu unit membran, membrane plasma. Sel sangat pleomorfik, dengan ukuran mulai dari yang besar, mampu merusak vesikula sampai ke yang sangat kecil (0.2 (m), elemen yang dapat tersaring. Bentuk filamen biasa ditemukan dengan penonjolan-penonjolan percabangan. Reproduksi dapat dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau pembelahan biner. Beberapa kelompok memperlihatkan suatu derajat keteraturan bentuk yang semestinya terhadap penempatan struktur internal.. Biasanya tidak bergerak, tetapi beberapa spesies memperlihatkan suatu pergerakan meluncur. Bentuk istirahat tidak diketahui. Sel berwarna Gram-negatif. Sebagian besar membutuhkan media yang kompleks untuk pertumbuhannya (tekanan-osmotik-tinggi yang mengelilinginya) dan memelihara diri dengan menembus permukaan media padat dengan cara membentuk sifat khusus koloni berupa "Fried egg" (telur goreng mata sapi). Organisme terlihat dengan mata telanjang, bentuk-L dapat dihasilkan oleh beberapa spesies bakteri (khususnya eubakteria Gram-positif), tetapi perbedaannya pada mycoplasma tidak mampu membuat dinding sel. Sebagian besar spesies selanjutnya dibedakan oleh kebutuhan akan kolesterol dan asam lemak rantai-panjang untuk pertumbuhannya; kolesterol takteresterifikasi merupakan komponen khusus pada membran di antara spesies yang membutuhkan dan tidak membutuhkan sterol, jika terdapat dalam medium. Kandungan guanin dan sitosin dalam RNA ribosom adalah 43-48 mol% (lebih rendah dari yang terkandung dalam dinding eubakteria Gramnegatif dan Gram-positif , 50-54 mol%); kandungan guanin dan sitosin pada DNA juga lebih rendah, 23-46 mol%, dan ukuran genom Mycoplasma lebih kecil dari prokariot lain, 0.5-1.0 x 109 Dalton. Mycoplasma dapat bersifat saprofit, parasit, atau patogenik, dan patogen penyebab penyakit pada hewan, tumbuhan, dan kultur jaringan.
Kelompok IV. Archaebakteria
Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan akuatik, hidup dalam lingkungan anaerobik, dalam kadar garam tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang terkena panas bumi; serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan hewan. Kelompok yang termasuk aerob, anaerob, dan fakultatif aerob yang tumbuh secara kemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebakteria dapat bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu di atas 100 derajat. Suatu gambaran khusus biokimia archaebakteria yaitu adanya gliserol isopranil ether lipid. Tidak ada murein ( asam muramat terkandung dalam peptidoglikan) pada dinding sel membuat archaebakteria tidak sensitif terhadap antibiotika beta-laktam. "Common arm" (berhubungan dengan lengan) tRNA mengandung pseudouridin atau 1-metilpseudouridin sebagai pengganti ribotimidin. Urutan rRNA 5S, 16S, dan 23S sangat berbeda dari yang ada dalam eubakteria dan eukariot. Archaebakteria memberikan beberapa gambaran molekuler seperti pada
eukariot:
Elongation Factor 2 (EF-2) mengandung asam amino diftamid dan oleh karena itu dapat terjadi ribosilasi-ADP oleh toksin diphteria,
Urutan asam amino protein "A" ribosom menunjukkan urutan yang bersifat homolog dengan protein eukariotik (L7/L12),
Methionin yang mengawali tRNA tidak mengandung formil,
Beberapa gen tRNA mengandung intron ,
Cabang aminoasil tRNA inisiator diakhiri dengan pasangan basa "AU,",
DNA-dependent RNA polimerase merupakan enzim multikomponen dan tidak sensitif terhadap antibiotika rifampisin dan streptolidigin,
Seperti (-DNA polimerase pada eukariot, replikasi DNA polymerase archaebakteria tidak dihambat oleh aphidikolin atau butilfenil-dGTP, dan
Sintesis protein dihambat oleh anisomisin tetapi tidak oleh kloramfenikol.
