BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG
Saat ini, perkembangan radiologi sangat pesat seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Terdapat banyak sekali modalitas dalam radiologi. Salah satunya adalah fistulogrgrafi . Fistula adalah koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya. Fistula biasanya terjadi akibat dari cedera, pembedahan, infeksi atau peradangan.pemeriksaan fistulografi terutama dikerjakan untuk membantu diagnosis jalur diagnosis jalur saluran abnormal abnormal serta serta panjang panjang saluran. saluran. Fistula anus (anal fistula ) adalah jalur abnormal seperti tabung yang menghubungkan anus ke permukaan kulit di sekitarnya . Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan) Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Proses awal yang terjadi yaitu adanya infeksi pada kelenjar anus. Akibatnya, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Pada saat melakukan praktek kerja lapangan III DI Instalasi RSU Dr Soedarsono Pasuruan ,penulis menemukan pasien dengan permintaan rontgen fistulografi dengan proyeksi PA dan Lateral pada kasus fistula anal.Teknik radiografi fistulografi proyeksi yang dapat digunakan adalah proyeksi AP,Lateral,Oblique, Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine, Proyeksi Taylor.
Berdasarkan latar belakang diatas ,maka penulis ingin mengetahui lebih banyak tentang teknik radiografi pada pemeriksaan tersebut,Pada laporan ujian Radiog rafi Fistulografi Pada Kasus praktek ini penulis mengangkat kasus ”Teknik Radiografi fistula anal di Instalasi Radiologi RSUD Soedarsono”. Soedarsono”. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan ,maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.1.1
Bagaimana teori teknik radiografi pada pemeriksaan fistulografi anal
1.1.2
Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi pada kasus fistulografi anal di RSUD Soedarsono
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah: 1.3.1
Tujuan Penulisan Untuk menyelesaikan laporan studi kasus sebagai salah satu syarat kelulusan PKL III yang dilaksanakan di RSUD Soedarsono tanggal 3 desember-31 januari 2013.
1.3.2
Tujuan Khusus Untuk
lebih
mengetahui
,memahami
dan
mampu
melaksanakan
pemeriksaan radiografi fistulografi contohnya,pada kasus fistula anal.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat darri penulisan laporan ini adalah: 1.4.1
Dapat memberikan informasi tambahan dalam teknik pemeriksaan radiologi Fistulografi pada kasus Fistula anal.
1.4.2
Dapat dijadikan sebagai acuan dan kajian awal untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
1.5 Metode Penulisan
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan dua metode penulisan yaitu: 1.5.1
Metode kepustakaan yaitu membaca literatur dari artikel di internet dan buku yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan laporan ini.
1.5.2
Metode pengamatan penulis mengenai teknik pemeriksaan radiologi Fistulografi pada kasus Fistula Anal di RSUD Soedarsono.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Fistula Anal
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Sementara fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara saluran anal ke kulit di sekitar anus atau ke organ lain seperti vagina. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.
Biasanya disebut fistel adalah terowongan yang
menyambung 2 bagian tubuh yang tidak lazim. Biasanya adalah sejenis bisul dibagian anus
yang
tidak
bisa
sembuh-sembuh.
Didalam
bisul
tersebut
adalah
terowongan/canal yang menembus ke saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lubang fistula.
Ada 3 macam fistula: Simple fistula, Complete fistula, dan Horseshoe fistula.
Simple fistula adalah fistula yang ada hanya ada satu lobang apakah itu dikulit sekitar anus atau disekitar rectum.
Complete fistula adalah fistula yang mempunyai 2 lobang, yaitu entrance dan exit. Artinya entrance dari saluran pembuangan lubang pertama dan tentunya keluar melalui exit lobang ke dua.
Horseshoe fistula adalah 2 lobang fistula yang bertemu satu dengan yang lainnya dalam bentuk huruf U (Horseshoe fistula). Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system/
daya tahan tubuh setiap individual.Jika seorang penderita merasakan kelelahan seperti: Bepergian jauh, begadang,dan terlalu kelelahan serta telat makan maka berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat kaitannya dengan pola makan. Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita biasanya merasa meriang. Anal fistula lebih banyak diderita pria daripada wanita. Pada penderita fistula ani, bisa ditemukan satu atau lebih lubang fistula pada permukaan kulitnya. Dari lubang fistula tersebut bisa keluar nanah atau pun kotoran saat buang air besar. Fistula ani sering terjadi pada laki-laki berumur 20 – 40 tahun. Jumlahnya berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang.
2.2.
Penyebab Fistula Anal
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Proses awal yang terjadi yaitu adanya infeksi pada kelenjar anus. Akibatnya, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut mengakibatkan proses pe radangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula.
Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan
pada
usus,
seperti
pada
Irritable
Bowel
Syndrome
(IBS),
diverticulitis, colitis ulseratif, serta penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal.
2.3.
Gejala Fistula Anal
Beberapa gejala yang dikeluhkan pasien di antaranya:
Gatal di sekitar anus dan lubang fistula.
Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
Benjolan (massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
Demam dan tanda-tanda umum infeksi.
Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus.
Pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran fistula.
Keluarnya cairan yang tidak biasa dari anus (diluar waktu BAB / buang air besar) cairan bisa berupa nanah atau cairan serupa darah.
Nyeri pada anus.
Bengkak pada tepi anus yang berulang.
Kadang-kadang di dahului dengan keluhan hemoroid /wasir.
Sering mengalami abses anal (nanah pada anus) sebelumnya.
Bisul atau luka lecet di bokong
Eksternal opening pada bokong akan terlihat seperti bintik atau bulatan memerah, sering di sertai rembesan nanah.
Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening.
2.4.
Jenis-jenis Fistula Anal
Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple hingga fistula kompleks yang bercabang cabang dan melibatkan otot sphincter ani (otot yang mengatur proses defekasi). Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 tipe.
2.4.1. Intersphinteric fistula anal
Intersphinteric fistula ani berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna serta interna dan bermuara di permukaan yang berdekatan dengan lubang anus.
2.4.2. Transphinteric fistula anal
Transphinteric fistula ani berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna, kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe) 2.4.3. Suprasphinteric fistula anal
Suprasphinteric fistula ani berawal dari ruangan di antara m. sfingter eksterna, dan interna dan membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan m.levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus. 2.4.4. Ekstrasphinteric fistula ani
Ekstrasphinteric fistula ani berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s Disease. 2.5.
Penyembuhan Fistula Anal
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan). Namun, bukan berarti penyakit ini tidak dapat disembuhkan.
2.6. Teknik Pemeriksaan 2.6.1 Definisi Pemeriksaan Fistulografi
Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan antara dua area dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan arahdan hubungan fistula, yang mana ditujukan guna membantu pengoperasian dan memperbaiki anatomi seutuhnya. 2.6.2 Persiapan Pemeriksaan Fisula Anal
Pada pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan persiapan khusus,
hanya pada daerah fistula terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat menganggu radiograf (Bryan, 1979).
Alat
dan
bahan
yang
harus
dipersiapkan
sebelum
dilakukan
pemeriksaan antara lain (Ballinger, 1999) : o
Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
o
Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan
o
Marker R dan L
o
Apron
o
Sarung tangan Pb
o
Cairan saflon
o
Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-
20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain kassa, jeli, abocath, duk lubang. o
Alkohol
o
Betadine
o
Obat anti alergi
o
Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.
2.6.3
Teknik Pemeriksaan
2.6.3.1
Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu
dibuat plan foto dengan proyeksi Antero Posterior (AP). 2.6.3.2
Media kontras dimasukkan dengan kateter atau abocath
melalui muara fistula yang diikuti dengan fluoroskopi. 2.6.3.3
Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media
kontras disuntikkan melalui muara fistula yang telah mengisi penuh saluran fistula. 2.6.3.4
Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroskopi dan ditandai
dengan keluarnya media kontras melalui muara fistula (Ballinger, 1995). 2.6.3.5
Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung dari
luas muara fistula. 2.6.4
Teknik Pemasukan Media Kontras
2.6.4.1
Tujuan
pemasukan
media
kontras
adalah
untuk
memperlihatkan fistula pada daerah perianal. 2.6.4.2
Pemasukan
media
kontras
dimulai
dengan
membersihkan daerah sekitar fistula dengan betadine. 2.6.4.3
Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula kira-
kira sedalam 2-3 cm secara perlahan-lahan melalui kateter yang sudah diberi jeli dan diikuti dengan fluoroskopi. 2.6.4.4
Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan
sehingga media kontras masuk dan memenuhi lubang fistula yang di
tandai dengan menetesnya media kontras dari lubang fistula. (Ballinger, 1995).
2.6.5 PROYEKSI PEMERIKSAAN PADA PERIANAL FISTULA 2.6.5.1 Proyeksi Antero Posterior (AP)
Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di
atas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan.
Kedua kaki endorotasi 15-20 derajat, kecuali jika terjadi fraktur atau
dislokasi pada hip joint.
Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua
krista iliaka dengan FFD 100 cm.
Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
2.6.5.2 Proyeksi Lateral
Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan
pada pertengahan meja pemeriksaan.
Spina iliaka pada posisi AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis.
Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
2.6.5.3 Proyeksi Oblique
Posisi pasien prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang diperiksa yang menunjukan letak fistula kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan.
Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopang tubuh.
Pelvis diatur kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal.
Sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset dan central point pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi tegak lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
2.6.5.4 Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine
Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukan posterior lutut menyentuh ujung tepi meja pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut.
Pasien membungkukan punggung semaksimal mungkin sampai simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis dgn sumbu vertical kira-kira 45 derajat.
Sinar vertikal tegak lurus kaset dengan central point melalui daerah lumboskral menembus trokhanter mayor. Bila fleksi tubuh terbatas central point diarahkan dari anterior obyek tegak lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm.
2.6.5.5 Proyeksi Taylor
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakan di atas dada dan kedua kaki lurus.
Pelvis diatur sehingga true Antero-Posterior yaitu kedua krista iliaka ka dan ki berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan Mid Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan. Sinar menyudut 30o ke cranial, central point
pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
2.6.5.7 TUJUAN PEMERIKSAAN 1. Proyeksi Antero Posterior (AP)
Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk melihat penampang fistula dari depan. 2. Proyeksi Lateral
Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke depan atau ke belakang. 3. Proyeksi Oblik
Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping.
BAB III PROFIL KASUS 3.1 Profil Kasus
Pada laporan ini akan membahas tentang adanya profil kasus IVP pada indikasi Uretrolithiasis yang terjadi di RSUD Dr.R,Soedarsono Pasuruan pada pasien: :
Setelah
1.
Hari/Tanggal
: 14-1-2013
2.
No Reg
: 314
3.
Nama
: Tn F
4.
Jenis Kelamin/Umur : Lk
5.
Alamat
: Poli Bedah
6.
Klinis
: Fistula anal
7.
Permintaan Foto
: Fistulografi
itu
pasien
diberikan
resep
obat-obatan
sehubungan
dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan ,seperti media kontras berupa iodine,obat ,dan pasien juga diberikan informasi mengenai pemeriksaan Fistulografi yangakan di laksanakan .serta dijadwalkan melakukan pemeriksaan Fistulografi pada tanggal 14 januari 2013 . Pada tanggal 14 januari 2013 pukul 07.00 WIB pasien datang kembali ke bagian radiologi dengan membawa surat permintaan foto Fistulografi.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam kasus ini ,prosedur pemeriksaan diagnostik yang diagnostik yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr.R,Soedarsono Pasuruan menggunakan Proyeksi PA dan Lateral dalam pemeriksaan Fistulografi .Pemeriksaan radiografi Fistulografi ini dilakukan untuk mendiagnosa dan meyakinkan adanya fistula trackh serta membahas kesesuaian pemeriksaan di lapangan dengan teori yang ada .Adapun prosedur dan alat pemeriksaan Fistulografi adalah sebagai berikut: 1. Pesawat Rontgen
Merk
:Hitachi
Type
:D-125
Nomor seri tabung
:K-014060003
Kv maximum
:125 Kv
Ma maximum
:500 mAs
2.Kaset Rontgen
Kaset yang digunakan pada pemeriksaan ini menggunakan
Imaging Plate (IP)
merupakan lembaran yang dapat menangkap dan menyimpan sinar-X, terdiri dari lapisan fosfor dan lapisan pendukung. IP digunakan dengan cara recording dibaca oleh sinar laser dan dihapus untuk dipakai kembali. Dalam penggunaannya IP berada di dalam kaset datar dengan berbagai ukuran ,ukuran yang digunakan yaitu 30 x 43 dan 24 x 30 cm
3.image plate reader
imaging Plate Reader (IP Reader) adalah komponen penting lain dari control akuisisi gambar. IP Reader mengubah continuous analog information (gambaran laten) pada IP menjadi format digital (Ballinger, 2003). pembacaan gambar laten yang tersimpan dalam IP dilakukan oleh laser optoelectronik helium neon (He-Ne), 632,8 nm yang terdapat dalam IP reader (Greene, 1992). Setelah IP discan untuk
memperoleh gambar, maka gambar laten dapat dihapus dengan mengeksposi IP
dengan cahaya tampak dalam jumlah yang besar untuk penggunaan selanjutnya. Untuk meminimalisasi fenomena noise, IP harus segera dihapus setelah dieksposi
gambar image plate reader
3.3 Pelaksanaan Pemeriksaan 3.3.1 Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus,pasien langsung datang ke Instalasi Radiologi untuk melakukan pemeriksaan. 3.3.2 Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum
dilakukan
pemeriksaan
BNO-IVP
radiografer
harus
mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan tersebut secara lengkap.Alat dan bahan yang harus dipersiapkan diantaranya ialah sebagai berikut. a.Peralatan Steril
-2 buah jarum injeksi -2 buah Spuit 20 cc
-Kapas alcohol atau wipes b. Peralatan Un-Steril
- Pesawat sinar-X -Plester -Marker R/L dan marker waktu -Media kontras Iopamiro dan aquades dengan perbandingan 1:1 (±20cc) -Alkohol -Obat-obatan Emergency -Baju Pasien -Apron 3.3.3 Tehnik Pemersiksaan
Setelah persiapan alat dan bahan ,langkah berikutnya dalah memangil pasien dan disesuaikan data - data pada lembar surat permintaan foto dengan pasien .Selanjutnya jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pemeriksaan Fistulografi dan tanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan tertentu,dilanjutkan dengan penandatanganan informed concenrt(surat persetujuan tindakan medis).Teknik pemeriksaan yang
dilakukan
sesuai
dengan
permintaan
pemeriksaan
yaitu
Fistulografi,Proyeksi yang dipakai adalah PA prone a. Foto Plain ( proyeksi PA)
Posisi pasien
:Pasien diposisikan prone di atas meja
pemeriksaan dengan MSP berada pada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan
Posisi obyek
:Obyek diatur berada dipertengahan kaset
CR
:Vertikal tegak lurus kaset
CP
:Pertengahan obyek
Kaset
:30x43 cm
FFD
:100 cm
Marker
:R
kV
:76
mA
:25
s
:200
Eksposi pada saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas Radiograf awal ini bertujuan untuk melihat persiapan awal pasien dan menentukan faktor eksposi Hasil radiograf
Gambar Foto Plain
b. Foto PA post injeksi
Posisi pasien
:Pasien
diposisikan
prone
di
atas
meja
pemeriksaan dengan MSP berada pada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan
Posisi obyek
:Obyek diatur di pertengahan kaset
CR
:Vertikal tegak lurus kaset
CP
:pertengahan objek
Kaset
:30x43 cm
FFD
:100 cm
Marker
:R
kV
:76
mA
:25
s
:200
eksposi dilakukan pada saat rembesan kontras keluar. Kriteria gambar Hasil Radiograf
:Tampak kontras mengisi fistula anal
c. Foto Lateral post injeksi
Posisi pasien
:Pasien diposisikan Lateral di atas meja pemeriksaan
kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
Posisi obyek
: Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan
difoto dengan Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan pada pertengahan meja pemeriksaan.
Spina iliaka pada posisi PA sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada rotasi dari pelvis.
Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dan FFD 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
dan batas bawah adalah sympisis pubis
CR
:Vertikal tegak lurus kaset
Kaset
:24x30 cm
Marker
:L
kV
:80
mA
:25
s
:200
eksposi dilakukan pada saat rembesan kontras keluar Kriteria gambar
:Tampak kontras memenuhi fistel
Hasil Radiograf
:
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan pemotretan secara langsung terhadap jalanya pemeriksaan ,penulis membahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil Fistrafiulog di Instalasi Radiologi RSUD Dr.R.Soedarsono. 4.1.1 Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan Fistulografi pada kasus fistula anal tidak memerlukan persiapan dan proyeksi yang dipergunakan adalah PA dan Lateral.Hal ini dilakukan karena dengan proyeksi PA dan Lateral dokter sudah dapat menegakan diagnosa.
Plain foto PA untuk melihat persiapan awal pasien
Foto PA post injeksi tampak kontras mengisi Fistula track
Foto Lateral post injeksi tampak kontras mengisi Fistula track
4.1.2 Keuntungan yang dapat diambil dengan proyeksi tersebut adalah
Bisa memberikan informasi yang cukup bagi dokter dan menegakan diagnosa
Mengurangi pergerakan pasien karena pada umumnya pasien dengan pemeriksaan Fistulografi diposisikan dan harus hati-hati dalam memposisikan
4.1.3 Hasil pemeriksaan Fistulografi
Identitas Pasien Nama
: Tn Farhad
Jenis/Umur
: Lk/22 Tahun
Alamat
: Pasuruan
Diagnosa
: fistula anal
Tanggal Pemeriksaan
: 14 Januari 2012
Hasil Bacaan
Saluran tidak masuk ke abdomen ,Kontras masuk 3,5 cc,Panjang saluran fistel+- 8cm,Kesimpulan subcutan fistel BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam laporan ini dapat ditarik kesipulan bahwa : 5.1.1
Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan antara dua area dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh.
5.1.2 Pemeriksaan Fistulografi yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD DR.R .Soedarsono menggunakan proyeksi PA dan Lateral sudah dapat menampakkan arah dan letak saluran fistula dengan jelas.
5.2 Saran 5.2.1
Diharapkan adanya komunikasi ketika penginjeksian media kontras dan pengeksposan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Philip W. Ballinger, Eugene D. Frank, Vinita Merrill 1995 Merrill's atlas of radiographic positions and radiologic procedures
http://catatanradiograf.blogspot.com/
http://www.naturalcareklinik.com/ http://sentraherbalunggulan.blogspot.com/2012/06/fistula-ani.html