BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN
(SACRIF (SACRIF I CIAL ANO ANODE) 5.1. Tujuan :
1. Mengetahui dan memahami mekanisme pengendalian korosi dengan metode anoda korban (sacrificial anode) 2. Mengetahui dan memahami rancangan proteksi katodik ka todik dengan metode anoda korban (sacrificial anode) 3. Mengetahui dan memahami perubahan potensial – pH pH selama proses pengamatan 4. Mengetahui dan memahami perbedaan perubahan pada ba gian yang tercelup dan tidak tercelup 5. Mengetahui dan memahami pengaruh larutan NaCl 1 M terhadap laju korosi
5.2. Teori Dasar :
Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan menghubungkan anoda korban terhadap material yang akan diproteksi. Material yang akan diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan pasangan yang dihubungkan dihubungkan adalah logam lain yang yang memiliki potensial yang lebih negatif sehingga berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami reaksi reduksi dan terproteksi dari proses korosi. Berikut adalah kelebihan penerapan sistem proteksi katodik metode anoda korban. 1.
Pemasangan relatif mudah dan murah.
2.
Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar.
3.
Distribusi arus merata.
4.
Cocok untuk daerah berstruktur padat.
5.
Tidak membutuhkan biaya operasional.
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
67
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
6.
Perawatan mudah.
7.
Resiko overprotection rendah.
Kelompok 18
Namun, metode ini juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut. 1.
Keluaran arus terbatas.
2.
Tidak efektif bila resistivitas elektrolit tinggi.
3.
Tidak cocok untuk struktur besar yang perlu arus proteksi besar. Sistem proteksi katodik anoda korban biasanya diterapkan pada
perlindungan tangki dalam tanah, jaringan pipa dalam tanah, jaringan kabel listrik dan komunikasidalam tanah, tangki air panas dan struktur kapal laut. Dalam perancangan sistem proteksi katodik metode anoda korban, terdapat tiga kriteria yang ditetapkan oleh NACE (National Association of Corrosion Engineers), yaitu: 1.
-850mV terhadap proteksi katodik yang diaplikasikan,
2.
-850mV potensial polarisasi terhadap CSE,
3.
polarisasi minimum 100mV.
Jenis Anoda Korban dan Karakteristiknya
Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan berdasarkan kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial logam yang diproteksi mencapai daerah imun dengan cara membanjiri struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan dapat terkorosi secara merata. Anoda korban yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), seng (Zn), dan aluminium (Al). Pemakaian anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai resistivitas tinggi. Hal ini disebabkan pada lingkungan ini diperlukan anoda yang tinggi keluaran arus per satuan berat dan potensial elektrodanya sangat negatif. Anoda Mg banyak digunakan untuk memproteksi pipa dalam tanah. Pemakaian anoda Al banyak digunakan di lingkungan air laut dan harganya relatif murah dibandingkan anoda lain. Anoda Zn merupakan anoda korban yang paling banyak digunakan di lingkungan air laut dan mempunyai efisiensi yang tinggi.
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
68
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
Backfill Anoda Korban
Pemakaian anoda korban yang diterapkan untuk proteksi katodik di dalam tanah perlu mengggunakan pembungkus yang disebut backfill. Backfill merupakan kantung kecil yang berisi campuran material dengan komposisi 75% gypsum, 20% bentonit, dan 5% natrium sulfat. Campuran ini menghasilkan resistivitas 50 ohm.cm apabila campuran dijenuhkan dengan air. Backfill ini berfungsi untuk: ·
memberikan lingkungan yang merata, sehingga keluaran (output ) arus anoda dapat diperkirakan tetap,
·
menurunkan resistivitas dari fasa anoda dengan tanah,
·
mencegah kontak langsung antara anoda dengan tanah.
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
69
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.3. Metodologi Penelitian 5.3.1. Skema Proses
Persiapan alat dan bahan
Spesimen dibersihkan dengan menggunakan gerinda tangan
Ukur dimensi dan timbang berat spesimen
Kaitkan kawat tembaga pada spesimen dan tambahkan kutek
Buat larutan NaCl 1 M
Timbang berat anoda korban dan potong anoda korban
Celupkan spesimen pada larutan
Amati secara visual, ukur pH dan Potensial spesimen setiap 1x 48 jam selama 4 hari
Bersihkan dan keringkan spesimen
Ukur dimensi dan timbang berat spesimen akhir
Plotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix
Analisa dan pembahasan
kesimpulan Gambar5.1 Skema Proses Pengendalian Korosi Dengan Metode Anoda Korban
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
70
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.3.2. Penjelasan Skema Proses
1. Disiapkan alat dan bahan 2. Spesimen dibersihkan dengan menggunakan mesin gerinda 3. Spesimen diukur dimensinya dan ditimbang berat awal dengan menggunakan neraca digital dan jangka sorong 4. Kaitkan kawat tembaga pada spesimen 5. Buat larutan NaCl 1 M dan Aqua DM 2 L 6. Timbang berat anoda korban, lalu potong anoda korban 7. Celupkan spesimen ke dalam masing – masing larutan sebelumnya disemprot dengan alkohol untuk menghilangkan kotoran setelah pengamplasan 8. Ukur pH larutan dan potensial spesimen dengan menggunakan pH meter dan potensiometer 9. Amati secara visual, ukur pH larutan dengan menggunakan pH meter dan ukur potensial spesimen menggunakan potensiometer setiap 1x48 jam selama 4 hari 10. Bersihkan spesimen dengan Aqua DM dan keringkan mengunakan tisu 11. Ukur dimensi spesimen dengan jangka sorong dan timbang berat akhir spesimen 12. Plotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix 13. Analisa hasil percobaan 14. Hasil analisa disimpulkan
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
71
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.3.3. Gambar Proses
Spesimen dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan gerinda
Anoda dipotong dan ditimbang sesuai dengan perhitungan yang di dapat
spesimen diukur dimensi dan ditimbang berat awal, dengan menggunakan neraca digital dan jangka sorong
Sambungkan kawat tembaga dan anoda korban Zn
Buat larutan NaCl 1 M dan aqua dm sebanyak 2 liter, lalu masukkan ke dalam bak reaksi, kemudian spesimen di celupkan dengan kawat tembaga dan anoda korban Zn berada pada posisi bawah
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
72
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
Ukur pH larutan dan potensial spesimen serta amati perubahan secara visual 1x48 jam selama 4 hari
Spesimen dibersihkan dengan aqua dm dan dikeringkan dengan menggunakan tisu
Spesimen diukur dimensi dan timbang berat akhir dengan menggunakan jangka sorong dan neraca digital
Gambar 5.2. Pengendalian Korosi Dengan Metode Anoda Korban
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
73
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
5.4
Kelompok 18
Alat dan Bahan
5.4.1. Alat
1. Neraca digital
(1buah)
2. Potensiometer
(1 buah)
3. pH meter
(1buah)
4. Refference electrode
(1buah)
5. Akuarium
(1buah)
6. Batang pengaduk
(1buah)
7. Kaca arloji
(1buah)
8. Penggaris
(1buah)
9. Gerinda tangan
(1buah)
10. Ragum
(1buah)
11. Gergaji
(1buah)
5.4.2. Bahan
1. Aqua dm
(2 liter)
2. NaCl 1M 3. Spesimen baja ST-37
(1buah)
4. Logam Zn
(0,37 gr)
5. Kawat tembaga
(1buah)
6. Alkohol 96 %
(secukupnya)
7. Kutex
(secukupnya)
8. Amplas (240,600,800 mesh)
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
74
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.3. Pengumpulan dan pengolahan data 5.5.1. Pengumpulan Data Tabel 5.1. Data Awal Pengujian
Spesimen
ST-37
Panjang (mm)
300
Lebar (mm)
40,43
Tebal (mm)
5,51
Berat (gram)
620
Jenis larutan
NaCl
Tabel 5.2. Data Pengamatan Pengukuran Dimensi Dan Berat
Awal
Akhir
28-11-2016
6-12-2016
P tercelup (mm)
108
125
P tidak tercelup (mm)
192
125
T tercelup (mm)
40,43
175
T tidak tercelup (mm)
40,5
40,85
L tercelup (mm)
55,50
40,5
L tidak tercelup (mm)
5,51
5,66
A tercelup (mm)
10680,55
-
A tidak tercelup (mm)
17507,05
-
Berat plat (gr)
620
615
Berat anoda (gr)
0,037
0
Tanggal Panjang
Tebal
Lebar
A
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
75
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
Tabel 5.3. Data Pengamatan Secara Visual, Potensial, dan pH No
Tanggal
Gambar intensitas dalam larutan Depan
Belakang
Potensial
Pengamatan
pH
secara visual
Terdapat endapan
Larutan berwarna bening
1
28-11-16
-0,60
7,13
Spesimen berwarna coklat pada bagian yang tidak tercelup
Terdapat endapan
Larutan berwarna bening
2
30-11-16
-0,64
6,77
Spesimen berwarna coklat pada bagian yang tidak tercelup
Terdapat endapan
Larutan berwarna kuning keruh
3
` 2-12-16
-0,58
7,18
Spesimen terkorosi pada bagian yang tidak tercelup
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
76
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
Terdapat endapan
Larutan berwarna
4
4-12-16
-0,57
kuning keruh
7,22
Spesimen terkorosi pada bagian yang tidak tercelup
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
77
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
5.5.2.
-
Kelompok 18
Pengolahan Data
Diagram pourbaix
Gambar 5.3 Diagram Pourbaix pada Larutan NaCl 1 M (A noda Korban)
Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Hari keempat Hari kelima Hari ketujuh
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
78
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
-
Kelompok 18
Perhitungan 1. Perhitungan luas penampang -
Panjang tercelup ( A2 ) = 108 mm = 0,108 m
-
Panjang tidak tercelup ( A 1 ) = 192 mm = 0,192 m
-
Panjang tercelup 2 ( A2 ) = 117 mm = 0,117 m
-
Panjang tidak tercelup 2 ( A 1 ) = 183 mm = 0,183 m
0,108 + 0,117 = 0,1125 2 0,192 + 0,183 = = 0,1875 2 =
Perhitungan luas penampang tercelup A2 = 2(p x l) + 2(l x t) + 2(t x p) = 2(0,1125 x 0,04) + 2(0,04 x 0,0051) + 2(0,0051 x 0,1125) = 0,01055 m 2 Perhitungan luas penampang tidak tercelup A2= 2(p x l) + 2(l x t) + 2(t x p) = 2(0,1875 x 0,04) + 2(0,04 x 0,0051) + 2(0,0051 x 0,1875) = 0,01732 m 2 2. Kebutuhan arus proteksi I = A2 x 24 ( mA/m 2) = 0,01055 x 24 = 0,253 mA = 2,53 x 10 -4 A Kebutuhan arus proteksi untuk 8 hari
8 365 8 = 2,53 x 10− 365 = 5,54 10− =
Kebutuhan arus proteksi rata-rata
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
79
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
+ 2 2,53 10− + 5,54 10− = 2 = 1,3 10− =
3. Berat anoda korban
− 8760 µ 8⁄ 1,3.10− 8760 365 = 786,7 0,995 0,85 =
= 3,7655 10− = 0,037 4. Perhitungan laju korosi
534 534 5000 = 7,8 26,84 96 = 132,85 =
-
Persamaan Reaksi 2Fe + 4H2O
2Fe2+ + 2H+ + 4OH-
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
80
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.4. Analisa Dan Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas ( sacrificial anode) anoda korban, anoda korban yang digunakan yaitu Zn. Pada praktikum kali ini Spesimen terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan gerinda tangan dengan tujuan membersihkan kotoran berupa debu, minyak, karat dan lainnya, sedangkan penambahan alkohol pada saat sebelum spesimen dimasukkan kedalam larutan bertujuan untuk menghilangkan pengotor seperti minyak dan lemak setelah proses penggerindaan. Penggunaan kawat tembaga sebagai penghantar listrik yang baik juga mempermudah pada saat pengukuran potensial, Serta penambahan kutek untuk mencegah terjadinya korosi galvanik antara tembaga dan spesimen. Dalam metode ini yang harus diperhatikan adalah potensial pada deret volta. Apabila kita ingin memproteksi plat Fe berarti menggunakan logam yang berada dibagian kiri Fe pada deret volta, sehingga didapatkan logam Zn sebagai anoda korban. Secara teoritis Zn lebih reaktif dibandingkan Fe, sehingga yang terkorosi atau terdegradasi terlebih dulu adalah Zn, setelah Zn habis baru akan menyerang Fe. Pada praktikum kali ini menggunakan NaCl. Pada spesimen mekanismenya ada yang tercelup dan tidak tercelup sebagai tolak ukur/membandingkan korosi atau tidak mengalami korosi. Dari hasil pengamatan didapat Fe yang tercelup terproteksi dari korosi sedangkan yang tidak tercelup mengalami korosi. Pengamatan secara visual dapat dibandingkan antara yang tercelup dan tidak tercelup, yang tercelup Fe bersih tidak berwarna coklat, sedangkan yang tidak tercelup Fe berwarna kecoklatan yang artinya terkorosi. Berat awal Zn didapatkan 0,037 gram, didapatkan hasil akhir Zn tidak tersisa. Disimpulkan bahwa Zn terdegradasi. Fe atau spesimen mengalami degradasi dapat dilihat dari hasil perhitungan berat, berat awal didapat 620 gram setelah percobaan didapat berat akhir 615 gram, degradasi Fe ini terjadi akibat anoda korban yang sudah habis. Laju korosi pada spesimen yang tidak tercelup lebih tinggi yaitu 132,85 MPY.
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
81
BAB V PENGENDALIAN KOROSI DENGAN METODE ANODA KORBAN (SACRIFICIAL ANODE)
Kelompok 18
5.7. Kesimpulan dan Saran 5.7.1.
Kesimpulan
1. Bagian yang tidak tercelup mengalami korosi karena tidak terproteksi oleh Zn 2. Zn terkorosi terlebih dahulu dibandingkan Fe 3. Berat Zn mula-mula 0,37 gram, berat akhir tidak tersisa 4. Laju korosi yang didapat untuk spesimen yang tidak tercelup = 132,85 MPY
5.7.2.
Saran
1. Sebaiknya, sebelum praktikum praktikan terlebih dahulu diberikan penjelesan mengenai mekanisme dan penggunaan alat ukur
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2016/2017
82