BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat (Sudoyo, 2006). Angka kejadiannya lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia (Keshav, 2004). Di negara Barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin (20% - 40%) dan rendah di negara Asia (3%-4%) (Robbins, 2007). Di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan. Di Inggris, sekitar 5,5 juta orang dengan batu empedu dan dilakukan lebih dari 50 ribu kolesistektomi tiap tahunnya (Beckingham, 2001). Sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Sudoyo, 2006). Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun, dengan dua pertiganya menjalani pembedahan. Angka kematian akibat pembedahan untuk bedah saluran empedu secara keseluruhan sangat rendah, tetapi sekitar 1000 pasien meninggal setiap tahun akibat penyakit batu empedu atau penyulit pembedahan (Robbins, 2007). Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru Ultrasonografi (USG) maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas (Sabiston, 1994). Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koleduktus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita
1
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone). 1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan terhadap pasien Kolelitiasis? 1.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan paien Kolelitiasis.
2
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Defenisi
Menurut Doenges, Marilyn, E (1999) kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan adanya batu dikandung empedu atau pada saluran kandung empedu yang umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol (wiliams, 2005). Cholelitiasis merupakan adanya batu dikandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol (Williams,2003). Cholelitiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu, batu ini mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis).Cholelitiasis (choledocholithiasis). Cholelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. be rvariasi. Cholelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. Sinonimnya adalah batu empedu,gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. 2.2 Etiologi
Faktor predisposisi terpenting yaitu gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi batu empedu, statis empedu, empedu , dan infeksi kandung kan dung empedu. Selain itu, ada beberapa faktor resiko antara lain: 1. Genetik Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Di negara Barat penyakit ini sering dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.
3
2. Umur Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang. 3. Jenis Kelamin Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu. 4. Berat Badan (BMI) Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu. 5. Makanan Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat(seperti cepat(seperti setelah operasi gatrointestinal)) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia empedu dan dapat gatrointestinal menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu. 6. Aktifitas Fisik Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi. 7. Riwayat Keluarga Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga. 8. Nutrisi intravena jangka lama Nutrisi IV dalam janggka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati
4
intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu. 2.3 Manifestasi Klinis (Baughman, 2000)
1. Menunjukkan gejala-gejala gastrointestinal ringan Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala,yaitu gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu em pedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Pasien merasakan sakit atau nyeri pada perut bagian kuadran kanan atas, serta warna feses pasien menjadi pucat. 2. Mungkin akut dan kronis dengan distress epigastrik (begah, distensi abdomen, nyeri tak jelas pada kuadran kanan atas) setelah majan makanan banyak mengandung lemak. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. 3. Jika saluran empedu tersumbat, maka kandung empedu mengalami distensi dan akhirnya terinfeksi akan terjadi demam dan teraba teraba massa pada abdomen. Kolik bilier dengan nyeri abdomen kanan atas, manjalar ke punggung atau bahu kanan, mual dan muntah beberapa jam setelah makan banyak. kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada. 4. Ikterik terjadi dengan tersumbatnya duktus komunis empedu. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibaawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
5
5. Urine berwarna sangat gelap; feses warna pucat. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay“clay-coloured”. 6. Defisiensi vitamin A, D, E dan K (vitamin yang larut d alam lemak). Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E dan K yang larut lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. 7. Abses, nekrotis, an perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu empedu terus menyumbat saluran empedu. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat menyebabkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata. Bilamana batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat, kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relative singkat. 2.4 Evaluasi Diagnostik
1. Sinar-x abdomen, ultrasonografi, pencitraan radionukleida, atau kolesintografi. Pemeriksaaan sinar-X abdomen dapat dilakukan jika terdapat tanda gejala dari penyakit kandung empedu. Namun demikian, hanya 15% hingga 20% batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-X. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus, Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus yang mengalami dilatasi. Dilaporkan bahwa USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%. Koleskintografi
telah
berhasil
dalam
membantu
menegakkan
diagnosis
kolelisistitis. Dalam prosedur ini, preparat radioaktif disuntikkan melalui intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan dalam system bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier. 2. Endoskopi retrogad kolangiopankreatografi (ERCP). Pemeriksaan ERCP atau kolangiopankreatografi retrograde endoskopik memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya d apat dilihat pada saat melakukan laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang 6
fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koledokus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier. ERCP juga memungk inkan visualisasi langsung struktur ini dan memudahkan akses ke dalam duktus koledokus bagian distal untuk mengambil batu empedu. ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi 3. Perkutaneus transhepati kolangiografi (PTC). 4. Pemeriksaan kolangiografi ini meliputi penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikkan itu terlalu besar, maka semua komponen dalam system bilier tersebut, yang mencakup duktus hepatikus dalam hati, keseluruhan panjang duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu, dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas. 2.4 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kolelitiasis adalah 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi atau spasmeduktus, proses inflamasi 2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses inflamasi 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sekresi bilirubin 4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan 5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsi makanan. b. Intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan kolelitiasis No. Diagnosa 1.
Tujuan dan Kriteria hasil
Nyeri
dan Tj:
gangguan
rasa Nyeri pada perut kuadran
nyaman
(nyeri) kanan terkontrol
berhubungan
Intervensi
Rasional
a. Observasi
Membantu
dan
catat membedakan
lokasi,berat nya
penyebab nyeri
(skala dan
7
dengan
obstruksi KH :
atau spasmeduktus,
-
proses inflamasi.
Tanda
&
yang
gejala
1-0) Pasien
merasa
karakter
informasi
nyeri
tentang
merasa nyeri
(menetap,
kemajuan
Klien
hilang
penyakit
timbul,
terjadinya
kolik)
komplikasi dan
nyaman
-
biasanya
dan
nyerinya dan
Subjektif:
(skala 0-3)
Pasien mengataka n
atau
Ekspresi
hilang
keefetifan wajah
intervensi
tenang
klien b. Jelaskan
dapat
mengerti
pada
sakit perut
tentang
pada
sebab akibat dan bagaimana
kuadran
terjadinya
kanan atas
nyeri
klien tentang
nyeri
yang dialamiya
mengatasinya.
dan Berikan posisi
cara
fowler
Klien
mengatasi
ini menunjukan
terlihat
nyeri
tekanan
meringis
-
berkurang
merasakan
Objektif -
-
tidak
melaporkan
muncul:
-
dan memberikan
c. Tingkatkan
rendah
intra
abdomen,
menahan
mobilisasi
namun
pasien
nyeri
dan
Klien
posisi yang melakukan
sesekali
nyaman
posisi
mengelus
bagi pasien.
menghilangkan
beri akan
yang
perut
nyeri
karena
alamiah.
nyeri
Menurunkan iritasi kulit
secara
atau kering
dan rasa gatal. 8
d. Gunakan sprei
halus
dan
rapi,
cairan kelamin, minyak
Meningkatkan
mandi,
istirahat,
dan
kompres air dapat hangat atau meningkatkan dingin
koping.
sesuai indikasi. e. Berikan pengetahuan Dapat tekhnik
menghindari
relaksasi
kesalahan
latihan
dalam
napas
pemberian
dalam,
dan terapi
berikan
obat/infus.
waktu istirahat. f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi selanjutnya.
2.
Peningkatan
suhu
Tj:
a. Monitoring
Membantu 9
tubuh (hipertermi) Setelah berhubungan dengan
diberikan
keperawatan,
suhu
asuhan
tanda-tanda
dalam
tubuh
vital pasien
melakukan
proses klien dalam batas normal.
inflamasi
KH: -
Tanda
&
yang
intervensi dan
muncul
Suhu tubuh normal b. Hindari o
gejala
biasanya
evaluasi
(36-37,4 C) -
Kulit
klien
pasien.
kontak dari Meminimalkan tidak
infeksi.
resiko
teraba hangat
peningkatan
Subjektif -
infeksi
Klien mengeluhk
c. Jaga
an panas di
klien
Dapat
bagian
istirahat
mengurangi
abdomen
cukup.
laju
agar laju metabolic.
d. Berikan
mneyebar
antibiotik
ke
atau
daerah
lain Objektif Suhu
metabolisme. Meningkatkan
terapi konsentrasi
sesuai
antibiotik yang
indikasi.
tepat
untuk
mengatasi o
:≥37,4 C -
serta
suhu tubuh dan
dan
-
pada
infeksi.
Tubuh klien teraba hangat
-
Klien terlihat menggigil
-
+
bakteri
saat pemeriksaa n labor 10
3.
Resti
integritas Tj : Sekresi bilirubin normal a. Observasi
kulit berhubungan dan bilirubin terkonjugasi
dan
dengan
derajat
gangguan normal
sekresi bilirubin
&
yang
gejala
-
biasanya
muncul
-
Subjektif -
Klien
-
deteksi.
kulit. Kulit tampak normal b. Jaga
agar Mencegah
kembali
kuku
tetap ekskoriasi kulit
Mempertahankan
selalu
akibat garukan.
integritas kulit
pendek.
Mencegah
Tidak
terdapat c. Sering
kekeringan
tanda-tanda
melakukan
kulit
an
kerusakan integritas
perawatan
meminimalkan
kulit
pada
Mengidentifikasi
mandi tanpa
faktor risiko individu
menggunak
gatal-
Klien
-
mengetaka n
kulitnya
an
sabun
dan
gatal-gatal
melakukan
dan
massase
atau
dan
kulit, pritus.
sudah
kuning
dengan
…hari
lotion
Objektif -
untuk
mengeluhk
gatal -
catat dasar
ikterus pada Kh:
Tanda
Memberikan
pelembut.
Skelera tampak ikterik
-
Kulit pasien tampak kuning
-
Kadar bilirubin > 11
normal 4.
Kecemasan
Tj : Untuk mengurangi
a. Jelaskan
berhubungan
ansietas dan dapat segera
Informasi
pada pasien dapat
dengan perubahan dilakukan tindakan infasif
mengenai
menurunkan
status kesehatan.
prosedur
kecemasan.
Kh : Tanda
gejala
persiapan
yang biasa muncul
tindakan
yang
Dengan
Subjektif
dapat dilakukan
dilakukan.
keterbukaan
Klien
dan
-
dan
Ansietas teratasi dan
-
&
awal
-
keluarga
verbaslisasi,
mengataka n
takut
-
Klien
dan
dan pengertian
pasien
tentang
untuk
persepsi
mendemonstrasikan
menetapkan
dapat diketahui
teknik
masalahnya
dan
secara jelas.
lanjuti.
dan
menurunkan
kecemasan
a
diri
tindak
Menunjukkan
Dengan
postur,
ekspresi c. Tingkatkan
memberikan
wajah,
perilaku,
harga
diri support
dapat
dan meningkatkan
keluarga
tingkat aktifitas yang
pasien
mengataka
menggambarkan
berikan
harga
diri
n
kecemasan menurun
support
pasien,
dan
takut
terhadap
Mampu
dengan
pengobatan
mengidentifikasi dan
meningkatkan
nya.
verbalisasi penyebab
harga
cemas
mempunyai
Objektif
-
b. Bantu
mengidentifikasi
penyakitny
-
Dapat
atau
akan
-
infasif
Klien
dan
-
diri
semangat
keluarga
untuk
berobat
terlihat
sampai
cemas dan
penyakitnya
atau panic
sembuh.
Klien 12
terlihat gemetar 5.
Resti
Ketidak Tj : Nutrisi tubuh dapat
a.
Jelaskan
Meningkatkan
seimbangan nutrisi terpenuhi
pada klien pengetahuan
:
dampak
kurang
kebutuhan
dari tubuh Kh :
berhubungan
dari nutrisi memotivasi
- Nutrisi
dengan ketidakmampuan
-
untuk ingesti dan absorbs makanan.
kembali
kurang dari klien
normal
kebutuhan
Berat badan kembali
tubuh.
normal
b.
untuk
makan.
Jelaskan
Mempertahankan
pada klien Meningkatkan
TD, nadi, dan suhu
faktor-
tubuh normal
faktor yang untuk
Mempertahankan
dapat
melakukan
muncul
elastisitas
mengatasi
tindakan
Subjektif
kulit,
mual.
mengetahuai
Anjurkan
mual.
Tanda
&
yang
-
-
-
dan
gejala
biasanya
-
turgor
lidah
Klien
membrane
merasa
lembab.
dan
mukosa c.
motivasi klien
pada klien
mual
makan
Dapat
Pasien
makanan
menambah
mengataka
yang
nafsu
n terkadang
hangat.
pasien.
makan
muntah -
Pasien mengataka n
tidak
selera makan Objektif -
Klien terlihat 13
kurus -
BB
klien
menurun -
Klien terlihat lemas
-
Klien terlihat mengantuk
2.5 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan : (Lesmana, 2000) 1.
Batu kolesterol Berbentuk oval, multifokal atau mulberry mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama : a. Supersaturasi kolesterol b. Hipomotilitas kandung empedu c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2.
Batu pigmen Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20% kolesterol. kolesterol. Jenisnya antara lain: a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat) Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat 14
bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi. b. Batu pigmen hitam. Berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized derivat polymerized bilirubin. bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung kan dung empedu dengan empedu yang steril. 3.
Batu campuran Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50% kolesterol.
2.7 Patofisiologi Ada dua tipe utama batu empedu, yakni : 1. Batu Pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat,karbonat, fosfat, dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glukorinil transferase, dan bila bilirubun ini tidak terkonjugasi diakibaatkan karena kurang
nya atau tidak adanya enzim glukorinil transferase tersebut yang yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak, sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang dapat menyebabkan batu empedu. Resiko terbentuknya batu pigmen ini sangat besar pada pasien sirosis, hemolisi, dan infeksi percabangan bilier.
Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu Akibatnya berkurang atau tidak adanya enzim glukorinil transferase Terjadinya Presipitasi/pengendapan
15
Terbentuk batu empedu (batu ini tidak dapat dilarutkan tetapi harus dikeluarkan melalui operasi) 2. Batu Kolestrol Kolestrol merupakan unsure normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolestrol ini sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air, pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolestrol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang jenuh oleh kolestrol yang kemudian keluar dari getah empedu dan mengendap serta membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C, 2000) Kolestrol
Pembentukan empedu
Mal absorpsi garam empedu penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu
Peningkatan sintesis kolestrol
Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu supersaturasi (kejenuhan)getah empedu oleh kolestrol
Peradangan dalam peningkatan sekresi kolestrol kandung empedu
Kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolestrol
Batu empedu. 16
2.8 Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Penatalaksanaan medis a. Litotripsi 1. Litotripsi syok-gelembung ekstrakorporeal: kejutan gelombang berulang yang diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu atau duktus komunis untuk memecahkan batu empedu. 2. Litotripsi syok-gelembung intrakorporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultrasound, tembakan laser, atau litotripsi hidrolik tang dipasang melalui endoskopi yang diarahkan pada batu empedu.
b. Penatalaksanaan pembedahan 1. Koleksistektomi: kandung empedu diangkat setelah ligasi duktus sistikus dan arteri sistikus. 2. Minikoleksistektomi: kandung empedu diangkat melalui insisi 4cm. 3. Koleksistektomi laparoskopi: dilakukan melalui insisi kecil atau pungsi yang dibuat melalui dinsing abdomen dalam umbilicus. Penatalaksanaan keperawatan
-
Pendukung diit : cairan dan makanan yang rendah lemak Pasien tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan tinggi kolestrol seperti makanan yang bersantan, tinggi gula, makanan yang berminyak.
-
Cairan infuse Pertolongan pertama pada pasien yang masuk rumah sakit diberikan cairan infuse, cairan ini diberikan sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang dan mencegah kelemahan pada pasien.
-
Analgetik Analgetik ini diberikan sebagai penghilang rasa nyeri pada pasien, karena pada pasien merasakan nyeri pada perut dibagian kuadran kanan atas
-
Antibiotik
17
Diberikan sebagai pencegahan inflamasi oleh bakteri yang berada di saluran empedu maupun di kantong empedu dan mencegah meningkatnya hipertermi pada pasien.
-
Istirahat Istirahat yang cukup dapat membuat pasien merasa nyaman dan menghemat energi pasien.
18
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Uraian Kasus
Tn. C usia 40 tahun sudah 3 hari dirawat di instalai rawat inap RS AC. Sebelum masuk rumah sakit (SMRS), Tn. C merasa sakit perut pada area kuadran kanan atas. Selain itu kulit pasien juga terlihat kekuning-kuningan. Selain itu Tn. C juga mengeluh mual, muntah dan tidak selera makan. Pemeriksaan fisik didapatkan sclera
ikterik,l kulit
tampak kuning, TD: 120/75 mmHg, mmHg, N:95 x/menit, pernapasan 23 x/menit dan suhu: o
37,0 C. Pemeriksaan USG didapatkan terdapat batu pada kantong empedunya dan akan dilakukan operasi. 3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien Nama: Tn. C Umur: 40 Tahun Jenis Kelamin: Laki-Laki 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama Klien merasa sakit perut pada area kuadran kanan atas b. Keluhan Tambahan Klien mengeluh mual, muntah dan tidak selera makan 3. Pemeriksaan fisik TD: 120/75 mmHg Nadi: 95 x/menit Pernapasan : 23 x/menit o
Suhu: 37,0 C 3.3 Analisa Data
Data Subjektif: 1. Pasien mengatakan merasa sakit perut pada kuadran kanan atas 2. Pasien mengatakan perutnya mual 3. Pasien mengatakan terkadang muntah 4. Pasien mengatakan tidak selera makan 19
Data Objektif: 1. Pasien berusia 40 tahun 2. Skelera tampak ikterik 3. Kulit pasien tampak kuning 4. TTV : - TD : 120/75 mmHg -N : 95x/menit -RR : 23x/menit -T : 37,0°C 5. Pemeriksaan USG terdapat batu pada kantong empedunya dan akan dilakukan operasi. No
1.
Data
DS :
Etiologi
Batu Empedu
1. Pasien mengatakan
Masalah Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri
merasakan sakit perut pada kuadran kanan
Aliran empedu
atas DO : 5. TD : 120/75 mmHg
Distensi kandung empedu
6. N : 95x/menit 7. RR : 23x/menit 8. T : 37,0°C
Merangsang ujung-ujung saraf
bradikinin dan aserotonin
Saraf aferen simpatis
20
Thalamus
Saraf Eferen
Nyeri
2.
DS :
Batu empedu
1. Pasien mengatakan
Nutrisi Kurang dari
merasa mual 2. Pasien mengatakan
Resiko Pemenuhan
Kebutuhan Tubuh Obstruksi saluran empedu
terkadang muntah 3. Pasien mengatakan tidak selera makan Do:
Alir balik cairan empedu ke hepar
1. Skelera tampak ikterik
Pengeluaran enzim SGOT+SGPT
Peningkatan SGOT+SGPT
Iritasi di saluran cerna
Merangsangan nervus vagus
Menekan rangsangan system 21
saraf parasimpatis
Menurunya peristaltic usus dilambung
Makanan tertahan dilambung
Gan Penigkatan rasa mual
Pengaktifan pusat muntah
Pengaktifan saraf cranial ke wajah,krongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen
Muntah
Kebutuhan Nutrisi Menurun
3.
DS : -
Penyumbatan saluran empedu
Gangguan Integritas Kulit
DO : 1. Skelera tampak ikterik
Gang. Pembentukan bilirubin (Hiperbilirubin) 22
2. Kulit pasien tampak kuning
Ikterus (perubahan warna feses)
Seluruh tubuh menguning
Gangguan Integritas kulit
4.
Ds :
Obstruksi saluran empedu
Kecemasan
1. Pasien mengatakan merasa sakit perut pada kuadran kanan
Intervensi bedah
atas
Preoperatif Do : 1. Pemeriksaan
USG
didapatkan batu pada kantong
empedunya
dan akan dilakukan
Respon Psikologis pada perawatan dan penatalaksanaan pengobatan
operasi. Kecemasan
23
WOC Kolelitiasis Kolestrol Pembentukan empedu Mal absorpsi garam empedu penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu Peningkatan sintesis kolestrol Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu supersaturasi (kejenuhan)getah empedu oleh kolestrol Peradangan dalam peningkatan sekresi kolestrol kandung empedu Kolesterol keluar dari getah empedu Penyakit kandung empedu (ko lesistitis) Pengendapan kolestrol
Batu empedu Aliran empedu
Obstruksi saluran empedu
Distensi kandung empedu
Intervensi bedah empedu Ke hepar Preoperatif
Merangsang ujung-ujung saraf bradikinin dan serotonin
Alir balik cairan
Respon psikologis pada perawatan dan penatalaksanaan penatalaksanaan pengobatan
Saraf aferen simpatis
Proses peradangan di hepatobilier Pengeluaran enzim SGOT+SGPT
Thalamus
Kecemasan
Saraf eferen
Iritasi disaluran cerna Merangsang nervus vagus Menekan rangsangan system saraf parasimpatis
Gangguan rasa nyaman:nyeri
Menurunya peristaltic usus dilambung Makanan tertahan dilambung Peningkatan rasa mual Pengaktifan pusat muntah Gangguan Pembentukan Bilirubin
Pengaktifan saraf cranial ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen
Ikterus muntah
Seluruh tubuh menguning
Gangguan Integritas Kulit
Risiko Pemenuhan Nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
24
3.4 Asuhan Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
keperawatan
Hasil
Intervensi
a. Observasi dan catat
Rasional
Rasa nyaman
Tj : Nyeri pada
(nyeri)
perut kuadran
lokasi,beratnya (skala
membedakan
berhubungan
kanan atas
1-0) dan karakter nyeri
penyebab nyeri dan
dengan spasme
berkurang
(menetap, hilang
memberikan
timbul, kolik)
informasi tentang
kandung kemih Kh :
-
Membantu
kemajuan penyakit Klien
terjadinya
melapork
komplikasi dan
an nyeri
keefetifan intervensi
berkuran
-
g dengan b.
Jelaskan pada klien
klien dapat mengerti
skala 0-3
tentang sebab akibat
tentang nyeri yang
Ekspresi
terjadinya nyeri dan
dialamiya dan
wajah
cara mengatasi nyeri
bagaimana mengatasinya.
tenang
-
Klien dapat
c. Tingkatkan mobilisasi
Berikan posisi
istirahat
dan beri posisi yang
fowler rendah ini
dan tidur
nyaman bagi pasien.
menunjukan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah.
25
d. Gunakan sprei halus
Menurunkan iritasi
dan rapi, cairan
atau kulit kering dan
kelamin, minyak
rasa gatal.
mandi, kompres air hangat atau dingin sesuai indikasi.
e. Berikan pengetahuan
Meningkatkan
tekhnik relaksasi
istirahat, dan dapat
latihan napas dalam,
meningkatkan
dan berikan waktu
koping.
istirahat.
f. Kolaborasi dengan tim
2.
Dapat menghindari
dokter dalam
kesalahan dalam
pemberian terapi
pemberian terapi
selanjutnya.
obat/infus.
Resiko pemenuhan
Tj : Nutrisi
a. Monitor BB klien
nutrisi kurang dari
tubuh dapat
melakukan
kebutuhan tubuh
terpenuhi
intervensi dan
b.d mual muntah
Sebagai dasar
melakukan evaluasi Kh :
terhadap intervensi
- Nutrisi kembali normal
-
b. Ukur masukan dan pengeluaran
Untuk mengetahui status gizi klien
Mempert ahankan tekanan
c. Motivasi klien untuk makan
Motivasi sangat penting untuk klien 26
darah,
yang mengalami
nadi, dan
anoreksia
suhu tubuh
-
d. Anjurkan makan sedikit tapi sering
Makan dengan porsi sedikit tapi sering
normal
lebih dapat ditolerir
Mempeta
oleh pasien yang
hankan
mengalami
elasitisita
anoreksia
s turgor kulit, lidah dan
e. Pelihara oral hygiene sebelum makan
Mengurangi cita rasa yang tidak enak
membran mukosa lembab
f. Kolaborasi pemberian
Pemberian obat
obat untuk mengatasi
dapat mengurangi
mual,muntah dan
gejala
anoreksia
gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut.
3.
Resiko Tinggi
Tj : Sekresi
a. Observasi dan catat
Gangguan
bilirubin normal
derajat ikterus pada
integritas kulit
dan bilirubin
kulit
berhubungan
terkonjugasi
dengan gangguan
normal
b. Jaga agar kuku tetap
sekresi bilirubin
selalu pendek Kh: -
untuk deteksi
Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan
Kulit tampak
-
Memberikan dasar
c. Lakukan perawatan
Mencegah
normal
yang sering pada kulit,
kekeringan kulit dan
kembali
mandi tanpa
meminimalkan
Mempert
menggunakan sabun
pritus
ahankan
dan melakukan masase 27
integritas
dengan lotion pelembut
kulit -
Tidak terdapat tandatanda kerusaka n integritas kulit
-
Mengide ntifikasi faktor risiko individu
4.
Kecemasan
Tj : Untuk
a. Evaluasi tingkat
berhubungan
mengurangi
ansietas, catat respon
terjadi karena nyeri
dengan akan
ansietas dan
verbal dan nonverbal
hebat, meningkatkan
dilakukan tindakan
dapat segera
pasien, dorong ekspresi perasaaan sakit,
infasif
dilakukan
bebas akan emosi
tindakan infasif
Ketakutan dapat
pada prosedur diagnostik dan pembedahan
Kh : Ansietas teratasi dan
b. Berikan informasi
Mengetahui
tindakan infasif
tentang prosedur
prosedur dapat
dapat dilakukan
tindakan infasif
menurunkan ansietas
c. Jadwalkan istirahat cukup
Membatasi kelemahan, dan dapat meningkatkan kemampuan koping 28
sebelum dilakukan tindakan infasif.
3.5 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
Sasaran utama terapi medical adalah untuk mengurangi insiden serangan akut nyeri kandung empedu dan kolesistisis dengan penatalaksanaan supportif dan diit, dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan. 1. Menghancurkan batu empedu dengan menginfus pelarut ke dalam kandung empedu. 2. Mengangkat batu empedu melalui endoskopi ERCP. Penatalaksanaan Diit dan Suportif 1. Mencapai remisi dengan istirahat, cairan IV, penghisapan nasogastrik (NG), analgesia, dan antibiotic. 2. Diit segera setelah serangan biasanya cairan rendah lemak. Farmakoterapi 1. Analgesic seperti meperidin mungkin dibutuhkan; hindari penggunaan morfin karena dapat meningkatkan spasme sfingter Oddi. 2. Asam senodeoksikolik (Chenodiol atau CDCA) adalah efektif dalam menghancurkan batu kolesterol utama. 3. Tindak lanjut jangka panjang dan pemantauan enzim-enzim hepar harus dilakukan. 3.6 Health Education
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien untuk mengatasi masalah medisnya, yaitu: 1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit dan penanganan penyakitnya. Memberikan penjelasan tentang penyakitnya dan dapat mengurangi kecemasan pada klien dan menambah pengetahuan untuk melakukan ke giatan secara mandiri. 2. Factor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang terserang penyakit.
29
Menjelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit seperti tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak tinggi dan mengandung kolesterol serta menyarankan untuk mengkonsumsi buat dan sayuran yng banyak. 3. Tanda dan gejala yang muncul dari penyakitnya. Memberi penjelasan mengenai tanda yang dapat dilihat dan dirasakan jika penyakit tersebut timbul, seperti nyeri atau sakit pada perut bagian kuadran kanan atas, kulit tampak kekuning kuningan, sclera tampak kuning dan terjadinya perubahan pada warna feses dan urin. 3.7 Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui mengenai informasi: 1. Factor-faktor penyebab terjadinya cholelithiasis 2. Proses patofisiologi cholelithiasis 3. Penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan, baik secara farmakologi maupun non farmakologi 4. Asuhan keperawatan pada klien cholelithiasis.
DAFTAR PUSTAKA
30
Baughman, D.C., & JoAnn, C.H. (2000). Keperawatan (2000). Keperawatan medikal bedah: buku b uku saku dari Brunner dan Suddarth.Jakarta: Suddarth.Jakarta: EGC. Beckingham, I.J., Gallstone disease. (2001). In:ABC In:ABC of Liver, Pancreas and Gall Bladder . London: BMJ Books. Keshav, S. (2004). The Gastrointestinal system at a Glance. Glance. London: Blackwell science. Kumar, R.S., & Robbins, S.L. (2007). Buku ajar atologi edisi 7. Jakarta: EGC David, S.C. (1994). Buku (1994). Buku ajar bedah, Bagian 2. 2. Jakarta: EGC. Lesmana, L. (2000). Batu empedu. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sudoyo, A.W., dkk. (2006). Buku (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi IV . Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unive rsittas Indonesia. Sudoyo, A.W., dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV . Jakarta: Internal Publishing. http://medicastore.com/penyakit/67/Batu_Empedu.html
31