ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS “HIV-AIDS” DENGAN KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU
Oleh: AGUS DWI NURUL HUDA ASEP NUGRAHA KUSDIANA DEWI AGUSTINA WIRDHA NINGSIH IRMA SAFITRI KARDIANUS RANGKUTI NARISA
PRODI DIV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Imunitas HIVAIDS dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru”. Makalah ini membahas tentang konsep dasar HIV-AIDS, dan konsep asuhan keperawatan pada pasien HIV-AIDS dengan komplikasi Tuberkulosis Paru. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada: 1. Ibu Neny Yusmaniarni, S.ST selaku pembimbing praktek klinik di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. 2. Bapak Ns. Suhendra, S. Kep selaku pembimbing akademik. Kami berharap makalah ini dapat memotivasi para mahasiswa/i lain dalam mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun, yaitu berupa kritikan dan saran yang konstruktif demi memperbaiki dan penyempurnaan pembuatan laporan dan makalah
kami
selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Singkawang, 25 Oktober 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2 BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................ 4 2.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................................... 4 2.1.1 Definisi ........................................................................................ 4 2.1.2 Etiologi ........................................................................................ 5 2.1.3 Manifestasi Klinis ....................................................................... 6 2.1.4 Patofisiologi ................................................................................ 8 2.1.5 Pathway ....................................................................................... 10 2.1.6 Komplikasi .................................................................................. 11 2.1.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 11 2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 12 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 13 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 16 A. PENGKAJIAN .......................................................................................... 16 B. ANALISA DATA ..................................................................................... 24 C. DAFTAR MASALAH .............................................................................. 28 D. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................ 32 E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI ............................... 36 BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 46 A. Simpulan.................................................................................................... 46 B. Saran .......................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDSnya tertinggi di Asia. TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistik tersering menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi HIV/AIDS memudahkan terjadinya infeksi mycobacterium tuberculosis. Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih besar menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS untuk menderita TB
1
adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya 10% seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian TB dengan infeksi menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi ( total 13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-83 %. Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB merupakan penyebab kematian tersering pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana WHO memperkirakan TB sebagai penyebab kematian 13% dari penderita AIDS. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari HIV/AIDS ? 2. Apa etiologi dari HIV/AIDS ? 3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS? 4. Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS ? 5. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 6. Apa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 7. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 8. Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ? 9. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ? 10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB paru? 1.3 Tujuan 1. Tujuan umum Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS komplikasi TB paru. 2. Tujuan khusus a. Agar mahasiswa/i memahami definisi HIV/AIDS. b. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi HIV/AIDS. c. Agar mahasiswa/i memahami patofisiologi HIV/AIDS. d. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS. e. Agar mahasiswa/i megetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS. f. Agar mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS.
2
g. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan medik pada pasien dengan HIV/AIDS. h. Agar mahasiswa/i mengetahui komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS? i. Agar mahasiswa/i mengetahui pencegahan HIV/AIDS? j. Agar mahasiswa/i memahami konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru?
3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007). HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006). HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan
tubuh.
Sedangkan
AIDS
(Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8) AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
4
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005). AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan
daya
tahan
tubuh
atau
gejala
penyakit
infeksi
tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09) 2.1.2 Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. 2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. 3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. 4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. 5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
5
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : 1. Lelaki homoseksual atau biseks. 2. Orang yang ketagian obat intravena. 3. Partner seks dari penderita AIDS. 4. Penerima darah atau produk darah (transfusi). 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi. 2.1.3 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem pernapasan. Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium aviumintracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita AIDS adalah Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis pertama yang dideskriPasienikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV P. carinii awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah penelitian dan pemeriksa¬an analisis terhadap struktur RNA ribosomnya menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus). Kendati demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi parenkim paru. Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain. Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti
6
demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek, dispnea dan kadangkadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa pasien memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental. Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3 hari setelah timbulnya gejala pendahuluan. Diagnosis
pasti
PCP
dapat
ditegakkan
dengan
mengenali
mikroorganisme dalam jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan diagnosis ini dilaksanakan dengan prosedur seperti induksi sputum, lavase bronkial-alveolar dan bioPasieni transbronkial (melalui bronkoskopi serat optik). Kompleks
Mycobacterium
avium.
