Bab 5 Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor Dala Dalam m bab bab ini ini akan akan dian dianal alis isis is kese keseim imba bang ngan an
pend pendap apat atan an nasi nasion onal al dala dalam m
perekonomian tiga sektor. Yang diartikan dengan perekonomian tiga sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-sektor yang berikut: rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. pemerintah. Dengan demikian demikian dalam menganalisis menganalisis perekonomia perekonomian n tiga sektor pada hakikatnya akan diperhatikan peranan pe ranan dan pengaruh pemerintah ke atas kegiatan dalam sesuatu perekonomian. camp campur ur tang tangan an pem pemerin erinttah
dala dalam m
per perekon ekonom omiian
meni enimbul mbulka kan n dua
perubah per ubahan an penting penting dalam proses penentuan penentuan keseimbangan keseimbangan pendapatan nasional, nasional,
yaitu: i.
Pung Pungut utan an paja pajak k yang ang dila dilaku kuka kan n pem pemeri erintah ntah akan akan meng mengur uran angi gi peng pengel elua uara ran n
ii. ii.
agregat melalui pengurangan ke atas konsumsi rumah tangga. Paja Pajak k memun emungk gkin inka kan n pem pemeri erintah ntah melak elakuk ukan an pem pembel belanja anjaan an dan dan ini ini akan akan menaikkan pembelanjaan agregat.
Peruba Perubahanhan-per peruba ubahan han ini penting penting pengaru pengaruhny hnyaa kepada kepada penent penentuan uan keseim keseimban bangan gan pendapatan nasional. dalam dalam perekon perekonomi omian an tiga tiga sektor sektor kegiat kegiatan an perdaga perdagangan ngan luar negeri negeri masih masih diragukan. diragukan. Disebabkan Disebabkan oleh ketiadaan ketiadaan perdagangan perdagangan luar negeri maka perekonomian tiga sektor dinamakan juga perekonomian tertutup. Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan Analisis keseimbangan pendaptan nasional dalam perekonomian tiga sektor bertujuan
untuk menunjukkan penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana terdapat pemerintah. Aliran Pendapatan dan Pengeluaran Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis aliran
baru dalam sirkulasi aliran pendapatan. Ketiga jenis aliran yang baru tersebut adalah: i. ii. ii.
Pemb Pembay ayar aran an paj pajak ak ole oleh h ruma rumah h tang tangga ga dan dan per perus usah ahaa aan n kepa kepada da pem pemer erin inta tah. h. Alir Aliran an baru baru yan yang g kedua kedua adal adalah ah peng pengel elua uara ran n dari dari sekto sektorr pemer pemerin inta tah h ke sekto sektor r perusahaan.
iii. iii.
Alir Aliran an yang yang keti ketiga ga adal adalah ah alir aliran an penda pendapat patan an dari dari sekt sektor or peme pemeri rint ntah ah ke sekt sektor or rumah tangga.
Dengan adanya tiga aliran tersebut corak aliran pendapatan dalam perekonomian tertutup adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar .!. Dari gambar itu dapat dilihat bah"a dalam suatu perekonomian tertutup ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan pengeluarannya adalah sebagai berikut: i.
Pemb Pembay ayar aran an ole oleh h sekt sektor or per perus usah ahaa aan n seka sekara rang ng dap dapat at dib dibed edak akan an men menja jadi di dua dua jenis, yaitu: pembayaran kepada sektor rumah tangga sebagai prndapatan kepada #aktor-#aktor produksi, dan pembayaran pajak pendapatan perusahaan
ii. ii.
kepada pemerintah. Pend Pendap apat atan an yang yang dite diteri rima ma rum rumah ah tang tangga ga seka sekara rang ng bera berasa sall dari dari dua sum sumbe ber: r: dari pembayaran gaji dan upah, se"a, bunga, dan untung oleh perusahaan dan dari pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.
iii. iii.
Peme Pemeri rint ntah ah mener menerim imaa pend pendap apat atan an berup berupaa paja pajak k dari dari perus perusah ahaa aan n dan dan ruma rumah h tangga. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah
i$. i$.
pega"ai-pega"ai dan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa. Pend Pendapa apata tan n yang yang dit diter erim imaa ruma rumah h tang tangga ga %y& %y& akan akan digu digunak nakan an unt untuk uk meme memenu nuhi hi tiga tiga kebu kebutu tuha han: n: memb membaya ayarr dan memb membia iaya yaii penge pengelu luar aran an kons konsum umsi si %c&, %c&, disimpan sebagai tabungan %s& dan membayar pajak pendapatan rumah tangga
$.
%t&. Dalam persamaan: y ' c ( s ( t. Dal Dalam gamba gambara ran n ters ersebut ebut teta tetap p dim dimisal isalka kan n bah" bah"aa tabu tabung ngan an ruma rumah h tangg anggaa dipinjamkan oleh lembaga-lembaga keuangan kepada para pengusaha yang
$i. $i.
menanam modal. Peng Pengel elua uara ran n agre agrega gatt %ae& %ae& telah telah menja menjadi di berta bertamb mbah ah banya banyak k jeni jenisn sny ya, yaitu yaitu disamping pengeluaran konsumsi %c& dan in$estasi %i&, sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah %g&. Dalam persamaan ae ' c ( i ( g.
Syarat Keseimbangan Analis Analisis is dalam dalam bab tiga tiga telah telah menunju menunjukka kkan n bah"a bah"a dalam dalam sesuat sesuatu u perekon perekonomi omian an
keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai apabila: penawaran agregat adalah sama sama dengan dengan pengelua pengeluaran ran agrega agregat. t. Dalam perekonomian yang tidak melakukan
perdagangan luar negeri, pena"aran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya nasionalnya %y&, yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan diproduksikan dalam perekonomian dalam suatu periode tertentu. Pengeluaran agregat, atau pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut, meliputi tiga jenis pembelajaran: konsumsi rumah tangga %c&, in$estasi perusahaan %i& dan pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa %g&. Dengan demikian keadaan yang mencip menciptak takan an keseim keseimbang bangan an dalam dalam perekon perekonomi omian an tiga tiga sektor sektor adalah: adalah: pena"ar pena"aran an agregat ' pengeluaran agregat %y ' ae&, atau: y'c(i(g kegiata kegiatan n sektor sektor perusa perusahaan haan untuk untuk mempro memproduk duksik sikan an barang barang dan jasa jasa akan me"ujudkan aliran pendapatan ke sektor rumah tangga %gaji dan upah,se"a, bunga dan keuntu keuntungan ngan&& dan aliran aliran ini sama sama nilainy nilainyaa dengan dengan pendapat pendapatan an nasion nasional al %y&. %y&. )ambar .! menunjukan bah"a pendapatan rumah tangga tersebut akan digunakan
untuk tiga tujuan: membiayai konsumsi %c&, ditabung %s& dan membayar pajak %t&. Deng Dengan an demik demikia ian, n, berdas berdasar arka kan n kepad kepadaa alir aliran an penda pendapa pata tan n yang yang "uju "ujud d dalam dalam perekonomian tiga sektor, berlaku kesamaan berikut: y'c(s(t *raian *raian yang terdah terdahulu ulu telah telah menunj menunjukka ukkan n bah"a bah"a dalam dalam keseimbang keseimbangan an berlaku kesamaan berikut: Y ' c ( i ( g. +edangkan pada setiap setiap tingkat tingkat pendapatan pendapatan nasional nasional berlaku kesamaan: y ' c ( s ( t. Dengan demikian pada keseimbangan pendapatan nasional berlaku kesamaan berikut: c(i(g'c(s(t Apabila c dikurangi dari setiap ruas maka: i(g's(t Dalam perekonomian tiga sektor i dan g adalah suntikan ke dalam sirkulasi aliran pendapatan, sedangkan s dan t adalah kebocoran. Dengan demikian, dalam keseim keseimbang bangan an ekonom ekonomii tiga tiga sektor sektor juga berlak berlaku u keadaan keadaan:: suntika suntikan n = bocoran bocoran.. Sebagai kesimpulan dapatlah dirumuskan bahwa dalam perekonomian tiga sektor yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan yang berikut: i. ii.
Y ' c ( i ( g, dan (g's(t
enis!"enis Pa"ak Dala Dalam m seti setiap ap pere pereko kono nomi mian an
pem pemerin erinta tah h
perl perlu u
melak elakuk ukan an
berb berbag agai ai
jeni jeniss
pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun membangun dan memperbaiki memperbaiki in#rastruktur in#rastruktur,, menyidiakan menyidiakan #asilitas #asilitas pendidikan dan kesehat kesehatan, an, dan membiay membiayai ai anggot anggotaa polisi polisi dan tentar tentaraa untuk untuk menjag menjagaa keaman keamanan an merupakan pengeluaran yang tidak boleh dielakan pemerintah. Pa"ak #angsung dan Pa"ak Tidak #angsung enis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan, yaitu
pajak langsung dan pajak tidak langsung. $. Pa"a Pa"ak k lan langs gsun ung% g% yaitu pajak yang secara langsung dipungut dari orang yang
berke"ajiban untuk membayar pajak.
