BAGIAN I PERHITUNGAN ANALISIS KOTA
A. Metode Metode yang Mengguna Menggunakan kan Varia Variae! e! Penduduk Penduduk ". Meto Metode de #$r #$ri% i%ta ta!! !!er er Christall Christaller er berpend berpendapat apat bahwa bahwa perbandingan jumlah penduduk antara kota orde lebih tinggi dengan kota orde setingkat lebih rendah setidaknya tiga kali lipat. Jadi, misalnya kota orde I jumlah penduduknya tiga klai lipat dibandingkan penduduk kota orde II atau kota orde II penduduknya paling tinggi hanya sepertiga penduduk kota orde I, demikian seterusnya. Apabila perbandingan itu dibulatkan tiga, metode perhitungannya adalah seperti contoh berikut ini. Misalnya pada sebuah kabupaten, penentuan kota didasarkan atas data BP tentang pendud penduduk uk perkota perkotaan an dan pendudu penduduk k pedesaa pedesaan. n. !ata disajika disajikan n per keluraha kelurahan"de n"desa. sa. !engan !engan demikian demikian,, untuk untuk menentu menentukan kan pendud penduduk uk suatu suatu kota harus harus digabun digabung g pendud penduduk uk beberap beberapa a kelurahan yang bertetangga yang memang sudah terlihat menyatu sebagai kota di lapangan. Penduduk perkotaan di suatu kelurahan yang terpisah jauh dari penduduk perkotaan lainnya diperlakukan sebagai kota yang berdiri sendiri. Atas dasar metode di atas maka di kabupaten itu misalnya terdapat #$ buah kota. %ota terbesar adalah ibukota kabupaten itu sendiri dengan penduduk '.((( jiwa, kota terkecil berpenduduk '.((( jiwa. %ota dengan penduduk di bawah '((( jiwa dikategorikan sebagai kota nonorde. Berdasarkan data yang dikemukakan di atas, maka dapat dibuat susunan orde kota di kabupaten tersebut sebagai berikut ) a. b. c. d.
%ota orde I, jumlah jumlah pendudu penduduknya knya '.((( '.((( jiwa jiwa %ota orde II, jumla jumlah h pendudu pendudukny knya a *'.((( *'.((( jiwa jiwa %ota orde III, jumlah jumlah pendu penduduk duknya nya &'.(( &'.((( ( jiwa jiwa %ota orde orde I+, I+, jumlah jumlah pend pendudu uduknya knya '.(( '.((( ( jiwa entunya jumlah penduduk masing-masing kota tidaklah persis sama seperti pembagian
di atas. !alam hal ini dilihat angka penduduk kota mendekati salah satu dari angka tersebut di atas, dan itulah yang menjadi orde dari kota tersebut. &. Meto Metode de Ran Rank k Si'e Si'e Ru! Ru!e e !alam menetapkan orde perkotaan, metode rank sie rule menggunakan menggunakan rumus berikut ini ) -1
%et ) Pn = P1 x Rn Pn / Jumlah penduduk kota orde ke-n P& / Jumlah penduduk kota terbesar di wilayah tersebut 0orde I1 2n-&/ 3rde kota dengan pangkat -& atau &"2 n Arti rumus ini adalah jumlah penduduk penduduk kota orde ke-n adalah &"n jumlah penduduk kota orde tertinggi 0orde I, dalam hal ini P &1. !engan menggunakan contoh jumlah penduduk pada metode Christaller, penentuan orde kota dengan rank sie rule adalah sebagai berikut )
a. b. c. d. e. 6.
%ota orde orde I, jumlah jumlah pendu penduduk duknya nya '.(( '.((( ( ) & / '.((( '.((( jiwa %ota orde II, jumla jumlah h pendudu pendudukny knya a '.((( '.((( ) $ / 45.'( 45.'(( ( jiwa %ota orde orde III, III, jumlah jumlah pendudu penduduknya knya '.( '.((( (( ) # / *'.((( *'.((( jiwa %ota orde orde I+, I+, jumlah jumlah pendudukn penduduknya ya '.((( '.((( ) * / ##.5'( ##.5'( jiwa jiwa %ota orde orde +, +, jumlah pendudukn penduduknya ya '.((( '.((( ) ' / $5.((( $5.((( jiwa jiwa %ota orde +I, jumla jumlah h pendud pendudukny uknya a '.((( '.((( ) 4 / $$.'(( $$.'(( jiwa
Pengalaman menunjukkan bahwa metode 2ank ie 2ule ini menghasilkan orde kota yang terlalu banyak. (. Meto Metod de )i* )i*++ 2umus berikut ini oleh Auerbach dan inger tetapi dipopulerkan oleh 7ip6 08lasson, &95*1 sehingga lebih dikenal dengan metode ip6. 2umusnya adalah ) Pn / P&"n: %et ) Pn / jumlah penduduk kota ranking ke-n P& / jumlah penduduk kota terbesar n / orde orde 0ra 0rank nkin ing1 g1 kot kota a ters terseb ebut ut : / seb sebuah pangkat 2umus 7ip6 ini tidak dapat digunakan secara langsung karena pada persamaan tersebut ada dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu n dan :. untuk dapat menggunakannya menggunakannya terlebih dahulu harus ditetapkan berapa tingkat ranking perkotaan 0n1 yang akan dipakai di wilayah tersebut. !alam !alam hal hal ini diperl diperluk ukan an data data tenta tentang ng kota kota deng dengan an pendu pendudu duk k terbe terbesa sarr dan dan kota kota deng dengan an penduduk terkecil 0tetapi masih memnuhi persyaratan sebgai kota1. Menggunakan contoh pada metode Christaller maka kota dengan penduduk terbesar tersebut otomatis diberi orde I, namun kota dengan penduduk terkecil perlu ditetapkan orde ke berapa. Misalnya, kota terkecil itu ditetapkan sebagai orde I+ 0secara arbiter1. !engan menggunakan rumus 7ip6 maka : dapat dihitung sebagai berikut.
Pn
/ P& n:
'(((
/ '((( *:
*
:
¿
135000 5000
=¿
$5
* log : / $5
a. b. c. d. e. 6.
