22 " MODUL 3- SIG TERAPAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
GIS merupakan suatu bidang kajian ilmu yang relatif baru yang dapat digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu sehingga berkembang dengan sangat cepat. Berdasarkan International GIS Dictionary atau directory internasional GIS, pengertian dari GIS adalah a computer system for capturing, managing, integrating, manipulating, analysing and displaying data which is spatially referenced to the Earth. Tentunya masih banyak definisi atau pengertian lain dari GIS yang juga disosialisasikan oleh pakar-pakar GIS dari berbagai displin ilmu. Secara umum, berdasarkan definisi-definisi yang data tersebut, satu fungsi dari GIS yang sangat penting adalah kemampuan untuk menganalisis data, terutama data spasial yang kemudian menyajikannya dalam bentuk suatu informasi spasial berikut data atributnya.
Kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan. Kemampuan analisis spasial menggunakan SIG dapat diklasifikasikan bermacam-macam. Spatial Analyst digunakan untuk menemukan dan mengerti lebih baik hubungan spasial dari data, sehingga dapat ditampilkan dan menjalankan query guna menghasilkan suatu aplikasi yang diinginkan. Spatial Analyst menyediakan alat untuk membuat surface (penampakan 3-dimensi) dan menganalisa karakteristiknya. Pada praktikum ini akan dilakukan beberapa metode analisis spasial dengan menggunakan data vektor, sehingga nantinya dapat menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan tema yang diberikan yaitu Perkebunan Sawit Lokasi DI Aceh. Oleh karena itu praktikum ini mengambil judul "Analisa Lokasi Perkebunan Sawit di DI Aceh".
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Memahami konsep analisis vektor
2. Mengerti dan memahami langkah-langkah dalam proses analisa vektor berdasarkan parameter – parameter yang telah ditentukan
3. Menghitung luas dan keliling area hasil analisa menggunakan Visual Basic Script atau VBA
Manfaat praktikum ini adalah
Mengerti dan memahami langkah dalam melakukan proses analisa vektor terhadap beberapa data yang telah ditentukan paramaternya
Mengetahui perubahan atau hasil analisa vektor yang telah dilakukan
Mengetahui luas dan keliling area hasil analisa menggunakan Visual Basic Script atau VBA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Data Spasial Vektor dalam SIG
Model data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk tersebut didefinisikan oleh sistem koordinat cartesian dua dimensi (x,y). Representasi vektor suatu obyek spasial merupakan suatu usaha menyajikan obyek sesempurna mungkin. Untuk itu, dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu (tidak dikuantisasi sebagaimana pada model data raster) yang memungkinkan semua posisi, panjang dan dimensi didefinisikan dengan presisi.
Model Data Vektor Titik
Model data vektor titik meliputi semua obyek geografis yang dikaitkan dengan pasangan koordinat (x,y). Disamping informasi mengenai koordinat x,y, data-data yang diasosiasikan dengan titik harus disimpan guna menunjukkan jenis titik yang bersangkutan . Data-data tersebut dapat memuat informasi seperti ukuran tampilan dan orientasi simbol/titik tersebut. Gambar 4 menunjukkan contoh model data vektor titik degan asosiasi informasinya.
Model Data Vektor Garis
Model data vektor garis didefinisikan sebagai semua unsur linear yang dibangun dengan menggunakan segmen-segmen garis yang dibentuk oleh dua titik koordinat atau lebih. Semakin pendek segmen-segmen garis, makin banyak jumlah pasangan-pasangan koordinat (x,y) dan makin halus bentuk kurva yang direpresentasikan. Korelasi antar data vektor garis yang menunjukkan informasi yang sama (misal; pada jaringan sungai dan jalan) diperlukan suatu simpul penghubung yang disebut dengan node. Gambar a menunjukkan model data vektor garis dengan data asosiasinya, sedangkan Gambar b menunjukkan model data vektor yang membentuk suatu jaringan.
