Analisis Struktur Teks Editorial (Berjudul : Mitigasi Belum Optimal) Teks editorial atau tajuk rencana merupakan salah satu teks berjenis teks eksposisi. Teks editorial atau tajuk rencana memiliki struktur teks yang membangun teks tersebut. Berikut merupakan struktur teks editorial atau tajuk rencana.
Struktur Teks
Informasi Yang Didapat
Pernyataan pendapat : Pernyataan pendapat merupakan gagasan utama Tanpa kebijakan permanen menghadapi atau prediksi bencana gunung, penyelamatan penyelamatan penulis tentang morat-marit. Hindari simpang-siur sebuah media sosial. permasalahan yang berdasarkan fakta. (Mitigasi hal : 65, Paragraf 1) Argumentasi : Argumentasi merupakan Pemerintah terlihat kurang cekatan penjelasan secara dalam menanggulangi dampak lebih mendalam erupsi. Seolah-olah tak belajar dari pernyataan akibat letusan Sinabung Sinabung yang pendapat (tesis) morat-marit, dari penyediaan yang diyakini masker sampai pasokan air kebenaranya oleh minum, penulis melalui selimut, dan obat-obatan, pemerintah pengukapan terkesan kurang sigap-tanggap. fakta-fakta Terkatung-katungnya sejumlah sebagai pengungsi karena pos penampungan penjelasan mereka ternyata sudah digunakan argumen penulis. pengungsi lain membuktikan Di tandai dengan manajemen penanggulangan yang serba kalimat-kalimat dadakan. yang berisikan pendapat penulis pendapat penulis terhadap
permasalahan yang menjadi topik pembicaraan. (Mitigasi hal : 65 & 66 , Paragraf 2-8)
Operasi tanggap darurat yang dilakukan pemerintah terkesan sebatas respons reaktif, spontan, dan sporadis. Sudah saatnya kita memiliki kebijakan permanen yang mampu mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana, yakni kebijakan yang berangkat dari database pemetaan daerah rawan letusan gunung berapi. Dibutuhkan operasi dengan persiapan koordinasi penyelamatan, penyediaan infrastruktur, sampai pelatihan relawan yang dilakukan secara prabencana. Negara seperti Jepang, yang merupakan langganan gempa, secara sistemik memiliki program kesiap-siagaan menghadapai bencana. Mereka menyiapkan teknologi tahan bencana dan membangun sistem sosial yang tanggap bencana. Mereka menginginkan masyarakatnya memiliki kultur sadar bencana yang rasional. Sedangkan dalam alam pikir masyarakat kita, letusan gunung masih dianggap sesuatu yang insidental, yang walaupun merupakan malapetaka tetap mengandung “hikmah” tertentu. Kemampuan pemerintah memberikan informasi penting yang harus dipatuhi masyarakat masih lemah. Akibatnya, banyak korban jatuh yang sebetulnya bisa dihindari. Erupsi Kelud, misalnya, tak banyak memakan korban langsung. Korban meninggal dan luka-luka justru karena dampak tak langsung. Beberapa orang tewas karena keruntuhan
atap rumah ketika membersihkan debu yang menumpuk di bubungan. Tatkala hujan turun, air membuat debu mengeras, menjadi mirip campuran semen. Atap pun ambruk karena tak kuat menahan beban. Masih ada kemungkinan korban bertambah akibat masyarakat melanggar zona bahaya. Dalam radius sepuluh kilometer, masyarakat dilarang masuk karena kemungkinan datangnya awan panas. Tetapi, dalam kenyataannya, banyak penduduk menerobos karena menganggap keadaan sudah aman. Kesimpang-siuran informasi hampir selalu terulang pada setiap bencana. Setelah letusan Kelud, di media sosial ramai dibicarakan Gunung Bromo-Semeru akan menyusul. Isu palsu ini bisa membuat panik. Erupsi tak mirip virus influenza. Setiap gunung memiliki aktivitas vulkanis sendiri-sendiri, tidak bergantung gunung lain. Seyogianya, pemerintah tangkas memberi informasi yang terang benderang, yang tingkat akurasinya mampu menyelamatkan masyarakat. Pada kenyataannya, masyarakat lebih sering mempercayai prediksi dari sumber tak jelas, misalnya “juru kunci”. Pemerintah, bagaimanapun, harus mampu menyinergikan deteksi bencana yang bertolak dari ilmu pengetahuan dan pengalaman lokal. Pernyataan ulang pendapat : Tugas mitigasi adalah meningkatkan Pernyataan ulang pengetahuan mayarakat tentang pendapat adalah ciri-ciri letusan gunung secara ilmiah. bagian akhir dari Tugas mitigasi juga membangun sebuah teks menajemen rasional penanggulangan editorial yang berbasis masyarakat. Daripada berupa penguatan menghamburkan uang untuk hal-hal tak kembali atas yang penting, lebih baik pemerintah telah ditunjang mulai menyiapkan infrastruktur mitigasi oleh fakta-fakta yang benar. dalam bagian
argumentasi. Pada bagian ini, bisa disematkan halhal yang patut diperhatikan atau dilakukan supaya pendapat atau prediksi sang penulis dapat terbukti. (Mitigasi hal : 66, Paragraf 9)