%ota orde orde I, jumlah jumlah pendu penduduk duknya nya '.(( '.((( ( ) & / '.((( '.((( jiwa %ota orde II, jumla jumlah h pendudu pendudukny knya a '.((( '.((( ) $ / 45.'( 45.'(( ( jiwa %ota orde orde III, III, jumlah jumlah pendudu penduduknya knya '.( '.((( (( ) # / *'.((( *'.((( jiwa %ota orde orde I+, I+, jumlah jumlah pendudukn penduduknya ya '.((( '.((( ) * / ##.5'( ##.5'( jiwa jiwa %ota orde orde +, +, jumlah pendudukn penduduknya ya '.((( '.((( ) ' / $5.((( $5.((( jiwa jiwa %ota orde +I, jumla jumlah h pendud pendudukny uknya a '.((( '.((( ) 4 / $$.'(( $$.'(( jiwa
Pengalaman menunjukkan bahwa metode 2ank ie 2ule ini menghasilkan orde kota yang terlalu banyak. (. Meto Metod de )i* )i*++ 2umus berikut ini oleh Auerbach dan inger tetapi dipopulerkan oleh 7ip6 08lasson, &95*1 sehingga lebih dikenal dengan metode ip6. 2umusnya adalah ) Pn / P&"n: %et ) Pn / jumlah penduduk kota ranking ke-n P& / jumlah penduduk kota terbesar n / orde orde 0ra 0rank nkin ing1 g1 kot kota a ters terseb ebut ut : / seb sebuah pangkat 2umus 7ip6 ini tidak dapat digunakan secara langsung karena pada persamaan tersebut ada dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu n dan :. untuk dapat menggunakannya menggunakannya terlebih dahulu harus ditetapkan berapa tingkat ranking perkotaan 0n1 yang akan dipakai di wilayah tersebut. !alam !alam hal hal ini diperl diperluk ukan an data data tenta tentang ng kota kota deng dengan an pendu pendudu duk k terbe terbesa sarr dan dan kota kota deng dengan an penduduk terkecil 0tetapi masih memnuhi persyaratan sebgai kota1. Menggunakan contoh pada metode Christaller maka kota dengan penduduk terbesar tersebut otomatis diberi orde I, namun kota dengan penduduk terkecil perlu ditetapkan orde ke berapa. Misalnya, kota terkecil itu ditetapkan sebagai orde I+ 0secara arbiter1. !engan menggunakan rumus 7ip6 maka : dapat dihitung sebagai berikut.
Pn
/ P& n:
'(((
/ '((( *:
*
:
¿
135000 5000
=¿
$5
* log : / $5
* log log : / &,*# &,*#&4 &4#5 #5
log log : / (,#' (,#'5; 5;*& *&
anti antilo log, g, maka maka : / $,$5 $,$59' 9'(5 (5
!engan demikian rumus 7ip6 menjadi ) Pn
/ '(((
Atas dasar rumu rumus s di sampin mping g, mak maka )
n$,$59'(5 %ota orde I / '((( ) 0& $,$59'(51 / '((( jiwa %ota orde II / '((( ) 0$ $,$59'(51 / $5;(4 jiwa %ota orde III / '((( ) 0# $,$59'(51 / &&(*# jiwa %ota orde I+ / '((( ) 0* $,$59'(5 1 / '5$5 jiwa
B. Metode Metode Gaunga Gaungan n Beera*a Beera*a Vari Variae! ae! Penentu Penentuan an orde perkota perkotaan an dapat dapat didasark didasarkan an atas atas gabung gabungan an beberap beberapa a
&,' / ',9' dibula dibulatkan tkan menjad menjadii 4 kelas. %emudian ditentukan inter
Ada beberapa 6aktor yang tidak diragukan lagi menciptakan daya tarik bagi sebuah kota, misalnya pasar, kompleks pertokoan, 6asilitas pendidikan, dan kesehatan. Banyak 6asilitas lain yang berbanding secara proporsional dengan jumlah penduduk kota sehingga dengan memasukkan 6aktor jumlah penduduk kota maka 6aktor lain itu dianggap telah terwakili. a. Pasar Mengukur daya tarik pasar untuk pasar yang bersi6at permanen, dapat didasarkan atas luas pasar ataupun jumlah pedagang. Akan tetapi, ada juga pasar berupa pekan yang hanya buka seminggu sekali atau lebih sering tetapi tidak setiap hari. !ari sudut hari operasi, bobot untuk pekan harus dibagi tujuh. Akan tetapi, karena kegiatan pedagang di pekan cukup intensi6 maka bisa saja bobotnya ditetapkan misalnya #( dari pasar permanen. Misalnya apabila jumlah pedagang di pekan ada &(( pedagang maka diasumsikan sama dengan #( pedagang untuk pasar permanen. ama seperti jumlah penduduk maka banyaknya pedagang di masing-masing kota diurutkan dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi dalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk. b. Pertokoan ama seperti pasar maka daya tarik pertokoan dapat didasarkan atas luas pertokoan ataupun jumlah took. ama seperti jumlah penduduk maka banyaknya took di masingmasing kota diurutkan dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi ke dalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk. c. asilitas Pendidikan asilitas pendidikan sangat beragam. !ari sudut jenjang pengajaran maka ada %, !, P, MA, dan Perguruan inggi. !emikian pula ada sekolah berbasis agama dan ada yang berbasis pendidikan umum tetapi penjengjangannya sama sehingga bobotnya dianggap sama. !i luar itu, ada pendidikan non6ormal berupa kursus keterampilan dan pengetahuan khusus. Mengukur tingkat 6asilitas yang tersedia tidak bisa didasarkan atas unit sekolah"perguruan tinggi, karena kapasitas masing ?masing unit sekolah tidak sama dan perbedaannya bisa cukup besar. !alam hal ini, yang lebih tepat di gunakan adalah jumlah bangku sekolah ataupun jumlah murid "mahasiswa. Agar jumlah murid dari berbagai jenjang pendiidikan dapat dijadikan satu kesatuan ukuran, terpaksa diciptakan satuan
alat
pengukur,
misalnya
satuan
murid
MA.
etelah
itu
dilakukan
pembobotan"penilaian misalnya sebagi berikut. atu murid MA diberi nilai &, satu murid MP diberi nilai (,', satu murid ! diberi nilai (,$', satu murid % diberi nilai (,$, satu murid kursus keterampilan diberi nilai (,', satu murid program diploma !-& dibweri nilai &,', satu mahasiswa program !iploma !-#"polikteknik diberi nilai $,', satu mahasiswa
program -& dieri nilai ', satu mahasiswa program -$ diberi nilai &( dan satu mahasiswa program -# diberi nilai $'. Pembobotan atau pemberian nilai diatas hanyalah sebagai contoh, pembobotan yang sebenarnya dapat dilakukan berdasarkan kondisi wilayah masing-masing. ama seperti dalam metode jumlah penduduk maka kota diurutkan berdasarkan banyaknya satuan murid dimasing-masing kota mulai dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi kedalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk. d. asilitas kesehatan ama seperti 6asilitas pendidikan maka 6asilita skesehatan juga cukup beragam. Ada praktik mantri kesehatan"bidan, praktik dokter umum, praktek dokter spesialis, puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, puskesmas dengan rawat inap, rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe B, dan rumah sakit tipe A. selain itu, ada rumah sakit khusus misalnya kebidanan, paru, mata, jantung dan lain-lain. %apasiats masing-masing unit 6asilitas itu juga berbeda. Damun demikian, agar dapat diperbandingkan maka dibutukhkan satuan alat pengukur. Barangkali satuan alat pengukur yang dapat dipergunakan adalah satuan pasien rawat inap pada rumah sakit tipe C atau satuan tempat tidur pada rumah sakit tipe C. satu orang pasien rawat inap