(a) (b)
Model data vektor garis dengan data asosiasinya (a), model data vektor yang membentuk suatu jaringan (b)
Model Data Vektor Poligon
Struktur model data poligon bertujuan untuk mendeskripsikan properties yang bersifat topologi dari suatu area (bentuk, hubungan/relasi dan hirarki) sedemikian rupa, hingga properties yang dimiliki oleh obyek spasial dapat ditampilkan dan dimanipulasi sebagai peta tematik. Model data vektor ini merupakan sekumpulan segmen garis yang membentuk kurva tertutup dan dicirikan dengan suatu nilai yang terdapat dalam seluruh luasan atau area kurva.
Model Data Vektor TIN
TIN adalah model data vektor yang berbasiskan topologi yang digunakan untuk mempresentasikan data permukaan bumi. TIN menyajikan model permukaan sebagai sekumpulan bidang-bidang kecil yang berbentuk segitiga yang saling terhubung. Informasi koordinat horizontal (x,y) dan vertikal (z) untuk setiap titik yang terdapat di dalam jaringan TIN (yang kemudian dijadikan sebagai node) dikodekan ke dalam bentuk-bentuk tabel.
Analisis Spasial
Kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan. Kemampuan analisis spasial menggunakan SIG dapat diklasifikasikan bermacam-macam. Klasifikasi di bawah ini mengacu pada Aronoff (1989):
Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi
Fungsi Overlay
Fungsi Neighbourhood
Fungsi Network
Fungsi 3D Analyst
3.2.1 Pengukuran, Query Spasial dan Fungsi Klasifikasi
Fungsi ini merupakan fungsi yang meng-eksplore data tanpa membuat perubahan yang mendasar, dan biasanya dilakukan sebelum analisis data. Fungsi pengukuran mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area baik itu 2 dimensi atau 3 dimensi.
Query spasial dalam mengidentifikasikan obyek secara selektif, definisi pengguna, maupun melalui kondisi logika. Contoh query spasial adalah misalnya
Kita mencari suatu area yang kurang dari 400000 m2 pada area peruntukan lahan (Gambar a). Fungsi klasifikai adalah mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya, klasifikasi pendapatan pertahun dari rumah tangga suatu daerah, dari kalsifikasi sebelumnya dibagi menjadi 7 kelas menjadi 5 kelas klasifikasi (Gambar b).
Gambar a. Query spasial dengan mencari daerah yang luasnya kurang dari 400000 m2
Gambar b. Klasifikasi pendapatan rumah tangga suatu daerah dari (kiri) 7 kelas klasifikasi menjadi (kanan) 5 kelas klasifikasi
Fungsi Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi dua data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tertentu (misalnya kelapa sawit) diperlukan data ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dilakukan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut. Prinsip overlay dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Fungsi overlay ini juga dapat berlaku untuk model data raster.
Prinsip dasar overlay untuk poligon. Dua buah poligon layer A dan B akan menghasilkan data spasial baru (dan atribut) yang merupakan hasil interseksi dari A dan B
Fungsi Neighborhood
Salah satu yang terdapat dalam dalam klasifikasi adalah Buffering. Fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau area dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik-titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon-poligon yang melingkupi garis-garis. Demikian pula untuk data spasial poligon berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsenris.
Fungsi Network
Fungsi network merujuk data spasial titik-titik (points) atau garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidang-bidang transportasi, hidrologi dan utility (misalnya, aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi, pipa minyak dan gas, air minum, saluran pembuangan). Sebagai contoh dengan fungsi analisis spasial network, untuk menghitung jarak terderka antara dua titik tidak menggunakan jarak selisih absis dan ordinat titik awal dan titik akhirnya. Tetapi menggunakan cara lain yang terdapat dalam lingkup network. Pertama, cari seluruh kombinasi jalan-jalan (segmen-segmen) yang menghubungkan titik awal dan akhir yang dimaksud. Pada setiap kombinasi, hitung jarak titik awal dan akhir dengan mengakumulasikan jarak-jarak segmen yang membentuknya. Pilih jarak terpendek (terkecil) dari kombinasi-kombinasi yang ada. Salah satu aplikasi yang dapat diterapkan menggunakan fungsi network adalah mencari urutan rute yang optimal. Misalnya kita memiliki 3 tujuan yang harus di datangi. Dengan menghitung efektifitas dan efisien kita dapat menentukan rute optimal tujuan kita.