&. Pa"ak tidak langsung, yaitu dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Contoh
lain dari pajak tak langsung adalah pajak penjualan. Pajak ini biasanya ditambahkan ke harga penjualan yang ditentukan oleh pedagang-pedagang. leh sebab itu pajak penjualan berkecenderungan akan mengakibatkan kenaikan harga. Bentuk!Bentuk Pa"ak Pendapatan Di samping dengan cara penggolongan seperti yang baru diterangkan, sistem pajak
dapat pula dibedakan berdasarkan penggolongan berikut: pa"ak regresi'% pa"ak proporsional dan pa"ak progresi'. $. Pa"ak regresi' sistem pajak yang persentasi pungutan pajaknya menurun
apabila pendapatan yang dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi dinamakan pajak regresi#. &. Pa"ak proporsional persentasi pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendaptan yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi, dinamakan pajak proporsional. (. Pa"ak progresi' sisitem pajak yang persentasinya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat dinamakan pajak progresi#. /erikut adalah satu contoh hipotesis dari pajak progresi#. Pendapatan yang dipajak !. +ampai rp 00 ribu 1. 3p 0! ribu 4 rp 1 juta 6. 3p 1.00! juta 4 rp juta 5. 7ebih rp juta
persentasi pajak 12 52 !02 102
Pajak progresi# menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. 8ujuan utamanya adalah untuk memperoleh pendapatan pajak yang lebih banyak. Di samping itu sistem itu bertujuan untuk lebih meratakan pendapatan. E'ek Pa"ak Ke Atas Konsumsi dan Tabungan Dalam perekonomian dua sektor, pendapatan nasional adalah sama dengan
pendapatan disposebel. +ebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian tiga sektor
pendapatan disposebel telah menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional. Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak, perhubungan di antara pendapatan disposebel dan pendapatan nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut: yd ' y 4 t Yaitu, pendapatan disposebel %yd& adalah sama dengan pendapatan nasional %y& dikurangi oleh pajak %t&. penurunan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. 9al ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung. /erdasarkan kepada si#at pengaruh pajak kepada pendapatan disposebel, pengeluaran konsumsi dan tabungan, secara umum dapat dirumuskan: i.
Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposebel sebanyak
ii.
pajak yang dipungut tersebut. Dalam persamaan: yd ' y 4 t. Penurunan pendapatan disposebel menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan.
Pa"ak% Konsumsi dan Tabungan) *ontoh Angka Dua pendekatan akan digunakan untuk menunjukkan akibat dari pemungutan pajak
ke atas konsumsi dan tabungan rumah tangga: dengan contoh angka dan secara gra'ik. *ontoh Angka) Pa"ak Tetap Dalam tabel .! ditunjukkan satu contoh yang menunjukkan akibat dari pungutan
pajak terhadap konsumsi dan pendapatan. /erbagai tingkat pendapatan nasional %y& ditunjukkan dalam kolom !, dan pajak %t dari ta+es& ditunjukkan dalam kolom %1&. Pendapatan disposebel %yd& yang dihitung dengan menggunakan #ormula: yd ' y 4 t ditunjukkan dalam kolom %6&. Kolom %5& dan %& menunjukkan konsumsi rumah tangga %c&-yang dihitung dengan #ormula: c ' a ( byd %lihat bab empat&-dan tabungan rumah tangga %s&-yang dihitung dengan #ormula: s ' -a ( %!-b&yd. 8abel .! dibagi kepada dua bagian dalam bagian ! dimisalkan pajak belum dipungut %t ' 0& dan dalam bagian 1 dimisalkan pemerintah memungut pajak sebanyak rp 50 triliun %t ' 50&.
Pemisalan yang digunakan angka-angka dalam bagian ! diperoleh dari memisalkan
#ungsi konsumsi dan tabungan rumah tangga adalah sebagai berikut: i. ii.
C ' ;0 ( 0,<y, atau C ' ;0 ( 0,< yd. + ' -;0 ( 0,1y, atau + ' -;0 ( 0,1yd
Dalam persamaan di atas c sebagai #ungsi y adalah sama dengan c sebagai #ungsi yd. /egitu s sebagai #ungsi y adalah sama dengan s sebagai #ungsi yd. Kesamaan tersebut disebabkan karena pemerintah tidak memungut pa"ak% "adi y adalah sama dengan y d. Keadaan sebelum ada pa"ak berdasarkan kepada pemisalan di atas maka dalam
bagian ! dari tabel .! ditunjukkan keadaan-keadaan yang ber ikut: i.
Pada ketika pendapatan nasional adalah nol %y ' 0& konsumsi rumah tangga
ii.
adalah sebanyak rp ;0 triliun. Dimisalkan pendapatan nasional %lihat kolom !& selalu mengalami kenaikan sebanyak rp 150 triliun, kemudian menjadi rp 5=0 triliun dan seterusnya. >aka ?y ' ?yd ' 150.
iii.
Kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan konsumsi dan tabungan. 9ubungannya dapat dinyatakan dengan #ormula: a. ?c ' mpc @ ?yd, dan b. ?s ' mps @ ?yd. Dengan demikian, apabila ?yd ' 150 maka ?c ' 0,< @ 150 ' !=0. +esuai
dengan penghitungan ini, dalam bagian ! tabel .!, konsumsi rumah tangga selalu naik sebanyak rp !=0 triliun. Perubahan tabungan %?s& adalah: ?s ' 0,1 @ 150 ' 0. /erarti tabungan rumah tangga selalu bertambah rp 0 triliun. Pertambahan tabungan ini dapat juga dihitung dengan persamaan ?s'?yd - ?c, dan penghitungannya akan menghasilkan nilai yang sama. Keadaan setelah pemungutan pa"ak dalam bagian 1 ditunjukkan bagaimana pajak yang dipungut mempengaruhi konsumsi dan tabungan. Ciri-ciri perubahan pendapatan disposebel, konsumsi dan tabungan diterangkan dalam uraian berikut: i.
+ebagai akibat pajak, y tidak sama lagi dengan yd. Perkaitan di antara kedua-dua $ariabel itu sekarang menjadi yd ' y 4 t. Angka yd di bagian 1
ii.
dihitung dengan menggunakan persamaan tersebut. Persamaan c ' a ( byd menggambarkan sikap rumah tangga dalam melakukan konsumsi. a tetap sama dalam semua keadaan, yaitu apakah ada pajak atau tidak ada pajak, kelakuan rumah tangga dalam berbelanja ditentukan okeh persamaan tersebut. >aka, dalam menentukan nilai c dalam kolom %1& digunakan persamaan c ' ;0 ( 0,<yd. +eterusnya nilai tabungan dihitung dengan menggunakan #ormula s ' yd 4 c.
E'ek pa"ak ke atas konsumsi dan tabungan untuk melihat e#ek pajak ke atas
konsumsi dan tabungan, akan dibandingkan keadaan dalam bagian ! dan bagian 1. Akibat dari pemungutan pajak kepada konsumsi dan tabungan adalah sama saja di berbagai tingkat pendapatan nasioal. leh karena itu, untuk menerangkan e#ek pajak kepada konsumsi dan tabungan akan diperhatikan keadaan di dua tingkat pendapatan nasional, yaitu pada pendapatan sebesar 0 dan rp !100 triliun.
i.
Data dalam bagian ! menunjukkan pada y ' 0 didapati c ' ;0 dan s ' -;0, sedangkan data dalam bagian 1 menunjukkan pada y ' 0 didapati c ' 0 dan s ' -!00. Perbandingan kedua-dua data menunjukkan sesudah ada pajak, konsumsi berkurang sebanyak: ?c ' ;0 4 0 ' 60, dan tabungan berkurang
sebanyak ?s ' -!00%-& 4 ;0 ' !0. ii. Data dalam bagian ! menunjukkan bah"a pada y ' !100 didapati c ' ;;0 dan s ' 1!0, sedangkan data dalam bagian 1 menunjukkan bah"a pada y ' !100 didapati c ' ;0 dan s ' 100. Perbandingan kedua-dua data menunjukkan perubahan konsumsi dan tabungan yang terjadi adalah sama si#atnya seperti yang terdapat dalam kesimpulan di bagian %i&, yaitu sebagai akibat dari pajak yang dipungut, konsumsi berubah sebanyak: ?c ' ;;0 4 0 ' 60, sedangkan tabungan berubah sebanyak: ?s ' 1!0 -100 ' !0. Dua contoh di atas menunjukkan bah"a pajak sebanyak rp 50 triliun akan mengurangi konsumsi sebanyak rp 60 triliun dan tabungan sebanyak rp !0 triliun. >engapakah hubungan seperti itu "ujudB Penerangan selanjutnya akan menjelaskan sebab-sebabnya. +etiap pemungutan pajak akan menimbulkan perubahan ke atas pendapatan disposebel. Pajak sebanyak t. >aka: ?yd ' -t Kemerosotan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. umlah konsumsi dan tabungan yang berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan disposebel. >aka ?yd ' -t ' ?c ( ?s Disamping tergantung kepada perubahan pendapatan disposebel, pengurangan konsumsi ditentukan oleh mpc dan mps, dan penghitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan: ?c ' mpc @ ?yd atau ?c ' mpc @ %-t& ?s ' mps @ ?yd atau ?s ' mps @ %-t& Dalam contoh di atas pajak t ' 50, s ' 0,< dan mps ' 0,1. >aka pengurangan konsumsi dan tabungan rumah tangga yang terjadi adalah
i. ii.
