ANALISIS POTENSI WISATA BAHARI MELALUI PENDEKATAN CBT (Community Based Tourism) di TANJUNG UMA KOTA BATAM Riana UWK Bakkara dan Yudy Sunantri Program Studi Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi Universitas Internasional Batam
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi-potensi bahari yang berdampak pada peningkatan sektor ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual atau derajat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang kemudian melakukan pengembangan pariwisata yang peneliti lakukan di kawasan Tanjung Uma secara khusus dimulai dari pemantauan, perencanaan, implementasi, dan manajemen pembangunan pariwisata; menganalisa program pemerintah dalam menerapkan CBT (Community Based Tourism);serta mengidentifikasi usaha dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata/ menerapkan CBT (Community Based Tourism). Penelitian dilakukan di desa Tanjung Uma, Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk di kawasan wisata Pantai Tanjung Uma, sedangkan sampel adalah rumah tangga yang bertempat tinggal di kawasan itu.Adapun unit analisis adalah anggota dan atau kepala rumah tangga. Data dikumpulkan dengan tiga instrumen. Pertama dengan menggunakan kuesioner semi terbuka (semi open-ended questionnaire).Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan tentang karakteristik demografis, sosial dan ekonomi rensponden; kedua adalah wawancara bebas, di mana beberapa sampel dengan kriteria tertentu (umur, pekerjaan, status sosial); ketiga adalah observasi nonpartisipatif, yakni mengamati kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya responden, dalam hubungannya dengan masalah yang akan dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah formula statistik kai kuadrat (Chi-square) dan hasil pengamatan melalui observasi dan interview didokumentasikan dalam bentuk narasi untuk melengkapi interpretasi data. Desa Tanjung Uma berpotensi untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata dengan melihat potensi alam serta budaya Melayu yang masih kental. Hal ini juga didukung oleh program Pemerintah Daerah dalam hal perencanaan pembangunan Koridor Pariwisata Daerah dan Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah, penegakan regulasi Koridor Pariwisata Daerah dan Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah, serta pengimplementasian regulasi tersebut. Beberapa aktifitas yang sejalan dengan perencanaan tersebut dalam penerapan Community Based Tourism (CBT) diantaranya: perintisan daya tarik wisata; peningkatan kualitas produk dan daya saing; pemantapan daya tarik wisata; pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; aksesebilitas Pariwisata
Kata Kunci: community based tourism, potensi bahari, daya tarik wisata
1
Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk kegiatan yg relatif baru; banyak pemerintah dan sektor swasta yg hanya memiliki pengalaman terbatas untuktk mengembangkannya, perencanaan pariwisata memberikan pedoman untuk pengembangannya Pariwisata cukup rumit, multisektoral dan bentuk aktivitas yg mencakup sektor pertanian, kelautan, pengolahan, kehutanan, beragam fasilitas/infrastruktur dan jasa publik. Perencanaan sangat mensyaratkan keterpaduan semua sektor ini dalam pengembangan pariwisata Pada umumnya pariwisata menawarkan produk yg mampu memberikan pengalaman bagi wisatawan, dan pengalaman tersebut dihasilkan dari pemanfaatan fasilitas dan jasa atraksi.Perencanaan sangat diperlukan agar pengembangan produk dan kebutuhan pasar dapat sejalan.Pariwisata dapat memberikan keuntungan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung pada tingkat optimal, jika pengembangannya didasarkan pada perencanaan yang matang. Alasan lain untuk mensyaratkan peran-serta masyarakat di dalam pembangunan pariwisata adalah karena hanya dengan demikian kesadaran mereka untuk memelihara dan menjaga kelangsungan hidup objek wisata dan keberhasilan pembangunan itu dapat dijamin. Pemerintah dalam hal ini telah mencetuskan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting pariwisata dalam pembangunan nasional.Kampanye Sapta Pesona misalnya dapat dipandang sebagai upaya untuk mendorong lebih besar peran-serta masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pariwisata. Masalah yang muncul di lapangan adalah, bahwa upaya tersebut masih sulit dipahami oleh masyarakat sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Sebagai contoh saja, pengamat mengeluh bahwa makanan lesehan di Malioboro tidak sehat karena tempat lesehan itu sendiri kotor dan amis. Hal ini diperburuk lagi oleh berbagai peristiwa kriminalitas yang dialami oleh wisatawan di lokasi wisata. Berbagai peristiwa lain seperti harga komoditas wisata yang ekstra mahal, informasi wisata yang menyesatkan, layanan transportasi wisata yang tidak nyaman, semuanya merupakan contoh aktual tentang kurangnya kesadaran masyarakat sebagai subjek pembangunan pariwisata. Dari uraian di atas jelas dipahami bahwa masalah peran-serta dan kesadaran masyarakat menjadi salah satu faktor yang elementer dalam pembangunan pariwisata.Sampai sejauh ini penjelasan tentang kondisi kedua faktor tersebut belum menyeluruh dan menarik dikaji lebih jauh.
