PROPOSAL PENGARUH STIMULASI MOTORIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK PADA BALITA STUNTING USIA 24-36 BULAN DI POSYANDU MAWAR KELURAHAN NYAMPLUNGAN SURABAYA
Oleh :
SUHENI KHOTIMAH INDRIANI NIM. 1410099 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2018
Commented [ini dipis1]: ini dihapus saja
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengertian anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun (Muaris.H, 2006). Usia ini, semua keperluan anak seperti mandi, makan, makan, istirahat masih dibantu oleh orangtua dan anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus pada setiap kesempatan (Sulistyawati, Ari: 2014). Perkembangan anak sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik, anak yang sehat antara pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik akan sejalan seiring pertambahan umur anak (Nurbaeti, 2016). Kemampuan motorik merupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar (Nurbaeti, 2016). Departemen Kesehatan (2007) menjelaskan bahwa stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Tri Setyaningsih, dkk, 2012). Stimulasi adalah rangsangan untuk mengembangkan kemampuan motorik balita. Anak yang kekurangan akan stimulasi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya, akan mengalami gangguan tumbuh kembang, salah satunya adalah
terhadap
pertumbuhan
badannya.
Stunting
merupakan
gangguan
pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, yang dinyatakan dengan nilai z-skor tinggi badan menurut umur (TBU) berdasarkan standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) (Nurbaeti, 2016). Anak
Commented [ini dipis2]: dipindah diakhir kalimag saja
stunting mengalami kehilangan rasa ingin tahu terhadap lingkungan yang ada disekitarnya,
menyebabkan
kegagalan
pada
perkembangan
motorik.
Perkembangan motorik adalah suatu proses tumbuh kembang kembang pada anak yaitu kemampuan anak untuk gerak. Perkembangan motorik terdiri dari motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat (DesiAriyaM H, 2008). Motorik kasar adalah segala sesuatu yang melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak (Hari Yuliarto, 2010). Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Menurut hasil UNICEF-WHO (2012), terdapat 101 juta juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang. Jutaan anak masih termasuk dalam dalam kategori beresiko. Di Indonesia, Status gizi balita balita menurut indikator BB/U prevalensi berat-kurang (underweight) secara nasional pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Secara global, sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting (Palupi and Anggraini, 2017). Diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012, jika tren berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun 2025. Ancaman permasalahan gizi di dunia, ada 165 juta anak dibawah 5 tahun dalam kondisi pendek dan 90% lebih berada di Afrika dan Asia (Trihono et al., 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengenai prevalensi balita pendek di Indonesia adalah persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di Indonesia tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun 2010 terdapat 7,8 juta balita (35,6%). Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, ter- dapat 37.2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentase tersebut, 19.2% anak pendek dan 18.0% anak sangat pendek. pendek. Hasil wawancara wawancara tanggal 27 Januari 2018 dengan petugas gizi Puskesmas Perak Timur mengatakan bahwa untuk didaerah Perak Timur pada Posyandu Cempaka 1 kategori pendek pendek 318 dengan persentase 22,4%, diwilayah Perak Utara di Posyandu Rajawali
kategori pendek 145 dengan
persentase 16,61%, untuk wilayah Nyamplungan di Posyandu Mawar terdapat kategori pendek 71 dengan persentase persentase 15%, Krembangan Utara di Posyandu Kenanga 122 persentase 12,3% kategori pendek, Bongkaran di Posyandu Melati 94 dengan persentase 17,3% kategori pendek. Wilayah Nyamplungan balita berusia 24-36 bulan dengan kategori pendek sebanyak 24 balita dan wilayah Bongkaran balita usia 24-36 bulan dengan kategori pendek 34 balita. Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. lebih. Terdapat empat faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan anakanak di negara berkembang yaitu malnutrisi kronis berat, stimulasi dini yang tidak adekuat, defisiensi yodium dan anemia defisiensi besi (Febrina Suci Hati, 2016). Stunting
pada
anak
memiliki
beberapa
resiko
saat
pertumbuhan
dan
perkembangannya terganggu untuk dikemudian hari. Kesulitan belajar merupakan resiko dari stunting, karena otak kurang berkembang. Mudah lelah dan tidak
lincah dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Resiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi, resiko terkena penyakit kronis (diabetes, jantung, kanker, dan lain-lain). Ketika dewasa seorang wanita yang mengalami stunting akan beresiko besar mengalami komplikasi saat persalinan karena panggul lebih kecil dan bayi yang dilahirkan resiko memiliki berat badan lahir rendah. Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adanya pemberian stimulus motorik pada anak stunting. Selain mengalami gangguan pada tumbuh kembang, stunting menyebabkan gangguan pada perkembangan motorik. Dalam meningkatkan kemampuan motorik pada
Commented [ini dipis3]: ????
balita stunting diperlukan satuan acara pembelajaran untuk ibu, tentang stimulasi motorik pada balita stunting. Dengan stimulasi motorik, diharapkan ada
Commented [ini dipis4]: stimulasi motorik pada .... oleh sebsb itu pemeliti ingin .....
kemampuan motorik terhadap anak stunting. 1.2 Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan 1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menganalisis Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi stunting 2. Mengidentifikasi perkembangan motorik 3. Mengidentifikasi Stimulus Motorik
4. Menganalisis Pengaruh Stimulus Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan 1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Dengan diketahui, hasil penelitian ini ada Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita
Stunting Usia 24-36 Bulan di
Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya. 1.1.1
Praktis
1. Bagi orangtua balita stunting Sebagai
informasi yang berkaitan dalam stimulus motorik
terhadap kemampuan motorik 2. Bagi peneliti Peneliti
mendapatkan
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
melakukan penelitian serta dapat mengetahui pengaruh stimulus motorik terhadap kemampuan motorik 3. Bagi profesi Kesehatan Penelitian ini, sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang baik tentang Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 2436 Bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1
Konsep Balita Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia an ak di bawah lima tahun (Muaris, 2006: 4). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo, 2010: 1). 2.1.2
Karakteristik Balita
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana kemari, ikut-ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan takut dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali (Rusilanti, 2015: 91). Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam perkembangan emosi sehingga mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa.
Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi san gat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap makhluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapa pun dan apa pun yang dilakukan orang tuanya sehari-hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar baik terhadap pekerjaan, orang tua, dan dirinya sendiri (Rusilanti, 2015: 91). 2.2 2.2.1
Konsep Perkembangan Motorik Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya (Chamidah A. Nur, 2009). Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing - masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tinggkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan dapat di tinjau dari berbagai aspek yaitu : aspek fisik (perkembangan dapat berupa perkembangan motorik kasar dan motorik halus), aspek mental ( berupa kegiatan berpikir yang sederhana sampai kompleks), aspek emosional (berhubungan dengan perasaan seseorang seperti takut, malu,
kecewa), aspek sosial (merupakan kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain ). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya (Diana, 2007). 2.2.2
Perkembangan Motorik
Menurut Soetjiningsih, 2013 perkembangan motorik adalah pergerakan badan melalui aktivitas saraf pusat, saraf tepi dan otot. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar. Perkembangan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-otot kecil. Prinsip perkembangan motorik yaitu: 1
Perkembangan motorik tergantungan pada maturasi saraf dan otot
2
Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara matang
3
Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi
4
Pola perkembangan motorik dapat ditentukan
5
Kecepatan perkembangan motorik berbeda un tuk setiap individu
2.3
Konsep Dasar Stimulasi
2.3.1
Definisi Stimulasi
Stimulasi
adalah
perangsangan
(penglihatan,
bicara,
pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik (Kania, 2006). Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini. Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll (Kania, 2006). 2.3.2
Stimulasi Tumbuh Kembang
Stimulasi perkembangan anak adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi perkembangan anak dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan sekitarnya. Mengupayakan
anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu kegiatan untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, ekmampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Sulistyawati, Ari 2014:65) 2.3.3
Prinsip Dasar Stimulasi Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip
dasar yangharus d iperhatikan, antara lain (Sulistyawati, Ari 2014:65) : 1.
Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
2.
Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang ada di dekatnya.
3.
Berikan stimulasi sesuai kelompok usia an ak.
4.
Lakukan stimulus dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi secara menyenangkan tanpa adanya paksaan dan hu kuman.
5.
Lakukan stimulasi terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan usia anak.
6.
Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman, dan ada disekitar anak.
7.
Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8.
Anak selalu diberi pujian, b ila perlu hadiah atas ke berhasilannya.
2.3.4
Bentuk Stimulasi Berdasarkan Usia Anak Stimulasi pada bayi 0-3 bulan
1.
Kemampuan gerak kasar
a. Mengangkat kepala
Letakkan bayi pada posisi telungkup lalu gerakan sebuah mainan berwarna cerah atau buatlah suara-suara gembira didepan bayi sehingga ia akan belajar untuk selalu mengangkat kepala dan dadanya. b.
Berguling-guling Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia dapat melihat dan
tertarik dengan mainan tersebut. Kemudian pindahkan mainan ke sisi lain dengan perlahan. Awalnya, bayi perlu dibantu dengan cara menyilangkan paha bayi agar badan ikut bergerak miring sehingga memudahkan untuk berguling. Ketika ia berguling, senyumlah kepada bayi dan tunjukkan rasa kasih sayang kepadanya. Jaga agar ia tidak sampai jatuh dari tempat tidur. c.
Menahan kepala tetap tegak Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar untuk menahan
kepalanya tetap tegak. 2.
Kemampuan gerak halus
a.
Melihat, meraih, dan menendang mainan gantung Ikat sebuah tali menyilang di atas tempat tidur bayi. Gantungkan pada tali
tersebut atau mainan berputar dan berbunyi yang berwarna cerah. Bayi akan tertarik dan melihat, lalu menendang atau menggapai mainna tersebut. Pastikan bahwa benda tersebut tidak bisa dimasukkan ke dalam mulut bayi dan tali tidak akan terlepas dari ikatannya. b.
Memperhatikan benda bergerak Dekatkan wajah ibu, gambar atau mainan menarik lainnya ke wajah bayi
agar ia melihat dan memperhatikannya. Perlahan-lahan gerakkan wajah atau benda ke kanan atau ke kiri, sehingga bayi ikut memperhatikannya.
c.
Melihat benda-benda kecil Pangku bayi di dekat sebuah meja, kemudia jatuhkan sebuah mainan kecil
(misalnya, kacang) dari atas meja tepat di depan bayi. Selain itu, dapat juga dengan memutar-mutar benda di atas meja. Perhatikan apakah bayi melihat benda itu lalu memperhatikannya. Jaag agar jangan sampai benda itu tertelan bayi karena akan menyebabkan bayi tersedak. d.
Memegang benda Letakkan benda/mainan kecil yang berbunyi atau berwarna cerah di tangan
bayi atau sentuhkan pada punggung jari-jarinya. Amati cara ia memegang benda tersebut. Hal ini berhubungan dengan suatugerak refleks. Semakin bertambah usia bayi, ia akan semakin mampu memegang benda-benda kecil dengan ujung jarinya (menjimpit). Jaga agar jangan sampai benda tersebut melukai bayi atau tertelan. e.
Meraba dan merasakan bentuk permukaan Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti
mainan binatang, mainan plastik, kain perca, karet, dan sebagainya. Bayi mungkin akan memasukkan benda-benda itu ke dalam mulutnya, maka pastikan bahwa benda itu tidak terlalu kecil atau mudah sobek dan ditelan. Stimulasi pada bayi 3-6 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilakukan, antara lain: berguling-guling, menahan kepala tetap tegak a.
Menyangga berat
Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya ke posisi berdiri. Amati apakah kaki bayi berusaha untuk menahan berat badannya. jangan lepaskan semua beban ke kaki bayi, tapi lepaskan sebagian kecil saja sambil melihat sejauh mana kemampuan kaki menahan berat tubuhnya. b.
Mengembangkan kontrol terhadap kepala Stimulasi ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot leher bayi. Cara
melatihnya adalah angkat tubuh bayi dengan menarik kedua tangannya secara perlahan-lahan ke posisi setengah duduk. Amati apakah kepala bayi ikut terangkat. Jika tidak, berarti otot lehernya belum cukup kuat untuk mengontrol kepala, sehingga latihan ini belum siap untuk dilanjutkan. c.
Duduk Dudukkan bayi dikursi yang ada sandarannya dan sangga sisi kiri kanan
bayi dengan bantal. Amati apakah bayi sudah mampu untuk duduk tegak. Latihan ini dapat ditingkatkan dengan menundukkan bayi tanpa bantal sambil diberi mainan kecil agar d ipegangnya. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutan, antara lain: melihat,meraih dan menendang mainan gantung, memperlihatkan benda bergerak, melihat benda benda kecil, meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan. a.
Memegang benda dengan kuat taruhlah sebuah mainan yang berwanra cerah dan menarik perhatian bayi.
Setelah bayi menggenggam mainan tersebut, tariklah mainan itu dengan pelan pelan sambil mengamati apakah bayi akan menggenggam mainan itu dengan kuat.
b.
