Ringkasan Eksekuti Eksekutiff Anali An alisi sis s Dampak Damp ak Ling Li ngku kung ngan an Hidu Hid u p (ANDAL) (A NDAL) Rencana Pengelolaa Pengelolaan n Lingku Lin gkungan ngan Hidup (RKL) (RKL) Dan Dan Renc Rencana ana Pemantauan Pemantauan Ling Li ngkun kungan gan Hidup Hidu p (RPL) (RPL)
KATA PENGANTAR Sarulla Operations Ltd., (SOL) adalah perusahaan konsorsium antara PT MEDCO GEOPOWER SARULLA, ORSARULLA INC., SARULLA POWER ASSET LTD., dan KYUDEN SARULLA Pte Ltd. berencana untuk melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla kapasitas 330 MW di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan proyek ini akan memberikan dampak positif, namun di lain pihak adanya rencana ini tidak menutup kemungkinan akan munculnya dampak negatif terhadap komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Dokumen AMDAL kegiatan pengembangan lapangan Sarulla ini telah mendapat persetujuan dari Gubernur Sumatera Utara pada bulan November tahun 2005. Mengingat (a) adanya tambahan kegiatan seperti, pemboran dan pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan menggunakan air menjadi menggunakan menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan
Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL ini, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Juni 2009 Pemrakarsa Proyek, Sarulla Operations Ltd., (SOL)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. I DAFTAR ISI ............................................................................................................. III BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................I-1
1.1 1.2
1.3 BAB II
LATAR BELAKANG.........................................................................I-1 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN...................I-2 1.2.1 Lokasi Rencana Kegiatan dan/atau Kegiatan SOL...I-2 1.2.2 Tahapan Rencana Kegiatan ..........................................I-2 1.2.2.1 Tahap Prakonstruksi.........................................I-4 1.2.2.2 Tahap Konstruksi..............................................I-5 1.2.2.3 Tahap Operasi..................................................I-11 1.2.2.4 Tahap Pasca Operasi.......................................I-11 1.2.3 Alternatif yang Dikaji Dalam ANDAL .....................I-14 PEMRAKARSA KEGIATAN............................................................I-14
DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP..................................................................................................... II-1
2.1
TAHAP PRAKONSTRUKSI ..............................................................II-1
DAFTAR TABEL Tabel I-1
Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla .................................................................................................I-4
Tabel I-2
Jumlah Sumur yang akan Dibor di Silangkitang dan Namora I Langit.................................................................................I-6
Tabel III-1
Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sarulla Operations Limited (SOL).............III-2
DAFTAR GAMBAR Gambar I-3
Tipikal Jalur Transmisi yang Menghubungkan Substasiun Silangkitang (SIL) dengan Namora I Langit .........I-13
Gambar II-1
Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Prakonstruksi dan Konstruksi......................................... II-3
Gambar II-2
Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla
BAB I PENDAHULUAN
1.1
L ATAR B ELAKANG Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang berlokasi di Kecamatan Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara, telah dimulai sejak tahun 1993 oleh Unocal North Sumatera Geothermal (UNSG) yang secara resmi memperoleh kuasa sebagai kontraktor dari PERTAMINA untuk mengembangkan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla. Pemilik konsesi Wilayah Kerja Geothermal (Geothermal Working Area) Sarulla melalui Joint Operation Contract (JOC) dan juga hak langsung (melalui PERTAMINA) dapat menjual tenaga listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sesuai Energy Sales Contract (ESC). Antara tahun 1994 hingga tahun 1997, UNSG telah melakukan berbagai studi teknis dan lingkungan termasuk eksplorasi dan pengembangan potensi sumberdaya geothermal Sarulla serta pembangunan beberapa infrastruktur. Menurut JOC seluruh infrastuktur dan aset adalah milik PERTAMINA dimana UNSG mempunyai hak untuk menggunakan infrastruktur dan aset tersebut.
pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan air menjadi menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan pengoperasian transmisi listrik internal dari SIL ke NIL; (d) adanya perubahan pemrakarsa dari PT PLN (Persero) menjadi Sarulla Operations Ltd. (SOL) maka untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut, Dokumen AMDAL tahun 2005 perlu disempurnakan dalam rangka melanjutkan rencana kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla. 1.2
U RAIAN R ENCANA U SAHA DAN / ATAU K EGIATAN
1.2.1
Lokasi Rencana Kegiatan dan/atau Kegiatan SOL Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla terletak di Kecamatan pahae Julu dan Kecamatan pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara (Peta I-1). Berdasarkan Perda Kabupaten Tapanuli Utara No. 21 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menyebutkan bahwa Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu merupakan kawasan pengembangan lapangan panas bumi.
1.2.2
Tahapan Rencana Kegiatan
Tabel I-1
Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Waktu
Kegiatan
Bulan
0
+10
+20
+30
+40
+50
Pra konstruksi Konstruksi SIL NIL1 NIL2 Operasi SIL NIL1 NIL2
1.2.2.1
Tahap Prakonstruksi
1.2.2.1.1
Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
Kegiatan ini meliputi studi pendahuluan, detail rancangan pembangunan, dan pembebasan lahan.
menjadi sekitar 330 MW). Kebutuhan lahan untuk PLTP adalah seluas kira-kira 7 Ha untuk di SIL dan 12 Ha untuk di NIL sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTP adalah seluas 19 Ha. 1.2.2.1.3
Pembangunan Jaringan Transmisi dari Silangkitang ke Namora I Langit
1.
Pembebasan Lahan Kegiatan pengadaan lahan dilakukan dengan sistem langsung neegosiasi dan kesepakatan antara pemilik lahan dan SOL yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Lahan yang akan dibebaskan untuk digunakan sebagai tempat berdirinya menara transmisi, bukan sebagai jalur transmisi. Perkiraan jumlah menara yang dibutuhkan adalah 40 menara dengan perkiraan 3 menara untuk satu kilometer. Perkiraan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan menara transmisi adalah 2 ha.
1.2.2.2
Tahap Konstruksi
1.2.2.2.1
Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
1.
Penerimaan Tenaga Kerja
4.
Konstruksi Sipil Kegiatan konstruksi sipil terdiri dari dua jenis kegiatan utama yang meliputi perbaikan jalan dan jembatan yang ada di Lintas Sumatera di lokasi proyek dan pondasi tiang pancang.
5. Jalan Penghubung Kegiatan pembangunan jalan penghubung meliputi 3 kegiatan sebagai berikut: •
•
•
6.
Penguatan dan Pelebaran Jalan Penghubung ke Lokasi Namora I Langit; Jalan Penghubung ke Lokasi Silangkitang dan Perumahan Karyawan; dan Jalan Penghubung ke Masing-masing Tapak Sumur.
Persiapan Lokasi Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan serta Pengoperasian PLTP Sarulla akan melakukan pemboran terhadap 10 sumur di SIL, dan 25 sumur di NIL yang merupakan sumur produksi dan
7.
Lokasi Sumur Produksi Empat tapak sumur produksi mula-mula dibutuhkan untuk mengembangkan wilayah ini yang tiga diantaranya adalah tapak yang telah ada (SIL-1, NIL-1 dan NIL-2). Tapak baru yang diusulkan NIL WJ-P1 terletak sekitar 1 km sebelah selatan tapak NIL-1.
8.
Lokasi Sumur Reinjeksi Empat tapak sumur reinjeksi (2 tapak di SIL dan 2 tapak di NIL) diperlukan untuk sumur-sumur start-up., yang tiga di antaranya merupakan tapak yang sudah ada. Tapak-tapak ini akan terletak jauh dari wilayah produksi sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko pendinginan lapangan sumur. Satu tapak baru yaitu NIL WJ-R1 direncanakan akan dibangun di lapangan NIL.
9.
Fasilitas Konstruksi Sementara dan Tempat Tinggal Pekerja, Wilayah Kerja Kontraktor akan menyediakan semua fasilitas bangunan sementara, meliputi perkantoran, tempat tinggal pekerja, tempat penyimpanan bahan dan wilayah kerja.
10. Tempat Pembuangan dalam Tanah
atau ke formasi. Setelah pemboran selesai akan dipasang kepala sumur yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengatur laju aliran fluida dari dalam sumur. Bahan-bahan kimia yang digunakan memiliki Material Safety Data Sheet ( MSDS). Tujuan dilakukan kegiatan pemboran adalah untuk membuat sumur produksi dan reinjeksi. 1.2.2.2.2
Pembangunan PLTP
1.
Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan pada saat kegiatan puncak dapat mencapai sekitar total 750 orang.
2.
Mobilisasi Peralatan dan Bahan Peralatan besar akan didatangkan dari Medan. Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia yaitu melalui jalan lintas Sumatera (Medan – Tarutung). Material yang dapat diperoleh dari daerah setempat sedapat mungkin akan digunakan. Material dibawa melalui jalan darat dengan
Ketinggian •
•
504 m dpl
Lokasi Pembangkit Namora I Langit Ruang Tata Letak
:
sekitar 260m x 385m
Ketinggian
:
830 m dpl
:
sekitar 2 hektar
Perumahan Karyawan Luas
5.
:
Konstruksi PLTP Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan sipil dan bangunan konstruksi. Pembangunan pekerjaan konstruksi sipil dilaksanakan di lokasi jalan menuju PLTP dan sarana pendukung lainnya. Batu dan pasir yang diperlukan akan diperoleh dari quarry yang sudah memiliki ijin dari pemerintah yang berwenang. Kegiatan dalam konstruksi sipil terdiri dari : •
Persiapan tapak proyek, yang terdiri dari pembangunan jalan menuju lokasi PLTP, sarana pemisahan uap konstruksi PLTP dan sarana pendukung lainnya;
1.2.2.2.3
Pembangunan Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL
1.
Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan, penyiapan lahan dan pemasangan transmisi. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah sekitar 60 orang.
2.
Mobilisasi Peralatan dan Bahan Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia. Material yang diperlukan untuk kegiatan proyek sedapat mungkin akan didapat dari daerah setempat. Untuk material-material yang tidak terdapat di daerah setempat akan di datangkan luar. Material akan dibawa melalui jalan darat menggunakan truk-truk berkapasitas memadai melalui jalan menuju tempat penyimpanan (gudang atau laydown area) di sekitar lokasi proyek.
3.
Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari 2 jenis kegiatan utama yaitu penebangan/pembersihan vegetasi, dan pengupasan tanah. Kegiatan penyiapan lahan ini tidak sepanjang rencana jaringan kabel transmisi (15 km) tetapi dalam bentuk spot-spot yaitu tempat untuk berdirinya menara-
1.2.2.3
Tahap Operasi
1.2.2.3.1
Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
Menurut pengoperasian suatu sistem produksi uap yang mampu memasok uap ke PLTP yang membangkitkan tenaga listrik, sistem produksi uap terdiri dari sumber produksi, kepala sumur, kran atau katup pengaman, sistem pipa sumur, pemisah uap, berupa separator dan brine accumulator serta peralatan kontrol. Fluida panas bumi yang berasal dari resevoir akan dialirkan ke separator untuk memisahkan steam dan brine pada tekanan optimum. Steam dan brine digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas sekitar 330 MW. Secara skématis memperlihatkan hubungan antara komponen uap dan brine. Dalam keadaan darurat, kolam penampungan brine akan dipergunakan sebagai penampungan sementara sebelum dipompakan ke sumur reinjeksi. Perkiraan tenaga kerja yang akan diperlukan pada tahap ini adalah 200 orang. 1.2.2.3.2
Pembangunan PLTP
Uap yang dipasok dari lapangan panas bumi SIL dan NIL dieksploitasi dari
1.2.2.4.1
Penutupan Sumur Produksi dan Sumur Reinjeksi
Penonaktifan sumur akan dilakukan sesuai prosedur penutupan sumur. Penanaman kembali rumput dan tanaman lokal akan dilakukan pada lokasi tapak sumur. Adapun proses penutupan sumur adalah sebagai berikut : •
•
1.2.2.4.2
Pengisian kembali sumur bor. Sumur akan ditutup dengan semen berketebalan minimal 30 m. Lapisan semen akan berada di atas casing shoe. Lapisan semen lainnya akan diletakkan di atasnya. Lumpur dengan berat jenis sama atau lebih yang juga digunakan sebagai Lumpur pengeboran akan digunakan untuk mengisi lapisan diantara kedua lapisan semen; dan Sumur produksi dan sumur reinjeksi akan ditutup dengan prosedur penutupan permanen.
