Angket Kepuasan Pelanggan atas Pelayanan IGD Posted on February 24, 2011 by 2011 by admin
RUMAH SAKIT AKREDITASI.WEB.ID @jokoblitar ================================================ ANGKET PELAYANAN IGD
Tanggal / Jam : ……………………………. Nama pasien : ……………………………. ( Kami akan rahasiakan identitas anda, boleh tidak diisi ) Bapak / Ibu / Saudara yang terkasih dalam rangka meningkatkan pelayanan di IGD Akreditasi.web.id, Akreditasi.web.i d, kami mohon kesediaan anda untuk mengisi angket ini dengan cara memberikan tanda lingkaran pada jawaban yang anda rasa tepat. Terimakasih atas bantuan anda, semoga angket ini bermanfaat bagi kita semua PERTANYAAN : 1. a. Ya 2.
Sudahkah pelayanan di IGD RS ini sesuai dengan yang anda inginkan ? b. Tidak Apakah anda dilayani oleh petugas dalam waktu < 10 menit ? (10 menit bisa diganti sesuai
respon time rs anda) a. Ya 3. a. Ya
b. Tidak Apakah keterampilan petugas IGD dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik ? b. Tidak
4.
Apakah petugas petugas IGD sudah memberikan informasi
a. Ya 5.
yang anda inginkan dengan dengan tepat ?
b. Tidak
Apakah sikap
a. Ya
petugas
IGD dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik ?
b. Tidak
Kritik dan Saran :
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
0O0
—
—
TERIMAKASIH Masukkan lembar lembar evaluasi ini Ke Ke dalam kotak saran saran yang tersedia Atau dikirimkan dikirimkan lewat surat ke alamat alamat kami.
————————————————————————————————
EVALUASI DAN ANALISA HASIL ANGKET PELAYANAN IGD AKREDITASI.WEB.ID Triwulan I/II/III/IV tahun 2011 (* 4 x pertahun) A. Metode penggumpulan data
Angket pelayanan di IGD Akreditasi.web.id diberikan terhadap pasien di IGD sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan medis di IGD Akreditasi.web.id. Angket ini berisi 5 pertanyaan dengan dengan dua pilihan jawaban jawaban ( Ya atau Tidak ) dan mengisi mengisi kritik dan saran bila bila ada.
Pembagian angket dilakukan secara acak terhadap pasien gawat darurat dengan jumlah yang mewakili jumlah pasien gawat darurat secara keseluruhan. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data atau analisis. Pengolahan data dilakukan setiap akhir bulan dan evaluasi dilakukan setiap akhir triwulan. Dari 150 angket yang disebar kepada keluarga pasien gawat darurat di IGD, kemudian di lakukan penggolahan data sebagai berikut : Standarisasi Hasil Angket adalah sebagai berikut : 1.
Untuk pertanyaan Ya dan Tidak :
Nilai (%) = ( jawaban ya / jumlah soal ) x 100% Kriteria hasil tersebut di kelompokkan berdasarkan : a.
Pelayanan baik jika didapat hasil > 80 %
b.
Pelayanan cukup baik jika didapatkan hasil 60 – 80%
c.
Pelayanan kurang baik jika didapatkan hasil < 60 %
2.
Untuk saran dan kritik di klasifikasikan secara garis besar, dikelompokkan dalam kelompok
besar persoalan. B. Hasil pengumpulan data
a.
Data dengan jawaban Ya atau Tidak
NOMOR RESPONDEN
JUMLAH JAWABAN YA
PROSENTASE (%)
KETERANGAN
1.
4
80%
Baik
2.
5
100%
Baik
3.
4
80%
Baik
4.
5
100%
Baik
5.
3
100%
Baik
6.
4
80%
Baik
7.
4
80%
Baik
8
4
80%
Baik
9
3
60%
Cukup
10
5
100%
Baik
11
5
100%
Baik
12
4
80%
Baik
13
5
100%
Baik
14
3
60%
Cukup
15
5
100%
Baik
16
4
80%
Baik
17
5
100%
Baik
18
5
100%
Baik
19
5
100%
Baik
20
5
100%
Baik
21
5
100%
Baik
22
5
100%
Baik
23
3
60%
Cukup
24
3
60%
Cukup
25
4
80%
Baik
26
4
80%
Baik
27
5
100%
Baik
28
4
80%
Baik
29
5
100%
Baik
30
4
80%
Baik
31
4
80%
Baik
32
4
80%
Baik
33
3
60%
Cukup
34
3
60%
Cukup
35
4
80%
Baik
36
4
80%
Baik
37
4
80%
Baik
38
5
100%
Baik
39
4
80%
Baik
40
5
100%
Baik
41
5
100%
Baik
42
5
100%
Baik
43
5
100%
Baik
44
4
80%
Baik
45
5
100%
Baik
46
5
100%
Baik
47
4
80%
Baik
48
4
80%
Baik
49
3
60%
Cukup
50
5
100%
Baik
51
4
80%
Baik
52
5
100%
Baik
53
4
80%
Baik
54
5
100%
Baik
55
3
60%
Cukup
56
5
100%
Baik
57
5
100%
Baik
58
4
80%
Baik
59
3
60%
Baik
60
5
100%
Baik
61
4
80%
Baik
62
5
100%
Baik
63
5
100%
Baik
64
5
100%
Baik
65
3
60%
Cukup
66
3
60%
Cukup
67
5
100%
Baik
68
5
100%
Baik
69
4
80%
Baik
70
4
80%
Baik
71
4
80%
Baik
72
5
100%
Baik
73
5
100%
Baik
74
5
100%
Baik
75
5
100%
Baik
76
3
60%
Cukup
77
5
100%
Baik
78
4
80%
Baik
79
5
100%
Baik
80
5
100%
Baik
81
5
100%
Baik
82
4
80%
Baik
83
5
100%
Baik
84
4
80%
Baik
85
4
80%
Baik
86
5
100%
Baik
87
4
80%
Baik
88
3
60%
Cukup
89
5
100%
Baik
90
5
100%
Baik
91
4
80%
Baik
92
4
80%
Baik
93
5
100%
Baik
94
4
80%
Baik
95
5
100%
Baik
96
4
80%
Baik
97
5
100%
Baik
98
4
80%
Baik
99
4
80%
Baik
100
3
60%
Cukup
101
5
100%
Baik
102
3
60%
Cukup
103
5
100%
Baik
104
5
100%
Baik
105
5
100%
Baik
106
5
100%
Baik
107
5
100%
Baik
108
3
60%
Cukup
109
4
80%
Baik
110
4
80%
Baik
111
4
80%
Baik
112
4
80%
Baik
113
5
100%
Baik
114
5
100%
Baik
115
5
100%
Baik
116
5
100%
Baik
117
5
100%
Baik
118
3
60%
Cukup
119
5
100%
Baik
120
5
100%
Baik
121
5
100%
Baik
122
4
80%
Baik
123
4
80%
Baik
124
4
80%
Baik
125
4
80%
Baik
126
5
100%
Baik
127
5
100%
Baik
128
5
100%
Baik
129
5
100%
Baik
130
5
100%
Baik
131
5
100%
Baik
132
4
80%
Baik
133
5
100%
Baik
134
5
100%
Baik
135
5
100%
Baik
136
5
100%
Baik
137
4
80%
Baik
138
4
80%
Baik
139
4
80%
Baik
140
5
100%
Baik
141
5
100%
Baik
142
4
80%
Baik
143
3
60%
Cukup
144
5
100%
Baik
145
5
100%
Baik
146
4
80%
Baik
147
3
60%
Cukup
148
5
100%
Baik
149
5
100%
Baik
150
5
100%
Baik
b.
Data kritik dan Saran
Dari 150 angkat yang di sebar, diambil secara garis besarnya kritik dan saran yang muncul diantaranya :
Kritik : 1)
Kurangnya kebersihan dalam ruangan
2)
Ruangan terlalu sempit
3)
Sebaiknya di beri sekat atau korden
Saran : 1)
Perlu di jaga kebersihan dalam ruangan maupun pada pasien
2)
Perlu adanya penambahan atau pelebaran ruangan
3)
Agar antara pasien satu dengan yang lain dapat tenang mohon adanya sekat.