pada rumah sakit tipe C diberi nilai &. Pasien rawat inap pada rumah sakit tipe B diberi nilai lebih tinggi misalnya nilai &,' dan pasien rawat inap rumah sakit tipe A" rumah sakit khusus diberi nilai $. ebaliknya, pasien rawat inap pada puskesmas plus diberi nilai lebih rendah misalnya (,5'. Pasien berobat jalan pada puskemas misalnya diberi nilai (,$ . pasien praktik pribadi dokter umum diberi nilai (,$. Pasien praktik pribadi dokter spesialis diberi nilai (,*. Pasien praktik pribadi mantri kesehatan"bidan diberi nilai (,& . pasien berobat jalan rumah sakit tipe C diberi nilai (,$, tipe B diberi nilai (,#, tipe A" rumah sakit khusus dberi nilai (,* . hal ini dapat dilanjutkan untuk 6asilitas kesehatan lainnya yang belum disebutkan. Pembobotan diatas hanya sebagai contoh, tentunya peberian nilai bisa berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain sesuai dengan daya tarik masing-masing 6asilitas kesehatan tersebut terhadap pasien diwilayah itu. etelah itu, satuan pasien untuk tiap 6asilitas disuatu disuatu kota dijumlahkan, kemudian digabug untuk mendapatkan total satuan pasien dikota tersebut. elanjunyan kota berdasarkan satuan pasien diurutkan dari yang terbesar ke yamng terkecil kenmudian dibagi kedalm kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk. Apabila unsur yang digunakan hanya empat seperti diatas dimana kelas kota untk masing-masing unsure sudah diketahui, selnajunya data kelas kota untuk empat unsure
itu digabng sehingga diperoleh kelas rata-rata untuk tiap kota. Dilai kelas rata-rata tiap kota biasa saja bukan bilngan bulat. (. Tingkat Ak%ei!ita% Eang dimaksud dengan tingkat aksebilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota " wilayah lain yang berdekatan, atau bisa juga dilihat dari sudut kemudahan mencapai wilayah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal dikota tersebut. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksebilitas, misalnya kondisi alan, jenis alat angkutan yang tersedia, 6rekuensi keberangkatan, dan jarak. Fntuk menyederhanakan persoalan maka cukup digunakan unsur jarak atau waktu tempuh. Agar terdapat keseragaman maka waktu tempuh harus didasarkan atas alat angkutan yang sama, misalnya bus umum atau kendaraan pribadi roda empat. Jika kedua jenis angkutan itu tidak memungkinkan maka digunakan jenis angkutan yang paling umum digunakan oleh masyarakat untuk bepergian keluar kota . Ada banyak kota tujuan dari kota yang sedang dianalisis, namun demi keseragaman, dibuat ketentuan bahwa yang di ukur hanyalah aksebilitas dari kota tersebut kekota lain terdekat yang memiliki orde lebih tinggi. Damun dalam praktik, orang yang mengukur aksebilitas kota itu ke ibukota kabupaten atau ke ibukota pro
T
PiPj ij = F ( Zi ) dijb
%et ) ij Pi P j dij
/ ingkat aksesibilitas dari kota I ke kota j / Penduduk kota I 0kota yang dianalisis1 / Penduduk kota 0kota terdekat yang ordenya lebih tinggi1 / Jarak dari daerah I ke daerah j, tapi lebih baik dinyatakan dalam waktu tempuh
b 07i1
0menit1 / Pangkat dari d 0dalam banyak hal b / $1 / ungsi 7i, di mana 7 i adalah ukuran daya tarik kota i. Misalnya dapat dipergunakan lapangan kerja, luas pertokoan, atau daya tarik kota lainnya di kota
I, akan tetapi harus digunakan secara konsisten dari satu kota ke kota lainnya. !engan menggunakan rumus diatas maka aksebilitas 0ij1 tiap kota dapat dihitung. %emudian semua kota diurutkan mulai dari ij tertinggi ke ij terendah. Frutan kota itu dibagi dalam kelas dengan inter
etelah kelas kota untuk semua 6aktor dapat dihitung maka kelas untuk tiap kota itu digabung dan dicari rata-ratanya 0per kota1. 2ata-rata tiap kota diurutkan dari yang tertinggi ke yang terendah kemudian dibagi dalam kelas 0dalam hal ini dari kleas &, kelas $, kelas #, dan seterusnya1. Jumlah kelas sama seperti yang tedahulu. %ota yang berada pada kelas & dinyatakan sebagai kota orde I. kota yang berada pada kelas $ dinyatakan sebagi kota orde II. %ota yang berada pada kelas # dinyatakan sebagi kota orde III, dan seterusnya.
ANALISIS PERGERAKAN PEN/U/UK Pengukuran !inamika osial Masyarakat &. Model pembangkit bepergian Implementasi dari model gera
Maka rumus di atas dapat diubah menjadi)
!an rumus berubah menjadi)
2umus diatas menggambarkan probabilitas interaksi antarah subwilyah i !engan sub wilayah j setelah memperhatikan daya tarik seluruh subwilayah, yaitu daya tarik subwilayah j bagi subwilayah i dibagi dengan daya tarik seluruh wilayah bagi daerah i. Jumlah interaksi adalah probabilitas interaksi dikali total kegiatan yang bersumber di daerah i atau disingkat dengan P i
%alau
ditulis dengan
-b Maka rumus dapat disederhanakan menjadi ) ij/P A i iP jdij
%eterangan) ij/ Jumlah trip antara daerah i dengan daerah j atau
$. Model gra adalah 6aktor utama dalam menentukan orang memilih lokasi tempat tinggalnya. Accessibility inde> dihitung dengan rumus)
%eterangan ) Aij/ accessibility inde> daerah i terhadap daerah j Gj/ total lapangan kerja dij/ jarak antara i dengan j b/ pangkat dari d ij inde> yang diperblehkan adalah daya tarik satu subwilayah j ditinjau ari sub wilayah i. Apabila daya tarik seluruh subwilayah diperhitungkan"digabungkan maka rumusnya menjadi)
elain inde> aksesibilitas, adanya lahan kosong dan tersedianya 6asilitas lain adalah merupakan unsur daya tarik lain yang harus diperhatikan, untuk berlokasi di subwilayah tersebut. ahan kosong 0holding capacity1. ahan kosong yang tidak sesuai untuk permukiman penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan ini, misalnya kemiringan diatas #( derajat, daerah rawa, tergenang banjir,dll yang diperuntukkan untuk kantor,militer, dan parawisata. 8abungan antara accessibility inde> dengan holding capacity adalah potensi pengembangan daerah tersebut. Potensi pengembangan daerah i 0disingkat ! i1 adalah ! i/Ai@i %eterangan) Ai/ Accessibility inde> @i/@olding capacity Fntuk mengetahui daya tarik subwilayah tersebut, potensi pengembangan subwilayah tersebut harus dibandingkan dengan daya tarik keselurahan wilayah)
Pertambahan penduduk untuk kota secara keseluruhannya adalah 8t maka tambahan penduduk yang berlokasi di daerah i adalah
%eterangan) !i/ Ai @i 8t/ ambahan penduduk di seluruh wilayah 8i/ tambahan penduduk di daerah i #. Model 8ra
Tij=¿
∑¿
3i, artinya yang didistribusikan ditentukan jumlahnya, sedangkan daerah tujuan tidak ditentukan batas daya tampungnya. @al ini berarti pembatasnya hanya satu, yaitu pada origin sedangkan pada destination tidak ada pembatas. Penggunaan model gra
*. Model 8ra
∑ A
∑ A
3idij-b1
i
j
∑ T j
3idij-b1-&
i
j
/ 3i
ij
.
