BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan hipertensi merupakan komplikasi medis yang paling umum yang dapat terjadi pada kehamilan, mempengaruhi sekitar 5% sampai 10% dari seluruh kehamilan. Gangguan ini bertanggung jawab terhadap sekitar 16% kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan, dan 30 – 40% 40% dari kematian perinatal di Indonesia. Tingginya angka kematian yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah di bidang obstetri. Menurut data kesehatan indonesia 2007 angka kematian ibu (AKI) dinilai masih cukup tinggi, sekitar 228/100.000 pada tahun 2007. Preeklampsia, impending eklampsia dan eklampsia merupakan suatu perjalanan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun proses terjadinya penyakit ini masih belum pasti. Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi, proteinuria. Kriteria edema hanya disebutkan bila dijumpai edema secara menyeluruh (edema anasarka). Disebut impending eklampsia jika pada kasus preeklampsia berat dijumpai tanda-tanda dan gejala-gejala seperti nyeri kepala hebat, gangguan visus dan serebral, muntahmuntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah. Insidensi penyakit tergantung pada banyak parameter demografis yang berbeda, termasuk usia ibu, ras, dan terkait kondisi medis yang mendasari. Memahami proses penyakit dan dampak dari gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan hal terpenting karena gangguan ini tetap menjadi penyebab utama morbiditas maternal dan perinatal dan di seluruh dunia kematian. Dampak gangguan tekanan darah tinggi pada kehamilan ini termasuk gangguan viskositas darah, dimana juga terjadi gangguan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Dapat memahami pengertian hipertensi pada kehamilan 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada kehamilan b. Untuk mengetahui klasifikasi hpertensi pada kehamilan c. Untuk mengetahui etiologi dari hipertensi pada kehamilan d. Untuk mengetahui cera penatalaksanaan dari hipertensi pada kehamilan e. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada kehamilan f. Untuk mengetahui test diagnostik hipertensi pada kehamilan
Page 1
C. Metode Penulisan Metode yang kami gunakan dalam membuat makalah ini adalah kajian pustaka. Penulis mencari dan membaca dari berbagai sumber khususnya yang terdapat di perpustakaan.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari Bab 1, Bab II, dan Bab III. Bab 1 terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sitematika penulisan. Bab II terdiri dari tinjauan teori yang berisi konsep dasar kasus dan konsep dasar keperawatan pada hipertensi. Bab III simpulan
Page 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
I.
Definisi Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Boyce dkk, 2011). Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi ti dak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009).
Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005). Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil. (Maimunah, 2005).
II.
Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang digunakan sebagai acuan klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Hipertensi Kronik Hpertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. 2) Preeklampsia-eklampsia Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklempsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma. 3) Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
Page 3
proteinuria.
Disebut
dengan
hipertensi
kronis
dengan superimposed
preeklampsia jikaditemukan beberapa hal dibawah ini : a) Wanita dengan hipertensi dan tidak ada proteinuria pada awal kehamilan (<20 minggu) mengalami proteinuria, yaitu 0,3 gram protein atau lebih pada spesimen urin 24 jam. b) Wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu. c) Peningkatan proteinuria secara tiba-tiba. d) Peningkatan tekanan darah pada wanita yang memiliki riwayat hipertensi terkontrol sebelumnya secara tiba-tiba. e) Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000 sel/mm 3). f)
Peningkatan ALT atau AST ke level abnormal. (NHBPEP, 2000)
4) Hipertensi gestasional Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. (Prawirohardjo, 2009)
III.
Faktor Risiko Hipertensi dalam Kehamilan
Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1) Primigravida 2) Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar. 3) Umur yang ekstrim. 4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia 5) Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil 6) Obesitas (prawirohardjo, 2009) IV.
Klasifikasi Preeklampsia-Eklampsia
Pre-Eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : a. Pre-Eklampsia Ringan
Bila disertai keadaan sebagai berikut: 1)
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
Page 4
mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. 2)
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu. 3)
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream. b. Pre-Eklampsia Berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. 2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. 3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . 4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. 5) Terdapat edema paru dan sianosis. Eklampsia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu sebagai berikut : a. Eklampsia Gravidarum
1) kejadian 150 % sampai 60 % 2) serangan terjadi dalam keadaan hamil b. Eklampsia Parturientum
1) Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % 2) Saat sedang inpartu 3)
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu. c.
Eklampsia Puerperium
1) Kejadian jarang 2) Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
V.
Etiologi
1. Penyebab preeklampsia belum diketahui 2. Kemungkinan faktor-faktor yang berperan meliputi: a. Genetik atau imunoligi b. Status primigravida c. Kondisi-kondisi berlebihan
,
yang
menciptakan
misalnya
molahidatidosa.
Page 5
kehamilan
jaringan multipe,
trofoblastik
yang
diabetes,
atau
d. Usia lebih muda dari 18 tahun dan lebih tua dari 35 tahun. VI.
Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199). Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.
Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis
microangiopati menyebabkan anemia
dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005). Perubahan pada organ : 1. Perubahan kardiovaskuler Gangguan
fungsi
kardiovaskuler
yang
parah
sering
terjadi
pada
preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
Page 6
onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003). 2. Metablisme air dan elektrolit Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005). 3. Mata Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam,1998). 4. Otak Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005). 5. Uterus Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur. 6. Paru2 Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
Page 7
VII.
Komplikasi
1.
Komplikasi pada ibu a. Sindroma HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet ,
yaitu
keadaan
multisistem,
merupakan
suatu
bentuk
preeklampsia-eklampsia berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukan adanya bukti laboratorium umum untuk syndrom hemolisi ( H ) sel darah merah, peningkatan enzim hati ( EL), dan trombosit rendah ( LP ). Keluhan bervariasi dari malaise, nyeri ulu hati, mual dan muntah, sampai gejala yang menyerupai virus yang tidak spesifik. Pada waktu berobat, ibu ini biasanya sudah berada dalam trimester ke 2 atau awal trimester 3 dan awalnya hanya menunjukkan beberapa tanda preeklampsia. Ibu ini biasanya akan menerima diagnosis bukan-obstetri, sehingga memperlambat pengobatan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal (Martin,dkk.,1991a). Sindrom HELLP mempengaruhi sekitar 2% - 12% preeklampsia
berat,
dengan
angka
mortalitas
2%
-
24%
(Sibai,dkk.,1986). Insiden paling tinggi terdapat pada ibu berusia lanjut, berkulit putih dan multipara. Walaupun mekanisme pasti belum diketahui, sindrom HELLP diduga terjadi akibat perubahan yang mengiringi preeklampsia. Vasospasme arterial, kerusakan endotelium, dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia jaringan ialah mekanisme yang mendasarinya untuk patofisiologi sindrom HELLP (Poole,1988,1993). Koagulopati yang terlihat pada sindrom HELLP serupa dengan DIC, kecuali bahwa pemeriksaan faktor pembekuan, masa protombin, masa tromboplastin sebagian (PTT), dan waktu perdarahan
biasanya
tetap
normal
(Guyton,
1992;Leduc,dkk.,1992;Perry,1992). Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat dalam sindrom HELLP, harus selalu diingat bahwa trombositopenia adalah temuan yang umum (Perry,1992).
b. Solusio plasenta Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita hipertensi akut.
c.
Hipofibrinogenia.
d. Hemolisis Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Page 8
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut.
e. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal.
f. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri. g. Edema paru. h. Kelainan Ginjal Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
i. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pasien preeklampsiaeklampsia diakibatkan vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati.
j.
Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan DIC).
2.
Komplikasi pada bayi e. Petumbuhan janin terhmbat f. Prematuritas dismaturitas dan kematian janin intrauterin. g. Kematian janin h. Solusio plasenta
VIII.
Manifestasi Klinis 1.
Manifestasi klinis preeklampsia ringan : a. Tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, atau meningkat di atas batas dasar 30 mmHg tekanan sistolik atau 15 mmHg tekanan diastolik dalam dua kali pembacaan yang diambil dengan jarak 6 jam. b. Edema menyeluruh di muka, tangan dan pergelangan kaki (tanda klasik) c. Pertambahan berat badan sekitar 1,5 kg (3,3 pon) perbulan pada trimester ke dua atau lebih dari 1,3 sampai 2,3 kg (3 sampai 5 pon) perminggu pada trimester ke tiga.
Page 9
d. Proteinuria 1+ sampai 2+ atua 300 mg/dl dalam sampel 24 jam. 2.
Manifestasi klinis bahaya pada preeklampsia yang memburuk : a. Peningkatan tekanan darah yang cepat b. Kenaikan berat badan yang cepat c. Edema menyeluruh d. Peningkatan proteinuria e. Nyeri epigastrik, ditandai hiperfleksia dan sakit kepala berat, yang biasanya mendahului kejang pada eklampsia f. Gangguan penglihatan g. Oliguria (<120ml dalam 4 jam) h. Iritabilitas i.
3.
Mual dan muntah hebat
Manifestasi klinis pada preeklampsia berat a. Tekanan darah melebihi 160/110 mmHg dicatat dalam dua pembacaan yang diperoleh dengan jarak 6 jam dengan klien pada keadaan tirah baring. b. Proteinuria melebihi 5 g/24 jam c. Oliguria (kurang dari 400 ml/24jam) d. Sakit kepala e. Pandangan buram, melihat ada bintik-bintik dan edema retina f. Pitting edema pada sakrum, muka dan ekstremitas bagian atas g. Dispnea h. Nyeri epiastrik
IX.
i.
Mual dan muntah
j.
Hiperrefleksia
Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah a.
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) b. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ) c.
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
2) Urinalisis
Page 10
Ditemukan protein dalam urine. 3) Pemeriksaan Fungsi hati a.
