TUGAS KOMUNITAS I MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS (ASAM URAT)
DISUSUN OLEH :
SHINTA PUTRI GITAYU (10215026)
PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2017
I
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan kuasaNya makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Gout Arthritis (Asam Urat)” dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komuitas program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan. Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki. Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.
Kediri, 22 November 2017
Penyusun
II
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
i
Kata Pengantar .................................................................................................
ii
Daftar isi ...........................................................................................................
iii
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ...............................................................................
1
B.
Rumusan masalah ..........................................................................
2
C.
Tujuan............................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Keluarga..................................................................
3
B.
Konsep Dasar Gout Arthritis ..........................................................
8
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pre Planning ..................................................................................
20
B.
Gambaran kasus ............................................................................
36
C.
Pengkajian .....................................................................................
37
D. E.
Analisa data ................................................................................... Diagnosa keperawatan...................................................................
51 53
F.
Scoring/ pembobotan dan penentuan prioritas masalah ................
53
G.
Prioritas diagnosa keperawatan .....................................................
56
H.
Rencana tindakan keperawatan .....................................................
57
I.
Implementasi dan Evaluasi............................................................
64
PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................
68
B.
Saran ..............................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
19
LAMPIRAN....................................................................................................
70
III
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. ( Brunner & Suddarth. 2001) Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling
kuat
yang
berhubungan
dengan
kejadian
hiperurisemia.
(Setyoningsih, 2009) Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
1
WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010) Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keluarga ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis ?
1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.
2. Tujuan Khusus
Mahas iswa mampu : a) Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis. b) Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis. c) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis. d)
Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998). Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. 2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu: a)
Fungsi Afektif Yaitu
berhubungan
dengan
fungsi-fungsi
internal
keluarga,
pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan
tugas-tugas
yang
menunjang
pertumbuhan
dan
perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. b)
Fungsi Sosialisasi Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin,
3
norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam masyarakat. c)
Fungsi reproduksi Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber daya manusia.
d)
Fungsi Ekonomi Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian, perumahan dan lain-lain.
e)
Fungsi Perawatan Keluarga Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan kesehatan/perawatan,
kemampuan
keluarga
melakukan
asuhan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. 3. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) antara lain: a)
Keluarga inti (konjungal) Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
b)
Keluarga orentasi (keluarga asal) Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga
besar
yaitu
berhubungan (oleh
keluarga
inti
dan
orang-orang
yang
darah), yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.
4
4. Bentuk Keluarga
Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998) : a) Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. b) Keluarga besar (Exstende Family) Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c) Keluarga berantai (Serial family) Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d) Keluarga duda/janda (single family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e) Keluarga berkomposisi (composite) Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f) Keluarga kabitas (cababitation) Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 5. Tingkat Perkembangan Keluarga
Seperti
individu
yang
mengalami
tahap
pertumbuhan
dan
perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman (1998) antara lain: a)
Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan) Tugasnya adalah : 1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan. 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
5
3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). b)
Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 tahun). Tugasnya adalah : 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap. 2. Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. 3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 4. Memperluas
persahabatan
dengan
keluarga
besar
dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek. c)
Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 bulan). Tugasnya adalah : 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain, privasi, keamanan. 2. Mensosialisasikan anak. 3. Mengintegrasikan
anak
yang
sementara
tetap
memenuhi
dalam
(hubungan
kebutuhan anak-anak yang lain. 4. Mempertahankan
hubungan
yang
sehat
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas). d)
Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun). Tugasnya adalah : 1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan
prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. 2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
6
e)
Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun). Tugasnya : 1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. 2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. 3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f)
Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah). Tugasnya : 1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak. 2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan. 3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.
g)
Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan) Tugasnya : 1. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan 2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.
h)
Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia Tugasnya : 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. 2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. 3. Mempertahankan hubungan perkawinan. 4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. 5. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi. 6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
7
6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan
Seperti
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004)
yang
perlu dipahami dan dilakukan meliputi : 1)
Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.
2)
Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3)
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4)
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5)
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
B. Konsep Dasar Gout Arthritis 1. Pengertian Gouth Arthritis
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/ penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalu ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna(Syukri, 2007). Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh
8
jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015). Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan
asam
urat.
Makanan
yang
dikonsumsi
juga
menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal. Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat (Arya, 2013). 2. Klasifikasi
Klasifikasi gout dibagi dua yaitu: 1. Gout Primer Gout primer dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya. 2. Gout Sekunder Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal yaitu; a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada:
9
Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, myeloma retikulasi) Sindroma Lesch-Nyhan yaitu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine fosforibosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang dewasa Gangguan penyimpanan glikoge. Pada
pengobatan
anemia
pernisiosa
oleh
karena
maturasi
sel
megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat. b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada: Kegagalan ginjal kronik, pemakaian obat-obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan sulfonamide Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan pada miksedema c. Obesitas (kegemukan) d. Intoksikasi (keracunan timbal)
e. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dimana akan ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolism lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akana menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi. Penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu: a. Tahap 1 (Tahap akut) Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk pertama kalinya. Serangan arthritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan cepat menghilang. Karena cepat menghilang maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidakmenduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri penderita terserang penyakit gout arthritis. Ini karena serangan pertama berlangsung secara singkat dan dapat sembuh dengan
10
sendirinya (self-limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat penderita sembuh, penderita menyangka hal itu dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat atau diurut, tanpa diobati atau diurut sekalipun serangan pertama kali akan hilang dengan sendirinya. b. Tahap 2 (Tahap Interkritikal) Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis akut . c. Tahap 3 (Tahap Intermitten) Setelah melewati masa Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan arthritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin banyak. d. Tahap 4 (Tahap Kronik Tofaceous) Tahap ini terjadi bila penderita telah mengalami sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut dengan Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk kapur yang merupakan deposit dari Kristal monosodium urat. Thopi ini akan menyakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya.
11
3. Etiologi Gout Arthritis
Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu : a. Faktor dari luar Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau factor dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. b. Faktor dari dalam Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat-obatan, alkohol, obesitas, diabetes mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.
4. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap di bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul (Smeltzer, 2002). Gambaran
kristal
urat
dalam
cairan
sinovial
sendi
yang
asimtomatik menunjukkan bahwa faktor – faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan imunoglobulin yang terutama berupa IgG.
12
IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologik (Smeltzer, 2002). Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada laki-laki. Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang agaknya memengaruhi timbulnya penyakit ini termasuk diet, berat badan, dan gaya hidup. Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak dionati. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout. Dalam tahapan ini pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut. Tahap kedua adalah artritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Artritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda
peradangan
lokal.