Penyakit
kompleks
Mycobacterium avium (MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul sebagai penyebab utama infeksi bakteri pada pasien-pasien AIDS. Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC adalah M. avium, M. intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil tahan-asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering dijumpai dalam traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang. Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk. Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi. M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di antara para pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi tuberkulosis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS. Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan pembentukan
7
granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga timbul kecurigaan ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi dengan baik terhadap terapi antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian dalam perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes kulit tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu lagi bereaksi terhadap antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten obat kini bermunculan dan kerapkali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan antituberkulosis. 2.1.4 Patofisiologi Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit
T
sitotoksit,
8
memproduksi
limfokin,
dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
9
2.1.5 Pathway
10
2.1.6 Komplikasi Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu : Penurunan sistem
kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human
Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakitpenyakit 1. Tuberkulosis Paru 2. Pneumonia Premosistis 3. Berbagai macam penyakit kanker 4. Pemeriksaan Penunjang 2.1.7 Penatalaksanaan Medis 1. Pengobatan Suporatif Tujuan : -
Meningkatkan keadaan umum pasien
-
Pemberian gizi yang sesuai
-
Obat sistometik dan vitamin
-
Dukungan Pasienikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik a. Untuk infeksi : -
Kardidiasis eosofagus
-
Tuberculosis
-
Toksoplasmosis
-
Herpes
-
Pcp
-
Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker
b. Terapi : -
Flikonasol
-
Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
-
Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat
-
Ansiklovir
-
Kotrimoksazol
11
3. Pengobatan anti retro virus Tujuan : -
Mengurangi kematian dan kesakitan
-
Menurunkan jumlah virus
-
Meningkatkan kekebalan tubuh
-
Mengurangi resiko penularan
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu : -
ELISA
-
Western blot
-
P24 antigen test
-
Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu : -
Hematokrit
-
LED
-
Rasio CD4 / CD Limposit
-
Serum mikroglobulin B2
-
Hemoglobin
12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir b. Riwayat Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obatobatan c. Penampilan umum Pucat, kelaparan d. Gejala subyektif Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia e. Pasienikososial Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup f. Status mental Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi g. HEENT Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering h. Pemeriksaan persistem -
Sistem persyarafan
-
Sistem pernafasan
-
Sistem musculoskeletal
-
Sistem kardiovaskuler
-
Sistem integument
i. Pola fungsi kesehatan -
Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan
-
Pola nutrisi
-
Pola eliminasi
-
Pola istirahat tidur
-
Pola aktivitas dan latihan
2. Diagnosa Keperawatan
13
a. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, menurunnya absorbs zat gizi d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal) 3. Intervensi dan Rasional Tindakan a. Intervensi diagnosa 1 a. Reiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya, dengan KH : -
Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
-
TTV dalam batas normal
b. Intervensi (NIC) -
Monitor tanda-tanda infeksi baru R/: untuk pengobatan dini
-
Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif R/: mencegah pasien terpapar kuman pathogen dari RS
-
Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order R/: meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
-
Atur pemberian anti infeksi sesuai oerder
-
R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik
c. Intervensi diagnosa 2 b. Intoleransi
aktivitas
b/d
kelemahan,
pertukaran
oksigen,
malnutrisi Tujuan : Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan, dengan KH : -
Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas
d. Intervensi (NIC) -
Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas R/: respon bervariasi dari hari ke hari
14
-
Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu R/: mengurangi kebutuhan energy
-
Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat
1. R/: ekstra istirahat perlu untuk meningkatkan kebutuhan metabolic
15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data a. Identitas pasien Nama
: Tn “J”
Umur
: 44 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen
Suku
: Dayak
Pendidikan
: SD
Alamat
: Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004. Pasigi. Mempawah Hulu
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk
: 04 Oktober 2014
Tanggal pengkajian
: 06 Oktober 2014
Diagnosa medis
: PLHA + Obs. DyspePasienia, TB
Paru. b. Identitas penanggung jawab Nama
: Tn “A”
Jenis kelamin
: Laki-laki
Hubungan dengan pasien
: Adik
16
2. Riwayat Penyakit a. Alasan masuk rumah sakit sakit Pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu SMRS, sering sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 2 bulan saja. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang. b. Keluhan utama Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan ada batuk berdahak. c. Keluhan saat dikaji Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual muntah. Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari karena gelisah, sesak dan batuk berdahak. d. Riwayat penyakit dahulu Pasien
mengatakan
pernah
berganti-ganti
pasangan
ketika
berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya. e. Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit kronis lainnya.