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat c.
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml ) e.
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l) f.
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ) b) Radiologi
1) Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. 2) Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin bayi lemah. X.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Pre-Eklamsia
1) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan a.
Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b.
Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak
perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90100 mmhg). c.
Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari
dan minimal 8 jam pada malam hari) d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur e.
Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f.
Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
Page 11
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu h.
Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu i.
Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi. j.
Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan k.
Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur. l.
Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II. 2) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi. XI. A.
Asuhan Keperawatan pada Klien Hipetensi pada Kehamilan PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah : 1.
Data subyektif : a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 ta hun atau > 35 tahun b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Page 12
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya 2.
Data Obyektif : a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ) e. Pemeriksaan penunjang ; a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2 2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik 4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak 5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na 6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina. C. Asuhan keperawatan hipertensi dalam kehamilan 1. Masalah keperawatan Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
kriteria hasil :
bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt
Page 13
Intervensi
Rasional
1. Evaluasi
frekuensi
pernafasan
dan
1. untuk mengetahui pola nafas pasien
kedalaman
2. mengetahui
2. Auskultasi bunyi nafas
ada
tidaknya
nafas
tambahan
3. Atur posisi pasien semi fowler
3. merangsang fungsi pernafasan atau
4. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai
ekspansi paru
indikasi
4. meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
2. Masalah keperawatan Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil :
CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis
Intervensi
1. Catat
Rasional
frekuensi
dan
kedalaman
pernapasan, penggunaan otot bantu.
pernapasan
2. Awasi tanda-tanda vital
2. untuk mengetahui tingkat kegawatan
3. Pantau BGA 4. Kolaborasi
1. untuk mengetahui kelemahan otot
klien. pemberian
IV
larutan
elektrolit
3. asidosis
yang
terjadi
dapat
menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel. 4. meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.
3. Masalah keperawatan
Page 14
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas pasien dapat terpenuhi Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan
Intervensi
Rasional
1. Periksa TTV sebelum dan sesudah
1. mengetahui tingkat kelemahan
aktivitas
2. membantu
2. Instruksikan pasien tentang tekhnik
keseimbangan
antara
suplai dan kebutuhan O2.
penghematan energi
3. Memberikan bantuan hanya sebatas
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
kebutuhan
akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan
aktivitas
4. Masalah keperawatan Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri berkurang/menghilang. Kriteria hasil :
wajah tidak menyeringai, tidak pusing
Intervensi
Rasional
1. Kaji skala nyeri
1. mengetahui intensitas nyeri
2. Pertahankan tirah baring
2. meminimalkan
3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan, batuk panjang.
5. Kolaborasi
pemberian
/
meningkatkan relaksasi 3. aktivitas vasokontriksi
4. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi.
stimulasi
yang
meningkatkan
menambah
beratkan
penyakit.
analgetik
4. membantu menghilangkan rasa nyeri.
sesuai indikasi misalnya lorazepam,
5. menurunkan nyeri dan menurunkan
diazepam
rengsang system saraf simpatis.
Page 15
6. Masalah keperawatan Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil Kriteria hasil :
Tidak ada destensi vena perifer dan edema
Paru bersih dan BB stabil
Intervensi
Rasional
1. Obervasi input dan output.
1. Mengetahui
2. Jelaskan tujuan pembatasan cairan
pengeluaran
dan
pemasukan cairan
/ Na pada pasien
2. Na dapat
3. Kolaborasi pemberian deuretik ,
mengikat
meningkatkan
contoh : furosemid (lazix),asam
air
sehingga
volume
cairan
bertambah.
etakrinik (edecrin) sesuai dengan
3. Menghambat reabsorpsi natrium dan
indikasi.
menurunkan kelebihan cairan.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Diet pembatasan Na sesuai indikasi
5. Masalah keperawatan Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak mengalami trauma. Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami cidera
Intervensi
Rasional
1. Hindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya bagi pasien.
1. Mencegah terjadinya injuri. 2. Meminimalkan pergerakan pasien.
2. Pertahankan tirah baring.
3. Mencegah terjadinya injuri.
3. Pertahankan BEL di samping tempat
4. Meminimalkan aktivitas yang dapat
Page 16
tidur dan pagar tempat tidur tinggi.
menimbulkan trauma pada pasien.
4. Batasi aktivitas pasien.
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta. Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : J ogjakarta Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta Pusat Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung. http://merawatdansehat.blogspot.com/2011/03/askep-preeklampsia-berat.h
Page 18
BAB III PENUTUP Simpulan
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Preeklampsia-eklampsia bisa mempredisposisi ibu mengalami komplikasi yang lebih letal, seperti solusio plasenta, DIC, perdarahan otak, dan gagal ginjal akut. Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt disebabkan oleh hal lain.
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta. Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta Pusat Bobak, Lowdermilk, dkk.2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4.Jakarta: EGC Maria A.2005. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta : EGC
Page 20