�����A� �A�A����A �����A�A�A�
�������� ������ �����������
(A���� A���� ���������)
����
� � �. � A ��� A� � �A � �� A. ��������� . � � �
Definisi Avian influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam) (Depkes; 2006). Avian influenza dapat disebut Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau yang biasa disebut flu burung.Penyakit ini menular dari unggas ke unggas tetapi dapat pula menular ke manusia (zoonosis).Virus ini memiliki inang alami pada burung liar.Flu burung tidak membuat burung liar sakit, tetapi mampu membuat unggas domestik/piaraan seperti ayam dan bebek sakit bahkan mati.Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.Sebagian besar kasus infeksi pada manusia berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan peternakan unggas atau benda yang terkontaminasi (Nataprawira; 2006). World Health Organization (WHO) melaporkan melaporkan negara-negara yang yang terjangkit avian influenza adalah adalah Hongkong, Cina, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Sejak pertengahan tahun 2003, peternakan unggas di Indonesia mengalami kejadian luar biasa untuk avian influenza terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Namun kasus avian influenza pada manusia baru didapatkan pada bulan Juli 2005 (WHO; (W HO; 2006).
Etiologi Avian influenza merupakan infeksi akibat virus influenza tipe A. virus virus influenza tipe A merupakan golongan orthomyxoviridae (IDAI; 2005). Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada unggas dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0°C. Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit virus ini dapat hidup lebih lama tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit, 56°C selama 3 jam, dan 80°C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen dan desinfektan misalnya formalin cair yang mengandung iodine atau alkohol 70%.Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab pandemi.
Patofisiologi
���.������ ��������.� �������� .���
���� 2
Definisi Avian influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam) (Depkes; 2006). Avian influenza dapat disebut Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau yang biasa disebut flu burung.Penyakit ini menular dari unggas ke unggas tetapi dapat pula menular ke manusia (zoonosis).Virus ini memiliki inang alami pada burung liar.Flu burung tidak membuat burung liar sakit, tetapi mampu membuat unggas domestik/piaraan seperti ayam dan bebek sakit bahkan mati.Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.Sebagian besar kasus infeksi pada manusia berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan peternakan unggas atau benda yang terkontaminasi (Nataprawira; 2006). World Health Organization (WHO) melaporkan melaporkan negara-negara yang yang terjangkit avian influenza adalah adalah Hongkong, Cina, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Sejak pertengahan tahun 2003, peternakan unggas di Indonesia mengalami kejadian luar biasa untuk avian influenza terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Namun kasus avian influenza pada manusia baru didapatkan pada bulan Juli 2005 (WHO; (W HO; 2006).
Etiologi Avian influenza merupakan infeksi akibat virus influenza tipe A. virus virus influenza tipe A merupakan golongan orthomyxoviridae (IDAI; 2005). Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada unggas dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0°C. Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit virus ini dapat hidup lebih lama tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit, 56°C selama 3 jam, dan 80°C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen dan desinfektan misalnya formalin cair yang mengandung iodine atau alkohol 70%.Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab pandemi.
Patofisiologi
���.������ ��������.� �������� .���
���� 2
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes, setelah terjadi penempelan
spikes virion dengan dengan reseptor spesifik yang yang ada di permukaan permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al.2005). Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui melalui spikes hemaglutinin hemaglutinin (HA) akan akan berikatan dengan dengan reseptor yang yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan permukaan sel hospesnya. hospesnya. Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid
α-2,3-galactose
(SA
α-2,3-Gal),
dimana
molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA
α-2,6-galactose
(SA
α-2,6-Gal),
sehingga secara
teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAIH5N1.Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).
Manifestasi Klinis
���.������ ��������.� �������� .���
���� 3
Kebanyakan pasien H5N1 mempunyai gejala khusus yaitu demam tinggi (temperatur permukaan mencapai lebih dari 38° C).Tidak seperti pasien dengan infeksi influenza A (H7), pasien infeksi H5N1 jarang menunjukkan gejal conjungtivities.Diare, vomiting, sakit perut, sakit pada pleura dan perdarahan pada hidung dan gusi juga beberapa kali dilaporkan terjadi pada pasien dengan infeksi tahap awal.Diare parah (sampai yang keluar berupa air namun tanpa darah) atau perubahan inflamatory sering muncul pada infeksi H5N1 dan bahkan gejala tersebut muncul terlebih dahulu (sekitar 1 minggu) dari pada gejala/manifestasi klinis pada pernapasan.Suatu laporan juga ada yang menyebutkan bahwa ada 2 orang pasien yang menunjukkan gejala enchepalopati dan diare tanpa memperlihatkan gejala gangguan pernapasan yang jelas, (John, dkk; 2005).
Pemeriksaan Diagnostik Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi diagnostik. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan : 1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5. 2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1. 3. Uji Serologi : •
Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influensa A / H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
•
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
•
Immunofluoresence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal influensa A H5N1.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 4
•
Uji penapisan : a) rapid test untuk mendeteksi influensa A. b) HI test dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1. c) enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lain dilakukan
untuk tujuan mengarahkan diagnostik ke arah
kemungkinan flu burung dan menentukan berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total.
Umumnya
ditemukan
leukopeni,
limfositopeni
dan
trombositopeni. Selain itu, umumnya terjadi peningkatan dari leukosit akibat infeksi. 2. Pemeriksaan Kimia darah : Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal dan peningkatan SGOT dan SGPT sebagai hasil terdapat kerusakan pada fungsi hati. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan. 3. Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan foto toraks PA
dan Lateral harus dilakukan pada setiap
tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini. 4. Pemeriksaan Post Mortem Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post - mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
Penatalaksanaan
���.������ ��������.� �������� .���
���� 5
Tiga prinsip penatalaksanaan pasien dengan avian influenza adalah: 1.
