ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GONOREA
OLEH
KELOMPOK I
ADELBERTUS TEGU PANDE
ALEXANDER WIKI BELL
CHRISTIAN N. BAU'N
CRISTYANTI D. R. ARAUJO
DELFINA F. SEQUEIRA
DIAH KURNIAWATI
EMANUEL SABINUS WODA
FELISIA H. NGARA
FRANSISKA O. NDILO
HAWILA RINI
INCHA A. LUDJI
IMELDA IMACULATA
JA CINTA AMAINA
JIDA H. ALGADRI
KIKI M. BARA
KRISTINA A. WETA
LAURENSIUS GERING
MARI M. LAO
MARIA A. K. JAWAN
MARIA ANASTASIA WENDE
KEPERAWATAN B/V
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2015
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GONORHOE
KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian
Gonore adalah infeksi akut, hampir selalu akibat kontak seksual, disebabkan oleh Neisseria gonore. (Lindon Saputra, 2009 : 499).
Gonore adalah infeksi menular seksual pada permukaan selaput lendir disebabkan oleh mikroorganisme Neisseria gonore. (Arif Muttaqin, 2012 : 178).
Epidemiologi
Angka gonore di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di Negara-negara industry lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 80 kali daripada Kanada (CDC,2002). Setelah infeksi oleh neisseria gonorrhoeae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat terjangkit lebih dari 1 kali. Angka gonorea di Amerika Serikat terus memperlihatkan penurunan sejak pertengahan tahun 1970-an,sampai 1997 dan 1999. Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
Etiologi
Organisme gonokokus (gonococcus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk kacang merah, yang bersifat pathogen pada epitel.
infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah Keperawatan
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva danfarings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis,epididimis dan testis pada pria dan kelenjar Skene, Bartholini, endometrium, tuba fallopi danovarium pada wanita.Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah dan bernanah.Gejala pada laki-laki adalahrasa sakit pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala. Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan. Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan seringkali berupa kemandulan pada perempuan
Komplikasi
Pada laki-laki:
Tysonitis
Biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.
Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
Radang kelenjar littre (littritis)
Tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan denganuretroskopi.
Infeksi pada kelenjar cowper (cowperitis)
Dapat menyebabkan abses. Keluhan beruypa nyeri dan adanya benjolan didaerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan proktitis.
Prostatitis akut, ditandai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit BAB, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konstitensi kenyal, nyeri tekan dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis.
Infeksi asendes dari uretra posterior dapat mengenai trigonumvesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria
Pada wanita:
Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena tetapi abses jarang terjadi.
Kelenjar bartholin dn labium mayor pada sisi yang terkana membengkak, merah dan nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut dan kronis. Ada beberapa factor predisposisi yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian IUD.
Infeksi langsung terjadi pada serviks melalui tuba falopii ke daerah salping atau ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya terasa nyeri di daerah abdomen bawah dan menstruasi tidak teratur ayau abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan intertilitas atau kehamilan diluar kandungan.
Gejalah Klinik
Pada laki-laki:
Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
Keluar cairan seperti nanah dari penis
Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema, nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun mengakibatkan kista
Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra.
Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
Pada wanita:
Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva
Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina
Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
Sakit bila melakukan hubungan seksual
Muncul rasa sakit pada saat kencing
Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang air kecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau tanpa gejala
Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri abdomen bagian bawah.
Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negative, intraselular dan ekstra selular, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar bartholin dan rectum.
Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan:
media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media transport dan pertumbuhan yang selektif dan nutritive untuk neisseria gonorrhe dan neisseria meningitidis)
media pertumbuhan misalnya media Thayer martin (selektif untuk mengisolasi gonokok)
Tes definitive : tes oksidasi, semua neisseria memberi reaksi positif dan tes fermentasi, kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
Tes Thomson: dengan menampung urin pagi dalam 2 gelas, tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500mg dan oflaksasin 400mg. berbagai rejimen yang dapat di berikan adalah
Siprofloksasin 500mg per oral
Oflaksasin 400mg per oral
Seftriakson 250mg injeksi intarmuskuler
Spektinomisin 2g injeksi intramuscular
Dikombinasikan dengan
Doksisiklin 2x100mg, selama 7 hari
Tetrasiklin 4x500mg, selama 7 hari
Eritromisin 4x500mg, selama 7 hari
Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah astu obat dibawah ini:
Siprofloksasin 500mg/hari per oral, selama 5 hari
Oflaksasin 400mg/hari per oral, selama 5 hari
Seftriakson 250mg/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
Spektinomisin 2g/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12 tahun
Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesa
Identitas pasien
Gonerea lebih sering terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun,sedangkan laki-laki 20-24 tahun
Keluhan utama: rasa sakit atau panas saat kencing
Riwayat kesehatan dahulu: Organisme gonokokus (gonococcus, GC) ,infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
Riwayat kesehatan sekarang:
Pada laki-laki:
Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
Keluar cairan seperti nanah dari penis
Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema, nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun mengakibatkan kista
Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra.
Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
Pada wanita:
Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva
Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina
Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
Sakit bila melakukan hubungan seksual
Muncul rasa sakit pada saat kencing
Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang air kecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau tanpa gejala
Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri abdomen bagian bawah
ADL (Activity daily living)
Nutrisi:-
Eliminasi: muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria yang timbul mendadak, rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra, retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat.
Pola aktivitas/istrahat:-
Personal hiegine:bau busuk pada daerah genetalia
Pemeriksaan fisik
System persarafan: nyeri abdomen bagian bawah.
System perkemihan : Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria yang timbul mendadak, rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra,retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
System reproduksi : Sakit bila melakukan hubungan seksual, Keluar cairan seperti nanah dari penis, buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit, serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva,keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina,alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
System integumen: Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit, Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra
DS: Kilen mengeluh nyeri saat berkemih, mengeluh nyeri abdomen bagian bawah
DO: TTV meningkat,wajah klien meringis, klien menunjukan wajah meringis (nyeri) saat berkemih
Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler
DS: klien mengeluh suhu tubuh meningkat
DO: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat
DS: Klien mengeluh sedikit berkemih
DO: Haluaran urin sedikit, distensi kandung kemih
Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus pada wanita)
DS: Klien mengeluh sakit bila melakukan hubungan seksual,
DO: Peradangan pada uterus,
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system reproduksi
DS:klien mengeluh keluarnya nanah pada organ reproduksi (penis/vagina)
DO:tampak adanya nanah yang keluar dari organ reproduksi
Perencanaan keperawatan
Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra
Goal: Nyeri klien hilang atau terkontrol
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan uretra saat dalam perawatan
Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: Nyeri klien terkontrol atau hilang, ekspresi wajah tidak meringis, TTV normal (tekanan darah 120/80mmHg, nadi untuk orang dewasa 60-100x/mnt, RR 12-20x/mnt, suhu 36,5-37,50c)
Intervensi :
Jelaskan pada klien tentang kondisi penyakitnya
R/ untuk menambah pengetahuan klien
Ajarkan klien dan keluarga tentang teknik-teknik pengendalian nyeri
R/ untuk mengurangi nyeri dan menimbulkan kemandirian
Kaji jenis dan tingkat nyeri klien
R/ pengkajian berkelanjutan membantu menyakinkan bahwa penanganan dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri
Minta pasien untuk menggunakan skala 1 – 10 untuk menjelaskan tingkat nyeri
R/ untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang tingkat nyeri psien
Bantu pasien untuk mendapat posisi yang nyaman, menyokong daerah yang sakit bila diperlukan
R/ untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk mendistribusikan kembalitekanan pada bagian tubuh
Kolaborasi pemberian obat Analgesik
R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain. Analgesic bekerja dengan memblok pelepasan prostaglandin sebagai mediator nyeri.
Observasi keefektifan pengobatan setelah 30 menit
R/ untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tingkat kepercayaan yang diperlukan untuk membina hubungan terapiotik
Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler
Goal : Suhu tubuh klien normal
Objektif: klien tidak akan mengalami vasodilatasi pembuluh vaskuler selama dalam perawatan
Outcomes: Dalam waktu 1x24 jam perawatan: TTV normal, (tekanan darah 120/80mmHg, nadi untuk orang dewasa 60-100x/mnt, RR 12-20x/mnt,suhu 36,5-37,50c)
Intervensi:
Ukur suhu tubuh klien setiap 4 jam atau lebih sering bila diindikasikan
R/ untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat
Pantau dan cacat denyut dan irama nadi, tekanan vena sentral, TD, frekuensi napas, tingkat responsifitas dan suhu kulit minimal setiap 4 jam
R/ peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral dan penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia yang mengarah pada penurunan perfusi jaringan. Kulit yang dingin dapat juga mengindikasikan penurunan perfusi jaringan. Peningkatan frekuensi pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan.
Berikan antipiretik sesuai indikasi, cata keefektifannya
R/ mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat
Goal: klien bebas dari retensi urin
Objektif: klien tidak akan mengalami inflamasi prostat selama dalam perawatan
Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: berkemih dengan jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi:
Ajarkan klien dan anggota keluarga atau pasangan tentang teknik berkemih yang akan digunakan di rumah
R/ pemahaman tentang prosedur dan rasionalnya akan mengurangi ansietas dan meningkatkan kenyamanan
Bantu pasien dalam melakukan prosedur eliminasi kandung kemih yang diprogramkan seperti manuver crede atau valsava setiap 2 jam atau 3 jam R/Untuk mengeluarkan urin
Pantau pola berkemih pasien
R/catat waktu,tempat, jumlah,dan kesadaran berkemih pasien diperlukan untuk menetapkan pola kontinensia
Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus pada wanita)
Goal : klien bebas dari disfungsi seksual
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan organ reproduksi selama dalam perawatan
Outcomes: dalan waktu 3x 24 jam perawatan: klien bebas dari rasa sakit saat bersenggama, peradangan pada uterus hilang/terkontrol
Intervensi:
Anjurkan pasien untuk mendiskusikan keluhannya dengan suami atau istri atau pasangan. Sediakan waktu dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi antara pasien dan suami/istri atau pasangan
R/ untuk berbagi keluhan dan memperkuat hubungan
Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dalam lingkungan yang tidak mengancam
R/ tindkan ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman diantara pasien dan pemberi asuhan.
Berikan dukungan untuk suami istri atau pasangan
R/intervensi yang mendukung seperti mendengar aktif, mengkomunikasikan keluhan, perhatian dan penerimaan
Berikan edukasi kepada pasien dan suami/istri atau pasangan tentang keterbatasan akibat kontak fisik pasien saat ini
R/ edukasi mengenai keterbatasan akibat penyakit yang berdampak pada aktivitas seksual dapat membantu pasien menghindari komplikasi atau cedera
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system reproduksi
Goal:klien bebas dari gangguan citra tubuh
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan pada system reproduksi selama dalam perawatan
Outcomes:dalam waktu 2x24 jam perawatan klien: nanah yang keluar dari vagina atau penis berkurang atau tidak ada.
Intervensi:
Ajarkan dan dorong strategi koping yang sehat
R/untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif
Bombing dan kuatkan focus pasien pada aspek-aspek positif dari penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan cutra tubuhnya
R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutaan
Diskusikan kemajuan pasien dan tunjukan bagaimana kondisinya telah meningkat atau stabil
R/untuk meningkatkan sikap positif
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pluritus
Goal : klien tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan kulit
Objektif: klien tidak akan mengalami pluritus selama dalam perawatan
Outcomes:-
Intervensi:
Jelaskan kepada pasien dan keluarga atau pasangan tentang perlunya tindakan perawatan kulit preventif
R/ untuk mendorong kepatuhan terhadap program perawatan kulit
Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan
R/ deteksi dini terhadap perubahan kulit dapat mencegah atau meminimalkan kerusakan kulit
Bantu pasien dalam melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan
R/ untuk meningkatkan kenyamanan dan kondisi kesehatan
kolaborasi pemberian antihistamin
R/ Untuk mengatasi rasa gatal
Implementasi keperawatan
Implementasi/ tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan
Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan tersebut tidak teratasi,teratasi sebagian atau teratasi sepenuhnya. Untuk tujuan itu evaluasi dapat dilakukan dengan metode SOAPIE