2
Metode Penelitian Penelitian dilakukan di desa Tanjung Uma, Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Pemilihan desa Tanjung Uma sebagai objek penelitian dikarenakan beberapa keistimewaan yang dimiliki wilayah desa tersebut, diantaranya: (1) tingkat keistimewaan. Kawasan Pantai Tanjung Uma sudah lama memilki keistimewaan historis yang tidak didapatkan di kawasan lain di kota Batam. Sebagaian besar di antara mereka masih menjalankan budaya tutur sapa dengan menggunakan kias pantun. Bagi mereka pantun ibarat identitas yang akan musnah bila tidak dilestarikan. Logat melayu warga tanjung uma juga masih sangat kental dan dipergunakan sehari-hari tanpa terbatas asal daerah warganya. Selama ini Batam terkenal dengan modernitasnya, maka di Tanjung Uma wisatawan bias menemukan kota Batam dalam versi tradisionalnya; (2) panorama di daerah Tanjung Uma yang di dalamnya terdapat beberapa kampung Tua juga acap kali dijadikan temapt favorit bagi wisatawan yang ingin mendapatkan latar fotografi sebagai Batam kota melayu tempo dulu dengan seputar aktivitas nelayan. Lalu lalang pompon dengan background tiang-tiang penyangga rumah kayu, ditambah birunya air laut, belum lagi keramahan warga saat bersapa dengan wisatawan; (3) adanya kesadaran masyarakat yang relatif rendah terhadap perkembangan pariwisata itu sendiri. Hal ini terlihat dalam bentuk kebersihan lingkungan yang belum kondusif untuk sebuah kawasan wisata, fisik bangunan pemukiman yang belum tertata rapi, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi-potensi bahari yang berdampak pada peningkatan sektor ekonomi masyarakat sekitar Seperti yang telah diurai pada bab diatas, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual atau derajat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang kemudian melakukan pengembangan pariwisata yang peneliti lakukan di kawasan Tanjung Uma secara khusus dimulai dari pemantauan, perencanaan, implementasi, dan manajemen pembangunan pariwisata. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi-potensi pariwisata bahari yang ada di Batam 2. Menganalisa program pemerintah dalam menerapkan CBT (Community Based Tourism) 3. Mengidentifikasi usaha dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata/ menerapkan CBT (Community Based Tourism)
3
Responden Populasi adalah seluruh penduduk di kawasan wisata Pantai Tanjung Uma, sedangkan sampel adalah rumah tangga yang bertempat tinggal di kawasan itu.Adapun unit analisis adalah anggota dan atau kepala rumah tangga. Data dikumpulkan dengan tiga instrumen.Pertama dengan menggunakan kuesioner semi terbuka (semi open-ended questionnaire).Kuesioner berisi sejumlah
pertanyaan
tentang
karakteristik
demografis,
sosial
dan
ekonomi
rensponden.Selanjutnya pertanyaan disusun untuk mendata jenis, bentuk, gradasi, aktivitas responden di dalam pembangunan pariwisata.Atas dasar itu, kepada responden dilakukan wawancara secara tatap-muka oleh peneliti. Kedua adalah wawancara bebas, di mana beberapa sampel dengan kriteria tertentu (misalnya: umur, pekerjaan, status sosial, dll) dipilih sebagai responden untuk menjelaskan fenomena yang dikaji. Instrumen dan metode ini dipandang tepat untuk memperoleh informasi tentang pandangan, sikap dan deskripsi kesadaran masyarakat terhadap pembangunan pariwisata. Cara ketiga adalah observasi non-partisipatif, yakni mengamati kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya responden, dalam hubungannya dengan masalah yang akan dianalisis. Hasil pengamatan ini didokumentasikan dalam bentuk narasi untuk melengkapi interpretasi data lainnya dalam penulisan laporan. Adapun metode pengumpulan data tersebut akan dibatasi dan berdasarkan aspek utama dalam pengembangan CBT menurut Suansri (2003:21-22, dalam Nurhidayati, 2010) berupa 5 dimensi adalah sebagai berikut: 1) Dimensi Ekonomi Tabel 1. Indikator Penilain Dimensi Ekonomi
Terciptanya Lapangan Pekerjaan
Timbulnya pendapatan masyarakat lokal
Kriteria
Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat Tidak Tersedianya sumber dana untuk pembangunan berbasis masyarakat.
