ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO Oleh : Bakhtiar ( Alumni UNKHAIR Ternate/Mahasiswa Ternate/Mahasiswa Prodi Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )
Judy O. Waani ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur Arsitektur Pascasarjana Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Ratulangi )
Joseph Rengkung ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur Arsitektur Pascasarjana Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Ratulangi )
Abstrak Arsitektur dan manusia adalah timbal-balik dalam hubungannya. Ini berarti bahwa satu tinjauan dapat dikatakan bahwa arsitektur itu bergantung pada manusia penghadir arsitektur. Arsitektur Nusantara yang hadir merupakan ha sil cipta dan rasa dari pengetahuan kelisanan a nakbangsa Nusantara. Perwujudan dari pengetahuan kelisanan yang terdiri dari aspek-aspek tan-ragawi (gagasan, norma, status maupun nilai perlambangan) dimanifestasikan ke dalam bentukan arsitektural (baik berupa persolekan/dekorasiornamnetasi, maupun warna). Di sini, pengetahuan tan-ragawi (esensi) maupun ragawi (bentuk) menjadi suatu rekaman-rekaman pengetahuan arsitektur Nusantara yang sudah ditumbuhkembangkan sejak sebelum republik ini dibentuk. Mengutip pernyataan Prijotomo (2004) bahwa, “..arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang berlandaskan dan dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur..”. Studi ini mengkaji tentang tentang Teori arsitektur Nusantara menurut pemikiran Josef Prijotomo. Prijotomo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan teori kritis. Pemilihan sampel secara bertujuan (purposive sample). Analisis data menggunakan analisis isi (content analisys). Data hasil analisis kemudian dikomparasikan dengan kajian Tipe teori arsitektur. Tujuannya adalah menemukan Tipe teori p ada arsitektur Nusantara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur Nusantara menempatkan posisinya pada tipe “Theory In Architecture” dari Edward Robbins, teori Normatif dari Jon Lang dan teori Preskriptif dari Kate Nesbitt. Kata Kunci : arsitektur Nusantara, tipe teori, pengetahuan a rsitektur
kebenarannya dan memiliki manfaat bagi
I. PENDAHULUAN
Beberapa pengertian dan fungsi teori antara lain adalah merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai
kehidupan. Walaupun demikian, teori di dalam
terintegrasi
Seperangkat secara
proposisi
sintaksis,
yang
maksudnya
adalah mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. (Wahid dan Alamsyah, 2013:1). Teori-teori yang berupa spekulasi-spekulasi yang sampai saat
ini
yang
tidak
dapat
ditolak
pengetahuan
masih
mutlak
keberadaannya. Tulisan ini berisi laporan hasil studi
suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
ilmu
pemikiran teori dan metoda perancangan arsitektur Arsitektur
Nusantara
menurut
Nusantara
Prijotomo.
memang
bukanlah
arsitektur tradisional, walaupun keduanya menunjuk pada sosok arsitektur yang sama yakni, arsitektur yang ditumbuh kembangkan oleh demikian banyak anak bangsa atau sukusuku
bangsa
di
Indonesia.
Arsitektur
Nusantara ini telah menempatkan dirinya menjadi
salah
satu
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 32 -
kekayaan
jatidiri
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
kemanusiaan dan arsitektur menempatkan
tantangan. Teori juga membahas tentang
dirinya sebagai salah satu pernyataan jatidiri
arsitektur dan alam yang dikembangkan
anak bangsa Nusantara.
melalui pembangunan bangunan, merombak
Pengkinian menjadi
arsitektur
langkah
pokok
Nusantara
dalam
menjaga
sifat fluktuasi dari simpati, harmoni dan intergritas dari alam.
kesinambungan antara asitektur masa lampau
Attoe
(dalam
Snyder,1979:37-38)
(baca: arsitektur Klasik Indonesia) dengan
memberikan
masa kini dan masa mendatang. Pengkinian
tentang teori arsitektur sebagai berikut:
bukan berarti kembali ke masa lampau, la mpau, tetapi
- Teori
beberapa
dalam
dasar
arsitektur
pemikiran
membicarakan
arsitektur masa lampu dijadikan sebagai
apakah arsitektur, apa yang harus dilakukan
sumber kreatifitas dan akar kearsitekturan di
(dicapai),
Indonesia.
sejarah yang berkaitan dengan arsitektur,
atas
Nusantara
dasar
inilah,
dibangun
pengetahuan
yang
dipangkalkan
dari
pengetahuan
arsitektur
sebagai dilandaskan filsafat,
ilmu
arsitektur.
memanfaatkan
sebuah
sebagai
teori-teori,
(sejarah),
peristiwa-
dan
perancangan dan bangunan-bangunan.
sebagai
metode-metode
- Teori dalam arsitektur canderung tidak seteliti
dan
setepat
teori
dalam
ilmu
pengetahuan.
sumbangan
- Salah satu ciri penting dari teori ilmiah
internasional di bidang pengtahuan arsitektur.
yang tidak terdapat dalam arsitektur ialah
Sungguh arsitektur
sebuah
merancang
peristiwa
kesempatan untuk mengglobalkan arsitektur Nusantara
membicarakan
bagaimana
dan
Dengan
globalisasi
dan
disayangkan
apabila
pembuktian yang terperinci. Attoe Juga
Indonesia
sebagai
memberikan kejelasan bahwa agar dapat
klasik
pengtahuan anak bangsa Nusa ntara, dipahami
diterima
sebagai buah dari budaya atau “arsitektur
akademik, maka teori dalam arsitektur
sebagai cerminan kebudayaan”. Pemahaman
harus ditunjang dengan fakta yang jelas dan
seperti
pada mulanya diterangkan sec ara terperinci.
ini
tentunya
menempatkan
pengetahuan arsitektur Klasik Indonesia dalam
posisi
yang
terpinggirkan
oleh
kalangan
sarjana
atau
di
- Teori dalam arsitektur adalah hipotesa,
untuk
harapan dan dugaan-dugaan tentang apa
ditumbuh dan menjadi barang pusaka yang
yang terjadi bila semua unsur
dikeramatkan.
menjadikan
bangunan
yang
dikumpul
dalam
suatu cara, tempat dan waktu tertentu - Teori dalam arsitektur mengemukakan arah,
II. TINJAUAN TEORI DAN KEPUSTAKAAN
tapi
tidak
dapat
menjamin
hasilnya.
Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian
A. Teori Dalam Arsitektur
namun mencerna dan memadukan beragam Menurut Nesbitt (1996:16-20) bahwa, di dalam disiplin arsitektur, teori adalah wacana produksi
yang
menjelaskan
arsitektur
dan
praktek
dan
unsur
dalam
cara
dan
keadaan
baru,
sehingga hasilnya tidak seluruhnya dapat diramalkan.
menguraikan
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 33 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
- Teori-teori
tentang
apakah
sebenarnya
sebagai bebas nilai “value “value Free”. Free”. Banyak
arsitektur itu meliputi identifikasi variabel-
orang
variabel penting seperti ruang, struktur atau
sangkaan dan cukup benar. Tujuan dari
proses-proses
teori positif adalah menjadi bebas nilai,
kemasyarakatan
di
mana
bangunan-bangunan seharusnya dinilai. Menurut
Abraham
Kaplan
telah
menantang
ini
sebagai
untuk menghindari bias dan mencari
(dalam
penjelasan
alternatif
serta
untuk
Lang, 1987:15) bahwa teori adalah praktek
menerapkan aturan metode ilmiah untuk
dan
dengan
pengamatan dan penjelasan. Hal ini di
kepraktisan asalkan modus dan konteks
susun definisi operasional dari variabel-
aplikasi akan sesuai ditentukan. Hal ini
variabel yang dianalisis sehingga tidak
ditambahkan oleh Jon Lang 1987, jika teori
ada ambiguitas dalam penafsiran istilah,
adalah praktek, maka hal ini terutama berlaku
diikuti oleh observasi terkontrol dan
untuk bidang terapan seperti arsitektur dan
observasi berulang. Teori positif dibidang
arsitektur
desain, penerapan pengambilan keputusan
harus
berdiri
lansekap.
dan
jatuh
Jika
teori
tidak
melakukan hal ini berarti teori tidak relevan.
terdiri dari dua komponen yaitu teori substantif dan teori prosedural. Teori
1. Tipe Teori Menurut Jon Lang
Abraham
Kaplan
(dalam
Subtantive Lang,
harus
praktek dan harus berdiri dan jatuh dengan
spesifik.
ditambahkan oleh Jon Lang 1987, jika teori adalah praktek, maka Hal ini terutama untuk
bidang
terapan
seperti
arsitektur dan arsitektur lansekap, Jika teori tidak melakukan melakukan hal hal ini
berarti teori tidak
relevan, hal ini sependapat dengan Nezbit (dalam
Johannes,2012:81),
bahwa
teori
adalah wacana yang menjelaskan praktek dan
bekerja
secara
sistematis
dan
b. Teori Normatif
Menurut
Lang,
(1987:15-16)
bahwa.
Teori normatif adalah istilah yang ambigu Teori normatif yang dibangun dari teori positif,
keduanya
didasarkan
pada
persepsi tentang bagaimana dunia be kerja tetapi kedua hal ini didasarkan juga pada persepsi tampilan yang baik dan benar atau salah, yang diinginkan dan tidak diinginkan, apa yang bekerja dengan baik
produksi arsitektur. Menurut
sifat
dan konteks
aplikasi akan sesuai ditentukan. hal ini
berlaku
pada
fenomena dimana arsitek dan desainer
1987:15) menyatakan bahwa, teori adalah
kepraktisan asalkan modus
menekannkan
Lang (1987:18), ada dua
jenis teori arsitektur, yaitu teori positif dan teori normatif, penjelasan ini dijabarkan
dan apa yang bekerja buruk. Teori Normatif
bersangkutan substantif
sebagai berikut:
dibidang juga
dan
desain
adalah
dengan
isu-isu
prosedural.
Berbeda
dengan teori positif, teori normatif yang bersangkutan dengan posisi yang berbeda be rbeda
a. Teori Positif
Menurut Lee (dalam Lang, 1987:15),
telah diambil atau mungkin diambil dari
bahwa Teori positif sering kali disajikan
lingkungan hidup peran desainer adalah,
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 34 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
apa lingkungan yang baik, dan bagaimana
dapat secara ideology didasarkan pada
proses desain harus dilakukan.
Marxisme atau Feminisme.
2. Tipe Teori Menurut Kate Nesbitt
3. Tipe Teori Menurut Edward Robbins
Nesbitt membagi beberapa tipe teori
Edward Robbins (dalam Prijotomo,
dalam arsitektur yang dicirikan oleh beberapa
2004 yang dikutip dari Iwan Sudrajat,1997),
sikap terhadap presentasi yang membedakan
menyatakan bahwa ada tiga kelompok teori
pada sikap “netral” posisi deskriptif. Ada
arsitektur yaitu: theory in architecture, theory
empat tipe teori terhadap sikap penyajian
of architectur e dan theory ebout architecture. architecture.
masalah subjeknya, antara lain:
Sebagai berikut :
a. Teori Preskriptif
a. Theory In Architecture
Teori ini menawarkan penyelesaian baru
Jenis teori ini pada umumnya mengamati
dan menghidupkan kembali solusi untuk
aspek-aspek formal, tektonik, struktural,
masalah-masalah
representasional,
khusus.
Teori
ini
dan
prinsip-prinsip
berfungsi membentuk norma-norma baru
estetik yang melandasi gubahan arsitektur,
untuk praktek. Jenis teori ini dapat kritis
serta
bahkan radikal, atau afirmatif status quo
mendefinisikan
(konservatif).
dan praktis yang penting bagi penciptaan
berusaha
merumuskan prinsip-prinsip
dan teoretis
desain bangunan yang baik. b. Teori Proskriptif
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori
b. Theory of architecture
preskriptif. Teori ini menawarkan norma
Jenis teori ini berusaha menjelaskan
atau standar yang dihindari dalam desain.
bagaimana para arsitek mengembangkan
Zonasi fungsional adalah contoh dari teori
prinsip-prinsip
proskriptif.
pengetahuan, teknik, dan sumber-sumber dalam
) c. Teori Afirmatif (Konservatif
ahan
dan
pilihan gaya,
kemunduran dan pengumpulan gaya.
ini
mengandung
perenungan
spekulatif dibandungkan dengan teori deskriptif dan preskriptif, mengandung pertanyaan, dan kadang-kadang utopia (idaman). Teori ini menilai dunia yang dibangun
desain
dan
produksi
prinsip-prinsip
umum yang memandu
desain, tetapi bagaimana dan mengapa arsitek mendesain, menggunakan media, dan bertindak, serta mengapa di antara
d. Teori kritis
Teori
proses
menggunakan
bangunan. Isu pokok di sini bukanlah
Teori ini mengatur mutu konsisten dengan membatasi
dan
dan
hubungannya
terhadap
mereka bisa terjadi keragaman historis maupun budaya. c. Theory about architecture
Jenis teori ini bertujuan menjelaskan makna
dan
pengaruh
arsitektur,
mendudukkan arsitektur dalam konteks
masyarakat yang dilayaninya, teori kritis
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 35 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
sosial budayanya, memberikan bagaimana
berfungsi, dipahami dan diproduksikan
arsitek bekerja sebagai produser budaya,
secara sosial budaya.
atau
memahami
bagaimana
arsitektur
Penjelasan-penjelasan
tipe
teori
digunakan dan diterima oleh masyarakat.
tersebut, dibuat suatu kesimpulan sederhana
Dengan kata lain, teori ini berusaha
untuk melihat perbandingan antar tipe teori
menjelaskan
(tabel1).
bagaimana
arsitektur
Tabel 1. Perbandingan Tipe Teori dalam arsitektur No
1.
2
3
4
Pemikiran
Lang
Nesbitt
Tipe Teori
Deskripsi
Teori positif (subtantive dan Procedural)
mengarah ke teori atau atau norma, norma, dalam pengambilan keputusan atas isu-isu yang desainer atau arsitek atas fenomena yang terjadi
Teori Normatif (subtantive dan Procedural)
Mengarah pada praktek dan profesi, Metode merancang (bagaimana desainer dan arsitek bekerja)
Preskriptif (bersifat mengatur)
Menawarkan penyelesaian dalam bentuk-bentuk norma untuk praktek arsitektur
Proskriptif (bersifat melarang)
Fungsional, menawarkan norma atau standar yang dihindari dalam desain
Efirmatif (menyetujui)
mengatur mutu konsisten dengan membatasi bahan dan pilihan gaya
Kritis (mengkritisi)
mengandung perenungan spekulatif dalam menilai dunia yang dibangun dan hubungannya terhadap masyarakat yang dilayaninya
Teori arsitektur
Mengemukakan arah namun tidak seperinti teori ilmiah, sehingga tidak dapat menjamin hasilnya
Teori Ilmu pengetahuan
Teori-teori ilmiah dengan kebenaran-kebenaran terbukti (sebab-akibat)
Theory In Architecture
Bagaimana merumuskan dan mendefinisikan prinsip prinsip teoretis dan praktis yang penting bagi penciptaan desain bangunan yang baik
Theory Of Architecture
bagaimana dan mengapa arsitek mendesain, menggunakan media, dan bertindak, serta mengapa di antara mereka bisa terjadi keragaman historis maupun budaya.
Theory about architecture:
bagaimana arsitektur berfungsi, diproduksikan secara sosial budaya.
Attoe
Edward Robbins
penjelasan
bawah yang
ini
dan
penelitian dari Galih Widjil Pangarsa (2008)
B. Arsitektur Nusantara
Di
dipahami
adalah
penjelasan-
membahas
mengenai
arsitektur Nusantara oleh beberapa peneliti, antara lain penelitian dari Maria I. Hidayatun (2003) dengan judul “Belajar Arsitektur Nusantara dari Gereja Puhsarang Kediri, Tinjauan ke-Bhineka Tunggal Ika-an”
dan
dengan
judul
“Bahtera
Kemanusiaan
Nusantara Di laut Karawitan ar sitektur”. Dalam
penelitian
yang
pertama,
Hidayatun (2003:1&6) menjelaskan beberapa prinsip dasar arsitektur Nusantara, dengan uraian sebagai berikut. Pertama, merupakan
Arsitektur
sebuah
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 36 -
Nusantara
pernyataan
yang
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
mengandung beribu gambaran dan persepsi.
lebih pada pengetahuan dasar yang melatar
Belajar
pernah
belakangi sebuah fungsi, seperti misalnya
dipelajari sejak sekolah dasar Nusantara
bukan berbicara dengan dasar sebuah kamar
merupakan sebuah setting tempat yang luas,
tidur atau bilik, melainkan berbicara tentang
terdiri dari beberapa pulau dan berisikan
sebuah pernaungan dengan nilai-nilai yang
penduduk dengan latar belakang budaya yang
berada dibalik pernaungan itu.
dari
pengetahuan
yang
sangat beragam. Di dasari oleh pengetahuan sejarah
yang
yang
kedua,
Pangarsa (2008:8) menjelaskan arti dari
dikenalkan dengan setting dimana Nusantara
Nusantara bahwa Dari kata Kawi “nuswa” nuswa”
itu berada, adalah berawal dari kekuasaan
atau
masa Majapahit. Dengan demikian, maka kita
“antara”: antara”:
akan menjadi paham apabila batasan tentang
mulai Semenanjung Malaka di Barat, Papua
tempat menjadi sangat luas. Bicara tentang
di Timur, Pulau Formosa di Utara pada batas
Nusantara, kita diingatkan oleh sebuah karya
garis lintang 23½º LU, dan Pulau Rote yang
besar Gajah Gaj ah Mada yakni sumpah P alapa yang
terletak di batas paling Selatan Indonesia. Itu
antara lain berisi tentang ke-Bineka Tunggal
sering dilihat sebagai wilayah dimana bahasa
Ika-an yang menunjukkan bahwa tempat
dan
yang begitu luas dihuni oleh berbagai suku
cukup dominan. Pengarsa (2008:2,3da&4)
bangsa
mencoba
berbagai
sejak
penelitian
mulai
dengan
diberikan
Dalam
latar
belakang
“nusya “nusya””
yang
menunjuk
tradisi
berarti area
pulau,
dan
berpulau-pulau
Malayo-Melanesia-Polynesian
menampilkan
ciri
utama
dari
budaya, namum tetap dalam satu naungan
arsitektur di wilayah Nusantara melalaui
yakni Nusantara. Oleh karena itu pemahaman
beberapa poin dengan uraian seb agai berikut.
terhadap aarsitektur Nusantara harus pula
Pertama, Berdaun sepanjang tahun:
dipahami seperti “Sumpah Palapa” yang tidak
arsitektur pernaungan. Ruang-luar Arsitektur
menutup kemungkinan adanya pertalian dari
Nusantara
berbagai suku bangsa ba ngsa seperti se perti misalnya antara
bersama. Itulah yang menunjukkan bahwa
Jawa-Madura-Sumba-Timor-Batak
dsb.
pernaungan adalah arsitektur bagi fitrah
Adalah sebuah pencarian tentang hakekat
manusia. Arsitektur Nusantara bagai bayi di
berarsitektur dalam bumi Nusanatara ini.
dalam perlindungan rahim batas teritori yang
Kedua,
tentang
ruang
berkehidupan
arsitektur
kokoh, meski sebenarnya. ia hanya bernaung
Nusantara adalah bagaimana mempelajari
saja di dalamnya. Di dalam kekokohan
kebergaman atau ke-Bineka Tunggal Ika-an
perlindungan rahim, ia tetap terkait dengan
dalam
dalam
dunia-luar lewat jasad sang ibu. Arsitektur
kebersatuan. Memang tidaklah mudah, tetapi
pernaungan ada dalam kerangka-struktural
satu sikap yang seharusnya dibina sejak awal
dan kaitan-sistemik dengan lingkungannya.
mencoba mengerti dalam sebuah pemahaman
Inilah universalitas yang sebenarnya dapat
yang hakiki, berbicara tentang dasar, prinsip
dipakai di mana pun di muka bumi. Maka
dan pedoman. Oleh karena itu yang ditelusuri
dapat dipahami, sangat sulit menerapkan
bukan dalam perbincangan fisik saja, tetapi
konsep arsitektur pernaungan di belahan
sebuah
belajar
adalah
kacamata
atau
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 37 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
bumi sub-tropik empat musim yang hanya
tektur” dari golongan berpunya yang dari
berlingkungan-daun seperempat tahun saja.
awal memang sudah menolak berjendela,
Tiga perempat tahun yang lain, iklim dingin
tertutup
lebih banyak mendesak-paksa. manusianya
perlindungan dari iklim-mikro kota yang
untuk masuk ke dalam ruang perlindungan.
makin panas-ganas dengan jalan pintas untuk
Ruang-luarnya sulit dimanfaatkan sebagai
dirinya sendiri. Golongan kedua adalah “non-
ruang
AC -tektur” -tektur”
bersama
yang
bernuansa
akrab.
rapat
serta
dari
menjadi
golongan
tak
benteng
berpunya
Arsitektur pernaungan adalah konsep yang
lemah-papa dalam segala pengertian: sumpek,
sangat tergantung pada sifat dan keadaan
sumuk, dan semrawut. Nusantara sungguh
struktur dan sistem di luar tapak. Ketika
beruntung (di masa lalu) dianugerahi alam
keadaan
ramah.
eksternal
berubah,
kualitas
pernaungan itu pun ikut berubah. Kedua, berkembang
Ketiga, Pulau-pulau Arsitektur Bahari
Arsitektur tradisi
Mentawai dan Nias berbeda ciri meski letak
berhuni
di
geografisnya dekat; Madura dan Jawa Timur
bukan
di
pedalaman pun tak dapat dipersamakan.
lingkungan bergua-gua . dua tipologi tradisi
Keunikan lokalitas tak kenal jarak, tetapi
berhuni prasejarah itu sudah terbukti secara
ditentukan
arkeologis.
Arsitektur
yang
peradaban yang di masa lalu, terbatasi oleh
pernaungan
ialah
kristalisasi
air laut. Satuan hunian ruang budaya di
lingkungan
dari
Nusantara
berpohon-pohon,
Nusantara hasil
oleh
eksklusifitas
pengalaman empirik selama ribuan tahun.
Nusantara
Hampir seluruh penelitian mutakhir tentang
pulau-pulau.
budaya bermukim di Asia tropis lembab,
hamparan
menunjukkan bahwa ruang bersama tempat
teknologi. Berkaitan pula dengan pertumbuh-
kehidupan
kembangan arsitekturnya masing-masing.
sosial
penuh
keakraban
bagi
masyarakat manusia tropis lembab adalah pada
jalan
lingkungan,
lewat
Dengan lautnya
nan
eksklusifitas
demikian, luas,
pada
kemajuan
Bagi masyarakat Arsitektur Nusantara
halaman
Bahari ada kaitan antara arsitektur dengan
bersama, ruang-bersa ma desa, sekitar pundèn,
kemajuan teknologinya: mulai dari perahu
ruang
Singkatnya:
bergalah, berdayung, bercadik tunggal atau
ada
atap,
ganda, kemudian berkembang dengan layar,
strukturnya
tetap
dan seterusnya. Pinisi berlayar merupakan
memberi karakter terbuka dan dapat menjalin
loncatan teknologi dari perahu berdayung
pertautan spasio-visual dengan ruang lain.
Majapahit.
antar-émpèran
ruang-terbuka-bersama. batang-kayu
kolom
gang,
terbentuk
jejaring
rumah. Jika
Kolom-kolom rumah panggung berupa garis, esensinya tak mengkomsumsi ruang; lantai yang
didukung
kolom-kolom
itu
III.METODE III. METODE
justru Adapun alur metodik pada studi ini
memproduksi ruang. Kini arsitektur bangunan gedung di Indonesia dapat digolongkan menjadi “ AC “ AC -
dijelaskan melalui gambar (diagram alur proses studi). J enis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan teori
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 38 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
kritis. Menurut Guba, Denzin dan Lincoln,
Untuk
analisis
data
penelitian
serta Crotty (dalam Dedy,2002) menyatakan
digunakan analisis isi (content (content analisys). analisys).
bahwa Secara Se cara ontologi, teori Kritis berangkat ber angkat
Muhadjir (2002:68) yang mengetengahkan
dari
pendapat Barcus, yang menyatakan bahwa
Realitas
yang
teramati
merupakan
realitas “semu” (virtual (virtual reality). reality).
content analisys analisys merupakan analisis ilmiah
Untuk pemilihan sampel digunakan
tentang isi pesan suatu komunikasi. komunikasi. Sebagai
teknik sampel bertujuan ( purposive sample). sample).
mana yang dinyatakan oleh Guba dan Lincoln
Menurut Moleong (2004) bahwa pada sampel
(dalam Moleong,2004) mengenai analisis isi
bertujuan,
jumlah sampel ditentukan oleh
pada peneltian kualitatif, bahwa kajian isi
pertmbangan-pertimbangan informasi yang
adalah teknik apapun yang digunakan untuk
diperlukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa,
menarik kesimpulan (generalisasi) melalui
penentuan sampel, besar sampel dan strategi
usaha menemukan karakteristik pesan. Hasil
sampling tergantung pada penetapan satuan
analisis
kajian (konteks). Penentuan sampel bertujuan
menggunakan analisis komparasi (analisis
pada penelitian ini ada lah tulisan-tulisan/buku
perbandingan) untuk mene mukan generalisasi
dari Josef Prijotomo mengenai arsitektur
antara hasil analisis data dengan kajian teori.
isi
kemudian
di
analisis
lagi
Nusantara. penentuan jumlah tulisan/buku didasarkan
pada
permasalahan
penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu tipe teori arsitektur Nusantara, sehingga pengumpulan data terpusat pada konteks
A. Hasil Kajian Teori Arsitektur Nusantara Menurut Prijotomo
permasalahan yang diangkat. Hasil kajian pemikiran teori arsitektur Permasalahan&Tujuan: Tipe teori arsitektur Nusantara menurut Prijotomo
Tipe teori arsitektur
Kajian teori
Nusantara Sampel bertujuan (purposive sample): Tulisan/buku Prijotomo tentang teori Arsitektur Nusantara
Arsitektur Nusantara DATA
menurut
Prijotomo
sebagai
berikut: 1. Ideologi
Arsitektur
Nusantara
berpedoman
pada semboyang ke- Bhineka-an. Bhineka -an. Bhinneka Tunggal Ika melihat Toraja adalah Indonesia,
Analisis data: content analisys
TEMUAN: Pemikiran Teori arsitektur Nusantara menurut Prijotomo
Jawa adalah Indonesia. (Prijotomo, 1988:41). 2. Menghargai Sejarah Masa Lampau
Arsitektur Komparasi (uji makna empiris)
menjadikan
arsitektur Klasik Indonesia (percandian dan Tradisional)
Kesimpulan
Nusantara
sebagai
akar
kearsitekturan.
Penempatan sebagai sumber dan akar sama sekali tak boleh harus kembali ke masa
Gambar 1. Diagram Alir Proses Studi
lampau, tetapi arsitektur Klasik Indonesia itu saling dikawinkan (dikombinasikan). Di sini,
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 39 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
proses stilisasi menjadi bagian ba gian penting dalam
modifikasi) antara gagasan modern dengan
menghadirkan suatu bentukan baru yang
gagasan arsitektur Klasik untuk mencapai
Indonesiawi
suatu karya arsitektur yang berciri Nusantara
3. Arsitektur Nusantara Sebuah Pengetahuan dari Disiplin Arsitektur
di
sini,
arsitektur
diglobalkan
Nusantara
(memodernkan
dapat
arsitektur
Arsitektur Nusantara bukan sebagai
Indonesia). Contoh dari pengkombinasian ini
pengetahuan yang mengklaim disiplin lain
dapat dilihat pada hasil penelitian Maria I.
sebagai disiplinnya sendiri. Misalnya saja di
Hidayatun
dalam arsitektur diberlakukan rumus yang
Puhsarang karya Mclaine Pont.
(2003)
pada
karya
Gereja
mengatakan bahwa pergerakan udara terjadi kalau terdapat selisih tekanan udara, tetapi
6. Arsitektur Pernaungan
rumus ini tetap saja tidak dikatakan sebagai rumus arsitektur, melainkan rumus fisika.
Lingkungan masyarakat dua musim seperti Indonesia, bangunan diperlukan bukan untuk melindungi diri dari ancaman iklim
4. Arsitektur yang (Continuation) Continuation)
Berkelanjutan
yang mematikan, melainkan sebagai penaung terhadap iklim yang hanya menghadirkan
Keberkelanjutan Indonesia
menuntut
arsitektur adanya
Klasik
pengkinian.
Tujuan dari pengkinian arsitektur Nusantara adalah
menjaga
keharmonisan maupun
kesinambungan
antar
etnik
arsitektur
Nusantara,
dan
percandian (Prijotomo
2004:115). Menurut Hidayatun pemahaman terhadap arsitektur Nusantara harus pula dipahami seperti “Sumpah Palapa ( Bhineka Tunggal
Ika)” Ika)”
yang
tidak
menutup
kemungkinan adanya pertalian dari berbagai suku bangsa seperti misalnya antara JawaMadura-Sumba-Timor-Batak sebuah
pencarian
dsb.
tentang
Adalah
Bagi
sebuah
penaung
modern
kedalam
Nusantaran pengkombinasian
adalah
diperlukan,
dan
daerah
yang
tadi
menjadi
ruang-ruang
dimunculkan.
dasar
menyatakan
yang bahwa
Keberadaan bangunan sebagai penaung itu sekaligus
juga
merupakan
pernyataan
masyarakat Nusantara mengenai hubungan dan sikap manusia Nusantara terhadap iklim dan ekologinya. Hidup bukanlah penguasaan alam tetapi adalah bersama alam, (Prijotomo, 2004:209). 7. Arsitektur Tanpa Paku, Gempa dan Konservasi
Menerima
tetap
dijadikan
sebagai tamu (eksternal), untuk itu perlu distilir
atap
bayangan yang terjadi oleh adanya penaung
gagasan (internal). (tranformasi
arsitektur Artinya, dan
Tanggap
Bangunan Nusantara adalah adalah bangunan
Teknologi
pernaungan,
hakekat
berarsitektur dalam bumi Nusanatar a ini 5. Arsitektur Nusantara Teknologi Modern
kemarau yang terik dan penghujan yang lebat.
dengan
sistem
konstruksi
(tektonika) sambungan (pasak-lubang dan pen-lubang).Cara penyambungan pasak danlubang
maupun
pada
pen-dan-lubang.
Keduanya tidak dilakukan dengan tingkat ketepatan (presisi) yang tinggi, sehingga
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 40 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
sambungan-sambungan ini bisa bergerak-
Nusantara. Selengkapnya haruslah bumi-laut
gerak. Prijotomo (dalam Hikmansyah, dkk.
Nusantara, (Prijotomo, 2004).
2010:8), Dengan menamakan konstruksi di
Laut
atau
perairan
adalah
adalah
Nusantara ini sebagai konstruksi goyang
penghubung pulau dengan pula u dan daratan,
(sebagai lawan dari konstruksi mati, sebutan
bukan
bagi konstruksi yang menggunakan paku),
(Prijotomo, dalam Hikmansyah, Dkk.2010).
kehandalan dari arsitektur Nusantara menjadi
Dengan penguasaan laut dan pemanfaatannya,
semakin terbukti bila dihadapkan dengan
sama sekali tak tertutup kemungkinan untuk
gempa.
mendapatkan pertalian antara Batak dengan
sebagai
pemisal
(pengisolasi),
Sebagai mana yang dinyatakan oleh
Toraja; lalu, antara Jawa-Madura-Sumba-
Pradipto (dalam Budihardjo,2009:120) bahwa,
Timor Leste, lalu pertalian Jepang-Taiwan-
belajar dari dari bencana 27 Mei 2006,
Sulawesi,
bencana tektonis di Yogyakarta menunjukkan
Tenggara Timur-Nusa Tenggara Barat-Bali-
bahwa kerusakan dan kehancuran bangunan
Jawa. Di sini, transformasi (transformation)
terutama pada konstruksi beton atau batuan.
atau evolusi bentuk arsitektur tidak hanya
Bangunan yang menggunakan kayu dan
bercorak internal, yakni pengembangan “diri -
bambu hanya mengalami keurakan relatif
sendiri”, tetapi juga merupakan malihan
kecil. Bangunan dengan menggunakan bahan
(transformation)
tumbuhan
dua sumber bentukan.
setempat
membuktikan
sudah
kekuatan
dan
banyak
bahwa
arsitektur
yang
mengkombinasikan
ketahannya 9. Tradisi Tanpa Tulisan
terhadap kondisi iklim dan alam. Bukti
Pasifik-Papua-Maluku-Nusa
Nusantara
Masyarakat
Nusantara
adalah
tanggap terhadap gempa, dapat dilihat pada
masyarakat dari tradisi lisan, bukan dari
Penelitian
tradisi tulis. Di dalam masyarakat lisan,
yang
oleh.Prithatmadji
telah (2007)
dilakukan
dengan
judul
ucapan dan benda menjadi medium yang
“Perilaku Rumah Tradisional Jawa (Joglo)
digunakan untuk mencatat dan merekam
terhadap Gempa”.
pengetahuannya. Rekaman-rekaman ini tentu tidak
8. Kebaharian Nusantara
lagi
kepercayaan”
dikatakan tetapi
sebagai
“sistem
“keping-keping
Nusantara menempatkan diri sebagai
pengetahuan”. Pe nyampaian-penyampaian in i
arsitektur yang dalam posisi generiknya
tentu saja dengan ragam cara yang dilakukan
menunjuk
pada
dan
yakni, rupa-rupa cerita (cerita rakyat hingga
arsitektur
kedaratan.
ihwal
mitos dan legenda), nyayian, puisi lisan,
arsitektur kedaratan telah berlimpah dengan
hikayat, babad, pepatah dan petuah maupun
informasi kultural, tidaklah demikian halnya
matra dan doa.
arsitektur
kelautan
Sementara
dengan arsitektur kelautan. Bumi Nusantara belumlah
sebutan
yang
lengkap
bagi
Pada masyarakat yang tidak bisa menunjukkan tulisan mengenai arsitektur daerahnya, penjelasan aspek tan-ragawi ini
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 41 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
selalu dapat mereka berikan lewat aspek
Indonesia
ragawi dari arsitektur. Pada masyarakat ini,
daripada semua Jenis ornamen yang ada di
pada
Barat, (Prijotomo, 1988).
saat
mereka
menjelaskan
bentuk,
ornamennya
jauh
lebih
kaya
bangun, detail, dan ornamen, atau pun tata
Sebagai pembuktian bahwa arsitektur
letak; bersamaan dengan penjelasan itu me-
Nusantara adalah arsitektur yang berornamen bero rnamen
reka
dan berdekorasi, dapat dilihat pada hasil
sampaikan
pula
nilai,
perlambang,
fungsi, arti sosial dan budaya, serta berbagai
peneltian
hal yang ada di kawasan aspek tan-ragawi
persolekan arsitektur Biak melalui kajian
tadi.
penafsiran (interpretasi) .
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
Prijtotomo
(1995)
mengenai
bahwa pada pa da masyarakat ini pun aspek ragawi dan
aspek
tan-ragawi
terdapat
dalam
11. Ruang Asymmetrical-Symmetry Ruang Asymmetrical-Symmetry ( (Unity Unity))
arsitektur mereka, satu sama lain diperkaitkan menjadi satu kesatuan yang arsitektural. Rekaman-rekaman menunjukkan
bahwa
arsitektur
Nusantara
bahwa
dirinya
pengetahuan
yang
ada
arsitektur
tidak
tampil
klasik dengan
setangkup. Baik pada penataan ruangan di
potensi
dalam bangunan maupun pada penataan
menunjukkan
gugus bangunan dari suatu unit permukiman
berlandaskan
Teori Teori
Indonesia
tak
tersebut sebagian
untuk
Praktis
In
Pengetahuan-pengetahuan
pada
(seperti misalnya Tanean Lanjang di Madura),
architecture. architecture.
kesetangkupan ini dengan nyata ditampilkan.
teori
Meski
in
bila
diamati
seksama
architecture architecture pada arsitektur Nusantara ini
kesetangkupan
merupakan Pengetahuan yang mendasarkan
“asymmetrical-symmetry asymmetrical-symmetry”” (yakni setangkup
pemahamannya atas arsitektur anak bangsa
yang tak sepenuhnya) namun bukanlah ihwal
Nusantara (Prijotomo dalam Hikmansyah
setangkup itu yang ditonjolkan oleh arsitektur
2010).
klasik Indonesia. Dalam kesetangkupan tadi, ruang
10. Menggunakan Ornamen dan Dekorasi
Pada arsitektur klasik Indonesia dalam
yang
ini
lebih
sebenarnya
dipotong
oleh
adalah
garis
kesetangkupan itulah yang ditonjolkan, sebab, pada ruangan itulah diletakkan bagian yang
hal ornamen adalah kenyataan bahwa kita
disucikan,
memiliki khasanah yang sangat kaya dan
dihormati. Bandingkanlah misalnya, sentong
beraneka ragam. Masing-masing Ma sing-masing anak bangsa
tengah rumah Jawa dengan langgar dari
ataupun daerah memiliki kekhususan dalam
Tanean Lanjang permukiman di Madura.
ornamennya. Ornamen-ornamen diperlukan
Juga, umum ditemukan pada arsitektur klasik
kehadirannya
Indonesia, bagian ini di samping berada pada
untuk
penampilan,
menyempurnakan
dituakan
dan
teknik
poros kesetangkupan juga terletak di tempat
penyelesaian, dan mempertinggi kesan estetik este tik
yang paling jauh dari titik arah masuk
dart arsitektur itu sendiri. Jika ini disadari
rumah/permukiman (Madura, Toraja, Batak).
oleh para arsitek Indonesia, tidaklah mustahil
Di Jawa dan Bali dalam skala desa, konsep
untuk
ini juga tampil dengan meletakkan pusat desa.
dikatakan
memperkaya
diagungkan,
bahwa
di
arsitektur
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 42 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
manusia. Arsitektur pernaungan ada dalam
B. Komparasi (Dialog)
kerangka-struktural
1. Arsitektur Nusantara
dan
kaitan-sistemik
dengan lingkungannya. Inilah universalitas Telah
dijelaskan
oleh
Prijotomo,
bahwa arsite ktur Nusantara berpedoman pada
yang sebenarnya dapat dipakai di mana pun di muka bumi.
semboyang ke- Bhineka Bhineka Tungga Ika-an. Ika-an. hal ini memiliki kesamaan pandangan dengan Hidayatun (2003) yang menyatakan bahwa, Arsitektur
Nusantara
pernyataan
yang
gambaran
dan
merupakan
sebuah
mengandung
beribu
persepsi.
Belajar
dari
pengetahuan yang pernah dipelajari sejak sekolah dasar Nusantara merupakan sebuah setting tempat yang luas, terdiri dari beberapa
Perbincangan
mengenai
arsitektur
Pernaungan, bukan dilihat dari fisik saja, tetapi lebih pada pengetahuan dasar yang melatar belakangi sebuah fungsi, seperti misalnya
bukan
berbicara
dengan
dasar
sebuah kamar tidur atau bilik, melainkan berbicara tentang sebuah pernaungan dengan nilai-nilai yang berada dibalik pernaungan itu, (Hidayatun,2003).
pulau dan berisikan penduduk dengan latar belakang budaya yang sangat beragam. ke-
3. Arsitektur Bahari
Bineka Tunggal Ika-an Ika-an yang menunjukkan bahwa tempat yang begitu luas dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang budaya, namum tetap dalam satu naungan yakni Nusantara.
Pemikiran kebaharian
Prijotomo
Nusantara
tentang
tentunya
bertolak
bahwa, laut dan perairan merupakan jalur komunikasi antar pulau dan daratan, bukan sebagai pemutus hubungan (mengisolasi) antar pulau. Pemikiran ini diperkuat dengan
2. Arsitektur Pernaungan
penjelasan Pangarsa (2008), bahwa arti dari Pemikiran arsitektur
Prijotomo
pernaungan
tak
mengenai terlepas
dari
keadaan iklim Nusantara itu sendiri yakni, iklim
tropis
dan
lembab.
Arsitektur
pernaungan adalah arsitektur yang bersama alam, bukan mengisolasi alam (arsitektur perlindungan). lingkungan masyarakat dua musim
seperti
Indonesia,
bangunan
diperlukan bukan untuk melindungi diri dari ancaman iklim yang mematikan, melainkan sebagai penaung. pemikiran Prijotomo ini, memiliki Pangarsa Nusantara
kesamaan (2008), adalah
pendapat
Ruang-luar ruang
dengan Arsitektur
berkehidupan
bersama. Itulah yang menunjukkan bahwa
Nusantara berasal Dari kata Kawi “nuswa” nuswa” atau
“nusya “nusya””
yang
berarti
pulau,
dan
“antara”: antara”: menunjuk area berpulau-pulau. Bagi masyarakat Arsitektur Nusantara Bahari ada kaitan antara arsitektur dengan kemajuan teknologinya: mulai dari perahu bergalah, berdayung, bercadik tunggal atau ganda, kemudian berkembang dengan layar, dan seterusnya.
Pinisi
berlayar
merupakan
loncatan teknologi dari perahu berdayung Majapahit. Cakupan kebaharian Nusantara mulai Semenanjung Malaka di Barat, Papua di Timur, Pulau Formosa di Utara pada batas garis lintang 23½º LU, dan Pulau Rote yang terletak di batas paling Selatan Indonesia. Itu
pernaungan adalah arsitektur bagi fitrah
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 43 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
sering dilihat sebagai wilayah dimana bahasa
sebagai bahasa. Kajian menganai interpretasi
dan
naskah-naskah
tradisi
Malayo-Melanesia-Polynesian
cukup dominan.
Jawa
dengan
lengkap
disajikan oleh Prijotomo pada bukunya yang berjudul
4. Tipe Teori pada Arsitektur Nusantara menurut pemikiran Prijotomo
“petungan
(2005)
dan
(Re-)
konstruksi pengetahuan masyarakat Jawa (2006).
Rekaman-rekaman masyarakat
pada
pengetahuan
lingkungan
kelisanan
berupa (cerita rakyat hingga mitos dan legenda), nyayian, puisi lisan, hikayat, babad, pepatah dan petuah maupun mantra dan doa. Perakaman ini merupakan kepingan-kepingan pengetahuan.
Sebagai
contoh
pada
pengetahuan arsitektur Jawa. naskah-naskah berupa
Primbon,
Kawruh
Kalang/Griya
maupun serat Centhini merupakan salinan pengantahuan yang berisi tentang pedoman praktek
berarsitektur
pada
dan penghitungan maupun perwatakan, atau sebagai
petangan/petungan
dilingkungan masyarakat Jawa. Tujuan dari pedoman dari petungan adalah menghadirkan bentukan yang proporsi. Pedoman-pedoman ini sebagai potensi arsitektur Nusantara untuk menunjukkan bahwa dirinya berlandaskan pada pengetahuan teori In teori In architecture. architecture .
berkaitan
(bertektonika)
cara
pada
Jawa.
petungan petungan memberikan gambaran bagaimana seharunya seorang desainer atau arsitekt bekerja. Pengungkapan pengetahuan pada naskah-naskah ini tentunya harus dilakukan suatu
interpretasi
(penafsiran).
ini
mengetengahkan
yang menyatakan bahwa teori adalah praktek dalam memproduksi arsitektur, maka teori tersebut relevan. Sehingga dapat dikatakan bahwa petungan petungan merupakan pengetahuan teori arsitektur yang menjelaskan tentang praktek produksi arsitektur. Dan Teori In architecture architecture
pada
arsitektur
Nusantara
memiliki pengetahuan teori yang relevan. Prijotomo
(2004)
mengetengahkan
jenis teori dari Iwan Sudrajat, bahwa theory in architecture : umumnya mengamati aspekaspek
formal,
tektonik,
struktural,
representasional, dan prinsip-prinsip estetik yang melandasi gubahan arsitektur, serta berusaha merumuskan dan mendefinisikan prinsip-prinsip teoretis dan praktis yang penting bagi penciptaan desain bangunan yang baik.
berkonstruksi
masyarakat
dengan
Prijotomo
pendapat Kaplan dan Lang serta Nesbitt,
Petungan Petungan merupakan pedoman dan norma
pemikiran
dibandingkan
lingkungan
masyarakat Jawa, baik berupa pengukuran
disebut
Apabila
Sehingga
pengetahuan berupa teks (bahasa) dapat dijadikan sebagai pengetahuan arsitektur. Kajian interpretasi tentunya tidak menjadi
Selain arsitektur Nusantara termasuk termasuk ke dalam jenis teori in Architecture, Architecture, juga termasuk kedalam tipe teori Normatif dan preskriptif. Sebagaimana yang jelaskan oleh Lang bahwa, teori normatif cenderung Mengarah pada praktek dan profesi, Metode merancang (bagaimana desainer dan arsitek bekerja). Sedangkan menurut Nesbitt, bahwa teori
teori
Preskriptif
Menawarkan
penyelesaian dalam bentuk-bentuk norma untuk
praktek
arsitektur.
sebagai kajian kebahasaan, tetapi arsitektur
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 44 -
Penjelasan
ini
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
diperkuat oleh pendapat Subroto (dalam
dalam cara dan keadaan baru, sehingga
Budihardjo, 2009), bahwa teori normatif
hasilnya tidak seluruhnya dapat diramalkan.
merupakan teori yang memunculkan prinsip-
Dalam kaitannya denga Arsitektur Nusantara,
prinsip, standar-standar, manifesto-manifesto
tentu
desain (design (design guideline). guideline). Dari dasar itulah
beberapa beragam unsur (=etnik Nusantara,
teori normatif disebut juga teori preskriptif,
baik itu gagasan ataupun corak ornamen dan
karena
dekorasi),
bersifat
instan
dan
cenderung
saja
pemaduan
dan
(pengkombinasian)
pengkombinasian
ini
spekulatif dalam menghasilkan sesuatu dalam
menghasilkan suatu unsur atau bentukan baru
tataran praktik profesi arsitektur. Sedangkan
(sebut saja satu tambah satu bukan lagi dua).
pedapat Wahid dan Alamnsyah (2013:11),
pengkombinasian
bahwa “arsitektur sebagai ilmu pengetahuan
melewati kegiatan penafsiran (interpretasi)
yang normatif”. Sebagaimana disebutkan
gagasan-gagasan (nilai, perlambang, fungsi,
bahwa teori-teori yang ada dalam arsitektur
arti
dapat
diterjemahkan
ke
dalam
pengetahuan normatif, karena sebagian besar
arsitektur.
sini
dapat
teori yang ada diarahkan pada penerapan.
sebelum proses pemaduan dilangsungkan,
juga
dipahami
dari
sisi
ilmu
Alan Jhonson (dalam Wahid dan
sosial
perlu
ini
dan
Di
adanya
tentu
saja
budaya)
pemilahan
yang
harus
perlu
pengetahuan dilihat
bahwa
bagian-bagian.
Alamsyah, 2013:11), bahwa teori dalam
Maksudnya di sini agar pengetahuan dari
pendidikan
disiplin kebudayaan bisa dirubah menjadi
arsitektur
lebih
difokuskan
kepada pengertian perancang adalah pencipta
pengetahuan
dan pada perolehan rumusan-rumusan dalam
Sehingga
melakukan tindakan merancang serta teori
(stilisasi, hibrida, mimesis) dapat mencapai
merupakan suatu perangkat aturan-aturan
tujuan kesinambungan dan penyempurnaan
yang
membuat
(both-and ) dari unsur-unsur yang dipadukan.
keputusan tentang persoalan-persoalan yang
Baik secara Internal maupun secara eksternal.
memandu
arsitek
dalam
muncul saat menterjemahkan suatu informasi ke dalam desain bangunan.
alasan
bahwa
disiplin
proses
arsitektur.
transformasi-modifikasi
Menindak lanjut
pernyataan Attoe
yang pemaduan dari berbagai unsur-unsur
Pendapat-pendapat di atas tentunya memperkuat
dalam
arsitektur
hasilnya tidak seluruhnya dapat diramalkan. Pernyataan
ini
tentu
dengan
teori Normatif yang sumber kebenarannya
Nusantara,
melalui
daripada
Prijotomo (2004:115), bahwa setiap desain
Teori Positif yang bersifat penalaran dan
arsitektur yang hadir semata-mata dan hanya
logika.
hadir untuk hari mendatang, karena apa yang
(penafsiran)
pengkinian
belakang
Nusantara mendapatkan posisinya ke dalam
interpretasi
gerakan
bertolah
sebagai
mana
arsitektur pandangan
Meninjau kembali Pernyataan Attoe
dirancang di hari ini, bukanlah penyelesaian
(dalam Snyder,1979:38) bahwa “Arsitektur
bagi kebutuhan hari ini, melainkan adalah
tidak
namun
sebuah antisipasi bagi apa yang akan menjadi
mencerna dan memadukan beragam unsur
ideal dan optimal di hari esok. Di sinilah
memilahkan
bagian-bagian
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 45 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
arsitek tidak boleh malu untuk dikatakan
hadirnya arsitektur, bukan sekedar bangunan.
sebagai “peramal” dan perancang yang tidak
Itulah pula sebabnya maka dengan adanya
“visioner” ke depan bukanlah arsitek.
kelompok batiniah ini disebut
Maksud dari Attoe mengenai “hasil
“arsitektur
sebagai seni bangunan”.
yang tidak dapat dipresiksi” tentunya hanya meliputi fungsi, kebutuhan, aktifitas dan keselamatan
bagi
pengguna
V. KESIMPULAN
bangunan. Arsitektur nusantara sudah tentunya
sedangkan menurut Prijotomo (1988:45), bahwa aspek-aspek yang tersebut di atas termasuk ke dalam kelompok daya guna dan kelompok
keselamatan
hidup.
Kedua
kelompok ini berhak dan harus disebut sebagai
“bangunan”
“arsitektur”.
dan
Sedangkan
bukan pada
sebagai arsitektur
Nusantara, bukan hanya kedua kelompok ini yang digunakan dalam menghadirkan sebuah bentukan, tetapi yang ada kelompok ketiga yang disebutkan oleh Prijotomo sebagai
Prijotomo
(1988:46)
menyatakan bahwa kelompok “batiniah” itu tersusun dari berbagai unsur ragawi seperti tiang, dinding, jendela, atap, dan sebagainya, yang dengan komposisi tertentu membentuk satu
kesatuan
Tunggal Ika”. Ika”. Yang mengamanatkan adanya pertalian dari berbagai suku bangsa (etnik Nusantara)
ataupun
arsitektur
di
yang
tunggal
dan
utuh.
komposisi ini pula yang membuat sebuah
Nusantara
(agama,
teknologi
modern,
orneman dan dekorasi). pertalian dari kedua unsur internal maupun ektrenal tentunya melalui proses stilisasi. Dimana stilisasi adalah penggunaan kedua unsur internaleksternal
karakteristik, bercitrakan kedaerahan, dan bahkan mampu pula di bangunan yang simbolik dan sarat dengan makna. dengan membuat komposisi atas segenap unsur-unsur sebuah
bangunan
mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan kontakkontak batin di dalam diri pengamat dan penggunanya. Di dalam keadaan seperti inilah sebuah bangunan layak disebut sebagai arsitektur. Sehingga dapatlah digolongkan ke dalam
kelompok
secara
bersama-sama.
Tanpa
tersebut. Di sinilah, proses tranformasimodifikasi
yang
memungkinkan
berlangsung,
menampilkan
suatu
dengan
tujuan
bentukan
yang
menampilkan kesamaan-kebedaan, sehingga menghasilkan suatu bentukan yang baru, namun masih menampilkan karakter dari kedua unsur tersebut. Di
bangunan menjadi bangunan yang khas atau
ragawi
luar
menghilangkan salah satu dari kedua unsur
kelompok “Batiniah”. Menurut
berpedoman “Sumpah Palapa” yaitu Bhineka yaitu Bhineka
Nusantara,
dalam berbagai
pengkinian
arsitektur
unsur-unsur
internal
maupun internal tentunya harus melalui proses penafsiran (interpretasi). hasil
tafsir
dapat
Sehingga
ditranformasi
dapat
dilakukan dalam membentuk suatu desain arsitektur yang Indonesiawi. Pengetahuan
arsitektur
Nusantara
mendapatkan posisinya ke dalam tipe teori arsitektur, meliputi: theory in architecture dari Edward Robbis, teori normatif dari Jon Lang serta teori preskriptif dari Kate Nesbitt.
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 46 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.2, Agustus 2014
Menghadapi Tantangan Globalisasi. Manguyubagya Purna Eko Budihardjo. (disunting oleh Darmawan dan Purwanto). PT. Alumni Bandung. Hal.120.
REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA •
•
•
•
•
•
•
•
Hidayat, N. Dedy. 2002. Metode Penelitian dalam Multi-paradigm Science. Science . Jurnal Mediator. Volume 3. Hal. 204-205. Hidayatun, I. Maria. 2003. Belajar Arsitektur Nusantara dari Gereja Puhsarang Kediri Tinjauan ke-Bineka Tunggal Ika-an. Ika-an . Simposium Internasional jelajah arsitektur Nusantara. Teknik Arsitektur FTSP. Universitas Kristen Petra, Hal. 6. Lang, Jon. 1987. Creating Architectural Theory - The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design. Design. Van Nostrand Reinhold Company. New York. Hal. 13-19. Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Kualitatif. Cetakan ke-20 (edisi revisi). ISBN 979-514-051-5 . PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Muhadjir, H. Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kualitatif. Edisi IV. Rake Sarasin. Yogyakarta. Hal. 18-26. Nesbitt, Kate. 1996. Theorizing A New Agenda - An Anthology of Architectural Theory 1965-1995. 1965-1995. Princeton Architectural Press. New York. Hal. 1620, 113. Pangarsa, W. Galih. 2008. Bahtera Kemanusiaan Nusantara di Laut karawitan Arsitektur . Seminar Nasional. Jurusan Arsitektur FTSP-ITS. Hal. 1-8. Pradipto, E. 2009. Kembali Kepada Kearifan Lokal Menandingi Terpaan Globalisasi. Globalisasi. Percikan Pemikiran Para "Begawan" Arsitek Indonesia
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Prihatmaji, P. Yulianto. 2007. Perilaku Rumah Tradisional Jawa (Joglo) Terhadap Gempa. Gempa. Konstruksi Indonesia: Karya Anak Bangsa, Teknologi Rumah Tahan Gempa. ISBN: 978-979-16755-2-9. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa. Jawa. Wastu Lanas Grafika. Surabaya. Press.Yogyakarta. Snyder, C. James. 1979. Pengantar Arsitektur. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta. Hal. 37-38. Wahid, J. dan Alamsyah, B. 2013. Teori arsitektur: suatu kajian pemahaman Teori Barat dan Timur. Graha Timur. Graha Ilmu. Yogyakarta. —. 1995. Arsitektur Biak . Proceeding On Nusantarian Architecture, Change and Continuity. ITS. Surabaya. —. 2004. Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan (disunting oleh Johannes Adiyanto). Adiyanto). Wastu Lanas Grafika. Surabaya. —. 2010. Arsitektur Nusantara : Arsitektur Naungan, Bukan Lindungan. (Disunting oleh Hikmansyah dkk). Proseding Sewindu Arsitektuk Nusantara. Jurusan Teknik Arsitektur. UNKHAIR Ternate. Hal. 1-8. —.1988. Pasang Surut Arsitektur Indonesia. CV. Indonesia. CV. Ardjun. Surabaya. —. 2005. Petungan: Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Jawa. Gadjah Mada University
TIPE TEORI PADA ARSITEKTUR NUSANTARA MENURUT JOSEF PRIJOTOMO - 47 -