20
S1 Keperawatan Bina Generasi Polewali Mandar
Asuhan Keperawatan Anemia Hemolitik
Semester V
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah tahun 1997. Anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder keganasan hematologis.( Wiwik Handayani.2008)
Anemia hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit sebelum waktunya. Dalam keadaan in sumsum tulang memproduksi darah lebih cepat sebagai kompensasi hilangnya sel darah merah. Pada kasus Anemia biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi sel darah ysng telah mati secara berlebihan oleh limpa. Karena pada anemia hemolitik banyaknya sel darah merah yang mati pada waktu yang relative singkat Pada kasus anemia hemolitik yang akut terjadi distensi abdomen di karenakna hepatomegali dan splenomegali
Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep dasar anemia hemolitik serta asuhan keperawatannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
Apa Pengertian dari Anemia Hemolitik ?
Apa Etiologi dari anemia Hemolitik ?
Bagaimanakah patofisiologis pada anemia Hemolitik?
Apa saja manifestasi dari anemia Hemolitik?
Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan ?
Bagaimankah penatalaksanaannya ?
Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia Hemolitik ?
Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul " Askep Anemia Hemolitik ". Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya(Wiwik Handayani,2008 ).Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari)
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular)(htt:google,askep henolitik.2015 )
Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian antara lain:
Gangguan struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis ditemukan kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
Defisiensi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Defisiensi Glutation reduktase
Defisiensi Glutation
Defisiensi Piruvatkinase
Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
Defisiensi difosfogliserat mutase
Defisiensi Heksokinase
Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun telah mencapai keadaan yang normal Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal talasemia
Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
Infeksi, plasmodium, boriella
Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan hypersplenism. Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan oleh virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis, perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia sel sabit atau talasemia.
Manifestasi Klinis
Kadang – kadang Hemolisis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
Demam
Mengigil
Nyeri punggung dan lambung
Perasaan melayang
Penurunan tekana darah yang berarti
Secara mikro dapat menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan feses.
Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan.
Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
Bilirubin serum meningkat
Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
Gambaran peningkatan produksi eritrosit
Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
Gambaran rusaknya eritrosit:
morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
fragilitas osmosis, otohemolisis
umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom. persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit
Penatalaksanaan / Pengobatan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan khusus. Oleh karena itu, hanya aspek perawatan medis yang relevan dengan sebagian besar kasus anemia hemolitik yang dibahas di sini.
Terapi transfusi
Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.
Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres jantung.
Pada anemia hemolitik autoimun (AIHA), jenis pencocokan dan pencocokan silang mungkin sulit. Gunakan paling tidak kompatibel transfusi darah jika ditandai.. Risiko hemolisis akut dari transfusi darah tinggi, tetapi derajat hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-lahan memindahkan darah oleh pemberian unit setengah dikemas sel darah merah untuk mencegah kehancuran cepat transfusi darah.
Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya, talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan chelator deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral tradisional agen, deferoxamine.
Menghentikan obat
Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan seperti obat sulfa (lihat Diet).
Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap):
Penisilin
Sefalotin
Ampicillin
Methicillin
Kina
Quinidine
Kortikosteroid dapat dilihat pada anemia hemolitik autoimun.
Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa jenis anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun.
Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila langkah-langkah lain telah gagal.
Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik seperti anemia hemolitik agglutinin dingin.
Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum prosedur mungkin.
BAA III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data demografi
Riwayat kesehatan
Pasien dengan anemia hemolitik datang dengan keluhan sakit kepala, lemah, letih, pucat pada kulit dan membran mukosa
Riwayat kesehatan dahulu.
Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan seperti anti kanker, analgetik dll
Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi yang besar.
Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung as. Folat,Fe dan Vit12.
Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi
Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan atau kegagalan genetik yang berasal dari orang tua.
Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien terdapat penderita yang mengalami seperti yang dialami pasien saat ini.
Riwayat kesehatan sekarang.
Klien terlihat keletihan dan lemah
Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi.
Mengeluh nyeri mulut dan lidah
Perlu ditanyakan pada pasien tentang awal terjadinya keluhan seperti pucat, lemah, kelemahan. Mengenai lamanya keluhan tersebut dirasakan kualitas dan kuantitas keluhan,keadaan atau dan siuasi yang memperberat dan memperingan keluahan dan ditanyakan apakah sudah pernah dilakukan pengobatan.