17
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan : Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
18
Data Biologis a. Pola nutrisi SMRS
: Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu porsi makan habis.
MRS
: Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi makan RS tidak habis sisa 1/2.
b. Pola minum SMRS
: Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)
MRS
: Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)
c. Pola eliminasi SMRS
: Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari
MRS
: Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali sehari.
d. Pola istirahat/tidur SMRS
: Pasien tidur 7-8 jam sehari.
MRS
: Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa sesak dan batuk datang, pasien terjaga.
e. Pola hygiene -
Mandi SMRS : Pasien mandi dua kali sehari. MRS
-
: Pasien mandi satu kali sehari.
Cuci rambut SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi. MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.
-
Gogok gigi SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari. MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari masuk rumah sakit.
19
4. Pola aktifitas Aktifitas
0
Mandi
√
Berpakaian
√
Eliminasi
√
Mobilisasi ditempat tidur
√
Pindah
√
Makan dan minum
√
1
2
3
4
Keterangan : 0 = mandiri 1 = dibantu sebagian 2 = perlu bantuan orang lain 3 = perlu bantuan orang lain dan alat 4 = tergantung orang lain tidak mandiri 5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis
TTV
: TD
= 100/80 mmHg
N
= 86 x/menit
RR
= 40 x/menit
S
= 37,3 ºC
Berat badan SMRS
: 55 Kg ± 6 bulan lalu
MRS
: 35 Kg
Tinggi badan
: 159 cm
IMT
: (𝑇𝐵)2 = (1,59)2 = 12,69
Keterangan
: Nilai normal 18,5 - 24,5 𝐾𝑔⁄𝑚2
𝐵𝐵
35
20
b. Kepala Inspeksi
: Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit kepala kering, tidak ada ketombe.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata Inspeksi
: Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris, konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi
: Tidak nyeri tekan.
d. Hidung Inspeksi
: bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
e. Telinga Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi dan serumen.
Palpasi
: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut Inspeksi
: Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab.
Palpasi
: Otot rahang kuat.
g. Leher Inspeksi
: Ada pembesaran kelenjar getah bening.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
h. Thoraks (paru-paru) Inspeksi
: Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per menit, terdapat retraksi dinding dada.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi
: Bunyi napas ronkhi.
Perkusi
: Batas paru-paru normal.
21
i. Thoraks (jantung) Inspeksi
: Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah kanan.
Palpasi
: Ictus cordis teraba.
Auskultasi
: S1 dan S2 reguler.
Perkusi
: Batas jantung normal.
j. Abdomen Inspeksi
: Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi
: Bising usus 8 kali per menit.
Perkusi
: Timpani.
k. Genetalia (pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah pribadi). l. Ekstremitas Kanan
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
Kiri
Keterangan: Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM). 0 : Tidak mampu bergerak sama sekali 1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas. 2 : Hanya mampu menggerser sedikit. 3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan ikut jatuh. 4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaatlalu jatuh. 5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.
22
8.
