Nama : ZULHAIRU NIM : SR 102040515 Kelas : II B
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN REFRAKSI
A. Pengertian
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan ba yangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat. Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda
tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan
penglihatan
menjadi
kabur,
maka
mata
akan
berakomodasi
dengan
mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter. B. kelainan refraksi pada anak
Kelainan Refraksi pada anak yang berat perlu dikoreksi agar tidak mengganggu proses perkembangan pengelihatan yang normal karena keterlambatan koreksi akan menimbulkan cacat pengelihatan yang serius dan bahkan menimbulkan kebutaan.Akan tetapi tidak semua kelainan refraksi / ametropi pada anak perlu dikoreksi. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan koreksi terbaik untuk kelainan refraksi pada anak dengan memperhatikan jenis dan derajat ametropia, umur anak dan potensi terjadinya ambliopia. Gejala dan tanda tergantung dari jenis kelainan refraksi ( lihat gejala myopia, hipermetropia & astigmatisma), derajat kelainan refraksi dan umur penderita. Pada hipermetropia dapat berupa gajala mengerutkan muka, melirik, hiperaktif, sakit di mata, tidak senang membaca buku dan sakit kepala bila lelah. Pada myopia tinggi anak harus melihat dengan jarak yang sangat dekat atau mengeluhkan pengelihatan buram apabila anak sudah dapat berkomunikasi.
Pemeriksaan gejala & tanda kelainan refraksi dapat dilakukan pada anak usia < 2thn, pra sekolah dan usia sekolah. Segera periksakan mata anak bila ditemukan gejala seperti disebutkan diatas. C. Tanda dan Gejala
Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan penglihatan kabur. Tajam penglihatan pasien kurang dari normal (6/6). Ametropia pada anak dapat mengakibatkan seperti penglihatan kabur dan juling. D. jenis-jenis gangguan refraksi a.Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik.Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus yang dibiaskan di depan. Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala. b.Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif). Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus t ajam penglihatan maksimal. Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina atau selaput jala. c.Astigmatisma
Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur. Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. d. Presbiopia
Presbiopi adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi
berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat. Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. E. Pemeriksaan
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif. Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam penglihatan yang baik. Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan sistem proyeksistreak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan daya akomodasi. Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun dan mata tidak memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2 tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun. F.Terapi
Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca mata tidak menyembuhkan kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan makanan yang mengandung vitamin A, B, dan C. Kebutuhan mengkoreksi kelainan refraksi tergantung gejala pasien dan kebutuhan penglihatan. Pasien dengan kelainan refraksi ringan dapat tidak membutuhkan koreksi. Koreksi kelainan refraksi bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik. Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil, sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih,coating kaca mata mengurangkan kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.
G.Pencegahan
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain dengan:
Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata
Pemberian tetes mata atropin.
Menurunkan tekanan dalam bola mata.
Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1. ANAMNESIS
a. Data Demografi Umur, miopia dan hipermetropia dapat terjadi pada semua umur sedangkan presbiopia timbul mulai umur 40 di tahun. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang mmerlukan penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu lama, seperti operator komputer, preparasi jam. b. Keluhan yang dirasakan Pandangan atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, epifora, pusing, sering lelah dan mengantuk, pada klien miopia terdapat astenopia astenovergen dan pada hiprmetropi terjadi asternovergen dan pada hipermetropi terjadi astenopia akomodasi yang menyebabkan klien lebih sering beristirahat. c. Riwayat penyakit keluarga. Umumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes melitus dan pada miopi aksialis di dapatkan faktor herediter. Riwayat penyakit masa lalu. Pada miopi mungkin terdapat retinitis sentralis dan ablasioretina, sedangkan pada astigmatisma didapatkan riwayat keratokonus, keratoklobus dan keratektasia. Kaji pula adanya defisit vitamin A yang dapat mempengaruhi sel batang dan kerucut serta produksi akueus tumor dan kejernihan kornea. 2. PEMERIKSAAN
Presbiopia. Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode “trial and error” hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi, jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa speris positif dan diperiksa dengan menggunkan kartu jaeger pada jarak 30 cm. Miopia. Refraksi subjektif, metode trial and error dengan menggunakan kartu snellen, mata di periksa satu per satu, ditentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sfesis negatif, refraksi objektif, retonoskop dengan lensa S+2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fndus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sfesis negatif sampai tercapai netralisasi, autorefraktometer (komputer) Hipermetropia. Refraksi subjektif, metode trial and error dengan menggunakan kartu snellen, mata diperiksa satu per satu ditentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sfesis positif. Pada anak-anak dan remaja dengan
visus 6/6 dan keluhan astenopia akomodatif dikoreksi dengan sikloplegik. Refraksi objektif, retinoskop dengan retina kerja S+2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop (againts movement) kemudian dikoreksi dengan sfesis positif sampai netralisasi, autorefraktometer (komputer). Astigmatisma. Dasar pemerikasaan astigmatisma dengan tehnik fogging yaitu klien disuruh melihat gambaran kipas dan ditanya manakah garis yang paling jelas terlihat. Garis ini sesuai dengan meridian yang paling emetrop dan yang harus dikoreksi adalah aksis tegak lurus, derajat bidang meridian tersebut dilanjutkan dengan pemeriksaan kartu snellen. B. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinsa. Tujuan :
Ketajaman Penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat.
Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap
perubahan. Intervensi :
Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : Pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan dalam tindakan keperawatan.
Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata bantu atau operasi (keratotomi radikal), epikeratofakia, atau foto refraktif keratektomi (FRK) untuk miopia. Pada FRK, laser digunakan untuk mengangkat lapisan tipis dari kornea, sehingga dapat mengoreksi lingkungan kornea yang berlebihan yang mengganggu pemfokusan cahay yang tepat melalui lensa. Prosedur ini dilakukan kurang
dari
satu
menit.
Perbaikan
visual
tampak
dalam
3-5
hari.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha memf okuskan mata Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi. Kriteria hasil :
Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotofobia,) berkurang / hilang.
Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.
Intervensi :
Jelaskan penyebab pusing, mata lelah, berair, fotofobia. Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.
Kolaborasi : pemberian kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
3. Resiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Tujuan : tidak terjadi cedera Kriteria Hasil :
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.
Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam li ngkungan.
Intervensi :
Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan. Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.
Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktifitas.
Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional : mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cedera.