\
KAJIAN KRITIS TEKS EDITORIAL LAPORAN Disusun Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII Semester I
Oleh:
Melati Kusuma Bunda Pratiwi XII MIPA 2 / 17 18806
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURWOREJO 2017
TEKS EDITORIAL I Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial Sekitar sembilan dekade lalu, para pemudi dan pemuda Indonesia didorong oleh gejolak jiwa membara mengucapkan rangkaian kata-kata: Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda 1928 menjadi peristiwa sejarah menandai bangkitnya pemuda Indonesia membangun bangsa. Mereka berhasil meleburkan sedemikian banyak etno-nasionalisme menjadi satu bangsa dan tetap bersemangat merawat kebinekaan. Sumpah yang amat bertuah karena berhasil menganyam keragaman menjadi mosai k bangsa yang sangat indah laiknya hamparan taman sari yang ditumbuhi oleh bunga berwarna-warni harum mewangi yang merekah merekah setiap hari. Getaran sumpah yang berumur hampir satu abad itu masih menggetarkan dan terpatri pada generasi milenial. Sebab, kala itu mengucapkan sumpah disertai niat suci untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi. Kini semangat untuk bersatu sebagai bangsa masih amat signifikan. Daya getarnya merembet sampai kepada pemuda milenial sebagaimana laporan hasil survei Kompas, Senin (30/10). Tuah Sumpah Pemuda telah menghasilkan bangsa yang sangat indah. Namun, sayangnya, sumpah yang dilakukan oleh sementara para petinggi negeri dan politisi yang diucapkan dengan gagah berani kini semakin dirasakan absennya niat suci. Sumpah tanpa nurani hanya menjadi bunyi yang tidak mempunyai makna dan arti. Alih-alih mengabdi, sumpah dan janji justru dirasakan sebagai genderang mengawali politik transaksional dan perlombaan memuaskan kepentingan pribadi sebagai prioritas tertinggi. Politik tanpa nurani membuat Sumpah Pemuda tercemari. Akibatnya, bonus demografi, rasio semakin turunnya turunn ya tingkat ketergantungan penduduk nonproduktif (usia 0-14 tahun) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang semakin menurun menjadi tidak banyak berarti. Para petinggi negeri tidak mengantisipasi dengan cermat dan teliti momentum yang sangat penting ini, terutama pesatnya perkembangan teknologi yang dapat mengancam generasi milenial menjadi mati suri.
TEKS EDITORIAL I Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial Sekitar sembilan dekade lalu, para pemudi dan pemuda Indonesia didorong oleh gejolak jiwa membara mengucapkan rangkaian kata-kata: Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda 1928 menjadi peristiwa sejarah menandai bangkitnya pemuda Indonesia membangun bangsa. Mereka berhasil meleburkan sedemikian banyak etno-nasionalisme menjadi satu bangsa dan tetap bersemangat merawat kebinekaan. Sumpah yang amat bertuah karena berhasil menganyam keragaman menjadi mosai k bangsa yang sangat indah laiknya hamparan taman sari yang ditumbuhi oleh bunga berwarna-warni harum mewangi yang merekah merekah setiap hari. Getaran sumpah yang berumur hampir satu abad itu masih menggetarkan dan terpatri pada generasi milenial. Sebab, kala itu mengucapkan sumpah disertai niat suci untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi. Kini semangat untuk bersatu sebagai bangsa masih amat signifikan. Daya getarnya merembet sampai kepada pemuda milenial sebagaimana laporan hasil survei Kompas, Senin (30/10). Tuah Sumpah Pemuda telah menghasilkan bangsa yang sangat indah. Namun, sayangnya, sumpah yang dilakukan oleh sementara para petinggi negeri dan politisi yang diucapkan dengan gagah berani kini semakin dirasakan absennya niat suci. Sumpah tanpa nurani hanya menjadi bunyi yang tidak mempunyai makna dan arti. Alih-alih mengabdi, sumpah dan janji justru dirasakan sebagai genderang mengawali politik transaksional dan perlombaan memuaskan kepentingan pribadi sebagai prioritas tertinggi. Politik tanpa nurani membuat Sumpah Pemuda tercemari. Akibatnya, bonus demografi, rasio semakin turunnya turunn ya tingkat ketergantungan penduduk nonproduktif (usia 0-14 tahun) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang semakin menurun menjadi tidak banyak berarti. Para petinggi negeri tidak mengantisipasi dengan cermat dan teliti momentum yang sangat penting ini, terutama pesatnya perkembangan teknologi yang dapat mengancam generasi milenial menjadi mati suri.
Bonus demografi mulai dikumandangkan sebagai potensi meningkatkan martabat negeri oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2013. Namun, hal itu disertai beberapa catatan penting, antara lain sebaran jumlah penduduk yang tidak merata (terkonsentrasi di Jawa), tingginya tingkat pertumbuhan penduduk (laju tingkat pertambahan penduduk Indonesia beberapa tahun terakhir kurang lebih sama dengan jumlah penduduk negara Singapura), dan rendahnya kualitas penduduk. Faktor terakhir ini dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia (IPM). Berita Statistik pada 6 Mei 2013 menyebutkan, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2013 didominasi penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah), yaitu 54,6 juta orang (47,9 persen) dan SMP 20 juta (17,8 persen). Jika dihitung total, jumlahnya hampir 65 persen tenaga kerja dalam era persaingan global yang sangat ketat saat ini. Selain itu, masih ada sederetan data yang dapat mengungkapkan betapa besarnya permasalahan kependudukan. Jika tidak dikelola dengan niat politik yang benar, dapat diperkirakan hal itu menjadi ”bom waktu” yang akan meledak dan akan memorakporandakan kehidupan bersama. Sinyalemen tersebut bukan hal yang mustahil. Ada sebuah artikel di majalah Der Spiegel No 2/2008 berjudul ”Junge Manner: Die Gefahrlichste Spezeis der Welt” (Orang Muda: Spesies yang Paling Berbahaya di Dunia). Pelajaran dari artikel tersebut adalah jika negara tidak hadir dan gagal memberikan pendidikan kepada generasi muda sehingga menjadi penganggur, mereka justru akan menjadi spesies yang amat membahayakan dunia. Selain itu, ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh pemuda milenial bahwa robot dapat dipastikan semakin lama akan menggantikan tenaga kerja manusia (Martin Ford, 2015, Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future). Ancaman lain yang tak kalah serius akibat dari pengangguran dan kesenjangan sosial ekonomi adalah menyuburkan berbagai doktrin dan ideologi radikal. Mereka mudah terpikat dengan janji-janji meskipun tidak masuk akal. Perilaku radikal dan intoleransi akan tumbuh subur di kalangan generasi muda.