∑ T j
/ ! j
ij
BAGIAN II A. ANALISIS EKONOMI ". Struktur ekonoi dan !a-u *ertuu$an ekonoi Struktur ekonoi truktur ekonomi yang dimaksud dengan struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. ecara umum struktur perekonomian %abupaten Bima masih didominasi sektor primer yaitu sekitar '' lebih, sedangkan peranan sektor sekunder dan tersier masih rendah dalam pembentukan Produk !omestik 2egional Bruto 0P!2B1. Ada beberapa 6aktor yang menentukan terjadinya perubahan struktur ekonomi antara lain) Produkti
pasar
produk"jasa yang dihasilkannya. %ebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor dan komoditi unggulan %etersediaan in6rastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi. %egairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan in
truktur perekonomian adalah besar share lapangan usaha terhadap total P!2B baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. !engan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut eori ewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami trans6ormasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total P!2B. La-u *ertuu$an ekonoi Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. !e6inisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan tara6 hidup diukur dengan output riil per orang. Teori /an Mode! Pertuu$an Ekonoi !alam aman ahli ekonomi klasik, seperti Adam mith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Dature and Causes o6 the Healt Dations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan 6actor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. etelah Adam mith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti 2icardo, Malthus, tuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi . a. eori Ino
d. Model Pertumbuhan ewis Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak0padat1penduduknya.ekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan. e. Model Pertumbuhan Gkonomi 2ostow Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. ahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.
Fntuk dapat mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, maka harus dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Produk !omestik Bruto 0P!B1 atau 8ross !omestic Product 08!P1. P!B atau 8!P adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah pada periode tertentu, misalnya satu tahun. 0!i le
penurunan pada output atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan output. Misalnya, peristiwa seperti bencana alam, penyebaran penyakit berbahaya dan kerusuhan. Cara mengukur P!B, total nilai berbagai macam barang dan jasa diagregasikan. Damun karena berton-ton baja tidak mungkin dijumlahkan begitu saja dengan, misalnya, produksi roti, maka proses agregasi dilakukan berdasarkan nilai uang produksi barang-barang tersebut. !i Indonesia P!B diukur setiap tiga bulan dan satu tahun oleh Biro Pusat tatistik 0BP1. Dilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut dengan P!B nominal 0P!B atas dasar harga berlaku1. Dilainya tentu berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perubahan kuantitas produksi barang"jasa atau dalam harga dasarnya. Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok, didapatlah nilai P!B riil 0P!B atas dasar harga konstan1. Fntuk menghitung nilai riil tersebut dipilihlah satu tahun dasarmisalnya tahun $(((. %emudian, nilai semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang berlaku pada tahun tersebut. %arena harga barang sudah tetap, P!B riil dianggap hanya berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang"jasa. Perubahan P!B ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi secara riil. Inilah yang sehari-hari disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomiK tidak lain mengacu pada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah perekonomian. 2umus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut ) g / L0P!Bs-P!Bk1"P!Bk > &(( %eterangan ) g
/ tingkat pertumbuhan ekonomi
P!Bs / P!B riil tahun sekarang P!Bk / P!B riil tahun kemarin
&. Per$itungan La-u Penda*atan Penda*atan Na%iona! Pengertian pembangunan ekonomi yang telah dijelaskan di muka secara tak langsung menyatakan bahwa untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, maka pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per
kapita dari waktu ke waktu harus dihitung. 3leh karenanya pada bagian ini dibahas secara sekilas metode perhitungan pendapatan nasional, pendapatan per kapita, dan laju pertumbuhan untuk keduanya. a. Metode Per$itungan Penda*atan Na%iona! Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian 0negara1 dalam waktu satu tahun. Ada # metode perhitungannya yaitu ) "0 Metode Produk%i 1ni!ai taa$0 Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor produkti6 dalam suatu negara selama satu periode tertentu. !i Indonesia, periode waktu tersebut adalah satu tahun kalender dan sektorsektor produkti6 dibagi menjadi && sektor yaitu) pertanian, industri pengolahan) pertambangan dan galianN listrik, air dan gasN bangunanN pengangkutan dan komunikasiN perdaganganN bank dan lembaga keuanganN sewa rumahN pertahananN dan jasa-jasa lainnya. Jumlah nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan sektor-sektor tersebut selama satu tahun 6iskal disebut 8ross !omestic Product 08!P1 atau 8ross Dational Product 08DP1 yang dalam bahasa Indonesianya disebut sebagai Produk !omestik Bruto 0P!B1 atau Produk Dasional Bruto 0PDB1. Pengertian 8!P dan 8DP di atas sebenarnya tidak sama. Pada 8DP digunakan istilah national karena batasannya adalah nasional kewarganegaraan. @al ini menunjukkan bahwa barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri harus dimasukkan ke dalam 8DP, sedangkan istilah domestic digunakan karena batasnya adalah wilayah suatu negara, termasuk di dalamnya orang-orang dan perusahaan asing. 8!P dapat lebih besar atau lebih kecil daripada 8DP. Jika 8!P suatu negara lebih besar daripada 8DP-nya 0biasanya DB termasuk Indonesia1, maka penanaman modal asing 0PMA atau in
&0 Metode Penda*atan 1in2oe0 Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan 6aktor-6aktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. aktor-6aktor produksi-tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta 0entrepreneur1 yang digunakan tersebut diberi balas jasa yang masing-masing bernama sewa, bunga upah dan gaji, dan laba. %arena 6aktor6aktor produksi tersebut dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali pada masyarakat sebagai pendapatan nasional. Pendapatan Dasional yang dihitung dengan metoda ini dikenal dengan sebutan 8ross Dational Income 08DI1. 8DI ini jika dikurangi dengan penyusunan barang-barang modal disebut Det Dational Income 0DDI1.
(0 Metode Penge!uaran Perhitungan
pendapatan-pendapatan
nasional dengan
cara
ini
yaitu
dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran dari lapisan masyarakat. Pendapatan yang diterima oleh semua lapisan masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau ditabung. !engan metoda ini pengeluaran di bagi-bagi ke dalam) a1 Pengeluaran
konsumsi perorangan dan
rumah
tangga 0personal
consumption
e>penditure1 yang terdiri dari) pengeluaran untuk barang-barang yang tahan lama 0durable goods1 dan yang tidak. Pengeluaran ini biasanya disingkat C. b1 Pengeluaran konsumsi pemerintah 0gopenditure1 yang sering disingkat dengan 8. c1 In
tahan
lama,
dan
persediaan
barang-barang
oleh
perusahaan-
perusahaan. In
pendapatan nasional dari tahun ke tahun bukan saja disebabkan oleh perubahan tingkat kegiatan ekonomi tetapi juga oleh kenaikan harga-harga. 3leh karena itu, untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami perkembangan, perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun. Fntuk mencapai tujuan tersebut, pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan nasional pada berbagai tahun harus dihilangkan. @al ini dilakukan dengan cara menghitung pendapatan nasional menurut harga konstan. 3leh karena itu, pengertian pendapatan nasional dibedakan pula menjadi dua yaitu a. Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku 0pendapatan nasional nominal1 pada tahun yang bersangkutan dan b. Pendapatan nasional menurut harga konstan 0pendapatan nasional riil1.
