ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA TBK
Mahmud (
[email protected]) Dewi Anike Pertiwi (
[email protected]) Onih Amelia Putri (
[email protected]) Pungki Aprilia (
[email protected]) Sri Wahyuni (
[email protected]) Jurusan Manajemen Keuangan STIE Pelita Bangsa
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel NPM, EPS, PBV, ROA, dan ROE terhadap harga saham PT.Unilever Tbk. Pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham PT.Unilever Tbk hanya ada tiga variabel yakni EPS, BPV dan ROA untuk kedua variabel lainnya yakni NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT.Unilever Tbk dan ROE berpengaruh signifikan negartif. Secara simultan kelima variabel yakni NPM, EPS, PBV, ROA, ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT.Unilever Tbk. Kata Kunci : Fundamental, Harga saham, NPM, EPS, PBV, ROA, dan ROE Abstract : The purpose of this study was to determine the influence of fundamental factors on stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk. Hypothesis testing using the t test and F, results showed that partially are only three variables, namely EPS, PBV and ROA affect stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk, for two other variables which NPM no significant effect on stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk and ROE significant negative effect. Simultaneously the five variables, namely NPM, EPS, PBV, ROA, ROE significantly influence stock prices PT.Unilever Indonesia Tbk. KeyWords : Fundamental, Stocks Price, NPM, EPS, PBV, ROA, and ROE
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi saham merupakan penanaman modal yang tidak hanya memberikan keuntungan bagi pemodal atau investor tapi juga memberikan kerugian. Keuntungan yang dimaksud yaitu melalui dividen tunai dan capital gain. Perubahan harga saham yang terjadi setiap saat, mengharuskan investor jeli dalam menganalisa atau memprediksi harga
saham, hal ini didasari oleh tiga hal yaitu, waktu yang tepat untuk membeli saham, mendapatkan keuntungan dari capital gain, serta menekan kerugian yang mungkin muncul dalam investasi. Analisa yang sering dipakai untuk memprediksi harga saham ialah analisa dengan pendekatan fundamental dan teknikal. Menurut Susilawati (2012), pendekatan fundamental merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai perusahan dengan menggunakan alat ukur
yaitu rasio keuangan, dimana kondisi keuangan masa lalu dapat menilai kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisa fundamental adalah pendekatan investasi dimana investor memilih saham dengan mempelajari sejarah laba perusahaan, neraca, manajemen, lini produk dan faktor – faktor lainnya yang akan mempengaruhi profitabilitas dan pertumbuhan Gururaj, Anand (2013). Pendekatan fundamental dapat memberikan informasi detail tentang kondisi keuangan serta kebijakan manajemen suatu perusahaan, sehingga para investor dapat memproyeksikan kondisi tersebut dimasa depan, hal ini memberikan alasan logis untuk investor mengambil keputusan dalam berinvestasi. Menurut Suresh (2013), pendekatan teknikal digunakan sebagai pelengkap analisa fundamental bukan menggantikannya. Dimana pergerakan harga saham dipengaruhi oleh pemintaan dan pernawaran dipasar. Tujuan dari pendekatan teknikal menurut Petrusheva, Jordanoski (2016) ialah untuk meramalkan harga saham dalam rangka membangun momen yang menguntungkan untuk membeli atau menjual saham. Momen yang dibangun oleh analisa teknikal dimanfaatkan oleh para trader untuk membeli suatu saham dan menjualnya kembali ketika harga saham tersebut naik dalam waktu yang relatif singkat (short term). Hal ini berbeda dengan analisa fundamental yang digunakan investor yang membeli saham dan menyimpannya dalam waktu yang lama, karena mereka percaya bahwa saham tersebut akan memberikan keuntungan yang lebih besar di masa depan (long term) dibandingkan jika menjualnya dalam waktu yang singkat. Dengan demikian pendekatan fundamental merupakan alat yang digunakan untuk menentukan atau memilih suatu saham pada perusahaan yang mempunyai performa baik dengan menilai harga wajarnya, dan jika didukung oleh pendekatan teknikal untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli ataupun
menjual saham, investor dapat mengoptimalkan keuntungan dalam investasinya, serta mengurangi tingkat resiko yang mungkin timbul dari saham tersebut di masa depan. Tiningrum (2011), Ada dua pendekatan fundamental untuk menilai saham, yaitu pendekatan laba dan pendekatan nilai sekarang. Pendekatan laba dapat dilakukan dengan analisis fundamental terhadap Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Dividen Payout Rasio (DPR), dan Debt to Equity Rasio (DER). Sedangkan pendekatan nilai sekarang menggunakan analisis Price Book Value (PBV). Hingga kuartal ketiga tahun 2016 PT. Unilever Indonesia Tbk menjadi perusahaan keempat kapitalisasi terbesar di BEI dengan nilai kapitalisasi pasar Rp. 339.916 Miliar. Dengan nilai kapitalisasi tersebut PT. Unilever Indonesia Tbk menjadi index mover atau penggerak indeks dalam beberapa indeks saham diantaranya, MBX (Main Board Index), ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia), JII (Jakarta Islamic Index), MNC36, dan Kompas100. Hal ini membuat penulis tertarik menjadikan PT. Unilever Indonesia Tbk, sebagai objek penelitian dengan menggunakan lima variabel fundamental yaitu NPM, EPS, PBV, ROA dan ROE. Hasil penelitian yang dilakukan Sari, Safitri & Ekawati (2013) tentang pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk, bahwa ada pengaruh secara simultan antara PM, ROE, dan EPS dengan harga saham, namun hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan PM dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil yang sama juga ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Christera, Rini (2014), bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham sedang PM dan ROE tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Penelitian – penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yang sama,
namun hanya menggunakan tiga variabel bebas yang digunakan, sedangan faktor fundamental tidak sebatas hanya tiga variabel tersebut. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham PT. Unilever Indonesia Tbk”.
di liquidasi. Pemegang saham tidak dapat memperoleh dividen jika perusahaan tidak mendapatkan laba dan pemegang saham memiliki hak suara dalam RUPS tetapi memiliki tangung jawab atas perusahaan sesuai dengan saham yang di milikinya. Saham biasa dapat dipindah alihkan kepemilikannya kepada orang lain.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Net Profit Margin (NPM), EarningPer Share (EPS), Return On Assets (ROA),Return On Rquity (ROE), Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham PT Unilever Indonesia Tbk ?
3
2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan modal pada suatu perusahaan, yang tercantum jelas dengan nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada pemegangnya. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan, maka pemilik saham berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk dividen. Menurut Fahmi (2014:323) saham adalah : a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya c. Pesediaan yang siap dijual. 2.2 Jenis Saham Jenis saham terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Common Stock (Saham Biasa) Common Stock (Saham biasa) adalah saham yang berada di urutan paling terakhir dalam pembagian dividen jika perusahaan
Preferred Stock (Saham Istimewa) Preferred Stock (Saham Istimewa) adalah saham gabungan dari obligasi dan saham biasa. Saham preferen memiliki keistimewan dalam pembagian hak dividen yaitu pembagian dividen yang tetap. Saham ini lebih aman dibandingkan dengan saham biasa dikarenakan pemegang saham memiliki klaim atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Menurut Fahmi (2014:324), Preffered Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangmya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). Macam dari saham preferen ini diantaranya adalah saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible preffered stock), saham preferen yang dapat ditebus (callable preffered stock) saham preferent dengan tingkat deviden yang mengambang (floating atau adjustable-rate preffered stock). 3.4 Harga Saham Harga saham adalah suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham dapat dipengaruhi oleh situasi pasar antara lain harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon modal.
Untuk menetukan harga saham yang tepat, kita perlu mendasarkan diri atas estimasi arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu deviden dan penjualan kembali saham tersebut. Dengan demikian sejauh kita tidak mampu menaksirkan arus kas dengan akurat (dan tidak akan ada seorangpun yang bisa) maka selalu ada kemungkinan analisis kita salah dan karenanya kita selalu menanggung risiko (Suad:2005:304). Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) : 1. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. 3.5 Teknik Saham
Analisis
Penilaian
Ada beberapa pendekatan digunakan untuk menilai harga tetapi dua pendekatan berikut banyak digunakan, yaitu tradisional dan pendekatan modern.
Harga
yang dapat suatu saham yang paling pendekatan portofolio
1. Pendekatan Tradisonal Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: a. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor – faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys).
3. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar skunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari
b. Analisis Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan mengestimasikan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan merupakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dengan, demikian, karena dipergunakan nilai-nilai estimasi, maka taksiran harga saham dapat saja berbeda antara satu analis dengan analis yang lain, apabila estimasi yang dipergunakan berbeda (Suad:2005: 307). 2
Pendekatan Portofolio Modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa. 2.5 Faktor-Faktor Fundamental Untuk melakukan penilaian harga saham dengan menggunakan teknik fundamental, diperlukan rasio keuangan. Berikut adalah rasio – rasio keuangan : 1. Net Profit Margin (NPM) Menurut Hutami (2012) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan oleh setiap penjulaan. 2. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keutungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi:2014:335). 3. Return On Assets (ROA) Menurut Raharjo & Muid (2013) Return On Assets (ROA) adalah rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
4. Return On Equity (ROE) Menurut Fahmi (2014:338) Return On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Dibeberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perushaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. 5. Price Book Value (PBV) Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price Book Value (PVB), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PVB yang tinngi menceriminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula. Secara sederhana menyatakan bahwa price book value (PVB) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. 2.6 Penelitian Dahulu yang Relevan Berdasarkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya maka penulis mendapatkan gambaran penelitian terdahulu yang dipaparkan sebagai berikut: Putu Dina Aristya Dewi, I.G.N.A. Suaryana (Universitas Udayana) (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh EPS,DER,dan PVB Terhadap Harga Saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh EPS, PBV terhadap harga saham adalah signifikan positif, sedangkan pengaruh DER terhadap harga saham adalah signifikan negatif pada perusahaan Food and Beverage yang teregister di BEI dengan tahun pengamatan pada 2009-2011. Ketiga variabel independen yang digunakan
pada penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama-sama berpengaruh signifikan bagi harga saham perusahaan di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan pada 2009-2011. Christera Kuswahyu Indira, Rini Dwiastutiningsih/ Universitas Gunadarma (Fakultas Ekonomi) (2014), melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2004-2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial faktor-faktor fundamental berupa profit margin dan return on equity tidak berpengaruh terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk. Secara simultan, faktor-faktor fundamental berpengaruh terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk. Anggun Kartika Wati/ Universitas Gunadarma 2014), melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Internal Terhadap Harga Saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh DER (Debt to Equipment Ratio), EPS (Earning Per Share), NPM (Net Profit Margin), PBV (Price to Book Value), ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity) terhadap harga saham pada perusahaan rokok yang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia). 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan proses analisa terhadap permasalahan yang ada dengan menggunakan ilmu statistik memanfaatkan program komputer yaitu SPSS 16.0.
yang telah dibahas, serta hipotesis yang telah diutarakan sebelumnya, maka penulis dapat menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Diagram 3.1 Kerangka Pemikiran Net Prof Earning it Per Mar Price Shar/ gin Boo eNP /
Harga Saham (Y)
kEPS Return M Valu On (X 21) e / Asse Return PBV ts On / (X RO 3) Operasional Variabel 3.2.2 Definisi Equi Penelitian ini menggunakan dua macam A ty / variabel penelitian, yaitu variabel terikat (X ) variabel bebas (independen). RO4dan (dependen) Variabel dependen adalah variabel output, E merupakan variabel yang dipengaruhi atau (X5) karena adanya variabel bebas. menjadi akibat Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham (Y). Variabel independen adalah variabel stimulus, atau variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan ialah, Net Profit Margin / NPM (X1), Earning Per Share / EPS (X2), Price Book Value / PBV (X3), Return On Assets / ROA (X4), Return On Equity / ROE (X5).
3.3 Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah 3.2 Kerangka Konsep perusahaan manufaktur yang terdaftar di 3.2.1 Desain/ Rancangan Penelitian Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling maka peneliti Berdasarkan pokok permasalahan yang menentukan PT. Unilever Indonesia Tbk telah dirumuskan, beberapa kajian teori sebagai sampel dalam penelitian, hal ini dikarenakan: a. PT. Unilever Indonesia Tbk.
merupakan penggerak index untuk sektor manufaktur b. PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan dengan likuditas dan kapitalisasi pasar tersebar di Indonesia, dan secara konsisten masuk ke daftar LQ45. c. Laporan keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2007 – 2016 kuartal ketiga yang sudah tersedia. 2.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah menggunakan metode dokumentasi data sekunder. Dimana data sekunder yang dimaksud adalah laporan keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2011 – 2016 kuartal ketiga yang diperoleh dari www.idx.co.id, serta histori harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2011 – 2016 kuartal ketiga yang diperoleh dari www.finance.yahoo.com. 2.5 Metode Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu faktor fundamental berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu harga saham maka peneliti melakukan uji asumsi klasik, analisa regresi berganda dan uji hipotesis. 2.5.1 Uji Asumsi Klasik 2.5.1.1 Uji Normalitas Pengujian regresi yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat terdistribusi normal atau tidak, dimana hasil yang diharapkan dalam pengujian ini adalah, model regresi terdistribusi normal atau mendekati normal. Salah satu cara untuk menguji normalitas adalah dengan cara uji Kolmogorov Smirnov. Dimana hasil pengujian Kolmogorov Smirnov jika signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data yang diuji tidak normal, sebaliknya jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data yang diuji normal dan dapat digunakan . 2.5.1.2Uji Autokorelasi
Suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara deret waktu, dimana data pada periode tertentu berkorelasi dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka data tidak layak untuk dipakai prediksi. Uji Durbin-Watson adalah salah satu cara untuk mengetahui autokorelasi dalam regresi yang diuji. Dengan jumlah T = 39 dan k = 6 maka nilai dL = 1,21 dan dU = 1,78. Dengan demikian ketentuan dalam pengujian Durbin Watson sebagai berikut:
1,21 < DW < 2,22 ; tidak terjadi autokorelasi
1,21 < DW < 1,78 atau 2,22 < DW < 2,79 ; tidak dapat disimpulkan.
DW < 1,21 atau DW > 2,79 ; terjadi autokorelasi
3.5.1.1 Uji Heterokedastisitas Uji heterokodastisitas untuk mengetahui apakah ada ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lainya, dimana hasil yang diharapkan dari pengujian ini adalah terjadi homokedastisitas. Homokedastisitas adalah model regresi yang ada kesamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Pengujian heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatterplot, dimana prinsip dari metode ini adalah melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi (ZPRED) dengan nilai residu nya (SPESID). Homokedastisitas terjadi jika hasil dari grafik yang ditampilkan tidak ada pola yang jelas, seperti titik – titik yang menyebar. 3.5.1.4 Uji Multikolinearitas Uji multikorelasi yang dimaksud ialah suatu pengujian untuk melihat apakah diantara variabel bebas saling berkolerasi atau tidak. Hasil yang diharapkan dalam pengujian ini adalah dari masing – masing variabel tidak terjadi
korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya 1. Menentukan tingkat signifikasi (α). gejala multikorelasi dalam model regresi Tingkat signifikansi ialah nilai kesalahan dapat dilihat dari nilai tolerance dan dimana α = 5%, yang selanjutnya Variance Inflation Factor (VIF), dimana digunakan untuk mencari nilai ttabel nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10. 2. Menghitung nilai thitung Untuk mengetahui nilai thitung dapat 2.5.2 Analisis Model Linier Regresi dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Berganda 3. Mengambil Kesimpulan Setelah nilai ttabel dan thitung diketahui, Untuk mengetahui pengaruh antara maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis variabel bebas yaitu faktor fundamental yang terdiri dari lima variabel dengan satu yang telah dirumuskan dengan syarat sebagai variabel bebas yaitu harga saham, maka berikut : dilakukan analisa model linear regresi Ho diterima jika, ttabel > thitung berganda dengan menggunakan SPSS 16, Ho ditolak jika, ttabel < thitung analisa tersebut dapat memberikan gambaran yang objektif dari masalah yang dianalisis. Dimana persamaan dari model linear regresi 1.5.3.2 Uji f Uji f dalam pengujian hipotesis berganda yang dimaksud sebagai berikut: bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh secara simultan antara Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 variabel independen dengan variabel dependen. Langkah – langkah uji f setelah di Keterangan : bab sebelumnya dirumuskan hipotesisnya Y: Harga Saham (Closing Price) sebagai berikut: α: Konstanta 1. Menentukan tingkat signifikasi (α) β1, β2... β5: Koefisien regresi dari masing – Tingkat signifikansi ialah nilai kesalahan masing variabel bebas dimana α = 5%, yang selanjutnya digunakan untuk mencari nilai ftabel. X1: Net Profit Margin 2. Menghitung nilai fhitung X2: Earning Per Share Untuk mengetahui nilai fhitung dapat dilakukan X3: Price Book Value dengan menggunakan SPSS 16. X4: Return On Assets 3. Mengambil Kesimpulan X5: Return On Equity Setelah nilai ftabel dan fhitung diketahui, maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang 2.5.3 Uji Hipotesis telah dirumuskan dengan syarat sebagai Uji hipotesis dilakukan untuk berikut : menjawab hipotesis yang telah dibuat Ho diterima jika, f > f tabel hitung sebelumnya, pengujiannya melalui dua Ho ditolak jika, ftabel < fhitung metode berikut. 2.5.3.1Uji t Tujuan dari uji t ialah untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh secara parsial dari masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah – langkah uji t setelah di bab sebelumnya dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
4 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Objek Peneliti PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia.
Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dari data diatas, nilai DW adalah 2,26 dimana nilai tersebut lebih besar dari 1,21 dan lebih besar dari 2,22 (4-dL). Dengan demikian bahwa model regresi tidak dapat disimpulkan. Untuk menanggulangi masalah autokorelasi ini peneliti melakukan uji autokorelasi dengan Run Test, dimana menghasilkan data sebagai berikut:
4.2 Pembahasan dan Analisis 4.2.1 Hasil analisa dan Uji Hipotesis Untuk menguji kesalahan regresi yang digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik dan analisa model linear regresi berganda sebagai berikut. 1. Uji Normalitas Untuk menguji apakah data dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak, dengan pengujian Kormogoro Smirnov Dari hasil pengujian menggunakan Tabel 4.2. Hasil uji Normalitas dengan metode Run Test didapatkan nilai Asymp. Sig. Kormogoro Smirnov. (2-Tailed) sebesar 0,328. Dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian tidak terjadi masalah autokorelasi. Sumber hasil SPSS, 2016 (Data Diolah) Berdasarkan data diatas, dapat diketahui nilai Asymp sig (2-Tailed) dari masing – masing variabel NPM, EPS, PBV, ROA, ROE dan Harga Saham lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian normalitas mempunyai nilai residu yang terdistribusi normal, dan data dapat digunakan dalam penelitian. 2. Uji Autokorelasi Berikut hasil data uji autokorelasi dengan pengujian Durbin-Watson dengan menggunakan SPSS: Tabel 4.3 Hasil uji Autokorelasi DurbinWatson model
R
R Square
Adjusted Square
1
.989A
.979
.975
Sumber hasil SPSS, 2016
R
Durbin watson 2.260
3.Uji Heterokosiditas
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami heterokedasitas melainkan terjadi homokedasitas, hal ini dikarenakan titik – titik pada scatterplot menyebar atau tidak membentuk pola yang jelas. 4.Uji Multikolinieritas Berikut hasil pengujian multikolinieritas terhadap model regresi
Berdasarkan data diatas, diketahui hanya dua variabel independen tidak mengalami multikolinearitas, yakni NPM dan PBV hal ini dikarenakan nilai Toleransi dan VIF dari masing – masing variabel lebih besar dari 0,1 dan lebih besar dari 10 yaitu 0,84 dan 0,19 serta 1,19 dan 5,18. Dengan demikian tiga variabel lainnya mengalami multikolinearitas yang disebabkan karena pada varibel NPM, EPS, ROA, dan ROE memiliki unsur laba bersih pada rasio – rasio tersebut. 5.Analisa Regresi Linear Berganda Analisa Regresi bertujuan untuk mengetahui pengaruh NPM, EPS, PBV, ROA, dan ROE terhadap harga saham. Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.