Bahkan, dewasa ini penetrasi ajaran intoleransi mulai masuk ke kalangan terdidik dan kelas menengah, aparatur negara, dan BUMN. Penetrasi ajaran-ajaran tersebut di kalangan profesional masuk melalui kajian-kajian keagamaan yang dilakukan di tempat kerja (Survei Alvara, Oktober 2017). Oleh sebab itu, makna Sumpah Pemuda kali ini harus dapat mendorong para petinggi negeri dan politisi membuat kebijakan politik yang dapat mencegah pemuda milenial tidak terperangkap dalam kegalauan menghadapi tingkat persaingan global. Selain itu, juga mencegah dari kepesatan tingkat kecanggihan teknologi, terutama robot yang dapat menggantikan tenaga manusia. Generasi muda milenial secara individual banyak sekali yang mempunyai kreativitas yang mengagumkan dalam memanfaatkan era digital. Namun, mengingat tantangan global yang semakin kompleks dan keras, negara harus hadir dengan membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyatnya. J Kristiadi, Peneliti Senior CSIS
TEKS EDITORIAL II Generasi Muda Menjaga Bangsa Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan historis mengindonesia, Sumpah Pemuda juga peristiwa yang terus menawarkan aktualisasi. Harian ini dalam tiga kali terbitannya, 23-25 Oktober yang lalu, mewawancarai sejumlah anak muda, lahir 1980-1999. Ditunjukkan sejumlah terobosan yang dilakukan kaum muda rata-rata berusia di bawah 30 tahun itu di berbagai bidang. Generasi milenial memiliki cara berpikir dan cara menemukan solusi sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka yakin, dan sudah mereka tunjukkan dalam berbagai bidang kegiatan, energi milenial akan mengubah arah bangsa ke depan. Wawancara itu hanya sepintas, belum dilanjutkan survei. Meskipun demikian, inspirasi yang ditawarkan sangat produktif. Kenyataan bahwa mungkin saja jumlahnya kecil, tetapi kita sepakat generasi milenial memiliki berbagai kelebihan dibanding generasi sebelumnya. Kemajuan teknologi memungkinkan mereka bekerja lebih logis dan terukur, di antaranya dalam memberikan pengaruh signifikan dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti generasi 28, persentase jumlah generasi milenial sangat kecil dibanding jumlah total penduduk. Mereka adalah generasi kritis yang mengandalkan nalar dan budi, kemampuan otak dan hati nurani, yang mungkin melawan arus umum. Begitu juga jumlah pencetus Sumpah Pemuda, tekad dan gerakan yang dihasilkan Kongres Pemuda II di Gedung Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 — sebelumnya Kongres Pemuda I diselenggarakan di aula Katedral Jakarta — merumuskan secara visioner keyakinan dan spirit Angkatan 28. Dengan semangat, tekad dan gerakan itu diperkecil faktor mayoritas dan minoritas. Perbedaan adalah keniscayaan yang menyatukan. Perbedaan perlu disyukuri, karena itu sejak awal pemadatan gagasan merdeka sudah jauh dari arogansi mayoritas. Menghidupi dan mengobarkan semangat perjuangan Indonesia
adalah usaha bersama, berasal dari beragam suku, bahasa, agama, latar belakang budaya dan ekonomi, ikut serta di dalamnya. Mengenali aktualitas persoalan, ditawarkan sejumlah persoalan besar, di antaranya masalah kesenjangan sosial, narkoba, dan korupsi. Kita sedang mengalami proses detradisionalisasi, kata Uskup Agung Jakarta Mgr Suharyo. Kehidupan sosial tidak lagi dipertimbangkan atas baik dan buruk, pantas dan tidak, tetapi mana yang cocok. Magna carta 28 Oktober 1928, Hari Sumpah Pemuda, merupakan ingatan kolektif yang perlu terus kita aktualkan dan perkaya. Memelihara ingatan kolektif, dasar membangun semangat kesatuan dan persatuan. Upaya kreatif generasi milenial mungkin bisa menjadi virus positif dalam upaya menangkal berbagai kondisi yang memprihatinkan. Mereka menawarkan harapan cerah masa depan Indonesia.
Berikut merupakan analisis struktur teks editorial I Mencegah
Kegalauan Pemuda Milenial No.
Struktur
1.
Judul
2.
Pernyataan Pendapat
Kalimat
Par.
Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial
Sekitar sembilan dekade lalu, para pemudi
1
dan pemuda Indonesia didorong oleh gejolak jiwa membara
mengucapkan
rangkaian
kata-kata:
Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda 1928 menjadi peristiwa sejarah menandai bangkitnya pemuda Indonesia membangun bangsa. Mereka berhasil meleburkan sedemikian banyak etno-nasionalisme menjadi satu bangsa dan tetap bersemangat merawat kebinekaan. Sumpah yang amat bertuah karena berhasil menganyam keragaman menjadi mosaik
bangsa
yang
sangat
indah
laiknya
hamparan taman sari yang ditumbuhi oleh bunga berwarna-warni harum mewangi yang merekah setiap hari. Getaran sumpah yang berumur hampir satu abad itu masih menggetarkan dan terpatri pada
2
generasi milenial. Sebab, kala itu mengucapkan sumpah disertai niat suci untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi. Kini semangat untuk bersatu sebagai bangsa masih amat signifikan. Daya getarnya merembet
sampai
kepada
pemuda
milenial
sebagaimana laporan hasil survei Kompas, Senin (30/10). Tuah Sumpah Pemuda telah menghasilkan bangsa yang sangat indah. Namun, sayangnya, sumpah yang dilakukan oleh sementara para petinggi negeri dan politisi
3
yang diucapkan dengan gagah berani kini semakin dirasakan absennya niat suci. Sumpah tanpa nurani hanya menjadi bunyi yang tidak mempunyai makna dan arti. Alih-alih mengabdi, sumpah dan janji
justru
dirasakan
sebagai
genderang
mengawali politik transaksional dan perlombaan memuaskan kepentingan pribadi sebagai prioritas tertinggi. Politik tanpa nurani membuat Sumpah Pemuda tercemari.
3.
Akibatnya, bonus demografi, rasio semakin
Argumentasi
turunnya
tingkat
ketergantungan
4
penduduk
nonproduktif (usia 0-14 tahun) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang semakin menurun menjadi tidak banyak berarti. Para petinggi negeri tidak mengantisipasi dengan cermat dan teliti momentum yang sangat penting ini, terutama pesatnya perkembangan teknologi yang dapat mengancam generasi milenial menjadi mati suri. Bonus demografi mulai dikumandangkan sebagai potensi meningkatkan martabat negeri oleh
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional tahun 2013. Namun, hal itu disertai beberapa catatan penting, antara lain sebaran jumlah penduduk yang tidak merata (terkonsentrasi
di
Jawa),
tingginya
tingkat
pertumbuhan penduduk (laju tingkat pertambahan penduduk Indonesia beberapa tahun terakhir kurang lebih sama dengan jumlah penduduk
5
negara
Singapura),
dan
rendahnya
kualitas
penduduk. Faktor terakhir ini dapat dilihat dari indeks
6
pembangunan manusia (IPM). Berita Statistik pada 6 Mei 2013 menyebutkan, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2013 didominasi penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah), yaitu 54,6 juta orang (47,9 persen) dan SMP 20 juta (17,8 persen). Jika dihitung total, jumlahnya hampir 65 persen tenaga kerja dalam era persaingan global yang sangat ketat saat ini. Selain itu, masih ada sederetan data yang dapat mengungkapkan betapa besarnya permasalahan kependudukan. Jika tidak dikelola dengan niat politik yang benar, dapat diperkirakan hal itu menjadi ”bom waktu” yang akan meledak dan akan memorakporandakan kehidupan bersama. Sinyalemen
tersebut
bukan
hal
yang
mustahil. Ada sebuah artikel di majalah Der Spiegel No 2/2008 berjudul ”Junge Manner: Die Gefahrlichste Spezeis der Welt” (Orang Muda: Spesies yang Paling Berbahaya di Dunia). Pelajaran dari artikel tersebut adalah jika negara tidak hadir dan gagal memberikan pendidikan kepada
generasi
muda
sehingga
menjadi
penganggur, mereka justru akan menjadi spesies yang amat membahayakan dunia. Selain itu, ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh pemuda milenial bahwa robot dapat dipastikan semakin lama akan menggantikan tenaga kerja
7
manusia (Martin Ford, 2015, Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future). Ancaman lain yang tak kalah serius akibat dari
pengangguran
dan
kesenjangan
8
sosial
ekonomi adalah menyuburkan berbagai doktrin dan ideologi radikal. Mereka mudah terpikat dengan janji-janji meskipun tidak masuk akal. Perilaku radikal dan intoleransi akan tumbuh subur di kalangan generasi muda. Bahkan, dewasa ini penetrasi ajaran intoleransi mulai masuk ke kalangan terdidik dan kelas menengah, aparatur negara,
dan
BUMN.
Penetrasi
ajaran-ajaran
tersebut di kalangan profesional masuk melalui kajian-kajian keagamaan yang dilakukan di tempat kerja (Survei Alvara, Oktober 2017). 4.
Oleh sebab itu, makna Sumpah Pemuda kali
Pernyataan Ulang
ini harus dapat mendorong para petinggi negeri dan
Pendapat
politisi membuat kebijakan politik yang dapat mencegah pemuda milenial tidak terperangkap dalam kegalauan menghadapi tingkat persaingan global. Selain itu, juga mencegah dari kepesatan tingkat kecanggihan teknologi, terutama robot yang
dapat
menggantikan
tenaga
manusia.
Generasi muda milenial secara individual banyak sekali
yang
mempunyai
kreativitas
yang
mengagumkan dalam memanfaatkan era digital. Namun, mengingat tantangan global yang semakin kompleks dan keras, negara harus hadir dengan
9
membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyatnya.
Berikut merupakan analisis struktur teks editorial II Generasi Muda Menjaga Bangsa No.
Struktur
1.
Judul
2.
Pernyataan Pendapat
Kalimat
Par.
Generasi Muda Menjaga Bangsa
-
Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan
1
historis mengindonesia, Sumpah Pemuda juga peristiwa yang terus menawarkan aktualisasi. Harian ini dalam tiga kali terbitannya, 23-25
2
Oktober yang lalu, mewawancarai sejumlah anak muda, lahir 1980-1999. Ditunjukkan sejumlah terobosan yang dilakukan kaum muda rata-rata berusia di bawah 30 tahun itu di berbagai bidang. Generasi milenial memiliki cara berpikir dan cara menemukan solusi sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka yakin, dan sudah mereka tunjukkan dalam berbagai bidang kegiatan, energi milenial akan mengubah arah bangsa ke depan. Wawancara itu hanya sepintas, belum dilanjutkan survei. Meskipun demikian, inspirasi yang ditawarkan sangat produktif. Kenyataan bahwa mungkin saja jumlahnya kecil, tetapi kita sepakat generasi milenial memiliki berbagai kelebihan
dibanding
Kemajuan
teknologi
generasi
sebelumnya.
memungkinkan
mereka
bekerja lebih logis dan terukur, di antaranya dalam
3
memberikan pengaruh signifikan dalam berbagai bidang kehidupan. 3.
