HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN ( PICKY PICKY EATER) EATER) PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA HARAPAN MASA KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN TAHUN 2017
OLEH FITRI ELZA FIBRIAN 722406S14554
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Ridha Hayati, SKM, M.Kes NIDN 1124028301 1124028301
Bakhruddin, SP, M.Kes NIDN 1119046801 1119046801
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN ( PICKY PICKY EATER) EATER) PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA HARAPAN MASA KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN TAHUN 2017
OLEH FITRI ELZA FIBRIAN 722406S14554
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Ridha Hayati, SKM, M.Kes NIDN 1124028301 1124028301
Bakhruddin, SP, M.Kes NIDN 1119046801 1119046801
ii
HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah oleh :
Nama : FITRI ELZA FIBRIAN NIM
: 722406S14554
Telah dipertahankan didepan dewan penguji Pada tanggal 20 Juli 2017
Dewan penguji, Ketua (pembimbing I)
(Ridha Hayati, SKM,M.Kes) NIDN 1124028301 1124028301
Anggota (pembimbing II)
(Bakhruddin, SP, M.Kes) NIDN 1119046801 1119046801
Anggota (pembimbing III) Mengesahkan Direktur AKBID Banjarbaru (Cast Torizellia, S.ST) NIK 1124151091038 1124151091038
Gusti Evi Zaidati, S.SiT, M.Kes NIP 1124081089037 1124081089037
iii
KARYA TULIS ILMIAH FITRI ELZA FIBRIAN AKADEMI KEBIDANAN (AKBID) BANJARBARU TAHUN 2017 INTISARI FAKTOR-FAKTOR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN (PICKY EATER ) PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA HARAPAN MASA KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN TAHUN 2017 Latar Belakang : Pada tahun 2015 didapatkan 5 kasus balita gizi buruk dan terjadi peningkatan kasus gizi buruk di tahun 2014 ke 2015 di Kabupaten Tapin. Jumlah balita BGM di Kecamatan Tapin Selatan ada 11 (umur 24-59 bulan) diantaranya 8 laki-laki dan 3 perempuan. Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sulit Makan ( Picky ( Picky Eater ) Pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017. Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan tekhnik total sampling (75 responden). responden) . Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2017 dan pengumpulan data menggunakan menggunakan kuesioner. Hasil : Penelitian ini dari nafsu makan berkurang diketahui yaitu 15 orang (20,0%) memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara sulit makan dengan nafsu makan berkurang nilai p value value 0.000. Gangguan proses makan pada pencernaan diketahui yaitu 3 orang (4,0%) sehingga memperlihatkan ada hubungan antara sulit makan dengan gangguan proses makan pada pencernaan nilai p value 0.015, value 0.015, gangguan psikologis diketahui yaitu 4 orang (5,3%) sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan antara sulit makan dengan gangguan psikologis nilai p value 0.086. Kesimpulan : Faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak meliputi nafsu makan berkurang dan gangguan proses makan pada pencernaan dan kepada orang tua agar bisa lebih tepat memilih makanan yang cocok untuk usia anak terkait dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Kata kunci : Sulit Makan, Anak Prasekolah, Prasekolah, Kabupaten Tapin. Referensi : 27 referensi (2002-2011)
iv
WRITE SCIENTIFIC WORKS FIBRIAN, FITRI ELZA MIDWIFERY ACADEMY (AKBID) BANJARBARU YEAR 2017 ABSTRACT RELATED FACTORS WITH PICKY EATER ON THE PRESCHOOL CHILDREN IN HARAPAN MASA VILLAGE, SOUTH TAPIN SUBDISTRICT, TAPIN DISTRICT YEAR 2017
Background: . In the year 2015 got 5 cases of malnourished toddlers and an increase in malnutrition cases in 2014 to 2015 in Tapin District. The number of BGM children in Tapin Selatan District is 11 (aged 24-59 months) of which whic h 8 boy and 3 girls. Purpose: This research is to know the Factors Related to Picky Eater At Preschool Children In Harapan Masa Village, South Tapin Subdistrict, Tapin District Year 2017. Me M ethod hod: This research uses analytical method with total sampling technique (75 respondents). The study was conducted in June 2017 and data collection was conducted using a questionnaire. Results: This study of reduced appetite known that 15 people (20.0%) showed there was a significant relationship between picky to eat with poor appetite value p value 0.000. Feeding 0.000. Feeding disorders in the digestion is known to 3 people people (4.0%) so it shows there is a relationship between picky to eat with eating disorders on the digestion value p value 0.015, psychological 0.015, psychological disorder known that 4 people (5.3%) so that shows there is no relationship between picky to eat with psychological disorders p value 0.086. Conclusion: Factors associated with picky eating in children include reduced appetite and eating disorders in the digestive tract and to parents to be more appropriate to choose foods suitable for the age of children associated with the growth rate and development development of children.