Mungkin
terdapat
demam
dan
peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan (diuretik), alkohol, atu stres emosional. Tahap ini biasanya mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendisendi lainnya juga dapat terserang, termasuk sendi jari-jari tangan, lutut, mata kaki, pergelangan tangan, dan siku. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10-14 hari. Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap interktiris. Tidak dapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari
13
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati. Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan
kronik
akibat
kristal-kristal
asam
urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut artritis gout dapat terjadi dalam tahap ini. Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstitum medula, papila, dan piramid, sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asma urat juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat, dan tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi (Kowalak, 2002). 5. Manifestasi Klinis Gout Arthritis
Gejala klinis dari gout athritist meliputi : 1. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki dan biasanya bersifat monoartikular. Ada kalanya serangannyeri di sertai kelelahan, sakit kepala dan demam ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Serangan akut ini dilukiskan sebagai sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu, bila tidak terobati, rekuren yang multipel, interval antara serangan singkat dan dapat mengenai beberapa sendi (Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014 ). Ketika serangan artritis gout terjadi eritema yang luas di sekitar area sendi yang terkena dapat terjadi. Meskipun serangan bersifat sangat nyeri biasanya dapat sembuh sendiri dan hanya beberapa hari. Setelah serangan terdapat interval waktu yang sifatnya asimptomatik dan disebut juga stadium interkritikal (Sunkureddi et al, 2006 dalam Widyanto, 2014). b. Interkritikal
14
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat (Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014) c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Tofus terbentuk pada masa artritis gout kronis akibat insolubilitas relatif asam urat. Awitan dan ukuran tofus secara proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa olekranon, tendon achilles, permukaan ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang sering dihinggapi tofus. Secara klinis tofus ini mungkin sulit dibedakan dengan nodul rematik. Pada masa kini tofus jarang terlihat dan akan menghilang dengan terapi yang tepat (Carter, 2006 dalam Widyanto 2014).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang paling utama untuk gout arthritis yaitu pemeriksaan cairan sinovial.
Pada pemeriksaan ini menunjukkan
adanya kristal monosodium urate (MSU). Identifikasi kristal MSU dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis (Saigal & Abhishek, 2015). Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui aspirasi persendian yang mengalami inflamasi akut atau dicurigai topus (Sholikah, 2014). Diagnosis artritis gout dilakukan sesuai dengan kriteria dari The American College of Rheumatology (ACR) yaitu terdapat kristal urat
15
dalam cairan sendi atau tofus dan/atau bila ditemukan 6 dari 12 kriteria yaitu, Inflamasi maksimum pada hari pertama, serangan akut lebih dari satu kali, artritis monoartikuler, sendi yang terkena berwarna kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada sendi metatarsofalangeal, serangan pada sendi metatarsofalangeal unilateral, adanya tofus, hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl) , pada foto sinar-X tampak pembengkakan sendi asimetris dan kista subkortikal tanpa erosi, dan kultur bakteri cairan sendi negatif (Widyanto, 2014).
7. Penatalaksanaan Gout Arthritis
Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi makanan/diet. Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus
disuruh
umtuk
meninggikan
bagian
yang
sakit
untuk
menghindari penahanan beban dan tekanan yang berasal dari alas tempat tidur dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit. Terapi
makanan
mencakup
pembatasan
makanan
dengan
kandungan purin yang tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. Perawat harus mendorong pasien untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan calculi ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat. Pola diet yang harus diperhatikan adalah : 1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) : Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng. 2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung. 3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
16
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan. 4. Bahan makanan yang diperbolehkan : a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah terbatas). b. Semua jenis buah-buahan. c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol. d. Semua macam bumbu. 5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi. 6. Batasi konsumsi lemak. 7. Banyak minum air putih. Obat – obat penurun kadar asam urat terdiri dari : a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon, bensbromaron, azapropazon. b. Kelompok xanthine oxydase yaitu : allopurinol. (Pudiyono, 2011).
8. Komplikasi Gout Arthritis
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative
arthritis,
infeksi
sekunder, batu ginjal dan
fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Arthritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007). Terdapat tiga hal yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan kandungan asam urat dalam urin), rendahnya pH (yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya volume
17
urin (menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Sakhaee dan Maalouf, 2008).
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook. Syukri M. 2007. Asam Urat dan Hiperuresemia. Majalah Kedokteran NusantaraVolume 40 No. 1 Maret 2007. Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis of the Knee Joint . Journal Indian Academy of Clinical Medicine. Vol 14. No 2. Page 154-162. Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah Dan Mengobati Asam Urat. Jakarta : Rineka Cipta. Liebman et al. 2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9, No. 3, pp. 251-257. Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape. Sakhaee K, Maalouf NM 2008, Metabolic Syndrome and Uric Acid
Nephrolithiasis, Seminars in Nephrology, Vol.28, No. 2, pp. 174-180. Saigal, Renu & Abhishek Agrawal. 2015. Pathogenesis and Clinical
Management of Gouty Arthrhitis . Journal of The Association of Physicians of India Vol. 63 December 2015 :56-63. Dianati, Nur Amalia. 2015. GOUT AND HYPERURICEMIA. J MAJORITY Vol. 4 No. 3 Januari 2015 : 82-89. Sholihah, Fatwa Maratus. 2014. DIAGNOSIS AND TREATMENT GOUT
ARTHRITIS. J MAJORITY Vol. 3 No. 7 Desember 2014 : 39-45. Widyanto, Fandi Wahyu. 2014. ARTRITIS GOUT DAN
PERKEMBANGANNYA. Jurnal bidang kedokteran dan kesehatan Saintika Medika Vol. 10 No. 2 Desember 2014 : 145-152.
19
PRE PLANNING PENGKAJIAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS) A. LATAR BELAKANG
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001). Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. (Setyoningsih, 2009). Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan,
20
Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010). Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah asam urat. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga. 2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga. 3. Mengetahui struktur keluarga. 4. Mengetahui fungsi keluarga. 5. Mengetahui stress dan koping keluarga. 6. Mengetahui status kesehatan keluarga. 7. Mengetahui harapan keluarga. 8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.
C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran
: Keluarga.
Target
: Bapak dengan masalah asam urat.
21
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : 24 November 2017 Waktu
: Pukul 11.00-Selesai
No.
Tahap
Kegiatan
1.
Pra interaksi
a. Menyampaikan salam.
(5 menit )
b. Memperkenalkan diri. c. Menyampaikan maksud dan tujuan.
2.
Interaksi
a. Wawancara dengan keluarga tentang data
(30 menit )
yang diperlukan. b. Melakukan
pemeriksaan
fisik
pada
seluruh anggota keluarga. c. Melakukan observasi lingkungan.
3.
Terminasi
a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan
(5 menit )
terimakasih. b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang. c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.
G. SETTING TEMPAT
A
Keterangan : B
A
A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur a. Menyiapkan pre planning. b. Kontrak waktu dengan keluarga.
22
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik. 2. Evaluasi Proses a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga
kooperatif
terhadap
pertanyaan
yang
diajukan
untuk
melengkapi data. c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik. d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi. e. Wawancara berjalan dengan lancar. 3. Evaluasi hasil Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
23
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS) A. LATAR BELAKANG
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001). Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. (Setyoningsih, 2009). Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan,
24
Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010). Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dalam menangani penyakit asam urat. b. Tujuan Khusus Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu : 1. Menjelaskan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat berupa menyebutkan makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita asam urat ataupun yang tidak dianjurkan. 2. Melaporkan penggunaan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat dari asam urat. 3. Melaporkan penggunaan strategi untuk memaksimalkan kesehatan penderita asam urat. 4. Melakukan pemeriksaan diri dan pemantauan diri penderita asam urat. 5. Menggunakan layanan kesehatan yang sesuai kebutuhan untuk penderita asam urat.
C. METODE PELAKSANAAN
Penyuluhan, berdiskusi.
25
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran
: Keluarga.
Target
: Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Selasa, 5 Desember 2017 Waktu
: Pukul 09.30-Selesai
No.
Tahap
1.
Pra interaksi
2.
Kegiatan
a. Menyampaikan salam.
(5 menit)
b. Menyampaikan maksud dan tujuan.
Interaksi
a. Wawancara dengan keluarga tentang data
(30 menit)
yang diperlukan. b. Melakukan penyuluhan tentang penyakit asam urat. c. Melakukan tanya jawab dan berdiskusi
3.
Terminasi
a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan
(5 menit)
terimakasih. b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang. c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, leaflet, laptop (ppt).
G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
C B
A
A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien
26
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur a. Menyiapkan pre planning. b. Kontrak waktu dengan keluarga. c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis. 2. Evaluasi Proses a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga
kooperatif
terhadap
pertanyaan
yang
diajukan
untuk
melengkapi data. c. Wawancara berjalan dengan lancar. 3. Evaluasi hasil Didapatkan 80% dari 100% data tentang kesiapan meningkatkan manajemen ksehatan diri pada keluarga Tn.A khususnya Tn.A sendiri. a. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian asam urat , penyebab asam urat, tanda dan gejala asam urat akibat asam urat yang tidak teratasi, pencegahan asam urat, pengobatan asam urat. b. Keluarga mengatakan setuju untuk mengatasi masalah asam urat. c. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.
27
PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS) A. LATAR BELAKANG
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. ( Brunner & Suddarth. 2001). Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling
kuat
yang
berhubungan
dengan
kejadian
hiperurisemia.
(Setyoningsih, 2009). Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
28
WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010). Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dalam menangani penyakit asam urat. b. Tujuan Khusus Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu : a. Memutuskan masalah yang berhubungan dengan asam urat. b. Merawat anggota keluarga yang menderita asam urat. c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk mengatasi asam urat. d. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah asam urat.
C. METODE PELAKSANAAN
Berdiskusi.
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran Target
: Keluarga. : Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Kamis, 7 Desember 2017
29
Waktu
: Pukul 16.00-Selesai
No.
Tahap
1.
Pra interaksi
2.
Kegiatan
a. Menyampaikan salam.
(5 menit)
b. Menyampaikan maksud dan tujuan.
Interaksi
a. Berdiskusi.
(30 menit)
b. Wawancara. c. Mendemonstrasikan ROM pada keluarga khususnya Tn. A.
3.
Terminasi
a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan
(5 menit)
terimakasih. b. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, leaflet, laptop. G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
C B
A
A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur a. Menyiapkan pre planning. b. Kontrak waktu dengan keluarga. c. Menyiapkan alat tulis dan persiapan alat yang akan digunakan. 2. Evaluasi Proses a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan.
30
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang masih lupa atau belum diketahui. d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar. e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapai 3. Evaluasi hasil a.
Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.
b.
Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga menyediakan pegangan atau kursi kayu jika Tn. A sedang kambuh dan kakinya mengalami pembengkakan.
c.
Tanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan pengecekan asam urat secara rutin.
31
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEEMPAT PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS) A. LATAR BELAKANG
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. ( Brunner & Suddarth. 2001). Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling
kuat
yang
berhubungan
dengan
kejadian
hiperurisemia.
(Setyoningsih, 2009). Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
32
WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010). Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A dan keluarga mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dengan keluarga yang menderita penyakit asam urat. b. Tujuan Khusus Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu : 1. Memahami dan mengetahui secara detail tentang penyakit asam urat. 2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita asam urat. 3. Keluarga mengingat mengenai materi yang pernah disampaikan. C. METODE PELAKSANAAN
Berdiskusi, tanya jawab.
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran
: Keluarga.
Target
: Bapak dengan masalah asam urat.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Rabu, 13 Desember 2017 Waktu
: Pukul 19.29-Selesai
33
No.
Tahap
1.
Pra interaksi
2.
Kegiatan
a. Menyampaikan salam.
(5 menit)
b. Menyampaikan maksud dan tujuan.
Interaksi
a. Berdiskusi.
(30 menit)
b. Tanya Jawab. c. Mereview pengetahuan keluarga mengenai asam urat dan materi yang pernah disampaikan.
3.
Terminasi
a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan
(5 menit)
terimakasih. b. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, leaflet, laptop.
G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
C B
A
A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien
H. KRITERIA EVALUASI
4. Evaluasi Struktur a. Menyiapkan pre planning. b. Kontrak waktu dengan keluarga. c. Menyiapkan alat tulis dan persiapan alat yang akan digunakan. 5. Evaluasi Proses a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan. c. Keluarga berperan aktif dalam proses diskusi tanya jawab.
34
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar. e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapai. 6. Evaluasi hasil a.
Hasil observasi diketahui adanya perubahan pemahaman mengenai keluarga klien dalam mengenal masalah asam urat. Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian asam urat, penyebab asam urat, tanda dan gejala asam urat, akibat asam urat yang tidak teratasi, pencegahan asam urat dan pengobatan asam urat.
b.
Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.
c.
Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga menyediakan pegangan atau kursi kayu jika Tn. A sedang kambuh dan kakinya mengalami pembengkakan.
d.
Tanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan pengecekan asam urat secara rutin.
35
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 1.2 Gambaran Kasus
Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (66 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun), Tn. MI (22 tahun), Nn. U (20 tahun) sebagai anak. Tn. A merupakan kelolaan utama mahasiswa untuk dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat. Masalah yang terjadi pada keluarga Tn. A adalah asam urat. Pengkajian yang dilakukan dengan keluarga Tn. A, didapatkan data bahwa saat ini Tn. A yang bekerja yaitu sebagai Wiraswasta. Tn. A dan keluarganya tinggal di dusun Gapuk RT/RW 01/09, desa bulu, kecamatan semen, kabupaten Kediri. Tn. A mengeluhkan nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut. Klien mengatakan menderita asam urat sudah satu tahun dan sering kambuh apalagi ketika cuaca dingin. Keluarga mengatakan klien senangnya makan makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol seperti jeroan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV TD: 170/100 mmHg, RR: 24 x/menit, suhu 38 C, kadar asam urat 8 mg/dl, jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan kaki terlihat inflamasi (kemerahan, bengkak dan teraba hangat). Ny. M mengatakan bahwa akhir-akhir ini Tn. A tidak nafsu makan, dan apaabila cuaca sedang dingin biasanya Tn. A mengeluhkan kakinya sangat sakit dan tidak bisa berjalan sendiri, biasanya berjalan dibantu dengan anakanaknya.
36
1.3 Pengkajian
Fasilitas Yankes
Dokter Umum (Klinik
No. Registrasi
1003-1786
Tanggal Pengkajian
24 November 2017
Salsabilla) Nama perawat yang
Ns. Shinta
mengkaji
1.2.1
DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga
Ahmad Saidi
Bahasa Sehari-hari
Jawa
Alamat Rumah & Telp
dusun Gapuk RT/RW
Jarak Yankes terdekat
2 km
Alat transportasi
Motor
01/09, desa bulu, kecamatan semen, kabupaten Kediri 085749197320 Agama dan Suku
Islam
37
DATA ANGGOTA KELUARGA No
Nama
Hub dgn KK
Umur
JK
Suku
Pendidikan terakhir
Pekerjaan Saat ini
1.
Ahmad
Suami
60 tahun
Laki-
Jawa
SMP
Wiraswasta
Saidi
laki
Status Gizi (TB, BB, BMI)
TTV (TD, N, S, RR)
Status Imunisasi Dasar
Alat Bantu / Protesa
BB 63kg,
170/100
Terpenuhi
Tidak Ada
TB 175cm
mmHg,
Terpenuhi
Tidak Ada
Terpenuhi
Tidak Ada
78/menit, RR 24/menit, 380C 2.