Tersedianya sumber dana untuk pembangunan berbasis masyarakat
Tidak mampu menciptakan/ membuka peluang lapangan pekerjaan
Mampu menciptakan/ membuka lapangan pekerjaan
Tidak Mampu mendatangkan pendapatan bagi masyarakat lokal
Mampu mendatangkan pendapatan bagi masyarakat lokal
Score
Indikator
Variable Ekonomi
0
1
0
1
0
1
4
2) Dimensi Sosial Tabel 2. Indikator Penilain Dimensi Sosial
Peningkatan Kebanggaan Komunitas
Kesediaan dan kesiapan Masyarakat
Kriteria
Peningkatan Kualitas Hidup
Tidak mampu memberikan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal
Mampu memberikan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal
Tidak mampu memberikan nilai tambah bagi kebanggaan komunitas
Mampu memberikan nilai tambah bagi kebanggaan komunitas
Masyarakat tidak bersedia & tidak siap dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat
Masyarakat bersedia & siap dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat
Score
Indikator
Variable Sosial
0
1
0
1
0
1
3) Dimensi Budaya Tabel 3. Indikator Penilain Dimensi Budaya
Score
Kriteria
Indikator
Variable Budaya Membantu perkembangan pertukaran budaya
Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda
Tidak mampu Tidak mampu Mampu dalam dalam Mampu dalam dalam mendorong membantu membantu mendorong masyarakat berkembangnya berkembangnya masyarakat untuk pertukaran pertukaran untuk menerima menerima dan budaya budaya dan menghormati masyarakat masyarakat local menghormati budaya lain lokal budaya lain 0
1
0
1
Mengenalkan budaya lokal
Tidak mampu mengenalkan budaya lokal kedalam diri komunitas
Mampu mengenalkan budaya lokal kedalam diri komunitas
0
1
5
4) Dimensi Lingkungan Tabel 4. Indikator Penilain Dimensi Lingkungan
Indikator
Variable Lingkungan
Kriteria
Mengatur pembuangan sampah dan limbah
Masyarakat tidak peduli akan perlunya konversi lingkungan
Masyarakat peduli akan perlunya konversi lingkungan
Tidak Adanya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai AMDAL
Score
Kepedulian akan perlunya konversi
0
1
0
Ketersediaan air bersih
Adanya sistem Tidak pengaturan tersedianya air sampah & bersih untuk limbah sesuai masyarakat AMDAL 1
Tersedianya air bersih untuk masyarakat
0
1
5) Dimensi Politik Tabel 5. Indikator Penilain Dimensi Politik
Indikato r
Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal
Kriteria
Tingkat partisipasi masyarakat rendah
Tingkat partisipasi masyarakat Tinggi
Pengelolahan lahan tidak sepenuhnya masyarakat
Pengelolahan lahan sepenuhnya masyarakat
Hak dalam pengelolaan SDA tidak terjamin
Score
Variable Politik
0
1
0
1
0
dengan
mengelompokkan
Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas
Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA Hak dalam pengelolaan SDA terjamin 1
Analisa Pembahasan Semua
data
akan
diolah
secara
manual
kecenderungan-
kecenderungannya berdasarkan kelas atau klasifikasi tertentu. Kategorisasi data itu kemudian ditampilkan dalam tabel sebaran frekuensi guna melihat derajat partisipasi dan kesadaran terhadap pembangunan pariwisata dan sekaligus untuk memudahkan interpretasi. Selanjutnya untuk melihat hubungan antara berbagai variabel demografi, sosial, dan ekonomi dengan variabel partisipasi serta tingkat kesadaran, akan disusun tabel silang (cross tabulation). 6