Kebutuhan dasar
Pola aktivitas sehari-hari
Keletihan
Malaise
Kelemahan
Ditandai : Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja
Sirkulasi
Palpitasi,
takikardia,
mur mur sistolik,
kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, farink dan bibir) pucat
ditndai : Sklera : biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan vasokonstriksi (kompensasi).
ditandai : Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur
Eliminasi
Haluaran urine
Integritas ego
Depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung
Makanan dan cair
Penurunan nafsu makan
Mual dan muntah
Penurunan BB
Distensi abdomen dan penurunan bising usus
Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
Higiene
Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi.
Neurosensori
Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi. Penurunan penglihatan, gelisah dan kelemahan
Nyeri atau kenyamanan
Nyeri abdomen dan sakit kepala.
Keamanan
Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi
Seksualitas
Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia atau amenore),
hilang libido, dan impoten ( DOENGES E MARYLIN, 1999 )
Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel ditandai dengan kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah ditandai denganklien mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan BB, penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.
nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat ditandai dengan klien mengeluh BAB keras dalam waktu lama, mual atau muntah, penurunan nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba atau kram, gangguan bunyi usus.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh tubuh lemah, lebih banyak memerlukan istirahat.
Kurang pengetahuan berehubungan dengan kurang mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan klien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang dialami.
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan atau hemoragi.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist
( NANDA, 2012-2014 )
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel ditandai dengan kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan terjadi peningkatan perfusi jaringan
Kriteria Hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil,
Tidak terjadi sianosis, Kapilarirefil < 3dtk, Kulit tidak pucat,
Membran mukosa lembab, Kuku dan rambut kuat
Intervensi : - Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi Awasi tanda vital
kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : - Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan, Memberikan
informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan keb. intervensi.
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah ditandai denganklien mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan BB, penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria/Hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Mual muntah menurun
Terjadi kenaikan BB
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi : - Observasi riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Timbang berat badan setiap hari.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : - Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Diagnosa 3 : nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
Tujuan : diberikan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria/ Hasil :- Px mengungkapkan peningkatan perasan nyaman
Px melaporkan tidak ada sakit kepala atau nyeri abdomen
Tidak ada Tanda Tanda nyeri
Intervensi : - Pertahankan lingkungan yang tenang
Mempertahankan tirah baring selama pasien nyeri (akut)
Bantu px dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan rasa sakit, misalnya, redupkan lampu kamar, pijatan, dan tehnik relaksasi
Kolaborasi Berikan sesuai indikasi : analgetik
Rasional : - Lingkungan yang tenang dapat meningkatkankenyamanan
px Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Px juga mengalami hipotensi postural
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
Untuk menurunkan atau menngontrol nyeri dan menurunkan rangsang sisitem saraf simpatis
Dianosa 4 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat ditandai dengan klien mengeluh BAB keras dalam waktu lama, mual atau muntah, penurunan nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba atau kram, gangguan bunyi usus
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan pola eliminasi klien normal dari fungsi usus
Kriteria/ Hasil : menunjukkan perubahan pola eliminasi BAB dengan
konsistensi lembek , frekuensi sesuai kebiasaan, warna
khas feses
Intervensi :- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Auskultasi bunyi usus.
Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari
Hindari makanan yang membentuk gas.
observasi kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : - Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan
intervensi yang tepat
Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
Diagnosa 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh tubuh lemah, lebih banyak memerlukan istirahat.
Tujuan : Setelah diberiakan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan klien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria/ Hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi : - Observasi kemampuan ADL pasien.
Observasi kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : - Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Lingkungan tenang membantu px melakukan istrahat yang cukup tanpa adanya kebisingan
Istrahat membantu pemulihan sel yang rusak dan penggunaan energi yang banyak
Evaluasi
Keefektifan perfusi jaringan dengan
kavilari revil > 3detik,
sianosis,
kulit pucat, membran mukosa kering,
kuku dan rambut rapuh
Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi
Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Tingkat nyeri yang intermitten
Nyeri pusing dan
Nyeri abdomen
Pola defekasi yang tidak lancar
Proses BAB kurang dari normalnya
Intoleransi dan aktivitas yang berat
Lemah, lesu dan mudah letih
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anemia hemolitik adalah anemia yan di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari), Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Gangguan struktur dinding eritrosit
Gangguan pembentukan nukleotida
Hemoglobinopatia
Faktor Ekstrinsik
kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
Infeksi, plasmodium, boriella
Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Daftar Pustaka
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 20092011. Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta:EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ganngguan Sistem Hematologi.Salemba Medika