Mudawam
Istri
54 tahun
ah
Peremp
Jawa
SMP
Wiraswasta
uan
BB 42 kg,
90/70mm
TB 160
Hg,
cm
80/menit, RR 23/menit, 36,50C
3.
Muamar
Anak
33 tahun
Sururi 4.
M. Imam
Umi
Jawa
SMA
Wiraswasta
laki Anak
22 tshun
Ansori
5.
Laki-
Laki-
Jawa
Mahasiswa
Pelajar
laki
Anak
Saidati
20 tahun
Peremp
Jawa
Mahasiswi
Pelajar
uan
Fatimah
Belum
Belum
Dikaji
Dikaji
Belum
Belum
Dikaji
Dikaji
BB 40 kg,
90/60mm
TB 155
Hg,
Tidak Ada Terpenuhi
Terpenuhi
Tida Ada
75/menit, RR 21/menit, 360C
LANJUTAN No
Nama
Penampilan Umum
Status Kesehatan Saat ini
1.
Tn. A
Pincang
Sedang sakit
Riwayat Penyakit / Alergi Asam Urat,
Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU Tidak ada
alergi sinar
2.
Ny. M
Sempurna
Sedang Sakit
matahari TBC
Tidak ada
3.
Tn. MU
Sempurna
Sehat
Tidak ada
Tidak ada
4.
Tn. MI
Sempurna
Sehat
Tidak ada
Tidak ada
5.
Tn. U
Sempurna
Sehat
Demam tifoid
Tidak ada
38
GENOGRAM Tn. T
Tn. J
Ny. P
Ny. R
Ny. M
Tn. A
Tn. MI
Tn. MU
Nn. U
KETERANGAN : : Perempuan : Laki-laki : Klien : Garis keturunan : Pernikahan : Tinggal satu rumah : Meninggal
Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (60 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun) sebagai anak. Tn. MI (22 tahun) sebagai anak dan Nn. U (20 tahun) sebagai anak. Tn. MU adalah anak Tn. A dan Ny. M yang sudah menikah namun masih tetap tinggal dalam satu rumah bersama dengan orang tua dan kedua adiknya. Tn. MI dan Nn. U merupakan anak dari Tn. A dan Ny. M yang saat ini masih berstatus mahasiswa. Kedua orang tua Ny. M sudah meninggal. Ibu dari Ny. M memiliki riwayat tbc namun tidak meninggal
39
karena penyakit tbc, melaikan karena faktor umur yang sudah tua. Begitu pula dengan ayah Ny. M dan ibu dari Tn. A.
1.2.2
DATA PENGKAJIAN KESEHATAN KELUARGA
Nama Individu yang sakit : Ahmad Saidi
Diagnosa medik : Asam Urat, Alergi Sinar UV
Sumber dana kesehatan : Tabungan
Rujukan dokter / rumah sakit : -
a.
Keadaan Umum Lemah, lesu, lemas, mata sayu, suhu tubuh meningkat.
b.
Sirkulasi / Cairan Normal, intake output cairan terpenuhi klien banyak minum.
c.
Sistem Perkemihan Normal, tidak ada gangguan eliminasi urine.
d.
Sistem Pernapasan Normal, tidak ada pernafasan cuping hidung klien.
e.
Sistem Pencernaan Normal, BAB 1 hari sekali.
f.
Sistem Muskuloskeletal Kaki terasa nyeri, semapt bengkak, kadang mengalami gangguan dalam berjalan.
g.
Sistem Neurosensori Kesadaran Normal.
h.
Kulit Bekas Alergi mengering.
i.
Tidur dan Istirahat Istirahat dan tidur terpenuhi, namun klien mengatakan tidak bisa tidur saat ramai dan biasanya klien tidur di pagi maupun siang hari.
j.
Mental Kondisi mental klien baik.
k.
Komunikasi dan Budaya Klien mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa..
l.
Kebersihan Diri
40
Klien mampu menjaga kebersihan diri karena sudah dewasa. m. Perawatan Diri Sehari-hari Kadang apabila sakit kambuh masih dibantu berjalan dengan anaknya, apalagi saat cuaca dingin. Keterangan Ta mbahan terkait Individu
......................................................................... 1.2.3
DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan
PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah :
Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Bangunan permanen memiliki 8 ruangan, yaitu empat
kesehatan :
kamar tidur, satu ruang tamu, dua kamar mandi, satu
Ya / Tidak*
dapur. Keluarga tidak memiliki ruang makan sendiri.
Tiada ada Bunifas
Kamar mandi keluarga model toilet jongkok. Memiliki
Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
teras. Lantai rumah terbuat dari keramik. Kondisi rumah
Ya / Tidak*
sedikit berantakan dan kurang terawat.
Tidak ada bayi.
Ventilasi : Cukup / Kurang* Ventilasi udara dan sinar matahari
Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan : Ya / Tidak*
masuk melalui pintu dan dan jendela depan.
Tida ada balita.
Pencahayaan rumah :
Menggunakan air bersih untuk makan & minum :
Baik / Tidak* Sumber cahaya masuk melalui pintu dan
Ya / Tidak*
jendela depan. Fasilitas lampu terpenuhi.
Semua keluarga memperhatikan kesehatan
Saluran Buang Limbah :
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :
Baik/Cukup/Kurang* Saluran limbah tertutup
Ya / Tidak*
Sumber Air Bersih :
Biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan
Sehat / Tidak Sehat * Sumber air yang digunakan adalah
Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
sumber air PAM
Ya / Tidak*
Jamban Memenuhi Syarat :
Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih
Ya / Tidak * Keluarga menggunakan toilet jongkok
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Tempat Sampah :
Ya / Tidak*
Ya / Tidak * tempat sampah berada di depan rumah
Kondisi rumah sedikit berantakan dan kurang
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota
terawat.
41
Keluarga 8m2/orang :
Mengkonsumsi laup dan pauk setiap hari :
Ya / Tidak* Rasio luas bangunan rumah tergolong luas
Ya / Tidak*
2
8m /orang
Keluarga menkonsumsi lauk pauk setiap hari. Menggunakan jamban sehat : Ya / Tidak*
Menjaga kesehatan keluarga Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Ya / Tidak* Keluarga mengatakan bahwa terkadang memberantas jentik dirumah 1 kalli dalam satu bulan. Makan buah dan sayur setiap hari : Ya / Tidak* Nutrisi keluarga terpenuhi Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya / Tidak* Setiap anggota keluarga melakukan aktivitas fisik masing-masing Tidak merokok di dalam rumah : Ya / Tidak* Tida ada anggota keluarga yang merokok.
1.2.4 KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
TUGAS
1)
Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2)
Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
3)
Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
4)
Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
5)
Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak
6)
Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan, yaitu Klinik Salsabilla, dr. Nunik, SpKk
7)
Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Tidak perlu ditangani
42
karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat ke fasilitas yankes / Tidak terpikir 8)
Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, jelaskan karena keluarga menjaga asupan nutrisi yang dikonsumsi
9)
Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan apabila merasa sakit segera diperiksakan
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya : Ya / Tidak, jelaskan karena keluarga tidak memperbolehkann klien memakan makanan yang dapat memperparah kondisi penyakitnya. 11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan dengan keluarga mengontrol asupan makanan yang masuk agar tidak memperparah kondisi penyakit. 12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak, jelaskan apabila kesulitan berjalan klien masih dibantu oleh anggota keluarga. 13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan sudah diperiksakan ke yankes.