Argumentasi
Seperti generasi 28, persentase jumlah
4
generasi milenial sangat kecil dibanding jumlah total penduduk. Mereka adalah generasi kritis yang mengandalkan nalar dan budi, kemampuan otak dan hati nurani, yang mungkin melawan arus umum. Begitu juga jumlah pencetus Sumpah Pemuda, tekad dan gerakan yang dihasilkan Kongres Pemuda II di Gedung Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 — sebelumnya Kongres Pemuda I diselenggarakan di aula Katedral Jakarta — merumuskan secara visioner keyakinan dan spirit Angkatan 28.
5
Dengan semangat, tekad dan gerakan itu diperkecil
faktor
mayoritas
dan
minoritas.
Perbedaan adalah keniscayaan yang menyatukan. Perbedaan perlu disyukuri, karena itu sejak awal pemadatan gagasan merdeka sudah jauh dari arogansi mayoritas. Menghidupi dan mengobarkan semangat perjuangan Indonesia adalah usaha bersama, berasal dari beragam suku, bahasa, agama, latar belakang budaya dan ekonomi, ikut serta di dalamnya. Mengenali aktualitas persoalan, ditawarkan sejumlah persoalan besar, di antaranya masalah kesenjangan sosial, narkoba, dan korupsi. Kita sedang mengalami proses detradisionalisasi, kata Uskup Agung Jakarta Mgr Suharyo. Kehidupan sosial tidak lagi dipertimbangkan atas baik dan buruk, pantas dan tidak, tetapi mana yang cocok.
6
4.
Pernyataan
Magna carta 28 Oktober 1928, Hari Sumpah
Ulang
Pemuda, merupakan ingatan kolektif yang perlu
Pendapat
terus kita aktualkan dan perkaya. Memelihara
7
ingatan kolektif, dasar membangun semangat kesatuan dan persatuan. Upaya kreatif generasi milenial mungkin bisa menjadi virus positif dalam upaya menangkal berbagai kondisi yang memprihatinkan. Mereka menawarkan harapan cerah masa depan Indonesia.
8
a.
Kaidah kebahasaan teks editorial secara umum yaitu sebagai berikut:
Adverbia Frekuentatif
Adverbia frekuentatif adalah bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbial frekuentatif, seperti selalu, kerap,biasanya, sebagian besar waktu, kadang-kadang , sering , jarang , dan lainnya.
Berikut merupakan adverbial frekuentatif yang terdapat dalam teks editorial I Mencegah Kegalauan Pemuda Mi lenial : Par. Adverbia No. Kalimat Frekuentaif Namun, hal itu disertai beberapa catatan 1. 5
penting, antara lain sebaran jumlah penduduk yang tidak merata (terkonsentrasi di Jawa), tingginya tingkat pertumbuhan penduduk (laju tingkat
pertambahan
penduduk
Beberapa tahun terakhir
Indonesia
beberapa tahun terakhir kurang lebih sama dengan jumlah penduduk negara Singapura), dan rendahnya kualitas penduduk. 2.
Bahkan, dewasa ini penetrasi ajaran intoleransi
2
mulai masuk ke kalangan terdidik dan kelas menengah, aparatur negara, dan BUMN.
Dalam beberapa tahun terakhir
Berikut merupakan adverbial frekuentatif yang terdapat dalam teks editorial Generasi Muda Menjaga Bangsa: No.
1.
Kalimat
Harian ini dalam tiga kali terbitannya, 23-25 Oktober yang lalu, mewawancarai sejumlah anak muda, lahir 1980-1999.
Par.
Adverbia Frekuentaif
1 Tiga kali
b.
Konjungsi Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks editorial yaitu sebagai berikut:
1) Konjungsi Penguatan. Konjungsi penguatan dalam teks editorial digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru, dan sebagainya. 2) Konjungsi Kausal / Sebab-Akibat Konjungsi kausal dalam teks editorial menyatakan hubungan sebab akibat, seperti sejak, sebelumnya, dan sebagainya. 3) Konjungsi Pertentangan Konjungsi pertentangan adalah bentuk konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, namun dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Umumnya, bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada bagian pertama. Contoh : tetapi, melainkan, sedangkan, akan tetapi, padahal, se baliknya, dan namun. 4) Konjungsi Temporal. Konjungsi temporal dalam teks editorial digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya.
Berikut merupakan konjungsi yang terdapat dalam teks editorial I
Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial : No.
Kalimat
1. Sebab,
kala
itu
Konjungsi
mengucapkan Sebab
sumpah disertai niat suci untuk
Fungsi
Untuk menyatakan sebab-akibat
berbakti kepada Ibu Pertiwi. Kini semangat untuk bersatu sebagai bangsa masih amat signifikan. 2
Akibatnya, bonus demografi, rasio Akibatnya semakin
turunnya
tingkat
ketergantungan
Untuk menyatakan sebab-akibat
penduduk
nonproduktif (usia 0-14 tahun) dengan penduduk usia produktif (15-64
tahun)
yang
semakin
menurun menjadi tidak banyak berarti. 3
Selain itu, masih ada sederetan data Selain itu yang dapat mengungkapkan betapa besarnya
Untuk memperkuat argumentasi
permasalahan
kependudukan. 4
Namun, sayangnya, sumpah yang Namun dilakukan
oleh
sementara
para
petinggi negeri dan politisi yang
Untuk mempertentangkan dua hal atauu lebih
diucapkan dengan gagah berani kini semakin dirasakan absennya niat suci. 5
Pelajaran
dari
artikel
tersebut Justru
adalah jika negara tidak hadir dan gagal
memberikan
pendidikan
Untuk memperkuat argumentasi
kepada generasi muda sehingga menjadi penganggur, mereka justru akan menjadi spesies yang amat membahayakan dunia. 6
Selain itu, ancaman dan tantangan Selain itu yang dihadapi oleh pemuda milenial bahwa
robot
dapat
Untuk memperkuat argumentasi
dipastikan
semakin lama akan menggantikan tenaga kerja manusia (Martin Ford, 2015,
Rise
of
the
Robots:
Technology and the Threat of a Jobless Future). 7
Bahkan, dewasa
ini
penetrasi Bahkan
ajaran intoleransi mulai masuk ke kalangan
terdidik
dan
Untuk memperkuatargumentasi
kelas
menengah, aparatur negara, dan BUMN.
Oleh sebab itu, makna Sumpah Oleh sebab Pemuda
kali
ini
harus
dapat itu
mendorong para petinggi negeri dan politisi membuat kebijakan politik yang
dapat
mencegah
pemuda
milenial tidak terperangkap dalam kegalauan
menghadapi
persaingan global.
tingkat
Untuk menyatakan sebab-akibat
8
Selain itu, juga mencegah dari Selain itu kepesatan
tingkat
kecanggihan
Untuk memperkuat argumentasi
teknologi, terutama robot yang dapat
menggantikan
tenaga
manusia. 9
Namun,
mengingat
tantangan
Menyatakan
global yang semakin kompleks dan
pertentangan dengan
keras, negara harus hadir dengan
yang dinyatakan pada
membuat
kalimat sebelumnya
kebijakan
berorientasi
kepada
yang
kepentingan
rakyatnya.
Berikut merupakan konjungsi yang terdapat dalamteks editorial II Generasi Muda Menjaga Bangsa:
No.
Kalimat
Konjungsi
1. Meskipun demikian, inspirasi yang Meskipun ditawarkan sangat produktif.
demikian
Fungsi
Menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya
2.
Kenyataan bahwa mungkin saja Tetapi jumlahnya kecil, tetapi kita sepakat
pertentangan dengan
generasi
milenial
memiliki
yang dinyatakan pada
berbagai
kelebihan
dibanding
anak
generasi sebelumnya. 3.
Menyatakan
Begitu Sumpah
juga
kalimat sebelumnya
jumlah
Pemuda,
pencetus Sebelumnya
tekad
dan
Untuk menata argumentasi
gerakan yang dihasilkan Kongres Pemuda II di Gedung Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 — sebelumnya Kongres Pemuda I
diselenggarakan di aula Katedral Jakarta — merumuskan visioner
keyakinan
Angkatan 28.
secara dan
spirit
c. Verba
Verba yang banyak dijumpai pada teks editorial yaitu sebagai berikut: 1)
Verba Material Verba material merupakan verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, seperti mengunyah, membaca, menulis, dan sebagainya.
2)
Verba Relasional Verba relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A adalah B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/ di dalam B), dan
milik (yang
mengandung pengertian A mempunyai B). Verba pertama (yang menunjukkan hubungan intensitas) tergolong ke dalam verba relasional identifikatif , sedangkan verba kedua dan ketiga (yang menyatakan sirkumstansi dan milik) tergolong ke dalam verba relasional atributif . Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau
teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi
(identifier). Misalnya: Ayah (token) adalah (verba relasional identifikatif) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Misalnya: Ayah (penyandang) mempunyai(verba relasional atributif) mobil baru (sandangan). 3)
Verba Mental Verba mental dalam teks editorial berfungsi untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir ), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena.
Berikut merupakan verba yang terdapat dalam teks editorialI Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial: No.
Kalimat
Verba
Jenis Verba
1.
Sumpah Pemuda 1928 menjadi peristiwa sejarah menandai bangkitnya pemuda Indonesia membangun bangsa.
Menjadi
Verba Relasional
2.
Mereka berhasil meleburkan sedemikian banyak etno-nasionalisme menjadi satu bangsa dan tetap bersemangat merawat kebinekaan
Meleburkan, menjadi, merawat
Verba material, Verba Relasional, Verba material
3.
Sumpah yang amat bertuah karena berhasil keragaman menganyam menjadi mosaik bangsa yang sangat indah laiknya hamparan taman sari yang ditumbuhi oleh bunga berwarna-warni harum mewangi yang merekah setiap hari.
Menganyam, menjadi,
Verba material, Verba Relasional
4.
Getaran sumpah yang berumur hampir satu abad itu masih menggetarkan dan terpatri pada generasi milenial.
Menggetarkan
Verba material
5.
Sebab, kala itu mengucapkan sumpah disertai niat suci untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi.
Mengucapkan
Verba material
6.
Sumpah tanpa nurani hanya menjadi bunyi yang tidak mempunyai makna dan arti.
Menjadi
Verba Relasional
7.
Alih-alih mengabdi , sumpah dan janji justru dirasakan sebagai genderang mengawali politik transaksional dan perlombaan memuaskan kepentingan pribadi sebagai prioritas tertinggi.
Mengabdi Memuaskan
Verba Mental
8.
Politik tanpa nurani membuat Sumpah Pemuda tercemari.
Membuat
Membuat
9.
Para
Mengantisipasi Mengancam Menjadi
Verba material Verba material Verba Relasional
Meningkatkan
Verba material
petinggi negeri tidak mengantisipasi dengan cermat dan teliti momentum yang sangat penting ini, terutama pesatnya perkembangan teknologi yang dapat mengancam generasi milenial menjadi mati suri.
10. Bonus demografi dikumandangkan sebagai
mulai potensi
meningkatkan martabat negeri oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2013. 11.
Berita Statistik pada 6 Mei 2013 menyebutkan, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2013 didominasi penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah), yaitu 54,6 juta orang (47,9 persen) dan SMP 20 juta (17,8 persen).