Implementasi dini dalam mengontrol infeksi untuk meminimalisasi penyebab nosokomial.
2.
Penatalaksanaan secara cepat untuk mencegah semakin beratnya penyakit dan mencegah kematian.
3.
Identifikasi dini dan pemantauan terhadap resiko infeksi untuk mempermudah intervensi dini dengan terapi antiviral untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta membatasi penyebaran penyakit. Medikamentosa yang digunakan sebagai terapi avian influenza adalah obat yang
selama ini bermanfaat dan telah dibuktikan berhasil mengatasi virus influenza lainnya dan diekstrapolasikan untuk avian influenza. Obat-obatan antiviral tersebut adalah: oseltamivir, zanamivir, amantadin dan rimantadin. Tetapi dilaporkan bahwa resistensi cepat terjadi pada obat tersebut, kecuali terhadap obat penghambat neuroamidase, yaitu: oseltamivir dan zanamivir. Saat ini antiviral yang direkomendasikan penggunaannya pada avian influenza adalah oseltamivir. Oseltamivir harus diberikan 48 jam setelah awitan gejala. Menurut American Academy of Pediatrics, oseltamivir dapat diberikan pada anak dengan usia1 tahun ke atas dan tidak direkomendasikan untuk anak yang berumur kurang dari 1 tahun. Dosis untuk terapi oseltamivir adalah: 2mg/kgBB/kali, diberikan dua kali sehari selama 5 hari. Sedangkan untuk profilaksis diberikan pada anak dengan usia 12 tahun ke atas, diberikan sekali sehari selama 7 hari. Alternatif dosis lain yang dapat juga digunakan menurut WHO adalah: •
Anak dengan BB
•
Anak dengan BB 15-23 kg
: 2x45mg/hari
•
Anak dengan BB 23-40 kg
: 2x60mg/hari
•
Anak dengan BB
: 2x75mg/hari
≤
≥
15 kg
40 kg
: 2x30mg/hari
Oseltamivir tersedia dengan merek dagang Tamiflu.Walaupun oseltamivir dan zanamivir dinyatakan berkhasiat untuk mengobati avian influenza tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektifitasnya. Pada tahun 2005 de Jong MD dkk, melaporkan 2 kasus resistensi terhadap oseltamivir meskipun resistensi pada oseltamivir jarang terjadi, tetapi resistansi telah di deteksi pada 18% anak yang mendapat terapi oseltamivir. Resistensi pada oseltamivir lebih sering terjadi pada anak di bandingkan orang dewasa.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 6
Selain pemberian terapi antiviral, pasien dengan infeksi avian influenza juga diberi terapi berupa anti biotik.
Komplikasi Influenza sering dianggap remeh beresiko menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain pada kelompok tertentu. Ada beberapa kelompok yang beresiko mengalami komplikasi dengan penyakit lain bila terserang influenza yaitu usia lanjut, anak-anak, penderita penyakit kronik, dan wanita hamil. Influenza merupakan penyakit yang sering di jumpai namun ada juga yang bisa sembuh sendiri. Avian influenza dapat mengakibatkan munculnya penyakit lain selama terjangkitnya penyakit ini. Antara lain : 1. Pneumonia: 1˚viral; 2˚bacterial 3 mixed 2. Myocarditis dan pericarditis 3. Meningitis/encephalitis 4. Reye’s syndrome 5. Myositis Influenza pada kelompok tertentu dapat menimbulkan komplikasi. Influenza menimbulkan dampak ekonomi dan menurunkan produktivitas, serta sering menyerang petugas kesehatan. WHO memperkirakan sedikitnya 3,5 juta orang di dunia terjangkit virus influenza setiap tahun yang menyebabkan 250.000-500.000 orang di antaranya meningggal dunia. Sementara itu, prof.cissy R.S Prawira Kartasasmita, ketua influenza foundation, menjelaskan ada tiga jenis influenza, yaitu sepanjang tahun (H3N2 dan H1N1),avian influenza (H7N7 dan H5N1) dan pandemic influenza (H1N1, H2N2 dan H3N2). Gejala pada influenza dapat berupa demam,pilek,batuk,sakit tenggorokan,sakit kepala, muntah pada anak, suhu badan hingga 41 derajat celcius. Virus tersebut mudah menular melalui udara, dengan masa inkubasi 1-3 hari dan masa menular selama 8 hari. Cara pencegahan influenza padaanak dan orang dewasa adalah vaksinasi.