(a) urutan rute yang direncanakan (b) rute optimal
Fungsi 3D Analyst
Fungsi 3 Dimensi terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi. Sebagai contoh, untuk menampilkan data spasial ketinggian, tataguna tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk model dimensi, fungsi ini banyak digunakan. Gambar 6 menyajikan contoh penggunaan fungsi 3D analyst untuk pemboran sumur minyak.
Contoh penggunaan fungsi 3DAnalsyt untuk aplikasi pertambangan
3.2.2 Konsep Dasar Spatial Overlay
Konsep dasar dari spatial overlay merupakan pengembangan atau aplikasi dari operasi matematika yang telah kita kenal dan pelajari bersama, dan mungkin sering kita temui atau digunakan dalam aktifitas sehari-hari. Ada beberapa konsep dasar dari spatial overlay, sebagai berikut:
Interseksi/Irisan (Intersection)
Interseksi adalah suatu operasi spasial untuk menentukan area/ruang yang merupakan irisan dari dua area/poligon. Sebagai contoh:
Layer A : Polygon dengan informasi tekstur tanah liat
Layer B : Polygon dengan informasi pH > 7.0
Misal, tentukan area yang memiliki tekstur tanah liat dan pH>7. Daerah yang di arsir pada ilustrasi di bawah ini menunjukkan area yang dicari.
Dari operasi interseksi di atas, dikembangkan lagi sehingga terdapat operasi-operasi spasial yang didasarkan pada intersection, seperti contoh-contoh di bawah ini: Tentukan area yang memiliki tekstur tanah liat dan pH<=7.
Tentukan area yang mempunyai tekstur tanah liat, pH > 7.0, tetapi bukan area yang merupakan daerah interseksi.
Gabungan (Union)
Penggabungan dua atau lebih area/poligon menjadi satu kesatuan (area) disebut sebagai proses gabungan (Union). Ilustrasi di bawah ini memberikan penjelasan dari prose union.
Misalkan, tentukan area yang memiliki tekstur tanah liat atau pH>7.
Penelusuran (Query)
Penelusuran/query adalah suatu cara untuk mencari area yang memiliki satu criteria tertentu. Misalkan kita mencari area yang memiliki tekstur tanah liat. Atau kita mencari tanah yang memiliki pH>7. Pada dasarnya perbedaan query dengan operasi sebelumnya adalah; interseksi, union dan atau kombinasi keduannya merupakan penelusuran dengan menggunakan criteria/kata kunci lebih dari satu, sedangkan query merupakan proses pencarian dengan criteria/kata kunci tunggal.Kombinasi dari fungsi-fungsi dasar tersebut di atas menghasilkan operasi-operasi spasial yang lebih komplek, sebagai contoh ilustrasi di bawah ini: Tentukan area yang mempunyai tekstur tanah liat dan pH > 7.0, atau area yang memiliki drainase yang buruk.
Dissolve
Proses dissolve akan menggabungkan feature yang berada dalam satu theme berdasarkan nilai dari attribute yang telah ditentukan. Proses ini akan mengumpulkan beberapa feature yang mempunyai nilai yang sama pada sebuah attribute yang telah ditentukan. Lihat Gambar berikut.
Merge
Merge merupakan suatu proses untuk membuat satu theme yang mengandung feature yang berasal dari dua atau lebih theme. Dengan kata lain, proses ini akan menambahkan feature dari dua atau lebih theme ke dalam sebuah theme. Dalam proses ini, attribute yang mempunyai nama yang sama akan tetap di simpan dan digunakan. Lihat Gambar berikut.
Clip
Clip merupakan suatu proses untuk membuat sebuah theme baru dengan meng-overlay-kan feature dari dua buah theme. Salah satu dari dua theme tersebut haruslah merupakan poligon theme yang disebut "overlay theme". Proses clip menggunakan sebuah clip theme yang berfungsi sebaga "cookie cutter" untuk mengclip sebuah input theme, namun dalam prosesnya tidak mengubah attribute theme tersebut. Lihat Gambar berikut.