Memegang benda dengan kedua tangan Letakkan sebuah mainan ke salah satu tangan bayi. Amati apakah ia akan
memindahkan mainan itu ke tangan yang lain. Kemudian letakkan mainan di depan bayi, amati apakah bayi akan mengambil mainan tersebut dengan tangannya yang sering ia gunakan untuk mengambil benda tanpa menjatuhkan mainan pertama yang telah ia pegang sebelumnya. c.
Makan sendiri Usahakan agar bayi tertarik dengan biskuit yang kita berikan sampai ia
mampu untuk memasukkan ke dalam mulutnya tanpa dibantu d.
Mengambil benda-benda kecil Letakkan remahan makanan atau biskuit di depan bayi. Jika bayi telah
mampu untuk mengambil remahan tersebut, maka jauhkan benda-benda kecil yang tidak seharusnya ia jangkau, misalnya pil, obat, dan benda kecil lainnya. Stimulasi pada bayi 6-9 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: menyangga berat, mengembangkan kontrol terhadap kepala, duduk a.
Merangkak Taruhlah sebuah mainan di depan bayi dan usahakan agar ia mau
merangkak menggunakan kedua tangan dan lututnya untuk mengambil mainan itu. b.
Menarik ke posisi berdiri Dudukan bayi di atas tempat tidur, lalu tarik kedua tangan bayi ke posisi
berdiri
c.
Berjalan berpegangan Ketika bayi telah mampu untuk berdiri, letakkan mainan yang disukainya
di depannya sehingga ia akan berusaha meraih mainan itu dengan berjalan sambil berpegangan pada pinggir tempat tidur atau perabot rumah tangga lainnya. d.
Berjalan dengan bantuan Pegang kedua tangan bayi dari belakang dan usahakan agar ia mau untuk
berjalan 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antar lain: memegang benda dengan kuat, memegang benda dengan kedua tangannya, mengambil benda-benda kecil. a.
Memasukkan benda ke dalam wadah Ajari bayi cara memasukkan benda kecil ke dalam wadah yang dibuat dari
karton/kaleng/kardus/botol minuman mineal bekas. Setelah benda tersebut masuk ke dalam wadah, ajari bayi untuk mengeluarkan dan memasukkan kembali. b.
Bermain “genderang” Ambil kaleng kosong lalu bagian atasnya ditutup dengan plastik/kertas
tebal dan buatlah seperti “genderang”. Tunjukkan cara memukulnya dengan menggunakan centong atau sendok. c.
Memegang alat tulis dan mencoret-coret Sediakan kertas dan krayon atau pensil warna. Pangku bayi di depan meja
dan bantu ia untuk memegang krayon.
d.
Bermain dengan mainan yang mengapung di air Buat mainan dari kertas karton/kotak/gelas plastik tertutup lalu masukkan
di atas iar agar mengapung. Biarkan bayi bermain di aats air tersebut ketika mandi, tapi jangan sampai sendirian. e.
Membuat bunyi-bunyian Berikan mainan yang memungkinkan mengeluarkan suara ketika
dipukulkan kepada bayi pada kedua tangannya. f.
Menyembunyikan dan mencari mainan Buat bayi mencari sendiri mainannya dengan cara menutup dengan koran
atau selimt sebagian saja mainan yang ia senangi. Tunjukkan pada bayi bagaimana
cara
menemukan
mainannya,
yaitu
dengan
menagngkut
penutupnya. Stimulasi pada bayi 9-12 bulan
1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: merangkak, berdiri, berjalan sambil berpegangan, berjalan dengan bantuan. a.
Bermain bola Ajak bermain bola dengan cara gelindingkan bola ke araahnya. Usahakan
ia memukul atau menggelindingkan kembali bola ke arah kita. Awali dengan bola yang berukuran besar selanjutnya ganti ukuran bola dengan ukuran yang bervariasi tapi jangan terlalu kecil, jangan gunakan balon. b.
Membungkuk Stimulasi dapat dilakukan jika bayi sudah bisa berdiri. Letakkan mainan di
dekatnya dan ajak mengambil mainan itu dengan membungkuk.
c.
Berjalan sendiri Buat bayi agar mau berjalan sendiri dengan cara kita jongkok sambil
memegang mainan kesukaannya di depannya. Selanjutnya, minta bayi untuk mengambil mainna itu dengan berjalan sendiri. Selain itu, bisa juga dengan membuat bayi ingin dipeluk kita. Saat bayi mampu melakukan apa yang kita inginkan, berikan pujian agar ia bersemangat. Jika stimulasi awal ia belum mampu untuk melakukannya, tunggu dan coba beberapa hari s elanjutnya. d. Naik tangga Ajak bayi ke dekat tangga dan biarkan ia mengamatinya. Lalu tunjukkan cara menaiki tangga dengan merangkak serta bagaimana menuruninya. Cari tangga dengan ukuran tanjakan yang rendah dan jangan ditinggal sendirian. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang dapat dilanjutkan, antara lain: memasukkan benda ke dalam wadah, bermain dengan mainan yang mengapung di atas air. a.
Menyusun balok/kotak Rangsang bayi agar mau menumpuk beberapa kotak/balok dengan
menunjukkan cara menyusunnya. Mainan dapat diganti dengan karton bekas atau kaleng kosong. b.
Menggambar Letakkan kertas dan krayon di depan bayi dan biarkan ia menggambar
sendiri. c.
Bermain di dapur Biarkan bayi bermain di dapur saat ibu sedang memasak, tapi jangan
berdekatan dengan kompor.
Stimulasi pada anak usia 12-15 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimualsi yang dapat dilanjutkan, antara lain: bermain bola, berjalan sendiri. a.
Menarik mainan Bila anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan, berikan mainan yang
bisa ditarik ketika anak berjalan. Anak biasanya akan menyukai mainan yang bersuara. b.
Berjalan mundur Bila anak sudah dapat berjalan sendiri tanpa berpegangan, berikan mainan
yang dapat ditarik dan ajari untuk berjalan mundur agar dapat memperhatikan mainannya. c.
Berjalan naik dan turun tangga Bila anak sudah dapat berjalan sendiri, ajari anak untuk menaiki tangga
dengan cara berjalan sambil berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Begitu juga saat turun dari tangga. Temani anak saat menaiki tangga. d.
Berjalan sambil berjinjit Ajari anak berjalan dengan berjinjit. Buat anak agar mau untuk mengikuti
kita berjlaan sambil berjinjit berkeliling ruangan. e.
Menangkap dan melempar bola Ajak anak bermain bola dengan cara melempar dan menangkap bola.
Awali dengan bola yang berukuran besar.
2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: memasukkan benda ke dalam wadah, bermain dengan mainan yang mengapung di air, menggambar, menyusun kubus dan mainan. a.