1.2.5 HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA Kunjungan Pertama (K-1) : Keluarga sudah masuk Kunjungan Keempat (K-4) : Belum dilakukan. kemandirian 2. Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan Perawat : masalah kesehatannya dengan benar. Perawat : Ns. Shinta Kunjungan Kedua (K-2) : Keluarga sudah masuk Kunjungan Kelima (K-5) : Belum dilakukan. kemandirian 2. Keluarga memanfaatkan fasilitas Perawat : kesehatan sesuai dengan anjuran. Perawat : Ns. Shinta Kunjungan Ketiga (K-3) : Keluarga sudah masuk Kunjungan Keenam (K-6) : Belum dilakukan. kemandirian 2. Keluarga melakukan tindakan Perawat : keperawatan sederhana sesuai anjuran. Perawat :
1.
Tipe Keluarga Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (60 tahun) sebagai kepala
43
keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun) sebagai anak, Tn. MI (22 tahun), Nn. U (20 tahun). 2.
Latar Belakang Budaya Keluarga Tn. A mempunyai latar belakang budaya Jawa. Ny. M juga mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang sakit maka akan membeli obat yang banyak di jual di warung atau ke puskesmas. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari sama seperti masyarakat di sekitarnya, yaitu makan, tidur, bekerja, berbincang-bincang dengan keluarga, berbincang-bincang dengan tetangga, dan sebagainya. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa. Tidak ada kebiasaan makan yang mengarah ke kebiasaan budaya. Biasanya makan 2-3 kali sehari dan tidak ada menu tertentu yang sesuai dengan budaya keluarga.
3.
Agama Keluarga Tn. A menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa, dan ibadah lainnya. Ny. M mengatakan kadang mengikuti pengajian yang dilaksaakan di sekitar tempat tinggalnya. Keluarga sangat meyakini dengan banyak- banyak berdo’a dan berusaha, maka Allah pasti mengabulkan keinginan hambaNya termasuk dalam hal kesehatan keluarganya dan juga setiap masalah yang terjadi pada keluarga.
4.
Status Sosial Ekonomi Tn. A saat ini bekerja sebagai wiraswasta. Tn. A bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Sedangkan Ny. M saat ini juga masih tetap bekerja sebagai wiraswasta membantu Tn. A. Penghasilan yang diperoleh keluarga selama sebulan tidak menentu, namun Ny. M tidak menyebutkan nominal penghasilan perbulan keluarga. Ny. M hanya mengatakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ny. M mengatakan bahwa keluarga mereka bisa menyisihkan sedikit uang untuk menabung dengan penghasilan yang di peroleh saat ini.
44
5.
Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang Keluarga Tn. A jarang pergi berekreasi bersama karena kesibukan Tn. A yang bekerja hingga sore hari. Ny. M mengatakan aktivitas rekreasi dilakukan di rumah dengan menonton televisi. Keluarga Tn. A kadang main ke tempat saudara terutama yang dekat dengan rumah, main ke tempat tetangga, dan bersenda gurau dengan sesama anggota keluarga.
a. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 6.
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Tugas perkembangan keluarga dengan gout arthritis yang dilakukan oleh keluarga antara lain : - Satu orang anak Tn. A telah menikah, berarti keluarga telah mampu memperluas siklus keluarga. - Keluarga
Tn.
A
masih
tetap
mempertahankan
hubungan
perkawinan yang memuaskan, hal ini dibuktikan dengan adanya salah satu bentuk rekreasi keluarga mereka yakni dengan mengobrol atau nonton televisi bersama. - Memperluas
persahabatan
dengan
keluarga
besar
dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek. 7.
Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Keluarga
belum
mampu
memperluas
siklus
keluarga
dengan
memasukkan anggota keluarga baru melalui perkawinan anak-anak karena anak-anaknya ada yang belum menikah. 8.
Riwayat Keluarga Inti Tn. A dan Ny. M bertemu ketika sama-sama bekerja sebagai wiraswasta.
Beberapa
bulan
setelah
berkenalan
kemudian
memutuskan untuk pacaran. Kemudian tidak lama kemudian Tn. A dan Ny. M memutuskan untuk menikah dan saat ini dikaruniai 3 orang anak. 9.
Riwayat Keluarga Sebelumnya
45
- Riwayat keluarga dari pihak suami: orang tua dari pihak Tn. A yaitu ibu telah meninggal namun bukan karena menderita suatu penyakit melainkan karena faktor umur yang sudah tua. - Riwayat keluarga dari pihak istri: orang tua dari Ny. M dua-duanya sudah meninggal. Bapak Ny. M meninggal karena fator umur yang sudah tua bukan karena ada suatu penyakit. Sedangkan ibu dari Ny. M memiliki riwayat Tbc namun itu bukan penyebab meninggal. Ny. M mengatakan karena usia ibunya yang sudah tua. b. Lingkungan 10. Karakteristik Rumah Tipe rumah Tn. A adalah bangunan permanen dengan status kepemilikan sendiri. Rumah Tn. S memiliki 8 ruangan, yaitu empat kamar tidur, satu ruang tamu, dua kamar mandi, satu dapur. Keluarga tidak memiliki ruang makan sendiri. Kamar mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Rumah Tn. A juga memiliki teras di bagian depan rumah. Namun, kondisi rumah sedikit berantakan dan kurang terawat. Lantai rumah terbuat dari keramik. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan dan jendela depan. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah dari air PAM. Letak rumahnya masih berdekatan dengan beberapa saudaranya. Alat-alat elektronik yang dimiliki keluarga Tn. A antara lain televisi, setrika, HP, magic com, laptop. 11. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Tetangga yang ada di dekat rumah Tn. A sebagian besar juga merupakan warga asli. Ada yang sudah lama menetap dan ada juga yang baru menetap. Hubungan keluarga Tn. A dengan tetangga terlihat cukup baik dan dekat. Sebagian besar dari tetangga Tn. A merupakan pekerja di pabrik, dan buruh. Ibu ibu dari tetangga Ny. M tampak sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun siang hari. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Tn. A tampak harmonis. Lingkungan RT tempat tinggal keluarga Tn. A merupakan lingkungan yang cukup padat.
46
12. Morbilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn. A telah lama menetap di Kediri, karena warga asli kediri. Ny. M mengatakan sejak menikah hinga sampai sekarang sudah tinggal di dusun Gapuk. Tn. A bekerja sebagai wiraswasta sehingga biasanya menggunakan sepeda motor untuk menuju ke tempat kerja. 13. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Keluarga Tn. A jarang merencanakan waktu khusus untuk berkumpul bersama dengan keluarga besar. Mereka biasanya berkumpul hari raya Idul Fitri atau bila anak Ny. M yang sudah tinggal terpisah berkunjung ke rumah. Ny. M mengikuti pengajian setiap hari jumat di lingkungan RT. Apabila ada acara di lingkungan, Tn. A kadang mengikutinya namun lebih banyak tidak mengikuti karena harus bekerja. 14. Sistem Pendukung Sosial Keluarga Saat sekarang angota keluarga Tn. A dalam keadaan sehat. Jika ada anggota keluarga yang sakit dan memerlukan biaya yang dirasakan berat bagi keluarga maka biasanya keluarga akan meminta bantuan dari keluarganya terlebih dahulu dan mengajukan keringaan dengan Jamkesmas.