K eywo ywor ds: P i cky E ater , P r eschoo schooler ler , T api n D i str str i ct. ct. R eferences ferences : 27 re r efere fer ences nces (2002 ( 2002-2011) -2011)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul "Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sulit Makan (Pi cky Eater ) Pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017". Penulisan karya
tulis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan ahli madya kebidanan di Akademi Kebidanan Banjarbaru. Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta saran yang berarti bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : Gusti Evi Zaidati, S.SiT, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Banjarbaru serta seluruh dosen dan civitas akademika Akademi Kebidanan Banjarbaru Yayasan Karya Husada Mandiri yang telah banyak membantu dan menyediakan fasilitas pendukung selama menempuh pendidikan dan penyusunan karya tulis ini. Ridha Hayati, SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan Bakhruddin SP. M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, masukan dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran serta keikhlasan hingga selesainya karya tulis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terimaksaih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin dan Kepala Puskesmas Tambarangan yang telah memberikan izin serta dukungan kepada penulis dalam
vi
melakukan penelitian, serta ucapan terimakasih kepada semua responden. Penelitian ini doa dan restu serta dukungan moril dan materil kedua orangtualah yang memotivasi peneliti sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian ini. Di samping seluruh guru-guru SDN Rangda Malingkung 1, MTsN 2 Rantau, SMKN 1 Tapin Selatan yang telah berjasa memberikan ilmu pengetahuan, serta teman-teman seperjuangan Akbid Banjarbaru angkatan 2014, serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT memberikan berkah, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua. Besar harapan karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin YaRobbil’ Alamin.
Banjarbaru,
2017 Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... INTISARI .......................................................................... ABSTRACT .......................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang .......................................................................... B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ......................................................................... D. Manfaat Penelitian....................................................................... E. Keaslian Penelitian ...................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. A. Konsep Dasar Balita .................................................................... B. Kesulitan Makan Pada Balita ...................................................... C. Kerangka Teori .......................................................................... D. Kerangka Konsep ........................................................................ E. Hipotesis .......................................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... A. Rancangan Penelitian .................................................................. B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... C. Subjek Penelitian ......................................................................... D. Sumber Data .......................................................................... E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................. F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data ....................................... G. Instrumen Penelitian .................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... B. Hasil Penelitian .......................................................................... C. Pembahasan .......................................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... A. Kesimpulan .......................................................................... B. Saran .......................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... LAMPIRAN ..........................................................................
viii
i ii iii iv v vi viii ix x xi 1 1 4 4 5 6 7 7 10 18 19 19 20 20 20 20 21 21 23 25 26 26 28 31 38 38 39 40 43
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
:Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu .............................. :Definisi Operasional ............................................................. :Sosial Budaya Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan ........ :Distribusi Frekuensi Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 .................................................................. :Distribusi Frekuensi Nafsu Makan Berkurang pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 ................................... :Distribusi Frekuensi Gangguan Proses Makan pada Pencernaan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 ...... :Distribusi Frekuensi Gangguan Psikologis pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 ................................... :Hubungan Nafsu Makan Berkurang dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 ......................... :Hubungan Gangguan Proses Makan pada Pencernaan dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 .......................................................................... :Hubungan Gangguan Psikologis dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 ...................................
ix
6 22 27
28
29
29
29
30
30
31
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2
: Kerangka Teori................................................................... : Kerangka Konsep ...............................................................
x
18 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5.
Lembar Permintaan Menjadi Responden Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lembar Kuesioner Penelitian Surat izin penelitian dari Akademi Kebidanan Banjarbaru Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dan penelitian penelitian. 6. Rekapitulasi data 7. Hasil uji SPSS 8. Lembar Undangan Sidang KTI 9. Lembar Berita Acara Pelaksanaan Ujian Sidang KTI 10. Lembar Konsul Bimbingan Penyusunan KTI 11. Dokumentasi Proses Penelitian
xi
dari
tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum
menggembirakan.
Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,
kurang Vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang Yodium dan gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah air. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan membagi makanan ditingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang berkualitas (Depkes RI, 2007). Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi (Kemenkes, RI, 2011). Angka kesakitan bayi balita menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya
1
2
daya tahan tubuh bayi dan anak balita.
Angka kesakitan ini juga dapat
dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesaehatan, layanan petugas kesehatan, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu (Aziz, 2009). Kesulitan makan pada anak balita merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Keluhan yang sering muncul adalah anak tidak mau makan, suka memakan makanan berupa makanan ringan dan jajanan lainnya, menolak makan, proses makan yang terlalu lama, hanya mau minum saja, kalau diberi makan muntah, mengeluh sakit perut, bahkan ada yang disuruh makan marah – marah bahkan mengamuk. Keluhan – keluhan yang sering muncul pada balita menunjukkan tanda – tanda gangguan kesulitan makan (Vina, 2011). Masalah sulit makan pada anak sifatnya kompleks dan perlu dicermati faktor penyebabnya. Kesulitan makan pada anak dibedakan menjadi tiga faktor yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan pada pencernaan dan pengaruh psikologis. Penanganan sulit makan pada anak secara optimal diharapkan akan mencegah timbulnya masalah gizi, terutama masalah kurang gizi, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia (Liza, 2010). Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi.
Bila
dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah
3
hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan.
Sedangkan faktor
psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang.
Penyebab sulit makan sangat banyak dan
bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak (Judarwanto, 2010) Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014 ada sekitar 3,1 juta anak diseluruh dunia yang meninggal akibat kekurangan gizi setiap hari. Kebanyakan dari mereka berusia di bawah 5 tahun. Indonesia ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk. Kasus gizi buruk di Kalimantan Selatan ditemukan jumlahnya mencapai 155 kasus dengan jumlah yang meninggal 16 balita (DinKes KalSel, 2015). Kasus gizi buruk tidak terdapat pada tahun 2014, terdapat 182 balita BGM atau 2,4% dari 7.460 balita yang ditimbang. Pada tahun 2015 didapatkan 5 kasus balita gizi buruk dan terjadi peningkatan kasus gizi buruk di tahun 2014 ke 2015 di Kabupaten Tapin. Jumlah balita BGM di Kecamatan Tapin Selatan ada 11 (umur 24-59 bulan) diantaranya 8 laki-laki dan 3 perempuan (Dinkes Tapin, 2015). Hasil pengamatan sementara yang dilakukan di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan didapatkan jumlah balita ada 148 balita dan anak prasekolah (3-6 tahun) berjumlah 75 anak. Balita yang BGM ada 1 anak. Di RT 06, jumlah balita 30 balita dan anak prasekolah (3-6 tahun) berjumlah 22 anak, diantaranya 12 laki-laki dan 10 perempuan, balita yang BGM ada 1 orang. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan 20 orang ibu dari rumah ke rumah, di
4
berikan pertanyaan, dari 17 orang ibu mengatakan anak-anak mereka susah makan, dimana ia jika bermain lama tidak ingat makan, dan suka meminta jajan sehingga tidak mau makan lagi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor -faktor yang Berhubungan dengan Sulit Makan ( Picky Eater ) pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor -faktor Apa saja yang Berhubungan dengan Sulit Makan ( Picky Eater ) pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sulit Makan ( Picky Eater ) pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017.
5
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan nafsu makan dengan sulit makan pada anak prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin tahun 2017. b. Mengetahui hubungan gangguan proses makan pada pencernaan dengan sulit makan pada anak prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin tahun 2017. c. Mengetahui hubungan gangguan psikologis dengan sulit makan pada anak prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat Menambah informasi bagi masyarakat terutama pada orang tua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada dilapangan dan pengalaman yang sangat berguna dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.
6
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu No 1.
Judul/ Peneliti Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang TigaKabupaten Pidie Tahun 2013. Oleh Nurjannah
Pembeda Anak balita / Tahun 2013
Metode Analitik
Waktu/Tempat 12-14 September 2013 / TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie
Hasil Ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dan gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara gangguan psikologis dengan sulit makan.
2.
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Makan Pada Anak Usia Prasekolah Di Dusun Pagut Desa Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Oleh Siti Aizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Anak Prasekolah (4-6 tahun) / Tahun 2009
Deskriptif
Oktober 2008Juni 2009 / Dusun Pagut Desa Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Kesulitan makan anak prasekolah disebabkan oleh dua faktor yaitu internal (aturan makan yang ketat, ibu suka memaksakan kehendak, hubungan keluarga tidak harmonis, gangguan gigi dan rongga mulut dan anak mengalami alergi makanan) dan faktor eksternal (anak senang mengkonsumsi makanan ringan, anak suka menu masakan yang berubahrubah, anak jika asyik bermain lupa makan, anak beralasan tidak mau makan karena masih kenyang, anak bosan dengan menu masakan yang disajikan dan ibu malas makan maka anak juga malas makan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Balita
1. Definisi Balita Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun, sehingga bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya (Suparyanto, 2011). Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot (Murwani, 2009). Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi (Kemenkes RI, 2011). Setiap individu mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari individu dan lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor herediter, lingkungan, budaya lingkungan, sosial ekonomi, iklim/cuaca, nutrisi dan lain-lain (Aziz, 2006).
7
8
2. Penyediaan Menu Seimbang Balita Konsep dasar gizi seimbang merupakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya yang harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan (Dirjenbinkesmas, 2002). Gizi anak memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.
Kekurangan makanan yang bergizi akan meyebabkan retardasi
pertumbuhan anak, makan yang berlebihan juga tidak baik karena akan menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas anak (Soetjiningsih, 2005). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Suparyanto, 2011). Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu, bubur sereal, bubur beras, roti, ikan, daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak
9
perlu diblender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar mengunyah (Rumdasih dkk, 2005). Keadaan
gizi
yang
baik
merupakan
prasyarat
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
utama
dalam
Pada disetiap siklus
kehidupan, yang dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007). 3. Kebutuhan Gizi Balita Menurut Suparyanto (2011), kebutuhan gizi pada balita meliputi: a. Kebutuhan energi, kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan
dengan
orang
dewasa,
pertumbuhannya masih sangat pesat.
sebab
pada
usia
tersebut
Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia. b. Kebutuhan zat pembangun, secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. c. Kebutuhan zat pengatur, kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. Pemberian makanan pada balita sebagaimana halnya kelompok usia lain yang lebih tua, harus memenuhi kebutuhan balita itu yang meliputi kebutuhan kalori serta
10
kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi lima komponen dasar yakni: hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin (termasuk air dalam keadaan yang cukup). 4. Pengaturan Makanan Balita Menurut Jitowiyono (2010) dalam memenuhi kebutuhan gizi anak usia 1-5 tahun hendaknya digunakan kebutuhan prinsip, yaitu bahan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh yang terdiri atas : a Kalori (yang berasal dari makanan pokok, minyak, zat lemak, gula dan lainlain), yang diperlukan sebagai sumber kalori/energi bagi tubuh. b Protein nabati dan hewani (seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan lain-lain), sebagai zat pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang punah/mati. c Vitamin, berupa sayuran dan mineral, buah-buahan, jika anak menolak sayuran cara pemberiannya sebaiknya bervariasi disesuaikan dengan selera anak. Jika anak menolak gantilah sayuran dengan menambah buah-buahan yang penting anak mendapat vitamin dan mineral serta kebutuhan gizi anak terpenuhi. d Makanan selingan (makanan ringan) misalnya biskuit dan semacamnya diberikan antara waktu makan pagi, siang dan malam.
B. Kesulitan Makan Pada Balita
1. Pengertian Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga,
11
khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrisi) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Sunaryo, 2009). Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Judarwanto, 2010). Kesulitan
makan
merupakan
ketidakmampuan
anak
untuk
mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal, sehingga deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan (Soedibyo dan Mulyani, 2009). 2. Gejala dan Keluhan Menurut Sunaryo (2009), jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu.
Keluhan yang biasa disampaikan berbagai
macam di antaranya : a Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan
12
b Mau makan tetapi tidak mau menelan c Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan d Penolakan atau melawan pada waktu makan e Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika) f Hanya mau makan jenis tertentu saja g Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan h Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan dan keluhan lain Sedangkan menurut Judarwanto (2010) Gejala kesulitan makan pada anak adalah: a Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak b Makan berlama-lama dan memainkan makanan c Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat d Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orang tua e Tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan f Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil. 3. Faktor Sulit Makan Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan pada pencernaan dan pengaruh psikologis. Ketiga faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul bersamaan (Judarwanto, 2010)
13
a. Nafsu Makan Berkurang Atau Hilang Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infeksi cacing dan sebagainya (Sunaryo, 2009). Menurut Supartini (2004) beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1). Nafsu makan berkurang 2). Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain 3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru 4). Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga. b. Gangguan Proses Makan pada Pencernaan Gangguan proses makan pada pencernaan tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan
mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna.
Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras
seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan
14
beberapa kunyahan.
Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga
mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja (Judarwanto, 2010). Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan (Sunaryo, 2009). c. Gangguan psikologis Gangguan psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog (Judarwanto, 2010). Sedangkan Sunaryo (2009) menguraikan faktor gangguan atau kelainan psikologis dalam dasar Teori Motivasi dengan Lingkaran Motivasinya.
15
1). Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya. Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, saat memberikan makanan adalah tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok.
Hal ini semua menyebabkan
kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan. 2). Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. 3). Anak dalam kondisi (yang tidak sehat atau emosi tidak senang), misalnya anak dalam keadaan demam atau anak sedang ada masalah dengan temannya dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan. 4). Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik.
Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan
sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya. 4. Penatalaksanaan Menurut Enny (2009) untuk mengatasi anak susah makan dapat dilakukan dengan cara: a Ciptakan suasana yang menyenangkan misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang menarik b Hindarkan gaya memaksa dan mengancam dalam membujuk anak c Libatkan anak untuk menyiapkan makanan
16
d Hindarkan memberi isyarat makanan penutup sebagai hadiah e Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan. Sedangkan Supartini (2004), menganjurkan kepada orangtua agar : a Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi b Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit berikan dengan frekuensi lebih sering yaitu 4-5 kali sehari.
Apabila memberi makanan
padat seperti nasi yaitu 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau kudapan diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari. c Izinkan anak membantu orang tua menyiapkan makanan d Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru e Fasilitasi anak untuk mengekspresikan ide, pikiran serta perasaan saat makan bersama. Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu, orang tua tidak perlu gusar asal makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Sementara orang tua tidak boleh jera menawarkan kembali jenis
makanan lain setiap kali makan (Arisman, 2007). Faktor
psikososial
yang
berpengaruh
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan. Orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian
17
khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang (Supariasa, 2004). 5. Dampak Kesulitan Makan Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP) (Sunaryo, 2009).
18
C. Kerangka Teori
Penyediaan menu seimbang
Kebutuhan gizi
Pengaturan makanan
Gejala dan keluhan
Sulit makan ( Picky Eater ) pada anak
Penyebab
Penatalaksanaan
Dampak
Gambar 3.1 Kerangka Teori
Sumber : WHO (World Health Organization) tahun 2010.
19
D. Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Nafsu makan berkurang
Sulit makan ( Picky Eater ) pada anak
Gangguan proses makan pada pencernaan Gangguan psikologis
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ada hubungan nafsu makan berkurang terhadap sulit makan pada anak. 2. Ada hubungan gangguan proses makan di mulut terhadap sulit makan pada anak. 3. Ada hubungan gangguan psikologis terhadap sulit makan pada anak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu , dimana pengumpulan data variable Dependen dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer, yang dilakukan selama proses penelitian, yaitu pada tanggal 21 sampai 24 Juni tahun 2017 di Kabupaten Tapin.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 21 sampai 24 Juni tahun 2017.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak prasekolah (3-6 tahun) di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin berjumlah 75 orang (total sampling ).
20
21
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. 1. Data Primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (objek penelitian), data primer dapat diperoleh melalui kuesioner dan observasi. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada semua ibu yang mempunyai anak prasekolah (3-6 tahun) di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Data sekunder didapat dari instansi kesehatan Kabupaten Tapin (Desa Harapan Masa) serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian a
Variabel bebas yaitu nafsu makan berkurang, gangguan proses makan di pencernaan dan gangguan psikologis.
b
Variabel terikat yaitu sulit makan.
22
2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
1
2.
Variabel
Definisi Operasional
Variabel dependen Sulit makan Anak tidak mau atau pada anak menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar)
Variabel independen Nafsu makan Memakan makan hanya berkurang sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama.
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Wawancara
Kuesioner 1. Sulit makan , jika Sebanyak menjawab ya ≥ 50% 7 ( minimal 4 pertanyaan pertanyaan ) 2. Tidak sulit makan, jika menjawab ya < 50% ( maksimal 3 pertanyaan ) (Judarwanto, 2010)
Ordinal
Wawancara
Kuesioner 1. Nafsu makan sebanyak berkurang , jika 10 menjawab ya ≥ 50% pertanyaan (minimal 6 pertanyaan ) 2. Nafsu makan baik, jika menjawab ya < 50% ( maksimal 5 pertanyaan ) (Judarwanto, 2010) Kuesioner 1. Ada gangguan , sebanyak jika menjawab ya ≥ 10 50% (minimal 6 pertanyaan pertanyaan ) 2. Tidak ada gangguan, jika menjawab ya < 50% ( maksimal 5 pertanyaan ) (Judarwanto, 2010) Kuesioner 1. Ada gangguan , sebanyak jika menjawab ya ≥ 10 50% (minimal 6 pertanyaan pertanyaan ) 2. Tidak ada gangguan, jika menjawab ya < 50% ( maksimal 5 pertanyaan ) (Judarwanto, 2010)
Ordinal
3.
Gangguan Adanyan gangguan makan Proses makan berupa gangguan pada mengunyah makanan yang pencernaan disebabkan oleh tumbuh gigi baru, sariawan dan gangguan lainnya
Wawancara
4.
Gangguan Psikologis
Wawancara
Gangguan psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental..
Alat Ukur
Ordinal
Ordinal
23
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data a. Editing,
adalah upaya untuk memeriksa kembali kuesioner yang
dikumpulkan, pada penelitian ini editing dilakukan dengan cara memeriksa jawaban dari kuesioner, kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing sebaiknya dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai segera lengkapi. b. Coding, adalah kegiatan mengubah data dari berbentuk kalimat atau huruf, jadi pada penelitian ini, pemberian code (coding ) adalah jumlah jawaban ya menjadi 1 dan jawaban tidak menjadi angka 2, untuk memudahkan dalam pengolahan dan analisis data. c. Skoring 1). Sulit makan pada anak a). Sulit makan
:1
b). Tidak sulit makan
:2
2). Nafsu makan berkurang a). Nafsu makan berkurang : 1 b). Nafsu makan baik
:2
3). Gangguan proses makan pada pencernaan a). Ada gangguan
:1
b). Tidak ada gangguan
:2
4). Gangguan psikologis a). Ada gangguan
:1
b). Tidak ada gangguan
:2
24
d. Entry data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan dan di beri kode kedalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigensi. e. Analisis data, dalam melakukan tekhnik analisis disesuaikan dengan tujuan yang hendak diteliti. f. Tabulating , adalah kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005).
Kemudian ditentukan
persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut.
P= Keterangan : P = Persentase n = Sampel F = Frekuensi teramati
f n
x 100%
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test ( X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui
25
ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program komputer.
Melalui perhitungan uji Chi Square
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
x 2 = ∑
(O−E) E
Keterangan : O E Nilai E Df
= frekuensi hasil observasi = frekuensi yang diharapkan = (jumlah sebaris x Jumlah sekolom/jumlah data) = (b-1) (k-1)
Dalam melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi syarat : 1. Survey dipilih secara acak 2. Semua pengamatan dilakukan dengan independen 3. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel 4. Besar sampel sebaiknya >40 (Sugiyono,2008)
G. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi 37 pertanyaan, dengan 7 pertanyaan tentang
sulit makan, 10 pertanyaan tentang
nafsu makan berkurang, 10 pertanyaan tentang gangguan proses makan pada pencernaan dan 10 pertanyaan tentang gangguan psikologis yang diadopsi dan dimodifikasi dari Nurjannah (2013).
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin provinsi Kalimantan Selatan Desa Harapan Masa berada di dataran rendah di wilayah Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin provinsi Kalimantan Selatan dan berjarak ± 107 Km dari Ibukota Provinsi yaitu Banjarmasin. Berada pada ketinggian 3-8 km di atas permukaan laut, luas wilayah Desa Harapan Masa 2500 Ha yang sebagian besar merupakan wilayah pertanian , terdiri atas areal pemukiman seluas 502,9 Ha, persawahan 1820 Ha, perkebunan 120,10 Ha dan pekarangan 57 Ha. 2. Jumlah Penduduk Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin provinsi Kalimantan Selatan Jumlah penduduk Harapan Masa untuk data tahun 2016 ± 1461 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 715 jiwa perempuan 746 jiwa, jumlah balita ada 148 balita dan anak prasekolah usia 3-6 tahun berjumlah 75 jiwa, yang terbagi 441 KK. Jumlah tersebut jumlah kepala keluarga yang tergolong sebagai Rumah Tangga Miskin 87 KK. 3. Mata Pencaharian Penduduk Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin provinsi Kalimantan Selatan Mata pencaharian penduduk sebagai petani mencapai 70,5% sesuai dengan kondisi wilayah Desa Harapan Masa sebagian besar merupakan lahan pertanian dengan pendapat rata-rata dibawah standar. Berprofesi sebagai
26
27
karyawan swasta 2,4%, peternak 5%, pedagang 3,4%, PNS/TNI POLRI 2,5% dan lain sebagainya. 4. Tabel 4.1 Sosial Budaya Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin provinsi Kalimantan Selatan No 1.
URAIAN Kependudukan a. Jumlah Penduduk (jiwa) b. Jumlah KK c. Jumlah Laki-laki Usia 0-15 tahun Usia 16-55 tahun Diatas 55 tahun d. Jumlah Perempuan Usia 0-15 tahun Usia 16-55 tahun Diatas 55 tahun Kesejahteraan Sosial a. Jumlah KK prasejahtera b. Jumlah KK sejahtera c. Jumlah KK sedang d. Jumlah KK kaya Tingkat Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA e. Tamat D1/Sederajat f. Tamat D2/Sederajat g. Tamat D3/Sederajat h. Tamat S1/sederajat i. Tamat S2/Sederajat Mata Pencaharian a. Buruh tani b. Petani c. Peternak
2
3
4
d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Pedagang Tukang kayu Tukang batu PNS Pensiunan TNI/POLRI Perangkat desa Penjahit Industry kecil
m. Karyawan perusahaan swasta n. Montir o. Dosen swasta
JUMLAH
KETERANGAN
1461 441 715 180 421 52 746 202 520 67
87 120 206 28 69 630 264 230 4 8 16 1
Usia 18-56 tahun
400 421 -
Peternak ayam pedaging
26 5 29 5 1 7 1 237
Pengrajin dan makanan ringan
29 1
28
p. q. r. s. t. 5
Pembantu Rumah Tangga Arsitektur Pengusaha Besar Dukun kampung terlatih Lain-lain
Agama a. Islam b. Kristen Khatolik c. Kristen Protestan d. Hindu e. Budha
1 -
SPBU Pengobatan Alternatif
1461
Letak geografis Desa Harapan Masa terdiri dari : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Purut kecamatan Bungur. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Shabah kecamatan Bungur. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sawang kecamatan Tapin Selatan. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Timbaan kecamatan Tapin Selatan.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 21 sampai 24 Juni 2017 dengan menggunakan kuesioner adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin No. 1. 2.
Sulit Makan Pada Anak Ya Tidak Total
frekuensi 26 49 75
% 34,7 65,3 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 75 responden mayoritas anak prasekolah tidak mengalami sulit makan yaitu 49 orang (65,3%) dan hanya 26 orang (34,7%) yang mengalami sulit makan .
29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nafsu Makan Berkurang pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin No. 1. 2.
Nafsu Makan Berkurang Ya Tidak Total
frekuensi 22 53 75
% 29,3 70,7 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 75 responden mayoritas anak prasekolah tidak mengalami nafsu makan berkurang yaitu 53 orang (70,7%) dan hanya 22 orang (29,3%) yang mengalami nafsu makan berkurang. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gangguan Proses Makan pada Pencernaan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin No. 1. 2.
Gangguan Proses Makan Ya Tidak Total
frekuensi 3 72 75
% 4 96 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 75 responden mayoritas anak prasekolah tidak mengalami gangguan proses makan pada pencernaan yaitu 72 orang (96%) dan hanya 3 orang (4,0%) yang mengalami gangguan proses makan. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gangguan Psikologis pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin No. 1. 2.
Gangguan Proses Makan Ya Tidak Total
frekuensi 6 69 75
% 8 92 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 75 responden mayoritas anak prasekolah tidak mengalami gangguan psikologis yaitu 69 orang (92%) dan hanya 6 orang (8,0%) yang mengalami gangguan psikologis.
30
Tabel 4.6 Hubungan Nafsu Makan Berkurang Dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin
P value No
1. 2.
Sulit Makan Pada Anak
Nafsu Makan Berkurang
Ya Tidak Jumlah
Ya f 15 11 26
% 20,0 14,7 35,7
Tidak f % 7 9,3 42 56,0 49 65,3
Total f % 22 100 53 100 75 100
0,000
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p Value 0,000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak. Tabel 4.7 Hubungan Gangguan Proses Makan pada Pencernaan D engan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan T apin Selatan Kabupaten Tapin
P value No
1. 2.
Sulit Makan Pada Anak
Gangguan Proses Makan
Ya Tidak Jumlah
Ya f 3 23 26
% 4,0 30,7 35,7
Tidak f % 0 0 49 65,3 49 65,3
Total f % 3 100 72 100 75 100
0,015
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p Value 0,015 sehingga memperlihatkan ada hubungan antara gangguan proses makan pada pencernaan dengan terjadinya sulit makan pada anak.
31
Tabel 4.8 Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin
P value No
1. 2.
Sulit Makan Pada Anak
Gangguan Psikologis
Ya Tidak Jumlah
Ya f 4 22 26
% 5,3 29,3 35,7
Tidak f % 2 2,7 47 62,7 49 65,3
Total f % 6 100 69 100 75 100
0,086
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0,086 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan antara gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak.
C. Pembahasan
1. Faktor Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui minoritas anak prasekolah sulit makan sebanyak 26 orang (34,7%), anak selalu menolak makanan yang diberikan karena anak lebih tertarik membeli makanan atau jajanan di luar sedangkan jawaban ibu yang paling sedikit yaitu ibu tidak selalu memberi makan anak ibu tiga kali sehari karena anak sulit untuk makan. Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara ilmiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah
32
yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan. Berdasarkan
penelitian
Siti
Aizah
(2009),
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 24 anak yang diteliti didapatkan 18 (75,0%) anak kesulitan makan disebabkan anak senang mengkonsumsi makanan ringan. Berdasarkan penelitian Nurjannah (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 anak yang diteliti didapatkan 16 (32,0%) anak mengalami sulit makan, dan ini merupakan masalah yang sering dialami orangtua atau pengasuh anak yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, apabila tidak segera diatasi. 2. Faktor Nafsu Makan Berkurang pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui minoritas nafsu makan berkurang, yaitu 22 orang (29,3%) dimana anak tidak menghabiskan makanan yang dimakan dan jika memakan makanan selalu ada sisa karena anak telah kenyang memakan makanan atau jajanan luar terlebih dahulu, sedangkan jawaban ibu yang paling sedikit yaitu anak tidak tertarik dengan makanan yang diberikan setiap harinya karena terkadang menu makanan tidak sesuai dengan yang anak inginkan. Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk
33
mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan
kenikmatan
bagi
anak
maupun
bagi
pemberinya
terutama
ibu
(Sunaryo,2009). Berdasarkan
penelitian
Siti
Aizah
(2009)
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 24 anak yang diteliti didapatkan 9 (37,5%) anak kesulitan makan disebabkan oleh anak beralasan tidak mau makan karena masih kenyang. Berdasarkan penelitian Nurjannah (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 anak yang diteliti didapatkan 22 (44,0%) anak mengalami nafsu makan berkurang, sehingga orangtua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi anak dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan. 3. Faktor Gangguan Proses Makan pada Pencernaan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui minoritas gangguan proses makan pada pencernaan, yaitu 3 orang (4,0%) dimana anak ibu mengalami gangguan saat mengunyah, anak ibu mengalami sariawan, anak ibu mengalami sakit tenggorokkan, anak ibu tidak dapat menelan bila bukan makanan lembek dan anak ibu mengalami sakit gusi, sedangkan jawaban ibu yang paling sedikit yaitu anak mengalami mual dan mengalami batuk pilek karena anak sedang sakit. Menurut Judarwanto (2010) Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama
34
penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat ini mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Berdasarkan
penelitian
Siti
Aizah
(2009)
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 24 responden yang diteliti didapatkan 21 (87,5%) anak kesulitan makan disebabkan oleh gangguan gigi dan rongga mulut. Berdasarkan penelitian Nurjannah (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 anak didapatkan 16 (32,0%) anak mengalami gangguan proses makan akibat makanan yang dimakan kurang kebersihannya. 4. Faktor Gangguan Psikologis pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui minoritas gangguan psikologis, yaitu 6 orang (8,0%) dimana orangtua tidak pernah makan bersama dengan anak karena pekerjaan sehingga orangtua dan anaknya jarang makan bersama, sedangkan jawaban ibu yang paling sedikit yaitu orangtua memarahi anak jika tidak mau makan karena orangtua takut anaknya sakit. Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan (Supariasa, 2004). Berdasarkan
penelitian
Siti
Aizah
(2013)
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 24 anak yang diteliti didapatkan 4 (16,67%) anak yang mengalami sulit makan karena hubungan keluarga yang tidak harmonis.
35
Berdasarkan penelitian Nurjannah (2013) hasil menunjukkan bahwa dari 50 anak didapatkan 5 (10,0%) anak mengalami gangguan psikologis dikarenakan hubungan yang tidak harmonis. 5. Hubungan Nafsu Makan Berkurang Dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. Berdasarkan Tabel 4.3, setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p Value 0,000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak. Pengaruh
hilang
atau
berkurangnya
nafsu
makan
tampaknya
merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orangtua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto,2010). Berdasarkan hasil penelitian Nurjannah (2013) ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji satistik dengan Chi Square didapatkan nilai p value 0.000. Berdasarkan penelitian Siti Aizah (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa
36
dari 24 anak yang diteliti didapatkan 9 (37,5%) anak kesulitan makan disebabkan oleh anak beralasan tidak mau makan karena masih ken yang 6. Hubungan Gangguan Proses Makan pada Pencernaan Dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Berdasarkan Tabel 4.3, setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p Value 0,015 sehingga memperlihatkan ada hubungan antara gangguan proses makan pada pencernaan dengan terjadinya sulit makan pada anak. Penyebab sulit makan sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekhawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam diantaranya (Sunaryo,2009). Berdasarkan hasil penelitian Nurjannah (2013) ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji satistik dengan Chi Square didapatkan nilai p value 0.000. Berdasarkan penelitian Siti Aizah (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 responden yang diteliti didapatkan 21 (87,5%) anak kesulitan makan disebabkan oleh gangguan gigi dan rongga mulut.
37
7. Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Sulit Makan pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Berdasarkan Tabel 4.3, setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p Value 0,086 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan antara gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak. Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan psikologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orangtua bekerjasama dengan psikiater atau psikolog. Berdasarkan hasil penelitian Nurjannah (2013) tidak ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji satistik dengan Chi Square didapatkan nilai p value 0.311. Berdasarkan penelitian Siti Aizah (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 anak yang diteliti didapatkan 4 (16,67%) anak yang mengalami sulit makan karena hubungan keluarga yang tidak harmonis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Sulit Makan Pada Anak Prasekolah di Desa Harapan Masa Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin Tahun 2017 dapat disimpulkan : 1. Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, yaitu nafsu makan berkurang, gangguan proses makan pada pencernaan dan gangguan psikologis, dimana faktor yang paling dominan adalah anak yang mengalami nafsu makan berkurang sebanyak 22 (29,3%) anak. 2. Ada hubungan yang signifikan (Ho ditolak) antara faktor nafsu makan berkurang dengan sulit makan yaitu sebesar p value = 0,000 | p value < α = 0,05. 3. Ada hubungan (Ho ditolak) antara gangguan proses makan pada pencernaan dengan sulit makan yaitu sebesar p value = 0,015 | p value < α = 0,05. 4. Tidak ada hubungan antara gangguan psikologis dengan sulit makan yaitu sebesar p value = 0,086 | p value < α = 0,05.
38
39
B. Saran
1. Bagi masyarakat, untuk menambah informasi bagi masyarakat dan menambah pengetahuan orang tua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak. 2. Bagi tempat penelitian, sebagai informasi ulang dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sehingga kesulitan makan pada anak dapat diatas. 3. Bagi petugas kesehatan, diharapkan petugas kesehatan dapat lebih memberikan penyuluhan kepada orang tua agar bisa lebih tepat memilih makanan yang cocok untuk usia anak terkait dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. 4. Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan keefektifan dalam belajar, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasikan pelajaran yang telah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber-sumber buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam mendukung pembuatan karya tulis ilmiah bagi mahasiswa semester akhir.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2007. "Gizi Dalam Daur Kehidupan" . http://library.um.ac.id/freecontents/index.php/buku/detail/gizi-dalam-daur-kehidupan-oleh-arisman2965.html. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 18.35 WIB. Aziz. 2006. " Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan" . http://lib.fkik.uinjkt.ac.id/caripustaka.php?kategori=4&jenis=11&kata_kunc i=A.%20Aziz%20Alimul%20HIDAYAT. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 18.50 WIB. Aziz.
2009 . " Ilmu Kesehatan Anak" . http://rsud.patikab.go.id/download/KESULITAN%20MAKAN%20PADA% 20ANAK.pdf. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 19.00 WIB
Budiarto. 2005 " Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat" . http://www.perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha/opac search.pl?q=ccl%3Dpb:Penerbit+Buku+Kedokteran+EGC,+&sort_by=call_ number_asc. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 19.20 WIB. Depkes RI. 2007. " Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)". http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/strategi-KIEKadarzi.pdf. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 19.30 WIB. Depkes RI. 2002. "Pedoman Umum Gizi Seimbang" . http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 19.40 WIB. Dinkes Kalsel.2015.Profil Kesehatan Kalimantan Selatan. http://dinkes.kalselprov.go.id/ . Rabu 22 Maret 2017. Pukul 20.30 WIB. Dinkes Tapin.2015.Profil Kesehatan Kabupaten Tapin. https://www.researchgate.net/publication/302332890_Profil_Dinkes_Tapin_ 2015 Rabu 22 Maret 2017. Pukul 22.00 WIB Enny. 2009. "Mengatasi Anak Yang Susah Makan". http://medica store.com/artikel/257/index.html. Diunduh pada tanggal 18 Maret 2017, Pukul 17.00 WIB Jitowiyono. 2010. " Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak" . http://library.poltekkestjk.ac.id/index.php?resultXML=true&author=%22Sugeng+Jitowiyono%2C +S.Kep%2CNs%22&search=Search. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 19.45 WIB. Judarwanto. 2010. "Gangguan Proses Makan Pada Anak, Picky Eaters" . https://mypickyeaters.wordpress.com/2009/04/23/picky-eaters-danoverdiagnosis-tbc/. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 19.55 WIB. Kemenkes RI. 2011. " Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan)".
41
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/cover-PMT-Balita-danBumil-BOK.pdf. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 20.10 WIB. Liza. 2010. "Cara Mencengah Sulit Makan pada Bayi dan Anak Balita" http://childrengrowup.wordpress.com/2012/02/26/deteksi-dini kesulitanmakan- pada-anak-cegah-komplikasi-di-masa-depan/. Minggu, 20 Maret 2017, Pukul 11.00 WIB. Murwani. 2009. " Pengantar Konsep Dasar Keperawatan" . http://www.onesearch.id/Author/Home?author=Arita+Murwani. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 20.20 WIB. Notoatmojo.2005." Metodelogi Penelitian Kesehatan" . http://www.perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha/opacsearch.pl?q=au:Notoatmodjo%2C%20Soekidjo. Rabu, 2 Agustus 2017,, pukul 20.30 WIB. Nurjannah. 2013. "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga" KTI mahasiswa STIKes U’Budiyah Banda Aceh. simtakp.uui.ac.id/dockti/NURJANNAH-nurjannah.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 20.45 WIB Rumdasih dkk. 2005. "Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi" . https://core.ac.uk/download/pdf/12351409.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 20.55 WIB. Siti. 2009."Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Makan Pada Anak Usia Prasekolah Di Dusun Pagut Desa Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri".KTI mahasiswa Universitas Nusantara Pgri, Kediri. http://lp2m.unpkediri.ac.id/jurnal/pages/efektor/Nomor15/siti_aiz.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 21.05 WIB. Soedibyo dan Mulyani. 2009, Kesulitan Makan Pada Pasien: Survey Di Unit Pediatri Rawat Jalan. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=385034&val=6447&titl e=FAKTOR%20FAKTOR%20YANG%20BERHUBUNGAN%20DENGA N%20PERILAKU%20KESULITAN%20MAKAN%20ANAK%20PRASE KOLAH. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 21.20 WIB. Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak . http://library.um.ac.id/freecontents/index.php/buku/detail/tumbuh-kembang-anak-soetjiningsih38080.html. Rabu, 2 Agutus 2017, pukul 21.45 WIB. Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. http://cvalfabeta.com/0223-detailmetode_penelitian_kuantitatif_kualitatif_dan_r&d.html. Rabu, 2 Agustus 2017, pukul 22.05 WIB.
42
Sunaryo. 2009. Kesulitan Makan Pada Anak . http://rsud.patikab.go.id/download/KESULITAN%20MAKAN%20PADA% 20ANAK.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 22.27 WIB. Supariasa. 2004. " Penilaian Status Gizi" . http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=pdf/abstrak-133066.pdf. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 22.35 WIB. Supartini. 2004. " Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak" . http://library.poltekkespalembang.ac.id/keplinggau/index.php?p=show_deta il&id=1171&keywords=. Rabu 2 Agustus 2017, pukul 22.45 WIB. Suparyanto.2011. Pemenuhan Gizi Pada Balita. http://drsuparyanto.com/2011/10/pemenuhan-gizi-pada-balita.html. Selasa 21 Maret 2017, Pukul 21.00 WIB. Vina. 2011. "Kesulitan Makan Dan Cara Mengatasi Anak Sulit Makan". http://rumahkusorgaku.com/journal/item/35 Senin 20 Maret 2017, Pukul 20.00 WIB World Health Organization.2014. Angka Gizi Buruk . https://www.who.org/indonesia/id/media_21393.html Selasa 21 Maret 2017. Pukul 21.20 WIB