Prognosis
���.������ ��������.� �������� .���
���� 7
Peluang sembuh dari penyakit flu burung sangat bervariasi. Sejarah menunjukkan bahwa prognosis awal flu burung baik, tetapi pertahanan untuk mematikan flu burung bermutasi dengan cepat dan sering dapat memiliki tingkat kematian yang tinggi yaitu 90%. Berdasarkan pembahasan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien penyakit flu burung dapat disimpulkan bahwa ( Yuciana W.2009) : a. Kesembuhan pasien penyakit flu burung dipengaruhi oleh epidemiologi dan kasus b. Peluang seorang pasien flu burung yang termasuk kasus suspek untuk sembuh lebih besar daripada meninggal, sedangkan seseorang yang termasuk kasus konfirmasi peluangnya untuk sembuh lebih kecil daripada meninggal c. Risiko seseorang yang termasuk kasus suspek untuk dapat sembuh lebih besar daripada seseorang yang termasuk kasus konfirmasi d. Risiko seseorang yang ada kontak dengan unggas untuk dapat sembuh lebih kecil daripada seseorang yang tidak ada kontak
���.������ ��������.� �������� .���
���� 8
VIRUS
SEL HOSPES 2.1
WOC SPIKES VIRION
SITOPLASMA
MATERI GENETIK DIDALAM INTI SEL HOSPES
VIRION
INFLAMASI
DARAH
S. PERNAFASAN
CAIRAN CEREBROSPINALIS
Granulasi Chemorection
Stimulasi
Kolonisasi dalam
Menembus
Sel Mucus
Alveoli
Dinding Lambung Nyeri Otot
Suhu Tubuh Meningkat
Syaraf
Mucus Meningkat
Respon Imun & peradangan
Terjadi Iritasi Intoleransi Aktifitas
hypertermia
Vomiting Bersihan
Gangguan
Jalan Nafas
Pertukaran Gas
Defisit Peerawatan Diri
Kekurangan Menembus Vol. Cairan
Refleks Batuk
Usus proksimal
Perdarahan Resiko
Kelelahan
Perbedaan Avian Influenza dengan SARS dan Swine Flu Penularan Melena Nafsu Makan Menurun
Malnutrisi ���.������ ��������.� �������� .���
���� 9
Perbedaan Indikator Jenis virus Media penularan
SARS
Swine Influenza
Avian Influenza
Virus Corona
Virus H1N1
Virus H5N1
Kontak langsung
Babi
Unggas
1 – 3 hari
dengan penderita SARS Masa inkubasi
2 – 8 hari
1 – 5 hari
Manifestasi klinis
Sistem respiratorik,
Deman,
sistem pencernaan,
nyeri tenggorokan,
ringan sampai berat
sistem kardiovaskuler,
sakit kepala, lemah,
dan sistem pencernaan
sistem saraf, hati,
letih, diare, muntah
biasanya diare
batuk,
Sistem respiratorik
darah
���.������ ��������.� �������� .���
���� 10
PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN 1.
Identitas Pasien (meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
2.
3.
4.
Riwayat kesehatan sekarang - Demam
: Ya
Tidak
- Sesak napas
: Ya
- Batuk
: Ya
Tidak
- Pilek
: Ya
Tidak
- Sakit tenggorokan
: Ya
Tidak
- Diare
: Ya
Tidak
Tidak
Riwayat kesehatan masa lalu - Riwayat pernah sakit paru
: Ada
- Riwayat sakit lain
: Ada
- Riwayat sakit turunan
: Ada
- Riwayat sakit yang sama dengan pasien
: Ada
- Riwayat sakit paru dalam keluarga
: Ada
Tidak
Tidak
Riwayat kesehatan keluarga Tidak
Tidak
Tidak
- Genogram 5.
Riwayat perjalanan Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala : - Melakukan kunjungan ke daerah
: Ya
Tidak
atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung
6.
7.
- Mengkonsumsi unggas sakit
: Ya
Tidak
- Kontak dengan unggas / orang yang
:Ya Tidak
Kondisi lingkungan rumah - Dekat dengan pemeliharaan unggas
: Ya
Tidak
- Memelihara unggas
: Ya
Tidak
Kebiasaan sehari-hari (aktivitas) - Waktu bekerja : - Jenis pekerjaan : - Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
���.������ ��������.� �������� .���
���� 11
sesudah melakukan kegiatan) 8.
Pemeriksaan fisik a. Status neurologi - Tingkat kesadaran : CM
Somnolent
Apatis
Sopor
- Glasgow Coma Scale (GCS): Eye :…….. Motorik :……….. Verbal :………. b. Status respirasi - Jalan Napas Bersih
Ada Sumbatan
- Pernapasan Sesak
Tidak Sesak
- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit - Irama Napas Teratur
Tidak Teratur
- Jenis Pernapasan Spontan
Kusmaul
Cheynestokes
- Batuk Ya
Tidak
- Sputum Ya
Tidak
Warna
- Konsistensi Kental
Encer
- Suara Napas Vesikuler
Ronki
Wheezing
Rales
- Palpasi Dada : .................. - Perkusi Dada : ................. - Nyeri saat bernapas Ya
Tidak
- Menggunakan alat bantu pernapasan Ya
Tidak
c. Status kardiovaskuler - Nadi : …..x/menit ▪ Irama
: Teratur
Tidak teratur
���.������ ��������.� �������� .���
���� 12
▪
Denyut : Teratur
Tidak teratur
- Tekanan darah :……………….. mmHg - Distensi vena jugularis : ▪ Kanan ▪ Kiri
: Ya
: Ya
Tidak
Tidak
- Warna kulit : Pucat
Cyanosis
Kemerahan
- Pengisian kapiler : ……/detik - Edema : Ya
Tidak
- Kelainan bunyi jantung : Murmur
Gallop
- Sakit dada : Ya
Tidak
d. Gastrointestinal - Keadaan mulut • Gigi : Caries
• Stomatitis : Ya
Tidak
Tidak
• Lidah kotor : Ya
• Saliva : Normal
- Muntah
: Ya
Tidak
Abnormal
Tidak
- Nyeri daerah perut : Ya
Tidak
- Bising Usus : …....x/menit - Diare : Ya
Tidak
- Konstipasi : Ya
Tidak
e. Ekstremitas - Kesulitan dalam pergerakan : Ya
Tidak
- Keadaan tonus otot : Baik
Hipotoni
Hypertoni
Atoni
- Kekuatan otot : f. Pemeriksaan penunjang - Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah, serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV, kultur, BTA.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 13
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan g. Terapi pengobatan (Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan dokter) 9.
Riwayat psikososial dan spiritual - Dampak penyakit pasien terhadap keluarga - Persepsi terhadap penyakit - Masalah yang mempengaruhi pasien - Mekanisme koping - Sistem nilai kepercayaan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi: •
Bersihan jalan napas tidak efektif
•
Gangguan pertukaran gas
•
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
•
Resiko tinggi penularan infeksi
•
Intoleransi aktifitas
•
Nyeri
•
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
•
Ansietas
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU: •
Pola nafas tidak efektif
•
Jalan nafas tidak efektif
•
Penurunan cardiac output
•
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
•
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
•
Gangguan pemenuhan ADL
•
Gangguan komunikasi verbal
•
Resiko tinggi penyebaran infeksi
•
Cemas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR
���.������ ��������.� �������� .���
���� 14
No
Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi keperawatan
Rasional
Bersihan jalan napas
Jalan napas kembali
tidak
efektif dengan kriteria
kedalamanpernapasan
pernapasandangkal dan
efektif b.d peningkatan
hasil :
& gerakan dada
gerakandada tidak
produksi sputum,
. 1.
•
Kaji frekuensi /
•
Takipnea,
Frekuensi nafas
simetris karena
penurun-
dalam batas normal
ketidaknyamanan
an energi, kelemahan
(16–20 x/mnt)
DS :
DO : o Ronki
•
gerakan dinding dada.
Auskultasi area paru,
Bunyi napas
catat adanya ronki,
vesikuler
mengi, dankrekels.
•
Penurunan aliran udaraterjadi pada
Bernapas tidak
areakonsolidasi dengan
o Mengi
menggunakanalat
o Jalan napas terdapat
bantu napas
batukyang berlebihan,
Tidak ada dispnea
peningkatan
mekanismepembersihan
dan sianosis
frekuensinapas, sekret
jalan napas secara alami
sekret o Bunyi napas tidak
•
normal : …..
cairan
Observasi & catat •
Batuk adalah
yangberlebihan.
o Frekuensi napas : …x/menit
•
Penghisapan sesuai dengan indikasi
•
Merangsang batuk ataupembersihan secara
•
sedikitnya 2500 ml/
•
alami
Berikan cairan •
Cairan yang hangat
hari
memobilisasi dan
Bantu mengawasi
mengeluarkan sekret
efekpenggunaan
•
nebulizer.
Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
•
Berikan obat sesuai
•
Obat untuk menurunkan
indikasi : Mukolitik,
spasme bronkus dengan
ekspektoran,bronkodila
mobilisasi sekret
tor, analgesik. 2.
Gangguan pertukaran gas
Menunjukkan perbaikan
b.d perubahan membran
ventilasi dengan kriteria
•
Kaji frekuensi, kedalamandan
•
Manifestasi distress pernapasan
���.������ ��������.� �������� .���
���� 15
alveolar, gangguan
hasil :
kapasi-
kemudahan bernapas
tergantungpada derajat
Oksigenasi jaringan
keterlibatanparu dan
tas pembawa O2 darah,
dengan AGD dalam
statuskesehatan umum
gangguan pengiriman O2
rentang normal
•
Observasi warna
•
Sianosis kuku
Tak ada distress
kulit,membran mukosa
menunjukkan
pernafasan
dan kuku, catat adanya
vasokonstriksi,sianosis
sianosis
membran mukosa menunjukkanhipoksemi a sistemik
•
•
Awasi suhu tubuh,
•
Demam tinggi
bantutindakan
sangatmeningkatkan
kenyamanan untuk
kebutuhan metabolik
menurunkan demam
dan O2
Observasi penyimpangan
•
Syok dan edema
kondisi, catat hipotensi,
paruadalah penyebab
banyaknya jumlah
umum kematian pada
sputum, perubahan
pneumonia
tingkat ke- sadaran. •
Berikan terapi O2
•
dengan benar •
3.
Awasi AGD dan
Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg
•
Mengevaluasi proses
SaturasiOksigen dengan
penyakit dan
pulse oksimeter
memudahkan terapi paru
Resiko tinggi penularan
Pencegahan penularan
infeksi b.d proses
infeksi dengan kriteria
tandavital, khususnya
ini potensial komplikasi
penyakit
hasil :
pada awalterapi
fatal dapat terjadi
Tidak terdapat tanda
•
•
Pantau ketat tanda-
Anjurkan pasien
•
•
Selama periode waktu
Perubahan karakteristik
– tanda penularan
memperhatikan
sputum menunjukan
infeksi dari pasien ke
pengeluaran sputum dan
perbaikan pneumonia
pasien lain, keluarga
melaporkan perubahan
atau terjadinya infeksi
danpetugas
warna, jumlah dan bau
sekunder
kesehatan.
sputum
Mencapai waktu
•
Cegah penyebaran
•
���.������ ��������.� �������� .���
Organisme yang mudah
���� 16
perbaikaninfeksi
infeksi dari pasien lain,
menular dapat
berulang tanpa
keluarga dan petugas
ditularkan melalui
komplikasi
kesehatan dengan
kontak langsung.Teknik
mencuci tangan secara
mencuci tangan penting
konsisten sebelum dan
dalam mengurangi
sesudah kontak dengan
transian lapisan luar
pasien serta
kulit dan menurunkan
menggunakan APD
penyebaran atau tambahan infeksi •
•
Obat ini digunakan
Kolaborasi pemberian
untuk membunuh
anti mikrobakterial
kebanyakan mikrobial pneumonia
4.
Intoleran aktifitas b.d
Peningkatan aktifitas
kelemahan, ketidak
dengan
pasienterhadap aktivitas,
kemampuan atau
seimbangan antara suplai
kriteria hasil:
catat laporan dispnea,
kebutuhan pasien
dan kebutuhan O2
peningkatan kelemahan
Menunjukan peningkatan toleransi
•
•
Evaluasi respon
Berikan lingkungan
•
•
Menetapkan
Menurunkan stress dan
terhadap aktivitas
tenang dan batasi
rangsangan berlebihan,
Tanda
pengunjung selama fase
meningkatkan istirahat
vital
dalam
rentang normal
akut sesuaiindikasi •
Bantu pasien memilih
•
Tirah baring
posisi nyaman untuk
dipertahankan untuk
istirahat atau tidur
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
•
Bantu perawatan diri
•
Meminimalkan
yang tidak dapat
kelelahan dan
dilakukan pasien
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
5.
Nyeri b.d inflamasi
Nyeri terkontrol dengan
•
Tentukan karakteristik
•
���.������ ��������.� �������� .���
Nyeri
dada
���� 17
biasanya
parenkim paru, batuk menetap
kriteria hasil:
nyeri misalnya tajam,
ada
Menyatakan nyeri
konstan, ditusuk.
derajat pada pneumonia
hilang atau terkontrol
Selidiki perubahan
Menunjukan rileks,
karakter/ lokasi /
peningkatan aktifitas
intensitas nyeri
dengan tepat
•
Pantau tanda-tanda
beberapa
Perubahan frekuensi
•
vital
dalam
jantung/TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri
•
Kolaborasi pemberian
•
analgesik dan antitusif
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan
6.
Gangguan pemenuhan kurang dari kebutuhan
Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi selama
•
Auskultasi bising usus
•
Berikan makanan porsi
menurun bila proses infeksi berat
tubuh b.d peningkatan
perawatan dengan
kecil dengan frekuensi
kebutuhan metabolik
kriteria hasil:
sering
sekunder, anoreksia,
Menunjukan
distensi abdomen
peningkatan berat
•
Sajikan makanan dalam
•
•
Menunjukan
lambat untuk kembali •
peningkatan nafsu makan
Makan habis 1 porsi
Tidak ada mual
Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
keadaan hangat
badan
Bising usus mungkin
Berikan perawatan
•
Mengurangi rasa mual
•
Menghilang rasa tidak
mulut •
Timbang berat badan
enak dan bau mulut
setiap hari •
muntah
Mengetahui perkembanganm status nutrisi
7.
Resiko tinggi kekurangan
Kebutuhan volume
volume cairan berlebihan
cairan tubuh terpenuhi
•
Kaji tanda-tanda vital
•
setiap 4 jam
���.������ ��������.� �������� .���
Peningkatan suhu atau demam meningkatkan
���� 18
b.d kehilangan cairan berlebihan (demam,
dengan kriteria hasil :
berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi)
Membran
laju metabolik melalui
mukosa
lembab
evaporasi •
Kaji turgor kulit,
•
Merupakan indikator
Turgor kulit baik
kelembaban membran
langsung keadekuatan
Pengisian
mukosa (bibir dan
volume cairan
kapiler
kurang dari 3 detik
Tanda-tanda
vital
lidah) •
stabil
Kaji adanya mual atau
•
muntah
Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
•
Tingkatkan pemasukan cairan minimal 2500
•
Menurunkan resiko
dehidrasi
ml/ sesuai kondisi pasien
•
Pantau intake dan output cairan
DENGAN VENTILATOR No.
Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi keperawatan
1.
Pola napas tidak efektif
Pertahankan pola napas
•
b.d
yang
fatique, perubahan ratio
ventilator dapat dicapai
penting untuk
O2/CO2 ditandai
dengan kriteria :
menentukan kebutuhan
dengan :
Peningkatan kerja
ventilasi dan tipe paling
pernapasan tidak ada
tepat dukungan
Tidak ada
ventilator
DS : DO :
efektif
melalui
Kaji ulang penyebab
Rasional •
gagal napas
Pemahaman penyebab masalah pernapasan
- Pola napas
penggunaan otot
menggunakan ventilator
bantupernapasan
atau monitor usaha napas
ventilator dapat
dengan mode Pressure
atau retraksi
pasien dan bandingkan
mengalami
•
Observasi pola napas
•
Pasien dengan
Control, PEEP > 5 Cm
Tidak ada sianosis
dengan data pada
hiperventilasi sebagai
H2O
Analisis Gas Darah :
“patient display”
upaya memperbaiki
- Hasil foto toraks :
pH
pneumonia
PaCO2
: 7.35 – 7.45 : 35 – 45
status oksigenasi •
Auskultasi secara
•
���.������ ��������.� �������� .���
Memberikan informasi
���� 19
(perburukan)
mmhg PaO2
: 80 – 95
mmhg Sat O2
mengenai distribusi
napas dan inspeksi
volume ke paru kanan
simetrisitas gerakan dada
kiri baik/tidak, dan
: 95 – 100 %
BE
Nadi normal sesuai
periodikkualitas bunyi
evaluasi makin berat
: -2.5 –2.5
Perubahan simetrisitas
•
Pastikan bahwa
menunjukan tidak
umur
pernapasan sesuai
tepatnya posisi ETT
TD : 90/60 – 120/90
dengan ventilator atau
atau terjadinya
ada perlawanan
barotrauma
•
(fighting) •
Penyesuaian
•
Isi balon
dibutuhkan pada
trakea/endotrakea sesuai
Volume Tidal,
kebutuhan sehinggatidak
frekuensi pernapasan
bocor
atau apakah pasien memerlukan obat sedasi untuk mensinkronkan dengan program ventilator jika pasien mengalami “fighting” Balon pipa trakea diisi
•
•
Cek sirkuit/selang
sesuai kebutuhan agar
ventilator terhadap
volume tidak masuk
obstruksi (terlipat atau
sesuai dengan yang
ada akumulasi air).
diset/program
Bebaskan bila ada yang terlipat atau air pada sirkuit •
Lipatan pada selang /
•
Siapkan alat-alat
sirkuit ventilator men-
resusitasi dekat dengan
cegah pengiriman
tempat tidur pasien dan
volume dan
lakukan ventilasi manual
meningkatkan tekanan
bila diperlukan
jalan napas. Air
���.������ ��������.� �������� .���
���� 20
mencegah distribusi gas dan media pertumbuhan bakteri
Kolaborasi : •
•
Untuk memberikan
Kaji seting ventilator dan
ventilasi yang adekuat,
sesuaikan dengan pola
bila ada masalah pasien
ventilator sesuai kondisi
atau masalah peralatan
pasien
yang memerlukan ventilator dilepas untuk sementara •
Seting ventilator mengacu pada pola yang ditentukan berdasar pada penyakit,kondisi pasien
•
•
2.
FiO2 disesuaikan untuk
Observasi konsentrasi
mempertahankan
O2 (FiO2) yang
saluran dan kadar O2
diberikan
darah
Jalan napas tidak efektif
Jalan napas efektif
b.d
dicapai dengan kriteria
adanya benda asing pada
hasil :
penumpukan sekret,
Tak terlihat adanya
sumbatan mukus,
sekret
problem dari posisi ETT
jalan napas dan ketidakmampuan pasien
•
untuk batuk efektif,
Suara napas bersih
ditandai dengan :
Peak
DS : DO :
Inspiratory
Airway
Pressure
(puncak
Kaji kepatenan jalan
•
napas
•
Evaluasi gerakan dada
Obstruksi dapat disebabkan oleh
•
Gerakan dada simetris
dan auskultasi bunyi
dan napas terdengar
napas
pada seluruh lapang
- Ronki +/+, mengi +/+
tekanan jalan nafas
paru, menunjukkan
- Alarm ventilator
> 40 cmH2O)
posisi pipa sudah tepat.
berbunyi - Jalan napas terdapat
Sekret
encer
dan
mudah di suctioning
���.������ ��������.� �������� .���
Obstruksi jalan napas bagian bawah
���� 21
sekret (kental) - Hasil pemeriksaan
(dihisap)
AGD tidak normal
Pola
napas
(atelektasis/pneumonia) sesuai
menyebabkan bunyi
program
Tanda-tanda vital :
nafas ronki/mengi) •
Monitor tempat ETT,
•
Pipa dapat masuk ke
Frekuensi napas normal
catat tanda garis bibir
bronkus kanan,
sesuai umur
bandingkan dengan
sehingga terjadi
Nadi 60-100 x/mnt
tempat yang diinginkan,
obstruksi aliran udara
TD 90/60-140/90mmHg
plester pipa dengan
ke paru kiri yang dapat
AGD :
aman
menyebabkan tension
PH
: 7.35 – 7.45
PaCO2 : 35 – 45 mmhg PaO2
pneumothoraks •
: 80 – 95 mmhg
Catat batuk yang
•
Pasien yang diintubasi
berlebihan, peningkatan
mempunyai reflek
SatO2 : 95 – 100 %
frekuensi napas, bunyi
batuk yang tidak efektif
BE
alarm atau tekanan pada
atau masalah neuro
ABN, sekret yang
sensory yang
terlihat pada ETT atau
menyebabkan
banyak ronki
ketidakmampuan
: -2.5 –2.5
pasien batuk. Pasien ini tergantung pada suction untuk mengeluarkan sekret •
•
Penghisapan sekresi
Lakukan penghisapan
sebaiknya tidak terlalu
jika dibutuhkan, pilih
sering dilakukan dan
kateter penghisap dengan
lamanya tidak lebih
ukuran 1/3 dari lumen
dari 15 detik
ETT. (ingat 1x penghisapan tidak lebih dari 15 detik) •
Ajarkan teknik batuk efektif
•
•
Meningkatkan keefektifanusaha batuk
•
Meningkatkan drainase
Rubah posisi secara
sekret dan ventilasi
periodik
untuk semua bagian
���.������ ��������.� �������� .���
���� 22
paru dan penurunan resiko terjadinya atelektasis •
•
Membantu/menjamin
Hidrasi cukup sesuai
sekret tetap encer oleh
kebutuhan
karena status cairan yang cukup
Kolaborasi : •
•
Lakukan chest fisioterapi
Meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru & membantu drainase sekret
•
•
Pemberian obat
otot polos bronkus dan
bronkodilator mukolitik
encernya sekret •
•
Oleh karena relaksasi
Tindakan bronchoscopy
Untuk mengeluarkan sekret dan sumbatan dengan langsung melihat lokasi di bagian paru sebelah mana
3.
Gangguan keseimbangan
Pasien dapat mencapai
cairan dan elektrolit:
keseimbangan cairan
pernapasan pada interval
meningkatkan
Kurang dari kebutuhan
yang adekuat
teratur
frekuensi jantung,
tubuh b.d hipertermi
Kriteria Hasil:
menurunkan TD, dan
DS : -
Terhidrasi secara
mengurangi volume
DO :
adekuat dibuktikan
nadi.