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan formula statistik kai kuadrat (Chi-square). Hasil uji hipotesis kemudian diinterpretasi dengan melakukan prediksi-prediksi objektif dan komparasi dengan hasil penelitian sebelumnya. Sebagai perkampungan nelayan pertama dan tertua di Batam, Tanjung Uma memiliki keistimewaan historis yang tidak didapatkan di kawasan lain di Kota Batam. Sebagian besar di antara mereka masih menjalankan budaya tutur sapa dengan menggunakan kias pantun. Bagi mereka pantun ibarat identitas, yang akan musnah bila tidak dilestarikan. Logat Melayu warga Tanjung Uma juga masih sangat kental dan dipergunakan sehari-hari tanpa terbatas asal daerah semua warganya. Alhasil jika selama ini Batam terkenal dengan modernitasnya, maka di Tanjung Uma wisatawan bisa menemukan kota Batam dalam versi tradisionalnya, yaitu: (1) kampung tua/ pemukiman nelayan tertua di kota Batam; (2) kearifan lokal masyarakat Tanjung Uma; (3) rumah tradisonal yang masih terbuat dari kayu; (4) perahu dan alat tangkap yang masih tradisional; (6) panorama pantai desa tanjung uma yang eksotic sebagai obyek wisata bahari. Memasuki desa Tanjung Uma, pengunjung dapat melihat kesederhanaan warga Tanjung Uma dan jika berjalan hingga ke tepi lautnya dapat dilihat sebagian besar rumah warga masih panggung karena didirikan tepat di tepi laut yang disinyalir adalah menjadi kawasan bahari Tanjung Uma.Rumah warga Tanjung Uma yang tinggal di tepi laut cukup unik karena terbuat dari kayu dan penyambungnya juga terbuat dari kayu.Namun, dengan perkembangan jaman saat ini sebagian warga sudah banyak yang mengantinya dengan paku beton. Sehubungan dengan penerapan CBT (Community Based Tourism) yang sejalan dengan program Pemerintah dalam hal pengembangan daya tarik wisata dilakukan melalui beberapa aktifitas yang meliputi: 1. Perintisan daya tarik wisata Dengan melalukan perencanaan dan perintisan pengembangan sarana dan prasarana dasar di kawasan yang belum berkembang dan perencanaan pengembangan daya tarik wisata baru. 2. Peningkatan kualitas produk dan daya saing Dalam meningkatkan kualitas produk dan daya saing terhadap pembangunan daya tarik wisata maka Pemerintah secara berkesinambungan melakukan peningkatan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana dasar untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di sektor lokasi daya tarik wisata yang dalam hal ini berlokasi di Tanjung Uma, Batam.Pemerintah juga melakukan penguatan interpretasi dan inovasi produk wisata dalam 7
upaya meningkatkan kualitas daya tarik, keunggulan kompetitif dan komparatif serta daya saing daya tarik wisata yang sedang berkembang.Seiring dengan itu, Pemerintah juga memberikan pelatihan tata kelola destinasi berupa pemberian arahan bagi masyarakat dan pemeliharaan destinasi untuk guna mewujudkan CBT (community based tourism) di kawasan yang belum berkembang, khususnya Tanjung Uma.Penyusunan detail engineering design daya tarik wisata, termasuk didalamnya kegiatan feasibility study yang mencakup banyak aspek dan indikator dari ditetapkannya sebuah daya tarik wisata. 3. Pemantapan daya tarik wisata Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam memantapkan daya tarik wisata adalah sebagai berikut: a. Pengembangan jejaring manajemen kunjungan terpadu dengan daya tarik wisata terkait di sekitar lokasi dalam konteks regional, maupun nasional dan internasional b. Pengembangan rentang aktifitas wisata dalam berbagai skala (hard – soft attraction) pada manajemen atraksi daya tarik wisata alam, budaya, dan buatan/khusus untuk menarik segmen wisatawan massal (mass market) dan segment ceruk pasar (niche market) c. Pengembangan jenis-jenis atraksi lain dengan berbagai tema di sekitar lokasi daya tarik wisata utamanya serta jejaringnya dalam manajemen kunjungan terpadu yang saling melengkapi 4. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata Pengembangan prasaran ataupun insfrastruktur dasar untuk mendukung kesiapan kawasan pariwisata sebagai destinasi wisata bahari baru yang berbasis budaya stempat ataupun rintisan meliputi: a. Fasilitas perintisan penyediaan jaringan listrik dan lampu penerangan di kawasan pariwisata b. Fasilitas perintisan pembangunan prasarana jalan, pelabuhan ataupun dermaga di kawasan pariwisata c. Fasitilas perintisan pembangunan jaringan air bersih di kawasan pariwisata d. Fasilitas pembangunan jaringan telekomunikasi di kawasan pariwisata e. Fasilitas penyediaan dan pengembangan Pusat Informasi Pariwisata di kawasan pariwisata
8
5. Akseseibilitas Pariwisata Pengembangan sarana moda transportasi darat, laut, angkutan sungai dan penyeberangan dan transportasi yang menghubungkan antar koridor pariwisata daerah meliputi aktifitas sebagai berikut: a. Pengembangan angkutan wisata darat yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan b. Mengembangkan moda transportasi yang hemat energy dan ramah lingkungan c. Pengembangan angkutan wisata laut antar koridor pariwisata daerah yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan d. Pengembangan kerjasama dengan perusahaan angkutan umum dan angkutan khusus milik swasta dalam rangka mendukung aksesibilitas antar koridor pariwisata daerah e. Pengembangan kerjasama dengan perusahaan angkutan umum dan angkutan khusus milik swasta dalam rangka peningkatan kualitas layanan bagi wisatawan f. Penyusunan studi kebutuhan moda transportasi antar koridor pariwisata daerah. Dukungan pemerintah terhadap pemberdayaan maayarakat lokal dapat dilihat dari bagan struktur organisasi kelurahan yang ada di kelurahan Tanjung Uma
Tingkat dan Partisipasi Masyarakat Tanjung Uma Terhadap Pembangunan Pariwisata Bahari 1. Karakteritik Ekonomi Sulitnya perekonomian di kawasan Tanjung Uma ini dan ditambahnya dengan permasalahan sosial lainya mengakibatkan banyaknya perusahaan yang mengurangi pegaiwainya. Disamping itu banyaknya pendatang yang masuk di kota Batam untuk mencari pekerjaan, mengakibatkan terjadinya persaingan ekonomi. Sehingga banyak dari mereka yang menjadi pedagang kaki lima dan mendirikan rumah-rumah liar. Dampak dari ini mengakibatkan rusaknya keindahan kota, selain itu dengan adanya kesenjangan sosial yang semakin dalam mengakibatkan tingginya angka kejahatan ditempat-tempat umum seperti penjambretan, pencurian dan sebaginya. Dalam mengumpulkan data dilapangan peneliti mendapatkan nilai berdasarkan kriteria ekonomi dari sisi kriteria pekerjaan dan jenis kelamin, adalah sebagai berikut di bawah ini:
9
Tabel 1. Tingkat Pekerjaan Profesi
Frequency 19
Percent 9.5
Valid Percent 9.5
Cumulative Percent 9.5
Nelayan
60
30.0
30.0
39.5
Wiraswasta
42
21.0
21.0
60.5
Pegawai Negeri Sipil (PBNS)
19
9.5
9.5
70.0
Pegawai Swasta
18
9.0
9.0
79.0
Lainnya
42
21.0
21.0
100.0
200
100.0
100.0
Tidak Bekerja
Total
2. Karakteristik Sosial Desa Tanjung Uma Karena kecamatan lubuk baja merupakan wilayah yang dikembangkan oleh pemerintah setempat sebagai pusat perdagangan dan perkotaan yang cukup maju khususnya diwilayah kelurahan tanjung uma, maka akibatnya timbul berbagai permasalahan sosial diantaranya : a. Banyaknya pemukiman penduduk atau tempat tinggal yang masih belum jelas status kepemilikan atau rumah liar. b. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sekiranya terutama ditempat tinggal penduduk, padahal pihak kelurahan dan pihak terkait sudah kerap melakukan sosialisasi dan himbauan kemasyarakatan dimana pentingnya menjaga kebersihan dan menciptakan keindahan masing-masing pemukiman. hal ini penting untuk terus diperhatikan dan kerjasama pihak masyarakat dan instansi-instansi terkait karena kelurahan Tanjung Uma merupakan objek terbanyak dalam penilaian adipura tingkat kota batam. c. Usia produktif masih mendominasi usia antara 27 samapai 31 tahun yang masih dapat di andalkan dengan usia tersebut dalam pengembangan pariwisata di Tanjung Uma sebagai sarana lapangan pekerjaan. d. Tingkat pendidikan yang masih rendah yang di dominasi oleh pendidikan tingkat menengah (SMU) yang masih sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan dan ketrampilan dalam menghadapi sector pariwisata sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Tanjung Uma.
Ini dapat dilihat dalam table dan gambar di bawah ini berdasarkan penyebaran kuisioner terhadap reponden masyarakat Tanjung Uma
10
Dalam mengumpulkan data dilapangan peneliti mendapatkan nilai berdasarkan kriteria ekonomi dari sisi kriteria usia, pendidikan dan dimeni sosial adalah sebagai berikut di bawah ini: Tabel 2.Tingkat Usia
Usia JenisKelamin Pendidikan Pekerjaan
N
Mean
200 200 200 200
3.52 1.51 3.61 3.42
Std. Deviation 1.933 .501 1.314 1.693
Minimum
Maximum
1 1 2 1
7 2 6 6
3. Karakteristik Budaya Desa Tanjung Uma Warga Tanjung Uma hingga kini masih mewarisi budaya asli Batam dalam keseharian mereka.Kias pantun dan penggunaan logat Bahasa Melayu lazim ditemui disetiap sudut daerah ini.Keadaan ini
tentu kontras
bila
dibandingkan
dengan
ikon
Kota
Batam
yang
modern.Kelurahan Tanjung Uma terbagi atas 40 Rukun Tetangga (RT) yang tergabung dalam sembilan Rukun Warga (RW).Adapun nama-nama kampungnya antara lain Kampung Agas, Tanjung Tritip, Tanjung Uma, Kampung Nelayan dan Taman Kota Mas.Di Tanjung Uma juga terdapat pasar tradisional yang menjadi pusat kegiatan ekonomi.Pasar tersebut berubah menjadi pusat keramaian tatkala bulan Ramadhan.Heterogenitas warga Tanjung Uma, menjadikan sajian kuliner Ramadhan di pasar tersebut sangat beragam.Mereperesentasikan ciri kuliner dari daerah asal para pedagang. Dalam mengumpulkan data dilapangan peneliti mendapatkan nilai berdasarkan kriteria ekonomi dari sisi dimeni budaya adalah sebagai berikut di bawah ini: Tabel 3. Dimensi Budaya
Setuju Tidak Setuju Total
i.
Frequency
Percent
135 65 200
67.5 32.5 100.0
Valid Percent 67.5 32.5 100.0
Cumulative Percent 67.5 100.0
Karakteristik Lingkungan Desa Tanjung Uma Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional.Telah dipahami bersama bahwa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup dalam jumlah yang cukup dan
11
kualitas yang baik merupakan pendukung terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan. Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Beberapa hal yang harus diperlihatkan dalam pelaksanaan reklamasi adalah: a) Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat. b) Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir. c) Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material. Intinya reklamasi hanya dapat dilakukan setelah beberapa aspek yang akan ditimbulkan harus dipertimbangkan dengan sangat matang dan ada solusi bagi lingkungan dari proyek yang akan dilaksanakan. Karena sudah pasti dampak lingkungan hidup yang akan terjadi dan saat ini sudah terjadi di wilayah yang sedang direklamasi tersebut adalah adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya. Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir.Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global. 12
Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya.Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan milik nelayan. Dalam mengumpulkan data dilapangan peneliti mendapatkan nilai berdasarkan kriteria ekonomi dari dimensi lingkungan adalah sebagai berikut di bawah ini: Tabel 12. Dimensi Lingkungan Frequency
Percent
181 19 200
90.5 9.5 100.0
Setuju Tidak Setuju Total
Valid Percent 90.5 9.5 100.0
Cumulative Percent 90.5 100.0
Kesimpulan dan Saran Desa Tanjung Uma berpotensi untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata dengan melihat potensi alam serta budaya Melayu yang masih kental. Hal ini juga didukung oleh program Pemerintah Daerah dalam hal perencanaan pembangunan Koridor Pariwisata Daerah dan Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah, penegakan regulasi Koridor Pariwisata Daerah dan Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah, serta pengimplementasian regulasi tersebut. Beberapa aktifitas yang sejalan dengan perencanaan tersebut dalam penerapan Community Based Tourism (CBT) diantaranya: 1. Perintisan daya tarik wisata 2. Peningkatan kualitas produk dan daya saing 3. Pemantapan daya tarik wisata 4. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata 5. Akseseibilitas Pariwisata
13