”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (M ( MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBL ROBL EM B ASED ASED LEARNI NG
Kiki Kurniawan (1), Haninda Bharata (2). (1)
Pascasarjana Pendidikan Matematika, Universitas Lampung, Bandar Lampung. (
[email protected] [email protected] )
(2)
Pascasarjana Pendidikan Matematika, Universitas Lampung, Bandar Lampung. ABSTRAK
Artikel ini merupakan hasil kajian tentang Problem Based Learning yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh siswa. Pemahaman konsep yang baik akan sangat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam masalah di kehidupan kehidupan sehari-hari yang berkaitan berkaitan dengan matematika. matematika. Pemahaman konsep memiliki beberapa indikator yaitu mampu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan noncontoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan mengaplikasikan konsep pada pemecahan pemecahan masalah. Pemahaman konsep matematis matematis siswa dapat ditingkatkan melalui Problem Based Learning . Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah matematika. Masalah yang digunakan dalam Problem Based Learning diantaranya: masalah nyata, bermakna, menarik, terbuka, dan terstruktur. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning membantu siswa dalam mengaitkan pengetahuan serta konsep yang dimiliki dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga pada akhirnya diperoleh pengetahuan baru. Dengan demikian kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dikembangkan melalui problem based learning. learning. Dalam artikel ini akan dipaparkan pengunaan problem based learning untuk meningkakan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran matematika. Kata kunci: pemahaman
konsep, problem based learning
PENDAHULUAN
Matematika merupakan sebuah disiplin ilmu yang universal dan berkembang sejak dahulu. Semua aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari ilmu ini. Artinya bahwa matematika digunakan oleh manusia dalam segala bidang. Kline dalam Suherman (2001) menyatakan bahwa matematika itu bukan ilmu pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan ekonomi, sosial dan alam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun tak lepas dari dukungan dan peranan matematika sebagai ilmu dasar karena matematika memiliki kekuatan pada struktur dan penalarannya. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk untuk memajukan daya pikir manusia. Hal ini ini sesuai dengan pendapat Prihandoko (2006: 1) yang menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu dasar
yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep harus dipahami dengan benar benar sejak dini. Hal ini dikarenakan konsepkonsep dalam matematika merupakan satu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep selanjutnya. Dengan demikian, pemahaman konsep yang salah akan berakibat pada kesalahan terhadap pemahaman konsep selanjutnya. Pentingnya pemahaman konsep juga tertuang dalam tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah (Depdiknas, (Depdiknas, 2006). Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai dengan Taksonomi yang diungkapkan Bloom, pemahaman (comprehension ( comprehension)) adalah tingkatan
”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Siswa tidak akan mampu memecahkan suatu masalah yang terjadi apabila siswa tidak memahami apa yang mereka hadapi. Diperlukan suatu pemahaman konsep yang baik terhadap materi pelajaran agar siswa dapat memecahkan suatu masalah. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat O’Connell (2007: 18) yang menyatakan bahwa dengan pemahaman konsep, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya. Kemudian kemampuan siswa dalam bernalar serta berkomunikasi juga akan lebih baik jika siswa mempunyai pemahaman konsep yang baik karena menurut Arends (2007: 322) konsep adalah dasar untuk bernalar dan berkomunikasi sehingga dengan adanya pemahaman konsep siswa tidak hanya akan sekedar berkomunikasi secara baik dan benar karena mereka mempunyai pemahaman tentang konsep yang mereka komunikasikan. Sebaliknya, jika pemahaman konsep masih kurang maka siswa akan cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah ataupun dalam bernalar serta mengomunikasikan suatu konsep. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, diperlukan suatu model yang dapat memfasilitasi hal tersebut. Salah satu model yang dapat membantu meningkatkan kemam puan pemahaman konsep mateatis siswa adalah problem based learning. Problem based learning merupakan pembelajaran yang berorintasi pada masalah. Pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah atau situasi kontekstual dan bermakna, mamahami masalah untuk memulai mancari penyelesaian masalah, proses penyelidikan individual maupun kelompok, analisis hasil yang diperoleh, dan mepresentasikan hasil yang diperoleh. Dengan tahapan pada problem based learning, terlihat bahwa siswa dituntut memahami masalah secara mandiri maupun berkelompok dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Dari pemberian masalah, siswa dituntut menghasilkan gagasan baru serta dapat mengaitkan konsep yang telah dimiliki sebelumnya untuk membantu proses pemecahan masalah. Dari tahapan-tahapan tersebut kemudian akan tercipta kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Dengan demikian, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat ditingkatkan memalui problem based learning Artikel ini membahas mengenai problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan tinjauan literatur. Untuk mengetahui hubungan problem based learning dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai apa kemampuan pemahaman konsep, mengapa perlu meningkatkan kemampuan pemahman konsep, kemudian apa problem based learning, bagaimana tahapan dalam problem based learning, serta bagaimana problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam artikel adalah 1. Apa yang dimaksud dengan kemampuan pemahaman konsep siswa? 2. Apa yang dimaksud dengan problem based learning ? 3. Bagaimana problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa? Tujuan Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa, problem based learning , dan penggunaan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Manfaat Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai diharapkan berguna sebagai masukan terhadap perkem bangan pembelajaran matematika terutama terkait kemampuan pemahaman konsep siswa, problem based learning, dan penggunaan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. PEMBAHASAN
A.