- Turgor kulit
dengan TD, nadi,
- Balance cairan
berat badan dan
kulit, hidrasi, membran
dapat diidentifikasi
- Capillary refill < 3
produksi urine dalam
mukosa dan karakter
dengan penurunan
detik
batas normal
sekret.
turgor kulit, membran
•
•
Pantau suhu, nadi,
Catat perubahan turgor
•
•
Kekurangan cairan
Kekurangan cairan juga
mukosa kering, dan viskositas sekret kental.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 23
•
•
Ukur / hitung masukan,
•
Memberikan informasi
pengeluaran dan
tentang status cairan
keseimbangan cairan
umum.
Berikan kompres hangat
•
Membantu mengurangi
dan tepid sponging di
demam dengan
tempat tidur
mekanisme evaporasi.
Kolaborasi : •
Pemberian cairan enteral
•
dan parenteral
Mencegah terjadinya dehidrasi yang akan meningkatkan suhu tubuh.
•
Pemberian terapi antipiretik
•
Mengurangi demam
dengan aksi sentral di hipotalamus.
4.
Gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
nutrisi kurang dari
pasien terpenuhi selama
masukan makanan saat
status nutrisi, kebiasaan
kebutuhan tubuh b.d.
perawatan
ini mengevaluasi berat
makan pasien sebelum
Intake yang tidak
Kriteria Hasil :
badan dan ukuran tubuh
sakit
adekuat,
Menunjukkan
•
•
Kaji kebiasaan diet,
Auskultasi bising usus
•
•
Untuk mengetahui
Penurunan bising usus
ditandai dengan
peningkatan berat
menunjukkan
DS : -
badan mendekati
penurunan motilitas
DO :
normal
gaster dan konstipasi
Menunjukkan
yang berhubungan
- Pasien terlihat kurus
perilaku atau
dengan pembatasan
- Pasien terpasang NGT
perubahan pola
pemasukan cairan,
- Hasil pemeriksaan
hidup untuk
pilihan makanan buruk,
elektrilt
meningkatkan dan
penurunan aktivitas dan
tidak normal
atau
hipoksemia
- BB :…kg, TB :…cm
mempertahankan
•
berat badan yang
Berikan makan cair
•
sesuai program
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
normal •
Hindari makanan yang
•
���.������ ��������.� �������� .���
Menghindari terjadinya
���� 24
5.
sangat panas dan sanngat
iritasi dalam saluran
dingin
pencernaan.
Gangguan pemenuhan
Kebutuhan perawatan
ADL
diri pasien terpenuhi
dalam hal personal
kenyamanan dan
b.d. Kelemahan fisik,
Kriteri Hasil :
hygiene
kebersihan diri pasien.
imobilisasi, ditandai
Pasien bersih, terpenuhi
dengan
kebutuhannya selama
DS :-
perawatan
•
•
Bantu pasien setiap hari
Ubah posisi pasien tiap 3
•
•
jam
Meningkatkan
Membantu meningkatkan sirkulasi peredaran darah dan
DO :
mencegah terjadinya
- Pasien istirahat total
kontraktur pada
- ADL pasien dibantu
muskuloskeletal.
sepenuhnya oleh
•
Lakukan ROM secara
perawat
pasif apabila pasien di-
- Pasien tampak lemah
knockdown •
Bantu ROM bila pasien
•
atropi otot.
•
telah sadar •
Pasang kasur dekubitus
Mencegah terjadinya
Melatih keseimbangan tubuh.
•
Mencegah terjdinya
dekubitus 6.
Gangguan komunikasi
Kebutuhan komunikasi
verbal b.d. Adanya
terpenuhi dengan
komunikasi pasien untuk
pemasangan ETT dan
kriteria hasil :
pola komunikasi
ventilasi mekanik,
pengganti
•
Pasien dapat
Kaji kemampuan
•
Ajar lebih tepat untuk komunikasi
ditandai
mengungkapkan
dengan :
keinginannya atau
yang mudah dimengerti,
dan tulisan pasien tetap
DS : -
keluhanya
melalui bahasa isyarat
dapat berkomunikasi
Hubungan terapeutik
dan tulisan
DO :
•
Lakukan komunikasi
•
Melalui bahasa isyarat
- Pasien terpasang ETT
perawat - pasien,
dan
pasien-keluarga, dan
diraih dan pastikan
komunikasi yang jelas
ventilasi mekanik
tim kesehatan lain
pasien dapat
dan adanya komitmen
- Pasien mendapat terapi
tetap terjaga
menggunakannya
perawat-pasien
pengobatan relaksan
Pasien kooperatif
•
•
Berikan bel yang dapat
Beri tanda bahwa pasien
•
•
Dengan semua sarana
Agar semua tim yang
pada program
mengalami gangguan
bekerja siap membantu
pengobatan dan
verbal
bila diperlukan
���.������ ��������.� �������� .���
���� 25
perawatan
•
Beri waktu pada
•
Mempertahankan pola
keluarga satu orang yang
komunikasi keluarga
dekat dengan pasien dan
pasien tetap harmonis
ajarkan cara-cara berkomunikasi yang sudah dipahami pasien 7.
Resiko tinggi
Pencegahan penularan
penyebaran
infeksi
konsisten dilakukan
tanganpenting dalam
infeksi b.d proses
Kriteria hasil:
sebelum dan sesudah
mengurangi transien
perjalanan penyakit
Tidak terdapat tanda -
kontak dengan pasien.
lapisan luar kulit.
tanda infeksi
•
•
Cuci tangan secara
Gunakan alat
nosokomial dan
perlindungan diri/ APD
komplikasi proses
sesuai prosedur.
penyakit.
•
Ganti sirkuit ventilator
•
•
Teknik mencuci
Menghindari penyebaran infeksi
•
setiap 48 jam.
Menghindari pertumbuhan virus dalam sirkuit.
•
Keluarkan air dalam
•
Menghindari masuknya
sirkuit tiap 3 jam.
air dalam sirkuit ke paru
Kolaborasi :
melalui ETT.
•
Pemberian antibiotik
•
Pemeriksaan kultur darah, sputum dan sputum
8.
Cemas b.d. prosedur
Program pengobatan
infasif yang dilakukan
dan keperawatan pasien
keluarga mengenai
tujuan yang jelas serta
pada
efektif baik di RS
kapan dilaksanakan
kesepakatan pasien-
pasien.
dengan kriteria hasil :
pendidikan kesehatan
perawat dalam
DS :
Setelah diberikan
kerjasama mencapai
- Keluarga menanyakan
penjelasan,demonstrasi,
tujuan
tentang penyakit yang
tanya jawab dan diskusi
diderita pasien.
melalui beberapa kali
pemahaman,
sejauh mana
DO :
pertemuan keluarga dan
pengetahuan keluarga
pengetahuan keluarga
•
•
Kontrak waktu dengan
Gali sejauh mana
•
•
���.������ ��������.� �������� .���
Dengan kontrak dan
Dengan mengetahui
���� 26
- Keluarga bertanya
pasien dapat mengerti
mengenai manfaat alat
tentang alat yang
mengenai alat yang
dan memahami manfaat
yang terpasang pada
terpasang pada pasien
terpasang pada pasien.
alat yang terpasangpada
pasien.
mengurangi
- Keluarga pasien
pasien.
kecemasan.
tampak
•
Beri pengertian kepada
•
Dengan mengetahui
cemas dan gelisah.
pasien dan keluarga tentang
manfaat pemasangan
- Pasien terlihat gelisah
manfaat pemasangan ETT.
ETT pasien dan keluarga tidak merasa cemas.
IMPLEMENTASI 1.
Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit flu burung serta cara pencegahannya.
2.
Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3.
Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4.
Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu) minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada keluhan.
5.
Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum obat/terapi yang dibawa pulang.
6.
Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7.
Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra indikasi.
8.
Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh daripenyakit flu burung.
EVALUASI 1.
Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2.
Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
���.������ ��������.� �������� .���
���� 27
4.
Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, danelektrolit
5.
Aktivitas kembali normal
6.
Tidak menunjukan kecemasan
7.
Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien maupun orang lain
���.������ ��������.� �������� .���
���� 28
PENUTUP Kesimpulan Avian influenza disebabkan disebabkanvirus avian influenza tipe A yang terdiri darisubtipe H1 sampai H16 dan N1 sampai N9.Virus ini cepat bermutasi karena bersifatantigenic shift dan drift . Hal ini dapatmembuatnya patogen bagi manusia yangberakibat fatal.Hingga saat ini belum terjadipenularan flu burung dari manusia ke manusia,demikian juga belum ditemukan vaksin yangkhusus untuk mencegah infeksi virus H5N1pada manusia.Untuk menghindari terjadinyagenetic reassortment yang dapat berkembangmenjadi pandemi dapat diberikan vaksin flumanusia atau oseltamivir dosis tunggal selama7 sampai 10 hari pada orang yang berisikotinggi.Selain itu upaya preventif utama harusdilakukan, seperti menjaga perilaku higienis,memakai masker, meningkatkan systemimunitas serta membinasakan unggas yangterinfeksi virus avian influenza.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 29
DAFTAR PUSTAKA AKAL AH AVIAN I NFL UENZ A (H5N1). DIAKSES TANGGAL NEMISERY 2010. M
19 SEPTEMBER
2011 DARI PUBLIC HEALTH UNIVESITAS JENDERAL SOEDIRMAN W EB SITE : HTTP :// KESMAS -UNSOED .BLOGSPOT . COM /2010/06/ AVIAN - INFLUENZA-H 5 N1. HTML
Daulay, Rini Savitri. 2008. Avian Influenza. Diakses tanggal 17 September 2011 dari FK Universitas Sumatera Utara Web Site: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2020/1/08E00076.pdf
��� ������.��� . 2010. ��������� ��� ��������� ��� ������ ��� ��� ����. � �A���� �A���A� 19 ��������� 2011 ��� ���� : ����:// ���������.��� /������AA���A� �����A�AA����� �������� �A� � ��� � �A��.A��
�����A�A���A�A, ����A�. 2006. ������� � ���� � ���� ����� ��������� ������ ������ ��� ��������� ������� �� ����������� ������� � ������������������ ��������� � ���� �������� �. ��A���� �A���A� 19 ��������� 2011 �A�� ��� ��� ���� : ����:// ����������. ��� .A� .�� /�A���� /123456789/46236?���� = ����
���A����������� ��A� ���� ������ ������ A� ��� ��������.2011� �������� ����� �� ���� �� �
�������A���� �A���A� 19 ��������� 2011 ��� ���� :
����:// ��� .���A�����������.��� /�1�1��� .��5�1
R ADJI , M AKSU M . 2006. AVIAN I NFLUENZA A (H5N1): P ATOGENESIS , P ENCEGAH AN , DAN EB P ENYE BARAN P ADA M ANUSIA . D IAKS ES T ANGGAL 19 S EPTEMBER 2011 DARI F ARMASI UI W
S ITE : HTTP
JURN AL FARMASI UI A C ID PDF 2006 V 03 N 02 MAKSUM 0302 PDF
Kumala, Widyasari. 2011. Avian Influenza: Profil dan Penularan pada Manusia. Diakses tanggal 20 September 2011 dari FK Universitas Trisakti Web Site: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/widyasari%281%29.pdf.
���.������ ��������.� �������� .���
���� 30