LAPORAN PENDAHULUAN
A. Penger Pengertia tian n Kelua Keluarga rga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama mela melalu luii ikat ikatan an perk perkaw awin inan an dan dan kede kedeka kata tan n emos emosii yang yang masin masing-m g-masi asing ng mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000). Menuru Menurutt Duval Duval,, 1997 1997 (dalam (dalam Supart Supartini ini,, 2004) 2004) mengem mengemuka ukakan kan bahwa bahwa kelu keluar arga ga
adal adalah ah
seku sekump mpul ulan an
oran orang g
yang yang dihu dihubu bung ngka kan n
oleh oleh
ikat ikatan an
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahan mempertahankan kan budaya budaya yang umum, umum, meningkatk meningkatkan an perkembang perkembangan an fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota. Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya. B. Tahap Tahap dan Tugas Tugas Perkemb Perkembanga angan n Keluarg Keluarga a
Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua, orangtua, dimulai ketika ketika anak terakhir meninggalk meninggalkan an rumah dan berakhir berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seora seorang ng pasan pasanga gan n pens pensiu iun, n, biasa biasany nyaa 16-1 16-18 8 tahu tahun n kemu kemudi dian an.. Bias Biasan anya ya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan dan angg anggot otaa kelu keluar arga ga lain lain dari dari kelu keluarg argaa asal asal mere mereka ka dan dan juga juga angg anggot otaa kelu keluar arga ga dari dari hasi hasill perk perkaw awin inan an ketu keturu runa nann nnya ya.. Pasan Pasanga gan n postparental (pasangan (pasangan yang anak-anaknya anak-anaknya telah meninggalkan meninggalkan rumah) rumah) biasanya biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga hingga mengh menghabi abiska skan n sebagi sebagian an masa masa hidupn hidupnya ya dalam dalam fase postparental , dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).
Tahu Tahun n
pert perten enga gaha han n
meli melipu puti ti
peru peruba baha han-p n-peru eruba baha han n
pada pada
peny penyesu esuaia aian n
perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri isteri (lebih (lebih merata) merata),, dan pada pada peran peran (difere (diferensi nsiasi asi peran peran perkaw perkawina inan n meningkat) (Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun maupun status ekonominya ekonominya meningkat meningkat (Rollins (Rollins dan Feldman, Feldman, 1970), 1970), tahuntahuntahun tahun ini dipand dipandang ang sebagai sebagai usia usia kehidu kehidupan pan yang yang paling paling baik. baik. Misaln Misalnya, ya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase selama fase postparental . Keluargakeluar keluarga ga usia usia perten pertengah gahan an umumny umumnyaa secara secara ekonom ekonomii lebih lebih baik baik daripa daripada da tahap-t tahap-taha ahap p siklus siklus kehidu kehidupan pan lain lain (McCol (McCollou lough gh dan Rutenb Rutenberg ergm m 1988). 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria bertanggungjawab untuk untuk keaman keamanan an ekonom ekonomii yang yang dialam dialamii oleh oleh kebany kebanyaka akan n keluar keluarga ga usia usia pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan
yang
dini dinikm kmat atii satu satu sama sama lain lain dise disebu butt fakt faktor or utam utamaa yang yang meni menimb mbul ulka kan n kebahagiaan. Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-tahun ini.
Akan Akan tetapi tetapi bagi bagi sejumla sejumlah h pasanga pasangan, n, tahuntahun-tah tahun un ini umumny umumnyaa sulit sulit dan berat, karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa studi studi tent tentan ang g kepu kepuasa asan n perk perkaw awin inan an memp memper erli lihat hatka kan n bahw bahwaa kepu kepuas asan an perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman).
C. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu : a. Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anakanak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. 2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan. 3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. 4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri 5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja. 6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis. b. Keluarga non tradisional 1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya) 2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak 3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah 4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama. D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu: 1. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilainilai budaya anak. 3. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. 4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga. 5. Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6. Fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. 7. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga
dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. E. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah: 1.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga
mengetahui
keadaan
sakitnya,
sifat,
dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. 4.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan,
keberadaan
fasilitas
kesehatan
yang
ada,
keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
F. Tugas Perkembangan Keluarga
Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang menyalurkan kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi rumah yang telah ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita, krisis usia pertengahan (telah dibicarakan dalam tahap sebelumnya) dialami selama masa awal siklus kehidupan ini. Wanita berupaya mendorong anak mereka yang sedang sedang tumbuh agar mandiri dengan menegaskan kembali hubungan mereka dengan anak-anak tersebut (tidak mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam upaya untuk mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet seimbang, program olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.
Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang sama yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria mungkin berada pada puncak kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras sebelumnya, atau dilain pihak mereka mungkin merasa pekerjaan mereka bersifat monoton setelah 20 – 30 tahun menekuni pekerjaan yang sama. Banyak sekali pekerja kelas menengah menderita karena “fenomena lateau” – dimana tidak ada lagi kenaikan gaji dan promosi – menyebabkan mereka merasa bosan. Dalam kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier catatan mencapai proporsi lampu kuning, membuat banyak orang pada kerja pertengahan ini tidak kerja karena ketidakpuasan, bosan, dan stagnasi. Karena secara tradisional bekerja merupakan peran sentral bagi pria dalam hidup, pengalaman ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini amat mempengaruhi tingkat stress dan status kesehatan umum.
Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan persiapan kecil harus berlangsung secara lebih terencana.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45 – 65 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok. G. Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Orangtua usia pertengahan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga 1) Menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan. 2) Mempertahankan hubunganhubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak. 3) Memperkokoh hubungan perkawinan. Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk mengurangi ketentuan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke merupakan 2/3 dari semua penyebab kematian antara usia 46 – 64 tahun, dan berbagai kematian urutan keempat (Pusat Statistik Kesehatan Nasional, 1989).
Tugas perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan yang penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia dengan anak-anak. Dengan menerima dan menyambut cucu mereka ke dalam keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini dapat mendatangkan penghargaa yang tinggi Duvall (1977). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia perpidahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagian yang berasal dari posisi sebagai kakek – nenek tanpa tanggungjawab sebagai orangtua selama 24 jam. Karena umum harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Spray dan Mattews, 1982). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu mereka pada saat-saat kritis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian dorongan dan dukungan Bengstone dan Robertson, 1985)
Peran yang lebih problematik adalah yang berhubungan dengan dan membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar yang lebih yang tua. 86 persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orangtua yang masih hidup (Ages stade, 1988). Jadi, tanggungjawab memberikan perawatan bagi orangtua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak asyik. Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orangtua mereka yang berusia lanjut, anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
Tugas perkembangan ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas perkembangan untuk memperkokoh hubungan perkawinan. Sekarang pasangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota keluarga
dan
hubungan-hubungan.
Meskipun
muncul
sebagai
sambutan
kelegahan, bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai
orangtua. Wright dan Leahey, (1984) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi secara bersamaan” (hal. 49). Keseimbangan tendensi-independency antara pasangan perlu di uji kembali, seperti keinginan independent yang lebih besar dan juga perhatian satu sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam tahun-tahun
Postparental
tidak
mendatangkan
kebahagiaan
perkawinan,
melainkan menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerrckhoff, (1976) para konseler perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan, serikali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan. H. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998) Pengumpulan
data
dalam
pengkajian
dilakukan
dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu : a.
Data Umum 1) Identitas kepala keluarga 2) Komposisi anggota keluarga 3) Genogram 4) Tipe keluarga 5) Suku bangsa 6) Agama 7) Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga 1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 2) Tahap perkembangan keluarga saat ini 3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 4) Riwayat keluarga inti 5) Riwayat keluarga sebelumnya c. Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal 3) Mobilitas geografis keluarga 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 5) System pendukung keluarga d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga 3) Struktur peran (formal dan informal) 4) Nilai dan norma keluarga e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif 2) Fungsi sosialisasi 3) Fungsi perawatan kesehatan f.
Stress dan koping keluarga 1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga 2) Respon keluarga terhadap stress 3) Strategi koping yang digunakan 4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik 1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan 2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia 4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik h. Harapan keluarga 1) Terhadap masalah kesehatan keluarga 2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004) yaitu: a. Membina hubungan baik Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga. b. Pengkajian awal Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan yang dilakukan. c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua) Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu: a. Analisa data Mengelompokkan
data
subjektif
dan
objektif,
kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan b. Perumusan diagnosa keperawatan Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi: 1)
Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2)
Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3)
Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E). 2) Diagnosa ancaman/risiko Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S). 3) Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga. Dalam Friedman (!998)
diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan
NANDA yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). a. Skala prioritas Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut : 1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial) 2. Kemungkinan masalah dapat diubah 3. Potensi masalah untuk dicegah 4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000). Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut : 1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah 2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah. 3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur. 4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan. 5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu : a. Sumber daya keluarga b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku d. Respon dan penerimaan keluarga e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan
kegiatan
membandingkan
antara
hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998) Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana : S
: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O
: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif. A
: Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif
dan obyektif. P
: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP VII
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum 1) Identitas kepala keluarga 2) Komposisi anggota keluarga 3) Tipe keluarga 4) Genogram 5) Suku bangsa 6) Agama 7) Status sosial ekonomi keluarga 2. Pengkajian Lingkungan a.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
b.
