BAB I
PENDAHULUAN
KOMPONEN AC MOBIL
A. KOMPONEN UTAMA
Komponen utama AC mobil terdiri dari kompresor, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator. Gambar di bawah ini menunjukan rangkaian
komponen-komponen tersebut. Warna merah untuk sisi tekanan tinggi, dan
warna biru untuk sisi tekanan rendah.
1. KOMPRESOR
Kompresor merupakan komponen utama AC yang berfungsi untuk
mensirkulasikan refrigerant ke seluruh unit AC dengan cara menaikkan
tekanan refrigerant. Fungsi kompresor mirip dengan fungsi jantung pada
tubuh manusia dan refrigerant sebagai darahnya. Kompresor memiliki dua
saluran, yaitu saluran hisap (suction) dan saluran buang (discharge).
Saluran hisap dihubungkan dengan evaporator dan merupakan sisi tekanan
rendah, sedangkan saluran buang dihubungkan dengan kondensor dan merupakan
sisi tekanan tinggi. Refrigeran dalam fase gas pada tekanan dan temperature
rendah dihisap oleh kompresor melalui saluran hisap kemudian dimampatkan
sehingga tekanan dan temperaturnya naik selanjutnya mengalir ke kondensor
melalui saluran buang. Tipe kompresor dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu tipe resipro (crankshaft), tipe swash plate, dan tipe wooble plate.
a. Kompresor tipe resipro (Crank Shaft)
Kompresor tipe ini bekerja dengan memanfaatkan gerak putar dari mesin
yang diterima oleh crank shaft kompresor. Di dalam kompresor gerak putar
dari crank shaft diubah menjadi menjadi gerak bolak balik torak untuk
menghisap dan memampatkan refrigerant.
Prinsip kerja kompresor torak terdiri dari dua langkah, yaitu langkah
hisap dan langkah kompresi. Saat langkah hisap torak bergerak turun dari
titik mati atas ke titik mati bawah, volume silinder mengembang sehingga
tekanan di dalam silinder turun atau terjadi kevakuman di dalam silinder.
Akibatnya katup hisap membuka dan refrigerant masuk ke dalam silinder.
Proses ini berlangsung sampai torak mencapai titik mati bawah.
Pada langkah kompresi, torak bergerak naik dari titik mati bawah ke
titik mati atas. Refrigerant mengalami pemampatan sehingga tekanan dan
temperaturnya naik. Akibat tekanan refrigerant yang tinggi, katup hisap
akan menutup dan katup buang membuka sehingga refrigerant keluar dan
mengalir ke kondensor. Gambar 2 memperlihatkan cara kerja kompresor torak.
b. Kompresor tipe Swash Plate
Pada kompresor jenis ini, gerakan torak diatur oleh swash plate pada
jarak tertentu dengan 6 atau 10 silinder. Ketika salah satu sisi pada torak
melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah isap.
Pada dasarnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses kompresi
pada kompresor tipe crank shaft. Perbedaannya terletak pada adanya tekanan
oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu , perpindahan gaya pada tipe
swash plate tidak melalui batang penghubung (connecting rod), sehingga
getarannya lebih kecil. Gambar dibawah ini memperlihatkan bagian-bagian
dari kompresor tipe swash plate.
c. Kompresor tipe Wobble Plate
Sistem kerja kompresor tipe ini sama dengan kompresor tipe swash
plate. Namun dibandingkan dengan kompresor tipe swash plate, penggunaan
kompresor tipe wobble plate lebih menguntungkan, diantaranya adalah
kapasitas kompresor dapat diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
beban pendinginan. Selain itu, pengaturan kapasitas yang bervariasi akan
mengurangi kejutan yang disebabkan oleh kopling magnetic (magnetic
clutch). Cara kerjanya, gerakan putar dari poros kompresor diubah
menjadi gerak bolak-balik oleh plat penggerak (drive plate) dan wobble
plate dengan bantuan guide ball. Gerakan bolak-balik ini selanjutnya
diteruskan ke torak melalui batang penghubung. Berbeda dengan jenis
kompresor swash plate, kompresor jenis wobble plate hanya menggunakan
satu torak untuk satu silinder.
Meskipun jenis kompresor di atas mempunyai cara kerja dan
konstruksi yang berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu menekan
refrigerant dan menghasilkan laju aliran massa refrigerant. Sebenarnya
masih ada tipe kompresor lainnya, yaitu kompresor tipe rotary vane dan
tipe scroll, namun jarang digunakan. Berikut ini gambar kompresor tipe
wobble plate.
2. KONDENSOR
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi memindahkan
kalor dari refrigerant ke udara lingkungan dengan bantuan ekstra fan.
Konstruksi kondensor sama dengan konstruksi radiator, terdiri dari
susunan pipa-pipa persegi dan sirip-sirip-sirip yang berfungsi untuk
memperbesar laju perpindahan kalor. Kondensor ditempatkan di depan
radiator agar memperoleh aliran udara maksimum. Gambar di bawah ini
menunjukkan konstruksi kondensor.
Refrigeran dalam fase uap pada tekanan dan temperatur tinggi,
mengalir ke dalam kondensor melalui saluran masuk yang terletak di
bagian atas. Di dalam kondensor, refrigerant mengalami proses
pendinginan dan perubahan fase dari gas menjadi cair akibat pelepasan
kalor ke udara lingkungan, sehingga keluar dari kondensor, refrigerant
ada dalam fase cair pada temperature rendah.
3. Katup Ekspansi
Komponen ini berfungsi menurunkan tekanan dan temperature
refrigerant, sehingga menimbulkan efek dingin pada evaporator. Ada 2
jenis katup ekspansi yang digunakan dalam system AC mobil, yaitu katup
ekspansi jenis termostatik dan katup ekspansi jenis pipa orifice.
Gambar di bawah ini menunjukkan kostruksi katup ekspansi termostatik.
Bagian-bagian katup ekspansi terdiri dari orifice, sensor, pipa
kapiler, diafragma, pen penekan, plat dan bola, dan pegas. Di dalam sensor
dan pipa kapiler berisi gas yang mudah mengembang (refrigerant, CO2).
Selain menurunkan suhu dan tekanan refrigerant, katup ekspansi termostatik
juga berfungsi mengatur banyaknya refrigerant yang mengalir di dalam system
AC mobil. Banyaknya aliran refrigerant disesuaikan dengan beban panas pada
evaporator.
Prinsip kerja katup ekspansi termostatik dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada kondisi beban panas normal, refrigerant cair bertekanan
tinggi masuk ke dalam katup ekspansi melewati orifice dalam jumlah yang
sesuai dengan di atur pembukaannya oleh pegas. Pada kondisi ini tekanan di
sisi atas diafragma sama dengan tekanan di sisi bawah. Saat melewati
orifice, refrigerant mengalami proses pengabutan sehingga tekanan dan
temperaturnya turun yang selanjutnya mengalir ke evaporator.
Ketika beban panas di evaporator meningkat, refrigerant yang mengalir
pada saluran keluar evaporator akan mengalami kenaikan temperature. Kondisi
ini menyebabkan gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler akan
mengembang dan mengalami kenaikan tekanan. Selanjutnya, gas akan menekan
diafragma dan mendorong plat dan pegas melalui pen penekan. Ini menyebabkan
saluran orifice terbuka lebih lebar sehingga lebih banyak refrigerant yang
mengalir ke evaporator.
Kondisi ini akan berlangsung terus sampai beban panas kembali normal.
Kondisi sebaliknya terjadi saat beban panas berkurang. Pada kondisi ini,
refrigerant pada saluran keluar evaporator mengalami penurunan temperature.
Hal ini menyebabkan gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler mengalami
penyusutan. Akibatnya tekanan di sisi atas diafragma menjadi lebih kecil
dari pada tekanan di sisi bawah. Pegas akan menekan plat dan bola ke atas.
Akibatnya saluran orifice akan mengecil sehingga hanya sedikit refrigerant
yang mengalir ke evaporator. Kondisi ini akan berlangsung terus sampai
beban panas kembali normal.
Gambar di bawah menunjukkan katup ekspansi jenis pipa orifice.
Berbeda dengan katup ekspansi termostatik, katup ekspansi pipa orifice
hanya berfungsi menurunkan tekanan refrigerant dan tidak mengatur jumlah
aliran refrigerant ke evaporator. Oleh karena itu, pada system AC yang
menggunakan katup jenis ini, di saluran sebelum masuk evaporator di pasang
akumulator yang berfungsi untuk menampung sementara refrigerant sebelum
masuk evaporator.
Pada katup ekspansi pipa orifice terdapat sebuah lubang kecil yang
berdiameter tetap sebagai media untuk menurunkan tekanan refrigerant dan
kasa penyaring (filter screen) di sisi masuk dan keluar untuk menyaring
kontaminan yang terbawa oleh refrigerant. Namun, katup pipa orifice jarang
sekali digunakan pada unit AC mobil di Indonesia. Biasanya digunakan pada
mobil-mobil keluaran Eropa atau Amerika.
4. Evaporator
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang berfungsi
memindahkan kalor dari udara yang dikondisikan ke refrigerant. Seperti
kondensor, evaporator tersusun dari pipa-pipa dan sirip-sirip dalam
jumlah yang banyak. Refrigeran masuk evaporator dalam bentuk kabut
pada tekanan dan temperature rendah. Udara dari kabin dihembuskan oleh
blower melewati kisi-kisi evaporator. Udara yang bertemperatur lebih
tinggi daripada refrigerant yang mengalir dalam evaporator, akan
melepaskan kalor dan diserap oleh refrigerant, sehingga temperature
udara turun menjadi lebih dingin yang selanjutnya akan mendinginkan
udara dalam kabin. Refrigeran keluar dari evaporator dalam fase uap
B. KOMPONEN PENDUKUNG
Komponen pendukung pada system AC mobil terdiri dari receiver (filter
dryer), accumulator, minyak pelumas (oli kompresor), shaft seal, pipa
refrigerant, idle up, pulley dan belt, dan ekstra fan.
1. Receiver (Filter Dryer)
Komponen ini sering digunakan pada AC mobil yang menggunakan
katup ekspansi termostatik untuk menurunkan tekanan refrigerant.
Komponen ini diletakkan di antara kondensor dan evaporator sebelum
katup ekspansi. Di dalam receiver terdapat saringan dan pengering yang
berfungsi menyerap kotoran dan air yang terbawa bersirkulasi bersama
refrigerant. Filter terpasang pada saluran keluar receiver bagian
dalam. Filter ini terbuat dari kasa tembaga dan berfungsi menyaring
kotoran agar tidak masuk ke katup ekspansi. Pada bagian atas receiver
terdapat sight glass yang berfungsi untuk mengetahui kondisi
refrigerant dalam system AC. Di dalam dryer berisi desiccant (zat yang
dapat menyerap uap air) yang berupa silicagel untuk penggunaan R-12
dan zeolit untuk penggunaan R-134a.
Receiver merupakan tempat penyimpanan sementara refrigerant setelah
dicairkan oleh kondensor dan sebelum masuk ke katup ekspansi. Fungsi
lainnya adalah sebagai penyaring kotoran dalam system sirkulasi AC.
Receiver juga berfungsi memisahkan kadar air dan kotoran yang terbawa
saat bersirkulasi bersama refrigerant.
2. Accumulator
Accumulator biasanya digunakan pada system AC mobil yang menggunakan
pipa orifice sebagai alat penurun tekanan refrigerant. Accumulator terletak
diantara evaporator dan kompresor. Accumulator berfungsi sebagai alat
penampung sementara refrigerant cair yang bertemperatur rendah, serta
campuran minyak pelumas dari evaporator. Refrigeran yang telah disimpan
berupa gas, dialirkan dari bagian atas accumulator melalui saluran isap
menuju ke kompresor. Accumulator juga berfungsi mencegah refrigerant cair
agar tidak mengalir ke kompresor. Di dalam accumulator terdapat desiccant
seperti pada receiver.
3. Minyak Pelumas (Oli kompresor)
Oli kompresor pada system AC berfungsi sebagai pelumas bagian-bagian
kompresor yang bergesekan, untuk meredam panas dan melancarkan pergerakan
bagian-bagian kompresor. Sebagian kecil oli kompresor bercampur dengan
refrigerant dan ikut bersirkulasi melewati kondensor dan evaporator. Minyak
pelumas kompresor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah berreaksi dengan
refrigerant atau benda lain yang digunakan pada system pendingin.
b. Tidak merusak bahan tembaga pada suhu 120oC.
c. Tidak mengandung air, ter, lilin, dan kotoran lainnya.
d. Mempunyai titik beku yang rendah.
e. Tidak berbusa.
f. Mempunyai tahanan listrik (dielektrik) yang kuat.
g. Dapat memberikan pelumasan yang baik pada temperature tinggi maupun
rendah.
Proses penyaluran dan jenis minyak pelumas pada tiap-tiap kompresor
berbeda. Untuk kompresor jenis resipro, penyaluran minyak pelumas dari
bagian bawah kompresor (di bak alas kompresor) yang diisap oleh pompa yang
terpasang di bagian belakang kompresor. Kemudian minyak pelumas yang masuk
ke dalam saluran poros engkol dialirkan kedua jurusan, yaitu ke bagian
bearing muka-belakang dan ke dinding piston melalui pena piston. Minyak
pelumas yang sudah disalurkan ke bagian-bagian tersebut akan kembali lagi
ke bak alas kompresor untuk sirkulasi berikutnya.
Pada kompresor tipe swash plate, terdapat plat rotasi miring yang
menggerakkan torak ke kana dan ke kiri. Minyak pelumas yang keluar dari
saluran dalam poros penggerak mengalir hingga ke permukaan plat rotasi
miring akibat gaya sentrifugal. Minyak pelumas yang terhambur dengan
putaran plat rotasi miring ini mampu melumasi torak sehingga tidak cepat
aus.
4. Shaft seal
Refrigeran dan minyak pelumas dalam kompresor sangat rentan terhadap
kebocoran, baik saat kompresor sedang beroperasi maupun tidak. Untuk
mencegah kebocoran, digunakan penyekat (seal) yang dipasang pada poros
kompresor. Komponen ini terdiri dari dua bagian, yaitu shaft seal dan plate
seal. Shaft seal ada dua jenis, yaitu mechanical seal dan lip seal. Shaft
seal terdiri dari gelang penahan, O-ring, ring karbon, dan plate seal.
Plate seal yang tertahan rapat oleh gelang penahan dengan ring karbon akan
tertekan oleh pegas, sehingga mampu mencegah kebocoran refrigerant dan
minyak pelumas.
5. Pipa refrigerant
Pipa refrigerant AC terbuat dari karet (pipa elastic) dan pipa logam
yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi serta tahan terhadap
getaran. Bagian dalam pipa logam terbuat dari tembaga dan alumunium yang
diproses dengan baik sehingga lebih tahan terhadap unsur kimia dalam
refrigerant. Pipa karet dibuat berlapis-lapis agar lebih kuat menahan
kebocoran dan reaksi unsur kimia.
6. Iddle Up
Alat ini berfungsi menaikkan puaran mesin ketika AC mobil dihidupkan
(saat putaran mesin masih idling/stasioner) sehingga mesin mobil terhindar
dari beban yang berlebihan (overload). Ada dua jenis Iddle up, yaitu jenis
Vacuum Switch Valve (VSV) dan Throttle Position (TP).
a. Vacuum Switch Valve (VSV)
Pada vacuum switch valve terdapat komponen coil magnet, compression
spring, dan moving core. Coil magnet pada VSV terhubung secara parallel
dengan magnetic clutch pada kompresor, sehingga apabila magnetic clutch
bekerja, coil magnet pada VSV akan menimbulkan tenaga magnet.
b. Throttle Position
Throttle Position (TP) terdiri atas diafragma dan throttle valve.
Dalam hal ini VSV berfungsi mengatur ruang diafragma pada TP, sehingga
ruang diafragma tersebut dapat terhubung dengan sumber vacuum (vacuum tank)
dan di saat tertentu terhubung dengan udara luar. Pada saat AC mobil
dihidupkan dan mesin mobil dalam keadaan stasioner, maka koil magnet pada
VSV akan bekerja dan menimbulkan tenaga magnet. Tenaga magnet tersebut akan
menggerakkan moving core untuk menghubungkan ruang diafragma dengan vacuum
tank.
Sistem kerja TP dimulai ketika terjadi kevakuman pada vacuum tank. Throttle
set akan bergerak dan mengubah posisi venture karburator kea rah penambahan
bahan bakar, sehingga putaran mesin akan meningkat. Namun ada juga yang
tidak mengandalkan tingkat kevakuman, yaitu saat koil magnet pada VSV
menimbulkan tenaga magnet, moving core pada VSV menghubungkan ruang
diafragma dengan ruang atmosfer yang sebelumnya terhubung dengan vacuum
tank. Karena tidak ada kevacuman pada ruang diafragma, maka kekuatan spring
pada ruang diafragma akan mempengaruhi kerja throttle set pada TP. Dengan
demikian posisi venture pada karburator akan berubah ke arah penambahan
bahan bakar, sehingga putaran mesin akan naik. Meskipun cara kerja keduanya
sama, namun mengingat konstruksi karburator pada masing-masing mobil
berbeda, maka dibuat dua macam system kerja untuk mempermudah system
pemasangannya.
7. Pulley dan belt
Pulley berfungsi sebagai rumah belt. Pulley dan belt merupakan komponen
penerus tenaga dari mesin ke kompresor AC mobil. Jenis belt yang digunakan
pada AC mobil diantaranya adalah V belt dan ribbed belt. Perbedaan keduanya
terletak pada bentuk dan kemampuan meneruskan tenaga. Jenis ribbed belt
memiliki kemampuan meneruskan tenaga lebih baik dari pada jenis V belt dan
tidak mudah slip.
8. Kipas (Extra Fan)
Ekstra fan berfungsi mensirkulasikan udara di dalam dan di luar kabin.
Motor blower terdapat di dalam kabin, sedangkan fan (extra fan) terletak di
luar kabin. Blower pada kabin terdiri atas motor penggerak dan blower/ sudu-
sudu yang digerakkan. Umumnya, tipe blower yang sering digunakan adalah
tipe sirrocco. Extra fan yang terdapat di luar kabin (pada kondensor) juga
terdiri dari motor penggerak dan fan yang digerakkan. Jenis fan yang umum
digunakan adalah jenis axial flow.
C. KOMPONEN KELISTRIKAN
Komponen kelistrikan terdiri dari sakelar (Selector switch), kopling
magnet (Magnetic clutch), thermostat (Thermoswitch), pengatur suhu
elektronik (Thermistor), pressure switch, relay, dan amplifier.
1. Sakelar (Selector switch)
Sakelar yang digunakan pada system AC mobil umumnya adalah jenis
sakelar putar. Sakelar ini digunakan untuk mematikan dan menghidupkan
kompresor, serta memilih kecepatan putaran blower evaporator. Sakelar
terdiri dari tombol putar (menunjuk posisi off, low, medium, dan high) dan
terminal listrik.
Saat tombol diputar pada posisi off, hubungan antar terminal terputus.
Pada posisi low, sakelar akan menghubungkan terminal line ke posisi low dan
kompresor. Pada posisi medium, sakelar akan menghubungkan terminal line ke
posisi medium dan kompresor. Pada posisi high, sakelar akan menghubungkan
terminal line ke posisi high dan kompresor. Untuk mengetahui adanya arus
listrik yang menghubungkan antar terminal pada sakelar, digunakan
multitester.
2. Kopling magnet (Magnetic Clutch)
Kopling magnet berfungsi memutus dan menghubungkan kompresor dengan
pully penggeraknya. Saat mesin mobil bekerja, pulley berputar karena
terhubung dengan mesin melalui belt. Pada saat ini kompresor belum bekerja.
Ketika system AC dihidupkan, amplifier memberikan arus listrik ke koil
stator sehingga timbul medan electromagnet yang akan menarik pressure plate
dan menekan permukaan pulley. Hal ini menyebabkan pressure plate berputar
mengikuti putaran pulley sehingga kompresor akan berputar. Kopling magnet
memiliki tiga bagian utama sebagai berikut.
a. Stator
Stator merupakan gulungan magnet (magnet coil) yang terpasang pada
rumah kompresor.
b. Rotor
Rotor merupakan bagian yang berputar yang terhubung dengan poros mesin
melalui belt. Diantara permukaan bagian dalam dari rotor dan front housing
dari kompresor terpasang bantalan.
c. Pressure Plate
Pressure plate merupakan bagian yang dipasang pada poros kompresor
3. Thermostat (Thermoswitch)
Alat ini berfungsi memberikan sinyal kondisi temperature kabin ke
kompresor secara otomatis. Di dalam thermostat terdapat sensor yang akan
mendeteksi suhu pada evaporator. Jika thermostat rusak, evaporator bisa
membeku karena pemutus arus listrik tidak bekerja. Tanda-tanda kerusakannya
antara lain keluarnya asap dari kisi-kisi AC serta adanya tetesan air
seperti embun yang keluar dari evaporator.
Thermostat juga berfungsi mengatur proses kerja kompresor AC. Pada
thermostat terdapat tabung indra panas yang berisi gas yang sangat peka
terhadap perubahan suhu. Tabung ini terpasang pada evaporator di bagian
saluran angin keluar. Ketika suhu penguapan refrigerant cair di dalam
evaporator naik, gas di dalam tabung indra panas akan memuai dan mendorong
alas diafragma ke atas. Dengan demikian, sakelar yang terhubung dengan
magnetic clutch akan mendapat aliran listrik, sehingga kompresor bekerja.
Sebaliknya, jika suhu pada saluran angin keluar di evaporator turun
melewati batas normal, gas di dalam tabung indra panas akan menyusut. Alas
diafragma yang sebelumnya terdorong oleh tekanan gas akan kembali ke bawah
karena terikan pegas, sehingga sakelar memutus arus listrik ke kopling
magnet. Akibatnya kompresor berhenti bekerja.
4. Pengatur suhu elektronik (Thermistor)
Termistor adalah sebuah resistor yang mempunyai koefisien termal
negative. Artinya, semakin rendah suhunya, semakin tinggi tahanannya, dan
sebaliknya. Sifat ini dimanfaatkan oleh amplifier untuk menghidupkan dan
mematikan kompresor. Pada suhu tinggi, tahanan thermistor rendah, amplifier
akan mengalirkan arus listrik dari baterai ke kopling magnet, sehingga
kompresor bekerja. Pada saat suhu rendah, tahanan thermistor tinggi,
amplifier akan memutus arus listrik dari baterai ke kopling magnet,
sehingga kompresor tidak bekerja.
5. Pressure Switch
Pressure switch merupakan komponen kelistrikan AC mobil yang berfungsi
memutus dan menghubungkan aliran listrik yang menuju ke kompresor yang
bekerja berdasarkan tekanan refrigerant. Pada tekanan refrigerant yang
tidak normal, pressure switch akan bekerja. Pressure switch yang banyak
digunakan pada system AC mobil adalah tipe dual pressure switch. Pressure
switch dipasang pada pipa yang berisi cairan diantara receiver dan katup
ekspansi. Alat ini mampu mendeteksi ketidaknormalan tekanan di dalam system
dan akan memutus aliran listrik yang menuju kopling magnet jika terjadi
tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga kompresor
berhenti bekerja. Pressure switch akan bekerja pada tekanan 448 psi untuk R-
134a dan 378 psi untuk R-12.
Jika terdapat kebocoran pada pipa, seal, dan pada sambungan antar
komponen sehingga tekanan dalam system cukup rendah, sekitar 28 psi untuk R-
134a dan 378 psi untuk R-12, pressure switch akan mematikan kopling magnet.
6. Relay
Relay berfungsi mengalirkan arus listrik ke kopling magnet, blower
motor, dan ke peralatan lain pada system AC mobil. Relay diperlukan untuk
mencegah kerusakan pada kunci kontak. Aliran listrik yang langsung dari
baterai ke kopling magnet atau ke blower melalui kunci kontak akan
menyebabkan titik-titik kunci kontak cepat aus dan terbakar. Jika
menggunakan relay, kunci kontak hanya mengalirkan arus listrik yang kecil
ke koil relay. Kemagnetan pada koil relay akan menghubungkan titik-titik
kontak relay yang akan mengalirkan arus listrik yang cukup besar dari
baterai ke kopling magnet ataupun ke motor blower. Jika kunci kontak
memutuskan arus listrik ke koil relay, maka kontaktif relay akan terputus
secara otomatis sehingga arus listrik dari baterai ke kopling magnet
ataupun ke motor blower akan terputus.
7. Amplifier
Amplifier merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi mengatur kerja
AC mobil agar selalu dalam kondisi aman dan sesuai dengan keinginan
pemakai. Pada prinsipnya amplifier bekerja sebagai relay otomatis yang
menghubungkan dan memutus aliran listrik dari baterai yang menuju ke
kopling magnet. Terdapat dua jenis amplifier yang digunakan pada AC mobil,
yaitu temperature control amplifier dan temperature control idling
stabilizer amplifier.
a. Pengatur suhu (Temperature Control)
amplifier jenis ini bekerja mengatur suhu dari ruangan yang
didinginkan sehingga selalu dalam kondisi ideal. Rangkaian dasar
temperature control adalah thermistor dan resistor pengatur temperature.
Resistor pengatur temperature adalah suatu resistor yang nilai tahananya
dapat diubah-ubah secara manual. Jika tahanan resistor ditetapkan pada
nilai tertentu, ini berarti sama dengan menetapkan suhu ruangan yang
didinginkan pada batas-batas tertentu.
Thermistor pada rangkaian control temperature berfungsi sebagai sensor
suhu berdasarkan perubahan nilai tahanannya digabungkan dengan nilai
tahanan dari resistor pengatur temperature. Hasilnya dikirim ke amplifier
berupa sinyal listrik. Pada amplifier sensor suhu diolah lagi secara
elektronik yang hasilnya dapat menutup dan membuka kontaktif relay di
amplifier.
b. Idling stabilizer amplifier
Idling stabilizer amplifier berfungsi sebagai pengatur AC mobil agar
selalu bekerja pada batas minimal putaran mesin mobil. Ini dimaksudkan agar
pada putaran rendah mesin tidak mengalami kelebihan beban (overload) ketika
system AC bekerja. Sumber sensor putaran mesin diambil dari system
pengapian, yaitu minus (-) ignition coil. Sinyal listrik yang didapat
kemudian diolah secara elektronik di dalam amplifier yang hasilnya dapat
membuka dan menutup kontak relay amplifier. Selanjutnya sinyal listrik yang
menghubungkan baterai dengan kopling magnet diatur agar hanya bekerja
mengalirkan arus listrik dari baterai ke kopling magnet pada batas putaran
minimal (umumnya 850 – 1050 rpm).
Sistem Kelistrikan AC Mobil
Gambar di bawah menunjukkan rangkaian kelistrikan AC mobil.
Urutan cara kerja kelistrikan AC mobil dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Ignition switch dihidupkan (ON)
b. Blower switch dihidupkan (ON) mengakibatkan heater relay bekerja
mengalirkan
arus listrik dan memutar motor blower.
c. Saat switch AC di ON kan, amplifier akan bekerja mengeluarkan arus ke
relay
kopling magnet dan ECU mesin. Proses ini terjadi jika pressure switch
bekerja
dengan tekanan refrigerant sesuai standar berikut.
R-134a : 28 – 448 psi
R-12 : 29,4 – 378 psi
d. Thermostat akan memberikan informasi suhu pada evaporator ke amplifier.
Saat
suhu evaporator di bawah 3oC – 10oC, kopling magnet akan mati dan
kompresor
berhenti bekerja.
e. Saat kopling magnet bekerja, amplifier akan mengirim sinyal ke ECU mesin
agar
VSV bekerja dan meningkatkan putaran mesin.
f. Saat kendaraan berjalan, ECU mesin akan memberikan informasi berupa
sinyal ke
amplifier sehingga relay kopling magnet akan OFF dan kompresor berhenti
bekerja.