Pemeriksaan Laboratorium Golongan darah
:B
HbsAg
: Non-reaktif
HIV
: R/Reaktif
BTA
:+ LABORATORIUM
04-10-2014
Hasil
Nilai Normal
RBC
3,57
3,50-5,50 12⁄𝑙
MCV
7,47
75,0-100,0 fl
RDW%
63,1
1,0-1,6 %
HCT
26,7
35,0-55,0 %
PLT
386
100-400 10 𝑔⁄𝑙
MPV
6,3
8,0-11,0 fl
PCT
0,24
HGB
10,2 HL
0,01-99,9 % 𝑔 11,5-16,5 ⁄𝑑𝑙
WBC
13,5
3,5-10 10 𝑔⁄𝑙
9.
Pengobatan
06 Oktober 2014 - IUFD RL 20 Tpm
07 Oktober 2014 - IUFD Clinimix
08 Oktober 2014 - IUFD Clinimix
- Inj. Dexametason - IUFD ivelif - Sohobion drip 1x1 3x1 amp 3cc - Sohobion drip 1x1 3cc - Inj. Ranitidin 2x1 - OAT Terapi (INH 300 - OAT Terapi (INH amp 300 mg 1x1, mg 1x1, Rifampisin Rifampisin 400 mg - Inj Ceftriaxone 400 mg 2x1. 1x1, etambutol 1x1 2x1 gram - Pirazinamol 1x1, Ketokonazole 1x200 - PCT 3x1 (bila demam), O2 4 𝑙⁄𝑚 mg 1x1 - Candistatin 2x1(peroral) - PCT 3x1 (bila demam), O2 4 𝑙⁄𝑚
23
B. ANALISA DATA NO. 1.
DATA DS:
ETIOLOGI
MASALAH
HIV masuk ke dalam tubuh
Bersihan jalan napas
- Pasien mengatakan sering sesak.
tidak efektif
- Pasien mengatakan sering batuk. DO: - Ketika batuk, tampak adanya
Penurunan kekebalan tubuh
sputum yang dikelarkan. - Respirasi 40 kali per menit - Pasien terpasang oksigen 4 l/m
Masuknya Micobacterium tuberkulosa
Menyebar ke organ paru
Menempel di paru
Terjadi kerusakan membran alveolar
Terjadi pembentukan sputum berlebih
Tidak efektif bersihan jalan nafas
24
2.
Gangguan jalan nafas
DS: -
efektif
Pasien mengatakan nafasnya terasa sesak Suplai O2 turun
DO: -
RR : 40 x/menit
-
Terdapat retraksi dinding dada
-
Pola nafas tidak
Difusi O2 terganggu
Terpasang O2 4 l
Hipoksia
Sesak nafas
Pola nafas tidak efektif
25
3.
Mual muntah
DS: - Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi
makan - Pasien mengatakan sering mual
Nafsu makan turun
dan muntah DO: - Pasien tampak lemah. - BB pasien turun 20 kg, BB = 35
Asupan nutrisi tubuh berkurang
kg - Pasien makan satu kali porsi RS tidak habis - TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kali per menit. - IMT = 12,69 (18,5-24,5) Kg/m2
26
4.
DS:
Proses penyakit
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena gelisah, sesak dan batuk
Perubahan status kesehatan
DO: - Pasien tidur ± 3-4 jam saat malam hari Kegelisahan
Perubahan pola tidur
27
Perubahan pola tidur
C. DAFTAR MASALAH NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL MASALAH DITEMUKAN
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif
06 Oktober 2014
berhubungan dengan produksi sputum DS: - Pasien mengatakan sering sesak. - Pasien mengatakan sering batuk. DO: - Ketika batuk, tampak adanya sputum yang dikelarkan. - Respirasi 40 kali per menit - Pasien terpasang oksigen 4 l/m
28
TERATASI
PARAF
2.
Pola nafas tidak efektif b.d gangguan
06 Oktober 2014
jalan nafas : DS: -
Pasien mengatakan sesak nafas
DO: -
RR : 40x/mnt
-
Terdapat retraksi dinding dada
-
Terpasang O2 4 l
29
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
06 Oktober 2014
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan dan mual muntah. DS: - Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan sering mual dan muntah DO: - Pasien tampak lemah. - BB pasien turun 20 kg, BB = 35 kg - Pasien makan satu kali porsi RS tidak habis - TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 kali per menit. - IMT = 17,79 (18,5-24,5) Kg/m2
30
4.
