ASKEP GASTROENTRITIS MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I
oleh Paian Tua
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS 2009 BAB II 46
Keperawatan Medikal Bedah I
TINJAUAN TEORETIS
2.1
GASTROENTERITIS
1.Konsep Penyakit Gastroenteritis a) Peng engertian •
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996). •
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentu bentuk k tinja tinja yang yang encer encer dengan dengan frekuen frekuensi si yang yang lebih lebih banyak banyak dari dari biasan biasanya ya
(FKUI,1965). •
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wong’s,1995). •
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan
diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan
Mayers,1995 ). Jadi Jadi dari dari keem keempa patt peng pengert ertia ian n diat diatas as penu penuli liss dapa dapatt meny menyim impu pulk lkan an bahw bahwaa adalah perada peradanga ngan n yang yang terjad terjadii pada pada lambun lambung g dan usus usus yang yang gastroenteritis adalah member memberika ikan n gejala gejala diare diare dengan dengan frekuen frekuensi si lebih lebih banyak banyak dari dari biasan biasanya ya yang yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
b) Anatomi Fisiologi Usus Halus
Gbr.1.Usus Halus
Usus haus adalah tabung yang kira-kira sekitar 2,5m dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung dalam atau sampai katup ileo-kolika tempat bersa bersambu mbung ng dangan dangan usus usus besar. besar.Usu Ususs halus halus terleta terletak k di daerah daerah umbili umbilikus kus dan dike dikeli lili ling ngii oleh oleh usus usus besa besar. r. Sela Selama ma pros proses es
penc pencer erna naan an norm normal al,, kimu kimuss
meninggalkan lambungdan memasuki usus halus. Usus halus merupakan sebuah salura saluran n yang yang berdia berdiamet meter er 2,5 cm, merupa merupakan kan salura saluran n paling paling panjan panjang g tempat tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus halus teriri dari :
Lapisan mucosa (sebelah atau bagian dalam)
Lapisan otot melingkar (m.sirkular)
Lapisan otot pemanjang(m. longitudinal) 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Lapisan serosa (sebelah atau bagian luar)
Terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum.enzim dari pancreas(amylase) dan empedu di lepaskan ke duodenum.Nutrisi hampir seluruhnya di absorbs oleh duodenum dan jejunum, ileum mengabsorbs vitamin tertentu, zat besi dan garam empedu.
1. Duodenum Duodenum di sebut juga usus duabelas jari, panjangnya ± 25cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini, terdapat pancreas. Pada bagian bagian kanan duodenum duodenum ini terdapat terdapat selaput lendir yang membukit membukit dan disebut papila. Pada papilla vaterii ini bermuara sauran empedu(duktus coledocus dan saluran saluran pancreas(du pancreas(ductus ctus pankreticu pankreticus). s). Dinding Dinding duodenum duodenum mempunyai mempunyai lapisan lapisan mucosa yang banyakmengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut kelenjar-kelenjar Brunner., berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
2.
Jejunum dan ileum
Jejunum dam ileum mempunyai panjang ±6m.lekukaan jejunum dan ileum melekat melekat pada dinding abdomen posterior posterior dengan dengan perantaraan perantaraan lipatan lipatan peritoneum peritoneum yang berbentuk kipas di kenal sebagai mesenterium.
ABSORBSI Absorbsi makanan yang sudah di cerna seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran 46
Keperawatan Medikal Bedah I
limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Karena vili usus keluar dari dinding usus maka maka bersentuhan bersentuhan dangan dangan makanan makanan cair dan lemak lemak yang di absorbsi absorbsi ke dala dalam m lact lactea eall kemu kemudi dian an berj berjal alan an mela melalu luii pemb pembul uluh uh limf limfee masu masuk k ke dala dalam m pem pembu bulu luh h kapi kapile lerr dara darah h di vili vili daan daan oleh oleh vena vena port portaa di bawa bawa ke hati hati untu untuk k meng mengala alami mi bebe bebera rapa pa peru peruba baha han. n. Kimu Kimuss
berca bercamp mpur ur deng dengan an enzi enzim-e m-enz nzim im
pencernaan saat berjalan melalui usus halus. Segmentasi (kontraksi dan relaksasi usus halus secara bergantian) mengaduk kimus, memecah makanan lebih lanjut untuk untuk di cerna. cerna. Pada Pada saat saat kimus kimus bercam bercampur pur,, geraka gerakan n perist peristalt altic ic beriku berikutny tnyaa sementara berhenti sehingga memungkikan absorbsi. Kebanyakan nutrisi dan elektrolit di absorbsi di dalam usus halus. Enzim dari pancreas dan empedu dari kandung empedu dilepaskan ke dalam duodenum. Enzi Enzim m di dala dalam m oleh oleh usus usus halu haluss meme memecah cah lema lemak, k, prot protein ein,, dan dan karb karboh ohid idrat rat menjadi unsure-unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsi oleh duodenum dan jejunum. Ileum mengabsorbsi vitamin tertentu, zat besi, dan garam empedu. FUNGSI USUS HALUS a.