Pendapatan nasional riil bisa ditentukan dengan cara mende6lasikan pendapatan nasional menurut harga yang berlaku yaitu dengan menilainya kembali berdasarkan atas harga-harga pada tahun dasar tertentu 0base year1. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mende6lasikan pendapatan nasional, di sini yang akan dibahas adalah cara yang paling sederhana yaitu dengan menggunakan Indeks @arga %onsumen 0I@%1. I@% menunjukkan perubahan harga-harga dari barang-barang yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke waktu. Angka indeks pada tahun dasar perbandingan selalu dinyatakan dengan angka &((. Berdasarkan pada perbandingan tingkat harga pada tahun dasar tersebut dengan tingkat harga pada tahuntahun sebelum atau sesudahnya, angka indeks pada tahun-tahun lainnya tersebut bisa ditentukan. Jika pada tahun sesudah tahun dasar harga-harga naik sebesar ' persen, maka angka indeksnya adalah &('. !an jika pada tahun sebelumnya tahun dasar tersebut harga-harga adalah ' persen di bawah tahun dasar, maka indeks harga pada tahun tersebut adalah 9'.edangkan jika &( tahun setelah tahun dasar harga-harga telah menjadi enam kali lipat dari harga-harga pada tahun dasar, maka indeks harga untuk tahun itu adalah 4((. !engan menggunakan angka I@% ini pendapatan nasional riil dapat ditentukan dengan menggunakan rumus di bawah ini) &(( Er0t1 / ---------
> Eb0t1
I@%0t1
Er0t1,
adalah pendapatan nasional riil pada tahun t,
Eb0t1,
adalah pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun t,
I@%0t1,
adalah indeks harga konsumen pada tahun t.
Fntuk lebih jelasnya cara menghitung pendapatan nasional riil, lihat abel di bawah ) #ara Meng$itung Penda*atan Na%iona! Rii! ahun
8!P
atas
Indeks @arga
harga
yang
0&99( / &((1
8!P atas harga konstan 08!P riil1
berlaku 0milyar 0milyar 2p1 &99#
rupiah1 &($.4;$
&&*
&99*
&$*.;&4
$
&99'
&*$.($(
&*$
&994
&44.#$9
&''
Sumber: Data Hipotesis
Jika pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun telah diperoleh, maka tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun bisa ditentukan. aju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini) Er0t1 ? Er0t-&1 8t /
--------------------
> &((
Er0t-&1
8t , adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen, Er0t1, adalah pendapatan nasional riil pada tahun t, dan Er0t-&1, adalah pendapatan nasional nil pada tahun t-&.
#ara Meng$itung Tingkat Pertuu$an Ekonoi
ahun
8!P menurut harga
ingkat Pertumbuhan
%onstan
Gkonomi 0persen1
08!P riil1 0milyar 2p1 &99(
;'.(;&,9
&99&
9(.(;(,'
09(.(;(,' - ;'.(;&,91" ;'.(;&, 9 > &(( / '.;5
&99$
9*.'&5,;
09*.'&5,; - 9(.(;(,'1" 9(.(;(,' > &(( / *.9#
&99#
99.9#4,(
099.9#4,( - 9*.'&5,;1" 9*.'&5,; > &(( / '.5#
Sumber: Data Hipotesis
!engan mengetahui tingkat pendapatan nasional untuk berbagai tahun, menentukan pendapatan per kapita bukan masalah lagi. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk. 3leh karena itu untuk mendapatkan per kapita pada suatu tahun tertentu adalah dengan cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama. edangkan untuk menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan penentuan pertumbuhan pendapatan nasional riil yaitu) EP0t1 ? EP0t-&1 gt / --------------------- > &((
EP0t-&1
gt adalah pertumbuhan pendapatan per kapita yang dinyatakan dalam persen, EP0t1 ,adalah pendapatan per kapita pada tahun t, dan EP0t-&1, adalah pendapatan per kapita pada tahun t-&. !i samping dengan cara tersebut, cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan pendapatan per kapita adalah dengan mengurangkan laju pertumbuhan pendapatan nasional riil dengan laju pertumbuhan penduduk, yaitu dengan menggunakan rumus di bawah ini) gt / 8t - Pt gt adalah tingkat pertumbuhan per kapita, 8t adalah tingkat pertumbuhan pendapatan nasional riil, Pt adalah tingkat pertumbuhan penduduk dalam persen.
(.
L3 1LO#ATION 3UOTIENT0 Q adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relati6 sumbangan nilai
tambah sebuah sektor di suatu daerah 0%abupaten"%ota1 terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala pro
dengan O / output 0P!2B1N r / regionalN dan n / nasional. Q R & mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis 0B1, i sedangkan Q S & disebut sektor nonbasis 0DB1. Ada beberapa keunggulan dari metode Q, i antara lain &. Metode Q memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung $. Metode Q sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend . Beberapa kelemahan Metode Q adalah &. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produkti
B. ANALISIS SHI,T SHARE Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. !ata yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita 0E"P1, P!2B 0E1 atau enaga kerja 0e1 dengan tahun pengamatan pada rentang waktu tertentu, misalnya &995?$(($. Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen) &. Provincial share 0p1, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah 0kabupaten"kota1 dengan melihat nilai P!2B daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi 0pro
peranan
wilayah
pro
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan pro
a. G 4 NS 5 IM 5 RS atau G 4 RP 5 RS TTTTTTTTT0#1 dengan ri G / Regional Econoic !ro"th / 0G
0t=&1
ri "G
0t1
1,
untuk mengukur pertumbuhan nilai tambah bruto daerah dari tahun ke tahun n NS / #ational Share / 0G
0t=&1
n "G
0t1
1,
untuk mengukur pertumbuhan nilai tambah bruto nasional dari tahun ke tahun ni IM / Industrial Mix / L 0G
0t=&1
"G
ni 0t1
n 1 U 0G
0t=&1
n "G
0t1
1 ,
untuk mengukur pertumbuhan nilai tambah bruto nasional sektor i dibandingkan total sektornya ri RS / Regional Shift / L 0G
0t=&1
ri "G
0t1
1 U 0G
ni 0t=&1
ni "G
0t1
1 ,
untuk mengukur pertumbuhan nilai tambah bruto daerah sektor i dibandingkan pertumbuhan nilai tambah bruto nasional sektor i RP / Regional Proportion 02P / D = IM1
. G 4 R 5 S atau G 4 R 5 S* 5 Sd TTTTTTTTTTTT0*1 dengan G / Regional Econoic !ro"th R / Regional Share S / Shift , yang terdiri dari) S* / Proportional Shift dan Sd / Differential Shift Pendekatan 0a1 dan 0b1 tersebut menghasilkan nilai yang sama karena p sama dengan IM dan d / 2. 2umus yang digunakan antara kedua pendekatan itu juga hasilnya akan sama. Beberapa pakar merasakan perlu memperluas analisis yang memperhitungkan e6ek komposisi industri dengan menguraikan Differential ($opetitive) Shift yang ada. Misalnya, Gsteban-Mar:uillas menyatakan bahwa Regional Shift pada pendekatan 0a1 di atas perlu diuraikan lebih jauh. Fntuk keperluan itu Gsteban-Mar:uillas$ memperkenalkan konsep hoothetic eployent%yang dide6inisikan sebagai Vjumlah atau perubahan eployent dalam sektor i di suatu daerah, jika daerah tersebut memiliki struktur eployent yang sama di tingkat nasional.V @al itu menyiratkan asumsi bahwa struktur eployent di tingkat nasional dan daerah sama. 2umus yang dipakai untuk memperoleh nilai @omothetic Gmployment 0@G1) ri r ni n E 6 4 E 1E 7 E 0 TTTTTTTTTTTTTTTTT0'1 Dilai @G tersebut di atas digunakan untuk menguraikan Regional Shift yang terdiri dari &llocation Effect 0AG1 dan Regional Shift Effect 02G1. 2umusan yang dikemukakan oleh Gsteban-Mar:uillas adalah ri RSi / 0G