Gangguan pola tidur berhubungan
06 Oktober 2014
dengan kegelisahan akibat perubahan status kesehatan. DS: - Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena gelisah, sesak dan batuk - Pasien mengatakan tidurnya sering terjaga saat sesak datang DO: Pasien tidur ± 3-4 jam saat malam hari
31
D. INTERVENSI KEPERAWATAN NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Bersihan jalan nafas b/d adanya
Setalah dilakukan tindakan
1. Kaji k/u Pasien
1. Memantau kondisi Pasien
sputum di jalan nafas, ditandai
keperawatan 3x24 jam diharapkan
2. Posiskan pasien untuk
dengan:
bersihan jalan nafas tidakefektifan
2. Memudahkan Pasien ketika bernafas
memaksimalkan ventilasi.
hilang dengan kriteria hasil :
3. Ajarkan untuk batuk efektif
- Pasien mengatakan sering sesak
- Mampu mengeluarkan sputum
4. Monitor resfirasi dan status 02,
- Pasien mengatakan sering batuk
- Frekuensi pernafasan dalam
DS:
rentang normal (18-20x/m) DO:
oxygen therapy. 5. Berikan posisi semi fowler pada
- Ttv dalam batas normal
Pasien.
- Ketika batuk,tampak adanya sputum yang dikeluarkan dari mulut Pasien - Pasien terpasang oksigen 4 L/m
32
RASIONAL
3. Mengeluarkan sputum 4. Pemberian oksigen sebanyak 4 l/m 5. Memberikan kenyamanan pada Pasien
2.
Pola nafas tidak efektif b.d
Setalah dilakukan tindakan
1. Kaji pola nafas
gangguan jalan nafas :
keperawatan 3x24 jam diharapkan :
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat
DS: -
Pasien mengatakan sesak nafas
-
-
1. Untuk mengetahui pola nafas dan membantu dalam
nafas dalam batas normal 18-
adanya bunyi nafas seperti krekels,
menentukan intervensi
20x/mnt
wheezing.
selanjutnya
Retraksi dinding dada ( - )
3. Berikan posisi semi fowler
2. ronki dan wheezing menyertai
DO:
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat
obstruksi jalan nafas /
-
RR : 40x/mnt
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
kegagalan pernafasan.
-
Terdapat retraksi dinding dada
pemberian terapi
3.
Memaksimalkan ekspansi paru
-
Terpasang O2 4 l
4. Memberikan lingkungan aman dan nyaman 5. Membantu dalam pemberian terapi yang tepat.
33
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
1. Kaji keadaan umum Pasien
1. Memantao kondisi Pasien
kurang dari kebutuhan tubuh
diharapkan Ketidak seimbangan
2. Monitor Input dan Output nutrisi
2. Menyesuaikan kebutuhan
b/d menurunnya nafsu makan
nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil :
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
dan mual muntah, ditandai
- TTV dalam batas normal
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan:
- BB meningkat
-
Pasien mengatakan tidak nafsu
-
Pasien
4. Menjaga keseimbangan Pasien
meningkat - Mual muntah berkuarang
makan mengatakan
sering
mual muntah DO: -
Pasien tampak lemah
-
BB 35 kg
-
Pasien makan 1 kali sehari porsi rs tidak habis
-
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi Pasien
- Pasien mengatakan nafsu makan
DS:
kalori yang dibutuhkan
TTV : TD =100/80 N=86x/m IMT=12,69 Kg/m2
34
4.
Gangguan pola tidur b/d
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
1. Kaji keadaan umum Pasien
1. Memantau kondisi Pasien
kegelisahan akibat perubahan
diharapkan Perubahan pola tidur tidak
2. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
2. Mengetahui intensitas tidur
setatus kesehatan ditandai
terjadi dengan criteria hasil:
3. Idenfikasi penyebab perubahan pola
dengan:
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur
- DS :
- Jumblah jam tidur normal 6-8 jam.
Pasien mengatakan tidak bisa
tidur Pasien
Pasien 3. Mengetahui penyebab untuk
4. Berikan posisi semi fowler
memberikan intervensi yang
5. Kolaborasi dengan keluarga Pasien
tepat
supaya menciptakan suasana yang
tidur karena gelisah - DO :
tenag dan nyaman
4. Merangsang Pasien supaya tertidur 5. Membantu Pasien untuk tidur
Pasien tidur kurang lebih 1-2
nyenyak.
jam saat malam hari.
35
E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI NO. DX
TANGGAL
CATATAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI
DX 1.
06-10-2014 07.00 07:10
1. Kaji k/u Pasien
S : Pasien mengatakan masih sesak dan sering batuk.
R/Pasien tampak tenang
O:
2. Monitor respirasi dan status O2. R/Pasien terpasang O2 4 l 3. Ajarkan untuk batuk efektif
07:20
R/Pasien mengikuti instruksi R/Pasien mengikuti 5. memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien
07:40
Respirasi 40 x/m
-
Pasien terpasang oksigen sebanyak 4 l/m
A : Masalah belum teratasi.
4. berikan posisi semi fowler pada Pasien. 07:30
-
R/Pasien mendengarkan
36
P : Intervensi 2,3,4 dan 5 dilanjutkan.
PARAF
DX 2.
06-10-2014 09.00 10.00
1. Kaji pola nafas
S : - Pasien mengatakan sesak
R/ Pasien mengatakan sesak, RR : 40x/menit 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki
10.30
3. Berikan posisi semi fowler R/ Pasien merasa nyaman
10.45
-
Pasien menggunakan oksigen 4 liter
-
RR : 40x/menit
-
Pasien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi.
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat
P : Intervensi 1, 2,3 dan 4 dilanjutkan.
R/ Pasien merasa nyaman 11.00
O : - terdapat retraksi dinding dada
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi R/ pemberian oksigen 4 liter
37
DX 3.
06-10-2014 09:20
1. Monitor input dan output nutrisi
S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan, BAB jarang
09:30
O:
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering R/ Pasien mengikuti instruksi
09:35
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
-
Pasien tampak lemah
-
Pasien makan 1 x sehari porsi RS tidak habis
R/Pasien diberi makan bubur.
A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
38
DX 4.
06-10-2014
1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
10.20
R/Pasien mengatakan susah tidur
10:40 10:45
S : Pasien mengatakan susah untuk tidur. O:
2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien
-
Mata Pasien tampak berkantung
R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak dan gelisah.
-
Pasien tampak lemah
3. Berikan posisi semi fowler
P : Intervensi 2,3 dan 4 dilanjutkan.
R/Pasien merasa nyaman. 10:50
A : Masalah teratasi sebagian.
4. Kolaborasi dengan keluarga Pasien supaya menciptakan suasana yang tenag dan nyaman . R/Keluarga Pasien mengerti
39
DX 1.
07-10-2014 09.00
1. Monitor resfirasi dan status O2.
S : Pasien mengatakan masih sesak,tapi
R/Pasien terpasang oksigen 4 l
batuk berkurang .
2. Mengajarkan untuk batuk efektif
O:
R/Pasien mengikuti 09:05
3. Berikan posisi semi fowler pada Pasien. R/Pasien mengikuti
09:10
13.00
13.30
-
Pasien terpasang oksigen sebanyak 4l
A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi 2, dan 5 dilanjutkan.
09.15
07-10-2014
Respirasi 40 x/m
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien R/Pasien mendengarkan
DX 2.
-
1. Kaji pola nafas
S : - Pasien mengatakan masih merasakan
R/ Pasien mengatakan masih sesak, RR : 40x/menit 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing
sesak O : - terdapat retraksi dinding dada -
R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronkhi 3. Berikan posisi semi fowler R/ Pasien merasa nyaman
40
Pasien menggunakan oksigen 4 liter
-
RR : 40x/menit
-
Pasien tampak gelisah
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat
A : Masalah teratasi sebagian.