Sistem pendukung keluarga
3. Struktur keluarga. a. Pola komunikasi keluarga. b. Struktur Kekuatan keluarga. c. Struktur Peran. 4. Fungsi keluarga a.
Fungsi Afektif.
b.
Fungsi Sosialisasi
c.
Fungsi ekonumi
5. Stres dan koping keluarga a. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor. b. Strategi koping yang diigunakan 6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 3) Riwayat keluarga inti B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan peran dalam keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal peran masing-masing anggota keluarga.
b. Resiko
terjadinya
konflik
pada
keluarga
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi c. Resiko terjadinya konflik keluarga dengan masyarakat berhubungan dengan kurangnya peran serta keluarga dalam kehidupan bermasyarakat. C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
: Perubahan peran dalam keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal peran masing-masing anggota keluarga. Tujuan
: Setelah diberikan tindakan keperawatan, keluarga dapat mengenal dan melaksanakan peran masing-masing anggota keluarga secara tepat
Kriteria Standart •
:
Anggota
keluarga
dapat
menempatkan
diri/berperan
sebagai anggota keluarga •
Keluarga dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan baik
•
Hubungan antara anggota keluarga baik.
Intervensi: 1. Gali kebutuhan akan peran masing-masing anggota keluarga. •
Berikan penjelasan tentang peran masing-masing anggota keluarga.
•
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap peran masingmasing anggota keluarga.
2.
Identifikasikan
akibat-akibat
jika
peran
masing-masing
anggota keluarga tidak dilaksanakan. •
Mendiskusikan
pelaksanaan
peran
sebagai
anggota
keluarga yang efektif. •
Mendorong
keluarga untuk
mengatur jadwal
harian
seefektif mungkin. 3. Gali sumber-sumber yang ada dalam keluarga, •
Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dalam masyarakat, misalnya sarana hiburan, olahraga, dll.
Diagnosa 2
: Resiko terjadinya konflik pada keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
tidak terjadi
konflik dalam keluarga Kriteria Standart: •
Pembicaraan dua arah.
•
Ada umpan balik dengan saling mengungkapkan masalah.
•
Memcahkan masalah keluarga
•
Saling berinteraksi
•
Meningkatkan keharmonisan keluarga
•
Keputusan keluarga dapat mengatasi konflik
Intervensi: 1. Gali pengetahuan keluarga tentang komunikasi. •
Diskusikan tentang manfaat dan pentingnya komunikasi pada keluarga.
•
Motivasi keluarga melakukan komunikasi dengan anggota keluarga
•
Beri kesempatan pada keluaraga untuk mengulangi apa yang sudah dijelaskan oleh perawat.
2. Jelaskan akibat konflik yang terjadi di keluarga. •
Jelaskan alternatif-alternatif untuk mengatasi konflik
•
Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi konflik
•
Diagnosa 3
Evaluasi sejauh mana keluarga sudah mengambil keputusan
: Resiko terjadinya konflik keluarga dengan masyarakat
berhubungan dengan kurangnya peran serta keluarga dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dapat
berperan serta aktif dalam kegiatan sosial masyarakat.
Kriteria Standart
:
•
Keluarga ikut dalam wadah sosial masyarakat
•
Keluarga aktif dalam menggunakan saran umum yang ada di lingkungan tempat tinggal.
Intervensi
:
1. Gali kebutuhan keluarga
untuk
bersosialisasi
dengan
masyarakt. •
Identifikasi wadah ke,asyarakatan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal
•
Identifikasi akibat kurang peran serta aktif keluarga dalam masyarakat.
2. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat: •
Motivasi keluarga uuntuk menggunakan waktu yang luang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar
•
Motivasi keluarga agar secara aktif ikut dalam wadah kegiatan sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto. Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia: Lippincott. Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept and Practice. Lippincott: California. Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC. Effendy,N. 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC. Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4th Edition. Connecticu : Aplenton Iqbal,Wahit dkk. 2005. Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga. Jakarta : EGC. Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC. Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya.