ARTIKEL KEBIDANAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang diluar rahim, biasanya didalam tuba falopi. Situasi ini membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi jika kehamilan berkembang. Perawatannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui obat-obatan. Namun, aborsi medis tidak dapat mengobati kehamilan diluar rahim! Anda dapat memastikan apakah kehamilan anda berada didalam rahim dengan cara USG. Bila anda menggunakan Mifepristone dan Misoprostol untuk mengakhiri kehamilan tapi belum melakukan USG, bisa jadi kehamilan ektopik anda tidak terdeteksi. Jika anda tidak mengeluarkan jaringan atau darah setelah menggunakan Misoprostol, mungkin anda mengalami kehamilan ektopik. Apabila anda tiba-tiba merasa sangat nyeri di bagian perut atau punggung, atau jika anda merasa akan pingsan atau benar-benar pingsan, atau anda merasa sakit di area bahu, kemungkinan anda mengalami kehamilan ektopik yang telah pecah dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Kehamilan ektopik dapat diobati bahkan ditempat yang membatasi akses aborsi. Sumber ilmiah: Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang dibuahi tidak menempel dan tumbuh dalam rahim seperti umumnya, tetapi menempel dan tumbuh di tempat lain, biasanya tuba falopi. 25 Tuba falopi adalah saluran kecil yang dilewati sel telur yang dibuahi untuk menuju rahim. Jika kehamilan berlanjut, embrio akan berkembang dan menjadi terlalu besar dalam tuba falopi sehingga menyebabkan tuba falopi pecah. Kehamilan ektopik tidak dapat dilanjutkan dan harus dikeluarkan untuk menyelamatkan nyawa perempuan. Perawatan oleh ginekolog diperlukan untuk memastikan kesehatan perempuan. Jika tidak diobati, resiko yang dihadapi adalah perdarahan berat internal disebabkan oleh pecahnya tuba falopi. Aborsi medis menggunakan Mifepristone-Misoprostol tidak bisa mengobati kehamilan ektopik. 7 Jika seorang perempuan mengalami kehamilan ektopik, komplikasi tidak terkait dengan aborsi medis yang ia lakukan.“…Tidak ada bukti menunjukkan bahwa aborsi medis menyebabkan komplikasi yang berbeda pada perempuan dengan kehamilan ektopik. 34 Jika kehamilan ektopik tidak ditangani embrio dapat terus berkembang diluar rahim bahkan sesudah menggunakan Mifepristone dan Misoprostol. 26 Embrio akan terus berkembang , dan bila tidak dikeluarkan, akan menyebabkan pecahnya tuba falopi saat embrio tumbuh terlalu besar. Bila tidak ditangani, resiko perdarahan internal karena pecahnya tuba falopi dapat terjadi. Ginekolog di negara manapun menangani perempuan dengan kondisi tersebut, bahkan negara yang sangat membatasi aborsi. Seorang perempuan hamil yang mengalami gejala-gejala berikut ini kemungkinan mengalami kehamilan ektopik 25 : nyeri di perut atau panggul, kram pada satu sisi panggul, perdarahan dalam jumlah kecil yang tidak biasa, payudara sakit, mual, nyeri di bagian punggung bawah.
Tips Mencegah Terjadinya Bayi Kembar Siam
Written by Metta Category: Pengetahuan Kehamilan Bagi sebagian pasangan suami istri sangat mengidamkan kehadiran bayi kembar, selain dikarenakan bayi kembar sering kali menjadi pusat perhatian di keluarga besar anda, dipuji, dan menggemaskan. Bagi pasangan suami istri yang menginginkan bayi kembar pastikan anda memiliki riwayat keturunan kembar di keluarga anda ataupun pasangan anda. Selain itu beberapa teknologi saat ini memungkinkan membantu anda untuk mendapatkan bayi kembar, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan obat yang dapat menstimulasi ovulasi atau dengan menggunakan cangkok embrio. Kehamilan bayi kembar memerlukan perawatan yang jauh lebih besar dibanding dengan kehamilan tunggal, mengingat keluhan yang dialami oleh ibu hamil yang mengandung bayi kembar akan meningkat dua kali lipat. Salah satunya timbulnya mual dan muntah yang berlebihan, mengalami bentuk payudara yang lebih besar, sering merasakan kelelahan dan mengalami kenaikan berat badan yang signifikan pada awal usia kehamilan. Kehamilan kembar seringkali membuat ibu was-was, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah. Salah satu masalahnya adalah kembar siam atau kembar dempet yaitu kondisi dimana bayi yang dilahirkan berdempetan ditimbulkan karena adanya kegagalan zigot bayi kembar identik yang gagal dalam pembelahan, sehingga pembelahan tidak sempurna. Kelahiran bayi kembar siam disertai dengan adanya kelainan pada organ tubuh bayi. Pada umumnya kembar siam mengalami dempet di bagian dada, panggul, perut atau kepala. Dalam dunia medis untuk melakukan pemisahan bayi kembar siam terlebih dahulu harus melalui tahapan diantaranya adalah dengan penelitian terhadap bayi, disesuaikan dengan kondisi bayi. Pemisahan dimaksudkan untuk memberikan nilai kehidupan pada kedua bayi atau salah satu diantara bayi yang mengalami kembar siam tersebut. Ada beberapa fator yang harus diperhatikan antara lainnya yaitu melakukan pemeriksaan pada bagian tubuh yang bersatu, waktu pemisahan yang umumnya melihat perkembangan usia bayi, dan juga kondisi kesehatan bayi. Dunia medis sampai saat ini belum dapat memastikan sebab utama terjadinya kembar siam atau kembar dempet akan tetapi beberapa faktor diduga menjadi faktor terjadinya bayi kembar siap yaitu genetik, penggunaan obat penyubur di awal kehamilan, kurangnya asupan gizi dan juga pola makan ibu hamil yang tidak tepat. Oleh karena itu bagi anda yang merencanakan kehamilan kembar sebaiknya anda melakukan pencegahan untuk menghindari masalah kehamilan kembar, kembar siam dengan cara berikut : 1. Menjaga Kesehatan selama Kehamilan Meskipun sampai saat ini ahli medis belum dapat memastikan terjadinya kembar siam akan tetapi bagi anda yang merencanakan kehamilan kembar senantiasa menjaga kesehatan selama kehamilan, kesehatan anda dan juga janin. Anda dapat mengurangi resiko kembar siam dengan mengurangi obat saat hamil atau anda menggunakan obat yang disarankan oleh dokter saja. Hal lainnya adalah mengurangi zat kimia yang berbahaya yang masuk ke dalam tubuh anda.
2. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi selama Kehamilan Hal terpenting yang harus anda jaga adalah asupan nutrisi selama kehamilan apalagi di usia kehamilan awal. Minggu kehamilan merupakan proses pembentukan organ yang penting. Penuhi kebutuhan nutrisi yang mendukung kehamilan anda dan juga hindari menggunakan obat-obatan tidak sesuai dengan resep dokter. 3. Kenali Tanda Kehamilan Anda Bagi ibu hamil terkadang tidak menyadari kehamilan sehingga mengkonsumsi beberapa makanan dan obat obatan yang membahayakan kehamilan diantaranya adalah obat pusing dan maag yang tidak sesuai dengan resep dokter. Anda dapat waspada dengan perubahan perubahan sebagai awal kehamilan yang terjadi pada tubuh untuk mengurangi resiko kembar siam.
Sumber : Tips Mencegah Terjadinya Bayi Kembar Siam http://bidanku.com/tips-mencegahterjadinya-bayi-kembar-siam#ixzz3I4MUaOe1
DEFINISI —-Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai dengan hokum Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk triplet 1 : 892, untuk kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang
nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan1. —ETIOLOGI 1. Kembar Monozigotik —-Kembar monozigotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang terpisah. Hasil akhir dari proses pengembaran monozigotik tergantung pada kapan pembelahan terjadi, dengan uraian sebagai berikut : • Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah pembuahan, maka dua embrio, dua amnion serta dua chorion akan terjadi dan kehamilan diamnionik dan di chorionik. Kemungkinan terdapat dua plasenta yang berbeda atau suatu plasenta tunggal yang menyatu. • Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua embrio akan terjadi, masing-masing dalam kantong yang terpisah, dengan chorion bersama, dengan demikian menimbulkan kehamilan kembar diamnionik, monochorionik. • Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah terbentuk, maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong amnion bersama, atau kehamilan kembar monoamnionik, monochorionik. • Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng embrionik terbentuk, maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk kembar yang menyatu. 2. Kembar Dizigot —-Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi infertilitas. —PATOFISIOLOGI —-Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2 Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat. —-Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal. —-Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak
meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut. —-Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk. Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan kehamilan dilanjutkan. Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar. –—-– DIAGNOSIS —-Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan dugaan kehamilan ganda, yaitu : a. Anamnesis —-Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau edema. b. Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda —-Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihi lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih. c. Pemeriksaan USG —-Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2 kantong amnion. Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang terlihat. d. Pemeriksaan radiologi —-Pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan ganda karena cahaya penyinaran. Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dan dari pemeriksaan ultrasonografi. Diagnosis diferensial : • Kehamilan tunggal dengan janin besar • Hidramnion • Molahidatidosa • Kehamilan dengan tumor TANDA DAN GEJALA Berikut adalah tanda dan gejala yang mengidentifikasikan kemungkinan kehamilan kembar
menurut Bobak (2004): 1) Ukuran uterus, tinggi fundus uteri dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia kehamilan akibat pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester kedua. 2) Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar hCG). 3) Riwayat bayi kembar dalam keluarga. 4) Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur, seperti sitrat klomifen (Clomid) atau menotropins (Pergonal). 5) Pada palpasi abdomen didapat dua atau lebih bagian besar dan atau banyak bagian kecil, yang akan semakin mudah diraba terutama pada trimester tiga. 6) Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas-jelas berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10 denyut jantung per menit dan terpisah dari detak jantung ibu)
Makalah Plasenta Previa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implantasi plasenta normalnya terletak di bagian fundus (bagian puncak atau atas rahim). Bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum, sedangkan dari luar dari arah vagina disebut ostium uteri eksternum. Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
1.2. Rumusan masalah 1. Apa pengertian plasenta previa ? 2. Bagaimana jenis plasenta previa ? 3. Bagaimana gejala plasenta previa ?
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Bagaimana gejala plasenta previa ? Bagaimana diagnosis plasenta previa? Bagaimana penyebab plasenta previa ? Bagaimana mekanisme perdarahan plasenta previa? Bagaimana komplikasi pada plasenta previa ? Bagaimana penatalaksanaan pada plasenta previa ?
1.3. Tujuan Untuk mengetahui : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengertian plasenta previa Jenis plasenta previaGejala plasenta previa Diagnosis plasenta previaPenyebab plasenta previa Mekanisme perdarahan Komplikasi plasenta previa Penatalaksanaan plasenta previa
1.4. Manfaat 1. Manfaat Bagi Masyarakat. Meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah secara dini. 2. Manfaat Bagi Mahasiswa Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat untuk mendapatkan pengalaman nyata.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Plasenta Previa Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Menurut jenisnya plasenta previa terbagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut : 1. Plasenta previa totalis. Plasenta yang menutupi ostium uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm. Plasenta sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah ostium uteri internum
2.
Plasenta previa lateralis, bila menutupi ostium uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm. 3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm. 4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui ostium uteri internum pada pembukaaan 4 cm.
B. Gejala Gejala umum plasenta previa meliputi perdarahan tanpa rasa sakit. Kondisi ini terjadi pada saat pembentukan segmen bawah rahim, sehingga terdapat pergeseran dinding rahim dengan plasenta yang menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan yang dialami sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis atau banyak disertai gejala klinis pada ibu dan janin. Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian. Sedangkan gejala klinis janin meliputi bagian terndah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak, perdarahan yang menggangu sirkulasi retroplasenter yang menimbulkan asfiksia intrauterin sampai kematian janin, hemoglobin berkisar 5 gr% dapat menimbulkan kematian janin serta ibunya. C. Diagnosis Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP. Pemeriksaan tambahan meliputi double set di meja operasi,dapat menentukan klasifikasi plasenta previa dengan memasukkan jari ke ostium uteri internum atau meraba forniks, atau melakukan pemeriksaan dengan ultra-sonografi. D. 1.
Gangguan
Penyebab kesuburan endomerium
Plasenta sehingga perlu
implantasi
Beberapa kali menjalani seksio sesareaBekas dilatasi dan kuretase Ibu dengan gizi rendah
Previa yang luas
Usia hamil pertama di atas usia 35 tahun 2. Pelebaran implantasi plasenta yang terjadi pada kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur. E. Mekanisme Perdarahan Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi, karena sirkulasi retroplasentanya tetap berada di pembukaan serviks. Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim pada trimester ketiga yang menimbulkan pergeseran antara plasenta dan timbulnya pembukaan kanalis servikalis, maka terjadi perdarahan. Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan baru. F. Komplikasi a. Komplikasi pada ibu
Plasenta
Previa
Infeksi karena anemia Robekan plasenta di bagian belakang segemen bawah rahim (dangerous plasenta previa) Terjadi ruptur uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui
b. Komplikasi pada janin
Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi Mudah infeksi karena disertai daya tahan rendah Asfiksia intrauterine sampai kematian
G. Penatalaksanaan Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut : 1. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa) 2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak 3. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya Disamping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin dalam keadaan prematuritas maka diperlukan asuhan neonatus di unit perawatan intensif. Dalam kasus yang sangat istimewa, misalnya prematuritas, dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam di kamar operasi ternyata ditemukan plasenta previa marginalis, dapat dilakukan terapi “ memecah ketuban”
untuk menghentikan perdarahan. Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta previa sehinggga perdarahan terhenti. Tujuannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya dari morbiditas serta mortalitas yang lebih tinggi. Penanganan Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. - Perdarahan sedikit
Ekspektif
- Belum ada tanda-tanda persalinan Keadaan Rencana Penanganan :
umum
baik,
kadar
Hb
8
gr%
atau
lebih.
1. Istirahat baring mutlak. 2. Infus D 5% dan elektrolit 3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia. 4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah. 5. Pemeriksaan USG. 6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin. 7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif. Penanganan aktif Kriteria • umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram. • Perdarahan banyak 500 cc atau lebih. • Ada tanda-tanda persalinan. • Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%. Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang. Partus per vaginam. Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips. 2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. 3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
TINJAUAN KASUS FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU HAMIL
A.
IDENTITAS/BIODATA
Nama
:Ny.Ayu
Umur
: 22 tahun
Suku / kebangsaan
: Jawa / indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat rumah
: Medan Tuntungan
Telp
: -
Nama suami
: Tn.Dikki
Umur
: 23 tahun
Suku / kebangsaan
: Jawa / indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Kary.Swasta
Alamat Rumah
: Medan Tuntungan
Telp
: -
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF) Pada tanggal
: 21 Januari 2013
pukul
: 12 : 00 WIB
1.
Alasan kunjungan ini
: Os ingin memeriksakan kehamilannya
2.
Keluhan utama
: Os datang dengan keluhan perdarahan pervagina dan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu
3.
Riwayat menstruasi Menarche
: Umur 13 Tahun
Siklus
: 7 hari
Banyaknya Dismenorrhe
: 3 x ganti duk : Tidak ada
Teratur/tidak teratur
Lamanya
:Teratur : 7 hari
Konsentrasi darah 4.
: Cair
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : G : 2
: TIdak Umur kehamilan - bulan - kali
Pernah dikuret
: Tidak
Jarak antara kehamilan Pernah imunisasi TT
:: 1.5 tahun : Ya
Komplikasi pada waktu hamil
: Tidak ada
Persalinan yang lalu dibantu oleh
: Bidan
Tempat persalinan
: RSUD
komplikasi persalinan pada waktu yang lalu
5.
A:0
Pernah keguguran
Keguguran terakhir
P:1
Riwayat kehamilan ini HPHT TTP
: 5 – 4 – 2012 : 12 – 1 – 2013
:Tidak ada
Keluhan-keluhan pada Trimester I Trimester II Trimester III
: Tidak ada
: Tidak ada : Perdarahan Pervagina
Imunisasi TT
:Ya,bln ke 6 dan 7
Kontrasepsi yang digunakan
: Tidak ada
Pergerakan anak pertama kali
: 15 minggu
Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak 24 jam terakhir : 15 kali
Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan) o Rasa lelah
:
o Mual dan muntah yang lama
: Tidak ada
o Nyeri perut
: Ya,sejak 2 hari yang lalu
o Panas, menggigil
: Tidak ada
o Sakit kepala berat/terus-menerus
: Tidak ada
o Penglihatan kabur
: Tidak ada
o Rasa nyeri/panas waktu BAK
: Tidak ada
o Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya
: Tidak ada
o Pengeluaran cairan pervaginam
: Ada,pengeluaran darah segar dan kental
o Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai o Oedema
: Tidak ada : Tidak ada
Diet makan Makanan sehari-hari
: nasi,lauk dan sayur 3 x sehari
Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan dan lain-lain) : Sama seperti sebelum hamil. Pola eliminasi
: Seperti sebelum hamil
Aktivitas sehari-hari
: IRT
Pola istirahat dan tidur
: Siang ± 2 jam
Pekerjaan
:
-
Malam ± 8 jam
Imunisasi TT 1 pada tanggal
:5 – 10 – 2012 :7 – 11 – 2012
TT 2 tanggal
Kontrasepsi yang pernah digunakan
6.
Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita Jantung
: Tidak ada
Ginjal
: Tidak ada
Asma/ TBC Paru
: Tidak ada
Hepatitis
: Tidak ada
D.M
: Tidak ada
Hipertensi
: Tidak ada
Epilepsy
: Tidak ada
HIV/AIDS
Lain-lain
7.
: Tidak ada
:
–
Riwayat penyakit keluarga Jantung Hipertensi
: Tidak ada
D.M Asma Lain-lain
8.
: Tidak ada
: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada
–
:
Riwayat social Perkawinan Status perkawinan
: Sah : Kawin
kawin
: 1 kali
Umur
:18 tahun, dengan Suami umur :
Lamanya Kehamilan ini
: 4
tahun Anak : Direncanakan
19 tahun :
1 orang
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF ) 1.
Status emosional
2.
Tanda vital
: Stabil
Tekanan darah
: 110 / 80 mmHg
Denyut nadi
: 78 x/menit
Pernafasan
: 22
x/menit
Suhu
: 36. 0c
BB
: 63 kg
Lila
: 24
TB
: 155
cm cm
BB sebelum hamil : 53 kg 3.
Muka Oedema
4.
: Tidak ada
Conjungtiva
: Sedikit pucat
Sclera mata
: tidak pucat
Dada Simetris
: Ada
Mamae
: Membesar
Benjolan Striae
: Tidak ada
Areola Putting susu
5.
: Ada
: Menghitam : Menonjol
Pinggang ( periksa ketuk : costro-vertrebrata-angel tenderness )
Nyeri
6.
: Tidak ada
Ekstremitas Oedema tangan dan jari
: Tidak ada
Oedema tibia, kaki
: Tidak ada
Betis merah / lembek / keras
: Tidak ada
Varices tungkai
: Tidak ada
Reflex patella kanan
: Ada
Kiri
7.
: Ada
Abdomen Bekas luka
: Tidak ada
Pembesaran perut
: Sesuai usia kehamilan
Bentuk perut
: Normal,membulat
Oedema
Acites
: Tidak ada
: Tidak ada
Pemeriksaan Kebidanan Palpasi o Uterus
: 3 jari dibawah px
o Tinggi fundus uteri
: 37
o Letak
: Normal
o Presentasi
: Kepala
o Punggung
: Kiri
o TBBJ
: 2900 gr
o Posisi janin
: Normal
o Kontraksi
: Ada
o Frekwensi
: 2 x/10 menit
cm
o Kekuatan o Palpasi supra pubik kandung kemih
: Sedang : Normal
Auskultasi
8.
DJJ
: 148 x/menit
Tempat
: Punggung kiri
Frekuensi
: Teratur
Genitalia Inspeksi Vulva dan Vagina
-
Varices
: Tidak ada
-
Luka
: Tidak ada
-
Kemerahan
: Tidak ada
-
Nyeri
: Tidak ada
Perineum -
Bekas luka/luka perut
: Tidak ada
-
Lain-lain
: Tidak ada
-
Bila ada
:
–
D. Pemeriksaan USG Hasil : Letak kepala Janin tunggal DJJ ( + ) Air ketuban cukup Plasenta : terletak dibawah ( plasenta previa parsialis)
Usia kehamilan 37 minggu
II. Identfikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan Dx : Ibu GII PI Ao, usia kehamilan 37 minggu intra uterin, dengan perdarahan plasenta previa Dasar : Ibu mengatakan ini kehamilan kedua, dan ibu mengatakan bahwa keluar darah segar dari vagina sejak 2 hari yang lalu. Masalah
: Keluar darah per vaginam sejak 2 hari yang lalu
Kebutuhan : 1. Informasikan pada ibu dan keluarga kalau persalinan nya tidak dapat dilakukan secara normal, harus secara SC, dan harus rawat inap 2.Pasang infus dan monitoring DJJ 3.
Melakukan
rujukan
III. Identifikasi Diagnosa Masalah potensial Syok
hipovolemik
IV. Tindakan Segera 1. 2.
Monitoring DJJ dan memasang infus Melakukan
rujukan
V. Perencanaan 1. Memantau DJJ dan memasang infus 2. Menginformasikan kepada ibu kalau ibu tidak bisa melahirkan normal,dan harus rawat inap 3. Melakukan rujukan VI. Pelaksanaan 1. Bidan menginformasikan kepada ibu bahwa dia tidak bisa melahirkan secara normal 2. Bidan memantau DJJ dan memasang infus 3. Bidan melakukan rujukan
VII. Pelaksanaan 1. Infus sudah terpasang 2. DJJ dalam batas normal 3. Ibu sudah dirujuk ke rumah sakit
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
3.2. Saran Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut : 1. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa). 2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak. 3. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376. Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr. Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr. Pringadi Medan, 1993, halo 6-10, Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Patologi, Ed. 1984, Elstar Offset Bandung, halo 110-120. MAKALAH PLASENTA PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka kejadian plasenta previa adala 0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
B.
TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui definisi plasenta previa dan solusio plasenta
2.
Untuk mengetahui klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta
3.
Untuk mengetahui etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta
4.
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta
5.
Untuk mengetahui insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta
6.
Untuk mengetahui diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
7.
Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
8.
Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta.
C.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa definisi plasenta previa dan solusio plasenta ?
2.
Apa saja klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
3.
Apa etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta?
4.
Apa saja tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
5.
Bagaimana insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
6.
Bagaimana diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta dapat ditegakkan ?
7.
Apa saja terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta ?
8.
Apa saja komplikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
BAB II TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr. Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
B. KLASIFIKASI Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
1. Plasenta previa totalis: - Menutupi osteum uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm. - Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah osteum uteri internum.
2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang dimaksud ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri intemum. Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu
pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm. Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Terdapat sate kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa, yaitu plasenta letak rendah—plasenta yang implantasinya rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.
Klasifikasi Solusio Placenta 1. Menurut derajat lepasnya plasenta a. Solusio plasenta partsialis Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya. b. Solusio plasenta totalis Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya. c. Prolapsus plasenta Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam. 2. Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi : a. Solusio plasenta ringan Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba, perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%. b. Solusio plasenta sedang Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.
perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%. c. Solusio plasenta berat Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.
C. ETIOLOGI Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik. Begitu juga dengan etiologi solusio pasenta sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, Tapi terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai yaitu: • Umur yang tua • Multiparitas • Hipertensi yang di induksi oleh kehamilan atau hipertensi kronik • Preterm prematur ruptur membran • Trauma eksternal • Kebiasaan merokok • Minum alkohol • Narkotika (kokain) • Leiomyoma uteri : khususnya yang terdapat dibawah implantasi plasenta
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala plasenta previa yaitu : 1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang. Darah biasanya berwarna merah segar. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh: a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus. b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut: Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim. Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
2. Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin. 3. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih banyak. Pendarahan berulang. 4. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. 5. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. 6. His biasanya tidak ada 7. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi 8. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina 9. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul 10. Sering dijumpai kesalahan letak janin
Tanda dan gejala solusio plasenta yaitu : Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta. Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis pelepasan plasenta (concealed atau revealed). Pada 30% kasus, daerah yang terlepas tidak terlalu besar dan tidak memberikasn gejala dan diagnosa ditegakkan secara retrospektif setelah anak lahir dengan terlihatnya hematoma retroplasenta Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus yang tegang disertai dengan : Gawat janin (50% penderita) Janin mati ( 15%) Tetania uteri
DIC- Disseminated Intravascular Coagulation Renjatan hipovolemik Perdarahan pervaginam ( 80% penderita) Uterus yang tegang (2/3 penderita) Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak terdapat tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya tidak terlampau banyak ( 50 – 150 cc) dan berwarna kehitaman.
E. INSIDENSI Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu.
F. DIAGNOSIS Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan: 1.
Anamnesis Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadangkadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan luar : Inspeksi (penglihatan):
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan sebagainya - Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat) Palpasi - Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah - Sering dijumpai kesalahan letak janin - Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul - Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia. Pemeriksaan dengan Alat: a. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum b. Pemeriksaan USG: - Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 % identifikasi plasenta previa - Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 % - MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan plasenta perkreta.