?c ' 0,< @ %-50& ' -60 ?s ' 0,1 @ %-50& ' -!0
Penghitungan tersebut membuktikan bah"a pajak sebanyak rp 50 triliun mengurangi konsumsi sebanyak rp 60 triliun dan tabungan sebanyak rp !0 triliun. +ecara umum hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan t ' ?yd ' %mpc @ t& ( %mps @ t& *ontoh angka) pa"ak proporsional )ambaran secara angka mengenai akibat pajak proporsional terhadap konsumsi dan
tabungan rumah tangga ditunjukkan dalam tabel .1. Pemisalan yang digunakan data dalam table tersebut menggunakan pemisalan pemisalan di ba"ah ini. %angka-angka dalam triliun&. i.
ungsi konsumsi adalah c ' ;0 ( 0,<yd %berlaku untuk kasus sebelum ada pajak dan sesudah ada pajak&. /erdasarkan kepada pemisalan ini, apabila yd ' 0 maka c ' ;0 dan perubahan konsumsi dan tabungan pada berbagai tingkat pendapatan nasional adalah ?c ' 0,< @ t dan ?s' 0,1 @ t.
ii.
Pajak proporsional yang dipungut pemerintah adalah sebanyak 10 persen dari
iii.
pendapatan nasional %t ' 0,1y&. Dari setiap tingkat pendapatan nasional ke tingkat pendapatan nasional lainnya besar pertambahannya adalah sebanyak rp 150 triliun. Di bagian !,
kenaiakan ini akan menyebabkan kenaikan pendapatan disposebel sebanyak rp 150 triliun juga tetapi dalam bagian 1, disebabkan oleh t ' 0,1y, maka pertambahan pendapatan disposebel adalah ?yd ' ?y - ?t ' %! 4 0,1& ?y ' 0,=?y, maka ?yd ' 0,= %150& ' rp !;1 triliun. Dapat dilihat bah"a di bagian 1, yd bertambah sebanyak rp !;1 triliun apabila y bertambah sebanyak rp 150 triliun. Data konsumsi dan tabungan di kedua bagian dihitung dengan menggunakan persamaan ?c ' ;0 @ 0,<yd dan ?s ' -;0 ( 0,1yd. E'ek pa"ak ke atas konsumsi dan tabungan seperti dengan analisis yang dibuat
sebelum ini, pengaruh pajak ke atas konsumsi dan tabungan dapat ditunjukkan dengan membandingkan keadaan di bagian ! %sebelum ada pajak& dan bagian 1 %sesudah pajak proporsional diperkenalkan&. 8iga keadaan akan diperhatikan: pada "aktu pendapatan nasional adalah 0, rp 5=0 triliun, dan rp ;0 triliun. i.
Pada y ' 0 tidak ada pajak yang dipungut %t ' 0,10y ' 0&. >aka keadaan di
ii.
bagian ! adalah sama dengan di bagian 1. +ebelum ada pajak, apabila y ' 5=0 maka yd ' 5=0 dan c dan s masingmasing adalah c ' 50 dan s ' 60. +esudah ada pajak, pada y ' 5=0 pajak adalah ?t ' 0,1 y ' ;. >aka pendapatan disposebel telah berkurang sebanyak ?yd ' rp ; triliun, dan hanya berjumlah yd ' 6=5. Penurunan ini menyebabkan konsumsi berkurang dari rp 50 triliun %sebelum pajak& menjadi rp 6<= triliun, yaitu pengurangan sebanyak ?c ' 0,< @ ; ' rp <1 triliun. Pengurangan tabungan adalah sebanyak ?s ' 0,1 @ ; ' rp 15 triliun, yaitu
iii.
dari 60 sebelum pajak menjadi triliun rupiah sesudah pajak. Dengan cara yang sama seperti dalam %ii& didapati bah"a pada y ' ;0, pajak dan perubahan pendapatan disposebel adalah t ' ?yd ' 0,1 %;0& ' !;1. +ebagai akibatnya konsumsi turun sebanyak ?c ' 0,< @ !;1 ' !55 triliun rupiah %dari =!0 menjadi triliun rupiah& dan tabungan berkurang sebanyak ?s ' 0,1 @ !;1 ' 5= triliun rupiah %dari !0 menjadi !01 triliun rupiah&.
Kesimpulan
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bah"a "alau apa pun bentuk sistem pajak, yaitu pajak tetap atau pajak proporsional, pemungutan pajak akan mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah tangga berkurang sebanyak yang ditentukan oleh persamaan berikut: i. ii.
?c ' mpc @ t ?s ' mps @ t
Kecondongan ,engkonsumsi dan ,enabung Dalam analisis mengenai keseimbagan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga
sektor perlu dibedakan dua pengertian kecondongan mengkonsumsi mar"inal dan dua pengertian kecondongan menabung mar"inal. Kecondongan ,engkonsumsi ,ar"inal Perhatikan kembali tabel .!, dan tabel .1. >asing-masing tabel tersebut memberi
data mengenai dua macam pendapatan: pendapatan nasional -y dan pendapatan disposebel -y d. leh karena didapati dua istilah pendapatan, maka dalam ekonomi
tiga sektor dapat ditentukan dua nilai mpc, yaitu ?c?yd dan ?c?y. >aka untuk menghindari kekeliruan perlulah dibedakan di antara kecondongan mengkonsumsi mar"inal pendapatan disposebel %mpc&, dan kecondongan mengkonsumsi mar"inal pendapatan nasional %mpc&. De#inisi dari masing-masing konsep itu
adalah: i.
Mpc adalah rasio di antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan disposebel. Dalam persamaan: mpc =
ii.
∆ C ∆ yd
Mpc y adalah rasio di antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan nasional. Dalam persamaan: ∆ C mpc y = ∆y
Dalam perekonomian dua sektor dan perekonomian tiga sektor yang sistem pa"aknya adalah pa"ak tetap% /y lebih besar dari /y d maka mpc lebih besar dari mpcy. Apabila persentasi pajak diketahui dan nilai mpc juga diketahui , mpcy dapat
dengan mudah dihitung. >isalkan nilai mpc ' b dan persentasi %proporsi& pajak adalah t dari pendapatan nasional %t ' ty&. 8elah dide#inisikan ∆ C mpc = ∆ yd leh karena pajak adalah t. ?y maka, ?yd ' ?y 4 t. ?y ' %! 4 t& ?y. Dengan demikian persamaan: ∆ C mpc = ∆ yd Dapat diubah menjadi: ∆ C mpc = ( 1 −t ) ∆ y ∆ C ∆ y ' %! 4 t& mpc leh karena mpc ' b maka: ∆ C ' mpcy ' %! 4 t&b ∆ yd Contoh angka dalam tabel .1 memisalkan t ' 0,1 dan mpc ' 0,<. >aka mpcy ' %! 4 0,1&0,< ' 0,. Adakah penghitungan ini benarB Dalam tabel .1 bagian 1 didapati, sebagai contoh, kenaikan pendapatan nasional dari rp 5=0 triliun menjadi rp <10 triliun akan menambah konsumsi dari rp 6<= triliun menjadi rp 11 triliun. Eilai mpcy adalah Mpc=
522−378 720− 480
144
'
240
' 0,
9asil penghitungan ini membuktikan bah"a #ormula yang baru diterangkan dapat digunakan untuk menghitung nilai mpcy Kecondongan ,enabung ,ar"inal
Dalam konsep ini juga perlu dibedakan di antara kecondongan menabung mar"inal pendapatan disposebel %mps& dan kecondongan menabung mar"inal pendapatan nasional %mpsy&. De#inisi dari masing-masing konsep itu adalah:
i.
Mps adalah rasio di antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposebel. Dalam persamaan: mps=
ii.