Permainan balok Beli atau buat kayu yang ukuran 2,5×2,5 cm. Ajari anak untuk menyusun
balok itu tanpa menjatuhkannya. b.
Memasukkan dan mengeluarkan benda Ajari anak untuk memasukkan benda ke dalam suatu wadah, lalu ajarkan
bagaimana cara mengeluarkannya. Upayakan agar anak dapat melakukannya sendiri tanpa dibantu. c.
Memasukkan benda yang satu ke benda yang lain Sediakan mangkuk atau kotak plastik dengan berbagai ukuran. Ajarkan
kepada anak cara memasukkan mangkok yang beukuran lebih kecil ke dalam mangkok yang ukurannya lebih besar. Biarkan anak melakukannya sendiri. Stimulasi pada anak usia 15-18 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: berjalan mundur, berjalan naik dan turun tangga, berjalan sambil berjinjit, menangkap dan melempar bola. a.
Bermain di luar rumah Ajak anak untuk bermain di luar rumah, seperti memanjat,berayun,
memanjat tangga, dan berlari-lari di halaman ru mah.
b.
Bermain air Ajak anak untuk bermain air di pancuran, kolam renang, pantai, dll.
Berikan mainan berupa gelas plastik untuk menuang air dan ember plastik kecil untuk menampung air. Jangan biarkan ia sendirian meskipun di kolam yang sangat dangkal. c.
Menendang bola Tunjukkan kepada anak bagaimana cara menendang bola besar ke arah
tonggak-tonggak besar agar roboh. Bola dapat terbuat dari potongan koran, kertas, atau kain, sedangkan tonggak dapat terbuat dari tumpukkan kotak karton atau kaleng susu. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: b ermain dengan balok balok, memasukkan benda yang satu ke benda yang lain, menggambar dengan krayon atau pensil warna. a.
Meniup Ajari anak untuk meniup busa sabun dengan alatnya. Bicarakan mengenai
bentuk dan bagaimana rasanya meraba busa sabun tersebut. b.
Membuat untaian Ajari anak untuk membuat untaian benda-benda, seperti manik-manik
besar, kancing besar, makaroni, dll dengan tali sepatu yang cukup kuat. Stimulasi pada anak usia 18-24 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang dapat dilanjutkan, antara lain: dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain di air, menendang,menangkap, dan melempar bola, berjalan naik turun tangga. a.
Melompat Ajarkan anak bagaimana cara melompat dengan dua kaki. Mula-mula
pegangi anak di kedua tangannya. Usahakan agar ia melompat di atas keset atau handuk. b.
Melatih keseimbangan tubuh Ajari anak bagaimana cara berdiri di atas satu kaki. Mula-mula anak akan
memerlukan bantuan. Usahakan agra nak menajdi terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang lebih lama setiap kali ia mengulangi permainan ini. c.
Mendorong mainan dengan kaki Biarkan anak mencoba mainan yang perlu didorong dengan kakinya agar
mainan itu dapat bergerak maju. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: dorong agar anak mau untuk bermian balok-balok, memasukkan benda yang satu ke dalam benda yang lainnya, menggambar dengan pensil berwarna, menggambar menggunakan tangan. a.
Mengenal berbagai ukuran dan bentuk Buat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang berbeda pada sebuah
tutup kotak/kardus. Beri anak mainan atau benda-benda yang dapat dimasukkan lewat lubang itu.
b.
Bermain puzzle Beri anak mainan puzzle sederhana yang hanya terdiri atas 2-3 potongan
saja. c.
Menggambar wajah atau bentuk Tunjukkan kepada anak cara menggambar bentuk, seperti garis, bulatan,
dan sebagainya. Akarkan juga bagaimana cara menggambar wajah. d.
Membuat berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan Beri anak adonan kue (apabila kebetulan ibu sedang membuat kue) atau
lilin yang bisa dibentuk. Ajari bagaimana cara membuat berbagai bentuk. Stimulasi pada anak usia 24-36 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: dorong anak agar mau untuk memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan badan, dan bermain bola. a.
Latihan mengahadapi rintangan Ajak anak untuk bermain ular naga, merangkak di kolong meja, berjinjit
mengelilingi kursi, melompat di atas bantal, dll. b.
Melompat jauh Usahakan agar anak mau untuk melompat sejauh-jahnya dengan kedua
kakinya secara bersamaan. Letakkan sebuah handuk tua di lantai lalu ajari anak untuk melompatinya. Selain itu, dapat juga dengan membuat garis di tanah dengan sebuah kapur tulis dan minta anak un tuk melompatinya. c.
Melempar dan menangkap
Tunjukkan kepada anak bagaimana cara melempar sebuah bola besar ke arah kita. Kemudian lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat menangkapnya. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan antara lain: dorong anak agar mau bermain puzzle , balok, memasukkan benda ke benda yang lain, dan menggambar. a.
Membuat gambar tempelan Bantu anak untuk memotong gambar-gambar dari sebuah majalah yang
tidak terpakai. Kemudian buat gambar tempelan menggunakan lem kertas. Jelaskan kepada anak apa yang sedang kita kerjakan. b.
Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya Berikan kepada anak berbagai benda yang berlainan jenisnya dengan
jumlah tiap jenis lebih dari satu. Minta anak untuk mengelompokkan benda menurut jenisnya. Mula-mula dibatasi hanya dua jenis saja. c.
Mencocokkan gambar dengan benda Tunjukkan kepada anak mengenai gambar bola dan bentuk bola yang
sesungguhnya. Jelaskan mengenai kegunaan b enda itu. d.
Konsep jumlah Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu,
dua, tiga, dan seterusnya. Katakan kepada anak berapa jumlah benda dalam satu kelompok dan bantu untuk menghitungnya.
e.
Bermain/menyusun balok-balok Buat atau beli satu set mainan balok untuk anak. Bila anak bertambah
besar, tambahkan jumlah baloknya. Stimulasi pada anak usia 36-48 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: dorong anak untuk melompat, berdiri diatas satu kaki, memanjat, bermain bola, dan mengendarai sepeda roda tiga. a.
Menangkap bola Ajari anak menangkap bola menggunakan bola sebesar bola tenis. Sesekali
bola dilempar ke arah anak lalu minta anak menangkapnya, kemudian melempar kembali. b.
Berjalan mengikuti garis lurus Letakkan sebuah papan sempit, buat garis lurus menggunakan kapur
tulis/tali rafia, atau susun batu bata memanjang di halaman rumah. Tunjukkan kepada anak cara berjalan lurus di atas garis/papan dengan merentangkan kedua tangan ke samping untuk menjaga keseimbangan tubuh. c.