Archaebakteria autotrof tidak mengasimilasi CO2 melalui siklus Calvin. Pada Methanobacterium, CO2 difiksasi melalui suatu jalur asetil-CoA, tetapi Acidianus dan Thermoproteus, bersifat aututrof CO2 difiksasi melalui jarul asam trikarboksilat reduktif. Fiksasi N2 hanya diperlihatkan oleh beberapa methanogen. Hasil pewarnaan Gram dapat positif atau negatif karena tipe pembungkus sel sangat berbeda. Spesies Gram-positif memiliki pseudomurein, metanokondroitin, dan heteropolisakarida dinding sel; sel Gram-negatif memiliki glikoprotein pada lapisan permukaan. Sel memiliki keragaman bentuk, termasuk berbentuk bola, spiral, pelat
atau bentuk batang; unisel; multisel bentuk dalam filamen atau berupa kumpulan. Diameter sel individu 0.1- >15 m, dan panjang filamen dapat mencapai 200 m. Perbanyakan melalui pembelahan biner, pertunasan, penyempitan, fragmentasi, atau mekanisme lain. Warna massa sel dapat biru, ungu, pink, oranye-coklat, kuning, hijau, hitam kehijauan, abu-abu dan putih.
Kelompok utama archebakteria termasuk:
archebakteria methanogenik,
archeabakteria pereduksi sulfat ,
archaebakteria halofilik ekstrim,
archaebakteria tanpa dinding sel, dan
termofilik ekstrim "So-metabolizer."
2. KARAKTERISTIK BAKTERI
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1.Organismemultiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan
3. STRUKTUR BAKTERI
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
a. Struktur dasar sel bakteri
Struktur dasar bakteri :
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
b. Struktur tambahan bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
4. BENTUK BAKTERI
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri :
Bakteri Kokus :
a. Monokokus
yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b. Diplokokus
yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur
Bakteri Basil :
a. Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai
Bakteri Spirilia :
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma
Alat Gerak Bakteri
Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu
1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu
2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi
3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung
4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri
5. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.
Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.
Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :
Suhu
Derajat keasaman atau pH
Konsentrasi garam
Sumber nutrisi
Zat-zat sisa metabolism
Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
6. PATOGENESIS PENYAKIT AKIBAT BAKTERI
Tidak semua bakteri yang menyebabkan infeksi diperantarakan oleh lingkungan. Bakteri memang berasal dari lingkungan dan mungkin telah membentuk koloni, yang dalam waktu yang lama tidak merugikan tubuh, sebelum kemudian menyebabkan sakit pada individu yang bersangkutan. Begitu setelah lahir, pada permukaan kulit, usus, dan vagina terjadi kolonisasi bakteri yang berguna bagi bayi tersebut. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri komensal. Apabila resistensi tubuh berkurang, bakteri komensal dapat masuk ke dalam jaringan dan akan menyebabkan penyakit. Bakteri lain penyebab penyakit dalam kondisi normal tidak ditemukan dalam tubuh manusia.
Tidak semua bakteri mampu menyebabkan penyakit. Kelompok yang mempunyai kemampuan menyebabkan sakit disebut bakteri patogen dan kemampuan menyebabkan sakit tersebut terkait dengan virulensinya.
Bakteri menyebabkan sakit melalui produksi enzim dan racunnya yang merusak jaringan penderita. Bakteri juga dapat merusak jaringan secara tidak langsung dengan cara menyebabkan reaksi pertahanan yang berlebihan yang berkemampuan merusak jaringan. Sebagai contoh, rusaknya sebagian besar jaringan pada tuberkulosis paru yang terutama disebabkan reaksi tubuh terhadap bakteri penyebab, daripada terhadap enzim atau racun yang diproduksi bakteri.
Lesi bakteri biasanya terbatas di dalam jaringan tertentu. Bila bakteri ditemukan di dalam darah, penderita tersebut menderita bakteriemia. Bila bakteri dalam pembuluh darah tersebut berkembang biak dan menyebabkan sakit, penderita tersebut menderita septikemia. Keadaan ini sangat berbahaya dan mempunyai kemungkinan besar berakhir dengan kematian.
Bakteri terdiri atas bermacam-macam jenis, yang dibagi-bagi sesuai dengan karakteristik/sifatnya yang menyebabkan terjadinya bermacam-macam penyakit. Klasifikasi yang tepat dari bakteri yang menyebabkan infeksi, merupakan bagian yang penting, sehingga antibiotik yang paling tepat segera digunakan, tanpa penundaan, dan karenanya epidemiologi infeksi dapat dimonitor. Klasifikasi bakteri sebagian besar didasarkan bentuk bakteri, misalnya basili ( kecil, garis ) dan kokus ( bulat lonjong ) serta sifat pengecatan misalnya Gram negatif dan Gram positif. Jadi akan dapat ditemukan basil dan koken gram negatif serta basil dan koken gram positif. Disamping itu ada kategori lain yaitu, spirokhaeta dan mikrobakterium. Beberapa jenis bakteri mampu hidup dalam kondisi host dengan membentuk spora.
Walaupun bakteri ditemukan cukup banyak, tetapi pencegahan dan pengobatan infeksi-infeksi karena bakteri tersebut telah sangat berhasil dalam dunia kedokteran modern. Keberhasilan pencegahan termasuk diantaranya peningkatan secara umum kebersihan ( air minum, pembuangan limbah, dsbnya ), juga penemuan dan pengembangan vaksin-vaksin yang spesifik dan antibiotik yang banyak jenis dan kemampuannya. Kejadian yang mengikuti kegunaan yang besar pada mikrobiologi medis, imunisasi dan khemoterapi antimikrobial, ialah meningkatnya insiden infeksi rumah sakit yang merugika ( nosocomial ). Organisme penyebab infeksi ini sering resisten terhadap antibiotika spektrum luas dan sulit untuk dibersihkan.
Pengaruh yang merugikan ( patogenesitas ) dari bakteri, diperantarai oleh :
Pili dan adesin
Toksin
Agresin
Akibat yang tidak diinginkan dari sistem imun
BAKTERI PILI DAN ADENOSIN
Pili atau fimbrae adalah tonjolan kecil pada permukaan beberapa bakteri yang dilapisi molekul yang telah dikenal disebut adesin. Pili dengan lapisan adesinnya mempunyai dua fungsi, yaitu :
Interaksi seksual antara bakteri : pili seks
Perlekatan ke bagian tubuh : pili adesi
Pili adesi merupakan alat dimana bakteri melekat pada permulaan tubuh. Keadaan ini memungkinkan bakteri melekat erat dan mempengaruhi tempat tersebut. Pili merupak struktur yang ditemukan terutama pada bakteri gram negatif ( misalnya enterobakteri yang menyebabkan infeksi gastrointestinal, neiseria yang menyebabkan infeksi genital dan meningitis ). Beberapa bakteri gram positif juga mempunyai pili, terutama β-hemolitik streptokokus, yang memungkinkan untuk melekat erat pada mukosa faring.
Faktor host ikut berperan pada beberapa individu yang lebih rentan terhadap jenis infeksi tertentu, termasuk berbagai bentuk ( polimorfism ) glikoprotein pada permukaan sel, dimana pili yang diselubungi adesin melekat. Termasuk disini substansi golongan darah.
TOKSIN BAKTERI
Dikenal dua jenis toksin ( racun ), yaitu :
Eksotoksin
Endotoksin
Endotoksin. Toksin ini bertanggung jawab terhadap efek bakteri, baik lokal maupun yang jauh. Toksin dapat dinetralisir dengan antibodi yang spesifik.
Eksotoksin. Merupakan enzim yang dikeluarkan oleh bakteri yang mempunyai efek lokal maupun yang jauh. Efek toksin cenderung lebih spesifik dibandingkan endotoksin. Contoh pengaruh eksotoksin bakteri, ialah :
Kolitis pseudomembran karena Clostridium difficile
Neuropati dan kardiomiopati karena Corynebacterium diphtheriae
Tetanus karena tetanospasmin yang diproduksi Clostridium Tetani
Sindroma kulit melepuh karena Staphylococcus aureus
Diare karena pengaktifan cAMP oleh Vibrio cholerae
Gen yang secara langsung menyebabkan sintesis eksotoksin biasanya merupakan bagian intrinsik dari genome bakteri. Dalam beberapa keadaan, bakteri memerlukan gen dalam bentuk plasmid, merupakan bagian lengkung DNA yang dapat membawa informasi genetik dari satu bakteri ke bakteri lainnya. Ini juga merupakan mekanisme dimana bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotika. Gen yang mempunyai kode untuk eksotoksin dapat juga dipindahkan oleh phages. Ini adalah virus yang mempengaruhi bakteri. Toksin yang diproduksi oleh Coryhebacterium diphteriae diberi kode pada gen, dibawa ke bakteri oleh phage. Turunan dari ini serta organisme lain yang melakukan sintesis eksotoksin dikenal sebagai toksigenik.
Kadang-kadang penyakit merupakan hasil dari penghancuran eksotoksin sebelum terbentuk. Mekanisme ini ditemukan pada kasus dengan keracunan makanan. Bentuk yang khas, tetapi sangat jarang, yaitu botulism karena kontaminasi makanan dengan neurotoksin dari Clostridium botulinium. Toksin yang bekerja pada usus seperti ini disebut sebagai enterotoksin.
Endotoksin. Merupakan lipopolisakarid dari dinding sel bakteri gram negatif ( misalnya Eschericia coli ). Toksin dilepaskan pada waktu bakteri mati. Paling poten yaitu lipid A, aktivator yang kuat dari :
Complement cascade-menyebabkan kerusakan pada infeksi
Coagulation cascade-menyebabkan kaogulasi intravaskular yang luas
Interleukin-1 ( IL-1 ) dilepaskan oleh leukosit dan menyebabkan demam
Bila efek ini sangat hebat, melingkupi seluruh proses infeksi, penderita tersebut mengalami syok endotoksik. Penderita menjadi demam dan hipotensi, dan mungkin disertai dengan kegagalan jantung dan ginjal. Koagulasi intravaskular yang luas akan diperlihatkan dengan kerusakan dan perdarahan yang lama pada tempat suntikan intravena, yang juga diikuti manifestasi internal yang lebih hebat. Perdarahan adrenal bilateral, terutama akibat infeksi meningokoken yang hebat ( sindrom Waterhouse-Friderichsen ) merupakan akibat yang sangat mengkhawatirkan pada keadaan syok endotosik.
AGRESIN
Agresin merupakan enzim bakterial yang mengakibatkan efek lokal, berupa perubahan kondis jaringan sehingga mempermudah tumbuh dan menyebarnya organisme. Pada keadaan ini agresin menghambat atau berlawanan dengan resistensi tubuh penderita. Sebagai contoh :
Koagulase dari Staphylococcus aureus : menyebabkan penggumpalan fibrinogen untuk membuat pertahanan/batas antara tempat infeksi dengan reaksi radang
Streptokinase dari Stretococcus pyogenes, menghancurkan fibrin sehingga memungkinkan penyebaran organisme dalam jaringan
Kolagenase dan hialuronidase, menghancurkan substansi jaringan ikat, sehingga memberi fasilitas untuk infiltrasi organisme ke dalam jaringan
Beberapa enzim bakteria mempunyai kegunaan yang besar pada pengobatan, termasuk restriction enzymes ( endonuklease ) yang berguna untuk mengahancurkan DNA pada tempat yang spesifik, menjadi fragmen yang lebih kecil, terutama untuk pemisahan elektroforetik. Sedangkan streptokinase digunakan untuk melunakkan dan menghancurkan trombus pada pembuluh darah penderita trombosis.
AKIBAT YANG TIDAK DIINGINKAN DARI RESPONS IMUN
Bakteri secara tidak langsung dapat merusak jaringan melalui respons imun yang merugikan penderita. Untungnya mekanisme ini jarang ditemukan, dan sebagian besar respons imun terhadap bakteri sangat membantu penderita.
Respons imun dapat merusak jaringan penderita, melalui tiga cara yaitu :
Ikatan kompleks imun, terjadinya ikatan antigen dari bakteri dengan antibodi penderita, yang membentuk ikatan kompleks imun dalam darah. Kompleks imun ini biasanya dapat dibuang oleh sel fagositik yang berada pada anyaman vaskuler sinusoid hati dan limpa sehingga tidak merugikan penderita. Walaupun begitu, pada keadaan tertentu kompleks imun dapat tersangkut pada dinding pembuluh darah, yang bila letaknya pada glomerulus ginjal akan menyebabkan glomerulonefritis. Bila pada kapiler daerah kulit akan menyebabkan kutaneus vaskulitis.
Reaksi silang imun ( immune cross-reaction ). Pada beberapa penderita mempunyai antigen pada jaringan tubuhnya yang serupa dengan antigen pada beberapa bakteri. Akibatnya antibodi dari respons pertahanan tubuh akan mengadakan reaksi silang dengan antigen yang dikandung jaringan normal.
Imunitas sel perantara ( cell mediated immunity ). Besarnya kerusakan jaringan yang ditemukan pada tuberkulosis tidak mencerminkan kepada organisme penyebab, tetapi kepada respons imun penderita terhadap organisme. Tanpa adanya imunitas pada penderita, Mycrobacterium tuberculosis menyebabkan terbentuknya banyak granulasi kecil dan kemudian menyebar luas, yang berakibat fatal. Dengan kehadiran respons imun penderita, apabila organisme meningkatkan serangannya, akan merangsang reaksi penghancuran jaringan dengan hebat ; di dalamnya, organisme penyebab jarang ditemukan.
BEBERAPA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI
BAKTERI
KLASIFIKASI
PENYAKIT
Stafilokokus
S. aureus
S. epidemidis
Kokus gram positif
1.Melepuh, karbunkel, impetigo kulit; abses organ akibat septikemia
2.Toksin stafilokokus menyebabkan sindroma kulit terbakar, keracunan makanan, dan syndroma syok toksik
Penyakit kulit komensal pada penderita supresi imunologik
Streptokokus
S. piogenes
S. pneumoniae
S. viridans
Kokus gram positif
β-hemolitik
α-hemolitik
α-hemolitik
1.Selulitis, otitis media, faringitis
2.Toksin streptokokus penyebab demam skarlet
3.Imun kompleks glomerulonefritis
Pneumonia, otitis media
Infeksi bakteri komensal mulut endokarditis pada kerusakan katup yang terjadi sebelumnya
Neisseria
N. gonorrhoeae
N. meningitidis
Kokus gram negatif
Infeksi veneral traktus genital
Meningitis
Korinebakteria
C. diphtheriae
Basil gram positif
Faringitis disertai toksin penyebab miokarditis dan paralisis
Klostridia
C. tetani
C. perfringens
C. difficile
Anaerob basil gram positif
Luka infeksi dengan produksi eksotoksin penyebab kekakuan otot ( tetanus )
Produksi gas dan toksin pada infeksi luka iskemik ( gas gangren )
Toksin penyebab kolitis pseudomembran
Bakteriodes
Basil anaerob gram negatif
Infeksi luka
Enterobakteri
Shigela
Salmonela
Basil gram negatif
Kolitis disertai diare
Enteritis disertai diare kadang-kadang dengan komplikasi septikaemia
Mikobakteria
M. leprae
M. tuberculosis
Basil tahan asam/alkohol
Radang kronis, sifat yang khas dan keluarannya ditentukan oleh respons imun penderita ( leprosi )
Radang kronis, sifat yang khas dengan keluarannya ditentukan oleh respons imun penderita ( tuberkulosis )