Menyebutkan
12. Selain itu, masih ada sederetan data Mengungkap-kan yang dapat mengungkapkan betapa besarnya permasalahan kependudukan.
Verba mental
Verba mental
13. Jika tidak dikelola dengan niat politik Menjadi Verba yang benar, dapat diperkirakan hal itu MemorakporadaRelasional kan Verba material menjadi ”bom waktu” yang akan meledak dan akan kehidupan memorakporandakan bersama. 14. Pelajaran dari artikel tersebut adalah Adalah, jika negara tidak hadir dan gagal Memberikan kepada Menjadi memberikan pendidikan generasi muda sehingga menjadi membahayakan penganggur, mereka justru akan spesies yang amat menjadi membahayakan dunia.
Verba relasional Verba mental Verba relasional Verba material
15. Selain itu, ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh pemuda milenial bahwa robot dapat dipastikan semakin lama akan menggantikan tenaga kerja manusia
Menggantikan
Verba mental
16. Ancaman lain yang tak kalah serius akibat dari pengangguran dan kesenjangan sosial ekonomi adalah menyuburkan berbagai doktrin dan ideologi radikal.
Adalah Menyuburkan
Verba relasional Verba material
17. Oleh sebab itu, makna Sumpah Pemuda kali ini harus dapat mendorong para petinggi negeri dan politisi membuat kebijakan politik yang dapat mencegah pemuda milenial tidak terperangkap dalam kegalauan menghadapi tingkat persaingan global
Mendorong Membuat Mencegah Menghadapi
Verba mental Verba material Verba mental Verba mental
18. Generasi individual
muda milenial secara banyak sekali yang kreativitas yang mempunyai mengagumkan dalam memanfaatkan era digital
19. Namun, mengingat tantangan global yang semakin kompleks dan keras, negara harus hadir dengan membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyatnya.
Mempunyai Mengagumkan memanfaatkan
Verba relasional Verba mental Verba material
Mengingat Membuat
Verba mental Verb Material
Adapun verba yang terdapat dalam teks editorial II Generasi Muda Menjaga Bangsa: No.
Kalimat
Verba
Jenis Verba
1
Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan historis mengindonesia, Sumpah Pemuda juga peristiwa yang terus menawarkan aktualisasi
Menawarkan
Verba material
2
Harian ini dalam tiga kali terbitannya, Mewawanca-rai 23-25 Oktober yang lalu, mewawancarai sejumlah anak muda, lahir 1980-1999.
3
Generasi milenial memiliki cara berpikir dan cara menemukan solusi sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.
Memiliki Menemukan
Verba relasional Verba material
4
Mereka yakin, dan sudah mereka tunjukkan dalam berbagai bidang kegiatan, energi milenial akan mengubah arah bangsa ke depan.
Mengubah
Verba material
5
Kenyataan bahwa mungkin saja jumlahnya kecil, tetapi kita sepakat generasi milenial memiliki berbagai kelebihan dibanding generasi sebelumnya.
Memiliki
Verba relasional
6
Kemajuan teknologi memungkinkan mereka bekerja lebih logis dan terukur, di antaranya dalam memberikan pengaruh signifikan dalam berbagai bidang kehidupan.
memberikan
Verba mental
Verba material
7
Mereka adalah generasi kritis yang mengandalkan nalar dan budi, kemampuan otak dan hati nurani, yang mungkin melawan arus umum.
Adalah Mengandal-kan
Verba relasional
8
Begitu juga jumlah pencetus Sumpah Pemuda, tekad dan gerakan yang dihasilkan Kongres Pemuda II di Gedung Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 — sebelumnya Kongres Pemuda I diselenggarakan di aula Katedral Jakarta — merumuskan secara visioner keyakinan dan spirit Angkatan 28.
Merumuskan
Verba mental
9
Dengan semangat, tekad dan gerakan itu diperkecil faktor mayoritas dan minoritas. Perbedaan adalah keniscayaan yang menyatukan.
Menyatukan
Verba material
Menghidupi Mengobar-kan
Verba material
10 Menghidupi dan mengobarkan semangat perjuangan Indonesia adalah usaha bersama, berasal dari beragam suku, bahasa, agama, latar belakang budaya dan ekonomi, ikut serta di dalamnya. 11
Perbedaan adalah keniscayaan yang Adalah menyatukan.
Verba relasional
12
Menghidupi dan mengobarkan Adalah semangat perjuangan Indonesia adalah usaha bersama, berasal dari beragam suku, bahasa, agama, latar belakang budaya dan ekonomi, ikut serta di dalamnya
Verba relasional
13 Mengenali aktualitas persoalan, Mengenali ditawarkan sejumlah persoalan besar, di antaranya masalah kesenjangan sosial, narkoba, dan korups
Verba material
14
Kita sedang mengalami proses mengalami detradisionalisasi, kata Uskup Agung Jakarta Mgr Suharyo.
Verba mental
15
Magna carta 28 Oktober 1928, Hari merupakan Sumpah Pemuda, merupakan ingatan kolektif yang perlu terus kita aktualkan dan perkaya
Verba relasional
16
Memelihara ingatan kolektif, dasar Memelihara membangun semangat kesatuan dan membangun persatuan.
17
Upaya kreatif generasi milenial Menangkal Verba material mungkin bisa menjadi virus positif Memprihatin-kan Verba mental dalam upaya menangkal berbagai kondisi yang memprihatinkan
18
Mereka menawarkan harapan cerah Menawarkan masa depan Indonesia.
d.