Pemahaman Konsep
Menurut Russefendi (1998: 157) konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Selanjutnya Soedjadi (2000: 14) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan definisi seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan. Konsep matematika menurut Bell (1978: 108) dapat diartikan sebagai suatu ide abstrak tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang
”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek atau kejadian sekaligus menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut. Sebuah konsep matematika dapat dipelajari melalui: mendengarkan, melihat, menangani, dan berdiskusi. Ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hayso dalam Wanhar (2008) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyekobyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta. Sedangkan ditinjau dari segi bentuk, Gagne dalam Wanhar (2008) menggolongkan konsep matematis menjadi dua golongan, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Pemahaman konsep matematis sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Hamalik (2002: 164) yang menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pem belajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan instrumental. Pemahaman konsep matematis didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, tidak hanya sekedar menghapal atau mengingat konsep yang dipelajari melainkan mampu menyatakan ulang konsep yang sudah dipelajari dengan bahasa mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor Wardhani (2008: 10) menguraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah: (a) mampu menyatakan ulang suatu konsep; (b) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (c) mem beri contoh dan noncontoh dari konsep; (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (e) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep; (f) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (g) mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah. Selain itu, menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya: 1) Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya,
2) Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan, 3) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, 4) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur, 5) Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari, 6) Mampu menerapkan konsep, 7) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan uraian dan beberapa definisi yang tersebut sebelumnya, kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar menghapal atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu sesuai konsepnya, memberi contoh dan noncontoh konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep. B.
Problem Based Learning
Problem based learning merupakan pembelajaran yang berorinteasi pada pemberian masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Problem based learning merupakan metode penyelidikan pembelajaran yang memungkinkan siswa memproses dan memperoleh informasi baru melalui penggunaan masalah yang terstruktur, dimana masalah tersebut tidak memiliki informasi yang cukup sehingga siswa tertantang untuk memecahkannya. Problem based learning bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri. Pemberian masalah yang menjadi orientasi dalam pembelajaran ini merupakan sebuah simulasi bagi mereka dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka didorong untuk belajar secara mandiri (Redzuan, dkk). Menurut Etherington, problem based learning merupakan metode yang berpusat pada siswa, melibatkan pembelajaran yang berfokus pada pemberian masalah yang tidak jelas tetapi pasti. Problem based learning merupakan pendekatan konstruktivis yang berfokus pada siswa, kemudian keterampilan dalam komunikasi dan kolaborasi, serta membutuhkan refleksi dari berbagai perspektif. Problem based learning merupakan istilah yang digunakan pada pendekatan pendagogis yang
”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
mendorong siswa untuk belajar melalui eksplorasi tersetruktur dari suatu masalah yang diberikan. Pem belajaran ini menuntut siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri. Pada pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga siswa belajar secara mandiri (Ajai, J ). Problem based learning merupakan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengaitakan gagasan dan konsep yang telah dimiliki dalam menyelesaikan suatu masalaha yang diberikan, sehingga diperoleh gagasan baru untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam proses penyelesain masalah, problem based learning melalui beberapa tahapan yang harus dilalui siswa. tahapaln-tahapan tersebut berkesinambungan, pada hal ini sangat diperlukan peran guru untuk memfasilitasi hal tersebut. Menurut Padmavathy, terdapat beberapa tahapan dalam problem based learning , yaitu (1) identifikasi masalah; (2) pembatasan masalah; (3) menetapkan fokus kajian; (4) menghimpun data; (5) mengolah dan mengkaji data; (6) mencoba denga teori atau hipotesis; dan (7) menyusun dan menyajikan laporan. Pada problem based learning , siswa memiliki tanggung jawab lebih atas pembelajaran mereka sendiri. Pada tahap ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi siswa (Karaduman, Batdal). Menurut Sunarno , problem based learning menggunakan lima tahapan, yaitu (1) orientasi masalah. Pada tahap ini, siswa diberikan suatu peristiwa atau fenomena yang dapat memunculkan masalah. Setelah masalah muncul, siswa merumuskan masalah yang dijumpai. Setelah itu siswa mengemukakan gagasan yang berupa jawaban terkait pemecahan masalah yang diberikan; (2) pengorganisasian. Pada tahap ini, siswa menyusun rencana dan strategi pemecahan masalah. Siswa dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan permasalahan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran. penyelidikan dan pengumpulan data secara individual maupun kelompok. siswa mengumpulkan informasi yang relevan, kemudian melaksanakan eksperimen untuk memperoleh data yang berguna untuk pemecahan masalah; (3) mengolah dan menganalisis hasil. siswa menyusun data yang telah diperoleh untuk dianalisis. Dari hasil analisis, siswa memberikan kesimpulan sebagai hasil dari solusi permasalahan; (4) menyajikan hasil dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tahap ini merupakan tahap pelaporan hasil dari tahapan sebelumnya. Siswa mempresentasikan hasil yang diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan proses refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelidikan yang telah dilakukan. C.
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa
Problem Based Learning merupakan pem belajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa
pada masalah matematika. Masalah yang digunakan dalam PBL diantaranya: masalah nyata, bermakna, menarik, terbuka, terstruktur, dapat menuntun siswa dalam penyelidikan dan inkuiri, serta dapat merangsang siswa untuk menyelesaikannya. Model Problem based learning berpeluang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Pada model Problem based learning dimulai dengan tahap orientasi siswa pada masalah. Dalam tahap ini guru menyajikan masalah kepada siswa, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa berperan secara aktif sebagai pemecah masalah, siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya agar mampu menemukan masalah dan memecahkannya. Dengan aktivitas tersebut siswa dituntut untuk tekun dan semangat dalam menemukan atau merumuskan masalah yang diberikan. Tahap selanjutnya yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar. Dalam tahap ini guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa bekerja sama dengan yang lainnya untuk mengum pulkan informasi melalui kegiatan penyelidikan. Dengan aktivitas tersebut siswa didorong untuk menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, dan memberi contoh dan noncontoh dari konsep. Selain itu, siswa juga dituntut untuk memiliki rasa keingintahuan, semangat dan ketekunan dalam mengumpulkan informasi yang mendukung penyelesaian masalah. Pada tahap yang ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual dan kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa bekerja sama melakukan diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah yang disajikan. Dalam berdiskusi dan bekerjasama memungkinkan mereka untuk saling bertukar informasi dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah yang diberikan, dengan aktivitas ini siswa dituntut untuk menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematis, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep. Selain itu, siswa juga dituntut untuk memiliki ketekunan, semangat dan fleksibilitas dalam mencari solusi masalah. Tahap berikutnya yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dalam tahap ini guru mem bantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa menuliskan rencana, laporan kegiatan atau produk lain yang dihasilkannya selama pembelajaran
”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
kemudian mempresentasikan kepada yang lain. Dengan aktivitas tersebut siswa dituntut untuk percaya diri dalam menyampaikan hasil pemecahan masalah dari diskusi kelompok. Tahap yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah siswa melakukan sharing mengenai pendapat dan idenya dengan yang lain melalui kegiatan tanya jawab untuk mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Dengan aktivitas tersebut siswa dituntut untuk merefleksi atau memonitor hasil pekerjaan mereka. Berdasarkan penjabaran di atas terlihat bahwa dengan Problem based learning siswa berpeluang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Peluang tersebut diperoleh siswa pada model Problem based learning yang telah dijelaskan di atas tidak terjadi pada model pem belajaran langsung. Salah satu teori belajar yang melandasi model Problem based learning adalah teori Vigotsky, hal ini terlihat dalam diskusi kelompok yang terjadi dalam kegiatan Problem based learning . Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan Problem based learning dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain. Oleh karenanya, siswa yang kurang paham dengan materi yang dibahas akan terbantu melalui penjelasan teman sebayanya. Hal ini akan berakibat persentase siswa yang memahami konsep meningkat pada pembelajaran dengan model Problem based learning .
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, problem based learning dapat mebantu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. hal tersebut terlihat dari tahapan-tahapan pada problem based learning yang memuat kemampuan dasar pada proses pemahaman konsep siswa. Dengan demikian, untuk membantu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, dapat menggunakan problem based learnig dengan menggunakan masalah yang disesuaikan dengan kemampuan pemahaman konsep yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ajai, J. T., Imoko, B. I. (2015). Gender Differences in Mathematics Achievement and Retention Score: A Case of Problem-Based Learning Method, International Journal of Research in Education and Science (IJRES) , 1(1), 45- 50, 2015. Diakses pada 5 April 2016, dari alamat www.ijers.net. Arends, Richard, I. (2007). Classroom Instruction and Management. New York:MC Graw-Hill. Bell, F. H. (1978). Teaching and Learning Mathematics in secondary Schools. Dubuque: Wm.C. Brown Company. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta. Etherington, B. M. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach, Australian Journal of Teacher Education, Volume 36 | Issue 9. 2011. Diakses pada 5 April 2016, dari alamat http://ro.ecu.edu.au/cgi/view content .cgi?article=1550&context=ajte. Hamalik, Oemar. (2002). Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta. Karaduman, Batdal. (2013). THE RELATIONSHIP BETWEEN PROSPECTIVE PRIMARY MATHE MATI CS TEACHERS’ ATTI TUDES TOWARDS PROBLEM-BASED LEARNING AND THEIR STUDYING TENDENCIES, International Journal on New Trends in Education and Their Implications October 2013 Volume: 4 Issue: 4 Article: 13 ISSN 1309-6249. 2013. Diakses pada 5 April 2016, dari alamat. http://www.ijonte.org/File Upload/ks63207/File/ 13b.karaduman.pdf . O’Connel, Susan. (2007). Introduction to Problem Solving . Portsmouth: Heinemann. Padmavathy, R.D & Mareesh .K.(2013), “ Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics ,” International Multidisciplinary e-Journal. Vol II. 2013. Diakses pada 4 April 2016, dari alamat http://www.shreeprakashan.com/Documents/2013 128181315606.6.%20Padma%20Sasi.pdf . Prihandoko Cahya, Antonius. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara Benar Dan Jakarta: Menyajikannya dengan Menarik . Departemen Pendidikan Nasional.
”
MATHEMATIC, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2016
Redzuan, M., Botty, H., Shahrill, M.(2015), Narrating a Theacher use of Structure Problem-Based Learning in a Mathematics Lesson,, Asian Journal of Social Science & Humanities Vol. 4(1) February 2015, Univercity Brunei Darussalam (UBD): Brunei Darussalam, 2015. diakses pada 6 april 2016, dari alamat http://www.ajssh. leenaluna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.4%281%29/AJS SH2015%284.1-18%29.pdf . Ruseffendi, H. E. T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan SPG. Bandung: Tarsito. Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berointasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Suherman, E dan Kusumah, Y. S. (2001). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Sunarno, Widha. (2015). Kontribusi Pendidikan IPA dalam Menyiapkan Generasi Kreatif di Era Kompetisi Global. Makalah pada Stadium General dan Seminar Nasional Pendidikan MIPA12 September 2015. Lampung: Universitas Lampung. Wardhani, Sri. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Depdiknas. Yogyakarta.