Input Theme
Clip Theme
Output Theme
Intersect
Proses Intersect digunakan untuk mengintegrasikan dua buah spasial data. Dalam prosesnya, sebuah input theme akan integrasikan dengan sebuah overlay theme untuk menghasilkan sebuah output theme. Output theme mengandung feature dari overlay theme dan hanya feature dari input theme yang "overlaid" dengan feature dari overlay theme. Feature lainnya akan dihilangkan. Lihat Gambar berikut.
Input Theme
Intersect Theme
Output Theme
Union
Proses Union akan menghasilkan sebuah theme baru dengan meng-overlay-kan dua buah poligon theme yang mengandung seluruh feature dan attribute (full extent) dari dua buah polygon theme tersebut. Lihat Gambar berikut.
Input Theme
Union Theme
Output Theme
Assign Data by Location
Proses Assing Data by Location akan melakukan sebuah spasial join dari dua buah theme yang ditentukan berdasarkan hubungan spasial (spatial relationship) antara feature dari kedua buah theme tersebut. Lihat Gambar berikut.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Laptop Acer Aspire 4732Z
Printer
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Software Microsoft Office Word
Software ArcGIS 9.3
Data vektor (jenis tanah, landuse, sungai, dan gunung)
Diagram Alir
Layer GunungLayer SungaiLayer LanduseLayer Jenis Tanah
Layer Gunung
Layer Sungai
Layer Landuse
Layer Jenis Tanah
BufferExtract Extract
Buffer
Extract
Extract
Extract
Extract
Gunung jarak maks 1549BufferKebun campuran atau hutan
Gunung jarak maks 1549
Buffer
Kebun campuran atau hutan
Jenis tanah Ka
Jenis tanah Ka
Sungai Terukur jarak maks 549 m
Sungai Terukur jarak maks 549 m
Intersect
Intersect
Area TerseleksiLokasi Perkebunan SawitTidakYaArea Terseleksi 1549 mErase
Area Terseleksi
Lokasi Perkebunan Sawit
Tidak
Ya
Area Terseleksi 1549 m
Erase
3.3 Langkah Pelaksanaan
Adapun langkah pelaksanaan dari praktikum ini antara lain :
Membuka software ArcGIS 9.3
Menambahkan layer jenis tanah, landuse, sungai, dan gunung
Untuk menampilkan layer jenis tanah, landuse, dan sungai terukur dengan parameter yang telah ditentukan dapat dilakukan dengan cara Analysis Tools Extract Select
Layer Jenis Tanah
Analysis Tools Extract Select
Lalu memilih layer jenis tanah dan nama output. Setelah itu memilih Query Bulider dan mengisi perintah sesuai parameter yaitu Jenis tanah = Ka, seperti pada gambar di bawah ini :
Setelah memasukkan rumus query '"KODE_TANAH"'='Ka', lalu OK
Setelah memasukkan rumus query '"KODE_TANAH"'='Ka', lalu OK
Akan muncul gambar seperti di bawah ini :
Layer Landuse
Analysis Tools Extract Select
Lalu memilih layer landuse dan nama output. Setelah itu memilih Query Bulider dan mengisi perintah sesuai parameter yaitu Landuse = Hutan atau Kebun Campuran, seperti pada gambar di bawah ini :
Setelah memasukkan rumus query '"KLASLADUSE"'='Hutan'OR '"KLASLADUSE"'='Kebun Campuran', lalu OK
Setelah memasukkan rumus query '"KLASLADUSE"'='Hutan'OR '"KLASLADUSE"'='Kebun Campuran', lalu OK
Akan muncul gambar seperti di bawah ini :
Layer Sungai Terukur
Analysis Tools Extract Select
Lalu memilih layer sungai dan nama output. Setelah itu memilih Query Bulider dan mengisi perintah sesuai parameter yaitu Sungai = Sungai Terukur, seperti pada gambar di bawah ini :
Setelah memasukkan rumus query '"Keterangan"'='Sungai Terukur'
Setelah memasukkan rumus query '"Keterangan"'='Sungai Terukur'
Akan muncul gambar seperti di bawah ini :
Untuk menampilkan layer sungai terukur dan gunung dengan parameter yang telah ditentukan dapat dilakukan dengan cara Analysis Tools Proximity Buffer
