BAB METODE PENELITIAN
3.1
Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data merupakan usaha yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh data yang diperlukan untuk dianalisis, ditarik kesimpulan dan disajikan sebagai sebuah hasil penelitian. Metode pengambilan data terdiri dari pengumpulan data primer yang didapat langsung melalui survei langsung di lapangan, dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari data-data referensi dan data statistik yang terkait dengan kebencanaan di Kabupaten Lumajang. 3.1.1 Survey Primer Survei primer dilakukan untuk memperoleh data-data di lapanngan terkait permasalahan penelitian, sehingga memerluka data-data yang akurat. Data yang di ambil adalah data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Teknik survei primer yang digunakan adalah observasi atau survei lapangan. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati objek yang diteliti secara langsung di lapangan. Pengamatan langsung dilakukan terhadap kondisi fisik kawasan yaitu tutupan dan penggunaan lahan dan kepadatan permukiman di Kabupaten Lumajang. 3.1.2 Survey Sekunder Survei sekunder dilakukan dengan pengumpulan data sekunder berupa studi literatur maupun survei pada instansi. a.
Studi literatur Studi literatur merupakan kegiatan mencari teori dan bahasan yang sesuai dengan tema penelitian dan dijadikan dasar dalam analisis hingga menghasilkan output yang diinginkan. Studi ini dilakukan melalui kajian kepustakaan dari buku-buku, maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan mitigasi terhadap bencana banjir. Hasil dari kajian studi literatur digunakan untuk menunjang proses identifikasi dan analisis untuk kemudian dilakukan mitigasi bencana banjir di Kabupaten Lumajang.
b. Survei Instansi
Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 17
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
Survei Instansi dilakukan untuk memperoleh data sekunder dari intansi-ntansi terkait dengan tema penelitian. Instansi yang diperlukan untuk tujuan perolehan data adalah Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang, serta Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lumajang. Beberapa data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
3.2
No. 1.
Instansi BAPPEDA
2.
Badan Pusat Statistik
3.
Dinas PU
Tabel 3. 1 Data yang dibutuhkan Data yang dibutuhkan a. RTRW Kabupaten Lumajang b. Peta dan data kemiringan lahan Kabupaten Lumjang c. Peta dan data jenis tanah Kabupaten Lumjang d. Peta dan data geologi Kabupaten Lumjang e. Peta Rawan Bencana Kabupaten Lumjang f. Rencana Strategis Penanggulangan Bencana a. Kabupaten Lumajang dalam angka ( time series) b. Kecamatan Dalam Angka ( time series ) a. Tingkat kepadatan permukiman
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis
deskriptif dan analisis evaluatif. Metode analisis data dilakukan sesuai dengan tujuan dari penelitian. 3.2.1 Analisis 3.2.1 Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan Data yang digunakan dalam mengukur tingkat kemampuan lahan berupa data tentang tanah, tanah, sifat-sifat tanah dan faktor pembatas/penghambat pembatas/penghambat yang ditentukan ditentukan seperti topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung suatu hamparan lahan. Berikut merupakan faktor-faktor pembatas berdasarkan intensitasnya dalam mengkur tingkat kemampuan lahan: 1. Tekstur tanah: tanah: t 1 = halus, liat, liat berdebu t 2 = agak halus, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir t 3 = sedang, debu, lempung berdenu, lempung t 4 = agak kasar, lempung berpasir t 5 = kasar, pasri berlempung, pasir. 2. Kedalaman efektif: Kedalaman efektif dilihat sampai kerikil, padas, plinthie (k). k 0 = dalam > 90 cm Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 18
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
k 1 = sedang 90-50 cm k 2 = dangkal 50-25 cm k 3 = sangat dangkal < 25 cm 3. Drainase tanah (d) d0 = baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak. d1 = agak baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercakbercak berwarna kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah. d2 = agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat. Terdapat bercak-bercak pada saluran bagian lapisan bawah. d3 = buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, kekuningan. d4 = sangat buruk, seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat dan kekuningan. 4. Erosi (e) Kerusakan oleh erosi, dikelompokkan menjadi: e0 = tidak ada erosi e1 = ringan < 25% lapisan atas hilang e2 = sedang 25-75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang e3 = berat > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang e4 = sangat berat sampai lebih dari 25% lapisan bawah hilang Kategori kelas kemampuan lahan dapat dibagi ke dalam kategori subkelas yang didasarkan pada jenis faktor penghambat atau ancaman dalam penggunaannya. Kategori subkelas hanya berlaku untuk kelas II sampai dengan kelas VIII karena lahan kelas I tidak mempunyai faktor penghambat. Kelas kemampuan lahan seperti yang tertulis pada Tabel 3.4 (kelas II sampai dengan kelas VIII) VIII) dapat dirinci ke dalam dalam subkelas berdasarkan empat faktor penghambat, yaitu: 1. Kemiringan lereng (t) 2. Penghambat terhadap perakaran tanaman (s) Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 19
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
3. Tingkat erosi/bahaya erosi (e) 4. Genangan air (w) Tabel 3. 2 Klasifikasi Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit Pengelolaan Kelas Kemampuan Lahan Faktor Penghambat/Pembatas I II III IV V VI VII VIII 1. Tekstur tanah (t) a. lapisan atas (40 cm) t 2/t 3 t 1/t 4 t 1/t 4 ( * ) (*) (*) (*) t 5 b. lapisan bawah t 2/t 3 t 1/t 4 t 1/t 4 ( * ) (*) (*) (*) t 5 2. Drainase d0/d1 d2 d3 d4 (**) (*) (*) (*) 3. Kedalaman efektif k O k O k 1 k 2 (*) k 3 (*) (*) 4. Keadaan erosi eO e1 e1 e2 (*) e3 e4 (*)
Sumber: Permen LH No. 17 Tahun 2009 Catatan: (*) : dapat mempunyai sebaran sifat faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah (**) : permukaan tanah selalu tergenang air 3.2.2 Analisis 3.2.2 Analisis Tingkat Ancaman Analisa ancaman bencana di Kabupaten Lumajang menggunakan parameter dari Pedoman Pengkajian Risiko Bencana Nomor 2 Tahun 2012 yang terbagi menjadi kelas rendah, sedang, dan tinggi sebagai zona ancaman bencana. Komponen dan indikator untuk menghitung ancaman bencana dapat dilihat pada Tabel 3.5. Analisa
Bencana Tanah Longor Gempa Bumi
Identifikasi Jenis Ancaman (hazard )
Gunung Berapi Banjir
Abrasi
Tabel 3. 3 Analisa Ancaman Bencana Kelas Parameter Rendah Sedang Zona gerakan Zona gerakan Gerakan tanah sangat tanah menengah tanah rendah Rendah Sedang Zona (pga value (pga ancaman < 0.2501) value 0,2501-0,70 Kawasan III II Rawan Bencana Kedalaman <0,48 m 0,48-0,72 m Tinggi < 1m 1-2.5 m gelombang Arus < 0.2 0.2 – 0.4 Tutpan > 80 % 40-80 % lahan Bentuk Berteluk Lurus-berteluk garis pantai
Tinggi Zona gerakan tanah tinggi Tinggi (pga value > 0,70) I
>0,96 m > 2.5 m > 0.4 < 40 % Lurus
Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 20
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
Kelas Rendah Sedang Curah hujan Curah hujan antara 70-80% antara 50-70% dari kondisi dari kondisi normal (curah normal (curah Zona Kekeringan hujan di bawah hujan di bawah ancaman normal); normal); ketersediaan air ketersediaan air >30 sampai <60 >10 sampai <30 Liter/orang/hari Liter/orang/hari Sumber : Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Analisa
Bencana
Parameter
Tinggi Curah hujan <50% dari kondisi normal (curah hujan di bawah normal); ketersediaan air >30 Liter/orang/hari
3.2.3 Analisis 3.2.3 Analisis Tingkat Kerentanan Analisis kerentanan dibagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, dan fisik. Berikut merupakan parameter kerentanan bencana di Kabupaten Lumajang dapat dilihat pada tabel Tabel 3.6. Tabel 3. 4 Parameter Kerentanan Parameter Satuan Kerentanan Sosial Kepadatan penduduk Jiwa/km2 Laju pertumbuhan penduduk Jiwa Kerentanan Ekonomi Penduduk miskin jiwa Kerentanan Fisik Lahan terbangun % Kepadatan bangunan Unit/ha Sumber: Perka BNPB Nomor 02 Tahun 2012, Miladan (2009)
Pada analisis kerentanan tidak menggunakan klasifikasi berdasarkan standar maupun tinjauan teori sebab tingkatan yang dihasilkan tidak tersebar dengan baik, serta terdapat beberapa indikator tidak memiliki standart tingkat kerentanan dan kapasitas, oleh karena itu dilakukan perhitungan klasifikasi disesuaikan dengan indikator yang digunakan dalam penelitian serta kondisi wilayah studi menggunakan cara: 1.
Menentukan jangkauan data : nilai tertinggi-nilai terendah.
2.
Menentukan jumlah kelas pada analisis risiko bencana yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Menentukan panjang kelas (i nterval) menggunakan persamaan = jangkauan data dibagi dengan banyak kelas.
3.2.4 Analisis 3.2.4 Analisis Tingkat Kapasitas Analisis kapasitas dihitung berdasarkan sub variabel SD Manusia, SD Fisik, SDA, SD Ekonomi, SD Sosial dan da parameter tiap sub variabel di Kabupaten Lumajang dapat dilihat pada tabel Tabel 3.7. Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 21
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
Tabel 3. 5 Parameter Kapasitas Variabel
Subvariabel
Parameter Pengetahuan terhadap tanda-tanda banjir dan longsor SD Manusia Pengetahuan terhadap bahaya banjir dan longsor Kondisi jalan dan jembatan SD Fisik Ketersediaan infrastruktur kebencanaan SD Alam Kualitas air bersih Kapasitas SD Ekonomi Persentase kepemilikan tabungan Persentase keinginan mengikuti tabungan kebencanaan Hubungan antar tetangga SD Sosial Pengetahuan fungsi lembaga sosial sosi al kemasyarakatan Kepercayaan terhadap tokoh masyarakat 3.2.5 Analisis 3.2.5 Analisis Risiko Bencana Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Berdasarkan Affeltranger, et.al (2006), terdapat hubungan antara ancaman bahaya, kerentanan dan kapasitas yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut: Risiko Risiko Benca Bencana na =
Ancaman x Kerentanan Kapasitas
3.2.6 Teknik GIS untuk Analisa Risiko Bencana Sistem Informasi Geografis (GIS) adalah sebuah sistem yang dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang informasi dari sebuah tempat. Hasil akhir SIG dapat juga disebut smart maps. Smart map dapat membantu peneliti, baik dalam menganalisa ataupun mengambil keputusan terhadap suatu daerah yang terkena ancaman bencana. GIS pada dasarnya dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa obyek serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang penting untuk di analisa. Secara garis besar data dalam GIS dibagi menjadi dua bagian, yaitu data spasial yang bereferensikan data geografis (koordinat) dan data atribut yang menjelaskan atau sebagai identitas dari data spasial. Proses sistem GIS dapat dilihat pada Gambar 3.1
Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 22
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
Gambar 3. 1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis Superimpose sejenis dengan overlay peta peta yang dilakukan pada dua atau lebih peta dalam sistem database spasial. Model analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik suatu obyek dengan banyak variabel (Gambar 3.2)
Gambar 3. 2 Superimpose Peta Sebagai contoh kita ingin membangun peta resiko bencana berdasarkan peta ancaman bencana dan peta kerentanan wilayah, maka kita dapat melakukan proses pertampalan dari peta-peta tematik tersebut. Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisa risiko bencana dapat dilakukan Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 23
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis SIG. SIG dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan dan peta risiko bencana. 1.
Peta Ancaman/Bahaya adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta bahaya longsor, Peta bahaya banjir, Peta bahaya kekeringan, Peta bahaya gempa bumi dan Peta bahaya abrasi
2.
Peta Kerentanan adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan sosial, peta kerentanan fisik, peta kerentanan ekonomi
3.
Peta Risiko Bencana adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman dan kerentanan yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa, peta risiko bencana abrasi, peta risiko bencana gunung meletus dan peta risiko bencana kekeringan Dalam metode analisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta
risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing analisis risiko 1.
Analisis ancaman gempa, contohnya: sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, jenis batuan, geomorfologi wilayah, dll
2.
Analisis ancaman banjir, contohnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
3.
Parameter ancaman longsor, contohnya : sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
4.
Parameter kerentanan, contohnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, persentase penduduk miskin, jumlah penduduk tidak tamat SD, penggunaan lahan sawah kebun dan semak belukar, penduduk dengan mata pencaharian di sektor pertanian,dll Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 24
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang
3.2.7 Mitigasi Bencana Banjir Mitigasi bencana banjir merupakan output dari penilitian yang diberikan sebagai solusi untuk mengurangi dampak dan risiko terhadap bencana banjir di Kabupaten Lumajang baik secara fisik maupun non fisik. Arahan mitigasi ini diperoleh berdasarkan hasil overlay atau penggabungan dari hasil analisis kemampuan dan kesesuaian lahan dan analisis risiko bencana menggunakan aplikasi ArcGIS 9.3.
Kajian Identifikasi dan Penanganan Wilayah Potensi Banjir Kabupaten Lumajang | 25