C. Kesimpulan
Pembahasan : Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui dari 150 responden sebagian besar ( 88,6 % ) responden menerangkan bahwa pelayanan di IGD Akreditasi.web.id Baik. Data ini juga di dukung dengan adanya kritik dan Saran yang dapat meningkatkan pelayanan di IGD Akreditasi.web.id. D. Rekomendasi
1) Melakukan survey kepusan pasien secara berkala tiap 3 bulan sekali untuk
dapat mengetahui
tingkat pelayanan yang telah diberikan. 2) Perencanaan kedepan untuk memperluas ruang IGD sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kegawat daruratan di IGD Akreditasi.web.id. MayaCity, 28 Februari 2011 Kepala IGD
( dr. Akreditasi.web.id)
DAFTAR BUKU PANDUAN YANG DI BUTUHKAN AKREDITASI RS VER 2012 Posted on October 6, 2014 by admin — No Comments ↓
1. Panduan alat pelindung diri 2. Panduan asesmen pasien 3. Panduan bahan berbahaya dan beracun 4. Panduan kebersihan tangan 5. Panduan do not resuscitate 6. Panduan edukasi ppirs 7. Panduan hak bantuan hidup dasar 8. Panduan hak pasien dan keluarga 9. Panduan pelayanan kerohanian 10. Panduan hak second opinion 11. Panduan kawasan tanpa rokok 12. Panduan kesehatan dan keselamatan kerja konstruksi 13. Panduan ketepatan identifikasi pasien 14. Panduan peningkatan komunikasi efektif 15. Panduan manajemen linen dan laundry 16. Panduan manajemen risiko 17. Panduan manajemen tanggap darurat 18. Panduan manajemen utiliti 19. Panduan manajerial tuberkulosis dengan strategi dots 20. Panduan manajemen nyeri 21. Panduan metode kangguru pada berat bayi lahir rendah 22. Panduan pelayanan ambulan 23. Panduan pelayanan pasien dengan keterbatasan 24. Panduan pemberian informasi dan edukasi 25. Panduan penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan bencana 26. Panduan pengelolaan obat emergensi
27. Panduan penggunaan cctv 28. Panduan pengurangan risiko pasien jatuh 29. Panduan penundaan pelayanan 30. Panduan penyelesaian keluhan pasien dan keluarga 31. Panduan perlindungan harta 32. Panduan perlindungan kebutuhan privasi 33. Panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti 34. Panduan persetujuan tindakan medis 35. Panduan pelayanan informasi obat dan konseling 36. Panduan rawat gabung ibu dan bayi 37. Panduan rencana pemulangan pasien 38. Panduan restrain 39. Panduan rujukan tuberkulosis 40. Panduan sanitasi penyajian makanan 41. Panduan sterilisasi 42. Panduan pelayanan tahap terminal 43. Panduan triage 44. Panduan skrining pasien 45. Panduan kebersihan 46. Panduan ponek 24 jam 47. Panduan pelayanan informasi dan pengambilan keputusan 48. Panduan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 49. Panduan inisiasi menyusu dini dan air susu ibu eksklusif 50. Panduan pemeliharaan alat medis dan non medis 51. Panduan penarikan dan penghapusan alat medis 52. Panduan penolakan pengobatan 53. Panduan transfer pasien 54. Panduan pelayanan kemoterapi 55. Panduan surveilans 56. Panduan kamar jenasah 57. Panduan pengadaan alat medis 58. Panduan telaah resep 59. Panduan sistem investigasi kejadian luar biasa 60. Panduan indikator mutu DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS
1. Panduan Praktik Klinis Kulit & Kelamin 2. Panduan Praktik Klinis Kardiologi 3. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi 4. Panduan Praktik Klinis Penyakit Dalam 5. Panduan Praktik Klinis Saraf 6. Panduan Praktik Klinis Bedah 7. Panduan Praktik Klinis Anestesiologi 8. Panduan Praktik Klinis Mata 9. Panduan Praktik Klinis Penyakit Anak 10. Panduan Praktik Klinis Radiologi 11. Panduan Praktik Klinis THT 12. Panduan Praktik Klinis Penyakit Dalam 13. dll
KEGIATAN PENCEGAHAN INFEKSI RUMAH SAKIT Posted on November 14, 2010 by admin
Pencegahan terhadap penyakit infeksi rumah sakit di rumah sakit dimaksudkan untuk menghindari terjadinya infeksi selama pasien di rawat di rumah sakit. Adapun upaya pencegahan infeksi rumah sakit dibedakan antara lain : 1. Kewaspadaan Universal Universal precautions atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Rs akreditasi.web.id Blitar untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun saran pelayanan kesehatan lainnya.Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan menularkan HIV, HBV dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui darah. a. Pelaksanaan kewaspadaan universal.