R/ Pasien merasa nyaman
P : Intervensi 1, 2,3, 4 dan 5 dilanjutkan.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi DX 3.
07-10-2014 09.30
R/ pemberian oksigen 4 liter. 1. Kaji keadaan umum Pasien
S : Pasien mengatakan masih tidak nafsu
R/ Pasien lemah, belum ada nafsu makan 2. Monitor Input dan Output nutrisi
09.35 09:40
makan. O:
R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan BAB
-
Pasien tampak lemah
jarang.
-
Pasien makan 1 x sehari porsi RS
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
tidak habis
R/ Pasien mengatakan akan mengikuti instruksi
A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan
41
DX 4.
07-10-2014
1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
09.50
R/Pasien mengatakan susah tidur
S : Pasien mengatakan masih susah untuk tidur.
2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien 10.00
O:
R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak 3. Berikan posisi semi fowler
10.05
R/Pasien tampak nyaman
-
Mata Pasien tampak berkantung
-
Pasien tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.
DX 1.
08-10-2014 09.00
1. Monitor resfirasi dan status O2.
S: -
R/Pasien terpasang oksigen 2 liter 2. Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien
Pasien mengatakan hanya sesak yang masih ada.
-
R/Pasien mendengarkan 09.10
Pasien mengatakan mengerti dengan penyakit yang dideritanya
O:
42
-
respirasi 36 x/m
-
Pasien terpasang oksigen sebanyak 2 L/m
A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi 2 dilanjutkan. DX 2.
08-10-2014
1. Kaji pola nafas
S : - Pasien mengatakan sesaknya sedikit
R/ Pasien mengatakan sesaknya sedikit berkurang, RR : 36x/menit
berkurang O : - terdapat retraksi dinding dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi -
nafas seperti krekels, wheezing R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki 3. Berikan posisi semi fowler R/ Pasien merasa nyaman
Pasien menggunakan oksigen 4 liter
-
RR : 36x/menit
-
Pasien milau tenang
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat A : Masalah teratasi sebagian.
R/ Pasien merasa nyaman 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi R/ pemberian oksigen 2 liter
43
P : Intervensi 1, 2,3 dilanjutkan.
DX 3.
08-10-2014 09:15
1. Monitor Input dan Output nutrisi
S : Pasien mengatakan ada nafsu
R/ Pasien makan bubur tiga kali sehari porsi makan ¼. BAB belum ada.
09:30
makan,tapi kadang-kadang O:
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering R/ Pasien melakukan
-
Pasien tampak lemah
-
Pasien makan 1 x sehari porsi RS tidak habis
A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan
44
DX 4.
08-10-2014 09.40
1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
S : Pasien mengatakan bisa tidur tetapi
R/Pasien mengatakan masih belum bisa tidur malam.
09.45
O:
2. Berikan posisi semi fowler R/Pasien merasa nyaman
10.00
tidak nyenyak.
3. Merapikan tempat tidur
-
Pasien tampak gelisah
-
Pasien tidur 5-6 jam sehari
A : Masalah teratasi sebagian.
R/Pasien mengatakan tempat tidurnya sudah merasa nyaman.
45
P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Tn “J” datang ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 04 Oktober 2014 pukul 18:45 WIB dengan keluhan pasien mengatakan demam ± 2 bulan
SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuk
berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak. Saat di lakukan pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak, tidak nafsu makan dan tidurnya tidak nyenyak sehingga kami mengangkat diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
gangguan
pola
tidur.
Tindakan
yang
dilakukan
diantaranya
memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas, memanajemen status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa keperawatan tersebut belum ada yang teratasi sepenuhnya. B. Saran Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana tindakannya.
46
DAFTAR PUSTAKA Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran Bandung Doenges, Marylyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC.
47