0t1
riK RSi8 / 0G
ri W L0G
0t1
W L0G
0t=&1
ri "G
ri 0t=&1
0t1
ri "G
ni 1 U 0G
0t1
1 U 0G
0t=&1
"G
ni 0t=&1
ni 0t1
ni "G
1
0t1
AE / 2i ? 2iK ri / L0G
0t1
ri W L0G
0t=&1
ri "G
0t1
1 U 0G
ni 0t=&1
ni "G
0t1
1
1
riK U L0G
0t1
ri W L0G
0t=&1
ri ri ri / 0 G - G K 1 U L0G
"G
ri 0t1
1 U 0G
ni 0t=&1
ni "G
0t1
1
ri ni ni "G 1 U 0G "G 1 0t=&1 0t1 0t=&1 0t1
dengan ri E 8 menyatakan besarnya eployent yang diharapkan dalam industri i di suatu daerah E
ri
menyatakan besarnya eployent aktual dalam industri i di suatu daerah
r E menyatakan besarnya eployent di suatu daerah E
ni
menyatakan besarnya eployent nasional di industri i
n E menyatakan besarnya eployent nasional %esimpulan ) RSi / AGi = 2Gi 0pendekatan a1 Sdi / AGi = 2Gi 0pendekatan b1
Keunggu!an Ana!i%i% Shift-Share %eunggulan analisis shift share antara lain) &. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana. $. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. #. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat. Ke!ea$an Ana!i%i% Shift-Share %elemahan analisis shift-share, yaitu &. @anya dapat digunakan untuk analisis ex-post . $. Masalah 'enchar berkenaan dengan hoothetic change, apakah t atau 0t=&1 tidak dapat dijelaskan dengan baik. #. Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak ter-ungkap. *. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya. '. idak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor. 4. idak ada keterkaitan antardaerah.
#. ANALISIS INPUT9OUTPUT
Tran%ak%i in*ut antara
!alam konteks input antara terjadi arus"perpindahan barang antarsektor. Misalkan dari sektor i ke sektor . Bisa juga terjadi intrasektor, yaitu dari sektor i ke i itu sendiri O i ialah bahwa total output sektor i , ij ialah nilai uang dari arus barang --atau nilai transaksi-- dari sektor i ke sektor : Ei ialah total permintaan akhir sektor i . Jika ada n sektor di ekonomi, dapat dituliskan bahwa Oi / i& = i$ = i# = . . . in = Ei ecara kolom, kita melihat distribusi input antara masing-masing sektor !ari produsen input antara dan input primer
ecara baris, kita melihat struktur distribusi output antara masing-masing sektor %e pemakai antara dan pemakai akhir Baris
%oe6isien input-output 0 i-o coefficient 1
aij
z ij =
X j
a#$ / (,# berarti untuk memproduksi setiap 2p & output sektor $, dibutuhkan input antara dari sektor # sebesar #( sen
/. ANALISIS PENGGAN/A KEGIATAN ingkat perubahan total pendapatan e>penditures dapat di perkirakan melalui konsep pengganda. Pada pendapatan pengganda yang di kembangkan %eynesian dalam teori macroeconomic mempunyai arahan analogi pada tingkat regional yang di wujudkan melalui bentuk pendapatan regional dan pengganda dasar ekonomi. Perbedaan mendasar antara
pendapatan pengganda dan nastional pengganda adalah keberadaan tambahan dari leakges, terutama pada kegiatan import. emua bentuk pengganda yang serupa mempunyai kumpulan pengganda yang gagal untuk membedakan sektor awal e>penditures untuk memulai perubahan. Model Input-3utput, pada sisi lain memungkinkan kita untuk memperoleh corak satuan pengganda utama pemisahan, dan mengenali bahwa dampak dari total atas pendapatan 0pengeluaran, ketenaga-kerjaan1 akan tertukar menurut sektor yang mengalami perubahan awal pembelanjaan. Manipulasi input-output pada tabel telah membuat analis untuk menaksir jenis pengganda yang berbeda-beda tergantung pada jenis analisis yang digunakan terhadap keluaran, pendapatan atau e66ek ketenaga kerjaan. Dilai-nilai yang terkait dengan pengganda ketenaga-kerjaan dan pendapatan tersebut, tidak di tentukan dengan keunikan atau ragam pengeluaran, tetapi diatur oleh model penutup pada tingkat derajat 0 i%e* Alokasi sektor antara matriks endogin dan permintaan akhir1. asaran pengganda adalah diperoleh untuk menggambarkan mata rantai antara inpu-output dan kumpulan pengganda. Pengganda Input-3utput akan menjadi alat yang paling utama untuk mengukur atau menganalisis dampak ekonomi di tingkat lokal maupun pada tingkat ekonomi regional. alah satu man6aat yang bisa dirasakan adalah dapat membedakan antara sebagian penggada dari jenis yang semakin umum.
". Pengganda Ke!uaran 1atau ko!o0 %eluaran pengganda untuk industri i hanya mengukur penjumlahan langsung maupun tidak lansung dari semua sektor kebutuhan yang memerlukan delivver satu tambahan + tentang keluaran i sebagai permintaan akhir. Itu diperoleh dengan summing isi kolom di bawah industri i dalam tabel leontie6 matriks in
&. Penda*atan Pengganda
Perbandingan pendapatan lansung dan pendapatan tidak lansung dapat dinyatakan pada perubahan pendapatan lansung sebagai hasil dari peningkatakan unit permintaan akhir yang diberi pada sektor manapun. Pendapatan yang lansung berubah pada masing-masing sektor diberikan oleh baris rumah tangga dengan masuknya tabel regional I-3 yang dinyatakan kedalam 6ormat koe6isien 0tabel i%e* koe6isien yang langsung1. Perubahan pendapatan yang lansung dan tidak lansung di peroleh melalui perkalian kolom masing-masing isi matriks prestasi in
(. Penda*atan Pengganda ;eni% Kedua Pendapatan pengganda jenis kedua ini merupakan perbandingan langsung, tidak langsung maupun pendapatan yang mempengaruhi perubahan pendapatan langsung yang berkaitan dengan suatu unit untuk meningkatkan permintaan akhir. Jenis pengganda ke II ini mempertimbangkan e6ek repercussionary konsumen dari belanja sekunder sebagai tambahan lansung ataupun e6ek non interindustry. Perluasan Pendapatan berkaitan dengan urutan sirkulasi belanja konsumen yang diperoleh dari perkembangan inter matriks industri (&) dengan memasukan baris rumah tangga dan kolom, dengan demikian akan terbentuk endogin sektor rumah tangga. Pendapatan lansung maupun tidak lansung akan mempengaruhi perubahan unit dari permintaan akhir, dapat ditunjukan oleh koe6isien rumah tangga dalam tabel kebutuhan barang-barang
lansung
ataupun
tidak
lansung, yang diperoleh
dari
matriks
yang
dikembangkan dengan endogin rumah tangga seperti ) matriks baris rumah tangga yang terda6tar lansung dibalik dengan pengaruh koe6isien untuk masing-masing sektor. Perubahan Pendapatan ini, persisnya sama dengan kasus sebelumnya.
<. Penda*atan Pengganda !ainnya Meskipun pengganda jenis ke II mengambil account dari pengaruh beberapa pendapatan yang mempengaruhi, namun atas dasar asumsi dapat bersi6at membatasi,
khususnya 6ungsi konsumsi homogen dan linier. 8abungan atau modi6ikasinya melibatkan dua unsur-unsur terpisah yakni ) a. Menurunkan suatu 6ungsi konsumsi yang tidak linier, dengan menyambung satu rangkaian aggregat 6ungsi konsumsi linier untuk kelompok pendapatan yang memperoleh cross data yang berbeda. b. Membedakan kenaikan pendapatan tetap rumah tangga dan menaikan hasil pendapatan baru karyawan 0rumah tangga1 dalam daerah. Penjelasan yang diperoleh dari pendapatan pengganda baru 0yang diberi nama pengganda jenis III1 dapat menghitung pengaruh e6ek pendapatan dengan tepat, serta menghindari kelebihan estimasi yang dibangun dalam pengganda jenis ke II. Ini terlihat bahwa, kemungkinan kontruksi ogenous 0permintaan akhir1 kepada bagian endogin 0interindustry matriks1. ebagai contoh, Bour:ue 0$4, &9491, mengusulkan satu 6ormat pendapatan pengganda yang memperhatikan e6ek status yang dipengaruhi oleh belanja lokal pemerintah. @ansen !an iebout 059,&94#1 sedang mempelajari pengganda jangka panjang untuk mentrans6er semua permintaan akhir 0mis ) konsumsi, inogenous ekonomi regional akan tertekan. ebih dari itu, jika e6ek pengaruh in
=. Pengganda Ketenaga9Ker-aan @asil dari analisis yang dilakukan sering berdampak pada penciptaan tenaga kerja dari sisi perluasan industri, sebab kebijakan pemerintah mungkin terkait dengan prioritas pembukaan pekerjaan di dalam area tertentu. %arena hal ini memberi alasan bahwa hasil analisis dapat digunakan untuk memperoleh pengganda ketenagakerjaan, seperti halnya pendapatan pengganda model I-3. eknik yang paling baik untuk tujuan ini adalah employmentproduction ber6ungsi sebagai pendekatan yang menggunakan metoda regresi linier, pertama yang diadopsi oleh Moore !an Petersen 0&;&,&9''1. ebagai contoh, hubungan employmentproduction telah diperkirakan untuk masing-masing industri lokal dengan bantuan data yang
diperoleh dari sur
Ei , a . ' /i%000000000*(1*)
!i mana Z/ ketenaga-kerjaan dan O/ keluaran. !i hampir semua kasus, hasil yang diperoleh memuaskan. %orelasi coe6icients adalah lebih dari (.4', dan kesalahan baku adalah rendah. Juga, employment-production 6ungsi adalah homogen, seperti ditunjukkan oleh 6akta bahwa terminologi yang tetap adalah kecil. !engan keserongan employment-production ber6ungsi 0[ / b1, kalkulasi pengganda ketenaga-kerjaan secara relati6 dan langsung. Perubahan lansung ketenaga-kerjaan untuk i terdiri dari G"O koe6isien untuk masing-masing i (2 i) dikalikan dengan pengganda total langsung atau pun tidak lansung dari masing-masing kebutuhan i untuk satu unit, dari permintaan akhir untuk , dan menjumlah pengganda ketenaga-kerjaan yang dapat disamakan dengan jenis pengganda pendapatan I. Perbandingan pengganda pendapatan dari ketenaga-kerjaan yang dilakukan tidak secara lansung akan merubah perubahan ketenaga-kerjaan yang langsung. !engan cara yang sama, ada suatu yang pengganda ketenaga-kerjaan untuk mengukur perbandingan langsung, tidak langsung dan ketenaga-kerjaan yang langsung berubah. Berikut ini bentuk persamaan di sektor n 3 'i 4i (i , %000n) i, !imana 'i menghasilkan suatu isi matriks in
terminologi
ketenaga-kerjaan.
@al
ini
sukar
untuk
menawarkan
perusahaan
generalisations tentang ukuran dari I-3 pengganda regional dan komponennya, sebab hal ini dapat berbeda menurut keadaan suatu struktur daerah industri, tingkat saling ketergantungan antar sektornya, ukurannya, dan sebagian besar 6aktor lainnya. ebelumnya ada beberapa penjelasan atau teori yang secara umum dapat dibuat. ebagai contoh, pendapatan yang langsung perubahan akan cenderung menjadi sektor padat karya yang lebih tinggi, sedangkan industri padat modal dengan mata rantai kuat dengan sektor lain dalam ekonomi regional, boleh mengalami e6ek tidak langsung yang lebih besar. Industri jasa cenderung untuk
mempunyai
pendapatan tinggi yang secara lansung
mempengaruhi suatu proporsi yang substansiil dari biaya-biaya mereka seperti dari pembayaran langsung ke 6aktor-6aktor produksi 0gaji, sewa, dll1 dibanding pembelian material. ebih dari itu, kebocoran dalam sektor import cenderung lebih menjadi banyak, dan lebih rendah untuk sektor pelayanan jasa sedang sebaliknya memegang e6ek yang langsung menyiratkan suatu pembatasan di sekitar nilai-nilai untuk jenis pengganda I. !engan begitu tidak ada hubungan yang ditandai antara pendapatan yang langsung besar berubah dengan pengganda besar. Itu adalah sangat penting untuk memperhatikan pengaruh pendapatan yang berubah jika kita ingin mencoba tocapture total e6ek pendapatan atas perubahan permintaan akhir. Jenis pengganda II cenderung menjadi sangat lebih besar dari jenis pengganda I, dan dalam banyak kasus perubahan pendapatan yang dipengaruhi adalah lebih besar dari pendapatan yang tidak langsung berubah. eperti ditunjukkan di penjelasan lain, perbandingan jenis ke II untuk pengganda I yang tetap dari sektor ke sektor, meskipun demikian ini tidak menyiratkan bahwa perbandingan yang dipengaruhi pada perubahan pendapatan yang tidak langsung adalah juga tetap. uatu contoh kuantitati6, mungkin membantu ke arah memperjelas analisa yang terdahulu untuk menggambarkan bahwa 6uth adalah suatu contoh kwantitatip sangat sederhana. Contoh. ' Menunjukan suatu tabel transaksi hipotetis untuk two-industry ekonomi. Contoh. ' abel ransaksi @ipotetis 0Z m1 Untuk
"
&
Rua$
Perintaan