Beberapa
tetangga
juga
akan
membantu
untuk
memberikan bantuan baik itu berupa informasi mengenai cara untuk mengurus jaminan kesehatan, maupun pengobatan alternatif.
c. Struktur Keluarga 15. Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Tn. A adalah komunikasi terbuka. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Apabila ada masalah didalam keluarga maka akan diselesaikan bersama. Ny. M mengatakan anak-anak mereka lebih sering terbuka kepada Ny. M daripada Tn. A terutama antara Ny. M dengan Nn. U. Keluarga tidak mengalami kesulitan dalam penerimaan pesan. Setiap hari Ny. M akan memberikan pesan kepada anaknya, berupa nasehat positif tentang kehidupan.
47
16. Struktur Kekuatan Keluarga Pengambil keputusan
dalam
keluarga biasanya adalah
secara
bermusyawarah namun Ny. M lebih mendominasi terutama dalam pengambilan keputusan yang harus segera diputuskan apabila Tn. A sedang tidak ada dirumah. Ny. M yang akan mengambil keputusan terutama bila terkait urusan anak, apalagi tentang Nn. U. Tn. A dan Ny. M juga sering membicarakan masalah bersama-sama terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. 17. Struktur Peran Tn. A sebagai ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga dan pelindung keluarga telah cukup dijalankan dengan baik. Sekarang Tn. A bekerja sebagai wiraswasta. Ny. M sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga. 18. Nilai, Norma, dan Budaya Nilai yang dianut oleh keluarga Tn. A adalah kalau dekat dengan Tuhan dan menjalankan perintahNya, Tuhan akan membantu dalam setiap masalah. Keyakinan agama yang dianut keluarga Tn. A adalah Islam dimana di dalamnya terdapat berbagai cara beribadah. Tn. A mengatakan nilai norma yang biasanya diajarkan kepada anakanaknya yaitu untuk selalu memperhatikan nilai norma agama dan kesopanan. Mengenai nilai budaya yang dianut keluarga, Ny. M mengatakan keluarganya tidak terlalu terkekang budaya Jawa. Namun, Ny. M tetap mengajarkan tata krama terutama terkait bila akan berinteraksi dengan orang yang lebih tua dari kita. d. Fungsi Keluarga 19. Fungsi Afektif Ny. M mengatakan bahwa sebenarnya keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Anak-anaknya sama dekatnya dengan Tn. A pula. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-masing. Ny. M mengatakan terkadang ketidaksesuaian antara anak-anaknya
48
muncul tetapi Ny. M mengatakan hal tersebut wajar terjadi antara saudara apalagi karena perbedaan usia yang cukup jauh. 20. Fungsi Sosialisasi Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Sosialisasi anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik. Tetangga-tetangga sering berkunjung dan berkumpul ke rumah Tn. A pada siang hari. Tn. A dan Ny. M mendidik anaknya dengan disiplin. Tn. A juga menanamkan kepada anaknya bersikap ramah dan mau berinteraksi dengan tetangganya. 21. Fungsi Perawatan Kesehatan Tn. A mengeluhkan nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki dan lutut. Klien mengatakan menderita asam urat sudah satu tahun dan sering kambuh apalagi ketika cuaca dingin. Keluarga mengatakan klien suka mengonsumsi makan makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol seperti jeroan, juga klien sangat menyukai kedelai yang direbus. Saat ini, BB 63kg dengan TB 175 cm. Klien bekerja sebagai wiraswasta dengan pola istirahat yang tergolong cukup dari pukul 22.00 sampai 04.00. Namun, Ny. M mengatakan bahwa akhir-akhir ini Tn. A tidak nafsu makan, dan apabila cuaca sangat dingin biasanya Tn. A mengeluhkan kakinya sangat sakit dan tidak bisa berjalan sendiri. Ny. M saat ini mengatakan dalam keadaan kurang sehat dikarenakan penyakit tbc nya. Namun, keluarga sudah mengusahakan pengobatan yang terbaik yaitu dengan membawa Ny. M ke pelayanan kesehatan. Anak-anak Tn. A dan Ny. M semuanya dalam keadaan sehat. e. Stress dan Koping Keluarga 22. Stress Jangka Panjang Ny. M mengatakan sering kepikiran biaya untuk kuliah Nn. U dan Tn. MI. Ny. M takut tidak bisa membiayai Nn. U dan Tn. MI sampai dengan lulus kuliah. 23. Stress Jangka Pendek
49
Ny. M mengatakan masalah yang dihadapi sekarang yaitu Tn. A yang akhir-akhir ini mengeluhkan sakit dan tidak mau makan. 24. Koping yang Digunakan Koping yang biasa dilakukan keluarga adalah mencoba membicarakan masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ny. M mengatakan dirinya mencoba lebih bersabar. Ny. M juga mengatakan hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah agar keluarganya selalu diberikan kesehatan. f. Harapan Keluarga terhadap Perawat Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat teridentifikasi dan dapat membantu keluarga dalam memutuskan tindakan yang tepat. Keluarga juga mengharapkan dengan adanya mahasiswa dapat membantu cara penyelesaian masalah yang terjadi pada anggota keluarga khususnya pada Tn. A.
50
1.4 Analisa Data NO
1.
DATA
ETIOLOGI
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
DS :
- Tn. A mengatakan suka mengonsumsi kedelai
PROBLEM
Kurangnya pengetahuan keluarga
terkait asam urat
rebus dan jeroan. - Keluarga Tn. A tidak mengetahui bahwa kedelai rebus tidak baik untuk penyakit asam urat. - Ny. M mengatakan memasak sendiri makanan untuk
keluarganya,
namun
terkadang
juga
memakan makanan dari luar.
DO :
- Tn. A mengonsumsi kedelai rebus terkadang setiap sore hari. - Tn. A juga kadang mengonsumsi bebek goreng untuk membangkitkan nafsu makannya. - Kadar asam urat Tn. A 8 mg/dl. 2.
DS: -
Ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan
Tn. A mengatakan akibat dari nyeri pergelangan kaki, sendi jari kaki dan lutut juga bengkak yang
51
Gangguan mobilitas fisik
dialaminya menjadi sulit untuk berdiri apabila dari posisi duduk. -
Tn. A mengatakan jika terjadi bengkak saat berjalan harus dengan bantuan, merambat di dinding atau berpegangan pada kursi.
DO: -
Kaki kiri Tn. A terlihat sedikit bengkak.
-
Kaki kiri Tn. A terlihat d apat berjalan tetapi agak lemah.
52
1.5 Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah asam urat. 2. Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
1.6 Scoring/Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah 1. Diagnosa : Kurangnya pengetahuan keluarga b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah asam urat. Kriteria
Skor
Hasil
Pembenaran
SIFAT MASALAH (Bobot = 1) - Tidak sehat
3
- Ancaman kesehatan
2
- Krisis sejahtera
atau
keadaan
3/3 x 1 = 2/3
pada pasien asam urat.
1
KEMUNGKINAN MASALAH
Tn. A terkadang masih suka mengkonsumsi bebek goreng
DAPAT DIUBAH (Bobot = 2)
untuk membangkitkan selera makan.
- Dengan mudah
2
- Hanya sebagian
1
- Tidak dapat POTENSIAL
2/2 x 2 = 2
0 MASALAH
Tn. A bertanya mengapa badannya terasa sakit semua, dan Tn.
DAPAT DICEGAH (Bobot = 1) - Tinggi
Keluarga belum mengetahui tentang makanan yang dilarang
A bertanya mengenai penyakit yang did eritanya. 3
3/3 x 1 = 2/3
53
- Cukup
2
- Rendah
1
MENONJOLKAN MASALAH
Kurangnya pengetahuan Tn. A terhadap makanan penyebab
(bobot = 1)
Asam Urat dapat memperparah kondisi Tn. A jika tidak segera
- Masalah berat, harus segera
2
2/2 x 1 = 1
diberikan edukasi terkait Asam Urat dan penanganannya.
ditangani - Ada
masalah,
tapi
tidak
1
perlu segera ditangani - Masalah tidak dirasakan
0
Total
2.
3 4/3
Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan. Kriteria
Skor
Hasil
SIFAT MASALAH (Bobot = 1)
Pembenaran
Masalah gangguan berjalan yang dialami Tn. A, asam urat
- Tidak sehat
3
- Ancaman kesehatan
2
berdiri apabila dari posisi duduk, dan menghambat
1
akivitas Tn. A, sulit berkendara apabila ingin pergi
- Krisis
atau
keadaan
3/3 x 1 = 3
sejahtera
menyebabkan Tn. A sulit berjalan dan terasa berat ketika
bekerja, dan bila tidak segera di tangani akan menimbulkan resiko cedera.
KEMUNGKINAN MASALAH
Keluhan Tn. A yang sulit berjalan menyebabkan sulit
54
DAPAT DIUBAH (Bobot = 2)
untuk bergerak dan beraktivitas. Tn. A memiliki keinginan
- Dengan mudah
2
- Hanya sebagian
1
- Tidak dapat
0
POTENSIAL
2/2 x 2 = 2
MASALAH
Beberapa metode dan pengobatan dapat di terapkan, untuk
DAPAT DICEGAH (Bobot = 1)
mengatasi keterbatasan gerak Tn. A namun perlu waktu
- Tinggi
3
- Cukup
2
- Rendah
1
3/3 x 1 = 1
MENONJOLKAN MASALAH (Bobot = 1) - Masalah berat, harus segera
masalah,
yang cukup lama untuk memulihkan keadaan Tn. A.
Tn. A dan keluarga merasakan keluhan tersebut sangat mengganggu akitivitas dan pekerjaan menjadi 2
1/2 x 1 = 1/2
ditangani - Ada
besar untuk mencegah masalah dapat segera diatasi.
terbengkalai, sehingga bagi mereka sangat diperlukan tindakan serius untuk mengatasi masalah gangguan
tapi
tidak
1
berjalan Tn. A.
perlu segera ditangani - Masalah tidak dirasakan
0
55
Total
32/3
1.7 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah asam urat. 2. Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.
56
1.8 Rencana Tindakan Keperawatan
No
Tujuan
Diagnosa Umum
1.
Kurangnya
Setelah
pengetahuan
dilakukan
keluarga b.d
intervensi
ketidakmampuan
sebanyak
keluarga dalam
kunjungan,
mengenal masalah
keluarga
asam urat.
mengenal masalah
2
Krieteria Evaluasi Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan selama 2 x 60 menit diharapkan Tn. A dan keluarga mampu mengatasi masalah kali ditandai dengan : 1.1 Mengenal masalah
mampu
Kriteria
Intervensi
Standar
1.1.1 Keluarga menyampaikan pengetahuan asam Respon Verbal
tentang 1.1.1 Kaji
urat
menurut
keluarga.
urat.
1.1.2 Keluarga
bahaya asam urat.
mampu 1.1.2 Jelaskan pada keluarga
menyebutkan
bahaya
asam urat.
asam urat.
mengenai bahaya asam urat.
1.1.3 Keluarga
mampu 1.1.3 Berikan pujian kepada
menyebutkan
mengenai
keluarga
tentang
defisini asam urat dengan
pemahaman
benar.
yang benar.
1.1.4 Keluarga mengenai yang
bertanya 1.1.4 Berikan pola
makan
tepat
untuk
penderita asam urat. 1.1.5 Keluarga kooperatif saat penyampaian materi.
57
pengetahuan
keluarga tentang asam
kepada mengenai makanan
keluarga
informasi keluarga pengertian menu
sehat
dan pola makan yang tepat
dengan
1.1.6 Keluarga dapat bertanya secara
aktif
saat
menggunakan leaflet. 1.1.5 Berikan
penyampaian materi. 1.1.7 Keluarga
faham
dan
bertanya tentang materi
mengerti tentang materi yang di sampaikan. 1.1.8 Keluarga
yang disampaikan. 1.1.6 Berikan
memahami
mengenai penyakit asam urat
dan
memberikan
kesempatan
kepada keluarga untuk
penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti.
dapat 1.1.7 Motivasi support
keluarga
untuk mengulang materi
positif terhadap anggota yang telah dijelaskan. keluarganya dengan 1.1.8 Berikan reinforcement penyakit asam urat.
positif atas hasil yang dicapainya.
1.2 Mengambil keputusan tepat memberikan
Respon Afektif yang
1.2.1 Keluarga pentingnya
untuk pola
makan yang baik
Diskusikan
bersama
keluarga
tentang
pengertian
asam urat.
menu sehat dan pola
pentingnya
58
makanan
sehat untuk penderita
1.2.2 Keluarga
dan menu sehat.
mengetahui 1.2.1
makanan
mengetahui
makan
yang
makanan
dengan
menggunakan
tepat
sehat
dan
mengenai
bertanya
lembar balik atau ppt.
makanan 1.2.2
Jelaskan pada keluarga
sehat untuk penderita
contoh
asam urat.
makanan
1.2.3 Keluarga terjadi
faham diskusi
tentang
dan aktif
dan
mengerti tentang materi yang di sampaikan. 1.2.5 Keluarga memahami mengenai
asam
urat
kentang,
penyakit 1.2.4
Berikan
bertanya
mengenai
materi yang disampaikan. Motivasi untuk
memberikan
materi
support
kesempatan
kepada keluarga untuk
asam urat dan dapat
telah keluarga
mengulang yang
telah
positif terhadap anggota
dijelaskan.
keluarganya
Berikan reinforcement
dengan 1.2.5
penyakit asam urat.
positif atas hasil yang dicapainya.
59
baik
yogurth, pisang. 1.2.3
faham
contoh
yang
meliputi
materi yang
disampaikan. 1.2.4 Keluarga
untuk
–
1.3 Melaksanakan
Respon
perawatan
Psikomotor
kepada
1.3.1
Keluarga mampu
1.3.1
melakukan perawatan
Tn. A
yang dikonsumsi oleh
kepada Tn. A untuk mengontrol asupan
1.3.2
Pantau asupan mkanan
Tn. A. 1.3.2
reinforcement
Berikan
makanan yang
positif atas apa yang
dikonsumsi Tn. A.
telah
Keluarga dapat
keluarga.
dilakukan
memberikan support positif terhadap anggota keluarganya dengan
1.4 Memanfaatkan
Respon
pelayanan
Psikomotor
kesehatan
penyakit asam urat. 1.5.1 Keluarga bertanya
1.5.1
keluarga
tentang
lebih lanjut mengenai
penggunaan
layanan
penanganan asam urat yang tepat. 1.5.2 Keluarga mampu
kesehatan. 1.5.2
Motivasi untuk
keluarga
berkunjung ke
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan kesehatan
kesehatan.
apabila terjadi masalah.
60
Berikan edukasi kepada
mengenai tindakan
pelayanan
2.
Gangguan
2. Setelah dilakukan kunjungan selama 2x60menit diharapkan Tn. A dan keluarga intervensi mampu mengatasi sebanyak 2 kali masalah ditandai dengan kunjungan, : 1.1 Mengenal masalah Tn. A mengerti untuk mengetahui dan memahami penyebab gangguan masalah gangguan mobilitas fisik. mobilitas fisik. Setelah
1.2.1
mobilitas fisik b.d dilakukan ketidakmampuan klien
dalam
memodifikasi lingkungan.
1.2.2
Keluarga
mengetahui
Diskusikan
dengan
keluarga
berjalan.
gangguan berjalan.
Menyebutkan penyebab
Respon Verbal
1.2.1
penyebab dari gangguan
dari 1.2.2
dan
tanda
Tanyakan tentang
gangguan berjalan :
penyebab
kembali penyebab
gangguan berjalan.
a. Nyeri
1.2.3 Berikan reinforcement
b. Kekakuan otot
positif terhadap usaha keluarga
c. Bengkak d. Keterbatasan
dalam menjawab. rentang
pergerakan sendi e. Perubahan cara berjalan f. Ketidakstabilan posisi g. Pergerakan lambat 1.2.3
Terjadi
diskusi
dengan
keluarga
tanya
aktif saat jawab
berlangsung. 1.2 Melakukan
latihan
Respon Afektif
61
1.2.1 Keluarga mengetahui
1.2.1
Berikan contoh vidio
pergerakan
sendi
(ROM).
1.2.2
manfaat ROM.
dan
Keluarga dapat
kepada
mendemonstrasikan
khusunya Tn. A cara
cara melakukan latihan pergerakan sendi. 1.2.3
1.2.4
demonstrasikan keluarga
melakukan ROM. 1.2.2
Berikan
kesempatan
Keluarga dapat
kepada
membantu Tn. A dalam
khususnya Tn. A untuk
melakukan ROM.
mencoba
Keluarga kooperatif,
pergerakan
berperan aktif dan
(ROM).
memberikan support positif terhadap proses
1.2.3
penyembuhan Tn. A.
keluarga
latihan sendi
Berikan reinforcement positif terhadap usaha keluarga Tn.A
khususnya dalam
melakukan
latihan
pergerakan
sendi
(ROM). 1.2.4
Pastikan Tn. A akan melakukan
tindakan
yang di ajarkan jika
62
diperlukan. 1.3 Melaksanakan perawatan
Respon non
1.2.1
Psikomotor
Keluarga mengetahui
1.2.1
aktivitas secara rutin
farmakologi kepada
yang dilakukan oleh Tn.
Tn. A.
A 1.2.2
kegiatan
harian Tn. A 1.2.2
Anjurkan
Tn.
A
beristirahat cukup dan
Keluarga mengetahui berapa lama waktu
1.2.3
Diskusikan
teratur. 1.2.3
Keluarga khusunya Tn.
istirahat Tn. A per hari.
A melakukan kompres
Keluarga mampu
dingin
melakukan perawatan
terjadi.
saat
bengkak
kepada Tn. A untuk mengatasi bengkak agar tidak terjadi gangguan mobilitas fisik. 1.4 Memodifikasi
Respon
lingkungan
Psikomotor
1.2.1 Diskusikan keluarga
dengan 1.2.1 pentingnya
dengan terencana.
lingkungan.
memodifikasi
63
lingkungan
rumah pada kunjungan
memodifikasi
1.2.2 Menyebutkan
Observasi
1.2.2 cara
Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
pemberian
pegangan
lingkungan gangguan fisik
dan
tindakan
untuk mobilitas
kayu atau kursi kayu yang
kuat
untuk
melakukan
pegangan Tn. A ketika
modifikasi
sulit berjalan.
lingkungan.
1.9 Implementasi dan Evaluasi No.
Waktu
1.
Jum’at,
Diagnosa
24
November 2017
Implementasi
Evaluasi
1. Melakukan Pengkajian
S : Tn. A mengatakan menderita
2. Melakukan TTV
penyakit asam urat sudah sejak
Pukul 11.00 WIB
satu tahun yang lalu. Tn. A juga mengatakan
bahwa
nyeri
dirasakan pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut biasanya kambuh pada saat cuaca dingin. O : TD : 170/100mmHg, RR: 24 x/menit, suhu 38 oC, kadar asam urat 8 mg/dl. A : masalah belum teratasi
64
P : Intervensi dilanjutkan. 2.
Selasa. 5 desember Kurangnya
pengetahuan
keluarga
b.d
2017
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
Pukul 09.30 WIB
asam urat.
1. Mengkaji
pengetahuan
mengenai asam urat.
keluarga S
: Tn. A
kooperatif
dan keluarganya saat
dilakukan
2. Memberikan penyuluhan kepada penyuluhan, terjadi tanya jawab keluarga
dengan
menggunakan dan diskusi yang interaktif. Tn A
media ppt dan leaflet.
dan
keluarga
3. Memberikan edukasi dan support mengerti positif kepada keluarga.
mengatakan
mengenai
apa
yang
dijelaskan. O
:
Tn.
A
dan
keluarga
memperhatikan penjelasan yang disampaikan. A : masalah belum teratasi. P : Lanjutkan Intervensi.
3.
Kamis, 7 desember Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan 2017
1. Mengidentifikasi
klien dalam memodifikasi lingkungan.
gangguan berjalan Tn. A.
Pukul 16.00 WIB
2. Mendemonstrasikan melakukan ROM. 3. Memberikan
edukasi
dingin saat kaki bengkak.
65
penyebab S
: Tn. A
kooperatif
dan keluarganya dan
mengatakan
cara mengerti dan sepaham mengenai apa yang disampaikan. kompres O
:
Tn.
A
dan
keluarga
memperhatikan penjelasan yang
4. Mendiskusikan
dengan
keluarga disampaikan.
tentang pemberian pegangan kayu A : masalah belum teratasi. atau kursi kayu yang kuat untuk P : Lanjutkan Intervensi. pegangan
Tn.
A
ketika
sulit
berjalan. 4.
Rabu, 13 Desember
1.
2017 Pukul 19.29 WIB
Mereview
ulang
pengetahuan S : Keluarga Tn. A kooperatif dan
keluarga mengenai asam urat. 2.
mengatakan masih ingat, namun
Memberikan edukasi dan support juga ada yang lupa mengenai apa positif kepada keluarga.
yang pernah di sampaikan tentang penyakit asam urat. O : Terjadi tanya jawab dan diskusi aktif dengan keluarga Tn. A. A : masalah belum teratasi. P : Lanjutkan Intervensi.
66
67
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Gout arthitis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut. (Aru W.Sudoyo. 2009). Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat. (Noviyanti, 2015). Masalah asam urat yang terjadi pada keluarga Tn. A dikarenakan faktor keluarga dan Tn. A sendiri yang masih belum terlalu mengenal masalah. Mengatasi masalah asam urat Tn. A maka diperlukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi asam urat ini adalah dengan mengenali pentingnya menjaga asupan makanan yang di konsumsi dan mengajarkan latihan gerak sendi (ROM) aktivitas harian dalam mengisi waktu luang Tn. A. 4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat
68
dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal. Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
69
LAMPIRAN Dokumentasi
70
71