Menerim Menerimaa zat-zat zat-zat makana makanan n yang yang sudah sudah dicern dicernaa untuk untuk diserap diserap melalu melaluii
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe. b. b.
Menye Menyera rap p prot protei ein n dala dalam m bent bentuk uk asam asam amin amino. o.
c.
Karbo Karbohi hidr drat at dise diserap rap dala dalam m ben bentu tuk k mon monos osak akar arid ida. a.
d.
Sekresi cairan usus.
e.
Menerim Menerimaa emped empedu, u, geta getah h pancr pancreas eas,, dan dan absorp absorpsi si air, garam, garam,dan dan vitami vitamin. n.
c)
Etiologi
Peny Penyeb ebab ab gast gastro roen ente terit ritis is akut akut adal adalah ah masu masukn knya ya viru viruss (Rotravirus, Bakter erii atau atau toks toksin in (Compylobacter, Aden Adenovi ovirus rus enteri enteris, s, Virus Virus Norwalk), Bakt lainnya), parasit parasit (Biardia Lambia, Salmonel Salmonella, la, Escherih Escherihia ia Coli, Coli, Yersinia Yersinia dan lainnya),
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
46
Keperawatan Medikal Bedah I
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. d)
Patofisiologi
Peny Penyeb ebab ab gast gastro roen ente terit ritis is akut akut adal adalah ah masu masukn knya ya viru viruss (Rotravirus, Bakter erii atau atau toks toksin in (Compylobacter, Aden Adenovi ovirus rus enteri enteris, s, Virus Virus Norwalk), Bakt lainnya), parasit parasit (Biardia Lambia, Salmonel Salmonella, la, Escherih Escherihia ia Coli, Coli, Yersinia Yersinia dan lainnya),
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme Mekanisme dasar penyebab penyebab timbulnya timbulnya diare adalah gangguan gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga rongga usus, usus, isi rongga rongga usus usus berleb berlebiha ihan n sehing sehingga ga timbul timbul diare diare ). Selain Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
PATHOFLOW 46
Keperawatan Medikal Bedah I
e) Mani Manife fest stas asii Klini Kliniss a. Diare. b. Muntah. c. Demam. d. Nyeri abdomen e. Membran mukosa mulut dan bibir kering f. Kehilangan berat Kehilangan berat badan g. Tidak nafsu makan h. Badan terasa lemah
f)
Insiden
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
g) Kompli mplika kasi si a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Kejang d. Bakterimia e. Mal nutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. 46
Keperawatan Medikal Bedah I
h) Tes Diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
·Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk Untuk menget mengetahu ahuii jasad jasad renik renik atau parasi parasitt secara secara kuanti kuantitati tatif, f, teruta terutama ma dilakukan pada klien diare kronik.
i) Penatalaksanaan medis a. Pemberian cairan.
Pemb Pe mber eria ian n cai caira ran, n, pa pada da kl klien ien Di Diar aree de deng ngan an me memp mper erhat hatik ikan an de dera raja jatt dehidrasinya dan keadaan umum. 1.
Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. 2.
Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. 3.
Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Cairan per oral.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 5060 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitung diperhitungkan kan kehilangan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat dan berat badannya. badannya.
b. Diatetik
adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringanka meringankan, n, menyembuh menyembuhkan kan serta menjaga kesehatan kesehatan klien.Adap klien.Adapun un hal yang perlu diperhatikan : •
Memberikan asi.
•
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
· Obat anti sekresi. · Obat anti spasmolitik. · Obat antibiotik.
2 ,Konsep Proses Keperawatan pada klien dengan Gastroenteritis a.
Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan pen penen entu tuan an masa masalah lah.. Peng Pengum umpu pula lan n data data dipe dipero roleh leh deng dengan an cara cara inte interv rven ensi si,, 46
Keperawatan Medikal Bedah I
observasi, observasi, pemeriksaan pemeriksaan fisik. fisik. Pengkaji Pengkaji data menurut Cyndi Cyndi Smith Greenberg, Greenberg, 1992 adalah : 1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektro elektrolit lit terjad terjadii gejala gejala dehidr dehidrasi asi,be ,berat rat badan badan menuru menurun, n, frekwen frekwensi si BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita.