Penonaktifan Jaringan Pipa dan Fasilitas Pendukung
Setelah tahap operasi berakhir, jaringan pipa, pompa, dan alat pemisah akan tidak diaktifkan. Penonaktifan akan melalui tahapan berikut : •
Pipa, pompa, dan peralatan pendukung lainnya akan dibongkar kemudian diangkat dengan truk dan dibawa kepada pembeli besi bekas
1.2.2.4.4
Pembongkaran Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL
Pada tahap ini beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah pembongkaran jaringan transmisi dan pembersihan lokasi dari sisa sisa bahan yang dibongkar. Peralatan yang masih dapat digunakan akan dimanfaatkan di tempat lain atau oleh fihak lain. Revegetasi akan dilakukan bila pada saat tahap pasca operasi diperlukan. 1.2.3
Alternatif yang Dikaji Dalam ANDAL Pengembangan Lapangan panas Bumi Sarulla dan PLTP di Kabupaten Tapanuli Utara sudah menentukan lokasi pengembangan lapangan dan teknologi PLTP dengan kata lain tidak memiliki alternatif yang akan dikaji dalam studi AMDAL. Lokasi kegiatan baik lapangan SIL maupun NIL masingmasing akan dikembangkan untuk dimanfaatkan potensi panas buminya sebagai PLTP. Listrik yang dihasilkan akan ditransmisikan ke jaringan PLN.
1.3
P EMRAKARSA K EGIATAN Perusahaan
:
SARULLA OPERATIONS LTD., (SOL)
Alamat
:
Graha Niaga Lt. 8 Jl. Jend. Sudirman Kav. 58
BAB II DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
2.1
T AHAP P RAKONSTRUKSI Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang menimbulkan dampak penting adalah pembebasan lahan terhadap kepemilikan dan pengusahaan lahan serta keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat yang ditimbulkan akibat kegiatan pembebasan lahan disebabkan oleh beberapa hal; ganti rugi tidak sesuai dengan keinginan masyarakat atau pendekatan yang digunakan tidak sesuai dengan gaya dan adat istiadat setempat.
2.2
T AHAP K ONSTRUKSI
2.2.1
Komponen Fisika Kimia Kualitas Udara. Dampak terhadap komponen lingkungan kualitas udara pada tahap konstruksi disebabkan kegiatan uji produksi. Kegiatan uji produksi akan memberikan dampak terhadap kualitas udara melalui emisi gas H S.
