BAB KARAKTERISTIK BEBAN
2
2.1. 2.1. Tipe Tipe dan Kera Kerapat patan an Beban Beban Secara umum tipe beban dapat dibagi kedalam beberapa kategori : a. Beban Beban perum perumaha ahan n : Ini terdir terdirii dari dari penerang penerangan, an, kipas kipas angin, angin, alatalatalat rumah tangga misalnya pemanas, lemari es, alat pendingin udara (air conditioner), alat pengaduk, alat pemanggang, kompor listri listrik k dan motormotor-mo motor tor kecil kecil untuk untuk pompa, pompa, alat-a alat-ala latt kecil kecil untuk untuk rumah rumah tangga tangga yang yang lain. lain. Bermac Bermacam am-ma -macam cam faktor faktornya nya adala adalah: h: faktor kebutuhan 70 - 100 % (demand factor), faktor diversitas 1,2 – 1,3 dan faktor faktor beban 10 10 – 15 %. b. Beban Beban komersial komersial:: Ini terutama terutama terdir terdirii atas penera penerangan ngan untuk untuk tokotokotoko dan reklame dan sebagainya, kipas angin, air conditioner, pemanas dan alat-alat listrik lainnya yang dipakai pada bangunan perd perdag agan anga gan, n,
sepe sepert rtii
toko toko-t -tok oko, o,
rest restor oran an,,
pasa pasarr-pa pasa sar, r,
dan dan
sebag sebagain ainya ya.. Faktor Faktor kebutu kebutuhan han biasa biasanya nya sebesa sebesarr 90 – 100 %, faktor diversitas adalah 1,1 – 1,2 dan faktor beban sebesar 25 – 30 %. c. Beban Beban industri industri : Beban Beban ini ini mungkin mungkin mempu mempunyai nyai tingka tingkatt daya tipika tipikall seperti berikut :
Karakteristik
Beban
Industri rumah tangga
5 kW
Industri skala kecil
5-25 kW
Industri dengan skala menengah
25-100 kW
Industri besar
100-500 kW
Industri berat
diatas 500 kW
Kedua Kedua jenis jenis beban beban terakh terakhhir hir membut membutuhk uhkan an daya daya pada pada period periode e yang yang lebi lebih h lama lama dan dan teta tetap p sama sama dala dalam m seha sehari ri.. Untu Untuk k beba beban n industri skala besar, faktor kebutuhan sekitar 70-80 % dan faktor beban beban 60—65 60—65 % dan dan untuk untuk indust industri ri berat berat faktor faktor kebut kebutuha uhanny nnya a antara 85-90 % dengan faktor beban 70-80 %. d. Beban Beban kota kota : Beban Beban ini adalah adalah untuk untuk pener peneranga angan n jalan jalan dan dan selalu selalu tetap sepanjang malam. Untuk ini faktor kebutuhan sebesar 100 % seda sedang ngka kan n fakt faktor or dive divers rsit itas as dapa dapatt dika dikata taka kan n 1. Lam Lampu jala jalan n terutama dibutuhkan diwaktu malam tetapi ada beban kecil untuk lampu lampu lalu lalu lintas lintas (traff (traffic ic light light). ). Faktor Faktor beban beban untuk untuk lampu lampu jalan jalan biasanya dipakai 25-30 %. Jenis lain beban kota adalah untuk penyediaan air minum dan pengairan. e. Beba Beban n perta pertani nian an :
Beba Beban n ini dibut dibutuh uhka kan n untuk untuk peny penyed edia iaan an air
irigas irigasii dengan dengan menggu menggunak nakan an pompa pompa air yang yang digera digerakka kkan n oleh oleh motor motor listri listrik. k. Faktor Faktor beban beban biasa biasany nya a ditent ditentuka ukan n 20-25 20-25 %, fakto faktor r diversitas 1-1,5 dan faktor kebutuhan 90-100%. f. Beban-beban dise isebutka utkan n
yang
diatas atas,,
lain
:
masih sih
Diluar ada ada
beban-beban
bebanban-b beban eban
yang
lai lain
telah
misal isalny nya a
penyediaan yang besar, industri khusus seperti kertas, tekstil, dan sebagainya, dan alat-alat tarik dan beban dari pemerintah yang mempunyai mempunyai karakteristiknya karakteristiknya sendiri.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
23
Karakteristik
Beban
Kerapatan beban pada masing-masing tipe beban berbeda-beda, tergantung pada luas wilayah, jumlah konsumen, kepadatan konsumen dan kesejahteraan masyarakat. Kerapatan beban daerah industri lebih tinggi daripada kerapatan beban daerah perumahan.