4. Riwayat psikososial keluarga . 5. Kebutuhan dasar. · Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. · Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. · Pola tidur dan istirahat istirahat akan terganggu terganggu karena adanya distensi distensi abdomen abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. · Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. · Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. 6. Pemerikasaan fisik. a. Pemerik Pemeriksaa saan n psikol psikologi ogiss : keadaa keadaan n umum umum tampak tampak lemah, lemah, kesada kesadaran ran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. b. Pemeriksaan sistematik : · Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. · Perkusi : adanya distensi abdomen. a bdomen. · Palpasi : Turgor kulit kurang elastis 46
Keperawatan Medikal Bedah I
· Auskultasi : terdengarnya bising usus. c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang. d. Pada Pada anak anak diare diare akan akan mengal mengalami ami ganggu gangguan an karena karena anak anak dehidr dehidrasi asi sehingga berat badan menurun. e. Pemeriksaan penunjang. f.Pemeriksa f.Pemeriksaan an tinja, darah lengkap lengkap dan duodenum duodenum intubation intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif. b. Diagnosa Keperawatan
1. Defisi Defisitt volume volume cairan cairan dan elektr elektroli olitt kurang kurang dari dari kebutu kebutuhan han tubuh tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.. c. Intervensi Diagnosa 1.
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil: Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi : Observasi Observasi tanda-tanda tanda-tanda vital. vital. Observasi Observasi tanda-tanda tanda-tanda dehidrasi. dehidrasi. Ukur input dan dan outp output ut cair cairan an (bal (balan an cair cairan an). ). Beri Berika kan n dan dan anju anjurk rkan an kelu keluar arga ga untu untuk k memb member erik ikan an minu minum m yang yang bany banyak ak kuran kurang g lebi lebih h 2000 2000 – 2500 2500 cc per per hari. hari.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Kolabo Kolaboras rasii dengan dengan dokter dokter dalam dalam pember pemberian ian therap therapii cairan cairan,, pemeri pemeriksa ksaan an lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada.
Intervensi : Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. klien. Kaji faktor faktor penyebab penyebab gangguan gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan Lakukan pemeriksaan pemeriksaan fisik fisik abdome abdomen n (palpa (palpasi, si, perkus perkusi, i, dan auskul auskultas tasi). i). Berika Berikan n diet diet dalam dalam kondis kondisii hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien. Diagnosa 3.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi : Observ Observasi asi tanda-t tanda-tand andaa vital. vital. Kaji Kaji tingka tingkatt rasa rasa nyeri. nyeri. Atur Atur posisi posisi yang yang nyaman nyaman bagi bagi klien. klien. Beri kompre kompress hangat hangat pada pada daerah daerah abdome abdomen. n. Kolabo Kolaborasi rasi dengan dokter dalam pemberian therapi analgetik sesuai indikasi. Diagnosa 4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Keluarga Keluarga klien mengerti dengan proses proses penyakit penyakit klien, ekspresi ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi : Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tentang proses proses penyakit penyakit klien. klien. Jelaskan Jelaskan tentang tentang proses proses penyakit penyakit klien dengan melalui pendidikan kesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
d. evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan. 2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh. 3. Integritas kulit kembali normal. 4. Rasa nyaman terpenuhi. 5. Pengetahuan kelurga meningkat. 6. Cemas pada klien teratasi.
2.2
THYPUS ABDOMINALIS
1.Konsep Penyakit Thypus Abdominalis a. Pengertian Typhoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thyp Thypi. i. Organ Organis isme me ini ini masu masuk k mela melalu luii maka makana nan n dan dan minu minuma man n yang yang suda sudah h terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
b. Etiologi Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella paratyphiiB. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 – 41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 – 8.
c.
Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikena dikenall dengan dengan 5F yaitu yaitu Food(makanan), Food(makanan), Fingers(jari Fingers(jari tangan/kuku), tangan/kuku), Fomitus ), dan melalui Feses. (muntah), Fly(lalat ), Feses Feses dan muntah muntah pada pada pender penderita ita typhoi typhoid d dapat dapat menula menularka rkan n kuman kuman salmonella salmonella thypi kepada kepada orang lain. Kuman tersebut tersebut dapat ditularkan ditularkan melalui melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang orang yang yang sehat. sehat. Apabil Apabilaa orang orang terseb tersebut ut kurang kurang memper memperhat hatika ikan n kebers kebersiha ihan n
46
Keperawatan Medikal Bedah I
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi thypi masuk ke tubuh tubuh orang yang sehat melalui melalui mulut. mulut. Kemudian Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah darah dan mencap mencapai ai sel-se sel-sell retiku retikuloe loendo ndotel telial. ial. Sel-se Sel-sell retiku retikuloe loendo ndoteli telial al ini kemu kemudi dian an melep melepas aska kan n kuma kuman n ke dala dalam m sirk sirkul ulas asii darah darah dan dan meni menimb mbul ulka kan n bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksem endotoksemia. ia. Tetapi Tetapi berdasarkan berdasarkan penelitian penelitian eksperimen eksperimental tal disimpulka disimpulkan n bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endoto Endotokse ksemia mia berper berperan an pada pada patoge patogenes nesis is typhoi typhoid, d, karena karena memban membantu tu proses proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
PATHOFLOW
Terlampir
d.
Manifestasi klinis
Masa Masa inku inkuba basi si rata-r rata-rat ataa 2 ming minggu gu geja gejala lany nya: a: cepa cepatt lelah lelah,, mala malais ise, e, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur. Ganggu Gangguan an gastro gastroint intest estinal inal,, bibir bibir kering kering dan pecah-p pecah-pecah ecah,, lidah lidah kotorkotor berselaput putih dan pinggirnya hiperemis, perut agak kembung dan mungkin
46
Keperawatan Medikal Bedah I
nyeri tekan, bradikardi relatif, kenaikan denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan (Junadi, 1982).
e.
Insiden
Di Indonesia, Indonesia, diperkiraka diperkirakan n angka angka kejadian kejadian penyakit penyakit ini adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi menjadi kebal. Insiden penderita berumur 12 tahun keatas adalah 70 – 80%, penderita umur antara 12 dan 30 tahun adalah 10 – 20%, penderita antara 30 – 40 tahun adalah 5 – 10%, dan hanya 5 – 10% diatas 40 tahun.
f. Komplikasi 1.)Komplikasi intestinal: a.Perdarahan usus b.Perforasi usus c.Ileus paralitik
2)Komplikasi ekstra-intestinal:
a.Komplikasi kardiovaskuler Kegagalan sirkulasi perifer ( Renjatan Sepsis ), miokarditis-trombosis dan tromboflebitis.
b.Komplikasi darah Anemia hemolitik, trombositopenia dan atau disseminated intravaskuler coagulation ( DIC ) dan sindrom uremia hemolitik.
c.Komplikasi paru Pneumonia, empiema dan pleuritis
d.Komplikasi hepar dan kandung empedu Hepatitis dan kolesistis
e.Komplikasi ginjal 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.Komplikasi tulang Osteomilitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
g.Komplikasi neuropsikiatrik Delirium, meningismus, meningitis, poli neurotis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatoni (M. Sjaifoellah Noer)
g. Tes dia diagn gnos osti ticc Untuk Untuk menegakkan menegakkan diagnosa diagnosa penyakit penyakit typhus typhus abdominalis abdominalis perlu dilakukan dilakukan pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium:
1. Peme Pemeri riks ksaa aan n leuk leukos osit it Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leuko leukopen penia ia dan limpos limposist istosi osiss relatif relatif tetapi tetapi kenyat kenyataan aannya nya leukop leukopeni eniaa tidakl tidaklah ah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemer pemeriks iksaan aan jumlah jumlah leukos leukosit it tidak tidak bergun bergunaa untuk untuk diagno diagnosa sa demam demam typhoi typhoid. d.
2. Pemer Pemerik iksaa saan n SGOT SGOT dan SGPT SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid typhoid seringkali seringkali meningkat meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Peme Pemeri riks ksaa aan n Wida Widal l Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonela terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah ketulatan salmonela dan pada orang yang pernah di vaksinasi terhadap demam tifoid. 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Antigen yang di gunakan pada uji widal adalah suspensi salmonela yang sudah dimatikan dan diolah di labolatorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang di sangka menderita demam typoid . Akibat infeksi oleh S.typi, pasien membuat anti bodi ( aglutinin ), yaitu : a.Aglutinin O, yang di buat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman ). b.Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagela kuman ). c.Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai kuman ). Dari ketiga Aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang di tentukan titernya untuk di diagnosis. Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih dari dari 1/80 1/80,, 1/ 160, 160, dst, dst, sema semaki kin n keci kecill titr titras asii menu menunj njuk ukka kan n sema semaki ki bera beratt penyakitnya.
4. Biaka akan dara darah h Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid . Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, antara lain : a.Teknik pemeriksaan labolatorium. b.Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit c.Vaksinasi dimasa lampau. d.Pengobatan dengan obat antimikroba
h. Pena Penatal talak aksa sana naan an medi mediss
1)Pengobatan a.Kloramfenikol b.Tiamfenikol c.Ko-trimoksazol d.Ampisilin dan amoksisilin 46
Keperawatan Medikal Bedah I
e.Sefalosporin generasi ke tiga f.Fluorokinolon
2)Perawatan a. Pend Pender erit itaa dira dirawa watt deng dengan an tuju tujuan an untu untuk k isol isolas asi, i, obse observ rvas asi, i, dan dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
3)Diet a. Pada Pada mulany mulanyaa klien klien diberi diberikan kan bubur bubur saring saring kemudian kemudian bubur bubur kasar kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien
2
Konsep Konsep Proses Proses Keperawa Keperawatan tan pada pada klie klien n dengan dengan Typhu Typhuss Abdomin Abdominalis alis
a. Pengkajian 1.
Biodata
- Usia (sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa juga pada semua usia) - Jenis kelamin (tidak ada pebedaan yang nyata antara insidensi demam tifoid
46
Keperawatan Medikal Bedah I
pada pria dan wanita) - Pendidikan ( kebersihan makanan atau minuman)
2.
Keluhan utama
Minggu pertama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare peraaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis. Minggu kedua : pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.
3.
Riwayat penyakit sekarang.
Gejala yang timbul pada penyakit types/ tifoid. Panas (suhu 38 oC pada hari pertama ) Pasien mengigil Pada hari ketiga panas meningkat , pucat nyeri pada abdomen, tekanan darah menurun , pemeriksaan laboratorium positif.
4.
Riwayat penyakit dahulu.
Pasien sebelumnya pernah mengalami febris, DB, diare.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam salah satu anggota keluarga tersebut ada yang menderita types, diare, DB, pada waktu bersamaan atau sebelum pasien mengalami penyakit tersebut (Arief Mansjoer, M Sjaifoellah Noer, Nursalam).
6.
Pola fungsi kesehatan
a.Pola manejemen kesehatan Tindakan pertama kali dilakukan yaitu mengukur suhu tubuh, kompres, mengkonsumsi banyak cairan. b. Pola nutrisi kesehatan Memperbanyak volume pemasukan cairan Memberikan makanan yang halus seperti bubur halus Pemberian vitamin dan mineral juga mendukung untuk mrmperbaiki keadaan umum pada pasien. Makana tinggi serat bisa diberikan bila perlu. c. Pola istirahat tidur 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Pasien harus tirah baring mulai hari pertama sampai minimal hari ketujuh. Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien berubah-ubah(mual, muntah, konstipasi, diare, nyeri kepala, lemah) dan untuk menghindari dekubitus . Pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak karna ada rasa tidak enak pada perut, pusing, mual. d. Pola aktivitas Pasien tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti biasa karena tirah baring (bedrast) selama fase pertama. Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien lemah. e. Pola eliminasi Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam penyakit yaitu konstipasi dan diare. Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes. Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimbang. f. Pola hubungan dan peran Pasien tidak bisa berisolasi dengan keadaan sekitar sehubungan dengan penyakitnya. Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien (Pola Gordon).
b
Diagnosa Keperawatan
a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah. b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi. d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
e.Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive f. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
c. Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut : Diagnosa. 1
Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan : Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi : Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi. Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak ter jadi
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi : Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine). Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi : Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik. Diagnosa 4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil : 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi : Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi. Diagnosa 5
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta febris.
Intervensi : Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi. Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensinya : Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan 46
Keperawatan Medikal Bedah I
keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien d
Evaluasi
Berd Berdas asark arkan an impl implem emen entas tasii yang yang di laku lakuka kan, n, maka maka eval evalua uasi si yang yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tandatanda vital stabil, stabil, kebutuhan kebutuhan cairan terpenuhi, terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, terpenuhi, tidak terjadi terjadi hipertermia, hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehari-hari secara secara mandiri, mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
2.3
1.
APPENDIKSITIS
Konse Konsep p Penya Penyakit kit Appe Appendi ndiksi ksiti tiss a. Pengertian
Apendisitis akut
adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rong rongga ga abdo abdome men, n, peny penyeb ebab ab pali paling ng umum umum untu untuk k beda bedah h abdo abdome men n daru darurat rat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis
adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ring ringan an dapa dapatt semb sembuh uh tanp tanpaa peraw perawat atan an,, teta tetapi pi bany banyak ak kasu kasuss meme memerl rluk ukan an laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Apendisitis
adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah parah,, usus usus buntu buntu itu bisa bisa pecah. pecah. Usus Usus buntu buntu merupa merupakan kan salura saluran n usus usus yang yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturny Strukturnyaa seperti seperti bagian bagian usus lainnya. Namun, Namun, lendirnya lendirnya banyak banyak mengandun mengandung g kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. le ndir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis , yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial , setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
b. b. Anat Anatom omii Fisi Fisiol olog ogii
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Gbr.2.Appendix Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari. Letak apendiks. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Ukuran dan isi apendiks. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Posisi apendiks. Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
c.
Etiologi
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : 1. Hiperplasia dari folikel limfoid 2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks 3. Tumor appendiks 4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis 5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica. Menu Menuru rutt
pene peneli liti tian an,,
epid epidem emio iolo logi gi
menu menunj njuk ukka kan n
kebi kebias asaa aan n
maka makan n
makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan append appendiks iksiti itis. s. Hal terseb tersebut ut akan akan mening meningkat katkan kan tekana tekanan n intra intra sekal, sekal, sehing sehingga ga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
d.
Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan disebabkan oleh hambatan pada bagian prok proksim simaln alnya ya dan berlan berlanjut jut pada pada pening peningkat katan an sekres sekresii normal normal dari dari mukosa mukosa apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mukosa mengal mengalami ami bendu bendunga ngan. n. Makin Makin lama lama mucus mucus tersebu tersebutt makin makin banyak banyak,, 46
Keperawatan Medikal Bedah I
namu namun n
elas elasti tisi sitas tas
dind dindin ing g
appe append ndik ikss
memp mempun unya yaii
kete keterb rbata atasa san n
sehi sehing ngga ga
menyebabkan peningkatan intralumen. Kapasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen sekitar 60 cmH20. Manusia merupakan salah satu dari sedikit binatang yang dapat mengko mengkompe mpensa nsasi si pening peningkat katan an sekres sekresii yang yang cukup cukup tinggi tinggi sehing sehingga ga menjad menjadii gangrene atau terjadi perforasi. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). apendisit sitis is akut akut fokal fokal yang Pada Pada saat saat inil inilah ah terj terjad adii apendi yang ditan ditanda daii oleh oleh nyeri nyeri
epigas epigastri trium. um. Gangre Gangren n dan perfor perforasi asi khas khas dapat dapat terjadi terjadi dalam dalam 24-36 24-36 jam, jam, tapi tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan mene menemb mbus us dind dindin ing. g. Perad Peradan anga gan n timb timbul ul melu meluas as dan dan meng mengen enai ai peri perito tone neum um setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut . Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa . Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi . Bila Bila semu semuaa pros proses es diat diatas as berj berjal alan an lamb lambat at,, omen omentu tum m dan dan usus usus yang yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradan Peradangan gan apendi apendiks ks terseb tersebut ut dapat dapat menjad menjadii abses atau menghilang. Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai
dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses 46
Keperawatan Medikal Bedah I
radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga sehingga terbentuk terbentuk massa periapendikular periapendikular.. Didalamnya Didalamnya dapat terjadi terjadi nekrosis nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. PATHOFLOW (terlampir)
e. Mani Manife fest stas asii Kli Klini niss Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter dokter menekan menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa
mencapai
37,8-38,8°
Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
f.
Insiden
Kira-kira 70% dari populasi akan mengalami appendiksitis pada waktu bersamaan dalam hidup mereka; pria lebih sering di pengaruhi dari pada wanita, da remaja lebih sering dari pada orang dewasa. Meskipun ini terjadi pada usia berapapun, appendiksitis sering terjadi antara usia 10-30 tahun. g.
Komplikasi 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue. h.
Tes Diagnostik Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese
ditamb ditambah ah dengan dengan pemerik pemeriksaan saan laborato laboratorium rium serta serta pemeriks pemeriksaan aan penunjan penunjang g
lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas
(karena
kuman
yang
menetap
di
dinding
usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi. Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Test rektal. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. 46
Keperawatan Medikal Bedah I
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecalit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
i.
Penatalaksanan Medis
Pembedahan Pembedahan diindikasi diindikasikan kan bila diagnosa diagnosa apendisitis apendisitis telah ditegakkan ditegakkan.. Antibi Antibioti otik k dan cairan cairan IV diberi diberikan kan sampai sampai pembed pembedaha ahan n dilaku dilakukan kan.. analge analgesik sik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangka mengangkatt apendiks) apendiks) dilakukan dilakukan sesegera sesegera mungkin mungkin untuk untuk menurunka menurunkan n resiko resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu 46
Keperawatan Medikal Bedah I
diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
2.Konsep Proses Keperawatan pada klien dengan Appendiksitis
a) Pengka ngkajjian ian
a. Identitas a. Identitas klien b. Riwayat Keperawatan 1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. 2. Riwayat kesehatan masa lalu 3. pemeriksaan fisik: a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
c. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi. 2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
b) Diagno Diagnosa sa Kep Kepera erawat watan an
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal dan proses inflamasi. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
c) Inter nterv vensi ensi
46
Keperawatan Medikal Bedah I
1.
Resi Resiko ko keku kekura rang ngan an volu volume me cair cairan an berh berhub ubun unga gan n deng dengan an adan adanya ya
rasa mual dan muntah , ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah. Intervensi : Monitor tanda-tanda vital. Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia. Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine. Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan. Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering. Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
2.
Resi Resiko ko terj terjad adin inya ya infe infeks ksii ber berhu hubu bung ngan an deng dengan an tida tidakk ade adeku kuat atny nya a
pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan). Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran. Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan
46
Keperawatan Medikal Bedah I
mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma. Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks. Anjurkan klien mandi dengan sempurna. Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme. HE tentang pentingnya kebersihan diri klien. Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.
3.
Gang Ganggu guan an ras rasa a nya nyama man n nyer nyerii ber berhu hubu bung ngan an den denga gan n dist disten ensi si
jaringan intestina dan proses inflamasi , ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah. Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal. Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri. Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya. Anjurkan pernapasan dalam. Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Lakukan gate control. Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf 46
Keperawatan Medikal Bedah I
yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus. Beri analgetik. Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).
4.
Kura Kurang ngny nya a pen penge geta tahu huan an tent tentan ang g pro prose sess pen penya yaki kitn tnya ya berh berhub ubun unga gan n
dengan informasi kurang . Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya. Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi. Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi. Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan. Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.
5.
Nutr Nutris isii kura kurang ng dar darii kebu kebutu tuha han n berh berhub ubun unga gan n deng dengan an int intak akee
menurun . Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak
46
Keperawatan Medikal Bedah I
dihabiskan Ada rasa mual muntah Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet. Beri makan sedikit tapi sering Rasional : Tidak memberi rasa r asa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan Tawarkan minum saat makan bila toleran. Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres. Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan. Memberi makanan yang bervariasi Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
6.
Defi De fisi sitt pera perawa wata tan n diri diri berh berhub ubun unga gan n deng dengan an kele kelema maha han n yang yang
dirasakan . Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
46
Keperawatan Medikal Bedah I
Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien. Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih. Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri. Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene. Berikan pujian pada klien tentang te ntang kebersihannya. Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan Bimbing keluarga / istri klien memandikan Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien. Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
d) Evaluasi •
Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
•
Klien dapat terhidar dari bahaya infeksi.
•
Rasa nyeri akan dapat teratasi.
•
•
•
Nutrisi terpenuhi Klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya. . Klien dapat merawat diri
46
Keperawatan Medikal Bedah I
2.4
AMOEBIASIS
Amoebiasis disebabkan oleh parasit jenis protozoa, yakni trophozoit, tidak bersifat infeksious dan bila tertekan dengan mudah dapt dihancurkan oleh enzimenzi enzim m penc pencer erna naan an.. Namu Namun, n, bent bentuk uk inak inakti tiff (kis (kista ta)) sang sangat at resi resist sten en terh terhad adap ap keadaa keadaan-k n-kead eadaan aan ekstri ekstrim m seperti seperti temper temperatu ature, re, kimia, kimia, dan cairan cairan pencern pencernaan aan.. Ketika kista tertelan bersama dengan makanan atau air dengan dicemari oleh fese feses, s, akan akan deng dengan an muda mudah h masu masuk k ke dala dalam m usus usus,, dima dimana na trip tripho hozo zoit it akti aktif f dilepaskan dan memasuki dinding usus. Disini ia akan memakan sel-sel mukosa, menyebabkan ulserasi pada mukosa usus. Walaupun penyakit ini lebih banyak terjadi di Negara tropis, namun dapat pula terjadi dimana saja apabila sanitasi kurang diperhatikan. Kista dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama di luar tubuh. GEJALA Kebanyakan penderita, terutama yang tinggal di daerah beriklim sedang, tidak menunjukkan gejala.Kadang-kadang gejalanya samar-samar, sehingga hampir tidak diketahui.Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas (flatulensi) dan kram perut.Bila disentuh perut akan terasa nyeri dan tinja bisa mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi demam ringan.Diantara serangan, gejala-gejala tersebut berkurang menjadi kram berulang dan tinja menjadi sangat lunak.Sering terjadi penurunan berat badan dan anemia.Bila trofozoit menyusup ke dalam dinding usus akan terbentuk suatu benjolan besar (ameboma).Ameboma bisa menyumbat usus dan sering disalah-artikan sebagai kanker. Kadang trofozoit menyebabkan perlubangan pada dinding usus. Jika isi usus sampai masuk ke dalam rongga perut akan terjadi nyeri perut yang hebat dan infeksi perut (peritonitis). Invasi trofozoit ke usus buntu dan usus di sekelilingnya bisa menyebabkan apendisitis (peradangan usus buntu) ringan.Pembedahan yang dilakukan untuk
46
Keperawatan Medikal Bedah I
mengatasi apendisitis bisa menyebarkan trofozoit ke seluruh perut. Oleh karena itu, pembedahan bisa ditunda sampai 48-72 jam dan selama itu diberikan obatobatan untuk membunuh trofozoit. Di dalam hati bisa terbentuk suatu abses yang berisi trofozoit. Gejalanya adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah hati, demam yang hilang-timbul, berkeringat, menggigil, mual, muntah, kelemahan, penurunan berat badan dan kadang sakit kuning (jaundice) ringan. r ingan. Kadang-kadang trofozoit menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di paru-paru, otak serta organ lainnya.Kulit juga bisa terinfeksi, terutama kulit di sekitar bokong dan alat kelamin. Selain itu infeksi juga bisa terjadi pada luka karena pembedahan atau luka karena cedera.
DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita.Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali. Suatu protoskop bisa digunakan untuk melihat bagian dalam r ektum dan untuk mengambil contoh jaringan ulkus (luka terbuka) yang ditemukan disana. Pada abses hati, kadar antibodi terhadap parasit hampir selalu tinggi. Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahuntahun, karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses pada saat ini.Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba. INSIDEN Hampir 10% penduduk dunia terutama di negara berkembang terinfeksi E. histol histolyti ytica, ca, tetapi tetapi hanya hanya sepers sepersepu epuluh luh yang yang memper memperliha lihatka tkan n gejala. gejala. Inside Insiden n amoe amoebi bias asis is hati hati di RS di Indo Indone nesi siaa berk berkis isar ar anta antara ra 5-15 5-15 pasi pasien en pert pertah ahun un.. Penelitian epidemiologi diIndonesia menunjukkan perbandingan pria : wanita wanita berkisar berkisar 3:1 sampai sampai 22:1, 22:1, yang tersering tersering pada decade IV. Penularan Penularan pada umumnya umumnya melaluijalur melaluijalur oral-fekal oral-fekal dan dapat juga oral-anal-fek oral-anal-fekal. al. Kebanyakan Kebanyakan amoebiasis hati yang dikenai adalah pria. Usia yang dikenai berkisar antara 20-50 46
Keperawatan Medikal Bedah I
tahun
terutama
dewasa
muda
dan
lebih
jarang
pada
anak..
PENGOBATAN Diberikan obat pembasmi amuba per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol, paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.Untuk penyakit yang berat dan penyakit di luar usus, diberikan metronidazol atau desidroemetin.Tinja diperiksa ulang dalam waktu 1,3 dan 6 bulan setelah pengobatan, untuk memastikan bahwa penderita telah sembuh.
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan
Keempat penyakit tersebut sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, disitulah peran perawat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan bahkan menghilangkan resiko tersebut.
46
Keperawatan Medikal Bedah I
3.2
Saran
Seteta Setetah h membac membacaa makala makalah h ini dihara diharap p pembac pembacaa teruta terutama ma mahasi mahasiswa swa/i /i STIKES Santo Borromeus dapat menerapakan asuhan keperawatan yang tepat kepada klien yang menderita penyakit tersebut dan lebih memelihara hygiene untuk mencegah tertularnya penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA •
Dongoes 2000. Diagnosa Keperawatan. Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
•
Price, Anderson Sylvia.1997. Patofisiologi. Patofisiologi. Ed. I . Jakarata : EGC.
•
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:EGC
•
http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/appendiksitis.pdf
•
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anakdengan-typhus-abdominalis/
•
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009_06_22_archive.html
•
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ 46
Keperawatan Medikal Bedah I
•
http://smartnet-q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-pada-anakdengan_8181.html
•
http://kasendaadhd.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-typusabdominalis.html
•
http://ababar.blogspot.com/2008/12/appendiksitis.html
http://contoh-askep.blogspot.com/2008/07/asuhan-keperawatan-pada-anakdengan.html
46
Keperawatan Medikal Bedah I