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan: 1 . Anamnesis Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin. Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain,
riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan janin. 2. Pemeriksaan fisik Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok. 3. Pemeriksaan obstetric Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah. Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat. Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta. Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah serviks dan vagina. Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram. 4. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma. Kadar haemoglobin [Hb] atau hematokrit [Ht] sangat bervariasi. Penurunan Hb dan Ht umumnya terjadi setelah terjadi hemodilusi. Hapusan darah tepi menunjukkan penurunan trombosit, adanya schistosit menunjukkan sudah terjadinya proses koagulasi intravaskular.
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan pemeriksaan “clott observation test”. Sample darah vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 – 10 menit atau bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen dan trombosit. Pemeriksaan laboratorium khusus : Prothrombine time Partial thromboplastine time Jumlah trombosit Kadar fibrinogen Kadar fibrinogen degradation product b.
Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c.
USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin. Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena pada sebagian besar kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta.
G. TERAPI Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu: 1. Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu). a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta). b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut: a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal. b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.
Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya normal) dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif, pasien di rawat di rumah sakit sampai berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah tercapai, kehamilan diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan.
Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: a.
Perdarahan banyak atau sedikit
b.
Keadaan ibu dan anak
c.
Besarnya pembukaan
d.
Tingkat plasenta previa
e.
Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak
yang mati cenderung untuk dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup. Cara-cara vaginal terdiri dari 1. Pemecahan ketuban. 2. Versi Braxton Hicks. 3. Conan Willett-Gauss.
Terapi untuk solusio pasenta dibagi menjadi dua, yaitu : Terapi Medik 1. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram. a. Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6 jam, amniotomi dan infus oksitosin. b. Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea. 2. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram. Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio sesarea. 3. Terdapat renjatan : Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam. Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat. 2. Seksiosesarea atas indikasi medik. 3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
H. KOMPLIKASI Komplikasi pada plasenta previa yaitu : 1. Perdarahan dan syok 2. Infeksi 3. Laserasi serviks 4. Plasenta akreta 5. Prematuritas atau lahir mati
Komplikasi pada plasenta previa yaitu : 1. Langsung (immediate) a. perdarahan b. infeksi c. emboli dan syok abtetric 2. Tidak langsung (delayed) a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum b. hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum c. nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia d. kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr. Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan. Tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa yaitu : pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Komplikasi pada plasenta previa yaitu : 1. Perdarahan dan syok 2. Infeksi 3. Laserasi serviks 4. Plasenta akreta 5. Prematuritas atau lahir mati
Komplikasi pada plasenta previa yaitu : 1. Langsung (immediate) a. perdarahan b. infeksi
c. emboli dan syok abtetric 2. Tidak langsung (delayed) a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum b. hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum c. nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia d. kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis B.
SARAN Untuk mencegah terjadinya solusio plasenta dan plasenta previa Untuk memberi pengetahuan kepada ibu hamil atau pembaca tentang kelainan – kelainan pada kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif Dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk Ui . Jakarta http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/solusio-plasenta/ http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=61 http://biechan.wordpress.com/106/ http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/solusio-plasenta/ http://sayangbunda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=118%3Asolusioplasenta&catid=38%3Aobstetrics&Itemid=1 http://aangcoy13.blogspot.com/2011/06/askep-solusio-plasenta.html
Makalah Plasenta Previa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta . Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya . Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan . BAB II TINJAUAN PUSTAKA PLASENTA PREVIA A. DEFINISI Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim (ostium uteri internum). Secara harfiah berarti plasenta yang implantasinya (nempelnya) tidak pada tempat yang seharusnya, yaitu di bagian atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan pada trimester ke III. Gejalanya berupa perdarahan tanpa rasa nyeri. Timbulnya perdarahan akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara segmen atas rahim yang lebih cepat dibandingkan segmen bawah rahim yang lebih lambat. Perdarahan ini akan lebih memicu perdarahan yang lebih banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin) akan merangsang timbulnya kontraksi.