Secara singkat kebujakan pelaksanaan kewaspadaan universal adalah seperti apa yang dikemukakan dibawah ini
Semua petugas kesehatan harus rutin menggunakan sarana yang dapat mencegah kontak kulit dan selaput lendir dengan darah atau cairan tubuh lainnya dari setiap pasien yang dilayani
Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan bila :
Menyentuh darah atau cairan tubuh, selaput lendir, atau kulit yang tidak utuh
Mengelola berbagai peralatan dan sarana kesehatan / kedokteran yang tercemar darah atau cairan tubuh
Mengerjakan suntikan vena atau segala prosedur yang menyangkut pembuluh darah
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung wajah bila mengerjakan prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan darah atau cairan tubuh guna mencegah terpaparnya selaput lendir pada mulut, hidung dan mata
Petugas kesehatan harus memakai jas perawat khusus selama melakukan tindakan yang mungkin akan menimbulkan cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
Tangan dan bagian tubuh lainnya harus segera dicuci sebersih mungkin bila terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya. Setiap saat setelah melepas sarung tangan, tangan harus segera dicuci
Semua petugas kesehatan harus selalu waspada terhadap kemungkinan tertusuk jarum, pisau dan benda / alat tajam lainnya selama pelaksanaan tindakan, saat membersihkan / mencuci peralatan, saat membuang sampah, atau ketika membenahi peralatan setelah berlangsungnya suatu prosedur / tindakan. Untuk mencapai tujuan ini maka jangan menutup kembali jarum suntik selesai dipakai, jangan sengaja membengkokkan, atau mematahkan jarum suntik dengan menggunakan tangan. Setelah segala benda tajam selesai digunakan, maka harus ditempatkan di suatu tempat wadah khusus yang tahan / anti tusukan. Wadah ini harus berada sedekat mungkin atau mudah dicapai disekitar area tindakan. Kemudian wadah kumpulan benda tajam tersebut harus terjamin aman untuk transportasi ke tempat pemusnah alat ataupun dalam proses pengenyahan
Walaupun air liur belum terbukti menularkan HIV, tindakan resusitasi dengan cara da ri mulut ke mulut harus dihindari. Dengan demikian di setiap tempat yang mungkin akan kedapatan kasus yang memerlukan resusitasi, perlu disediakan alat resusitasi
Petugas kesehatan yang sedang mengalami perlukaan atau ada lesi yang mengeluarkan cairan misal dermatitis basah, harus menghindari tugas – tugas yang bersifat kontak langsung dengan peralatn bekas pasien
Petugas kesehatan yang sedang hamil tidak mempunyai risiko yang lebih besar untuk tertular HIV bila dibandingkan dengan petugas kesehatan yang ti dak hamil. Namun demikian bila terjadi infeksi HIV selama kehamilan, janin yang dikandungnya mempunyai resiko untuk mengalami
transmisi prenatal. Oleh karena itu petugas kesehatan yang sedang hamil harus lebih memperhatikan pelaksanaan segala prosedur yang dapat menghindari penularan HIV
Dengan menerapkan kewaspadaan universal setiap petugas kesehatan dapat terlindung semaksimal mungkin dari kemungkinan terpapar oleh infeksi penyakit yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh baik dari kasus yang terdiagnosis maupun yang tidak terdiagnosis. Sebagai keuntungan tambahan, transmisi dari kebanyakan infeksi yang ditularkan dengan cara lainpun terhadap petugas kesehatan dan pasien akan dikurangi pula b. Beberapa petunjuk khusus dalam pelayanan kewaspadaan universal
1. Kewaspadaan dalam tindakan tindakan medik Segala prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ,pembuluh darah, pertolongan persalinan , maupun tindakan abortus dan prosedur gigi mulut termasuk dalam tindakan medik invasif beresiko tinggi untuk menularkan HIV Pagi tenaga dokter atau tenaga pelaksana lainnya untuk memutuskan rantai penularan diperlukan barier berupa : - kacamata pelindung - masker pelindung hidung dan mulut - plastik penutup badan ( scort ) - sarung tangann - penutup kaki 2. Kegiatan di Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat umumnya melayani kasus kecelakaan maupun kasus emergensi lainnya harus menyediakan segala peralatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kewaspadaan universal. Sarana seperti sarung tangan, masker dan skort khusus harus selalu ada, mudah dicapai dan mudah dipakai. Alat resusitasi harus tersedia dalam keadaan siap pakai dan ada petugas yang terlatih untuk menggunakannya. Di setiap tindakan pelayanan emergensi harus selalu tersedia wadah khusus untuk mengelola peralatan tajam.
3. Kegiatan di Kamar Operasi
Dalam prosedur operasi, selain oleh darah secara kontak langsung, tertusuknya bagian dari tubuh oleh benda tajam merupakan kecelakaan yang harus dicegah. Oleh karena itu instrumen yang tajam jangan diberikan secara langsung ke dan dari operator oleh asisten atau instrumentator. Untuk memudahkan hal ini dipakai nampan guna menyerahkan instrumen tajam tersebut ataupun mengembalikannya. Operator bertanggung jawab untuk menempatkan benda tajam secara aman.
Pada saat menjahit lakukanlah prosedur sedemikian rupa sehingga jari tangan terhindar dari tusukan
Memisahkan jaringan: jangan gunakan tangan untuk memindahkan jaingan karena tindakan ini akan menambah risiko.
Operasi sulit, untuk operasi yang membutuhkan waktu lebih dari 60 menit dan lapangan kerjanya yang sulit ( sempit ) dianjurkan untuk mengunakan sarung tangan ganda. Melepaskan baju operasi dilakukan sebelum membuka sarung tangan agar tidak terpapar oleh darah / cairan tubuh dari baju operasi tersebut.
Pencucian instrumen bekas pakai sebaiknya secara mekanik, bila mencuci secara menual, petugas tersebut harus menggunakan sarung tangan rumah tangga dan instrumen tersebut sebelumnya telah mengalami proses dekontaminasi dengan merendam dalam larutan chlorin 0,5 % selama 10 menit 4. Kegiatan di kamar bersalin
Disamping memperhatikan kebutuhan barier yang telah disebutkan di atas,
hal – hal yang perlu
diingat adalah :
Kegiatan di kamar bersalin yang membutuhkan lengan / tangan untuk memanipulasi intrauterin tentunya harus menggunakan skort dan sarung tangan yang mencapai siku
Penolong bayi baru lahir harus menggunakan sarung tangan
Cara pengisapan lendir bayi segera lahir, hindari terjadinya cipratan darah
ASI dari ibu yang terinfeksi HIV mempunyai risiko untuk bayi baru lahir, akan tetapi tidak berisiko untuk tenaga kesehatan 5. Prosedur Anesthesi Prosedur anesthesi merupakan salah satu aktivitas yang dapat memaparkan HIV pada tenaga kesehatan pula. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Perlu disediakan nampan / troli untuk alat – alat yang sudah dipergunakan
Jarum harus dibuang sesegera mungkin setelah pemakaian ke dalam wadah yang aman
Pakailah obat – obatan sedapat – dapatnya untuk 1 dosis dengan 1 kali pemberian
Menutup spuit adalah prosedur risiko tinggi 6. Lokasi kegiatan lainnya yang memerlukan perhatian adalah di mobil ambulan, ruang emergency, laboratorium serta kamar jenasah. c. Manajemen untuk tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh.
Paparan secara parenteral melalui tusukan jarum, terpotong dan lainya adalah dengan mengeluarkan darah sebanyak – banyaknya, cuci dengan sabun dan air atau denagn air saja sebanyak – banyaknya
Paparan pada membran mukosa melalui cipratan ke mata adalah dengan cuci mata secara ―gentle‖ dengan mata dalam keadaan terbuka menggunakan air atau cairan NaCl
Paparan pada mulut adalah dengan mengeluarkan cairan infektif tersebut dengan cara meludah , kemudian kumur – kumur dengan air beberapa kali.
Paparan pada kulit yang utuh maupun kulit yang sedang mengalami perlukaan, lecet atau dermatitis : cucilah sebersih mungkin dengan air dan sabun antiseptik 2. Tindakan Invasif a. Tindakan invasif sederhana adalah suatu tindakan memasukan alat kesehatan ke dalam tubuh pasien sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan meyebar ke jaringan b. Tindakan invasif operasi adalah suatu tindakan yang melakukan penyayatan pada tubuh pasien, dan dengan demikian memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh pasien dan menyebar c. Sumber infeksi pada tindakan invasif adalah : - Tidak memperhatikan kesehatan perorangan - Tidak mencuci tangan - Bekerja tanpa memperhatikan tehnik aseptik dan antiseptik
- Tidak memahami cara penularan / peyebaran kuman patogen - Bekerja ceroboh dan masa bodoh terhadap linkungan - Tidak menguasai tindakan yang dilakukan - dll 3. Tindakan Non Invasif Tindakan non invasif adalah suatu tindakan medis dengan menggunakan alat kesehatan tanpa memasukkan kedalam tubuh pasien yang memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam jaringan
Sumber infeksi pada tindakan non invasif dapat terjadi karena kontak langsung antara pasien dengan pasien lain, dan pasien dengan petugas
Sumber kontaminasi dapat berasal dari : - Udara yang lembab atau uap air - Perlengkapan dan peralatan dirumah sakit - Personalia di rumah sakit - Air yang tidak disuling dan disterilkan - Ruang yang tidak dibersihkan dan didesinfektan - Pasien Yang telah terinfeksi B. KEGIATAN SURVEILANS Salah satu upaya yang dilakukan agar pengendalian infeksi rumah sakit yang dilakukan bisa berhasil, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dan upaya penanggulangannya bila terjadi suatu wabah atau kejadian luar biasa yaitu dengan cara melakukan surveilans.
Hal yang penting diperhatikan adalah adanya kegiatan survailans yang teratur dan terus – menerus dengan metode yang konsisten sebagai alat yang dipakai ujntuk menunjang program pengendalian infeksi. Surveilans adalah pengamatan yang sistematis dan terus – menerus terhadap timbulnya penyakit dan penyebarannya pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menebabkan meningkat atau menurunnya resiko untuk terjadinya penyebaran penyakit Bila terjadi kejadian luar biasa ( KLB ) infeksi nosokomial, maka perlu diadakan penyelidikan untuk mengetahui sumber dan cara penularan serta untuk melaksanakan upaya penanggulangannya. Dalam pelaksanaan surveilans, khususnya penyelidikan KLB, perlu didukung oleh pemeriksaan laboratorium.Agar pemeriksaan laboratorium sesuai dengan hasil yang diharapkan dan menghindari kesalahan yang sering terjadi dalam pengolahan bahan/spesimen, maka pelaksanaannya harus berdasarkan pedoman cara-cara pengambilan bahan, penyimpanan dan pengiriman bahan mikrobiologi. 1. Metode / Cara Surveilans Kegiatan surveilans dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : a. Surveilans Komprehensif Yaitu pemantauan kejadian infeksi diseluruh rumah sakit b. Surveilans Selektif Yaitu pemantauan jenis infeksi tertentu atau bagian pelayanan tertentu saja. Surveilans selektif antara lain sebagai berikut :
Surveilans periodik komprehensif, dilakukan dalam interval waktu tertentu.
Surveilans menurut jenis pelayanan, misal infeksi luka operasi untuk bagian
bedah Surveilans laboratorium, berguna sebagai sistem peringatan dini bila terjadi peningkatan jumlah isolasi kuman tertentu dari yang biasa
Surveilans prevalensi, bertujuan mengukur semua kasus aktif yang ada (lama dan baru) pada saat survei dilaksanakan pada suatu populasi tertentu yang mendapat risiko pada suatu interval waktu tertentu ‹ Membuat Buku Pedoman Instalasi Gawat Darurat Contoh : Membuat Prosedur › Posted in Akreditasi RS, PIRS Tagged with: cuci tangan, infeksi, inos, nosokomial, perbaikan sarana, pirs,sampah