Penge!uaran
tangga
ak$ir
Gro%%
!ari & $
$( *(
*' &'
#( #(
' 4'
&(( &'(
2umah tangga Dilai tambah import
$( $(
4( #(
&( #(
&( -
&(( &((
8ross pengeluaran
&((
&'(
&((
;(
*#(
Permintaan akhir dan segmen yang miliki nilai tambah pada tabel yang dikumpulkan, sering dibagi menjadi rumah tangga dan materi lain. Fntuk kepentingan analisa, kita berkonsentrasi pada interindustry kwadrant tabel. !engan asumsi eotie6 menguraikan lebih awal tentang arus interindustry yang dinyatakan melalui 6ormat matriks koe6isien masukan seperti di Contoh. 4. Ini menunjukkan pembelian langsung dari industri pada bagian sisi kiri + tentang keluaran yang diproduksi oleh industri berada di puncak. Fntuk mengukur dampak total, lebih dulu mengetahui bagaimana kita harus memperhatikan kebutuhan lansung maupun kebutuhan tidak lansung. Ini memerlukan kita untuk mengurangi masukan matriks koe6isien dan
matriks identitas yang membalikan hasil dari koe6isien itu. !emikian hasil dari matriks in
Model ter'ua %olom pengganda %oe66isien rumah tangga
Industry & $-&5 (-$
Industry $ &-;# (-*
Perubahan pendapatan lansung dan tidak Jenis pengganda I
(-'4; $-;*
(-4#$ &-';
Model endogin ruah tangga tertutup Perubahan lansung dan tidak lansung Perubahan pendapatan Jenis pengganda II
&-(# '-&'
&-&' $-;5'
%ita mempersiapkan suatu matriks koe6isien langsung, AW, seperti ditunjukan pada Contoh. ;, dan membalikkan ini untuk menghasilkan suatu kebalikan eontie6 baru, 0 I-AW1]^ atau BW., seperti di contoh 9. (8aruslah dicatat 'ah"a atris inversi yang diperluas dengan ruah tangga endogin 'er'eda dengan atris inversi yang 'au dala unsur-unsur yang le'ih 'esar dari esatuan dan tida ter'atas pada entries on-diagonal) . Contoh.9) ini adalah suatu keajaiban menghasilkan suatu konsekwensi tentang masukan nilai-nilai koe6isien masukan tinggi di dalam contoh yang dikumpulkan dan hipotetis ini. ektor model indiimatel< yang sama, menetapkan uraikan dalil. 0lihat pp *$-#1.
!engan leontie6 matriks in
(.#
(.#
$.(9 &.&;
&.(9
(.* (.$
(.& (.*
(.# (.&
&.$5 $.(( &.(# &.&'
&.(9 &.;$
Peningkatan permintaan akhir Z ; juta mempengaruhi suatu perluasan netto dalam jumlah besar keluaran Z #( juta 0suatu kenaikan dalam industri & dan # Z $( juta masingmasing dan suatu kemunduran Z &( juta industri $1. Perubahan %eluaran 8ross indi
Industry $
Industry
# otal
=
-$#
0rumah tangga1 =&;
=;
permintaan akhir -
Industry &
=$5
-$5
=$(
=$(
Perubahan
Industry $
=&'
-*'
=$(
-&(
keluraan
gross
industry Industry # otal
=
-$4
=##
=$( =#;
perubahan
dalam keluaran 8ambar Contoh. &( abel ransaksi setelah permintaan akhir berubah 0Z m1 Fntuk
&
$
#
Permintaan
8ross
0rumah tangga1
akhir
keluaran
!ari & $* $ *; # 0rumah tangga1 $* Dilai tambah impor $*
*$ &* '4 $;
#4 #4 &$ #4
&; *$ $; -
&$( &*( &$( ;;
masukan 8ross pengeluaran
&*(
&$(
;;
*4;
&$(
Meskipun data hipotetis menggambarkan dalil yang umum memperlihatkan peningkatan besar dalam tingkatan keluaran, tetapi bisa dipengaruhi oleh peningkatan secara relati6 kecil dalam permintaan akhir. %eseluruhan perubahan dalam konsumsi pada setiap sektor sebagai hasil dua macam perubahan pendapatan yang mempengaruhi produksi lebih lanjut, yang mana pada gilirannya pembayaran pendapatan ralsed ke rumah tangga, dan seterusnya. G6ek yang penuh telah dihitung oleh suatu iterati
hasil
0metode,perkataan1
yang
berulang-ulang
setelah
pembagian
total
pendapatan berubah menjadi pendapatan karyawan baru dan kenaikan marginal kepada pendapatan dari penduduk mapan.
;e!a%kan
keinginta$uan
Anda
da!a
engikuti
ata
ku!ia$
Metode
Ana!i%i%
Peren2anaan> ebagai calon perencana wilayah dan kota, sangatlah penting untuk mempelajari metode analisis perencanaan. %arena dalam metode analisis perencanaan terdapat beberapa materi seperti demogra6i termasuk perhitungan proyeksi penduduk, analisis ketenagakerjaan, dinamika masyarakat, dan perhitungan hirarki kota. Materi-materi tersebut merupakan dasar dan pertimbangan perencanaan wilayah, seperti proyeksi penduduk. Fntuk dapat memproyeksikan jumlah penduduk diperlukan data penduduk secara time series sehingga penduduk dapat diramalkan pada tahun selanjutnya. elain itu, ada beberapa man6aat dari mempelajari hirarki perkotaan, seperti orde perkotaan berorientasi pada perencanaan penyediaan 6asilitas secara lebih tepat dan e6isien. 3rde perkotaan bersama-sama dengan unsur pembentuk struktur ruang lainnya dapat digunakan untuk meramalkan bagian wilayah mana yang akan cepat berkembang. @al ini dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan lokasi dari berbagai 6asilitas yang sesuai dengan luas daerah yang hendak dilayani, apabila ada dari kota yang diramalkan akan cepat berkembang"naik ke orde yang lebih tinggi. Makin tinggi orde suatu kota, makin lengkap 6asilitas yang harus disediakan.
Tuga% Menganalisis minimal * hirarki kota-kota di ulawesi elatan dengan menghitung tingkat aksesibilitas. %emudian diranking menurut besaran. %ota-kota yang dipilih yaitu %abupaten 8owa, %abupaten Maros, %abupaten Pangkep, dan %ota Pare-Pare. Fntuk menganalisis hirarki kota dapat digunakan metode ip6. !ata jumlah penduduk %abupaten 8owa / 4'$.#$9 jiwa %abupaten Maros / #&;.$#; jiwa %abupaten Pangkep / #('.5'; jiwa %ota Pare-pare / &$9.'*$ jiwa Berdasarkan metode Christaller, maka kota dengan jumlah penduduk terbesar otomatis diberi orde I., namun kota dengan penduduk terkecil perlu ditetapkan orde ke berapa. Misalnya, kota terkecil itu ditetapkan sebagai orde I+ 0secara arbiter1. !engan menggunakan rumus 7ip6 maka : dapat dihitung sebagai berikut. Pn
/ P& n: