LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS UJI KUANTITATIF PENETAPAN KADAR AMINOFILIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
Disusun oleh : Paskalia Mujan
(168114064)
Joshwa Dwiki Kurnia
(168114065)
Maria Carolina Loy Nau
(168114066)
PJ Laporan : Vito
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
A. Tujuan Mampu menetapkan kadar aminofilin dalam sampel serbuk dengan metode spektrofotometri UV B. Dasar teori C. Alat dan bahan
Alat - Labu takar 10 ml;25 ml; 50ml; - Pipet volume 1ml;2ml;3ml;4ml;5ml;10ml; - Corong gelas dan kertas saring - Timbangan analitik - Stemper dan mortir - Spektrofotometer dan kuvet
Bahan - Baku aminofilin - Sampel aminofilin - Metanol p.a 20% D. Cara kerja 1. Pembuatan kurva baku a. Pembuatan larutan sttok aminofilin 1mg/ml Baku aminofilin ditimbang kurang lebih 50 mg
Masukin kedalam labu takar 50ml Larutkan dengan metanol p.a 20% hingga bajose tolong tambahitas tanda b. Pembuatan seri larutan baku aminofilin Larutan aminofilin diambil sebanyak 1ml;3ml;5ml Masing-masing larutan dimasukan kedalam labu takar 10ml Diencerkan dengan metanol p.a 20% hingga batas tanda c. Penetapan panjang gelombang maksimum Ambil larutan seri aminofilin 1ml;3ml;5ml Scan absorbansi ketiga larutan tersebut pada panjang gelombang 220-400 nm Bandingkan profil spectra yang didapat dan tetapkan panjang gelombang maksimumnya d. Absorbansi masing-masing seri larutan baku diukur pada panjan g gelombang maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya. Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi sebenarnya (sesuai pertimbangan) dan intensitas absorbansinya
2. Penetapan kadar aminofilin a. Sampel aminofilin ditimbang seksama sebanyak 50mg Dimasukkan kedalam beker gelas 100ml b. Larutkan dalam 5ml metanol p.a 20% Diaduk dan dimasukkan kedalam labu takar 10ml Diencerkan dengan metanol p.a 20% hingga batas tanda c. Ukur larutan sampel dengan panjang gelombang serapan maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya d. Kadar aminofilin dalam sampel ditetapkan dengan memplotkan absorbansi .terukur dengan persamaan kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya e. Dilakukan replikasi sebanyak 3kali E. Data penimbangan dan perhitungan Penimbangan (50mg) - Larutan baku Berat wadah kosong :0,248 g Berat wadah kosong + isi : 0,303 g Berat isi : 0,055 g = 55 mg - Larutan sampel Seri 1, 2 dan 3 Berat wadah kosong :0,250 g Berat wadah kosong + isi : 0,302 g Berat isi : 0,052 g = 52 mg
Perhitungan - Absorbansi panjang gelombang maksimum Seri larutan Abscis 1,0 324,5 3,0 277,0 5,0 238,5 -
Absorbansi larutan seri baku Seri larutan 1,0 2,0 3,0 4,0 5.0
ABS -0,041 0,014 0,068 0,145 0,218
Abs 0,000 0,048 0,263
K* ABS -0,0405 0,0137 0,0684 0,1449 0,2184
-
Absorbansi larutan seri sampel Seri larutan ABS 1 0,246 2 0,241 3 0,187 Perhitungan C1 = 0,055 g = 55 mg : 50 ml = 1,1 mg/ml V2 = 10 ml V1 = 1ml; 2ml; 3ml; 4ml; 5ml;
Seri larutan baku Sampel 1,0 C1 . V1 = C2 . V2 1,1 mg/ml . 1 ml = C 2 . 10 ml C2 = 0,11 mg/ml Sampel 2,0 C1 . V1 = C2 . V2 1,1 mg/ml . 2 ml = C 2 . 10ml C2 = 0,22 mg/ml Sampel 3,0 C1 . V1 = C2 . V2 1,1 mg/ml . 3 ml = C 2 . 10ml C2 = 0,33 mg/ml Sampel 4,0 C1 . V1 = C2 . V2 1,1 mg/ml . 4 ml = C 2 . 10ml C2 = 0,44 mg/ml Sampel 5,0 C1 . V1 = C2 . V2 1,1 mg/ml . 5 ml = C 2 . 10ml C2 = 0,55 mg/ml
-
Seri lauratn sampel Regresi linier ( hasil absorbansi larutan baku ) : A : 0,114 B : 0,59 R : 0,997 Y : nilai absorbansi seri larutan sampel
K*ABS 0,2457 0,2410 0,1865
Y = bx + a Sampel 1 Y = bx + a 0,246 = 0,59x + 0114 X= 0,610 mg/ml Sampel 2 Y = bx + a 0,241 = 0,59x + 0,114 X= 0,6016 = 0,602 mg/ml Sampel 3 Y = bx + a 0,187 = 0,59x + 0,114 X= 0,510 mg/ml -
Mg terukur Sampel 1 = X x vol.stok = 0,610 mg/ml x 50 ml = 30,5 mg Sampel 2 =X x vol.stok = 0,602 mg/ml x 50 ml = 30,1 mg Sampel 3 =X x vol.stok =0,510 mg/ml x 50ml = 25,5 mg
-
Kadar terukur =( Sampel 1 =
3,5
100%)
100%
52
= 58,65 % b/b Sampel 2 =
3, 52
100%
= 57,88 % b/b 25,5
Sampel 3 =
52
100%
=49,03 % b/b Rata-rata = 55,19 % b/b Sd = 5,35 % Cv
=
−
100%
=
5,35 %
55,9 %
100%
=9,69 % -
Kadar sebenarnya = 31,82
-
- % kesalahan
= =
− 55,9 − 3,82 3,82
100%
100%
=73,44 % F. Pembahasan Tujuan dari praktikum ini yaitu mampu menetapkan kadar aminofilin dalam sampel serbuk dengan metode spektrofotometer UV. Spektrofotometri UV adalah salah satu metode spektrofotometri absorbansi yang mengukur serapan radiasi elektromagnetik UV (200-400 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Prinsip dari
spektrofotometri adalah penyerapan cahaya berupa cahaya
ultraviolet yang memiliki λ 200-400 nm oleh suatu molekul senyawa (dalam hal ini aminofilin) yang menyebabkan eksitasi elektron dari keadaan dasar ( ground state) menuju tingkat eksitasi (excited state). Jumlah elektron yang mengalami eksitasi sebanding dengan besarnya absorbansi. Elektron dalam tingkat excited state berada dalam keadaan tidak stabil dan cenderung akan kembali ke ground state dengan melepaskan energi / emisi. Sumber sinar yang dipancarkan ke senyawa kemudian ada yang diserap dan ada yang diteruskan. Sumber sinar yang diteruskan kemudian akan melewati detektor yang mempunyai sistem read-out sehingga diperoleh nilai absorbansi dari zat tersebut (Khopkar, 2010).
Sumber: http://chemwiki.ucdavis.edu
Absorbansi sendiri merupakan rasio logaritmik dari radiasi yang diapaparkan ke suatu bahan terhadap radiasi yang ditransmisikan menembus bahan. Komponen dari spektrofotometer adalah sebagai berikut:
Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah uv pada panjang gelombang 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visible (pada panjang gelombang antara 350-900 nm).
Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit ). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument melewati spectrum.
Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spectrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yag digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Gandjar dan Rohman,2007). Spektrofotometri uv berbeda dengan spektrofotometri visible (tampak). Spektrofotometri
visible menggunakan cahaya tampak (visible) sebagai sumber cahaya. Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 400-800 nm. Sumber sinar tampak yang digunakan pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri bagi spektrofotometer visible. Oleh karena itu sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakann reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analit yang akan dianalisa. Selain itu produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Mulja,2010). Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri uv berdasarkan interaksi sampel dengan sinar uv. Sinar uv memiliki panjang gelombang 200-400 nm. Sebagai sumber sinar digunakan lampu deuterium. Karena sinar uv tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan smapel langsung dapat dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu dingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Spektrofotometri uv memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sampel. Namun, banyaknya interferensi dari senyawa lain selain analit yang juga menyerap pada panjang gelombang uv. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa (Mulja,2010). Syarat suatu senyawa dapat diukur absorbansinya mengguankan spektrofotometer UV adalah yang memiliki gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab atas penyerapan radiasi pada daerah UV-Vis dan auksokrom adalah gugus jenuh heteroatom yang terikat langsung pada kromofor yang mampu mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum. Pen etapan kadar aminofilin menggunakan spektrofotometer UV karena senyawa tidak berwarna sehingga tidak digunakan spektrofotometer Vis yang untuk senyawa berwarna. Gugus kromofor dan auksokrom pada aminofilin dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini (Khopkar,2010). Gugus auksokrom
Gugus auksokrom
Gugus kromofor
(Struktur aminofilin)
Fungsi larutan blanko yaitu untuk koreksi absorbansi jika tidak ada senyawa, sehingga dapat menghilangkan efek absorbansi pelarut. Prinsip spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer yang berbunyi: berkurangnya intensitas cahaya monokromatis yang melalui larutan yang menyerap cahaya monokromatis berbanding lurus dengan konsentrasi dan panjang medium. Hukum tersebut dirumuskan sebagai A=
ϵ.B.C
atau A= a.b.c dimana A = absorbansi, ϵ = absorptivitas molar, a=absortivitas (dalam
ppm), B= tebal larutan, dan C = konsentrasi yang diukur (Gandjar dan Rohman,2007). Dari hasil praktikum data yang didapatkan yaitu pada penetapan panjang gelombang maksimum di seri 1= abs 324nm ; seri 3= abs 277nm; seri 5= 238,8nm, sehingga ditetapkan panjang gelombang yang akan digunakan yaitu 238,8nm. Hasil absorbansi dari seri larutan baku
yaitu ; 1 ml = -0,041 nm; 2 ml = 0,014 nm; 3 ml = 0,068 nm; 4 ml = 0,145 ; 5 ml = 0,218 nm. Hasil absorbansi larutan seri sampel yaitu : seri 1 = 0,246 nm ; seri 2 = 0,241 nm ; seri 3 = 0,187 nm. Dari hasil absorbansi sampel tersebut didapatkan nilai a= 0,114; b=0,59; r= 0,992 ; x= 0,610mg/ml; nilai rata-rata= 55,19% b/b; sd = 5,35% ; cv= 9,69 %. Kadar sebenarnya dari aminofilin adalah 31,82 % sehinggan didapatkan %kesalahannya sebanyak 73,44%. G. Kesimpulan Hasil Kadar aminofilin dalam sampel serbuk yang menggunakan metode spektrofotometri UV yaitu 55,19% b/b dengan %kesalahan sebanyak 73,44%.
H. Daftar pustaka Khopkar, S. M., 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik . Universitas Indonesia Press. Jakarta Gandjar, I.G., dan Rohman, A., Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Mulja, 2010. Analisis Instrumental . Universitas Airlangga Press. Surabaya