Melompat Tunjukkan kepada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah
bisa melompat dengan satu kaki, tunjukkan cara melompat melintasi ruangan, mula-mula dengan satu kaki, kemudian bergantian d engan kaki yang lain. d.
Melempar benda-benda kecil ke atas Ajari anak melempar benda kecil ke atas menjatyhkan kerikil ke dalam
kaleng. Gunakan benda-benda yang tidak berbahaya.
e.
Menirukan binatang berjalan Tunjukkan kepada anak cara binatang berjalan, misalnya anjing berjalan
dengan kedua kaki dan tangan. Ajak anak ke kebun binatang dan tirukan gerak gerik binatang yang dilihatnya. f.
Lampu hijau-merah Minta anak berdiri di hadapan kita. Ketika kita katakan “lampu hijau”
minta anak berjalan jinjit ke arah kita dan berhenti ketika kita katakan “lampu merah”. Lanjutkan mengatakan “lampu hijau” dan “lampu merah” secara bergantian sampai anak tiba di tempat kita berdiri. Selanjutnya giliran anak untuk mengatakan “lampu hijau” dan “lampu merah” se cara bergantian dan kita berjalan berjinjit ke arah depan. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok, menggambar yang lebih sulit, bermian mencocokkan gambar dengan benda yang sesungguhnya, dan mengelompokkan benda menurut jenisnya. a.
Memotong Beri anak gunting dan tunjukkan cara mengunting. Beri gambar besar dan
minta anak untuk latihan menggunting. b.
Membuat cerita gambar tempel Ajak anak membuat buku cerita dengan menggunakan tempel. Gunting
gambar dari majalah/brosusr lama. Tunjukkan kepada anak cara menyusun guntingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita menarik. Minta anak
menempel guntingan gambar pada kertas lalu di bawah gambar tersebut tuliskan ceritanya. c.
Menempel gambar Bantu anak menempel gambar/foto menarik dari majalah. Minta anak
menempel gambar tersebut pada sebuah kertas karton tebal. Gunting gambar tersebut dan tempel di kamar anak. d.
Menjahit Gunting sebuah gambar dari majalah, tempelkan pada selembar karton.
Buat lubang-lubang di sekeliling gambar. Ambil tali rafia lalu simpulkan salah satu ujungnya. Ajari anak menjahit sekeliling gambar dengan cara tali rafia dimasukkan ke lubang-lubang itu satu per satu. e.
Menggambar/menulis Beri anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar garis lurus,
bulatan, segi empat, serta menulis huruf dan angka. Kemudian buat pagar, rumah, matahari, bulan, dan sebagainya. Ajari anak untuk menulis namanya. f.
Menghitung Letakkan sejumlah kacang di dalam mangkok. Ajari anak menghitung
kacang tersebut dengan meletakkan kacang tersebut di tempat lainnya. Mulamula anak belum bisa menghitung ;ebih dari dua atau tiga. Bantu anak menghitung jika mengalami kesu litan. g.
Menggambar dengan jari Ajari anak menggambar menggunakan cat memakai jari-jarinya di
selembar kertas besar. Buat agar ia mampu memakai kedua tangannya dan membuat bulatan besar atau ben tuk-bentuk lainnya.
h.
Cat air Beri anak air, kuas, dan selembar kertas. Jelaskan bagaimana warna-warna
tersebut bercampur ketika anak mulai menggunakan cat air itu. i.
Mencampur warna Campur air ke warna merah, biru, dan kuning dari cat air. Beri anak
potongan sedotan lalu ajari anak untuk meneteskan warna-warna itu pada selembar kertas. Jelaskan bagaimana warna-warna bercampur dan membentuk warna lain. j.
Membuat gambar tempel Gunting kertas berwarna menjadi segitiga, segiempat, dan lingkaran.
Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk tersebut. Minta anak membuat gambar dengan cara menempelkan potongan-potongan berbagai bentuk pada selembar kertas. Stimulasi pada anak usia 48-60 bulan 1.
Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: dorong anak untuk bermain bola, lari, lompat dengan satu kaki, lompat jauh, jalan di atas papan sempit, berayun, dan memanjat. a.
Lomba karung Ambil karung yang cukup lebar untuk menutupi bagian bawah tubuh dan
kedua kaki anak. Tunjukkan kepada anak dan teman-temannya cara memakai karung dan melompat-lompat, siapa yang paling cepat atau lebih dulu sampai di garis tujuan, ialah yang menang. b.
Main engklek
Gambar kotak-kotak permainan engklek di lantai. Ajari anak dan temantemannya cara bermain engklek. c.
Melompat tali Pada waktu anak bermain dengan teman sebayanya, tunjuk dua anak untuk
memegang tali rafia (panjang 1cm), atur jarak tali dari tanah, jangan terlalu tinggi. Tunjukkan kepada anak cara melompati tali dan bermain “katak melompat”. 2.
Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain: ajak anak untuk bermain puzzle, menggambar, menghitung, memilih dan mengelompokkan, memotong, serta menempel gambar. a.
Konsep tentang “separuh atau satu” Bila anak sudah bisa menyusun puzzle, ajak anak membuat lingkaran dan
segiempat dari kertasarton lalu gunting menjadi dua bagian. Tunjukkan kepada anak bagaimana menyatukan dua bagian tersebut menjadi satu bagian. b.
Menggambar Ketika anak sedang menggambar, minta anak melengkapi gambar tersebut,
misalnya gambar baju pada orang, menggambar pohon, bunga dan sebagainya. c.
Mencocokkan dan menghitung Bila anak sudah bisa menghitung dan mengenal angka, buat satu set kartu
dengan tulisan angka 1 sampai 10. Letakkan kartu itu berurutan di atas meja. Minta anak untuk menghitung benda kecil yang ada di rumah, seperti kacang, batu, dll sejumlah sangka-angka yang tertera di kartu. Kemudian letakkan benda-benda itu berdekatan dengan kartu angka yang cocok.
d.
Menggunting Bila anak sudah bisa memakai gunting yang tumpul, ajari anak
menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat , yaitu membuat suatu bentuk seperti rumbai-rumbai, orang, binatang, mobil, dan sebagainya. e.
Membandingkan besar kecil, banyak-sedikit, berat-ringan Ajak anak bermain menyusun tiga buah piring yang berbeda ukuran atau
tiga gelas diisi air dengan isi yang tidak sama. Minta anak menyusun piring/gelas dari ukuran kecil jumlah sedikit ke ukuran yang lebih besar atau isi yang lebih banyak. Bila naak sudah bisa menyusunnya, tambah ukuran menajdi empat atau lebih. f.
Percobaan ilmiah Sediakan tiga gelas berisi air. Pada gelas pertama tambahkan satu sendok
teh gula pasir dan bantu anak mengaduk gula tersebut. Pada gelas kedua masukkan gabus dan pada gelas ketiga masukkan kelereng. Bicarakan mengenai hasilnya ketika anak melakukan p ercobaan ini. g.
Berkebun Ajak anak menanam biji kacang tanah/kacang hiaju di kaleng/gelas yang
telah diisi tanah. Bantu anak menyirami tanaman tersebut setiap hari. Ajak anak untuk memperhatikan pertumbuhan tanaman dari hari ke hari. Bicarakan mengenai bagaimana tanaman, binatang, dan anak-anak tumbuh menjadi besar. 2.4
Konsep Stunting
2.4.1
Definisi Stunting
Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek normal tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai dengan -2 SD normal jika Z-score -2 SD sampai dengan 2 SD dan tinggi jika Zscore > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat seperti anak dengan tinggi badan yang normal, namun sebenarnya mereka lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas frekuensi menderita penyakit sering. Berdasarkan ukuran tinggi badan, seorang anak dikatakan stunted jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score berdasarkan referensi internasional WHO-NCHS. Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan dihubungkan
dengan
penurunan
kapasitas
fisik
dan
psikis,
penurunan
pertumbuhan fisik, dan pencapaian di bidang pendidikan rendah (Wiyogowati, 2012). 2.4.2
Epidemiologi
Satu dari tiga anak di Negara berkembang dan miskin mengalami stunted, dengan jumlah kejadian tertinggi berada di kawasan Asia Selatan yang mencapai 46 % disusul dengan kawasan Afrika sebesar 38 %, sedangkan secara keseluruhan
angka kejadian stunted di Negara miskin dan berkembang mencapai 32 %. Stunting ini disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan frekuensi menderita penyakit infeksi. Akibat dari stunting ini meliputi perkembangan motorik yang lambat, mengurangi fungsi kognitif, dan menurunkan daya b erpikir (UNICEF, 2007). Menurut Martorell et al. (1995), stunting postnatal terjadi mulai usia 3 bulan pertama kehidupan, suatu kondisi dimana terjadi penurunan pemberian ASI, makanan tambahan mulai diberikan dan mulai mengalami kepekaan terhadap infeksi. Pendapat lain yang dikemukankan oleh Hautvast et al. (2000), kejadian stunting bayi 0-3 bulan kemungkinan lebih disebabkan genetik orangtua sedangkan pada usia 6-12 bulan lebih diakibatkan oleh kondisi lingkungan (Wiyogowati, 2012). 2.4.3
Penyebab Stunting
2.4.3.1 Pendidikan Ibu
Glewwe berpendapat bahwa mekanisme hubungan pendidikan ibu dengan kesehatan anak terdiri dari tiga yaitu pengetahuan tentang kesehatan, pendidikan formal yang diperoleh ibu dapat memberikan pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kesehatan; kemampuan melek huruf dan angka, kemampuan melek huruf dan angka yang diperoleh dari pendidikan formal memberikan kemampuan kepada ibu dalam membaca masalah kesehatan yang dialami oleh anak dan melakukan perawatan; dan pajanan terhadap kehidupan modern, pendidikan formal menjadikan ibu lebih dapat menerima pengobatan modern. Dalam masyarakat dimana proporsi ibu berpendidikan tinggi, memungkinkan untuk menyediakan sanitasi yang lebih baik, pelayanan kesehatan
dan saling berbagi pengetahuan, informasi mengenai kesehatan (Wiyogowati, 2012) 2.4.3.2 Sanitasi
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga (Kepmenkes No 852 tentang strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat). Sanitasi yang buruk merupakan penyebab utama terjadinya penyakit di seluruh dunia, termasuk didalamnya adalah diare, kolera, disentri, tifoid, dan hepatitis A (Wiyogowati, 2012). 2.4.3.3 Air Bersih
Air bersih merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Anak-anak yang bertahan hidup dengan sumber air minum yang terkontaminasi kemungkinan besar akan menderita malnutrisi, stunted, dan perkembangan otak (intelektual) yang terhambat (Wiyogowati, 2012). 2.4.3.4 Asi Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi (Wiyogowati, 2012).
2.4.3.5 Makanan Pendamping Asi (MP-ASI)
Pemberian makanan pada bayi dan anak merupakan landasan yang penting dalam proses pertumbuhan. Meskipun bayi mendapatkan ASi dari ibu secara optimal, namun jika setelah berusia 6 bulan tidak mendapatkan makanan pendamping yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, anak-anak akan tetap mengalami stunted (Wiyogowati, 2012). 2.4.3.6 Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu proses yang menjadikan seseorang kebal atau dapat melawan terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi biasanya dalam bentuk vaksin. Vaksin merangsang tubuh untuk membentuk sistem kekebalan yang digunakan untuk melawan infeksi atau penyakit. Ketika tubuh kita diberi vaksin atau imunisasi, tubuh akan terpajan oleh virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan dalam jumlah yang sedikit dan aman (Wiyogowati, 2012). 2.4.3.7 Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa kehamilan. Berat badan ibu kurang dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis termasuk didalamnya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan tidak adanya dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu buruk terutama selama masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7 kg, infeksi kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi selama kehamilan, merokok, alcohol, dan genetic merupakan beberapa faktor penyebab bayi yang dilahirkan BBLR (Wiyogowati, 2012).
2.4.3.8
Asupan Makanan (Konsumsi Energi dan Protein)
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung didalam makanan yang dimakan. Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting dari kesehatan dan pertumbuhan. Nutrisi yang baik berhubungan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang kuat, kehamilan dan kelahiran yang aman, resiko rendah terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung, dan umur yang lebih panjang (Wiyogowati, 2012). 2.4.3.9 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Subsistem upaya kesehatan ini merupakan suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan dari subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, 2004). 2.4.3.10 Pengeluaran Rumah Tangga (Ekonomi)
Besarnya pendapatan yang diperoleh atau diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan, dimana menggambarkan
bagaimana
penduduk
mengalokasikan
kebutuhan
rumah
tangganya. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dan bukan makanan berkaitan
erat dengan tingkat pendapatan masyarakat. Di negara yang sedang berkembang, pemenuhan kebutuhan makanan masih menjadi merupakan prioritas utama, dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan gizi. (Consumption and Cost) Hartoyo et al. (2000) mengatakan bahwa keluarga terutama ibu dengan pendapatan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki akses terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan gizi seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, oleh karena itu mereka memiliki resiko yang lebih tinggi untuk memiliki anak yang kur ang gizi (Wiyogowati, 2012). 2.5
Model Konsep Keperawatan
Menurut teori keperawatan Piaget perkembangan kognitif dibahas berdasarkan p ada tahapan sensoris-motorik, praoperasional, concrete operational, dan formal operation. 1.
Tahap sensoris-motorik (0 sampai 2 tahun), mengisap (sucking) adalah ciri utama pada perilaku bayi dan berkembang sekalipun tidak sedang menysu, bibirnya bergerak-gerak seperti sedang menyusu. Apabila lapar, bayi menangis, lalu ibu menyusukannya dan anak terdiam. Kemudian, jika ibu menyusukan sambil bernyanyi atau bersenandung, anak kemudian terdiam. Di lain waktu jika bayi menangis dan ibu menyanyi dan bersenandung, bayi juga terdiam. Jad i, bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dengan dikondisikan oleh lingkungannya. Pada tahap ini, anak mengembangkan aktivitasnya dengan menunjukkan perilaku sederhana yang dilakukan berulang-ulang untuk meniru perilaku tertentu dari lingkungannya. Jadi, perkembangan intelektual dipelajari melalui sensasi dan pergerakan. Tiga kejadian penting dari tahapan
sensoris-motorik adalah perpisahan anak dengan lingkungan sepertinya ibunya, ada persepsi tentang konsep benda yang permanen atau konstan serta penggunaan simbol untuk mempersepsikan situasi atau benda, misalnya dengan menggunakan mainan. 2.
Praoperasional (2 sampai 7 tahun) Karakteristik
utama
perkembangan
intelektual
pada
tahapan
praoperasional didasari oleh sifat egosentris. Ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri di tempat o rang lain. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada anak usia 2 sampai 3 tahun. Anak berada di antara sensoris-motor dan operasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian. Anak prasekolah (3 sampai 6 tahun) mempunyai diri memasuki dunia sekolah. Anak prasekolah berada pada fase peralihan antara preconceptual dan intuitive thought. Pada fase preconceptual, anak sering menggunakan satu istilah untuk beberapa orang yang punya ciri yang sama, misalnya menyebut nenek untuk setiap wanita tua, sudah bongkok, dan memakai tongkat. Sedangkan pada fase intuitive thought, anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukannya. Satu hal yang harus diingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa orang lain berpikir seperti mereka sehingga perlu menggali pengertian mereka dengan pendekatan nonverbal. 3.
Concrete operational (7 sampai 11 tahun) Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan
masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya. Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam, selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa remaja. 4.
Formal operation (11 sampai 15 tahun) Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan
dan
kemampuan
untuk
fleksibel
terhadap
lingkungannya. Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis.
Mereka
dapat
membuat
dugaan
dan
mengujinya
dengan
pemikirannya yang abstrak, teoretis. 2.6
Hubungan Antar Konsep
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia an ak di bawah lima tahun (Muaris, 2006: 4). Didalamnya terdapat masa toddler adalah masa anak usia 1-3 tahun, dimana pada anatomi fisiologi ada tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak (Rusilanti, 2015: 90). Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek pada anak atau kejadian stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Wiyogowati, 2012). Kejadian Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak terdapat berbagai jenis perkembangan salah satunya yaitu perkembangan motorik. Perkembangan motorik adalah pergerakan badan melalui aktivitas saraf pusat, saraf tepi dan otot. Keadaan stunting yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik diharapkan dapat diberikan suatu intervensi berupa stimulasi khususnya stimulasi motorik. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan)
yang datang dari lingkungan anak (Kania, 2006). Stimulasi
perkembangan anak adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal (Sulistyawati, Ari 2014:65). Beberapa tahapan perkembangan motorik yang baik setelah pemberian stimulasi perkembangan anak dijelaskan pada konsep teori keperawatan Jean Piaget. Teori tersebut menjelaskan mengenai perkembangan anak khususnya perkembangan
kognitif,
namun
terdapat
beberapa
tahap
perkembangan
didalamnya antara lain 1) Tahap Sensoris-motorik, 2)Tahap Praoperasional 3) Tahap Concrete Operational, dan 4) Tahap Formal Operation. Pada tahap sensoris motorik usia 0-2 tahun menjelaskan tentang ciri utama perilaku bayi dalam perkembangannya. Tiga tahapan terpenting dari tahapan tersebut yaitu perpisahan anak dengan lingkungan seperti ibunya, ada persepsi tentang konsep benda yang permanen atau konstan serta penggunaan simbol untuk memersepsikan situasi atau benda, misalnya dengan menggunakan mainan (Supartini Yupi, 2004).
Dengan demikian, penerapan stimulasi kemampuan motorik pada anak stunting diharapkan dapat memberikan efek baik pada perkembangan motorik sesuai dengan tahapan awal sensori-motorik usia 0-2 tahun pada teori keperawatan Jean Piaget.
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Balita
Usia 24-36 bulan
Kurang gizi
Teori0keperawatan perkembangan motorik anak: perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan, masing-masing tahap0 berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Tahapan piaget itu adalah fase sensori motor, pra operasional, operasional konkrit dan operasional formal.
Stunting (pendek)
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Perkembangan motorik terganggu
Kurangnya aktivitas motorik pada anak
Faktor perkembangan motorik antara lain: 1. motorik halus, (kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain), 2. kemampuan motorik kasar (kemampuan untuk duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan lain-lain)
stimulasi perkembangan motorik
Kemampuan gerak halus: Kemampuan0untuk menggambar,0memegang sesuatu benda dan lain-lain
Kemampuan gerak kasar: kemampuan0duduk, menendang, berlari, naik dan turun tan a
Perkembangan kemampuan motorik pada balita stunting
Keterangan : : Tidak diteliti
: Berpengaruh
: Diteliti
:Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan Di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya
BAB 4 METODE PENELITIAN
Bab metode penelitian ini akan menjelaskan mengenai: 1) Desain Penelitian, 2) Kerangka Kerja, 3) Waktu dan Tempat Penelitian, 4) populasi, sampel, dan Teknik Sampling, 5) Identifikasi Variabel, 6) Def inisi Operasional, 7) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data, dan 8) Etika Penelitian. 4.1
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah trueexperiment dengan pendekatan pasca tes yaitu dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Artinya tiap diobservasi pasca dilakukan perlakuan selesai tanpa adanya pre-tes terhadap stimulasi motorik. Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
R
-
I
O
R
-
-
O
R : random (acak) I : intervensi (stimulasi motorik) O : observasi kemampuan motorik setelah stimulasi motorik Gambar 4.1 Desain Penelitian True Experimental Dengan Pendekatan Pasca Tes
4.2
Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini dap at dilihat sebagai berikut : Populasi
Balita usia 24-36 bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan, Surabaya sebanyak berjumlah 34 balita
Teknik Sampling
Non Probability Sampling dengan metode purposive sampling
Sampel
Balita usia 24-36 bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan, Surabaya sebanyak berjumlah 31 balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Pengumpulan Data:
DDST, Antropometri
Pengolahan Data:
Data yang diperoleh dilakukan editing, coding, prossesing, cleaning
Analisa Data
wilcoxon
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Simpulan dan Saran Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya
4.3
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian
dilaksanakan
di
Posyandu
Mawar,
kelurahan
Nyamplungan Surabaya. Waktu penelitian dimulai bulan April sampai Juni 2017. Pemilihan tempat ini dikarenakan memenuhi kriteria inklusi untuk judul penelitian Pengaruh Stimulasi Motorik Terhadap Kemampuan Motorik Pada Balita Stunting Usia 24-36 Bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya. 4.4
Populasi, Sampel dan Sampling Desain
4.4.1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia 24-36 dengan stunting di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya b erjumlah 34 balita. 4.4.2
Sampel Penelitian
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah balita stunting usia 24-36 bulan di Posyandu Mawar yang memenuhi syarat sampel. Kriteria dalam penelitian ini adalah 1.
Kriteria Inklusi
a.
Kriteria Inklusi Ibu 1)
Orang tua yang mempunyai balita stunting usia 24-36 bulan yang bersedia menjadi responden.
b.
2.
Kriteria Inklusi Balita 1)
Balita stunting usia 24-36 bulan yang terdaftar di Posyandu Mawar.
2)
Balita stunting usia 24-36 bulan kategori pendek.
Kriteria Eksklusi
Commented [ini dipis5]: pndek saja?
a.
Kriteria Eksklusi Ibu 1)
b.
Orang tua yang mempunyai balita stunting usia lebih dari 24-36 bulan
Kriteria Eksklusi Balita 1.
4.4.3
Balita stunting usia 24-36 bulan yang sedang sakit. Besar sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus (Nursalam, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah balita stunting usia 24-36 bulan di Posyandu Mawar Wilayah Nyamplungan Surabaya. Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus:
n=
N 1 + N (d2)
Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan yang diinginkan Jadi, besar sampel: n=
N 1 + N (d2)
n = 31
=
34 1 + 34(0,05)2
=
34 1,085
4.4.4
Teknik Sampling
Menurut Sastroasmoro & Ismail dalam Nursalam (2013) mengatakan Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu Non Probability sampling dengan teknik purposive Sampling. Sampling pada responden diambil dengan cara
mendata calon responden yang sesuai dengan kriteria peneliti
terdapat sebanyak 34 balita stunting usia 24-36 bulan kemudian dihitung besar sampel ditemukan sampel sebanyak 31 balita usia 24-36 bulan dengan stunting. 4.5
Identifikasi Variabel
1.
Variabel Bebas (Independent) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stimulasi.
2.
Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik balita usia 24-36 bulan dengan stunting.
4.6
Definisi Operasional
Tabel
4.6
Definisi
Operasional
Pengaruh
Stimulasi
Motorik
Terhadap
Kemampuan Motorik Balita Stunting Usia 24-36 Bulan Di Posyandu Mawar Kelurahan Nyamplungan Surabaya. Variabel
Definisi
Indikator
Alat Ukur
Operasional
Variabel
Kegiatan
Stimulasi
1 .Satuan
Skala
Commented [ini dipis6]: kok masih kososng Skor
Independen: yang
Motorik yang
Acara
Stimulasi
merangsang
mempengaruhi
Pembelajar
Motorik
kemampuan
kemampuan
an
motorik
motorik balita stunting
usia
24-36 bulan Variabel
Penilaian
Kelompok
1. DDST
Dependen:
kemampuan
perlakuan dan 2. Ukuran
2. Suspect
kemampuan
stimulasi
kelompok
3. Tidak 0dapat
motorik
motorik pada kontrol
tinggi badan
pada balita balita usia
24-36 stunting usia
bulan
24-36 bulan
Sebelum diberikan stimulasi
stunting.
motorik, sesudah diberikan stimulasi motorik
4.7
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
4.7.1
Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
1. Normal
diuji/ Untestable
dengan
1
Ordinal
Instrumen yang digunakan adalah DDST dan pengukur tinggi (microtaise) badan menggunakan antropometri. DDST berisi beberapa tugas perkembangan pada motorik halus terdapat 29 tugas dan motorik kasar terdapat 32 tugas dan sesuai
umur.
Pengukur
tinggi
badan
(microtaise)
menggunakan
acuan
antropometri TB/U untuk mengetahui stunting atau tidak stun ting. 2.
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Bakesbangpol Linmas Kota Surabaya. Kemudian perijinan pengambilan
data penelitian kepada Puskesmas Perak kota Surabaya dengan surat ijin dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya. Setelah mendapat balasan surat diijinkan pengambilan data dari Puskesmas Perak kota Surabaya, maka peneliti mendata anak stunting yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti mendatangi kader, lalu peneliti membuat kontrak den gan kader untuk persetujuan menjadi responden dengan menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan, orang tua balita stunting yang bersedia menjadi responden akan dilakukan pengukuran motorik sesuai usianya. Waktu pengambilan data penelitian ± 5 minggu. 4.7.2
Analisis Data
1.
Pengolahan Data Lembar pemeriksaan DDST yang berisi mengenai perkembangan motorik
kasar dan halus. Variabel kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut: a.
Memeriksa data (editing ) Daftar pemeriksaan yang telah selesai kemudian diperiksa yaitu dengan memeriksa kelengkapan pemeriksaan.
b.
Memberi tanda kode (coding )
c.
Menentukan nilai ( scoring )
d. Entry data e. Cleaning Data diteliti kembali agar pada pelaksanaan analisa data bebas dari kesalahan. 2.
Analisa Statistik
a.
Analisa Univariat
b.
Analisa Bivariat
4.8
Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari Stikes Hang Tuah Surabaya dan izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya. Penelitian dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi : 1.
Lembar persetujuan ( Informed Consent ) Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Responden yang bersedia diteliti harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.
2.
Tanpa Nama ( Anonimity) Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar p engumpulan data yang diisi oleh responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut akan diberi kode tertentu.
3.
Kerahasiaan (Confidentiality)
Commented [ini dipis7]: mn pjlssnnya
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin kerahasiaannya. Kelompok data tertentu saja yang hanya akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.
Daftar Pustaka Rusilanti., Dahlia, M & Yeni, Y. (2015). Gizi dan Kesehatan Anak Prasekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sutomo, B & Anggraini D.Y. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita&Balita, Jakarta Selatan: Demedia Sulistyawati, Ari. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2013. TUMBUH KEMBANG ANAK Edisi 2 . Jakarta: EGC