DAFTAR ISI :
ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN KADAR SARI ............................ ............................ 2 A.
TUJUAN ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ........... 2
B.
PENDAHULUAN................................................... .......................................................................... ................................. .......... 2
C.
KLASIFIKASI TANAMAN SAWANG/ANDONG ............................... ............................... 4
D.
URAIAN SIMPLISIA ...................................... ............................................................ ........................................ .................. 5
E.
ALAT DAN BAHAN ............................................................ .............................................................................. .................. 6
F.
CARA KERJA ......................................................... ............................................................................... .................................... .............. 6
G.
HASIL PENGAMATAN ....................................................... ......................................................................... .................. 8
H.
PEMBAHASAN .......................................... ................................................................ ............................................ ...................... 9
I.
KESIMPULAN............................................................... ..................................................................................... ........................... ..... 12
J.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ ................................................................................ .................... 12
LAMPIRAN .......................................... ................................................................ ............................................ .......................................... .................... 14
1
ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN KADAR SARI
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui penentuan kadar sari pada ekstrak yang larut dalam air maupun yang larut dalam etanol. B. PENDAHULUAN
Seperti telah diketahui sebelumnya, bahwa untuk mendapatkan suatu bahan alam perlu dilakukan ekstraksi. Sifat-sifat senyawa alami yang sangat komplek
tentunya
memerlukan
suatu
keterampilan
khusus
untuk
mendapatkan senyawa sesuai dengan yang di harapkan. Sifat-sifat umum dari senyawa alami sangat tidak polar (non polar) misalnya senyawa-senyawa hidrokarbon sampai dengan senyawa yang sangat polar seperti karbohidrat. Pada percobaan ini mahasiswa akan diperkenalkan bagian dari standarisasi sederhana senyawa bahan alam yaitu uji kadar sari yang tentunya melalui proses ekstraksi. Penetapan kadar sari meliputi penetapan kadar sari yang larut dalam air dan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol. Bagi seorang farmasis yang ingin mempelajari farmakognosi-fitokimia tentunya hal ini sangat penting
setidaknya sebagai dasar-dasar untuk pengujian
selanjutnya. Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol. Tujuannya memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan. (Ditjen POM, 2000) Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah ekstraksi zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Yang paling baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga K
2
hendaknya lebih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan (Wasilah, 1978). Kriteria pemilihan pelarut: 1. Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak 2. Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak 3. Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada 4. Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut 5. Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara (Cahyono, 1991). Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004).
3
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (Manjang, 2004).
C. KLASIFIKASI TANAMAN SAWANG/ANDONG
Nama latin Andong
: Cordyline fruticosa (L) A. Cheval
Nama umum Indonesia
: Hanjuang (Sunda), Andong(Jawa), Endong(Bali), Sawang(Dayak), Pilipina: Tungkod-pare.
Klasifikasi Tumbuhan Andong : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Liliidae
Ordo
: Liliales
Famili
: Agavaceae
Genus
: Cordyline
Spesies
: Cordyline fruticosa (L.) A.Chev.
Andong atau lebih dikenal dengan nama Hanjuang adalah kelompok tumbuhan monokotil yang sering ditanam oleh masyarakat sebagai salah satu tanaman hias. Tanaman dengan nama ilmiah Cordyline ini memang memiliki warna daun khas antara lain hijau kemerah-merahan ataupun berwarna hijau 4
muda. Andong memiliki sekitar 15 jenis yang kesemuanya memiliki ciri khas tersendiri. Perdu bercabang; tinggi 2-4 m. Ranting dengan bekas daun rontok yang berbentuk cincin. Daun pada ujung ranting berjejal dengan susunan spiral; tangkai bentuk talang, helaian daun bentuk garis atau lanset, 20-60 kali 1-13 cm, dengan pangkal yang berbentuk baji dan ujung runcing, hijau atau merah atau lorek. Malai bunga di ketiak daun, bertangkai panjang, bercabang melebar, dengan daun pelindung yang besar pada pangkal cabang. Anak daun pelindung pada pangkal bunga kecil. Daun tenda bunga 6, memanjang, panjang 1,3 cm, 3 yang luar pada bagian separo bawah melekat, erat dengan yang di dalam, bagian yang teratas lepas dan melengkung kebelakang kembali. Benang sari 6, tertancap pada tenda bunga. Kepala putik pendek 3 taju. Buah buni ± bentuk bola, merah mengkilat. Biji hitam mengkilat. Dari Asia Timur. Di kebun dan pagar, di kuburan; 1-1.900 m. D. URAIAN SIMPLISIA
1. Nama Simplisia
: Cordiline rhizome
2. Tanaman asal
:Rabambang,
Kabupaten
Gunung
Mas,
Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Bagian yang di gunakan
: Rimpang
4. Sortasi basah
:
a. Berat awal
:-
b. Jenis pencemar
: Tanah
5. Pencucian a. Berat awal
:-
b. Berat setelah di cuci
:-
c. Masalah yang di hadapi : Membersihkan tanah 6. Perajangan a. Jenis alat
: Pengolah keripik
b. tebal
:-
7. Pengeringan a. Jenis pengeringan
: Panas matahari langsung
5
b. Bobot basah
:-
c. Lama pengeringan
: 5 hari
d. Penyimpanan
: Toples
8. Nomor mes ayakan
:-
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : a. Cawan porselin b. Gelas beaker c. Corong d. Enlenmeyer e. Kertas saring f. Batang pengaduk g. Botol semprot h. Hotplet i.
Bunsen dan segi tiga
j.
Batang pengaduk
2. Bahan : a. Simplisia b. Aquadest c. Kloroform d. Etanol 96% F. CARA KERJA
1. Bobot tetap cawan a. Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven 60 menit pada suhu 105oC
b. Cawan yang telah di panaskan di masukkan ke dalam desikator 15 menit sampai suhu kamar.
c. Ditimbang cawan porselin dengan neraca analitik
6
d. Dimasukkan kembali cawan porselin ke dalam oven 15 menit
e. Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven 15 menit sampai suhu kamar
f.
Ditimbang cawan porselin dengan neraca analitik
g. Dilakukan prosedur d, e, f hingga bobot cawan tetap
h. Dibungkus dengan alumunium foil
i.
Dimasukkan ke dalam desikator
2. Penetapan kadar sari larut air a. Maserasi serbuk simplisia kering 5 gram selama 24 jam dengan kloroform 100 ml
b. Setelah 6 jam di aduk
c. Dibiarkan selama 18 jam
d. Ekstrak yang di peroleh di saring
e. Diuapkan filtrat sebanyak 20 ml hingga kering pada cawan porselin
f. Dimasukkan ke dalam oven hingga menemukan bobot tetap
g. Lakukan duplo 3. Penetapan kadar sari larut etanol a. Maserasi serbuk simplisia kering 5 gram selama 24 jam dengan etanol 100 ml
b. Setelah 6 jam di aduk
7
c. Dibiarkan selama 18 jam
d. Ekstrak yang di peroleh di saring
e. Diuapkan filtrat sebanyak 20 ml hingga kering pada cawan porselin
f. Dimasukkan ke dalam oven hingga menemukan bobot tetap
g. Lakukan duplo G. HASIL PENGAMATAN
1. Penetapan susut pengeringan cawan Cawan
Pemanasan 105oC 30 menit
15 menit
15 menit
15 menit
I
48,715 gram
48,713 gram
48,713 gram
48,713 gram
II
49,927 gram
49,926 gram
49,926 gram
49,925 gram
III
54,273 gram
54,273 gram
54,273 gram
54,272 gram
IV
48,013 gram
48,013 gram
48,013 gram
48,012 gram
2. Penetapan susut pengeringan cawan + simplisia Cawan
Pemanasan 105oC 30 menit
15 menit
15 menit
15 menit
I
49,478 gram
49,242 gram
49,422 gram
49,415 gram
II
50,630 gram
50,613 gram
50,605 gram
50,604 gram
III
54,452 gram
54,450 gram
54,445 gram
54,444 gram
IV
48,192 gran
48,192 gram
48,192 gram
-
Cawan
Pemanasan 105oC 30 menit
15 menit
15 menit
15 menit
I
49,415
-
-
-
II
-
-
-
-
III
-
-
-
-
8
IV
-
-
-
-
3. Penimbangan bobot sampel awal Cawan I
5,036 gram
Cawan II
5,072 gram
Cawan III
5,013 gram
Cawan IV
5,004 gram
4. Perhitungan
berat cawan + sampel − Berat cawan x (100⁄20) 100% Berat sampel a. Cawan I
49,514 gram − 48,713 gram x (100⁄20) 100% = 69,698% 5,036 gram b. Cawan II
50,604 gram − 49,925 gram x (100⁄20) 100% = 66,936% 5,072 gram c. Cawan III
54,444 gram − 54,272 gram x (100⁄20) 100% = 17,155% 5,013 gram d. Cawan IV
48,192 gram − 48,012 gram x (100⁄20) 100% = 17,985% 5,004 gram e. Keterangan 1) Cawan I = Cawa air 2) Cawan II = Cawan air duplo 3) Cawan III = Cawan etanol 4) Cawan etanol duplo H. PEMBAHASAN
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan solut dari
9
pelarut satu ke pelarut lainnya dan tidak bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur (Ibrahim,2009). Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan. Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu. Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000) Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009). Dalam percobaan penetapan kadar sari larut air serbuk simplisia 5 gram di maserasi selama 24 jam dengan menggunakan air kloroform yang di
10
tambahkan pada air, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat masrasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut. Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu si mplisia (Fauzi,2013). Selama masa maserasi ketika 6 jam pertama diaduk lalu di biarkan selama 18 jam setelah itu ekstrak di peroleh lalu di saring dan sebanyak 20 ml filtrat di uapkan di atas bunsen dengan cawan porselin lalu di masukkan ke dalam oven selama 15 menit lalu di masukkan ke dalam desikator 15 menit hingga suhu kamar lalu di timbang pada neraca analitik lakukan pengovenan terus menerus hingga menemukan bobot tetap. Dalam penetapan kadar sari larut air di lakukan maserasi serbuk kering simplisia selama 24 jam engan menggunakan etanol, dalam penetapan kadar sari larut etanol tidak di tambahkan kloroform karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform. Dalam penetapan kadar sari larut etanol ini memiliki cara yang sama dengan kadarsari larut air hanya saja yg membedakannya adalah pelarutnya saja. Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia (Fauzi,2013). Masing percobaan antara kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol di lakukan duplo. Didalam praktikum kali ini dapat di lihat hasilnya bawa penetapan kadar sari larut air menghasilkan 69,698% kadar sari yang laru air dengan duplo 66,936%. Lalu pada penetapan kadar sari larut etanol menghasilkan 17,155% dan 17,985% kadar sari larut etanol. dari hasil ini dapat kita lihat bahwa simplisia ini lebih larut dalam air yang bersifat polar daripada dalam etanol yang bersifat non polar.
11
I.
KESIMPULAN
1. Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya 2. Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000) 3. Simplisia sawang lebih larut dalam air daripada dalam etanol J.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat , Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2. Ditjen POM Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 3. Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB 4. Fauzi, Ahmad, 2013, Pembuatan Simplisia, https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/system/app/pages/recentCh anges?offset=25, Diakses tanggal : 20 Maret 2017 5. Wasilah,
Sudja.
1978. Penuntun
Percobaan
Pengantar
Kimia
Organik. Bandung: PT Karya Nusantara 6. Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Workshop Peningkatan
Sumber
Daya
Manusia
Penelitian
dan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas. 7. Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
12
13
LAMPIRAN
14
15
http://ogygoesgiantoro.blogspot.co.id/2013/02/penetapan-kadar-sari-dalam pelarut.html?_escaped_fragment_ https://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2011/02/0946-49-c-3-fitrya-ok.pdf https://irenneagustina.wordpress.com/2016/01/22/pemeriksaan-makroskopikorganoleptik-dan-susut-pengeringan-simplisia/
16