Verba material Verba material
Verba mental
Modalitas
Modalitas dalam teks editorial berfungsi untuk membangun opini yang mengarah kepada saran atau anjuran. Modalitas merupakan cara seseorang untuk menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi. Beberapa bentuk modalitas antara lain: 1) Untuk menyatakan kepastian, seperti memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukan, bukannya, dan sebagainya. 2) Untuk menyatakan pengakuan, seperti iya, benar, betul, sebenarnya, malahan, dan sebagainya. 3) Untuk menyatakan kesangsian, seperti agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, rupanya, dan sebagainya. 4) Untuk menyatakan keinginan, seperti semoga, mudah-mudahan, dan sebagainya. 5) Untuk menyatakan ajakan, seperti baik, mari, hendaknya, kiranya, dan sebagainya. 6) Untuk menyatakan larangan, seperti jangan. 7) Untuk menyatakan keheranan, seperti mustahil, tidak masuk akal , dan sebagainya. 8) Untuk menyatakan kemampuan. Unsur penandanya bisa berupa unsur leksikal bisa, dapat, dan mampu.
Berikut merupakan modalitas yang terdapat dalam teks editorial I Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial : No.
Kalimat
Modalitas
1.
tidak Sumpah tanpa nurani hanya menjadi bunyi yang tidak mempunyai makna dan arti
2
tidak Akibatnya, bonus demografi, rasio semakin turunnya tingkat ketergantungan penduduk nonproduktif (usia 0-14 tahun) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang semakin menurun menjadi tidak banyak berarti.
3
tidak Para petinggi negeri tidak mengantisipasi dengan cermat dan teliti momentum yang sangat penting ini, terutama pesatnya perkembangan teknologi yang dapat mengancam generasi milenial menjadi mati suri.
dapat
4
Namun, hal itu disertai beberapa catatan penting, antara lain sebaran jumlah penduduk yang tidak merata (terkonsentrasi di Jawa), tingginya tingkat pertumbuhan penduduk (laju tingkat pertambahan penduduk Indonesia beberapa tahun terakhir kurang lebih sama dengan jumlah penduduk negara Singapura), dan rendahnya kualitas penduduk
tidak
5
Faktor terakhir ini dapat dilihat pembangunan manusia (IPM).
dapat
dari
indeks
6
dapat Selain itu, masih ada sederetan data yang dapat mengungkapkan betapa besarnya permasalahan kependudukan.
7
Jika tidak dikelola dengan niat politik yang benar, dapat diperkirakan hal itu menjadi ”bom waktu” yang akan meledak dan akan memorakporandakan kehidupan bersama
tidak benar dapat
8
Pelajaran dari artikel tersebut adalah jika negara tidak hadir dan gagal memberikan pendidikan kepada generasi muda sehingga menjadi penganggur, mereka ustru akan menjadi spesies yang amat membahayakan dunia.
9
dapat Selain itu, ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh pemuda milenial bahwa robot dapat dipastikan semakin lama akan menggantikan tenaga kerja manusia
10
Mereka mudah terpikat dengan janji-janji meskipun tidak masuk akal.
tidak
11
Oleh sebab itu, makna Sumpah Pemuda kali ini harus dapat mendorong para petinggi negeri dan politisi membuat kebijakan politik yang dapat mencegah pemuda milenial tidak terperangkap dalam kegalauan menghadapi tingkat persaingan global
harus
12
dapat tidak
dapat Selain itu, juga mencegah dari kepesatan tingkat kecanggihan teknologi, terutama robot yang dapat menggantikan tenaga manusia.
13
harus Namun, mengingat tantangan global yang semakin kompleks dan keras, negara harus hadir dengan membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyatnya.
Berikut merupakan modalitas yang terdapat dalam teks editorial II Generasi Muda Menjaga Bangsa: No.
Kalimat
Modalitas
1.
Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan historis
tidak
mengindonesia,
2
3
4
5
e.
Kenyataan bahwa mungkin saja jumlahnya kecil, tetapi kita sepakat generasi milenial memiliki berbagai kelebihan dibanding generasi sebelumnya. Mereka adalah generasi kritis yang mengandalkan nalar dan budi, kemampuan otak dan hati nurani, yang mungkin melawan arus umum Kehidupan sosial tidak lagi dipertimbangkan atas baik dan buruk, pantas dan tidak , tetapi mana yang cocok Upaya kreatif generasi milenial mungkin bisa menjadi virus positif dalam upaya menangkal berbagai kondisi yang memprihatinkan
mungkin
mungkin
tidak
mungkin bisa
Afiksasi Afiks atau pengimbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata, baik di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu, yang berfungsi untuk membentuk kata baru yang berhubungan dengan kata yang pertama. Sedangkan afiksasi adalah sesuatu hal yang terjadi pada pembentukan sebuah nomina (kata benda). Adapun contoh afiksasi adalah prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Adapun penjabaran lebih lanjut adalah sebagai berikut: Prefiks. Prefiks adalah afiksasi awalan(ter-, ke-, me-/di-, ber- pe-, dan se-). Misalnya: Naufal terpilih sebagai ketua kelas XII MIPA 2. Infiks. Infiks adalah afiksasi sisipan yang berada di tengah kata dasar (-in-, -el-, -em-, -er-). Misalnya: Wahyu dan Kholif sedang asyik bermain gelembung udara. Sufiks. Sufiks adalah afiksasi akhiran (-an, -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris, us, -isme, -is, -isasi, -isida, -ita, or, -tas, -kan, -i, -ah) Misalnya: Buku bacaan yang dibawa Nada itu milik Alfa. Konfiks. Konfiks adalah afiks yang terdapat pada awalan dan akhiran (kean, pe-an, per-an) Misalnya: Pertunjukan sulap itu berhasil memukau penonton.
AFIKSASI Mencegah Kegalauan Pemuda Generasi Muda Menjaga Bangsa Milenial Prefiks:
Prefiks
membara berhasil bersemangat bertuah berumur berwarna berbakti bersatu berarti berencana mengabdi
merekah mewangi menganyam membangun merembet menurun meledak berjudul berbahaya
Sufiks :
Sufiks:
ancaman tantangan catatan
tunjukkan gagasan aktualkan gerakan
Infiks : -
Infiks
Konfiks :
Konfiks :
keragaman kebinekaan kepentingan kependudukan kehidupan kepesatan kecanggihan keagamaan kesenjangan
f.
sepintas menangkal membangun melawan memelihara bekerja berpikir berusia
keniscayaan kemajuan keyakinan perbedaan kesenjangan kemampuan
Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan dua kata atau lebih menjadi kata baru. Kata yang terbentuk dari proses komposisi adalah kata majemuk. Misalnya: kaca, mata
kacamata
mata, hari
matahari
sepeda, motor
sepeda
motor
KOMPOSISI Mencegah Kegalauan Pemuda Generasi Muda Menjaga Bangsa Milenial
Sumpah Pemuda Ibu Pertiwi
g.
Sumpah Pemuda Kongres Pemuda
Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan. Dalam reduplikasi terjadi perubahan makna gramatikal, sehingga terjadi satuan yang berstatus sama.Secara umum, reduplikasi dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
Dwilingga (pengulangan seluruh kata) Misalnya: rumah-rumah, makan-makan, pagi-pagi, dsb.
Dwipurwa (pengulangan suku pertama) Misalnya: tetangga, lelaki, sesama, dsb.
Diwasana (pengulangan bagian belakang) Misalnya: sekali-kali, pertama-tama, perlahan-lahan, dsb.
REDUPLIKASI Mencegah Kegalauan Pemuda Generasi Muda Menjaga Bangsa Milenial
kata-kata berwarna-warni Alih-alih janji-janji ajaran-ajaran kajian-kajian h.
rata-rata
Kesejajaran
Kesejajaran unsur kalimat pada kalimat majemuk setara itu diperlukan. Kesejajaran itu meliputi jenis kalimat ataupun urutan unsur kalimatnya. Sebagai contoh, jika kalimat pertama yang menjadi unsur kalimat maj emuk setara itu berupa kalimat nomina, pengisi predikatnya berupa nomina, kalimat kedua dan kalimat selanjutnya juga harus berupa kalimat nomina. Selanjutnya, jika kalimat pertama dalam kalimat majemuk setara itu berupa kalimat transitif, kalimat kedua dan selanjutnya juga harus berupa kalimat transitif.
Penulisan laporan itu dilakukan oleh Kelompok V, tetapi Kelompok I menyempurnakannya. (tidak memperlihatkan kesejajaran)
Penulisan laporan itu dilakukan oleh Kelompok V, tetapi disempurnakan oleh Kelompok I. (memperlihatkan kesejajaran KESEJAJARAN Mencegah Kegalauan Pemuda Generasi Muda Menjaga Bangsa Milenial
Alih-alih mengabdi , sumpah dan janji justru dirasakan sebagai genderang mengawali politik transaksional dan perlombaan memuaskan kepentingan pribadi sebagai prioritas tertinggi Jika tidak dikelola dengan niat politik yang benar, dapat diperkirakan hal itu menjadi ”bom waktu” yang akan meledak dan akan memorakporandakan kehidupan bersama.
Wawancara itu hanya sepintas, belum survei. dilanjutkan Meskipun demikian, inspirasi yang ditawarkan sangat produktif Kemajuan
teknologi memungkinkan mereka bekerja lebih logis dan terukur, di antaranya dalam memberikan pengaruh signifikan dalam berbagai bidang kehidupan.
Oleh sebab itu, makna Sumpah Pemuda Memelihara ingatan kolektif, dasar kali ini harus dapat mendorong para membangun semangat kesatuan petinggi negeri dan politisi membuat dan persatuan. kebijakan politik yang dapat mencegah pemuda milenial tidak terperangkap dalam kegalauan menghadapi tingkat persaingan global. Generasi muda milenial secara individual banyak sekali yang mempunyai kreativitas yang mengagumkan dalam memanfaatkan era digital. i. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan kedudukan klausa-klausa tersebut tidak setara. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat induk dan anak kalimat. Induk kalimat adalah klausa yang sudah bermakna (dapat berdiri sendiri), sedangkan anak kalimat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri (menjadi tidak bermakna apabila dipisah) Contoh: Ketika ayah datang, ibu sedang membersihkan halaman belakang. Induk kalimat : ibu sedang membersihkan halaman belakang
Anak kalimat : ketika ayah datang
Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial
Generasi Muda Menjaga Bangsa
Pelajaran dari artikel tersebut adalah jika negara tidak hadir dan gagal memberikan pendidikan kepada generasi muda sehingga menjadi penganggur, mereka justru akan menjadi spesies yang amat membahayakan dunia. Namun, mengingat tantangan global yang semakin kompleks dan keras, negara harus hadir dengan membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyatnya.
Menghidupi dan mengobarkan semangat perjuangan Indonesia adalah usaha bersama, berasal dari beragam suku, bahasa, agama, latar belakang budaya dan ekonomi, ikut serta di dalamnya
Informasi Yang Terdapat Dalam Teks Editorial Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial
Politik tanpa nurani membuat Sumpah Pemuda tercemari.
Begitu juga jumlah pencetus Sumpah Pemuda, tekad dan gerakan yang dihasilkan Kongres Pemuda II di Gedung Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 — sebelumnya Kongres Pemuda I diselenggarakan di aula Katedral Jakarta — merumuskan secara visioner keyakinan dan spirit Angkatan 28.
Generasi Muda Menjaga Bangsa
Generasi Milenial adalah generasi kritis yang mengandalkan nalar dan budi, kemampuan otak dan hati nurani, yang mungkin melawan arus umum Upaya kreatif generasi milenial mungkin bisa menjadi virus positif dalam upaya menangkal berbagai kondisi yang memprihatinkan. Mereka menawarkan harapan cerah masa depan Indonesia.
Pandangan Penulis Terhadap Permasalahan Yang Terdapat Pada Teks Editorial I dan II Mencegah Kegalauan Pemuda Milenial
Generasi Muda Menjaga Bangsa
Generasi muda milenial mempunyai kreativitas yang mengagumkan dalam memanfaatkan era digital harus dengan
Generasi milenial mungkin bisa menjadi virus positif dalam upaya