∆S ∆ yd
Mps y , adalah rasio di antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan nasional. Dalam persamaan:
mps y =
∆S ∆ yd
Dalam perekonomian dua sektor dan dalam perekonomian tiga sektor di mana pa"ak adalah tetap% mps = mpsy. dalam perekonomian tiga sektor dengan sistem pa"ak proporsional mps adalah lebih besar dari mps y. Dalam sistem pajak proporsional
nilai mpsy adalah: mpsy = -$ 0 b -$ 0 t. /agaimana persamaan itu ditentukan diterangkan dalam uraian di ba"ah ini: ∆S mps= ∆ yd karena ?yd ' %! 4 t& ?y, maka ∆S mps= ( 1−t ) ∆ y ∆S ∆y
' mps %! 4 t&
mpsy ' mps %! 4 t& oleh karena mps ' %! 4 b&, maka persamaan mpsy dapat diubah menjadi: mpsy ' %! 4 b&%! 4 t&
dalam tabel .1 berapakah nilai mpsB Dengan menggunakan persamaan mpsy ' %! 4 b&%! 4 t& dengan mudah dapat ditentukan nilai mpsy. leh karena b ' 0,< dan t ' 0,1 maka: mpsy ' %! 4 0,<& %! 4 0,1& ' %0,1&%0,=& ' 0,1. benarkah penghitungan di atasB Penghitungan di ba"ah ini membuktikan kebenaran penghitungan di atas. Perhatikanlah kembali kenaikan pendapatan nasional dari rp 5=0 triliun menjadi rp <10 triliun. 8ernyata tabungan bertambah dari rp triliun menjadi rp 5 triliun. Eilai mpsy ' ?s?y adalah: 54 −6
mpsy '
720 −480
48
'
240
' 0,1
E'ek Pa"ak) Analisis Al"abar dan 1ra'ik *ntuk memudahkan penerangan dan penggambaran mengenai e#ek pajak ke atas
#ungsi konsumsi dan #ungsi tabungan, terlebih dahulu baiklah dilihat pendekatan aljabar dalam menerangkan e#ek pajak kepada konsumsi dan tabungan. Pendekatan Al"abar Dalam contoh angka yang dibuat dalam tabel .! dan .1, dimisalkan #ungsi
konsumsi adalah: c ' ;0 ( 0,<y. Contoh dalam tabel .! memisalkan ajak tetap sebanyak rp 23 triliun dan dalam tabel .1 dimisalkan pajak adalah sebesar &3 persen dari pendapatan nasional -t = 3%&y.
/ertitik tolak dari pemisalan ini,
#ungsi konsumsi dan tabungan sesudah pajak dapat ditentukan. $. E'ek pa"ak tetap terlebih dahulu akan dibuat analisis yang bersi#at umum
mengenai e#ek pajak ke atas #ungsi konsumsi dan #ungsi tabungan. >isalkan #ungsi konsumsi asal adalah c ' a ( b y, dan pajak adalah t %pajak tetap&. Pajak sebanyak t menurunkan konsumsi sebanyak Fc ' bt. Dengan demikian #ungsi konsumsi sesudah pajak %c!& adalah: *$ =!bt 4 a 4 by #ungsi tabungan asal adalah: s ' -a ( %!-b&y. Pajak sebanyak t menurunkan
tabungan sebanyak Fs ' -%!-b&y. Dengan demikian #ungsi tabungan sesudah pajak %s!& adalah: S$ = !-$ 0 bt! a 4 -$ ! by
dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas di ba"ah ini ditentukan #ungsi konsumsi dan #ungsi tabungan sesudah pajak untuk contoh dalam tabel .!. i.
ii.
6ungsi konsumsi) *$ = -bt ( a ( by *$ = -0,<%50& ( ;0 & 0,<y *$ = 73 4 3%85y 6ungsi tabungan) S$ ' -%!-b& 4 a ( %!-b&y S$ = -%! 4 0,<&50 4 ;0 ( 0,1y S$ ' -!0 4 ;0 ( 0,1y S$ = !$33 4 3%&y
&. Pengaruh pa"ak proposional pajak proposional sebanyak ty menurunkan
konsumsi sebanyak: Fc ' -b.ty. Apabila #ungsi konsumsi asal adalah c ' a ( by maka #ungsi konsumsi yang baru %c$& adalah: *$ = a ( by 4 b.ty *$ = a 4 b-$!ty misalkan #ungsi tabungan asal adalah s ' -a ( %! - b&y dan pajak adalah ty. Pajak tersebut akan menurunkan #ungsi tabungan sebanyak s ' %! - b&ty maka #ungsi tabungan yang baru %s$& adalah: s! ' -a ( %! - b&y 4 %! - b&ty +! ' a ( G%! 4 b& 4 %! - b&Hy S$ = !a 4 -$ ! b-$ ! ty Dengan menggunakan persamaan-persamaan yang baru diterangkan di atas #ungsi konsumsi dan #ungsi tabungan sesudah pajak untuk contoh dalam tabel 5.& dapat ditentukan. i.
6ungsi konsumsi)
C! ' a ( b%! - t&y C! ' ;0 ( 0,<%! 4 0,10&y *$ = 93 4 3%7y ii.
6ungsi tabungan) +! ' -a ( %!-b&%!-t&y +! ' -;0 (%!-0,<&%!-0,10&y S$ = !93 4 3%&y
Pendekatan 1ra'ik Dua pasangan gra#ik dibuat untuk menunjukkan akibat pajak ke atas #ungsi konsumsi
dan tabungan. )ambar .1 menunjukkan gambaran umum mengenai akibat pajak ke atas #ungsi konsumsi dan tabungan dan gambar .6 menunjukkan gambaran mengenai akibat pajak ke atas #ungsi konsumsi dan #ungsi tabungan berdasarkan data yang terdapat dalam tabel .! dan tabel .1. Persamaan umum gambar .1 terbagi kepada dua bagian. )ra#ik %a& menunjukkan e'ek pa"ak tetap dan pa"ak proposional ke atas #ungsi konsumsi. +ebelum pajak,
#ungsi konsumsi adalah c ' a ( by. Pajak tetap mengurangi konsumsi sebanyak Fc ' -bt dan menyebabkan #ungsi konsumsi bergeser kepada c! ' -bt ( a ( by, yaitu pengurangan sebanyak 4bt ' -mpc . 8. pajak proposional akan mengurangi konsumsi dari c ' a ( by menjadi: c! ' a ( by 4 b ty atau c! ' a ( by 4 mpc. 8, yaitu pengurangan sebanyak mpc. 8. Perlu diingat bah"a nilai bt ' mpc. 8 adalah tetap %karena t tetap% akan tetapi nilai bty ' mpc t adalah semakin besar apabila y meningkat karena t ' ty. >aka Fc ' -bty. Dengan demikian #ungsi konsumsi %c!& berubah menjadi: c! ' a ( b%! - t&y. e'ek pa"ak tetap dan proposional terhadap tabungan ditunjukkan dalam gra#ik %b&. Pajak tetap menyebabkan #ungsi tabungan asal, yaitu: s ' -a ( %! 4 b&y berubah menjadi s! ' - %!4 b&t 4 a ( %! 4 b&y. Pajak tetap menyebabkan #ungsi tabungan asal, yaitu: s ' -a ( %! 4 b&y menjadi s! ' -a ( %! 4 b& %! 4 t&y.
Persamaan angka gambar .6 juga terbagi kepada dua bagian. )ra#ik %a&
menggambarkan e#ek pa"ak tetap dan pa"ak proposional ke atas #ungsi konsumsi. )ra#ik %b& menggambarkan e#ek pa"ak tetap dan proposional ke atas #ungsi tabungan. Pengeluaran Pemerintah Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan
pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. +ebagian dari pengeluaran oemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintah dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Penentu-Penentu Pengeluaran Pemerintah umlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu priode tertentu
tergantung kepada banyak #actor. Yang penting di antaranya adalah: "umlah pa"ak yang akan diterima% tu"uan!tu"uan kegiatan ekonomi "angka pendek dan
pembangunan ekonomi "angka pan"ang% dan pertimbangan politik dan keamanan. $. :oyeksi "umlah pa"ak yang diterima salah satu #aktor penting yang
menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pajak yang diramalkan. &. Tu"uan!tu"uan ekonomi yang ingin dicapai #aktor yang lebih penting dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai
pemerintah.
Pemerintah
penting
sekali
peranannya
dalam
perekonomian (. Pertimbangan politik dan keamanan pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara selalu men"adi salah satu tu"uan penting dalam menyusun anggaran belanja pemerintah. Kekacauan politik% perselisihan di antara berbagai golongan masyarakat dan daerah sering berlaku di
berbagai negara di dunia. Keadaan seperti itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar, terutama apabila operasi militer perlu dilakukan. Fungsi Pengeluaran Pemerintah Dari uraian mengenai #aktor-#aktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah di
atas, dapat disimpulkan bah"a pendapatan nasional tidak memegang peranan yang penting dalam menentukan perbelanjaan pemerintah. Dengan perkataan lain, pengeluaran pemerintah pada suatu priode tertentu dan perubahannya dari satu priode ke priode lainnya tidak didasarkan kepada tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan pendapatan nasional berbasarkan kepada alasan
yang
baru
diterangkan
di
atas, 'ungsi
perbelan"aan pemerintah adalah seperti yang digambarkan dalam gambar .5, yaitu
ia sejajar dengan sumbu datar dan dengan demikian besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional. ni berarti, seperti dengan si#at pengeluaran untuk in$estasi, perbelanjaan
pemerintah
adalah perbelanjaan
otomoni. Perubahan-perubahan
perbelanjaan pemerintah digambarkan dalam bentuk perpindahan #ungsi pengeluaran
pemerintah ke atas atau keba"ah. +ebagai contoh, misalkan dalam suatu periode tertentu pengeluaran pemerintah adalah sebanyak g rupiah. >aka dalam gra#ik, #ungsi pengeluaran
Pemerintah adalah seperti ditunjukkan oleh #ungsi g. Pada periode berikut misalkan berlaku pengangguran yang sangat buruk dan untuk mengatasinya pemerintah melakukan perbelanjaan yang lebih banyak, yaitu sebanyak g . 7angkah ini memidahkan #ungsi g ke atas. +ebaliknya, apabila ekonomi menghadapi masalah in#lasi, pemerintah berusaha menurunkan pengeluarannya dan perubahan ini digambarkan oleh perpindahan #ungsi perbelanjaan pemerintah dari g menjadi g&. Keseimbangan ;alam Perekonomian Tiga Sektor *raian mengenai keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sector
akan dibedakan dalam dua keadaan, yaitu: i. ii.
Dalam perekonomian di mana system pajaknya adalah system pajak tetap. Dalam perekonomian di mana system pajaknya adalah ajak proposional.
*ntuk setiap keadaan, tiga pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan nasional akan diterangkan: dengan menggunakan contoh angka, secara grafik dan analisis secara aljabar. Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan *ntuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasioanl dalam perekonomian dimana
system pajaknya adalah pajak tetap, digunakan pemisalan-pemisalan diba"ah ini:
i.
umlah pajak dan si#at hubungan diantara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan adalah seperti dalam bagian 1, tabel .!. Dengan demikian #ungsi konsumsi adalah c ' 0 ( 0,<y %#ungsi konsumsi sesudah pajak&
ii.
dan #ungsi tabungan adalah s ' -!00 ( 0,1y. Pajak adalah t ' 50. n$estasi sector perusahaan adalah i ' !10 %triliun rupiah& dan pengeluaran pemerintah adalah g ' 0 %triliun rupiah&.
Dengan pemisalan-pemisalan di atas dapatlah ditunjukan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian. Keseimbangan Secara Angka Data yang ditunjukkan dalam tabel .6, kolom %!&, %1&, %6& dan %5& adalah data
pendapatan nasional pajak, konsumsi dan tabungan seperti yang terdapat dalam bagian 1, tabel .!. ni adalah sesuai dengan pemisalan yang dibuat di atas. +eterusnya kolom %& dan %& berturut-turut menunjukan in$estasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah. Kolom %<& menunjukkan pengeluaran agregat %ae& dalam perekonomian tiga sector, dan nilainya dihitung dengan #ormula: ae ' c ( i ( g. data dalam tabel .6 menunjukan bah"a apabila pendapatan nasional adalah lebih kecil dari rp ;0 triliun, berlaku keadaan di mana: ae I y yaitu pengeluaran agregat lebih besar dari pendapatan nasional. ni jelas terlihat dari membandingkan kolom %!& dan %<&. Kelebihan perbelanjaan
Agregat berlaku dan ini akan mendorong dilakukannya ekspansi dalam ekonomi. +ebaliknya, apabila pendapatan nasional lebih besar dan rp ;0 triliun, ae J y. ni berarti, keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada pendapatan nasional sebanyak rp ;0 triliun, yaitu dalam keadaan di mana pendapatan nasional adalah sama dngan pengeluaran agregat. Dalam keseimbangan ini keinginan perusahaan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa ditunjukan oleh nilai y! adalah sesuai sama! dengan perbelanjaan yang akan dilakukan dalam ekonomi yaitu oleh rumah tangga, para penanam modal dan pemerintah ditunjukan oleh ae!. telah diterangkan bah"a apabila pena"aran agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat %y ' c ( i ( g& maka bocoran sama dengan suntikan %s ( t ' i ( g&. Data dalam tabel .6 juga menunjukan keseimbangan bocoran-suntikan tersebut. /ocoran %s ( t& adalah !50 ( 50 ' !=0 %triliun rupiah& dan suntikan %i ( g& adalah !10 ( 0 ' !=0 %triliun rupiah&. Keseimbangan Secara 1ra'ik )ambaran secara gra#ik dapat dibedakan kepada dua pendekatan, yaitu
i. ii. Dengan
Pendekatan pena"aran agregat-pengeluaran agregat %y ' ae& Pendekatan suntikan-bocoran %j ' "& menggunakan
pendekatan
pena"aran
agregat-pengeluaran
agregat,
keseimbangan pendekatan nasional dicapai apabila 'ungsi pengeluaran agregat c 4 i 4 g memotong garis 25!dera"at -garis y = ae. 8itik perpotongan kedua garis
tersebut menggambarkan keseimbangan perekonomian di mana: y = c 4 i 4 g. Dalam pendekatan suntikan-bocoran, keseimbangan tercapai pada perpotongan 'ungsi suntikan -i 4 g dan 'ungsi bocoran -s 4 t. gra#ik %a& dalam gambar . menunjukan keseimbangan pendapatan nasional
menurut pendekatan pena"aran agregat-pengeluaran agregat. /erdasarkan data dalam tabel .6 #ungsi konsumsi adalah c ' 0 ( 0,<y dan #ungsi perbelan"aan agregat adalah ae ' 150 ( 0,<y.#ungsi konsumsi memotong garis 5-derajat %yaitu di mana y ' c& pada y ' 150 dan #ungsi perbelanjaan agregat ae memotong garis 5-derajat apabila pendapatan rasional mencapai keseimbangan pada e dan pendapatan negara adalah: y ' ;0.
gra#ik %b& dalam gambar . menunjukan keseimbangan mengikut pendekatan suntikan-bocoran. ungsi suntikan adalah: i ( g ' !10 ( 0 ' !=0, dan #ungsi bocoran adalah: s ( t ' %-!00 ( 0,1y& ( 50 ' -0 ( 0,1y. ungsi bocoran memotong sumbu datar pada y 0 %dan memotong subu datar&oleh karena y ' c ( s ( t maka apabila y ' c haruslah: s ( t ' 0. ungsi suntikan j ' i ( g akan dipotong oleh #ungsi bocoran " ' s ( t pada ketika endapatan nasional mencapai keseimbangan, yaitu pada pendapatan nasional y ' ;0.
Keseimbangan Secara Al"abar Dalam pendekatan pena"aran agregat-permintaan agregat, keseimbangan pendapatan
nasional dicapai apabila y ' c ( i ( g. Dalam contoh angka telah dimisalkan dan diterangkan bah"a i. ii. iii.
C ' 0 ( 0,<y dan s ' -!00 ( 0,1y ' !10 ) ' 0
Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan adalah %dalam triliun rupiah& y ' c(i(g y ' 0 ( 0,<y ( !10 ( 0 0,1 y ' 150 y ' ;0 pendapatan nasional pada keseimbangan dapat juga dihitung dengan menggunakan pendekatan suntikan %injection atau j& sama dengan bocoran %witbdrawal atau w&, yaitu j'i ( g sama dengan " ' s ( t %nilai dalam triliun rupiah&: i(g ' s(t !10 ( 0 ' -!00 ( 0,1y ( 50 0,1y ' 150 y ' ;0 Pajak Proposional dan Keseimbangan Pendapatan *ntuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian yang
menggunakan system pajak proposional digunakan pemisalan-pemisalan di ba"ah ini. i.
Presentasi %kadar& pajak dan si#at hubungan di antara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan adalah seperti dalam bagian 1 tabel .1. >aka #ungsi konsumsi adalah c ' ;0 ( 0,0y dan #ungsi tabungan adalah s ' -;0
ii.
( 0,10y. ungsi pajak adalah t ' 0,10y. n$estasi perusahaan adalah i ' !0 %triliun rupiah& dan pengeluaran pemerintah g ' 150 %triliun rupiah&.
/erdasarkan pemisalan diatas dalam uraian berikut diterangkan keseimbangan pendapatan nasional secara angka, gra#ik, dan aljabar. Keseimbangan Secara Angka Keseimbangan ini ditunjukan dalam tabel .5. Data dalam kolom %!&, %1&, %6& dan %5&
adalah seperti yang terdapat dalam tabel .1 bagian 1. n$estasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah berturut-turut ditunjukan dalam kolom %& dan %&. Perbelanjaan agregat %ae ' c ( i ( g& ditunjukan dalam kolom %<&.
Apabila dibandingkan data dalam kolom %!& yang menunjukkan data pendapatan nasional dengan data dalam kolom %<&, yaitu data pengeluaran agregat, didapati bah"a apabila pendapatan nasional kurang dari y ' !100 %triliun rupiah& maka pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional %e I y& dan ini akan menyebabkan ekspansi dalam ekonomi. Apabila y I !100 %misalnya pada y ' !550 triliun rupiah& pengeluaran agregat kurang dari pendapatan nasional. +tok barang dalam perekonomian
bertambah
dan
kontraksi
dalam
kegiatan
ekonomi
berlaku.
Keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila y ' !100 %triliun rupiah& karena pada tingkat ini pengeluaran agregat sama dengan pendapatan nasional. Pada pendapatan nasional ini juga suntikan sama dengan bocoran, yaitu i ( g ' !0 ( 150 ' 6;0 dan s ( t ' !0 ( 150 ' 6;0. Keseimbangan Secara 1ra'ik )ra#ik %a& dalam gambar . menunjukan keseimbangan mengikut pendekatan
pena"aran agregat-pengeluaran agregat. ungsi konsumsi adalah c ' ;0 ( 0,0y dan #ungsi perbelanjaan agregat adalah ae ' 5=0 ( ,0y. ungsi konsumsi memotong garis 5-derajat pada y ' 11 %yaitu pada ketika y ' c& dan #ungsi perbelanjaan agregat ae memotong garis 5-derajat apabila pendapatan nasional mencapai keseimbangan %y ' !100&
gra#ik %b& dalam gambar . menunjukkan keseimbangan mengikut pendekatan suntikan-bocoran. ungsi suntikan adalah i ( g ' !0 ( 150 ' 6;0 dan #ungsi bocoran s ( t ' -;0 ( 0.10y ( 0,10y ' -;0 ( 0,50y. ungsi bocoran memotong sumbu datar pada y ' 11 %yaitu pada pendapatan nasional dimana c ' y& dan memotong #ungsi suntikan pada y ' !100, yaitu pendapatan nasional yang dicapai pada tingkat keseimbangan. Keseimbangan Secara Al"abar Persamaan konsumsi dan tabungan adalah: i. ii.
C ' ;0 ( 0,0y + ' -;0 ( 0,10y
+edangkan i ' !0 dan g ' 150. >enurut pendekatan pena"aran agregat-pengeluaran agregat keseimbangan dicapai pada y ' c ( i ( g. Dengan demikian pendapatan nasional adalah %dalam triliun rupiah&: y ' ;0 ( 0,0y ( !0 ( 150 0,50y ' 5=0 y ' !100 Keseimbangan menurut pendekatan suntikan-bocoran dicapai apabila i ( g ' s ( t. Dengan demikan pendapatan nasional adalah %dalam triliun rupiah&:
!0 ( 150
i(g ' ' -;0 ( 0,10y ( 0,10y 0,50y ' y '
s(t 5=0 !100
,ultiplier ;alam Perekonomian Tiga Sektor Dalam perekonomian tiga sektor perubahan-perubahan perbelanjaan agregat akan
menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional sebanyak beberapa kali lebih besar dari perubahaan perbelanjaan agregat yang asal. *ntuk melihat mengenai proses multiplier dalam perekonomian tiga sektor, dua sektor, dua analisis akan dibuat: analisis dengan menggunakan contoh angka dan dengan analisis secara aljabar.
Multiplier Dalam Angka Dalam contoh angka ini digambarkan dua keadaan, yaitu dalam perekonomian yang
sistem pajaknya adalah pajak tetap dan dalam perekonomian di mana sistem pajaknya adalah pajak proporsional. Dalam kedua keadaan tersebut dimisalkan sektor perusahaan memutuskan untuk menambah in$estasi sebanyak rp 10 triliun. Dalam perekonomian tersebut kecondongan konsumsi marginal pendapatan disposebel %mpc& adalah 0,< dan pajak proporsional adalah t ' 0,10y. Proses multiplier sebagai
akibat pertambahan in$estasi tersebut ditunjukkan dalam tabel .. Di bagian ! digambarkan proses multiplier dalam perekonomian dengan sistem pajak tetap, dan di bagian 1 digambarkan proses multiplier yang akan berlaku dalam perekonomian dengan sistem pajak proporsional. contoh angka dalam bagian ! menunjukkan tambahan in$estasi sebanyak Fi ' 10 pada mulanya %pada tahap pertama proses multiplier& akan menambah pendapatan nasional sebanyak Fy! ' 10. Kenaikan ini tidak menambah pajak %Ft ' 0&. >aka pendapatan disposebel bertambah sebanyak Fyd ' Fi juga. 8ambahan pendapatan ini menyebabkan konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak Fc ' 0,<%10& ' ! dan tabungan sebanyak Fs ' 0,1%10& ' . Pertambahan konsumsi rumah tangga sebanyak Fc ' ! akan menambah kedua proses multiplier. Pada akhir proses multiplier tersebut pendapatan nasional bertambah sebanyak rp =0 triliun, konsumsi sebanyak rp 0 triliun dan tabungan sebanyak rp 10 triliun. *ontoh ini menun"ukkan pendapatan nasional bertambah 2 kali lipat dari pertambahan in
akan mempengaruhi proses multiplier. Pada tahap i dari proses multiplier, pertambahan in$estasi sebanyak Fi ' 10 akan menyebabkan pertambahan pendapatan nasional yang sama besarnya, yaitu Fi ' Fy! ' 10. Pertambahan pendapatan nasional ini menyebabkan pajak bertambah sebanyak Ft ' 0,10%10& ' 5, dan oleh sebab itu pendapatan disposebel akan bertambah sebanyak Fyd ' 10 4 5 ' !. Kenaikan pendapatan disposebel ini akan menambah konsumsi rumah tangga sebanyak Fc ' 0,<%!& ' !1 dan tabungan sebanyak Fs ' 0,1%!& ' 5. Kenaikan konsumsi sebanyak Fc ' !1, dan ini akan menciptakan tahap ii dari proses multiplier. Apabila proses multiplier ini terus berjalan, pada akhirnya pendapatan nasional bertambah sebanyak rp 0 triliun, sedangkan pajak, konsumsi dan tabungan berturut-turut bertambah sebanyak rp !0 triliun, rp 60 triliun dan rp !0 triliun. menun"ukkan
dalam
perekonomian
dengan
sistem
pa"ak
*ontoh ini proporsional
pendapatan nasional bertambah hanya & $ & kali lipat dari pertambahan in
seterusnya, dari kedua contoh yang dibuat dapat pula disimpulkan bah"a multiplier adalah lebih besar dalam system pajak tetap kalau dibandingkan dengan sistem pajak proporsional. Menghitung nilai multiplier Penghitungan nilai multiplier dapat dengan lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan aljabar. Dalam perekonomian tiga sektor, perubahan perbelanjaan agregat bukan saja diakibatkan oleh perubahan dalam in$estasi, tetapi juga oleh pajak dan pengeluaran pemerintah. /esarnya nilai multiplier dari perubahan berbagai #aktor tersebut akan diterangkan dalam uraian yang berikut. 8iga jenis multiplier akan ditentukan
besarnya,
yaitu
multiplier
in
multiplier
pengeluaran
pemerintah dan multiplier perubahan pa"ak. penghitungan nilai multiplier yang akan diterangkan menggunakan pemisalan-
pemisalan di ba"ah ini: i. ii.
ungsi konsumsi adalah c ' a ( byd. Dua bentuk sitem pajak akan digunakan. Dalam contoh yang pertama pajaknya adalah pajak tetap, yaitu t ' t@, sedangkan dalam contoh kedua
iii.
pajaknya adalah pajak proporsional, yaitu t ' ty. ungsi in$estasi yang asal adalah i dan #ungsi pengeluaran pemerintah yang asal adalah g.
,ultiplier >n
bertambah dari i menjadi i! dan besar pertambahannya adalah Fi. $. Sistem
Pa"ak
Tetap
dalam
perekonomian
bersistem
keseimbangan pendapatan nasional yang asal adalah: ?=c4i4g ? = a 4 byd 4 i 4g ? = a 4 b-y ! t+ 4 i 4 g ? = a 4 by 0 bt+ 4 i 4 g y 0 by = a 0 bt+ 4 i 4 g
pajak
tetap,
b !
−b
y=
-a 0 bt+ 4 i 4 g
Pertambahan in$estasi sebanyak Fi %dari i menjadi i!& menyebabkan pendapatan nasional meningkat menjadi y!, dan nilainya dapat dihitung dengan munggunakan persamaan berikut: y! ' c ( i ( Fi ( g y! ' a ( byd F Y! ' a ( byd ( i ( Fi ( g Y! ' a ( by! 4 bty! ( Fi (g Y! ( %! 4 b ( bt& ' a ( i ( Fi ( g 1
Y! '
1 −b + bt %a ( i ( Fi ( g&
Dari perhitungan di atas nyatalah bah"a pertambahan in$estasi sebanyak Fi akan menaikkan pendapatan nasional dari 1
Y'
1 −b + bt % a ( i ( g&
>enjadi 1
y! '
1 −b + bt % a ( i ( Fi ( g &
Yaitu suatu kenaikan pendapatan nasional %Fy& sebanyak: 1
y ' y! 4 y '
1 −b + bt iF
Dengan demikian pertambahan pendapatan nasional %Fy& yang akan ter"ujud dalam 1
perekonomian tiga sektor dengan sistem pajak proporsional adalah % 1 −b + bt & kali lipat dari pertambahan in$estasi %Fi& yang berlaku. /erarti nilai miltiplier adalah: 1
multiplier in$estasi %pajak proporsional& '
1 −b + bt '
*ontoh ,enghitung ,ultiplier >n
i.
>pc ' b ' 0,<
1 1 −b ( 1 −t )
ii. iii.
Pajak proporsional adalah t ' 0,10y Pertambahan in$estasi adalah rp 10 triliun.
Dengan menggunakan #ormula-#ormula yang telah diterangkan sekarang dapatlah ditentukan nilai multiplier in$estasi, yaitu banyaknya pertambahan pendapatan nasional sebagai akibat pertambahan in$estasi yang dimisalkan di atas. ;alam Sistem Pa"ak Tetap multiplier dalam sistem pajak tetap, atau mpt, adalah: 1
mpt '
1 −b 1
mpt '
1
1 −0,75
'
0,25
mpt ' 5 +esuai dengan penghitungan dalam tabel
., penghitungan tersebut juga
menunjukkan multiplier adalah 5. Pertambahan pendapatan nasional adalah: Fy ' 5 %10& ' =0 triliun rupiah. ;alam Sistem Pa"ak Proporsional #ormula multiplier pajak proporsional %mpp& dan
hasil penghitungan multiplier ditunjukkan di ba"ah ini: 1
mpp '
1 −b + bt 1
mpp '
1 −0,75 + 0,75 ( 0,20 )
1
mpp '
1 −0,75 + 0,15
mpp ' !0,5 ' 1, +esuai dengan penghitungan dalam tabel ., penghitungan dengan #ormula multiplier di atas juga menunjukkan bah"a multiplier adalah &%5. Pertambahan dalam pendapatan nasional adalah: Fy ' 1, %10& ' 0 triliun rupiah. ,ultiplier Pengeluaran Pemerintah Kenaikan in$estasi secara langsung akan mengakibatkan kenaikan pengeluaran
agregat. >aka pada tahap pertama dari proses multiplier, pertambahan in
pemerintah juga akan mengakibatkan pertambahan seperti itu, yaitu pada tahap pertama dari proses multiplier pertambahan pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan nasional yang sama besarnya . +ebagai akibat dari
keadaan ini maka nilai multiplier dari perubahan in
nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah
1 −b
dan kenaikan pendapatan
nasional %Fy& dapat dihitung dengan persamaan: 1
Fy '
1 −b Fg
Sistem Pa"ak Proporsional dalam perekonomian yang menggunakan sistem pajak 1
proporsional, nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah
1 −b + bt
dan
kenaikan pendapatan nasional Fy dapat dihitung dangan menggunakan persamaan : 1
Fy '
1 −b + bt
)
,ultiplier Pa"ak
Perubahan pajak menyebabkan e#ek yang berbeda dari yang diakibatkan oleh perubahan in$estasi dan perbelanjaan pemerintah. Perubahan pajak tidak secara langsung mengakibatkan perubahan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional. 8erlebih dahulu ia akan mempengaruhi pendapatan disposebel. +eterusnya perubahan pendapatan disposebel akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. /aru pada tingkat ini berlaku perubahan dalam pengeluaran agregat yang seterusnya akan me"ujudkan proses multiplier dan perubahan pendapatan nasional.
apabila dimisalkan pajak mengalami kenaikan sebesar Ft maka pendapatan disposebel akan turun sebanyak Fyd ' Ft seterusnya konsumsi %dan pengeluaran agregat& akan turun sebanyak: Fc ' Fae ' mpc @ Ft leh karena mpc
˂
!, maka mpc @ Ft adalah lebih kecil dari Ft. Dengan demikian,
dari persamaan di atas dapat diambil kesimpulan bah"a nilai multiplier pajak adalah lebih kecil dari multiplier yang diakibatkan oleh perubahan in$estasi atau pengeluaran pemerintah. *raian di ba"ah ini akan menerangkan nilai multiplier dari perubahan pajak. +istem pajak tetap dalam perekonomian yang bersistem pajak tetap, seperti telah ditunjukkan dalam uraian mengenai multiplier in$estasi, pendapatan nasional yang asal dapat dihitung dengan menggunakan #ormula berikut: 1
y'
1 −b %a 4 bt ( i ( g&
Apabila pajak diturunkan sebanyak Ft maka konsumsi dan perbelanjaan agregat akan bertambah sebanyak: Fc ' Fae ' Fbt Dengan
demikian pendapatan
nasional yang
baru
dapat
dihitung
dengan
menggunakan persamaan : 1
y! '
1 −b
%a 4 bt ( bFt ( i ( g&
Apabila pendapatan nasional yang baru %y!& dikurangi dengan pendapatan nasional yang asal %y&, tambahan pendapatan nasional yang "ujud %Fy ' y! 4 y& adalah:
1
Fy '
1 −b %bFt&
1
Fy '
1 −b %Ft&
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bah"a pengurangan pajak sebanyak Ft b akan menambah pendapatan nasional %Fy& sebanyak
1 −b
dikali dengan
pengurangan pajak yang dilakukan. Dalam pajak tetap nilai multiplier perubahan pajak %mt& adalah:
mt '
δy δ t '
b 1 −b
+istem pajak proporsional sekali lagi dimisalkan bah"a dalam perekonomian pajak yang dipungut dikurangi sebanyak Ft. >aka #ungsi
konsumsi dan pengeluaran
agregat akan mengalami pertambahan sebanyak: Fc ' Fae ' bFt +ebelum dilakukan pengurangan pajak, pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor adalah %lihat uraian mengenai multiplier in$estasi&: 1
y'
1 −b + bt %a ( i ( g&
Pengurangan pajak sebanyak Ft menaikkan konsumsi sebanyak bFt dan menyebabkan kenaikan pendapatan nasional menjadi y! yang nilainya dapat dihitung dengan menggunakan #ormula berikut:
1
y! '
1 −b + b t %a ( bFt ( i ( g&
Dengan demikian pertambahan dalam pendapatan nasional %Fy ' y! 4 y& dapat ditetukan dengan menggunakan #ormula: 1
Fy '
1 −b + bt %bFt&
Atau 1
Ft '
1 −b + bt %Ft&
Persamaan tersebut menunjukkan bah"a pengurangan pajak sebanyak Ft akan
menaikkan pendapatan nasional sebanyak
b 1 −b + bt dikali dengan pengurangan
pajak yang berlaku.
,asalah ,akroekonomi dan Kebi"akan 6iskal
Dalam usaha untuk menunjukkan konsumsi kebijakan #iskal dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi, bagian ini akan menerangkan dua hal berikut: i. >enunjukkan bentuk masalah yang mungkin dihadapi dalam perekonomian. ii. >enerangkan bentuk langkah kebijakan #iskal dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.
,asalah Pengangguran dan >n'lasi
tingkat kegiatan ekonomi negara yang "ujud pada suatu "aktu tertentu adalah berbentuk salah satu dari tiga keadaan berikut:
,encapai Tingkat Konsumsi Tenaga Ker"a Penuh
Perekonomian yang mencapai konsumsi tenaga kerja penuh ditunjukkan dalam gambar .<. Dalam perekonomian yang mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat yang sebenarnya "ujud adalah sama dengan pengeluaran agreat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh. Dalam gambar .<, ae ' ae# di mana ae adalah pengeluaran agregat sebenarnya, dan ae# adalah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh. Kedua #ungsi pengeluaran agregat tersebut bertindih karena konsumsi tenaga kerja penuh dicapai. Pendapatan nasional adalah y#. >enghadapi masalah pengangguran >asalah ini adalah masalah yang selalu dihadapi oleh setiap perekonomian. Akan tetapi sampai di mana seriusnya masalah itu berbeda dari satu negara ke negara lain. 8erdapat negara-negara yang masalah penganggurannya sangat serius. 8etapi ada pula negara yang tingkat pengangurannya sangat rendah dan hampir mendekati tingkat konsumsi tenaga kerja
penuh. )ambar .=%a& menunjukkan
keseimbangan
perekonomian negara yang menghadapi masalah pengangguran. >asalah ini "ujud karena pengeluaran agregat ae adalah di ba"ah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh %ae#&. Pendapatan nasional
adalah y, yaitu nilainya di ba"ah pendapatan nasional potensial %y#&. )aris ab dinamakan jurang de#lasi. urang de#lasi adalah jumlah kekurangan perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh.
,enghadapai ,asalah >n'lasi
Perbedaan di antara ae dengan ae# dinamakan jurang in#lasi, yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat di atas pengeluaran agregat pada konsumsi tenaga kerja penuh yang menimbulkan kekurangan barang dan seterusnya kenaikan harga-harga.
Peranan Kebi"akan 6iskal
Kebijakan #iskal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang dikehendaki. /agian ini hanya bertujuan untuk menunjukkan %i& bentuk-bentuk kebijakan #iskal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dan %ii& bagaimana e#ek dari kebijakan yang dijalankan tersebut.
urang ;e'lasi% urang >n'lasi% dan Kebi"akan 6iskal
Dengan menggunakan kebijakan #iskal pemerintah dapat mempengaruhi besarnya jurang de#lasi atau jurang in#lasi yang "ujud dalam perekonomian. Apabila terdapat jurang de#lasi tingat kegiatan ekonomi belum tercapai potensinya yang maksimal dan pengangguran "ujud. Dalam keadaan seperti ini pengeluaran agregat perlu dinaikkan. Kebijakan pemerintah itu akan menikkan tingkat kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran. langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menambah pengeluarannya. /ersama dengan langkah ini, untuk menjamin agar jurang de#lasi dapat diperkecil sejauh mungkin, pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang dipungutnya dari para penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan.
7angkah-langkah
yang
dijalankan
pemerintah
ini
berkecondongan akan menimbulkan anggaran belanja de#isit. Dengan demikian dapatlah dikatakan bah"a kebijakan anggaran belanja de#isit adalah satu langkah pemerintah yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi dan pengangguran.
Akibat Kabi"akan 6iskal ke Atas Kegiatan Ekonomi
Akibat jangka panjang dari langkah-langkah pemerintah yangg baru diterangkan di atas untuk menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar .;. Di dalam gra#ik itu ditunjukkan pengaruh kebijakan #iskal ke atas naik turunnya tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka panjang. Kur$a %a& menggambarkan siklus perusahaan %business cycle& yang akan "ujud apabila pemerintah secara akti# menggunakan kebijakan anggaran belanjanya untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi. +edangkan kur$a %b& menggambarkan siklus perusahaan yang "ujud apabila pemerintah secara akti# menjalankan kebijakan #iskal. Dari gambaran yang ditunjukkan oleh kur$a %a& dan kur$a %b& dapatlah disimpulkan bah"a apabila pemerintah secara akti# menggunakan kebijakan anggaran belanjanya sebagai alat untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi maka: %i& maslaah depresiasi dan pengangguran, atau %ii& masalah in#lasi, dapat dikurangi
keseriusannya dan %iii& gerak naik turun siklus perusahaan dapat diperkecil. /erarti kegiatan ekonomi negara berjalan dengan lebih stabil.
Bentuk Kebi"akan 6iskal ;iskresioner
kebijakan #iskal yang terutama akan digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi dinamakan kebijakan #iskal diskresioner atau discretionary #iscal policy. a dapatlah diartikan sebagai langkahlangkah pemerintah untuk mengubah pengeluarannya atau pemungutan pajaknya dengan tujuan untuk %i& mengurani gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi dari "aktu ke "aktu, dan %ii& menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah in#lasi, dan selalu mengalami pertumbuhan yang memuaskan. dari penjelasan mengenai arti dari kebijakan #iskal diskresioner ini dapat disimpulkan bah"a terdapat dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut: i. >embuat perubahan-perubahan ke atas pengeluarannya, dan ii. >embuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang dipungutnya. Dalam pelaksaannya, kedua alat kebijakan #iskal diskresioner tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau merupakan gabungan dari pada kedua-duanya. >aka pada hakikatnya kebijakan #iskal diskresioner dapat dibedakan dibedakan di dalam tiga bentuk, yaitu: i. >embuat perubahan ke atas pengeluaran pemerintah ii. >embuat perubahan ke atas sistem pemungutan pajak iii. +ecara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan sistem pemungutan pajak. Arah dari pada perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan perubahan sistem perpajakan yang perlu dilakukan tergantung kepada masalah yang sedang dihadapi. 9al ini telah disinggung di dalam uraian sebelum ini. Di dalam masa di mana
perekonomian berada di ba"ah tingkat konsumsi tenaga kerja penuh, dan pengangguran adalah cukup tinggi tingkatnya, pemerintah haruslah berusaha untuk meninggikan tingkat kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran dengan melakukan langkah-langkah yang akan menaikkan pengeluaran agregat. *ntuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat memilih salah satu dari beberapa perubahan berikut: i.
>enaikkan pengeluarannya tetapi tidak membuat perubahan apa-apa ke atas
pajak yang dipungutnya. ii. >empertahankan tingkat pengeluarannya tetapi menurunkan pajak yang dipungutnya. iii. Di satu pihak menaikkan pengeluarannya dan di lain pihak menurunkan pajak yang dipungutnya. i$. Pengeuarannya dan pemungutan pajaknya dinaikkan, dan kenaikan tersebut sama besarnya. 8ujuan dari kebijakan seperti ini adalah untuk menjaga agar pendapatan dan pengeluaran pemerintah tetap seimbang. Perubahan-perubahan yang sebaliknya akan digunakan untuk mengatasi in#lasi. Kebijakan yang dilakukan adalah: i. ii. iii. i$.
>engurangi pengeluarannya atau >enaikkan pajak yang dipungutnya atau >engurangi pengeluarannya dan menaikkan pajak yang dipungut atau >engurangi pengeluarannya dan mengurangi pajak yang dipungutnya dengan jumlah yang sama besar.
Pengangguran dan Kebi"akan 6iskal
Pada hakikatnya terdapat tiga #aktor yang akan menentukan besarnya perubahan dalam anggaran belanja untuk mengatasi masala pengangguran atau in#lasi yang dihadapi. Ketiga #aktor itu adalah: i.
/esarnya perbedaan di antara pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai dengan pendapatan nasional yang akan tercapai pada konsumsi tenaga kerja penuh.
ii. /entuk kebijakan #iskal diskresioner yang akan dilaksanakan iii. /esarnya kecondongan konsumsi marginal pendapatan nasional %mpc&
Pemisalan yang ;igunakan
Contoh yang berikut akan menunjukkan megnitud kebijakan #iskal dikresioner untuk mengatasi masalah pengangguran yang dihadapi dalam perekonomian. >isalkan pendapatan nasional potensial, yaitu pendapatan nasional yang akan dicapai pada tingkat konsumsi tenaga kerja penuh adalah rp =00 triliun. Pada tahun tersebut pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai adalah rp <0 triliun. +eterusnya dimisalkan mpc pendapatan disposebel adalah 0,< dan sistem pajak adalah pajak proporsional dan besarnya adalah 10 persen dari pendapatan nasional. Alternati# kebijakan #iskal diskresioner yang akan dilakukan pemerintah adalah seperti yang dinyatakan di ba"ah ini: i. Pemerintah menaikkan peneluarannya saja ii. Pemerintah menurunkan pajaknya saja. iii. Pemerintah menaikkan pengeluarannya sebanyak rp !0 triliun, dan usaha mengatasi pegangguran dilakukan juga dengan mengurangi pajak. Kenaikan Pengeluaran Pemerintah
Angka-angka dalam pemisalan di atas menunjukkan bah"a jurang pendapatan nasional, yaitu perbedaan di antara pendapatan nasional yang sebenarnya dengan pendapatan nasional pada konsumsi tenaga kerja penuh a dalah, rp =00 triliun 4 rp <0 triliun ' 0 triliun. /erarti untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh pendapatan nasional harus bertambah sebanyak Fy ' rp 0 triliun. leh karena mpc dan presentasi pajak diketahui, dengan menggunakan #ormula multiplier dapatlah dihitung besarnya pertambahan pengeluaran, yaitu %angka-angka dalam triliun rupiah&: 1
Fy '
1 −b + bt . g
1
0 '
1 −0,75 + 0,75 ( 20 ) . g
0 ' 1, %Fg& Fg ' 01, ' 10 Penghitungan itu menunjukkan pengeluaran pemerintah perlu ditambah sebanyak rp 10 triliun untuk mencapai konsumsi tenaga penuh.
Pengurangan Pa"ak
Dengan menggunakan #ormula multiplier pajak dengan mudah dapat dihitung jumlah pajak yang perlu diturunkan untuk mengatasi pengangguran dan me"ujudkan kegiatan ekonomi pada konsumsi tenaga kerja penuh. ormula multiplier yang digunakan adalah untuk sistem pajak proporsional %nilai-nilai dalam triliun rupiah&: Fy '
b 1 −b + bt %Ft&
0,75
0 '
1 −0,75 + 0,75 ( , 020 ) %Ft&
0,75
0 '
0,40
%Ft&
!,=< Ft ' 0 Ft ' 1,< Penghitungan di atas menunjukkan bah"a pajak perlu dikurangi sebanyak rp 1,< triliun.
Kenaikan pengeluaran pemerintah dan pengurangan pajak apabila pemerintah menaikkan pengeluaran sebanyak rp !0 triliun maka pertambahan pendapatan nasional adalah %dalam triliun rupiah&: 1
Fy '
1 −0,75 + 0,75 ( 0,20 ) %Fg&
Fy ' 1, %!0& Fy ' 1 leh karena kenaikan pengeluaran pemerintah sudah menaikkan pendapatan nasional sebanya rp 1 triliun, kenaikan pendapatan nasional yang masih diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh adalah: rp 0 triliun 4 rp 1 triliun ' rp 1 triliun. Pertambahan pendapatan nasional yang diperlukan ini dapat dicapai dengan menurunkan pajak sebanyak rp !6, 6666 triliun, yaitu seperti yang ditunjukkan oleh penghitungan yang berikut % dalam triliun rupiah&:
Fy '
b 1 −b + bt Ft
0,75
0 '
1 −0,75 + 0,75 ( 0,20) Ft
0,75
Fy '
0,40
Ft
!,=< Ft ' 1 Ft ' !6,6666