6ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FLU SINGAPURA
Dosen Pembimbing : Supriliyah Praningsih, S.Kep,Ns
Oleh KELOMPOK 2 TINGKAT 2A 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10;
Fadhila Khusma Aziz Faradela Sendi Faridatul Umroh Ferdy Yuswan Fitri Fajarwati Z. Galih Puji Prasetyo Hasri Provitasari Irma Maulinda Mahda Fanindha W. Makfiatul Abadyah
(151001012) (151001013) (151001014) (151001015) (151001016) (151001017) (151001019) (151001021) (151001022) (151001023)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG S1 KEPERAWATAN/2A TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “ Asuhan Keperawatan Flu Singapura“. Adapun tujuan dan maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata ajar Sistem Pernapasan. Segala kemampuan dan daya upaya telah diusahakan semaksimal mungkin namun penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di dunia keperawatan.
Jombang, 20 Oktober 2016
2
DAFTAR ISI
Penulis
COVER.............................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1; LATAR BELAKANG....................................................................................1 1; RUMUSAN MASALAH...............................................................................1 1; TUJUAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 2; 2; 2; 2.4 2.4 2; 2; 2; 2;
PENGERTIAN...............................................................................................3 ETIOLOGI.....................................................................................................4 PATOFISIOLOGI...........................................................................................4 MANIESTASI KLINIS PATHWAY/WOC...........................................................................................4 PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................5 KOMPLIKASI...............................................................................................6 PENATALAKSANAAN MEDIS..................................................................6 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT..............................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
IDENTITAS KLIEN......................................................................................8 PEMERIKSAAN FISIK................................................................................10 PEMERIKSAAN PER SISTEM....................................................................10 DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................14 INTERVENSI.................................................................................................15 EVALUASI....................................................................................................23
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 4.1 KASUS...........................................................................................................24 4.2 PENGKAJIAN...............................................................................................24 4.3 PEMERIKSAAN FISIK................................................................................27
3
4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
DATA PENUNJANG.....................................................................................30 ANALISA DATA...........................................................................................30 INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................31 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................................33 EVALUASI....................................................................................................34
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN..............................................................................................36 5; SARAN..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................37
4
BAB I PENDAHULUAN
1; Latar Belakang Flu Singapura adalah istilah untuk penyakit yang secara medis disebut penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot and mouth disease/HFMD). Infeksi virus ini biasanya memengaruhi balita dan anak di bawah 10 tahun.Kebanyakan orang dewasa telah mengembangkan antibodi terhadap virus penyebabnya dari paparan di waktu kecil.Seperti flu lainnya, flu Singapura paling sering muncul di pergantian musim dan musim hujan.Penyakit yang sepanjang tahun selalu muncul ini, memiliki banyak sekali jenis virus.Salah satu virus yang mematikan (seperti yang mewabah di Singapura) adalah Enterovirus 71. Sedangkan virus flu Singapura yang sering dijumpai di Indonesia merupakan tipe Coxsackie A dan Coxsackie A. Jenis ini tipenya lebih ringan.Pada tahun 2009, bahwa delapan anak-anak DI Jakarta tertular penyakit ini.Pada akhir April 2009, lembaga-lembaga kesehatan peringatan pusat kesehatan masyarakat Jakarta mendukung langkah-langkah pencegahan, termasuk penggunaan termal scanner di bandara untuk menghindari perjalanan ke Singapura. Mengapa disebut flu singapura, karena pertengahan September tahun 2000 lalu, penyakit tangan, kaki dan mulut pernah merebak di Singapura. Pemerintah Singapura bahkan sampai menganjurkan agar seluruh restoran siap saji, kolam renang, dan tempat bermain anak-anak ditutup sementara setelah tiga anak diberitakan meninggal karena diduga terkena penyakit tersebut. Sebanyak 440 taman kanak-kanak (TK) dan 557 pusat perawatan anak diliburkan. 1.2; Rumusan Masalah 1; Bagaimana definisi dari Flu Singapura ? 2; Bagaimana etiologi dari Flu Singapura? 3; Bagaimana Patofisiologi Flu Singapura? 4; Apa saja manifestasi klinis dari Flu Singapura ? 5; 6; 7; 8; 9; 10;
Apa saja pemeriksaan penunjang Flu Singapura ? Bagaimana komplikasi dari Flu Singapura ? Bagaimana penatalaksanaan medis Flu Singapura ? Bagaimana pencegahan dan pengendalian peyakit Flu Singapura ? Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori Flu Singapura? Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus flu singapura?