B. KLASIFIKASI Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu: 1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir. 4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir. C. ETIOLOGI Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir . • Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun. • Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan manual placenta. • Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. • Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium. D. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah : 1. Melebarnya pertumbuhan plasenta : o Kehamilan kembar (gamelli). o Tumbuh kembang plasenta tipis. 2. Kurang suburnya endometrium : o Malnutrisi ibu hamil. o Melebarnya plasenta karena gamelli. o Bekas seksio sesarea. o Sering dijumpai pada grandemultipara. 3. Terlambat implantasi : o Endometrium fundus kurang subur. o Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi. E. PATAFISIOLOGI Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Segmen bawah uterus, pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. (Mansjoer, 2002) F. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. 2. Darah biasanya berwarna merah segar. 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. 4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. 5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. G. KOMPLIKASI Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
H.PENATALAKSANAAN 1. Terapi ekspektatif • Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspresif: Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti, Belum ada tanda-tanda in partum, Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal), Janin masih hidup. • Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis. • Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin. • Berikan tokolitik bila ada kontraksi: MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam. Nifedipin 3 x 20 mg/hari. Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin. • Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil amniosentesis. • Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat. • Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat di pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang. 2. Terapi aktif (tindakan segera) • Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. • Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah
semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika: 1. Infuse/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap. 2. Kehamilan ≥ 37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan in partum, atau 3. Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (misal, anensefali) 4. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). I. CARA MENYELESAIKAN PERSALINAN DENGAN PLASENTA PREVIA IALAH: Seksio sesarea 1. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. 2. Tujuan seksio sesarea: o Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. o Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. 3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. 4. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu. 5. Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: • Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin. • Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup. • Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif. BAB III TINJAUAN KASUS MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Tanggal masuk : Ruangan :
A. Pengkajian 1. Identitas A. Nama Ibu : Marlina Nama Suami : Anwar Umur : 34 Tahun Umur : Suku / Bangsa : Aceh / Indonesia Suku / Bangsa : Aceh Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Alamat : Ds.Sp Buloh Alamat : Ds.Sp Buloh Telpon : - Telpon : B.Anamnese (Data subjektif) 1.Alasan kunjungan ini : Ibu ingin melahirkan 2.Keluhan utama : Ny.m berumur 30 tahun hamil 38 minggu anak ke 7 dan ibu Mengatakan sakit pinggang dan ingin BAB 3.Riwayat menstruasi o Menorehoe : o Siklus : o Banyak nya : o Dismenorhoe : o Teratur / Tidak : o Lama nya : o Konsistensi darah :
4.Riwayat kehamilan HPHT : TTP : Keluhan-keluhan pada waktu : Trismester I : Trismester II : Trismester III : Kontrasepsi yang di gunakan : Keluhan-keluhan yang di rasakan : o Rasa lelah o Mual dan muntah o Nyeri perut o Sakit kepala yang berat o Penglihatan kabur o Rasa gatal pada vulva o Ngidam
5.Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita : o Jantung o Hipertensi o Ginjal o Asma o Hepatitis o HIV/AIDS o Lain-lain 6.Riwayat penyakit keluarga : o Hipertensi o Jantung o Asma o DM C.Data objektif Pemeriksaan fisik 1.Tanda vital o Tekanan darah o Denyut nadi o Pernapasan o Suhu 2.Tinggi badan : BB: 3.Muka o Kelopak mata o Konjungtiva o Skelera o Mulut dan gigi o Kelenjar thirid o Kelenjar getah bening o Dada o Payudara : Pembeasaran Benjolan Rasa nyeri Simetris o Abdomen Pembesaran Benjola Bekas luka operasi 4.Pemeriksaan kebidanan o Palpasi uterus Leopoid I Leopoid II Leopoid III Leopoid IV
o TFU o Kontraksi o Fetus : Letak Posisi Pergerakan TBJ Presentasi Penurunan o Auskultasi : DJJ o Perkusi o Gerakan 5.Genetalia o Vulva dan vagina o Luka o Kemerahan o Nyeri 6.Perenium o Bekas luka 7.Pemeriksaan uji diagnostik o HB o Protein urine o Glukosa urine ASESMENT (A Ny.m berumur 30 tahun dengan G:7 P:6 A:0 PLANING Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan Memberitahu keluarga bahwa ibu akan segera melahirkan Memberi support mental pada ibu Menganjurkan ibu untuk istirat jika tidak ada kontraksi Menganjurkan ibu untuk minum di saat tidak ada HIS Manganjurkan pada ibu tidur berbaring kekiri atau ke kanan Mengajurkan ibu untuk mengedan pda saat kontraksi BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu, pada kehamilan usia > 35 tahun, hamil usia dini dan pada wanita dengan kecacatan endomentrium akibat persalinan berulang atau currettage harus lebih waspada terhadap terjadinya plasenta previa.