Layer Sungai Terukur
Analysis Tools Proximity Buffer
Lalu memilih layer sungai terukur (sungai_select) dan nama output. Setelah itu mengisi nilai jarak buffer yaitu sejauh 549 m dan memilih tipe dissolve all. Seperti pada gambar di bawah ini :
Layer Gunung
Analysis Tools Proximity Buffer
Lalu memilih layer gunung dan nama output. Setelah itu mengisi nilai jarak buffer yaitu sejauh 1549 m dan memilih tipe dissolve all. Seperti pada gambar di bawah ini :
Untuk mengetahui lokasi perkebunan sawit dengan menggunakan jenis tanah, kelas landuse,dan jarak dari sungai dapat menggunakan fungsi intersect. Langkah – langkahnya antara lain :
Analysis Tools Overlay Intersect
Memasukkan layer yang telah diproses sesuai paramater
Memasukkan layer yang telah diproses sesuai paramater
Lalu membuat nama dan lokasi output dan OK
Akan tetapi dikarenakan parameter gunung adalah lebih dari 1549 m, maka dibutuhkan fungsi analisis vektor yaitu Erase. Fungsi analisis ini untuk mengetahui daerah hasil intersect ketiga layer tadi (jenis tanah, landuse, dan sungai terukur) diluar area buffer gunung. Analysis Tools Overlay Erase
Langkah terakhir adalah menghitung luas dan keliling hasil analisa yang telah dilakukan. Menghitung luas dan keliling ini menggunakan fungsi Field Calculator dan Visual Basic Script. Pertama yang dilakukan adalah menambah 2 field baru yaitu Area dan Perimeter. Klik kanan layer hasil akhir Open Atrribute Table Options Add Field. Lalu mengisi seperti di bawah ini :
Setelah field baru sudah terbentuk, pada nama field klik kanan Field Calculator, dan masukkan formula atau rumus seperti di bawah ini :
Begitu juga dengan field perimeter atau keliling :
Lalu OK, maka program akan menghitung luas dan keliling secara otomatis.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
Layer Jenis Tanah
Hasil dari analisis spasial menggunakan fungsi extract adalah sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hasil dari fungsi extract dengan parameter jenis tanah adalah Ka. Hasil analisa di atas didapatkan menggunakan query builder '"KODE_TANAH"'='Ka'.Warna biru menunjukkan daerah atau layer jenis tanah secara keseluruhan, sedangkan warna hijau menunjukkan daerah dengan jenis tanah yang telah terseleksi (Ka).
Layer Landuse
Hasil dari analisis spasial menggunakan fungsi extract adalah sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hasil dari fungsi extract dengan parameter kelas landuse atau tutupan lahan adalah hutan atau kebun campuran. Hasil analisa di atas didapatkan menggunakan query builder '"KLASLADUSE"'='Hutan'OR '"KLASLADUSE"'='Kebun Campuran'.Warna hijau menunjukkan daerah atau layer jenis tanah secara keseluruhan, sedangkan warna biru menunjukkan daerah dengan kelas tutupan lahan yang telah terseleksi (kebun campuran atau hutan).
Layer Sungai
Hasil dari analisis spasial menggunakan fungsi extract adalah sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hasil dari fungsi extract dengan parameter sungai adalah sungai terukur. Hasil analisa di atas didapatkan menggunakan query builder '"Keterangan"'='Sungai Terukur'. Selanjutnya hasil dari analisis pendekatan menggunakan buffer sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hasil dari fungsi buffer dengan jarak 549 meter, terhadap sungai yeng telah terseleksi (sungai terukur). Dengan fungsi pendekatan buffer, dapat diketahui area sejauh 549 meter dari aliran sungai.
Layer Gunung
Hasil dari analisis spasial menggunakan fungsi extract adalah sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hasil dari fungsi buffer dengan jarak 1549 meter, terhadap layer gunung. Dengan fungsi pendekatan buffer, dapat diketahui area sejauh 1549 meter dari aliran sungai. Dikarenakan parameter yang diwajibkan adalah lebih dari 1549 m, maka daerah yang dimkasud adalah diluar area buffer. Untuk mengetahui hasil daerah yang sesuai maka dilakukan proses analisa selanjutnya menggunakan fungsi erase.
Hasil Analisa Gabungan
Analisa spasial gabungan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar keempat layer yaitu jenis tanah, kelas tutupan lahan, sungai, dan gunung yang diperuntukkan untuk mengetahui lokasi perkebunan kelapa sawit yang sesuai parameter yang telah ditentukan. Berikut ini merupakan hasil analisa gabungan dari semua proses sebelumnya. Pada gambar pertama merupakan hasil analisa 3 layer (jenis tanah, landuse, dan sungai) ditampilkan dengan layer buffer gunung. Daerah yang berwarna biru dan berada di luar daerah buffer gunung merupakan daerah perkebunan kelapa sawit.
Setelah dilakukan proses selanjutnya yaitu menggunakan fungsi Erase, maka didapatkan hasil area perkebunan kelapa sawit, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Area perkebunan kelapa sawit ini mempunyai parameter jenis tanah Ka, kelas tutupan lahan hutan atau kebun campuran, berada pada jarak maksimum 549 m dari aliran sungai dan berada pada jarak 1549 m dari gunung.
Hasil Perhitungan Luas dan Keliling
Dari hasil perhitungan menggunakan field calculator (VBA), didapatkan luas dan keliling masing – masing poligon sebagai berikut :
Hasil perhitungan luas dan keliling tiap poligon di atas didapatkan dari formula yang telah dilakukan di field calculator. Dengan menggunakan fungsi ini luas dan keliling akan otomatis terupdate, karena layer "hasil akhir" telah diubah menjadi geodatabase feature class.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
Analisa spasial vektor pada praktikum ini merupakan proses ekstrasi (extract), lapisan (overlay), dan pendekatan (proximity) data vektor yang mana diproses sesuai parameter yang ditentukan sehingga menghasilkan area perkebunan kelapa sawit
Analisa spasial vektor untuk menentukan area perkebunan kelapa sawit menggunakan fungsi select, intersect, buffer, dan erase
Hasil perhitungan luas dan keliling perkebunan kelapa sawit adalah :
Poligon
Luas
Keliling
1
13672,708
663,223
2
451656,305
4698,382
3
38707,87
977,23
4
71990,708
1900,225
Total
576027,591
8239,06
Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan saran yang diberikan antara lain :
Sebelum melakukan analisis spasial vektor sebaiknya mengerti terlebih dahulu jenis data yang digunakan dan tujuan dari analisa spasial vektor ini
Dalam proses analisa spasial vektor diharapkan lebih mengetahui arti dari proses yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono,Agung,B. 2013. Pengantar Spasial Analisis. Materi Kuliah SIG Terapan Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya
Cahyono,Agung,B. 2013. Spasial Analisis Vektor. Materi Kuliah SIG Terapan Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya
Cahyono,Agung,B. 2013. Spasial Analisis Data Vektor dan Raster. Materi Kuliah SIG Terapan Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya
muslimpinang.files.wordpress.com/2008/01/gis-dengan-arcview.doc diunduh pada 6 Desember 2013 pukul 17.00 WIB
http://www.pwktech.info/analisa-spasial/sa_3_classification/ diunduh pada 6 Desember 2013 pukul 17.00 WIB
MODUL 3 - PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TERAPAN
"VEKTOR ANALISIS"
OLEH :
MEYLIA AYU INDRAYANTI
3510100049
JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
,
[Type the document title]
[Type the document subtitle]