1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan pembangunan industri di negara berkembang seperti Indonesia dimana energi listrik dibutuhkan dalam jumlah kapasitas yang semakin meningkat, maka sumber-sumber pembangkit listrik konvensional (minyak/gas bumi) tidak akan mencukupi pasokan yang diperlukan. Panas bumi adalah salah satu alternatif dari jenis sumber daya energi terbarukan selain biomassa,
tenaga
air/angin/surya,
gelombang
air
laut
dan
nuklir
yang
dimungkinkan menjadi pilihan utama sebagai pengganti sumber daya energy terbarukan atau tidak terbarukan. Kepulauan Indonesia yang dibentuk oleh dominan busur vulkanik-magmatik , merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia sebesar ±40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW, atau setara dengan 12,37 milyar barel minyak. Potensi tersebut tersebar terutama t erutama di P.Sumatera, P.Jawa, P.bali, P.Sulawesi, Nusa Tenggara barat dan Nusa Tenggara Timur. Dari potensi tersebut baru ±4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di wilayah-wilayah dimana kebutuhan energi listrik dari sumber pembangkit konvensional sudah tidak memadai lagi, diantaranya adalah : 2 MW di Sibayak (Sumatera (Sumatera Utara), 330 MW di G.Salak, 110 MW di Wayang Windu, 125 MW di Darajat, 140 MW di Kamojang dan 60 MW di Dieng (P.Jawa), dan 20 MW di Lahendong (Sulawesi Utara). Hasil
2
inventarisasi oleh Pertamina pada tahun 2004 terhadap lokasi-lokasi panas bumi menunjukkan bahwa terdapat 21 daerah prospek berkapasitas total energi 2.795 MW untuk dikembangkan. Eksploitasi terhadap sumber-sumber panas bumi akan berlangsung sejalan waktu, sepanjang kebutuhan akan energi listrik mengalami peningkatan. Perkembangan pemanfaatan tersebut telah ditunjukkan oleh bertambahnya kapasitas pemakaian energi listrik dari sumber panas bumi sebagai berikut : 32,25 MW pada tahun 1982 meningkat 142,42 MW, pada tahun 1990 menjadi 587,5 MW, pada tahun 1998 dan tercatat terus mengalami peningkatan hingga mencapai 1.159 MW pada tahun 2000. Bahkan Rencana Umum Ketenagalistrikan (RUKN) mengasumsikan bahwa hingga tahun 2006 energi panas bumi akan menduduki posisi ke 3 dalam rencana penambahan pembangkit listrik di Indonesia, dengan target pembangunan PLTP berkapasitas terpasang 2,232 MW.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuatnya makalah Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis-jenis jenis-jenis siklus Pusat Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi yang yang telah ada secara umum. 2. Untuk mengetahui mengetahui kelebihan dan kekurangan kekurangan dari energi energi panas bumi. bumi.
3
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan seminar ini adalah untuk penerapan penerapan kemampuan kemampuan mahasiswa setelah mengikuti semua kegiatan di kampus seperti : kuliah, pratikum, kuliah umum dan lainnya dan juga untuk memenuhi prasyarat untuk menyelesaikan studi dalam program sarjana strata satu, serta dapat menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca di bidang pembangkitan tenaga listrik, khususnya PLTP.
1.4. Rumusan Masalah
Dari
latar
belakang
diatas,
maka dapat
dirumuskan masalahnya
sebagai berikut : 1. Bagaimana jenis-jenis siklus siklus Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi Bumi yang telah ada secara umum. 2. Kelebihan dan kekurangan dari Pusat Listrik Tenaga Panas Panas Bumi.
1.5. Batasan Masalah
Penulisan ini dibatasi dengan jenis-jenis siklus Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi yang sudah ada secara umum dan kelebihan dan kekurangan dari PLTP secara umum.
4
1.6. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan yang maksimal dari penulisan laporan ini, maka diperlukan
data-data
akurat
sebagai
landasan
penulisan
dan
penyusunannya. Data data tersebut diperoleh dengan metode sebagai berikut ; 1.6.1. Metode Wawancara ( interview Methode ) Melakukan wawancara langsung dengan dosen dan tementemen yang lebih mengerti mengenai pembahasan ini. 1.6.2. Metode studi literatur/kepustakaan ( Library Methode ) Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
1.7.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.
5
Bab II
Teori Konsep Penelitian Pada bab ini membahas tentang teori kepustakaan yang mendukung penulisan penelitian ini.
Bab III
Metodologi Penelitian Pada bab ini membahas tentang tempat dan waktu penggalian data serta cara penggalian data.
Bab IV
Analisa dan Pembahasan Pada bab ini membahas mengenai jenis-jenis siklus pada PLTP yang sudah ada secara umum serta kelebihan dan kekurangan dari PLTP secara umum.
Bab V
Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TEORI KONSEP OPERASIONAL
2.1. Terjadinya Sistem Panas Bumi
Secara garis besar bumi terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1) yaitu kulit bumi, selubung bumi dan inti bumi. Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5 kilometer.
Gambar 2.1 Susunan Lapisan Bumi
7
Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekililingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung . Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecendrungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih ringan bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya disebabkan karena adanya tiga lempengan yang berinterasi di Indonesia yaitu lempengan Pasifik, lempengan India-Australia dan lempengan Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara menghasilkan zona penunjaman di kedalaman 160 – 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar
8
luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan vulkanik, sedangkan panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
2.2. Jenis-jenis Sumber Energi Panas Bumi
Jenis-jenis sumber energi panas bumi dibedakan atas tiga yaitu :
2.2.1. Sistem H i d r o t h e r m a l Sistem hidrothermal dibedakan 2 macam yaitu : 1. Sistem H i d r o t h e r m a l Dominasi Uap Sistem panas bumi dimana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Pada sistem ini air mendidih menjadi uap dan mencapai permukaan pada kondisi kering sekitar 205 0C dengan tekanan di atas 8 bar. Uap jenis ini sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik. Kendala pada sistem yaitu adanya kandungan gas yang korosif dan material yang sangat erosif dan sumber panas bumi seperti ini sangat jarang. Contohnya seperti di Lapangan Kamojang dan Darajat. 2. Sistem H i d r o t h e r m a l Dominasi Cairan Sistem panas bumi dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap air. Pada sistem ini diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan. Pada sistem ini air panas tersirkulasi dan
9
terperangkap dalam tanah pada temperatur 174-3150 C. Sistem ini terdapat lebih banyak dibandingkan dengan sistem hydrothermal dominasi uap. Di antaranya : Lapangan Dieng, Awibengkok-G. Salak, Patuha, Bali, Karaha, Wayang-Windu, Ulubelu, Sibayak, Sarulla.
2.2.2. Sistem G e o p r e s s u r e d Sistem ini merupakan sumber air yang telah dipanaskan dengan cara serupa pada sistem hydrothermal , bedanya sistem geopressured posisinya jauh lebih dalam yaitu sekitar 2400-9100 m. Sumber air ini temperaturnya relatif rendah yaitu sekitar 1600 C namun tekanannya sangat tinggi lebih dari 1000 bar. Airnya memiliki kadar garam yang tinggi. Biasanya berbentuk jenuh dengan gas alam, umumnya metana CH 4. Karena sangat dalam dan temperaturnya rendah maka pengeboran hanya untuk memperoleh sumber termal membuat nilai ekonomisnya rendah. Daya tariknya hanya pada kandungan metana.
2.2.3. Sistem P e t r o t h e r m a l Lapisan magma yang terbentang cukup dekat dengan lapisan bumi akan memanaskan batuan. Ketika tidak terdapat air tanah, maka hanya terdapat batuan panas dan kering. Untuk mengekstrak energi termalnya, air dipompakan ke dalam tanah lalu dipompa lagi naik ke permukaan (seperti Gambar 2.2). Rekahan dapat dibuat dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi atau dengan meledakkan bom nuklir.
10
Gambar 2.2 Sistem Petrothermal 2.3. Pemanfaatan Energi Panas Bumi
Sebelum abad kedua puluh panas bumi (geothermal) hanya digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Dewasa ini pemanfaatan fluida panas bumi dibedakan atas dua yaitu secara langsung dan tidak lansung.
11
2.3.1. Secara Langsung Pemanfaatan energi panas bumi secara lansung seperti : mandi uap atau air panas, agrikultur (pertanian), aquakultur (perikanan dan peternakan udang), proses industri, pemanasan ruang, wilayah dan lain-lain. ( Gambar 2.3)
Gambar 2.3 Pemamfaatan Energi Panas Bumi Secara Langsung
2.3.2. Secara Tidak Langsung Fluida panas bumi bertemperatur tinggi (>225 0C) telah lama di gunakan di beberapa
negara
untuk
pembangkit
listrik,
namun
beberapa
tahun
ini
12
perkembangan teknologi telah memingkinkan digunakannya fluida panas bumi bertemperatur sedang (150-2250C) untuk pembangkit listrik. Selain
temperatur,
factor-faktor
lain
yang
dipertimbangkan
untuk
memutuskan apakah suatu sumber panas bumi tepat untuk di manfaatkan sebagai pembangkit listrik adalah sebagai berikut : 1. Fluida mempunyai temperatur tinggi. 2. Cadangan yang besar, mampu memproduksikan uap untuk sekitar 25-30 tahun. 3. Fluida mempunyai pH hampir netral agar laju korosinya relatif rendah. 4. Kecenderungan fluida membentuk kerak (scale) relatif rendah. 5. Reservoirnya tidak terlalu dalam. 6. Sumber daya panas bumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari data yang di dapatkan dari hasil studi literatur dari beberapa referensi buku dan internet. Materi yang di ambil adalah mengenai data-data yang menyangkut Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). 3.2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan yang maksimal dari penulisan laporan ini, maka diperlukan
data-data
akurat
sebagai
landasan
penulisan
dan
penyusunannya. Data data tersebut diperoleh dengan metode sebagai berikut ; 3.2.1. Metode Wawancara ( interview Methode ) Melakukan wawancara langsung dengan dosen dan tementemen yang lebih mengerti mengenai pembahasan ini. 3.2.2. Metode studi literature/kepustakaan ( Library Methode ) Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
14
3.3. Teknik Pengolahan Data Dalam teknik pengolahan data ini penulis ingin menjabarkan tentang pengolahan
data
yang
didapat
oleh
penulis
sebagai
bahan
untuk
mengerjakan seminar penelitian ini. Dimana penulis menjelaskan langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut ; 1. Analisa tentang siklus-siklus PLTP yang sudah ada secara umum. 2. Menyimpulkan kelebihan dan kekurangan dari PLTP secara umum. Langkah – langkah tersebut yang digunakan dalam melakukan analisa dalam seminar ini. 3.3.
Teknik Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis dengan mengkaji dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan, serta pengumpulan data-data melalui buku-buku literatur atau buku petunjuk pengoperasian.
15
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-Jenis Siklus Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
Fluida
panas
bumi
yang
telah
dikeluarkan
ke
permukaan
bumi
mengandung energi panas yang akan di manfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Hal ini dimungkinkan oleh suatu sistem konversi energi fluida panas bumi (geothermal power cycle) yang mengubah energi panas dari fluida menjadi energi listrik. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap di buat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat di alirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dan fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu di lakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin. Banyak sistem pembangkit listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya : 1. Direct Dry Steam
16
2. Separated Steam 3. Single Flash Steam 4. Double Flash Steam 5. Multi Flash Steam 6. Brine/Freon Binary Cycle 7. Sistem Hibrida
4.1.1. Siklus Uap Kering (D i r e c t D r y S t e am C y c l e ) Fluida panas bumi dapat berupa fasa cair dan fasa uap atau campuran dari keduanya, tergantung dari tekanan dan temperaturnya. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat di alirkan langsung ke turbin (Gambar 4.1). Turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Gambar 4.1 Skema Instalasi Pembangkit Listrik Uap Kering
17
Sistem konversi untuk fluida uap kering merupakan sistem konversi yang paling sederhana dan paling murah, Uap dari turbin dapat dibuang ke atmosfir atau di alirkan ke kondensor untuk di kondensasikan. Dari kondensor, kondensat kemudian di alirkan ke menara pendingin atau coolong tower dan selanjutnya di injeksikan kembali ke bawah permukaan dan sebagiannya dialirkan kembali ke kondensor untuk proses kondensasi. Contoh di lapangan seperti pada PLTP Kamojang.
4.1.2. Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cyc le ) Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin .oleh karena uap yang digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem konversi energi ini dinamakan siklus uap hasil pemisahan. Gambar 4.2 memperlihatkan proses pembangkit listrik dari lapangan panas bumi yang menghasilkan fluida dua fasa, yaitu campuran uap dan air. Fluida dari sumur dipisahkan menjadi fasa uap dan air di dalam separator dimana uapnya kemudian dialirkan ke turbin dan airnya diinjeksikan kembali kebawah permukaan.
18
Gambar 4.2 Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Fluida Dominasi Air
4.1.3. Siklus Uap Hasil Penguapan (Single Flash Steam ) Siklus ini digunakan apabila fluida dikepala sumur dalam kondisi cair jenuh. Fluida dialirkan ke sebuah flasher (tangki cetus) agar menguap, banyaknya uap yang dihasilkan tergantung dari tekanan flasher . Didalam flsher tekanan diturunkan sehingga ampuran 2 fasa memperoleh tingkat kekeringan yang lebih baik. Fraksi uap yang dihasilkan kemudian dialirkan ke turbin dan fraksi cair di injeksikan kembali kedalam tanah.
19
Gambar 4.3 Skema pembangkit listrik dengan siklus single flash steam
4.1.4. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Doub le Flash Steam ) Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan digunakan komposisi 2 turbin, yaitu HP-turbin dan LP-turbin yang disusun secara tandem (ganda). Air yang keluar dari separator tidak langsung di injeksikan kedalam tanah, tetapi dimasukkan kedalam flasher dimana tekanan air tersebut diturunkan lagi didalam flasher , sehingga diperoleh tingkat kekeringan yang lebih baik untuk memutar turbin tekanan rendah (LP turbin). seperti diperlihatkan pada Gambar 4.4. Contoh lapangan yang menggunakan sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru (Jepang), dan Kratla (Iceland).
20
Gambar 4.4 Skema Diagram Pembangkit Listrik dengan Siklus Double Flash Steam
4.1.5. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua Turbin Terpisah (Flashing Mu lti Flash Steam ) Sistem siklus konversi energi ini mirip dengan sistem double flash, bedanya adalah kedua turbin yang berbeda tekanan disusun secara terpisah (Gambar 4.5), uap dengan tekanan dan temperatur tinggi yang mengandung air dipisahkan di separator agar diperoleh uap kering yang digunakan untuk menggerakkan low pressure turbine. Turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar temperatur sehingga dihasilkan energi listrik. Air hasil pemisahan dari separator temperatur dan tekanannya akan lebih rendah dari
21
kondisi fluida di kepala sumur. Air ini di alirkan ke flasher agar menghasilkan uap.Uap yang dihasilkan dialirkan ke high pressure turbine sementara air sisanya dibawa ke kondensor. Gambar 4.5
Skema Pembangkit Listrik Untuk Sistem Multi Flash Steam
4.1.6. Siklus Biner (B i n a r y C y c l e ) Umumnya fluida panas bumi yang digunakan untuk pembangkit listrik adalah fluida yang mempunyai temperatur 200oC, tetapi secara tidak langsung fluida panas bumi temperatur sedang (100-200oC) juga dapat digunakan untuk pembangkit listrik yaitu dengan cara menggunakannya untuk memanasi fluida organik yang mempunyai titik didih rendah (Gambar 4.6), uap dari fluida organik
22
ini kemudian digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin sehingga menghasilkan listrik. Fluida organik dipanasi oleh fluida panas bumi melalui mesin penukar kalor atau heat exchanger . Jadi fluida panas bumi tidak dimanfaatkan langsung melainkan hanya panasnya saja yang diekstraksi, sementara fluidanya sendiri diinjeksikan kembali kedalam reservoir . Dua lapangan yang menggunakan siklus konversi energi seperti ini adalah Parantukam Kamchatka Peninsula dan Otake (Jepang) dan juga di Lahendong.
Gambar 4.6 Skema Pembangkit Listrik Untuk Sistem Binary Cycle
23
4.1.7. Sistem Hibrida (C o m b i n e d C y c l e ) Untuk meningkatkan efisiensi pemamfaatan energi panas bumi di beberapa industri mulai digunakan sistem pembangkit listrik dengan siklus kombinasi, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.7.fluida panas bumi dari sumur dipisahkan fasa-fasanya dengan separator. Uap dari separator dialirkan ke turbin I, dan setelah itu sebelum fluida diinjeksikan kembali ke dalam reservoir , fluida digunakan untuk memanaskan fluida organik yang mempunyai titik didih rendah. Uap dari fluida organik tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan tubin ke II.
Gambar 4.7 Skema Pembangkit Listrik Untuk Sistem Siklus Kombinasi
24
4.2. Kelebihan dan Kekurangan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
Kelebihan dan kekurangan PLTP yaitu : 4.2.1. Kelebihan PLTP 1. Bersih PLTP tidak membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap panas guna memutar turbin serta menghemat pemanfaatan bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Kita mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita. 2. Tidak boros lahan Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya per MW lebih kecil dibandingkan hampir semua jenis pembangkit lain. 3. Dapat diandalkan PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun. Suatu pembangkit listrik geothermal terletak diatas sumber bahan bakarnya. Hal ini membuat resisten terhadap hambatan penghasilan listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencara alam yang bias mengganggu transportasi bahan bakar. 4. Fleksibel Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan tambahan dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat.
25
5. Mengurangi pengeluaran Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar untuk PLTP, selalu terdapat dimana pembangkit itu berada. 6. Pembangunan PLTP dilokasi terpencil bisa miningkatkan standar
kualitas hidup dengan
cara membawa listrik ke orang yang bertempat tinggal jauh dari sentra populasi listrik. 7. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju terkait
global
warming untuk
insentif
atau
carbon
credit
terhadap
pembangunan ( clean development mechanism ) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.
Gambar 4.8 Grafik Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit
26
Dari grafik diatas pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100 kg/kWh.
4.2.2. Kerugian PLTP 1. PLTP dibangun didaerah lapang panas bumi dimana terdapat banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan gas H 2S. Kandungan ini bersifat korosit yang menyebabkan peralatan mesin maupun listrik berkarat. 2. Ancaman akan adanya hujan asam 3. Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan akan mempengaruhi pada kegiatan operasional. 4. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata air tanah maupun
danau-danau
di
sekitar
area
pembangunan
yang
akan
menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air. 5. Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran hutan dimana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk mengembalikan fungsi hutan lindung semeperti semula. 6. Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air karena diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO2, CO2, CO, NO2 dan H2S.
27
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa panas bumi sangat berguna buat kehidupan kita, bukan hanya untuk pembangkit listrik tetapi untuk kehidupan sehari-hari kita seperti : perikanan, pertanian, dll Pembangunan PLTP juga cukup menjanjikan. Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi ini adalah teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga ikut mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga uap, baik yang dibangkitkan oleh batubara maupun tenaga diesel yang keduanya menimbulkan pencemaran udara dan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.
5.2. Saran
Dari
kesimpulan
diatas
penulis
mengharapkan
penelitian
ini
dapat
dikembangkan ketahap selanjutnya, seperti perlengkapan data-data lapangan secara rinci dan kajian teknis dari komponen-komponen yang digunakan dalam PLTP sehingga bisa di kembangkan ke tahap yang lebih lanjut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Soelaiman, Fauzi T.A, “Energi Panas Bumi (Geothermal)”, Laporan Program Studi Teknik Mesin ITB, Januari 2008. I G. B. Wijaya Kusama.Program Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Udaya. Perusahaan Umum Listrik Negara, Manajemen Sektor PLTP (Jakarta Seltan). Sulasdi, Didi, “Teknologi Energi (Panas Bumi)” , Bagian I (1995).
29
DAFTAR ISI
PENGESAHAN……………………………………………………………………………………………………………………ii
PERNYATAAN KEASLIAN SEMINAR……………………………………………………………………………………iii
UCAPAN T ERIMA KASIH……………………………………………………………………………………………………iv
BAB I ..................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 2 1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 3 1.4. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3 1.5. Batasan Masalah ..................................................................................................... 3 1.6. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 4 1.6.1.
Metode Wawancara ( interview Methode ) ............................................... 4
1.6.2.
Metode studi literatur/kepustakaan ( Library Methode ) ......................... 4
1.7. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 4 BAB II ....................................................................................................................................6 TEORI KONSEP OPERASIONAL....................................................................................6 2.1. Terjadinya Sistem Panas Bumi ............................................................................. 6 2.2. Jenis-jenis Sumber Energi Panas Bumi ...............................................................8
30
2.2.1. Sistem Hidrothermal ......................................................................................... 8 2.2.2. Sistem Geopressured ......................................................................................9 2.2.3. Sistem Petrothermal ......................................................................................... 9 2.3. Pemanfaatan Energi Panas Bumi ....................................................................... 10 2.3.1. Secara Langsung ............................................................................................ 11 2.3.2. Secara Tidak Langsung ................................................................................. 11 BAB III ................................................................................................................................. 13 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 13 3.1.Metode Penelitian ................................................................................................... 13 3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 13 3.2.1.
Metode Wawancara ( interview Methode ) ............................................. 13
3.2.2.
Metode studi literature/kepustakaan ( Library Methode ) .....................13
3.3. Teknik Pengolahan Data ......................................................................................14 3.4. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 14 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 15 4.1 Jenis-Jenis Siklus Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi ....................................... 15 4.1.1. Siklus Uap Kering (Direct Dry Steam Cycle) .............................................. 16 4.1.2. Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cycle) ........................... 17 4.1.3. Siklus Uap Hasil Penguapan (Single Flash Steam) ................................. 18 4.1.4. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash Steam) ... 19