akhirnya akan menambah peluang berusaha bagi masyarakat sekitarnya khususnya hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pekerja konstruksi seperti pemondokan, warung dan rumah makan, toko kelontong, serta jasa transportasi. Penambahan peluang bekerja dan usaha pada akhirnya akan membawa dampak pada bertambahkan pendapatan masyarakat baik melalui pendapatan langsung sebagai karyawan SOL atau kontraktor, sebagai pengusaha yang tumbuh sebagai pendukung kegiatan konstruksi maupun sebagai sebagai karyawan usaha sekunder. 2.3
T AHAP O PERASI
2.3.1
Komponen Fisika Kimia Tahap operasional PLTP dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas udara terutama H2S dan kebisingan. Dampak ini akan berlangsung terus menerus selama operasional PLTP berlangsung terus, dengan tingkat emisi tergantung dari komposisi gas yang dikeluarkan dari operasinal PLTP. Resiko dampak yang mungkin terjadi terhadap masyarakat dan makluk hidup disekitar proyek dinilai cukup tinggi.
2.3.2
Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya Pada tahap operasi yang menimbulkan dampak penting terhadap kesempatan
TAHAP
TAHAP KONSTRUKSI
PRAKONSTRUKSI
TAHAP KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
DAMPAK PRIMER
DAMPAK SEKUNDER
DAMPAK TERSIER
Pembebasan lahan
Kepemilikan dan Penguasaan lahan
Keresahan masyarakat
Penerimaan tenaga kerja
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
Pendapatan masyarakat
Keresahan masyarakat
Mobilisasi peralatan dan bahan
TSP dan kebisingan
Angka kesakitan
Frekuensi lalu lintas darat
Penyiapan lahan
Komposisi jenis dan jenis-jenis dilindungi
Laju limpasan air permukaan
PLTP
Lapangan Panas Bumi
Transmisi
Konstruksi PLTP
Pemboran dan uji produksi
Pemasangan Transmisi
Erosi tanah
Kebisingan
TSS dalam air
Kelimpahan plankton dan bentos
Gambar II-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Prakonstruksi dan Konstruksi
Gas H2S
Laju aliran air sungai (debit air)
pH, TSS, TDS, temperatur, H2S, dan logam (As, Ba, B, Cd, Cr6+, Co, Cu, Fe, Pb, Mg, Mn, Hg, Ni, K, Se, Na dan Zn)
Keresahan masyarakat
TAHAP PASCA OPERASI TAHAP KEGIATAN
JENIS
Pembongkaran/perapihan lokasi lapangan panas bumi, PLTP dan transmisi
Rehabilitasi/revegetasi lahan
Pelepasan tenaga kerja
KEGIATAN
DAMPAK PRIMER
Kesempatan kerja
Komposisi jenis dan jenis-jenis dilindungi
Erosi tanah
Laju aliran air permukaan
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
DAMPAK SEKUNDER
TSS dalam air
Pendapatan masyarakat
DAMPAK
Kelimpahan plankton dan bentos
Keresahan masyarakat
TERSIER
Gambar II-2 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Pasca Operasi
TAHAP OPERASI TAHAP KEGIATAN
JENIS
Penerimaan tenaga kerja
Lapangan Panas Bumi
PLTP
Transmisi
Reinjeksi air panas dan brine
Operasional turbin uap dan kondenser
Penyaluran arus bertegangan tinggi
KEGIATAN
DAMPAK PRIMER
DAMPAK SEKUNDER
DAMPAK TERSIER
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
Temperatur air
Pendapatan masyarakat
Keresahan masyarakat
Gambar III-3 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Operasi
Kebisingan
Gas H2S
pH, dan H2S dalam air
Tingkat medan listrik dan magnet
Keresahan masyarakat
BAB III UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan Proyek Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap aspek lingkungan: fisika kimia, biologi, aspek lingkungan sosial budaya dan aspek lingkungan kesehatan masyarakat. Untuk itu disusun Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) untuk digunakan sebagai acuan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi, terhadap aspek lingkungan fisik-kimia, biologi, sosekbud dan kesmas akan diantisipasi dengan melakukan pengelolaan melalui pendekatan: pencegahan, penanggulangan (untuk dampak negatif) dan pengembangan (untuk dampak positif). Tahap berikutnya dilakukan pemantauan dampak lingkungan, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat keberhasilan dari program rencana
Tabel III-1
Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sarulla Operations Limited (SOL) Rencana Pengelolaan Lingkungan
Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Sumber Dampak
A. Tahap Pra Konstruksi Komponen Ekonomi, Sosial dan Budaya Kepemilikan dan Kegiatan pembebasan Penguasaan Lahan lahan
Parameter Dampak Penting
Kepemilikan lahan
Rencana Pengelolaan
•
•
•
•
•
•
Keresahan Masyarakat
Kegiatan pembebasan lahan
Keresahan masyarakat.
•
•
•
DOKUMEN RKL SOL
Rencana Pemantauan Lingkungan Parameter Dampak Penting
Menyiapkan rencana kegiatan dan berkoordinasi dengan instansi terkait, terhadap areal yang akan dibebaskan. Melakukan sosialisasi publik pada setiap kegiatan pembebasan lahan Melakukan pendekatan secara persuasif kepada pengguna/pemilik hak atas lahan untuk mencari informasi tentang status kepemilikan hak dan luas lahan. Menelusuri, memastikan dan mencatat kepemilikan hak atas lahan. Proses pelepasan hak atas lahan akan diselenggarakan oleh perusahaan dan berkoordinasi dengan instansi yang berwenang (BPN Tapanuli Utara, Camat atau Kepala-kepala Desa). Melakukan kesepakatan bersama antara pemrakarsa dan pemilik hak atas lahan mengenai nilai dan bentuk kompensasi terhadap pelepasan hak atas lahan dan tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Luas dan tata letak areal lahan yang dibebaskan oleh SOL
Membuat rencana kerja (work plan) yang berisi mekanisme pembebasan lahan, sistem kompensasi lahan dan rencana pemantauan. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi secara akurat mengenai kegiatan pembebasan lahan Melakukan pembebasan lahan secara adil dan terbuka
Keresahan masyarakat
Jangka Waktu dan Frekuensi
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Mendata total kebutuhan lahan untuk proyek Mengumpulkan data kepemilikan tanah, luas tanah, status hukum tanah yang akan dibebaskan dari pemilik tanah dan Badan Pertanahan Nasional Membuat peta kepemilikan tanah bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional
Areal di wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla yang terletak di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Selama tahap prakonstruksi
Mendata dan mencatat setiap keluhan yang timbul akibat proses pembebasan lahan
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Selama tahap pra konstruksi
•
•
•
SARULLA OPERATIONS LTD. (SOL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Sumber Dampak
B. Tahap Konstruksi Komponen Fisika - Kimia H2S Pemboran Sumur dan Uji Produksi
Parameter Dampak Penting
Konsentrasi H2S di udara ambien
Rencana Pengelolaan
•
•
•
•
•
•
Kebisingan
•
•
•
Pemboran Sumur dan Uji Produksi Mobilisasi peralatan dan bahan Konstruksi PLTP
Kebisingan
• •
•
•
•
•
•
DOKUMEN RKL SOL
Rencana Pemantauan Lingkungan Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Mengamankan lokasi sumur dan membatasi zona aman untuk penduduk sekitar. Pekerja yang bekerja di sekitar lokasi sumur harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pekerja. Pada lokasi-lokasi uji produksi akan dipasang alat sistem pemantau H 2S. Memasang rambu-rambu ”Dilarang Masuk” bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan uji produksi. Mengevakuasi penduduk sekitar lokasi sumur jika paparan H2S melebihi ambang batas. Jika berdasarkan hasil pemantauan, konsentrasi H2S melebihi baku mutu yang ditetapkan, maka produksi sumur akan dikurangi sedemikian rupa sehingga konsentrasi H2S di udara ambien berada di bawah baku mutu.
Meningkatnya konsentrasi H2S di udara ambien
Mengukur konsentrasi H2S di udara ambien menggunakan alat pemantau Standard Nasional Indonesia
Pemeliharaan kendaraan konstruksi. Memperlambat laju kendaraan angkut dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Pemasangan silencer guna mereduksi kebisingan. Pemakaian ear muff bagi pekerja disekitar lokasi uji produksi. Memasang rambu rambu ” Dilarang Masuk” bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan pemboran sumur. Menanam pohon-pohon yang memiliki kanopi/tajuk yang lebar untuk mengurangi kebisingan seperti bambu. Sosialisasi kepada masyarakat sekitarnya, yang berdekatan dengan lokasi proyek.
Tingkat kebisingan
Mengukur tingkat kebisingan di udara ambien menggunakan metode yang sesuai dengan SNI
Jangka Waktu dan Frekuensi
Lokasi Pemantauan
•
• •
Tapak-tapak sumur dan desadesa di sekitar tapak-tapak sumur
Tapak-tapak sumur Desa-desa di sekitar tapaktapak sumur
•
Pemantauan dilakukan satu minggu sekali selama kegiatan pengeboran dan uji produksi berlangsung
Satu minggu sekali selama kegiatan uji produksi
SARULLA OPERATIONS LTD. (SOL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan Transportasi
Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan dan bahan
Parameter Dampak Penting
Gangguan lalu lintas darat
Rencana Pengelolaan •
•
•
•
•
•
C. Tahap Operasi Komponen Fisika - Kimia H2S Pengoperasian PLTP
Konsentrasi H2S di udara ambien
•
•
•
•
DOKUMEN RKL SOL
Rencana Pemantauan Lingkungan Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Memasang dan memelihara ramburambu lalu lintas Menutup bak truk guna menghindari ceceran material di sepanjang jalan Bekerja sama dengan kontraktor profesional dalam penyediaan jasa pengangkutan peralatan dan bahan Pemeliharaan pencegahan ( preventive maintenance) berkala untuk truk pengangkut dilakukan sesuai jadwal Melakukan inspeksi jalan secara reguler bekerjasama dengan instansi pemerintah yang berwewenang untuk memastikan kondisi jalan tetap baik dan tidak ada akivitas masyarakat disekitar jalan yang dapat mengganggu lalu lintas Mengoperasikan kendaraan-kendaraan berat selama non-peak-hour
Gangguan lalu lintas darat
Melakukan pengumpulan data jumlah kecelakaan lalu lintas yang dialalmi pekerja-pekerja SOL dan kontraktor serta rekaman kecelakaan di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan proyek
Jika konsentrasi H2S pada lokasi-lokasi pemantauan yang telah ditentukan melebihi baku mutu kebauan 0,02 ppm berdasarkan hasil pemantauan, emisi H 2S dari PLTP akan dikontrol menggunakan teknologi seperti LO-CAT sulfur recovery unit sampai konsentrasi H 2S memenuhi baku mutu kebauan tersebut. Mengamankan lokasi PLTP dan membatasi zona aman untuk penduduk sekitar. Pekerja yang bekerja di sekitar lokasi PLTP harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pekerja. PLTP akan dilengkapi dengan alat pemantau H2S.
Konsentrasi H2S di udara ambien
Mengukur konsentrasi H2S di udara ambien menggunakan alat pemantau H2S sesuai dengan SNI
Jangka Waktu dan Frekuensi
Lokasi Pemantauan
Jalan-jalan yang dilalui kendaraan proyek di Kabupaten Tapanuli Utara
• • •
Sumur-sumur produksi Lokasi PLTP Desa-desa di sekitar tapaktapak sumur
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
•
•
•
Pada sumur-sumur produksi: sekali setiap tiga bulan Pada lokasi PLTP: sekali setiap tiga bulan Pada desa-desa: sekali setiap tiga bulan
SARULLA OPERATIONS LTD. (SOL)