2.2. Klasifikasi Beban Klasifikasi beban tanpa membaginya secara spesifik dapat berarti ganda. Beban biasanya diklasifkasikan untuk berbagai penggunaan walaupun
kategori
yang
digunakan
untuk
industri
tak
dapat
dipergunakan secara luas. Beban dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan lingkungan atau letak geografis, tipe kegiatan pemakai, penggunaan beban, pengaruh dari beban lain dalam sistem, keadaan khusus, dan pemeliharaan. Tabel 2.1. Klasifikasi Beban No. 1.
Cara Klasifikasi Keadaan Lingkungan dan letak geografis
2.
Tipe Konsumen
3.
Penggunaan Energi Listrik
4.
Pengaruh dari beban lain dan Perencanaan Sistem dan Operasi Perencanaan layanan energi listrik
5.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
24
Beban a)Pusat Kota b)Kota c)Kota Satelit d)Pedesaan a)Perumahan b)Komersial c)Industri a)Kritis b)Emergensi c)Normal a)Transient b)Steady-State a)Rumah b)Penerangan Komersial
Karakteristik
6.
Beban
c)Komersial d)Industri a)Otomatisasi dan kondisi kritis dengan berbagai halangan yang mempengaruhi biaya b)Beban-beban dengan tegangan sensitif
Keadaan Khusus
Klasifikasi dapat diterapkan dalam satu atau lebih keadaan dan beban dapat diaplikasikan dari satu kategori ke kategori lainnya. Klasifikasi dapat diterapkan dalam pelayanan listrik tunggal atau gabungan dengan tipe area pelayanan. Bermacam-macam variasi dari beban dan perkembangan dapat dilihat pada tabel 2.1. Dari tabel sistem dapat dilihat basis dari klasifikasi tegangan secara spesifik juga kombinasi antara klasifikasi yang satu dengan yang lainnya.
2.3. Definisi Dan Pengertian Istilah Pada Karakteristik Beban Dalam masalah karakteristik beban ini, terdapat istilah-istilah yang sering digunakan dan penting untuk diketahui. Istilah-istilah tersebut yaitu: 1.
Daya Aktif Daya aktif atau daya nyata adalah daya yang diserap oleh komponen resistif dari suatu beban listrik yang biasa disimbolkan dengan P dalam satuan Watt (W). Persamaan untuk daya aktif: P = V I cos ϕ ……. Watt
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
25
(2.1)
Karakteristik
2.
Beban
Daya Semu Daya semu merupakan hasil perkalian dari nilai rms tegangan listrik dengan nilai rms arus listrik, yang dinyatakan dalam satuan volt-ampere dan disimbolkan dengan S. Persamaan untuk daya semu: S = V I …… volt-ampere
3.
(2.2)
Daya Reaktif Daya reaktif merupakan nilai maksimum dari daya yang berubahubah mengalir menuju beban dan keluar dari beban yang dikarenakan oleh elemen reaktifnya (induktif atau kapasitif), yang dinyatakan
dalam
satuan
volt-ampere
reactive
(var )
dan
disimbolkan dengan Q. Persamaan untuk daya reaktif: Q = V I sin 4.
ϕ ……….. VAR
(2.3)
Faktor Daya Faktor daya merupakan nilai kosinus dari sudut fasa antara tegangan dan arus listrik. Suatu rangkaian induktif dikatakan mempunyai faktor daya tertinggal (lagging power factor ) dan rangkaian kapasitif dikatakan mempunyai faktor daya yang mendahului (leading power factor ), sedang rangkaian resistif mempunyai faktor daya unity ( unity power factor ).
5.
Demand
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
26
Karakteristik
Beban
Demand atau kebutuhan dari sebuah instalasi atau sistem adalah beban pada terminal yang dirata-rata dalam sebuah interval waktu tertentu. 6.
Demand Factor Demand factor atau faktor kebutuhan merupakan perbandingan antara kebutuhan maksimum sebuah sistem terhadap total beban yang terhubung pada sistem. Kebutuhan maksimum DF = Total kebutuhan terhubung Faktor kebutuhan ini dapat dianggap sebagai bagian dari suatu sistem dan nilainya selalu kurang dari 1,0. Dan ini juga merupakan indikator dari operasi simultan dari total beban yang terhubung.
7. Utilization Factor Utilization factor atau faktor penggunaan merupakan perbandingan antara kebutuhan maksimum sebuah sistem terhadap kapasitas yang ditetapkan dari sistem tersebut. Kebutuhan maksimum Fu = Kapasitas sistem yang ditetapkan
8.
Load Factor Load factor atau faktor beban merupakan perbandingan beban rata-rata dalam periode waktu yang ditetapkan terhadap beban puncak yang terjadi selama periode tersebut.
Beban rata-rata
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
27
Karakteristik
Beban
FLD = Beban puncak atau
Beban rata-rata x T FLD = Beban puncak x T Unit yang dilayani = Beban puncak x T Dengan T merupakan waktu dalam hari, minggu, bulan, atau tahun. Makin besar waktu T maka makin kecil faktor resultan. Hal ini disebabkan karena untuk kebutuhan maksimum yang sama, konsumsi energi yang meliputi sebuah periode waktu yang lebih besar akan menghasilkan sebuah beban rata-rata yang lebih kecil. Saat T dipilih dalam hari, minggu, bulan, atau tahun, maka digunakan 24, 168, 730, atau 8760 jam, secara berurutan. Dan faktor beban ini akan lebih kecil atau sama dengan 1,0. Sebagai contoh, faktor beban tahunan adalah: Energi tahunan total Faktor beban tahunan = Beban puncak tahunan x 8760 9.
Diversity Factor Diversity factor atau faktor keragaman merupakan perbandingan jumlah permintaan maksimum individu dari sub-divisi yang beragam dari sebuah sistem terhadap kebutuhan maksimum dari sistem keseluruhan. Jumlah kebutuhan maksimum individu
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
28
Karakteristik
Beban
FD = Total kebutuhan maksimum D1 + D2 + D3 + ……… + Dn
(2.4)
FD = Dg n
FD
∑ Di =
(2.5)
i =1
Dg
Dengan D1 = kebutuhan maksimum beban I tanpa memperhatikan waktu kejadian Dg = D1+2+3+…..+n = total kebutuhan maksimum kelompok dari n beban. Faktor keragaman ini bisa sama atau lebih dari 1,0. Kebutuhan Maksimum = Total kebutuhan terhubung x DF Sehingga didapatkan n
FD =
∑ TCDixDFi
(2.6)
i =1
Dg
dengan TCDi = total kebutuhan terhubung dari kelompok, atau kelas, beban i DF i = faktor kebutuhan dari kelompok, atau kelas, beban i
10. Loss Factor Loss factor atau faktor rugi-rugi merupakan perbandingan antara rugi-rugi daya rata-rata terhadap daya beban puncak selama periode waktu tertentu. Persamaan faktor rugi-rugi adalah sebagai berikut:
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
29
Karakteristik
Beban
Rugi-rugi daya rata-rata FLS = Rugi-rugi pada beban puncak
2.4. Kesetimbangan Beban Dan Tegangan 2.4.1. Beban Setimbang Beban setimbang yang terdiri dari banyak fasa adalah beban yang memiliki arus arus yang simetris ketika dihubungkan dengan tegangan simetris. Untuk keperluan analisa beban diasumsikan sebagai beban seimbang. Metode analisa yang digunakan metode komponen simetris. Jaringan tiga fase dengan 3 kawat (tanpa netral, jika seimbang), dapat dianalisa dengan salah satu fasa jika ketiga impedansinya sama dan tegangan antara saluran dan netral sama besar untuk ketiga fasanya, sehingga jika telah ditemukan besaran salah satu fasanya maka fasa yang lain akan diperoleh hanya dengan menggeser sudut fasanya 120 o
2.4.2. Tegangan Seimbang Pada kondisi normal, umumnya pembangkitan tegangan dari sistem banyak fasa adalah simetris atau seimbang. Bila beban seimbang maka arus mengalir akan seimbang. Tetapi jika tegangan tak simetris maka arus menjadi tidak simetri atau rangkaian menjadi tidak simetris.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
30
Karakteristik
Beban
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk tegangan sistem tak seimbang : 1. Menghitung Ketidakstabilan tegangan 2. Menghitung faktor tegangan tak seimbang.
Metode ketidaksetimbangan tegangan ini
dirancang
untuk
tegangan tak seimbang pada sistem 3 fasa, yaitu:
deviasi maksimum dari rata rata tegangan fasa dasar
Tegangan tidak seimbang = Rata-rata tegangan fasa
Akan tetapi ada pengaruh ketidaksimetrisan tegangan di sistem motor
fasa banyak.
Para engineers operasi mengharapkan
dapat mengatasi ketakseimbangan tegangan dalam hubungan tidak simetris. Faktor ketaksimetrisan/ ketidakseimbangan sistem didefinisikan sebagai rasio tegangan urutan negatif terhadap tegangan urutan positif dan diberikan pada persamaan sebagai berikut : Faktor tegangan tak seimbang =
V 2 V 1
(2.7)
dengan : V 2 adalah urutan negatif tegangan V 1 adalah urutan positif tegangan
Ketidaksetimbangan tegangan V 2/V1 pada 3 kawat di sistem 3 fasa pada tegangan urutan nol sama dengan nol. Seperti terlihat pada persamaan berikut :
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
31
Karakteristik
a V 2
+
b
2
6 a 2 + b2
=
V 1
2
Beban
+
+
c
2
c2
6
−
+
2 2
s ( s − a)( s − b)( s − c) 3
s ( s − a)( s − b)( s − c) 3
(2.8)
Dimana a,b,c adalah nilai absolut, berturut-turut dan tegangan rms kawat ke kawat dan :
S =
a +b+c
(2.9)
2
Bila tegangan kawat ke kawat dinyatakan dalam per-unit, tegangan kawat ke kawat menjadi sangat besar yaitu :
1 + x 2 V 2 V 1
+
y 2
6
=
1 + x 2
+
6
y 2
−
+
(1 + x + y )( x + y − 1)(1 + y − x)(1 + x − y ) 12 (1 + x + y )( x + y − 1)(1 + y − x)(1 + x − y ) 12
(2.10) Dengan x=b/a dan y=c/a.
Gambar
2.1. Berikut dapat dipakai untuk menentukan faktor
ketakseimbangan tegangan.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
32
Karakteristik
Beban
Gambar 2.1 Diagram untuk menentukan rasio V2/V1
Ketidak setimbangan tegangan ke netral dari sistem 3 fasa, sistem 3 kawat biasanya disebabkan perbedaan tegangan kawat ke netral dalam perunit dan oleh tegangan normal ke netral sebagaimana dapat dilihat pada persamaan berikut : Tegangan
=
satu
( V 1 N
−
V 2 N ) /(
fase
V 1
2
−
2
), V 1 N
>
tak
V 2 N
seimbang
(2.11)
Dengan : V 1n dan V 2n = tegangan rms, berturut-turut dari kawat 1 dan 2. V 12 = tegangan normal rms dari kawat ke kawat.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
33
Karakteristik
Beban
Berbagai kasus atau keadaan dimana hanya ada jarak relatif dari urutan tegangan dapat pula dihitung dengan menggunakan gambar 2.2. berikut.
Gambar 2.2 Diagram untuk menentukan Nilai absolut Rasio V 2/V1 2.5. Distribusi Beban Sistem distribusi beban dapat berupa kelompok dari bebanbeban dimana dapat terkosentrasi (terpusat) pada satu titik atau terdistribusi secara khusus ke bagian-bagian sistem. Beban yang terpusat akan lebih mudah dipelajari dan biasanya dipakai pada saluran transmisi dan subtransmisi. Beberapa beban biasanya menarik untuk dipelajari dalam study transient dengan menghilangkan dip tegangan dari arus asutan (starting ) motor, bagaimanapun juga beberapa beban bersifat steady-
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
34
Karakteristik
Beban
state. Bila beban tersendiri (individual) dibenarkan adanya perubahanperubahan. Sekelompok beban dapat didistribusikan melebihi bagian dari yang lain dengan pertimbangan pusat beban berada pada titik-titik khusus
di
dalam
sistem.
Beban
yang
tidak
terpusat
dapat
didistribusikan secara seragam (uniform) atau tak seragam (nonuniform) disepanjang penyulang atau melampaui areanya. Selama beban tak sepenuhnya terdistribusi secara seragam, secara
umum
study
dilakukan
secara
khusus.
Pemecahan
dimungkinkan selama kualitas beban sebaik yang diharapkan dapat ditunjukkan sebagai fungsi di sepanjang penyulang, dengan asumsi keseragaman distribusi beban dapat dihitung dengan studi ekonomis. Distribusi beban tidak dapat secara tepat diketahui dan mungkin baik untuk dipelajari karena distribusi beban secara terus menerus akan berubah.
Bagaimanapun
rangkaian
beban
tak
seragam
terdistribusi dapat dianalisa dengan asumsi dari semua transformator distribusi sesuai dengan rating transformator di name plate. Dengan tempat dan rating dari semua transformator distribusi dan total penyulang diketahui rasio transformator distribusi dapat ditentukan. Dengan asumsi semua transformator ditentukan dan semua beban mempunyai faktor daya yang sama, beban dapat ditentukan di semua titik dan analisa secara lengkap dapat dilakukan. Dua metode dapat digunakan untuk menghitung kerapatan beban yaitu cakupan linear ( linear coverage) dan cakupan area (area coverage).
Kerapatan
beban
memiliki
cakupan
linear
dapat
dinyatakan dalam kVA/ribuan feet atau dengan satuan yang lainnya.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
35
Karakteristik
Beban
Cakupan linear biasanya digunakan untuk analisa sekunder walaupun persamaannya terpakai pada penyulang primer. Cakupan area biasanya dibatasi berdasarkan luas divisi sebagai area pelayanan substation dan dinyatakan dalam MVA/mil 2 . Konversi dari cakupan linear ke cakupan area mungkin dapat dilakukan hanya saja dibutuhkan suatu pola pada sistem penyulang dengan luas seluruh area.
2.6. Metode Perkiraan Beban Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam membuat rencana operasi sistem tenaga listrik adalah perkiraan beban yang akan dialami oleh sistem tenaga listrik ybs. Tidak ada rumus eksak untuk ini karena besarnya beban ditentukan oleh para pemakai (konsumen ) tenaga listrik yang secara bebas dapat menentukan pemakaiannya. Namun karena pada umumnya kebutuhan tenaga listrik seorang konsumen sifatnya periodik maka grafik pemakaian tenaga listrik atau lazimnya disebut sebagai grafik beban dari sistem tenaga listrik juga mempunyai sifat periodik. Oleh karenanya statistik beban dari masa lalu berserta analisanya sangat diperlukan untuk memperkirakan beban dimasa yang akan datang yang pada umumnya dilakukan dengan cara mengekstrapolir grafik beban di masa lampau ke masa yang akan datang. Setelah dilakukan
ekstrapolasi
kemudian
ditambahkan
koreksi-koreksi
terhadap hal-hal khusus, baik untuk perkiraan jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Grafik beban secara perlahan-lahan berubah bentuknya baik kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan ini antara lain disebabkan oleh :
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
36
Karakteristik
Beban
a.
Bertambahnya jumlah konsumen tenaga listrik.
b.
Bertambahnya konsumsi tenaga listrik dari konsumen lama, misalnya karena ia membeli peralatan listrik tambahan.
c.
Suhu udara, kalau suhu udara tinggi maka pemakaian alat-alat penyejuk udara bertambah dan ini menambah pemakaian tenaga listrik.
d. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat. e.
Kegiatan sosial dalam masyarakat. Sebagai contoh adanya pertandingan olahraga seperti bulu tangkis atau tinju yang disiarkan oleh TVRI ternyata menimbulkan kenaikan beban.
Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa tidaklah mungkin ditemukan rumus yang eksak untuk menentukan besarnya beban. Tetapi beban dapat diperkirakan besarnya berdasarkan pengalamanpengalaman dan pengamatan-pengamatan dimasa lalu kemudian diadakan perkiraan untuk masa yang akan datang. Beberapa metode yang dipakai untuk memperkirakan beban adalah : 1.
Metode Least Square. Beban di masa-masa yang silam dicatat dan kemudian ditarik garis ekstrapolasi sedemikian higga d1 2+d22+d32+ --------adalah minimum. Metode ini dapat dipakai untuk memperkirakan beban puncak yang akan terjadi di sistem tenaga listrik untuk beberapa tahun yang akan datang, lihat gambar 2.3.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
37
Karakteristik
Beban
Gambar 2.3 Agar hasil ekstrapolasi untuk masa yang akan datang dapat memberikan hasil yang lebih teliti, perkembangan beban yang terjadi di masa lampau perlu dianalisa sebab-sebabnya dan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membuat ekstrapolasi ke tahun-tahun yang akan datang.
2.
Metode Exponensial Metode ini dapat dipakai kalau sistem tenaga listrik yang dibahas masih jauh dari kejenuhan dan ada suatu target kenaikan penjualan yang digariskan, lihat gambar 2.4. tempat-tempat yang baru mengalami elektrifikasi.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
38
Hal ini terjadi di
Karakteristik
Beban
Gambar 2.4
Bo = Beban puncak pada saat sekarang. P = persentase kenaikan beban per tahun yang ditargetkan. t
3.
= jumlah tahun yang akan datang.
Metode Curve Fit Metode ini dapat dipakai apabila sudah terlihat ada kejenuhan pada sistem tenaga listrik yang dibahas. Kejenuhan bisa terjadi karena semua orang telah memakai tenaga listrik dan tidak ada pengembangan industri, lihat gambar 2.5.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
39
Karakteristik
Beban
Gambar 2.5
Bo = beban puncak pada saat sekatrang. t
= jumlah tahun yang akan datang.
a
= konstanta yang dicari secara coba-coba.
Dalam praktek kejenuhan dapat dilihat pada pusat-pusat beban (gardu induk dan gardu distribusi) yang sekitarnya penuh dengan perumahan tempat tinggal. Penambahan beban hanya terjadi kalau ada pemakai listrik ditempat tersebut yang menambah peralatan listriknya, misalnya apabila ada pemakai listrik yang memperbesar rumahnya (menambah tingkat rumahnya) sehingga memerlukan tambahan peralatan listrik.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
40
Karakteristik
Beban
4. Metode Koefisien Beban
Gambar 2.6 Metode ini dipakai untuk memperkirakan beban harian dari suatu sistem tenaga listrik. Beban untuk setiap jam diberi koefisien yang menggambarkan besarnya beban pada jam tersebut dalam perbandingannya terhadap beban puncak, misalnya k4 = 0,6 berarti bahwa beban pada jam 04,00 adalah sebesar 0,6 kali beban puncak yang terjadi pada jam 19.00 (k19 = 1), lihat gambar 2.6. Koefisien-koefisien ini berbeda untuk hari senen s/d minggu dan juga untuk hari libur bukan minggu. Beban puncak dapat diperkirakan dengan melihat beban puncak mingguan tahun-tahun yang lalu kemudian dengan menggunakan koefisen-koefisen tersebut diatas bisa diperkirakan grafik beban harian untuk suatu DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
41
Karakteristik
Beban
minggu yang akan datang. Koefisien-koefisien ini perlu dikoreksi secara terus menerus berdasarkan hasil pengamatan atas beban yang sesungguhnya terjadi. Setelah didapat perkiraan grafik beban harian dengan metode koefisien masih diperlukan koreksi-koreksi berdasarkan informasi-informasi terakhir mengenai perkiraan suhu dan kegiatan masyarakat. Jika setelah koreksi-koreksi ini ternyata masih ada penyimpangan dalam operasi real time, maka adalah tugas operator sistem (dispatcher) untuk mengatasi penyimpangan ini. Apabila telah didapat koefisien beban puncak mingguan selama satu tahun (52 minggu) maka metode ini dapat pula dikembangkan untuk perkiraan beban puncak mingguan tertinggi dalam
satu
tahun, dengan memperhatikan langgam beban puncak mingguan seperti pada gambar 2.6.
5. Metode Pendekatan Linier Dengan menggunakan persamaan linier : B = at + bo dimana B = beban pada saat t. a
= suatu konstanta yang harus ditentukan.
bo = beban pada saat t = to.
Konstanta a sesungguhnya tergantung pada waktu t dan besarnya bo. Cara ini hanya dapat dipakai untuk perkiraan beban beberapa puluh menit ke depan dan biasanya konstanta a juga tergantung kepada
ramalan
cuaca.
Metode
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
42
ini
biasa
dipakai
untuk
Karakteristik
Beban
memperkirakan beban puncak beberapa puluh menit sebelumnya, lihat gambar 2.7.
Gambar 2.7
6.
Metode Markov Metode ini dipakai untuk memperkirakan beban puncak sistem tenaga listrik dalam jangka panjang dengan memperhitungkan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam suatu negara secara makro. Selain malasah perkiraan beban dari suatu sistem tenaga listrik khususnya beban puncaknya seperti diuraikan diatas, masih pula perlu dilakukan perkiraan beban dari sub sistem, misalnya
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
43
Karakteristik
Beban
perkiraan beban dari setiap gardu induk. Hal ini diperlukan untuk membuat analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Prof. Ir. H. Hazairin Samaulah, M.Eng.,Ph.D.
44