BAB V. ASPAL
Pendahuluan
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar BITUMEN yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya.
Aspal yang merupakan salah satu bahan konstruksi di dunia bukanlah merupakan bahan yang baru. Bahan tersebut telah digunakan orang sejak ribuan tahun yang lalu di Mesopolania, Siria, dan Mesir. Jenis aspal yang dipakai masa lampau itu dari jenis yang langsung terdapat di alam berupa batuan aspal, atau dari minyak bumi yang keluar di permukaan lalu menguap minyaknya dan mengeras. Sumber aspal alam yang cukup luas 4000 sampai 5000 tahun yang lalu, terdapat di Irak.
Bitumen, menurut pengertian The Asphalt Institute ialah suatu campuran dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat, yang campuran itu dapat larut dalam Karbondisulfida ( CS2 ). Tetapi, bitumen tidak larut secara sempurna dalam pelarut – pelarut organis CS2 dan CCL4. Aspal minyak adalah salah satu Fraksi hasil penyulingan minyak. Dalam pembahasan materi pada bab I ini adapun materi yang dibahas :
Sejarah dan perkembangan aspal
Pembagian jenis dan sifat-sifat aspal
Aspal sebagai bahan bangunan
Penggunaan aspal pada jalan raya
Tujuan Khusus
Setelah membaca buku ajar dan mempelajari mata kuliah aspal diharapkan mahasiswa mampu :
Menjelaskan sejarah dan Perkembangan aspal
Mampu menjelaskan pembagian dan jenis-jenis aspal
Mampu menjelaskan aspal sebagai bahan bangunan
Mampu menjelaskan penggunaan aspal pada jalan raya.
Sejarah Aspal Dan Perkembangan Aspal
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (sering disebut bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan kuil. Tentu saja aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat secara alami. Aspal terdapat di alam dalam bentuk lake asphalt (seperti dodol) dan rock asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan lempung). Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya.
Gambar 5.1. Prasasti peninggalan Naboppolassar
Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadiasphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal. Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di Trinidad, dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis dinding kapalnya.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Thomas Telford membangun jaringan jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hamper 1.500 km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Gambar 5.2. John Metcalf
Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan kering tidak akan turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras. Pada masa-masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam.
Gambar 5.3. John Loudon McAdam
Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang dikerjakan.
Gambar 5.4 Penggelaran hotmix aspal pada abad 18
Pada masa ini, aspal yang digunakan maupun campuran hotmix yang diproduksi belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh karena proyek pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat banyak, untuk mempertahankan kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New York hanya mensyaratkan penggunaan batu bata atau batu granit, namun dengan jaminan selama 15 tahun baik untuk material maupun pelaksanaan. Karena pengetahuan kontraktor masih terbatas, banyak jalan yang tidak dapat bertahan selama 15 tahun, dan sebagai akibatnya banyak kontraktor yang bangkrut. Akibat lanjutannya adalah proyek-proyek jalan berikutnya menjadi meningkat harganya untuk mengkompensasi garansi selama 15 tahun tersebut.
Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari aspal alamTrinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak bumi membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907 aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya.
Produksi HMA (Hot-Mix Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali dilakukan secara manual, dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat besi dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan pekerja kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan alat pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali dilakukan di Paris pada tahun 1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi satubatch saja perlu waktu empat jam.
Fasilitas produksi hotmix pertama yang memiliki komponen-komponen dasar seperti yang kita pahami sekarang dibangun oleh perusahaan Warren Brothers di EastCambridge tahun 1901. Rotary drum dan rotary drier pertama kali digunakan untuk produksi hotmix pada tahun 1910. Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun 1920, sementara vibrating screen dan sistem injeksi tekanan (untuk pembakaran) mulai ditambahkan sejak tahun 1930.
Gambar 5.5. Rombongan peralatan kontraktor akan menggelar hotmix, awal abad 19 (saat ini dikenal sebagai mob-demob peralatan)
Metode pelaksanaan (konstruksi) juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada masa awal, setelah hotmix dituang di lokasi proyek, lalu disebar dan diratakan dengan tangan lalu dipadatkan dengan roller yang masih ditarik dengan kuda. Tahun 1920 tercatat penggunaan pertama spreader secara mekanis untuk menghampar hotmix (mengadop dari pelaksanaan pekerjaan beton).
Gambar 5.6. Dumptruck (awal abad 19) sedang menuang hotmix.
Tahun 1930, Sheldon G. Hayes adalah orang yang pertama menggunakan finisher (tipe Barber-Greene) untuk menyebar atau menghampar hotmix. Finisher ini terdiri atas unit traktor dan screed yang dilengkapi dengan vertical tamping bar.
Gambar 5.7. Tandem Roller (stoom) awal abad 19
J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939 menyatakan bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk pembangunan maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun metode konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer untuk mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif berat. Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-jproyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan anggaran Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008 ini yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa sebelumnya hanya maksimal separuhnya). Lonjakan proyek-proyek jalan ini membuat kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan juga lebih bagus kinerjanya. Paverdengan sistem kontrol elektronik untuk mengatur level penghamparan hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950, sedang screed yang dilengkapi dengan kontrol mulai digunakan tahun 1960an. Finisher yang dapat digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus mulai digunakan tahun 1968. Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting untuk dunia konstruksi jalan adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix yang dapat membuang dari bawah (saat ini kita mengenalnya dengan sebutandumptruck), sehingga hotmix dapat dimasukkan ke bagian depan paver (finisher), danpaver dapat beroperasi secara terus-menerus.
Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan tandem roller yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini, pemadatan sudah dilakukan dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory).
Gambar 5.8 Asphalt Sprayer (awal abad 19)
Pengertian Aspal
Aspal ialah bahan Hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan Visioelastis. Aspal sering juga disebut Bitumen merupakan bahan pengikat pada Campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (Aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi Aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Sumber Aspal
Sumber aspal terjadi karena adanya beberapa siklus diantaranya yaitu aspal alam dan aspal minyak.
Aspal Alam
Asphal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi di dekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan sehingga biasa di sebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan pengaruh tektonik terhadap minyak bumi yang di duga semula terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping dan batu pasir. Material aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori. Celah batuan, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai porsi.
Aspal minyak
Sumber aspal ini berasal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang di hasilkan sari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat dan umum digunakan. Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 3500C dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gas oline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oli.
Gambar 5.9. Bagian penyulingan minyak bumi dan didapatnya aspal.
Terlihat dari gambar diatas bahwa minyak mentah yang diproses dengan penyulingan pertama-tama akan didapat 5 macam fraksi minyak, yaitu 1). jenis minyak gas ( minyak ringan dan mudah menguap ), 2). Minyak kerosen atau minyak bakar ringan, 3). Minyak diesel, 4). Minyak lumas, dan 5). Sisa residu berupa minyak berat. Masing-masing fraksi minyak tersebut diatas masih dapat dimurnikan serta dipisah-pisah lagi, sehingga terdapat berbagai jenis minyak tanah. Residu minyak berat ini biasanya memiliki sifat sebagai minyak yang mengeras lambat ( SLOW-CURING, atau disingkat SC dengan viskositet 70 ( SC -70 ). Selanjutnya bila minyak ini dimurnikan lagi dengan disuling pakai uap dan hampa udara ( vacuum ), atau dengan cara recycling,akan menghasilkan lagi fraksi yang lebih berat lagi, berupa minyak untuk jalan ( road oil ) yang penetrasinya disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan mengatur suhu serta vacuum dalam alat sulingnya, akan dapat diuapkan lagi minyak- minyak yang lebih ringan yang terkandung dalam fraksi yang berat itu. Bila suhu didalam penyuling dinaikkan dan vacuum didalam menara dinaikkan pula, didapat produk aspal dengan penetrasi rendah,sebaliknya bila suhu nya rendah dan juga vacuumnya tidak terlalu tinggi, didapat aspal yang angka penetrasinya tinggi, karena masih tercampur dengan minyak ringan sebagai pelarutnya.
Cara pemurnian aspal dengan pelarutan, dipakai cairan pelarut ( solvent extraction process), disatukan pula dengan cara pemurnian bagi minyak lumas mutu tinggi, dimana penglarutan suhu perlu diamati dengan teliti. Sebagai pelarut biasanya dipakai "propan", dan dari hasil cara ini biasanya didapat aspal dengan penetrasi rendah, kurang dari 50.
Untuk membuat aspal penetrasi rendah, menjadi jenis lain yang lebih lembek atau encer, biasanya perlu dicampur dengan minyak residu yang lebih cair. Menjadi kebiasaan pula di dalam praktek mencampur jumlah persen tertentu jenis yang cair dengan jenis yang kental, untuk mendapatkan jenis pertengahan, yang tertentu ( yang diperlukan ).
Sejara Perkembangan Aspal
Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan RajaNaboppolassar seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya. Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal. Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di Trinidad, dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat ditelusur kembali pada masa abad ke 18.Seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu galian, lalu kerikil. Thomas Telford membangun jaringan jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hampir 1.500 km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas. Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan kering. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras.
Pada masa-masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam. Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan.
Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas.Lapisan tersebut berfungsi sebagai berikut :
Lapisan perkerasan penahan beban roda, yang mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan.
Lapisan kedap air, yang mana air tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan lainnya.
Sebagai lapisan aus,yang dapat aus karena langsung menerima gesekan akibat roda kendaraan.
Lapisan penyalur beban ke lapisan yang berada dibawahnya
Bahan-bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil,dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur .Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan,umur rencana,serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Gambar 5.10. Posisi lapisan permukaan pada jalan
Jenis-jenis Lapisan Permukaan Yang Umum Dipergunakan Di Indonesia
Guna memenuhi fungsi lapisan permukaan, pada umumnya lapisan permukaan dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis-jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air antara lain sebagai berikut :
Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam.
Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berturutan.
Latasir (lapis tipis aspal pasir) merupakan lapis permukaan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir dan pasir alam bergradasi menurus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
Buras (laburan aspal) merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir.
Latasbum (lapis tipis asbutonmurni) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secaradingin.
Lataston (lapis tipis aspal beton) merupakan dikenal dengan hot roll sheet (HRS) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
Jenis permukaan tersebut diatas walaupun bersifat non struktural, dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penururnan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan. Jenis permukaan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.
Adapun lapisan yang bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan roda dua adalah sebagai berikut :
Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup.
Lasbutag merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
Laston (lapisan aspal beton), merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur , dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
Pembagian Jenis Dan Sifat-sifat Aspal
Untuk Pembagian jenis aspalnya itu sendiri ada 4 pembagian jenis aspal yang terdiri :
Blown Asphalt (aspal tiup)
Jenis aspal ini didapat dengan cara menyemburkan udara kedalam bejana berisi aspal panas yang suhunya k.l. antara 200 a 260oC. Karena peristiwa ini, maka terjadi polimerisasi pada aspal itu, menjadi jenis aspal yang lebih berat atau lebih keras. Pada proses ini dipakai pula benda katalis misalnya ferri chlorida atau P2O5 untuk mempercepat reaksi. Hasilnya berupa aspal yang lebih keras dan lebih kaku, dibandingkan dengan aspal biasa.
Aspal ini lebih tahan terhadap pengaruh perubahan suhu, dan pemakaiannya biasanya untuk tujuan yang tertentu ( tidak untuk aspal jalan ) pada umumnya. Jenis ini biasanya dipakai sebagai bahan aspal untuk penutup atap atau bahan genteng aspal, kotak batrei, pelapis bagian bawah kendaraan bermotor atau sebagai bahan perapat air. Disamping itu pula secara luas sebagai pengisi celah sambungan pada jalan beton. Jenis yang diperoleh dengan katalis, biasanya bersifat lebih seperti karet, dan biasanya dipakai sebagai pelapis saluran air.
Gambar 5.11. Blown Asphalt
Aspal Semen (Asphalt Cement)
Semen aspal biasanya disingkat dengan tanda AC,adalah jenis aspal yang cocok untuk dipakai sebagai bahan pelapis jalan ( paving asphalt ). Jenis ini biasnya memiliki angka penetrasi antara 40 sampai 300 ( harga penetrasi maksimum ). Oleh karena itu, dalam perdagangan jenis aspal ini diberi tanda dengan huruf AC ( Asphalt Cement ) diikuti dengan angka yang menunjukkan penetrasinya, yaitu misalnya AC 70 berarti Asphalt Cement dengan angka penetrasi 70 unit ( unit penetrasi = 0,1mm masuknya jarum penetrasi pada suhu 25oC )
Gambar 5.12. Asphalt Cement
Aspal Cair (Asphalt Liquid)
Aspal cair atau aspal lembek ini dibuat dari Asphalt Cement yang dicampur lagi dengan bahan pencair dari minyak bumi juga yang mudah menguap, sehingga bila telah diudara terbuka aspal ini akan mengeras karena menguap bahan pelarutnya . Karena itu jenis aspal ini disebut juga cut-back asphalt. Citback asphalt terbagi dalam 3 kelompok, dibedakan menurut kecepatannya menjadi keras,yaitu :
Rapid Curing Asphalt : Merupakan campuran dari aspal semen dan pelarut Nphta atau jenis minyak gas lainnya yang memiliki kemampuan menguap tinggi / cepat.
Medium Curing Asphalt : Campuran aspal semen dengan pelarut kerosen atau jenis minyak tanah lainnya yang kemampuan menguapnya sedang kecepatannya.
Slow Curing Asphalt : Campuran aspal semen dengan minyak tanah yang menguapnya lambat. Jenis ini disebut juga sebagai Road Oil, sebab bentuknya menyerupai minyak berat,dan mengeringnya juga lambat.
Gambar 5.13. Asphalt Liquid
Asphalt Emulsion
Suatu bahan campuran antara aspal dan air dengan tambahan bahan kimia lainnya melalui proses pencampuran dengan teknologi tertentu. Aspal emulsi dibuat dengan mencampur beberapa komponen bahan yang terdiri dari : Aspal, Air, Emulsifier Dan Asam Chlorida (Hcl).
Secara garis besar proses produksi Aspal Emulsi sebagai berikut.
Aspal dan pelarut dicampur melalui pompa menjadi larutan yang disebut "Tahap Dispersed". Air, Emulsifier, HCL dan katalisator dicampur dalam batch pencampur menjadi larutan yang disebut "Tahap Dispersing". Kedua larutan tersebut selanjutnya dicampur melalui "Colloid Mills" menjadi Aspal Emulsi. Untuk manfaat emulsi sendiri ada: . Fleksibel.
Aspal Emulsi mempunyai penggunaan yang cukup luas yaitu untuk konstruksi tipis, tebal, structural dan non-struktural. Selain itu Aspal Emulsi dapat dicampur dengan bahan Aggregate dengan menggunakan peralatan yang kompleks seperti AMP dan Central Mixing Plant maupun peralatan sederhana seperti Pan Mixer, Beton Molen atau secara manual
Ramah Lingkungan, Isu lingkungan dewasa ini menjadi perhatian yang serius. Penggunaan Aspal Emulsi akan menjadi pilihan karena bebas dari pencemaran udara akibat asap dan kebisingan yang dihasilkan seperti pada produksi Hot Mix. Untuk lokasi tertentu dapat menghindari penebangan kayu sebagai bahan bakar untuk memanaskan aspal
Tanpa Proses Pemanasan, Pada konstruksi jalan, aspal diencerkan dengan cara memanaskannya atau mencampurnya dengan minyak tanah atau bensin. Dengan Aspal Emulsi tidak diperlukan pemanasan lagi, karena memiliki keenceran tertentu untuk langsung digunakan dalam kondisi dingin. Sehingga kendala terbuangnya material karena masalah penurunan temperatur seperti pada Hot Mix tidak akan dijumpai pada campuran Aspal Emulsi.
Hemat Bahan Bakar, Bahan bakar yang dipakai untuk memproduksi campuran Aspal Emulsi relative sangat kecil dibanding dengan produksi Hot Mix. Penghematan ini lebih nyata bila produksi menggunakan peralatan yang sederhana seperti Pan Mixer atau Beton Molen
Campuran Dapat Disimpan, Hasil campuran Aspal Emulsi dengan aggregate seperti DGEM, OGEM, Sand Mixes dan Cold Mixes merupakan bahan ready mix yang dapat disimpan hingga beberapa hari. Bahkan cold mixes dapat distok hingga dua minggu. Sehingga kendala terbuangnya material karena pemakaian untuk patching merupakan pilihan tepat.
Praktis dan Aman, Karena sifatnya yang siap pakai, maka Aspal Emulsi lebih praktis dan cepat dalam penggunaanya, serta aman bagi pekerja dari akibat bahaya pemanasan dan pembakaran.
Gambar 5.14. Aspal Emulsion
Aspal Keras/cement (AC)
Aspal semen pada temperatur ruang (20-30 derajat C) berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi pada temperature 25oC ataupun berdasarkan nilai viskositasnya.
Sifat-sifat Aspal
Untuk pembagian sifat-sifat fisis aspal ada 3 sifat aspal :
Sifat Kimia
Seperti dikemukakan terlebih dahulu, bahwa aspal merupakan suatu campuran antara terutama bitumen, serta bahan mineral lainnya. Sehingga sifat yang paling menentukan didalam aspal adalah terutama sifat bitumennya itu. Aspal merupakan suatu campuran koloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat disebut asphaltene yang berada didalam masa cair yang disebut maltene. Maltene itu sendiri terdiri dari senyawa-senyawa : basa nitrogen, accidafin satu, accidafin dua dan parrafin. Senyawa basa nitrogen merupakan jenis damar yang reaktip sehingga dapat mendispersikan asphaltene. Accidafin satu,merupakan senyawa hidrokarbon yang juga bersifat damar yang dapat melarutkan dispersi dari asphaltene, sedang accidafin dua merupakan senyawa hidrokarbon yang agak kurang jenuh,yang juga dapat melarutkan dispersi dari asphaltene. Parrafin merupakan senyawa hidrokarbon jenuh,yang berfungsi sebagai penyebab terjadinya semacam gel bagi aspal. Senywa-senyawa pembentuk asphaltene dan maltene, terutama juga merupakan senyawa aromantis ( dengan rantai melingkar ) dari naptha, tercampur alkana. Perbedaan dari asphaltene dan malten ditinjau dari sifat senyawanya terutama ialah : Senyawa hidrokarbon dalam asphaltene memiliki berat molekul yang tinggi (103 sampai 105 ) yang memiliki perbandingan berat antara CH = 0,3 – 0,9. Senyawa hidrokarbon didalam maltene berat molekulnya lebih rendah sehingga perbandingan antara C/H k.l. 0,4 atau lebih rendah. Jadi dengan kata lain, dapat juga dimengertikan bahwa aspal merupakan suatu bahan terbentuk dari senyawa hidrokarbon yang berbentuk suspensi kollodial dari asphaltene didalam media minyak, dimana mengandung senyawa damar yang menengah terjadinya penggumpalan dari asphaltene itu sendiri.
Sifat Fisis
Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan ialah :
Kepekatan (Konsistensi).
Peranan kepekatan/konsistensi bahan-bahan aspal, untuk memilih dan memakainya ada dua hal:
Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu yang tertentu, yang akan membagi –bagi beberapa macam bahan
Pengaruh suhu terhadap konsistensi.
Ketahan lama, atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca.
Agar suatu bahan perekat aspal memuaskan sifatnya sebagai perekat ia harus tetap tinggal plastis. Bila aspal terkena pengaruh cuaca dalam bentuk lapisan yang tipis, ia akan berangsur-angsur hilang sifat plastisnya, dan akam menjadi regas,karena perubahan kimia atau fisika. Perusakan ini disebut pelapukan. Sifat-sifat aspal yang ada hubungannya dengan ketahanan lama atau pengaruh pelapukan a.l. ialah :
Titik Lembek
Oksidasi dan penguapan
Pengaruh suhu
Pengaruh luas permukaan
Pengaruh sinar matahari
Pengaruh susunan kimia
Aspal yang dibuat dengan proses kraking ( cracked asphalt )
Derajat Pengerasan.
Rate of curing ini dipengaruhi oleh :
Penguapan dari bahan pelarut
Jumlah pelarut dalam aspal cair
Angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan
Faktor luar yang mempengaruhi pengentalan :
Suhu sekeliling
Luas permukaan penguapan, atau perbandingan antara luas permukaan dan volumenya
Kecepatan angin yang melalui permukaan
Ketahanan terhadap pengaruh air.
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal ,pada umumnya ditentukan oleh keempat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene distribution, terhadap ketahanan lama, tidak diabaikan.
Sifat Fisis Lainnya
Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui dan atau sering dilakukan pengujiannya a.l. ialah :
Berat Jenis
Berat jenis aspal biasanya berkisar antara 1.04 sampai 1.02. pada suhu 15oC. Angka yang tinggi dicapai untuk bitumen yang keras, dan yang rendah untuk bitumen cair.
Ductility ( keliatan )
Untuk mendapatkan gambaran apakah suatu jenis aspal pada penggunannya nanti akan mengalami retak-retak, dilakukan uji keliatan dengan cara menarik benda coba yang terbuat dari aspal dengan kecepatan 5cm permenit pada suhu 25oC. Penampang benda cobanya 1cm2. Ductility merupakan angka perpanjangan dari benda coba akibat penarikan, sampai putus, dinyatakan dalam cm.
Titik Nyala
Untuk menentukan pada suhu mana aspal itu akan menyala, untuk menjaga pada suhu mana aspal tersebut dapat dipanasi tanpa berbahaya.
Uji Kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal dimana aspal kemungkinan mengandung bahan tak larut. Misalnya garam, kotoran abu, karbon atau mineral lainnya.
Uji Penyulingan
Uji ini dimaksud untuk memisahkan bahan-bahan lain yang dapat dipisahkan dari aspal misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapannya.
Aspal Sebagai Bahan Bangunan
Selain sebagai pengikat, aspal juga digunakan sebagai bahan untuk bangunan seperti halnya penggunaan sebagai penutup lantai kenderaan, penutup lantai, serta dapat digunakan sebagai penutup atap.
Penutup Lantai Kenderaan
Berkembangnya Kota besar akan mengakibatkan peningkatan aktivitas masyarakat kota, sehingga mobilitas jalan yang sangat tinggi akan terjadi. Sejalan dengan hal tersebut, pada umumnya aspal sering digunakan sebagai lantai kenderaan di berbagai tempat serta kegunaannya masing-masing. Misalnya pada jembatan aspal berperan penting sebagai pelapis, lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa muatan kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan (getaran).
Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing–masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin besar. Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja.
Penutup Lantai
Ubin atau keping aspal (asphalt tile) sering kali tidak hanya bentuk-bentuk diberikan kepada benda berbentuk kepingan tipis dengan bentuk segi empat atau bentuk lain, yang di pakai sebagai penutup lantai, yang terutama terbuat dari bahan perekat aspal, tetapi juga kepada bentuk sejenis yang yang sebagai bahan pembuatanya dipakai jenis-jenis dammar. Biasanya yang tidak mengandung aspal itu, warnanya cerah(tidak gelap). Ubin aspal dibuat dalam berbagai warna mulai dari warna hitam, coklat, sampai warna agak cerah. Menurut sifatnya, ada ubin aspal yang dibuat tahan lemak (tidak licin karena lemak) dan juga dibuat yang dapat mengalirkan arus listrik, yang umumnya untuk jenis ini berwarna hitam. Asapal biasanya tidak dipengaruhi oleh air, dan sedikit dapat terpengaruh oleh alkali. Beberapa dari jenisnya tahan sekali terhadap alkali, meskipun alkali itu berupa soda api. Beberapa dari ubin aspal yang tahan lemak, juga tahan alkali.
Penutup Atap
Di Negara (Eropa dan Amerika) penggunaan aspal sebagai bahan penutup atap, cukup besar jumlahnya, karena dengan bahan ini, menurut pendapat mereka, memberikan beberapa keuntungan yaitu:
Murah (dibandingkan dengan bahan lain).
Cukup indah (karena dapat dibuat dengan warna yang berbeda-beda dan tidak perlu mewarnai/mengecatnya).
Mudah dan cepat pemasangannya.
Bagi pabrik pembuat, mudah mendristribusikanya, sebab bahan relatip ringan, sehingga biaya angkut murah.
Meskipun bahan ini dapat terbakar (karena aspal adalah bahan hydrocarbon), tetapi dengan cara pembuatan yang baik, atap aspal tidak mudah terjilat api, karena lembaran ini tdak menguapkan bahan yang mudah terbakar, bila ada api. Selain untuk penutup atap, lembaran atap ini bisa dipakai juga sebagai bahan pelapis dinding, misalnya untuk melapis dinding kelder, agar lebih rapat air, pelapis dinding luar rumah yang terbuat dari papan, selain sebagai pelapis tahan air juga dengan gambaran pada lembaran ini, memberikan corak lain. Biasanya lembaran aspal bentuk pelapis dinding ini mempunyai bentuk lapisan luar seperti pasangan bata, bata beton, atau gambar dekorasi lainya, sehingga dinding yang dilapisi itu terbuat dari bahan yang lebih mahal dan baik.
Garis besar cara pembuatan
Garis besar cara pembuatannya, seperti terlihat pada diagram alir proses berikut ini. Sebagai bahan pembuat lembaran itu, dipakai kain-kain bekas atau serat bekas, serta cellulose, serat kayu. Serwt-serat ini akan membentuk jaringan sehingga menyerupai kain lembaran. Lembaran serat ini dicelupkan dalam aspal yang dicairkan bahan pencair, (minyak pengencer dari jenis naphtha atau minyak tanah) yang disebut saturant, selanjutnya lembaran itu diberi lapisan bahan yang halus sebagai pengisi, kemudian dilapis lagi dengan bubukan mineral/aggregat yang agak kasar, sebagai stabilitator dan pelapis penutup. Jenis aspal yang dipakai pada umumnya dari jenis yang keras, yaitu aspal alam atau aspal dari hasil cracking minyak bumi atau blown asphalt. Sebagai pengisi. Dipakai bubuk silica, talk tepung mica, dan atau tepung bantuan lainya. Sebagai lapisan penutup dipakai butiran halus, batu alam, kuarsa, terak,atau kadang-kadang dipakaibubukan benda keramik. Lapisan ini, selain untuk melindung filt dari sinar matahari secara langsung, juga untuk memperkuat permukaan dari gesekan atau benturan benda keras.
Bentuk yang dipasarkan
Bentuk yang umum dipasarkan ialah berupa gulungan dengan panjang K.I. 11m (36 kaki) sampai 42m (144 kaki) sedangkan lebar umumnya 90cm. Disamping itu, diperdagangkan pula bentuk lembaran kecil, ukuran 40-90cm, atau potongan tertentu atas dasar pesanan.
Kelebihan dan kekurangan atap aspal pada bangunan
Kelebihannya :
Berat yang ringan 10,5kg per meter persegi.
Bisa mengikuti berbagai macam bentuk atap dengan kemiringan bervariasi dari 22,5 hingga 90 derajat.
Mudah dan praktis pemasangannya karena pada aksesorisnya tidak menggunakan semen sehingga tidak akan terjadi retak rambut yang bisa menimbulkan kebocoran atau rembesan.
Tahan api dan terpaan angin.
Dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar.
Kekurangannya :
Harga relatif mahal.
Sulit didapatkan
Gambar 3.15 Atap aspal
Bahan Perekat Untuk Jalan
Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch. Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya. Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi padat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi, atau material organik lainnya. Pitch didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) padat , berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. Aspal merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang bersifat keras atau padat tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya dinaikkan, dan akan menjadi keras kembali apabila suhunya diturunkan.
Gambar 5.16. Lapisan Aspal
Penggunaan Aspal Pada Jalan Raya
Perencanaan campuran beraspal panas yang contoh ujinya dipadatkan sesuai dengan Tata Cara Penentuan Kepadatan Mutlak (RSNI, Direktorat Jenderal Bina Marga - Pusat Litbang Jalan, Dept. PU, 1999). Prosedur pemadatan benda uji dilakukan sampai mencapai kondisi refusal sebagai simulasi pemadatan oleh lalu lintas, yaitu pemadatan benda uji sampai kondisi campuran tidak bertambah lebih padat lagi. Prosedur perencanaan ini meliputi pula penentuan kombinasi campuran yang terdiri atas beherapa fraksi agregat sehingga menghasilkan gradasi agregat tertentu, serta uraian tentang ketentuan perencanaan dan prosedur perencanaan campuran. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 3 Perencanaan campuran ini berlaku untuk jenis-jenis campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir), Lapis Beton Aspal (Laston) dan Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston).
Aspal Dengan Alat Pengolah
Alat pengolah dapat berupa suatu unit pengolahhan yang tetap, atau unit yang berjalan (di pakai se tempat sewaktu jalan itu di buat ) atau di olah langsung di atas jalan yang akan di buat.
Campuran Di Kerjakan Di Tempat
Secara garis besa pekerjaan jenis ini dapat di kelompokkan kedalam beberapa macam , yaitu :
Berupa pelapisan/ perbaikan permukaan jalan
Kontruksi penetrasi pamacadam
Perencanaan Aspal Beton Panas
Campuran aspal ini merupakan jenis campuran hamparan untuk jalan raya yng tertinggi mutu nya, dipakai pada umumnya untuk jalan dengan lalu lintas berat, jalan tol, atau landasan prsawat terbang . Campuran ini di buat dari jenis aspal untuk hamparan jalan dengan agregat yang buirannya tersusun baik campuran aspal jenis ini biasanya di buat dalam suatu unit pengolahan tertentu meskipun unit ini juga dapat dipindah pindah dimana aspal biasanya dicairkan sampai suhu k.l 135°c (275°F) danagregatnya dipnasi sampai pada suhu k.i 150°c (300°F)kmudian kedua bahan ini di campur menjadi satu, lalu diangkut ketempat pekerjaan di hamparkan,suwaktu mesin dalam keadan panas, lalu di padatkan pada waktu penggilasan suhu min 107°c (225°c F ) .
Perencanaan Aspal Beton Marshal
Perencanaan aspal beton marshal merupakan pembuatan aspal dengan menggunakan pengujian dengan marshall bertujuan untuk menentukan ketahanan dan kekuatan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis(flow). Ketahan dan kekuatan ialah kemampuan beraspal untuk menerima suatu beban (dalam satuan kilogram atau pon) sampai terjadi kelelehan plastik. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk campuran aspal akibat pemberian beban.
Pelaksanaan Pengaspalan
Dalam uaraian pelaksanaan ini, sebagai mana disebutkan di atas bahwa lapisan permukaan yang kita uraikan ini tentu permukaan yang memakai aspal. Dari itu sesuai pula dengan caranya yaitu:
Cara batuan diampar dahulu baru aspal disemprotkan (terpisah)
Untuk itu dibawah ini kita coba uraikan cara-cara dari masing-masing itu apa yang disebutkan dengan:
Priming
Caranya:
Langkah pertama
Persiapan terhadap pondasi.
Apabila ada lubang-lubang dan penurunan permukaan dari pondasi harus terlebih dahulu diratakan/diperbaiki. Jadi ini meneliti kembali lapisan pondasi baik kerataan dan kemiringan/slope yang harus dipenuhi, kalau ada kerusakan harus diperbaiki.
Gunanya supaya yang sudah di prime coat tidak kena lagi, dan penyambungannya baik, sebab mulai distributor digerakkan untuk mulainya aspal tersemprot mempunyai jarak waktu, jadi hal ini sebagai ancang-ancang untuk pembukaan nozel.
Pada sambungan memanjang ada pula hal-hal yang perlu kita perhatikan:
Sekiranya bagian pondasi telah dikerjakan ke seluruhan lebar jalan, tetapi mengingat supaya lalu lintas tidak terhalang, maka hanya separuh dari lebarnya yang dipriming lebih dahulu.
Setelah kering baru yang separuh lagi dipriming. Dalam hal ini perlu diingat bahwa pada penyambungannya diperlukan everlap kira-kira selebar 15cm, disebelah (tengah-tengah). Pada bagian pinggirannya kita lebihkan antara 15-30 cm, tergantung pada system apa yang dipakai untuk permukaannya dan konstruksi apa bahu jalan (shouldernya). Kalau shouldernya tidak ada diberi lapisan permukaan dan konstruksi permukaan kita pakai system penetrasi Mac Adam atau Bit; Surface Treatment (permukaan satu lapis atau lebih), perlu kita lebihkan selebar 0,30 cm.
Tetapi kalau kita melaksanakan lapisan permukaan aspal beton, lapisan permukaan yang di priming dilebihkan dari lebar permukaan jalan cukup 15cm. Ini semuanya untuk menjaga jangan ada bagian yang kekurangan aspal.
Pencegahan lalu lintas, sebaiknya bagian yang dipriming ini sebelum ditutup dengan lapisan permukaan (atasnya), jangan dilewati lalu lintas. Tetapi jika terpaksa mengingat keadaan sebelum 24 jam sesudah dipriming dapat juga dileawati minimum sesudah lbih kurang 5 jam.
Penaburan pasir perlu di ingat jangan sekali-sekali mengenai bahan yang nantinya di overlap.
Kalau dalam spesifikasi bagian yang sudah dipriming baru dapat dilaksanakan lapisan permukaan sesudah 5 hari.
Bahan Aspal
Bahan yang penting untuk priming ialah aspal cut-black. Biasanya dipakai untuk priming ini apa yang disebut MC-70. Yang perlu diperhatikan kalau memakai MC 70, untuk priming ialah pemakaian rata-rata dan temperature penyemprotan.
Gambar Pengaspalan permukaan jalan yang baru dengan mempergunakan aspal cair (campuran aspal dan bahan pengencer ).
Pengolesan (Tacking)
Pengolesan diperlukan pada permukaan lama, apabila dilapisi dengan permukaan baru jadi tacking ini membantu pengikatan yang baik antara permukaan lama dengan yang baru. Volumenya pemakaian sangat sedikit, tetapi usahakan serata mungkin. Karena pemakaian volumenya yang sedikit tadi alat yang dipakai untuk penyemprotan distributor dengan batang penyemprotan dengan tangan atau tenaga manusia. Banyaknya pemakai banhan emulsi ini ialah anatar 0,2-0,5 1/m2, jadi kita untuk menentukan yang tepat harus melakukan pengetasan dahulu, atau dapat juga melihat pada keadaan permukaan lama. Kalau masih cukup adanya, kita tidak memerlukan pekerjaan tacking.
Gambar Pengolesan ( Tracking )
Pengaspalan Permukaan Satu Lapis
Langkah Pelaksanaan
Pembersihan permukaan dari kotoran dan debu
Ini sangat penting karena aspal tidak mungkin bisa melekat pada permukaan yang kotor dan batuan yang kotor. Waktu membersihkan, jangan sampai merusak permukaan yang sudah di priming tadi. Kalau permukaan itu terlalu kotor, jika diperlukan harus disiram dengan air.
Gambar Pembersihan Permukaan
Tentukan area kerja
Area kerja yang akan diaspal perlu kita ketahui lebih dahulu dengan baik, untuk mengetahui banyaknya bahan yang perlu disediakan. Banyaknya bahan yang disediakan untuk sesuatu area kerja sangat tergantung dengan alat yang dipakai untuk penyebarannya.Dapat kita kirakan banyaknya bahan yang disediakan itu adalah berkisar dari 25% - 100% lebih banyak dari yang diperlukan.
Gambar Area Kerja
Penyemprotan aspal
Penyemprotan tentu kita lakukan apabila pengamparan/penyebaran batuan itu sudah baik, semua batuan yang berlebihan dibuang, dengan sendirinya permukaan itu sudah rata dan cukup rapat. Ada hal yang penting diperhatikan disamping hal yang kita temui pada priming yaitu:
Distributor berada pada posisi yang benar dan bergerak searah dengan lalu lintas
Kecepatan kendaraan harus berjalan baik, pada waktu sebelum atau sesudah pengaspalan
Tebalnya penyemprotan aspal ini adalah 1 – 1½ mm di atas batuan, dimana dapat diketahui apabila kita masih dapat melihat susunan batuan lama/dibawah tadi. Juga diperhatikan supaya penyemprotan aspal harus merata, dan penyebaran batuan tadi secara baik.
Gambar Penyemprotan Aspal
Penyebaran/mengampar batuan penutup
Dalam hal ini perlu diingat bahwa:
Hanya satu lapis batuan yang terikat aspal pada perkerasan
pada waktu sebelum pemadatan, terlihat lapisan pada permukaan batuan yang sama dengan titik-titik warna hitam pada semua batuan ini yang baik/aspal cukup
Apabila tidak terlihat aspal sedikit juga sebelum dipadatkan, menandakan kebanyakan batuan/kurang aspal
Apabila terlihat daerah besar aspal berarti kurang batuan/klebihan aspal
Jadi sebaiknya tenaga perata selalu bekerja meratakan dibelakang penyebaran batuan
Pemadatan
Pemadatan dianjurkan supaya dilaksanakan pada waktu sebelum aspal menjadi keras atau masih dalam proses pendinginan. Pemadatan harus dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan. Jangan sering mempermainkan kemudi dan mulai bergerak dan berhenti mendadak. Kecepatan alat pemadat adalah 4 s/d 8 km/jam, alat pemadat yang tepat ialah mesin gilas Peneumatik Mesin gilas roda besi (Tandem Roller) dapat dipakai yang berukuran 5-8 ton.
Pembuangan batuan yang berlebih
Pembuangan batu ini dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan, pembuangan batu ini sebaiknya memakai dapu lidi dan harus berhati-hati. Penyapuan itu dilakukan apabila:
Sesudah 4 jam pelaksanaan apabila memakai Asphalt Cement
Dan sesudah satu hari apabila memakai aspal cut-back atau Emulsi
Pengaturan Lalu Lintas
Tidak dibenarkan kendaraan melewati permukaan yang baru selesai pengaspalan melewati batas 10 km/jam, apabila aspal belum keras. Sebelum waktu 24 jam sesudah selesai pengaspalan dan telah mulai keras kecepatan kendaraan yang melewatinya tidak boleh lebih dari 40 km/jam.
Pengaspalan Permukaan Lebih dari Satu Lapis
Langkah Pelaksanaan:
Pembersihan Permukaan
Alat pembersih permukaan jalan cukup dengan sapu saja, tetapi umumnya memakai kompresor. Sewaktu membersihkannya, perlu diingat jangan sampai merusak permukaan jalan.
Penyemprotan Aspal Pertama
Pertama-tama tentu kita menelitit dan mengetahui luas dari area kerja yang akan kita kerjakan, dan berapa banyak aspal yang kita perlukan setiap 1 m2. Sebab suatu area kerja yang akan dilaksanakan tersebut harus dapat diselesaikan sekaligus. Disamping itu, kita periksa keadaan alat penyemprotan aspal ini, (distributor), terutama kerja nozel, lebar semprotan, tinggi batang penyemprotan dari permukaan jalan dan kecepatan kendaraan yang diperlukan. Cara penyambungannya sama seperti pada pekerjaan pengaspalan satu lapis, baik sambungan memanjang dan melintang, dengan bantuan "Kertas Bangunan" dan lainnya. Kalau pada pengaspalan lapisan pertama, sesudah di priming kita tidak perlu penyemprotan pertama ini (di atas permukaan yang sudah dipriming, tetapi langsung pengamparan batuan) disinilah bedanya.
Pengamparan Batuan Pertama
Perlu diingat bahwa pengamparan batuan dilaksanakan selagi aspal dalam proses mendingin (masih panas). Dari itu sebaiknya kita pakai alat mekanis untuk pengamparan batuan itu. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengamparan batuan itu ialah batuan tetap satu lapis, kalau lebih penyemprotan aspal tidak akan mencapai dasar batuan itu.
Pemadatan
Dalam penggilasan batuan, umumnya orang memakai mesin gilas roda ban (Tire Roller). Banyaknya penggilasan kira-kira 4 – 6 kali gilas. Penggilasan dimulai dari pinggir dan bergerak kebagian tengah. Pemadatan dihentikan apabila aspal sudah keras dan batuan menunjukkan gejala pecah-pecah.
Penyemprotan Aspal Kedua
Caranya sama dengan aspal pertama,hanya banyaknya aspal yang disemprotkan berbeda yaitu berkisar dari 1½ sampai 2 kali banyak aspal dari penyemprotan pertama.
Pengamparan Batuan Kedua
Caranya sama dengan pengamparan batuan pertama, hanya disini ukuran batuan lebih kecil yaitu No.8 dimana batuan ini disebut Gradasi E. dalam pengamparan batuan kedua, lebih baik kita kebanyakan mengampar dari pada kurang.
Pemadatan Kedua
Sama seperti pemadatan pertama, pemadatan segera dimulai apabila sudah pengamparan batuan. Dimana aspal tadi masih dalam proses pengerasan/ masih panas. Pemadatan dilakukan dari pinggir mengarah ke tengah dengan kecepatan 5 – 8 km/jam.
penyemprotan aspal ketiga
Caranya sama seperti penyemprotan aspal sebelumnya, Cuma banyaknya aspal yang berlainan yaitu lebih sedikit atau maximum sama dengan penyemprotan pertama (kurang lebih ¾ x dari penyemprotan pertama).
pengamparan bahan penutup
Bahan yang digunakan biasanya pasir kasar (yang ukuran tidak lebih besar dari 3 mm). Pengamparan pasir ini segera dilakukan setelah penyemprotan aspal ketiga, yaitu selagi aspal masih panas dan juga harus merata.
pemadatan ketiga (akhir)
Pemadatan ini sama dengan yang dilaksanakan pada pemadatan pertama dan kedua.
Akhir
Membuang bahan/batuan yang berlebih, ini sangat penting dilakukan supaya proses dari aspal dapat bekerjamerata dengan baik. Perlu dijaga bahan penutup ini terus dijaga serata mungkin.
Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilaksanakan:
Pada pengaspalan permukaan dua lapis harus untuk bebetrapa waktu memerlukan perlindungan dari pengaruh lalu lintas.
Pada pengaspalan permukaan tiga lapis apabila selesai pemadatan terakhir dapat dilalui lalu lintas dengan kecepatan rendah (10 – 30 km/jam), tetapi apabila aspal sudah muai mengeras.
Sambungan harus dikerjakan yang baik yaitu pada sambungan melintang selalu pakai "kertas bangunan". Pada sambungan memanjang sebagai everlap disediakan 15 – 20 cm tanpa ditaburi bahan/batuan. Sambungan memanjang ini pada lapisan atas dan bawah harus sejajar secara horizontal.
Gambar Pengaspalan Permukaan Lebih dari Satu Lapis
Pengaspalan permukaan jalan yang lebih dari satu tersebut di lakukan di saat finishing karena pengaspalan ini adalah tahap terakhir melakukan pengaspalan, dan pengaspalan permukaan lebih dari satu lapis ini biasanya di lakukan di jalan-jalan besar, karena pengaspalan permukaan lebih dari satu lapis ini lebih tahan lama dan lebih kuat.
Contoh soal
Rangkuman
Latihan