5
1.3; Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari Flu Singapura 2 Untuk mengetahui etiologi dari Flu Singapura 3 Untuk mengetahui Patofisiologi Flu Singapura 4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Flu Singapura 5 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Flu Singapura 6 Untuk mengetahui komplikasi dari Flu Singapura 7 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Flu Singapura 8 Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian peyakit Flu Singapura 9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Teori Flu Singapura 10 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan kasus flu singapura 1
6
BAB II PENDAHULUAN
2; Pengertian
Gbr1.flu singapura Flu singapura merupakan infeksi akibat virus. Infeksi ini mudah menular kepada orang sekitar. Apalagi, anak-anak usia balita. Sebab, sistem kekebalan anak usia tersebut belum cukup matang. Dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki dan perempuan berpeluang sama untuk terjangkit flu ini. Flu Singapura adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa SpanyolPico:kecil), Genus Enterovirus (non Polio). Dalam dunia kedokteran, Flu Singapura dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM).Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus.Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi. Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash.Biasanya disebabkan oleh coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu, domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang 7
berbeda. Manusia tidak dapat tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya.
2; Etiologi Penyebab Flu singapura adalah virus RNA famili Picornaviridae, Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus.Virus Penyebab Flu singapura tersering namun ringan adalah Coxsackie A16, sedangkan penyebab yang menimbulkan kasus berat atau berpotensi menimbulkan komplikasi hingga kematian adalah Enterovirus 71.
2; Patofisiologi Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal, materi fekal maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus implantasi ke mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan bereplikasi di daerah tersebut kemudian menyebar ke usus (ileum) dan bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan kelenjar getah bening dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar ke mukosa mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus tereliminasivirus dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009; JabatanKesehatan Negeri Serawak: 2006). Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan akut flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik tetapi melalui mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus masuk melalui central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah ke blood brain barier (BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf perifer melalui axon. Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71 terjadi brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai respon terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008). 2; Manifestasi Klinis Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, Ejournal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu sebagai berikut: 1; Diawali dengan demam dengan suhu 38,30C dengan durasi 2-3 hari 2; Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral)
8
Gambar 1. Lokasi lesi
Nyeri telan atau pharingitis Kehilangan nafsu makan Pilek dan gejala seperti flu Malaise. Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau luka/lesi. 8; Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari. 3; 4; 5; 6; 7;
Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988): 1; Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah dengan
cepat menjadi vesikula. 2; Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan timbul
nyeri. 3; Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral.
Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai berikut: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8;
Hiperpireksiasuhu lebih dasri 390C. Demam tidak turun-turun (prolong fever). Tachicardia (jantung berdenyut cepat). Tachipnea atau apnea. Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau dehidrasi. Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun. Nyeri pada leher, lengan dan kaki. Kejang.
2.5 Pemeriksaan Penunjang 2; Pemeriksaan Laboratorium 1; Darah Lengkap
Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah Leukosit>10.000 u/L 2; Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan 3; Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air, 2009). 2; Pemeriksaan Radiologi MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008).
9
3.1
Komplikasi Dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau immunocompromise dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Namun hal ini sangat jarang terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat terajdi adalah: 1; Meningitis atau infeksi otak (aseptik meningitis, meningitis serosa/non
bakterial). 2; Encephalitis 3; Myocarditis, ganguan jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis 4; Paralisis akut flaxid (seperti penyakit polio)
2; Penatalaksanaan Medis 2; Farmakologi 1; Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang 2; 3; 4; 5;
6; 7;
2;
tersedia. Pengobatannya secara simptomatik. Antiseptik diberikan di daerah mulut. Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya paracetamol. Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui. Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988). Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau neonatus.
Suportif Istirahat yang cukup. Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang optimal. 3; Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit. 1; 2;
2.8
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higienis dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan 10
makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi. Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di Rumah sakit Universal Precaution harus dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi). Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya tahan tubuhnya menurun dan agar tidak menularkan ke anak lainnya. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik). Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan HFMD untuk memotong rantai penularan. Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana HFMD termasuk pelaksanaan. Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala HFMD. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengobatan secara spesifik untuk penyakit ini. Adapun hal – hal yang dapat dilakukan antara lain: 1; Menghindari kontak dengan anak-anak yang terinfeksi 2; Tidak membawa anak yang sakit ke tempat yang padat pengunjung 3; Tidak menggunakan peralatan makan,pakaian,sepatu anak yang sakit. 4; Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan kontak dengan penderita 5; Bintik yang melepuh/vesikel sebaiknya dibiarkan mengering alami, jangan dipecah karena mengandung virus. 6; Penderita tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin 7; Bersihkan lantai atau barang-barang yang terkontaminasi kotoran anak dengan perklorin 0,5% karena virus berada dalam feses dan dapat hidup beberapa lama.
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 IDENTITAS KLIEN
Nama
: …………………
No. Reg
: ……
Umur
: …..Tahun
Tgl. MRS : ………(Jam…..)
Jenis Kelamin
: L/P
Diagnosis medis : …………
Suku/Bangsa
: …………………………….
Tgl Pengkajian:……(Jam…)
Agama
: …………………………….
Pekerjaan
: …………………………….
Pendidikan
: …………………………….
Alamat
: …………………………….
2.9 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) 3; Keluhan utama :
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat pasien meminta bantuan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk. 3; Riwayat Penyakit Sekarang
Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama yang meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan, lokasi, faktor pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama, dan faktor yang menurunkan keparahan). Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai di bawa ke pelayanan kesehatan.Jika pengkajian dilakukan beberapa hari setelah pasien rawat inap, maka riwayat penyakit sekarang ditulis dari permulaan pasien merasakan keluhan sampai kita melakukan pengkajian.
12
Upaya yang telah dilakukan : Upaya pasien yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebelum dilakukan pengkajian. Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pengobatan/ operasi yang pernah di dapatkan berhubungan dengan kasus sekarang sebelum Rawat inap di pelayanan kesehatan. 3; Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua riwayat penyakit yang pernah di derita, operasi ). Obat-obat yang biasa dikonsumsi: obat dengan resep atau dengan bebas atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya) Kebiasaan berobat: pelayanan kesehatan dan non tenaga kesehatan. Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : Kebiasaan merokok, minuman (penambah makanan/minuman,alkohol), makanan siap saji.
energy,
suplemen
3; Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit keturunan, mengkaji 3 generasi ke atas. Mencangkup setiap kelainan genetic keluarga ( HT, DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga ( cancer), penyakit menular ( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah gunaan obat. Genogram : Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas. Ket : …………………………. 3; Riwayat Kesehatan Lingkungan
Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi klien ( yang berhubungan dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya paparan yang menyebabkan penyakit tersebut (debu, asbestosis, silica atau zat racun lainnya) tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang penuh (crowded) resiko peningkatan infeksi pada saluran pernafasan seperti TBC, Virus dll.
13
3.2 PEMERIKSAAN FISIK 3; Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : ……°C (SUHU. axial, rectal, oral) N : …. x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur, kuat, lemah) TD : …../…..mmHg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring, duduk) RR : ….x/menit (regular/ irregular) TB : … cm BB : …. Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -100 ( ± 10% dari hasil ).
3.3 PEMERIKSAAN PER SISTEM ; Sistem Pernapasan
Anamnesa : Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan Hidung: Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna mukosa, oedem pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi, deformitas,naso faringeal tube, pemberian O2: nasal, masker. Palpasi: nyeri tekan, adakahfraktur tulang nasal.
Mulut Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal tube.
Sinus paranasalis Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis Palpasi : nyeri tekan Leher Inspeksi : trakheostomi. Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea. Faring : Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran Area dada:
14
Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan kesimetrisan intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran warna kulit, cikatrik. Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi, suhu, denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi, vocal fremitus melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak. Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh permukaan paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani di intercoste VI kanan). Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler (sesuai dengan lokasi),ronkhi, wheezing,stridor, pleural friction rub, crakcles. ;
Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?) Anamnesa Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari, alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan, melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi (diare, konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses meliputi bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus, hemorroid, perubahan BB, Mulut Inspeksi : mukosa bibir, labio/palatoschiziz, gigi (jumlah, karies, plak, kebersihan, gingitivis), Gusi (berdarah, lesi/bengkak, edema), mukosa mulut (stomatitis, nodul/benjolan, kebersihan). Produksi saliva, pembesaran kelenjar parotis Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut, massa Lidah Inspeksi : Posisi, gerakan,tremor, lesi
warna
dan
Palpasi : Nodul, oedema, nyeri tekan
15
bentuk,
simetris,
kebersihan,
warna,
Faring - Esofagus : Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan ukuran) Palpasi : pembesaran kelenjar
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran) Inspeksi: pembesaran abnormal (asites, distensi abdomen), spider navy, tampak vena porta hepatika, bekas luka, luka (colostomy, CAPD, hernia), umbilikus (kebersihan, menonjol,) Auskultasi
: peristaltik usus
Perkusi
: tymphani, hipertympani, batas – batas hepar, nyeri
Palpasi: Kuadran I: Hepar hepatomegali, nyeri tekan, shifting dullness Kuadran II: Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen Lien splenomegali Kuadran III: Massa (skibala, tumor), nyeri tekan Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney ;
Sistem Muskuloskeletal & Integumen Anamnese : Adakah nyeri, kelemahan extremitas, Cara berjalan, Bentuk tulang belakang (lordosis:keadaan tulang belakang condong ke arah depan, kiposis: keadaan tulang condong ke arah belakang, skoliosis: keadaan tulang condong ke arah samping)
Warna kulit
16
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi panas/nyeri), icterus, kering, mengelupas, bersisik (di sela-sela jari kaki/tangan)
Kekuatan otot :
4
4
4
4
Keterangan: 0: Tidak ada kontraksi 1: Kontaksi (gerakan minimal) 2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi 3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh
Fraktur Look : Deformitas,Bengkak (Swelling), pemendekan (Shortening), luka terbuka Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering, merah), krepitasi tulang. Move : kekakuan (Stiffness), Kontraktur sendi. Luka : Inspeksi : adanya tanda radang, warna (merah/vaskularisasi baik, kuning/peradangan, hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis cairan yang kluar) Palpasi : warna cairan yang keluar (luka jahitan), suhu (panas,dingin)
Lesi kulit : ;
Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata
;
Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversibel
17
;
Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan
;
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis tengah dan memp.dasar.
;
Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion
;
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista terdiri atas hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel lapisan tanduk dan rambut
;
Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit terdapat di bagian kutis atau subkuti. Batas antara ruangan yang berisi nanah dan jaringan sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrat radang.
;
Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter kurang dari ½ cm, berisikan zat padat
;
Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat menonjol jika ukurannya < 1 cm, disebut nodulus
3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (Wong, 2004) 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7;
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Hipertermi berhubungan dengan viremia Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis. Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak
18
8; 9;
Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
3.5 Intervensi keperawatan 1;
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan kriteria hasil: a; RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit) b; Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi c; Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi d; Produksi sputum berkurang e; Batuk efektif Intervensi: 1;
Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau fisioterapi nafas R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru. Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan
2;
Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu mengencerkan secret
3;
Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator. R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan bronkus/jalan nafas.
4;
Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
19
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar. 5;
Lakukan penghisapan/suction R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu batuk efektif.
6;
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik atau broncodilator R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas.
7;
Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum. R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan tindakan.
2;
Hipertermi berhubungan dengan viremia Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil : a; Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC) b; Kulit tidak tampak kemerahan c; Akral hangat d; Nadi normal (70-110x/menit) Intervensi: 1; Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi demam. R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan. 2; Berikan kompres dengan menggunakan air hangat R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi 3; Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. 4; Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC
20
R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi 5; Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (1015mg/kgBB) 6; R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh 7; Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak panas R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya. 3;
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a; Mukosa bibir lembab b; Mata tidak cowong c; Turgor kulit elastis d; Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam e; Nadi 70-110x/mnt f; Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum menutup) Intervensi: 1; Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak. R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat demam. 2;
3;
Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu. R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi. R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan
21
sisanya 20cc/ kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam. 4; Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak cowong. R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan cairan dan kemungkinan terjadinya syok. 4; Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan Intervensi 1; Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel atau lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis atau sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri 2; Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak. R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya 3; Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa bibir 4; Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus per oral R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu menghambat replikasi virus pada mukosa oral 5; Observasi keluhan nyeri pasien. R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya 5; Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a; BB dalam batas normal:
22
Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9 2 Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8 b; Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL. c; Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan Intervensi 1;
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk proses penyembuhan.
2;
Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin
3;
kombinasikan dengan makanan yang disukai anak. R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur. R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis.
Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan serta keluhan pasien . R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan. 6; Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan tindakan keperawatan denga kriteria hasil: a; Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal b; Tidak ada lecet c; Eritema berkurang 4;
Intervensi: 1;
2;
Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan. Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami erupsi, dan membersihkan area tersebut dengan sabun
23
R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi. 3; Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal. R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi. 4; Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien. R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya. 7; Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak . Tujuan: Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat. Intervensi: 1; Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD. R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki. 2;
Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif dalam tindakan yang dilakukan
3; Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami peerkembangan kesehatan anak 4; Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu mengurangi kecemasan orang tua 5; Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang tua. R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. 8;
Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual 24
akibat hospitalisasi, tindakan traumatik . Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a; Wajah anak tampak rileks b; Anak tidak menangis saat didatangi petugas c; Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan Intervensi : 1;
Bina hubungan saling percaya dengan anak. R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak.
2;
Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.
3; Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak. R/
Membawakan
mainan
kesukaan
anak
membantu
anak
untuk
mengalihkan ketakutan anak ke mainan. 4;
Ciptakan lingkungan yang kondusif. a; Kenalkan dengan teman sekamar b; Orientasikan lingkungan kamar c; Kenalkan dengan petugas R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan lingkungan.
5;
Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan.
6; Observasi tingkat kecemasan anak. R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9;
Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
25
Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil: a; Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal dan pencegahan HFMD. b; Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya. Intervensi : 1;
2;
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya. R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan penanganan). R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau minum dll.
3; Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus. 4; Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan. R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan pemahaman tentang penyakit.
3.6 Evaluasi 1; Tidak terjadi syok hipovolemik. 2; Informasi kesehatan terpenuhi. 3; Jalan nafas dalam konndisi optimal. 4; Pasien tidak mengalami injuri. 5; Nyeri berkurang atau teradaptasi. 6; Tidak terjad infeksi luka. 7; Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi. 8; Intake nutrisi harian terpenuhi. 9; Tingkat kecemasan berkurang.
26
27
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 KASUS An. M.R sakit batuk-pilek dan demam sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014) dan sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan mulai timbul vesikel di seluruh permukaan mulut, bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki disertai dehidrasi. Nenek pasien mengatakan cucunya rewel karena sakit leher, tidak nafsu makan, makan hanya 2-3 sendok , dan diare . Pasien tampak lemah BB: 9 kg Suhu : 39ᵒC RR: 28x/mnt, Nadi : 106x/mnt
4.2 Pengkajian IDENTITAS KLIEN Nama
: An. M.R
No. Reg : 544747
Umur
: 13 bulanTgl. MRS: 9 Juni 2014 (06.30 WIB)
Jenis Kelamin : L
Diagnosis medis: Flu Singapura/ HFMD
Suku/Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: -
Pendidikan
: -
Alamat
: jln. Mangga no 30
4.1
Tgl Pengkajian:: 9 Juni 2014 08.00 WIB
RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) Keluhan utama : Nyeri leher ;
Riwayat Penyakit Sekarang
An. M.R demam selama semiggu terakhir. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan
28
mulai timbul ulkus di seluruh permukaan mulut, bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Nenek pasien mengatakan cucunya rewel karena sakit leher dan tidak nafsu makan, makan hanya 2-3 sendok . Pasien tampak lemah BB: 9,5 kg Suhu : 39ᵒC RR: 28x/mnt, Nadi : 106x/mnt Upaya yang telah dilakukan : Sudah dibawa berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer sebelum dirujuk ke RS Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Sebelumnya pasien belum pernah melakukan operasi ;
Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : tidak pernah mengalami sakit sebelumnya, hanya hipertermi dan flu biasa Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep Kebiasaan berobat
: biasanya berobat ke puskesmas
Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : Tidak punya alergi terhadap makanan maupun debu
29
;
Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
An. M.R 13
= laki-laki
= perempuan
= pasien
= tinggal dalam satu rumah
;
Riwayat Kesehatan Lingkungan Klien mengatakan lingkungan dirumah nya sangat bersih Ventilasi sinar matahari cukup masuk ruangan, masing-masing kamar tidur ada jendela dan diruang tamu juga ada jendela. Penataan rumah rapi dan bersih. Terdapat satu tempat sampah yang tertutup di dapur dan di depan rumah. Sampah diambil oleh petugas pengambil sampah 2 hari sekali.Terdapat kamar mandi dengan bak air yang setiap hari air selalu diganti.Keadaan lantai kamar mandi tidak licin.Keluarga mencuci alat makan dengan menggunakan bak kecil.
30
4.3
PEMERIKSAAN FISIK a;
Tanda-tanda Vital, TB dan BB : S :39°C (axial) N : 106 x/menit RR : 28x/menitBB : 9Kg
b;
Pemeriksaan Per Sistem ; Sistem Pernapasan
Anamnesa : Batuk pilek, demam Hidung: Inspeksi: tidak ada polip, tidak ada sekret, dan tidak ada epistaksis Palpasi: nyeri tekan (-). Mulut Inspeksi : mukosa bibir pucat Faring : Inspeksi :faringitis
Area dada: Inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri, simetris saat inspirasi dan ekspirasi Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan dinding thorak Perkusi :pekak kanan dan kiri Auskultasi :vesikuler kanan dan kiri
; Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec
teori...?)
31
Anamnesa Tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan , dehidrasi
Mulut: Inspeksi : stomatitis di seluruh mukosa bibir Palpasi : nyeri
Faring - Esofagus : Inspeksi : faringitis (+), tonsilitis (+) Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran) Inspeksi: pembesaran abnormal (-)
Auskultasi : bising usus 25x/mnt
Perkusi
: tymphani
Palpasi: Kuadran I: Hepar hepatomegali(-), nyeri tekan (-) Kuadran II: Gaster nyeri tekan abdomen (+), distensi abdomen(-) Lien splenomegali (-) Kuadran III: Massaskibala (-) nyeri tekan(-) Kuadran IV:
32
Nyeri tekan pada titik Mc Burney(-)
; Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : lemah, lesi (+)
Warna kulit Kulit lembab, turgor kulit <2 dtk , vesikula pada telapak tangan (+)
Kekuatan otot
:
4
4
4
4
Keterangan: 0: Tidak ada kontraksi 1: Kontaksi (gerakan minimal) 2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi 3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh
Luka : Inspeksi :vesikel pada tangan dan kaki (+) , ruam pada bokong (+) Palpasi : hipertermi
4.4 Data Penunjang
33
Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit 4.5 Analisa Data
00004 Risiko infeksi NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I) Domain 11 : keamanan/perlidungan Kelas 1 : Infeksi Reta mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. DEFINITION:
DEFINING CHARACTERI STICS
RELATED FACTORS:
Penekanan system imun
Ketidak adekuatan imunitas dapatan
Pertahanan primer yang tidak adekuat
Pertahanan lapis dua yang tidak memadai
Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
Pengetahuan pathogen
Prosedur invasive
Malnutrisi
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen Malnutrisi Prosedur infasif
yang
kurang
untuk
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
Gangguan intregitas kulit
34
menghindari
pajanan
Perubahan pH sekresi Stasis cairan tubuh
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
Imunosupresi Penurunan hemoglobin
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat Terpajan pada wabah
AS
DIAGNOSIS
Subjective data entry Objective data entry Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa tidur TTV : - TD : 130/90 mmHg - RR : 30X/ menit - N : 115X/Menit Skala nyeri : 8 Ekspresi wajah tampak kesakitan
Client Diagnostic Statement:
Ns. Diagnosis (Specify): Nyeri kronis (00133) Related to: Agen pencedera
4.6 Intervensi Keperawatan
NIC Intervensi Meminimalkan transmisi agen yang infeksius
NOC Aktifitas
Outcomes
Action : Keparahan tanda 1; batasi jumlahdan gejala infeksi pengunjung 2; pastikan keperawatan luka yang tepat 3; cuci tangan sebelum da sesudah merawat pasien
35
Indikator Ruam (memar) (4) Vesikel berkulit (3) Demam (4) Nyeri (4) Gejala gastrointestinal (4)
kolaborasi :
Kelesuan (4)
4; kolaborasi
dengan dokter utuk pemberian obat antivirus, analgesik dan antipiretik 5; tingkatkan intake nutrisi secara tepat
Kehilangan selera makan (4)
Education 6; Beri itruksi kepada
pengunjung untuk mencuci tangan saat akan masuk atau meninggalkan ruangan pasien Observation 7; Monitor TTV pasien
4.7 Implemetasi
No
No.Diagnosa Tanggal/Jam
Tindakan
36
Paraf
1
00204
2
00204
15-07Pengkajian : mengkaji infeksi 2016/10.00 WIB 1; Membatasi jumlah pengunjung Respn : Pengunjung yang datang mengerti dan hanya beberapa yang masuk keruangan pasien 8; melakukan keperawatan luka yang tepat Respon : Pasien mengatakan nyeri pada mulut, tangan, da kaki berkurang setelah diberikan perawatan 9; mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien Hasil : tangan bersih dan steril 16-072016/10.00 kolaborasi : 10; kolaborasi dengan dokter utuk
pemberian obat antivirus, analgesik dan antipiretik Hasil : Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1 11; tingkatkan intake nutrisi secara tepat Hasil : memberikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak Education 12; Memberikan
intruksi kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat akan masuk atau meninggalkan ruangan pasien Respn : Pengunjung mau
37
melakukan cuci tangan Observation 13; Memonitor TTV pasien pagi, siang, dan, malam Hasil : Suhu : 39ᵒC TD : 130/90 mmHg RR : 30X/ menit N : 115X/Menit
-
4.8 Evaluasi
MASALAH
TANGGAL
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN / / JAM KOLABORATIF 1; Megkai
15-07-2016/ status ifeksi 10.00 WIB
S: Nenek Pasien mengatakann cucuya sudah tidak rewel Nyeri leher berkurang -
Sudah mulai mau bermain
O : Suhu : 37ᵒC - TD : 120/90 mmHg - RR : 26X/ menit - N : 100X/Menit Ruam kulit berkurang dan sudah tidak gatal Stomatitis pada mulut berkurang A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan itevesi 1,2,3
38
PARAF
39
BAB V PENUTUP 5; Simpulan A; Penyakit Hand,Foot, and Mouth (HMFD) lebih di kenal dengan Flu Singapura karena di Singapura-lah penyakit ini menimbulkan kematian yang paling banyak. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh di usia tersebut masih rendah. Penyakit ini belum memiliki antivirus atau obat antibiotiknya, oleh karena itu yang bisa mengatasi virus ini hanyalah tubuh kita sendiri.
5; Saran Agar kita terbebas dari penyakit flu Singapura harus mengikuti cara-cara berikut ini: 1; Menjaga kebersihan perorangan. Misalnya rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun (terutama sebelum dan sesudah makan juga sesudah buang air kecil/besar). 2; Berikan anak gizi yang cukup . 3; Pemberian ASI ekslusif hingga enam bulan yang meneruskannya hingga usia dua tahun. 4; Meski vaksinasi flu Singapura belum ada, anak tetap harus diberikan vaksinasi yang lengkap agar daya tahan anak tetap kuat.. Jika anak sudah terkena penyakit flu Singapura ikuti langkah-langkah berikut ini : a. Ketika anak menderita flu singapura, usahakan isolasi ia dari lingkungan rumah dan luar. “Jika sudah sekolah, jangan sekolah dulu hingga benarbenar sembuh (lesi-lesinya hilang) dan tidak bermain atau kontak fisik dengan teman juga saudara kandungnya.” b. Ajarkan anak untuk menutup mulutnya dengan masker, sapu tangan, atau tisu ketika batuk atau bersin. Percikan cairan atau ludah yang keluar dari mulut nya bisa menulari orang sekitar melalui makanan dan udara. c. Virus ini juga bisa menular melalui kotoran. Oleh karena itu, ketika anak usai buang air besar atau ibu membersihkan popok bayinya (yang menderita flu Singapura) segeralah mencuci tangan dedngan bersih agar tidak menyerbakan virus itu ke sekitarnya. d. Pernyataan yang mengatakan penderita flu Singapura terkena angin dan mandi adalah mitos. “justru penderita harus mandi. Kalau tubuh penuh kuman padahal disana terdapat banyak luka (lesi) di kulitnya, kuman itu malah akan membantu penyebaran infeksi lukanya semakin luas”. Jadi anak tidak demam tinggi, tidak bermasalah terkena angin dan mandi. DAFTAR PUSTAKA
40
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Edisi 6. Jakarta: EGC. Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC. http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_Singapura http://klinikanakonline.com/2009/04/19/flu-singapura-atau-infeksi-ktm-kakitangan-dan-mulut/. http://www.jawapos.com/baca/artikel/606/Flu-Singapura-Cepat-Menyebar-padaAnak.
41