Dari tabel diatas maka dapat ditentukan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 1952 + (-273) X1 + 47 X2 + 738 X3 + 374X4 + (-442) X5
Dari persamaan diatas diketahui nilai konstanta sebesar 1952. Dengan demikian bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh NPM, EPS, PBV, ROA, ROE, dimana apabila tidak ada variabel – variabel tersebut maka harga saham bernilai konstan yaitu sebesar Rp. 1.952.
Variabel NPM bernilai -273 yang berarti jika NPM turun sebesar 1% maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar sebesar Rp. 272 dan sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel lainnya diasumsikan bernilai konstan. Variabel EPS sebesar 47, dimana jika EPS naik sebesar Rp. 1 akan diikut dengan kenaikan harga saham sebesar Rp. 47 dan sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel lainnya diasumsikan bernilai konstan. Variabel PBV sebesar 738, dimana jika PBV mengalami kenaikan sebesar Rp. 1 maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 738 dan sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel lainnya diasumsikan bernilai konstan. Variabel ROA sebesar 374, dimana jika terdapat kenaikan sebesar 1% pada variabel ROA akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar Rp. 374 dan sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel lainnya diasumsikan bernilai konstan. Variabel ROE sebesar -442, dimana jika terjadi penurunan ROE sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar Rp. 442 dan sebaliknya, kondisi ini berlaku jika variabel lainnya diasumsikan bernilai konstan. 6. Uji Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut data hasil pengujian menggunakan SPSS:
Dari data diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Uji regresi antara NPM dan harga saham diperoleh thitung sebesar -1,247 < ttabel sebesar 2,032 dengan tingkat signifikasi 0,221 > 0,05 maka Ho1 diterima, bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara NPM dengan harga saham. b. Uji regresi antara EPS dan harga saham diperoleh thitung sebesar 8,558 > ttabel sebesar 2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05 maka Ho2 ditolak, bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara EPS dan harga saham. c. Uji regresi antara PBV dan harga saham diperoleh thitung sebesar 15,781 > ttabel sebesar 2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05 maka Ho3 ditolak, bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara PBV dan harga saham. d. Uji regresi antara ROA dan harga saham diperoleh thitung sebesar 3,412 > ttabel sebesar 2,032 dengan tingkat signifikasi 0,02 < 0,05 maka Ho4 ditolak, bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara ROA dan harga saham. e. Uji regresi antara ROE dan harga saham diperoleh thitung sebesar -9,692 < ttabel sebesar 2,032 dengan tingkat signifikasi 0,00 < 0,05 maka Ho5 ditolak, bahwa ada pengaruh negatif antara ROE dan harga saham. 7. Uji Simultan (Uji f) Uji f dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara simultan (bersama – sama) terhadap variabel dependen. Berikut data hasil pengujian dengan SPSS:
Berdasarkan data diatas diperoleh nilai fhitung sebesar 300,735 > ftabel sebesar 2,641 dengan tingkat sigifikasi 0,00 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa NPM, EPS, PBV, ROA dan ROA secara simultan (bersama – sama) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh factor fundamental terhadap harga saham PT.Unilever Tbk. Penelitian ini menguji 5 variable independen yaitu NPM, EPS, PBV, ROA dan ROE serta variable dependen berupa harga saham. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan, yaitu : 1. NPM tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap harga saham PT.Unilever Indonesia Tbk. 2. EPS berpengaruh positif dan signifikan bagi harga saham PT.Unilever Indonesia Tbk 3. PBV berpengaruh positif dan signifikan bagi harga saham PT.Unilever Indonesia Tbk 4. ROA berpengaruh positif dan signifikan bagi harga saham PT.Unilever Indonesia Tbk 5. ROE berpengaruh negatif dan signifikan bagi harga saham PT.Unilever Indonesia Tbk Secara parsial bahwa hanya NPM yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk dan hanya ROE yang berpengaruh negative signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk. EPS,BPV dan ROA ketiga rasio tersebut berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk. Secara simultan NPM, EPS, PBV, ROA dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia Tbk.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini Kulkarni, Keerti Gururaj dan Kulkarni, sebaiknya para investor lebih memperhatikan Gururaj Anand. 2013. Fundamental faktor-faktor seperti EPS, PBV dan ROA Analysis vs Technical: A Choice Of yang mempunyai pengaruh terhadap harga Sectoral Analysis. International saham Journal of Engineering and Management Sciences , Vol 4 No. 2, Dan untuk memprediksi harga saham April 2013: 234 – 236 juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham Petrusheva, Nada dan Jordanoski, Igor. 2016. tersebut seperti faktor internal, yaitu modal Comparative Analysis Between the dan perlu di perhatikan lagi kondisi sosial, Fundamental and Technical politik dan ekonomi yang dapat Analysis of Stocks. Journal of mempengaruhi. Process Management – New Diharapkan untuk penelitian Technologies, International, Vol 4 selanjutnya dapat menggunakan periode No. 2, 2016 pengamatan yang lebih panjang dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Raharjo, Daniarto dan Muid, Dul. 2013. Analisis Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Rasio Keuangan DAFTAR PUSTAKA Terhadap Perubahan Harga Saham. Dewi, Putu Dina Aristya dan Suaryana Diponegoro Journal Of Accounting, I.G.N.A. 2013. Pengaruh EPS, DER Vol 2 No. 2, Tahun 2013 dan PBV Terhadap Harga Saham. EJurnal Akuntansi Universitas Sappar, Bidiosta, Suhada dan Hidayat, Raden Udayana, Vol 4 No. 1, Juli 2013: Rustam. 2015. Analisis Pengaruh 215 – 229 Faktor – Faktro Fundamental dan Teknikal Terhadap Nilai Ginting, Suriani. 2013. Analisis Faktor – Perusahaan. Penelitain. Surabaya: Faktor yang Mempengaruhi Harga Universitas Brawijaya Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Wira Ekonomi Sari, EI. 2013. Pengaruh Faktor – Faktor Mikroskil, Vol 3 No. 2, Oktober yang Mempengaruhi Harga Saham 2013 PT. Unilever Indonesia Tbk. Penelitian. Palembang: STIE MDP Hutami, Rescyana Putri. 2012. Pengaruh Dividen Per Share, Return On Suresh. 2013. A Study on Fundamental and Equity Dan Net Profit Margin Technical Analysis. International terhadap Harga Saham Perusahaan Journal of Marketing, Finance Industri Manufaktur Yang Tercatat Service and Management Research , Di Bursa Efek Indonesia. Vol 2 No. 5, Mei 2013 Diponegoro Journal Of Accounting, Susilawati, Christine. 2012. Analisis Vol 2 No. 2, Tahun 2013 Pebandingan Pengaruh Likuiditas, Kartika Wati, Anggun. 2014. Pengaruh Solvibilitas dan Profitabilitas Faktor – Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Internal Tehadap Harga Saham. Perusahaan LQ 45. Jurnal Penelitian. Jakarta: Universitas Akuntansi, Vol 4 No.2, November Gunadarma 2012 : 165 – 174
Tiningrum, Erna. 2011. Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 1 No. 7, Agustus 2011