ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah AMDAL
Disusun Oleh: DONI HERMAWAN
084101004
ENENG LISTIANI A
084101014
ERNI VIARNI
084101027
Kelas A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2011
BAB
I
RONA LINGKUNGAN AWAL
Rona
lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di l okasi
kegiatan Penyamakan kulit.
Rona
lingkungan diperlukan dalam kajian analisis
dampak lingkungan karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan dampak yang akan datang.
Rona
lingkungan yang ditelaah tidak semua k omponen
lingkungan tetapi hanya terbatas pada indikat or yang paling tepat dan penting dalam kaitannya dengan dampak atau isu p ok ok, terutama yang berkaitan pada tahap pasca o perasi.
1. Lingkungan fisik - kimia Dampak fisik-kimia yang mungkin dapat terjadi akibat pembangunan industry penyamakan kulit : Kualitas Udara
Sebelum adanya pr oses penyamakan kulit kualitas udara masih baik hanya saja ada cemaran yang dari lingkungan umum. Setelah ada industry penyamakan kulit kuaitas udara menjadi tercemar karena menghasilkan residu berupa bulu yang dihasilkan dari pr oses liming (pengapuran).
R esidu esidu
ini dapat mengganggu
kesehatan karena dapat masuk melalui saluran pernafasan. Kebisingan
Sebelum ada industry penyamakan kulit, masyarakat sekitar tidak mengalami keluhan kebisingan, namun seterlah didirikan industry penyamakan kulit, masyarakat mengaluhkan kebisingan akibat pr oses penyamakan yang menggunakan mesin. Kualitas air
Kualitas air sebelum didirikannya industry ini, tidak ada cemaran. Seterlah didirikan kualitas air mengalami pencemaran akibat pr oses perendaman (s oaking) pr oses perendaman kulit ini merupakan sumber dampak penurunan kualitas air.
2. Lingkungan bi ologi Dampak biologis yang mungkin dapat terjadi akibat pembangunan industry penyamakan kulit : Vegetasi Darat
Potensi vegetasi meliputi keanekaragaman hayati di sekitar kawasan industry penyamakan kulit ini sebelumnya baik dan subur, namun setelah ada industry, kualitasnya menurun.
3. Lingkungan s osekbud Dampak sosekbud yang mungkin dapat terjadi akibat pembangunan industry penyamakan kulit : Tingkat Pendapatan
Perek onomian masyarakat meningkat karena banyak masyarakat yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai tempat untuk mecari penghasilan seperti membuka usaha t ok o baju dan perlengkapan lain yang menggunakan bahan dasar kulit yang sebelumnya masyarakat berpenghasilan rendah karena hanya bekerja sebagai petani atau buruh.
BAB
Il
DISKRIPSI PROYEK
A. Tahap Pra Kontruksi
a. Perizinan Untuk memperlancar pr oses permohonan perizinan bagi para invest or yang ingin berusaha di wilayah Garut ada beberapa langkah yang harus dilakukan sesuai dengan Kepmen Invest N o. 38/SK/1999 Tgl 6 Okt o ber 1999. b. Pembebasan lahan Lahan yang digunakan untuk pembangunan industry adalah bekas lahan k osong yang tidak digunakan lagi.
B.
Tahap Konstruksi
Mobilisasi alat :
Alat dan mesin yang digunakan dalam melakukan pr oses penyamakan adalah sebagai berikut : y
Timbangan, berfungsi untuk mengetahui berat kulit dan bahan-bahan kimi yang akan digunakan.
y
Pisau seset atau pisau fleshing, digunakan untuk membuang daging yang masih melekat pada kulit saat pr oses buang daging.
y
Papan kuda-kuda, digunakan untuk meniriskan atau menggantung kulit setelah pr oses penyamakan
y
Papan pentang, digunakan untuk mementang kulit agar kulit lebih lemas dan memper oleh luas yang maksimal.
y
Mesin ampelas, digunakan untuk meratakan bagian dala m kulit sehingga diper oleh kulit yang lebih tipis dan lemas.
y
Meja dan papan staking, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang dikerjakan secara manual.
y
Drum milling, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang telah disamak.
y
Drum putar (Tannning Drum), digunakan pada pr oses perendaman, pencucian, serta pr oses-pr oses lain yang mengunakan air dan bahan-bahan kimia.
y
Alat-alat lain yang digunakan adalah spraying, ember, c or ong plastik, selang air, gunting, pisau dan kertas pH. C.
Tahap Operasi
Industri penyamatan kulit adalah industri yang meng olah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada pr oses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan c olagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis,
fisis, maupun kimiawi.
Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga p ok ok tahapan penyamatan kulit,yaitu: 1. TAHAPAN PROSES PENGERJAAN
BASAH.
( BEAM HOUSE).
Urutan pr oses pada tahap pr oses basah beserta bahan kimia yang ditambahkan dan limbah yang dikeluarkan dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini. a. Perendaman ( Soaking).
Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ liter o bat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolan dan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit diker ok pada bagian dalam kemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi l onggar sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukup apabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanan dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65 %). Pada pr oses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa desinfektan dan k otoran- k otoran yang berasal dari kulit.
b. Pengapuran ( Liming)
Maksud pr oses pengapuran ialah untuk. 1. Menghilangkan epidermis dan bulu. 2. Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak. 3. Menghilangkan semua zat-zat yang bukan c ollagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak. Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur T ohor Ca (OH)2, 3-6 % Natrium Sulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari. Dalam pr oses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang terepas.
c.
Pembelahan ( Splitting).
Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin press (Emboshing machine), pada tahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit s ol dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan pr oses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.
d. Pembuangan Kapur ( Deliming)
Oleh karena semua pr oses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu pr oses- pr oses penyamakan. Misalnya : 1. Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras mengakibatkan kulit mudah pecah. 2. Untuk kulit yang akan disamak kr om, bahkan kemungkinan akan menimbulkan pengendapan Kr om Hidr oksida yang sangat merugikan. Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garam asm, misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll.
e. Pengikisan Protein ( Bating)
Pr oses ini menggunakan enzim pr otese untuk melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan c ollagen yang belum terhilangkan dalam pr oses pengapuran antara lain: 1. Sisa- sisa akar bulu dan pigment. 2. Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan. 3. Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu pr oses bating yang lebih lama. 4. Sisa kapur yang masih ketingglan.
f .
Pengasaman (Pickling)
Pr oses ini dikerjakan untuk kulit samak dan kr om atau kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud pr oses pengasaman untuk mengasa mkan kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti.
Selain itu pengasaman juga berguna untuk: 1. Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal. 2. Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan
oleh
Na2gS, dalam
pengapuran agar kulit menjadi putih bersih.
2. TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN ( TANNING).
Pr oses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan disamakkr om dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati dan disamak minyak tidak melalui pr oses pickling ( pengasaman). Fungsi masing-masing pr oses sbb: a. Penyamakan.
Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni: 1.
Cara
a.
Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati.
Cara Counter Current
Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis larutan ekstrak nabati 0
+ 0,5 . Be selama 2 hari, kemudian kepekatan cairan penyamakan dinaikkan 0
secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu 3- 4 Be untuk kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit s ol, ban mesin dll a pada kepekatan 6-8
0
be. Untuk kulit s ol
yang keras dan baik biasanya setelah kulit tersanak masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat sela ma 2-5 minggu. b .
Sistem samak cepat.
Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air, 3% ekstrak mimosa (Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat peyamak hingga masak diamkan 1 malam dalam drum. 2.
Cara
Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral.
a. Menggunakan bahan penyamak krom Zat
penyamak kr om yang biasa digunakan adalah bentuk kr omium sulphat
basa. Basisitas dari garam kr om dalam larutan menunjukkan berapa banyak t otal velensi kr oom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam penyamakan kulit. Pada
basisitas total antara 0-33,33%, molekul kr om terdispersi dalam ukuran partikel yang kecil ( partikel o ptimun untuk penyamakan) . Zat
penyamak k omersial yang paling banyak digunakan memunyai
basisitas 33,33%. Jika zat penyamak kr om ini ingin difiksasikan didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan kr om harus dinaikkan sehingga mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak kr om. Dalam penyamakan diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya diperlukan 100/25 x 2,5 % Cr omos ol B= 10% Cr omos ol B. Obat ini dilautkan dengan 2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam. Kulit yang telah diasamkan diputar dalam drum dengan 80- 100%air, 3-4 % garam dapur (NaCl), selma 10-15 menit kemudian bahan penyamak kr om dimasukkan sbb: -
1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.
-
1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.
-
1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam
3.
Cara penyamakan dengan bahan penyamak aluminium (tawas putih).
Kulit yang telah diasamkan diputar dengan: a. 40- 50 % air. b. 10% tawas putih. c. 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk selam 1 malam. d. Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ ± 1 jam, lalu gigantung dan dikeringkan pada udara yang lembabselama 2-3 hari. Kulit diregang dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas. 4.
Cara
Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Minyak.
Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak pendahuluan dengan f ormalin. Kulit dicuci untuk menghilangkan kelebihan f ormalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya, diputar dengan 20-30 % minyak ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung dan diangin- anginkan selam 7-10 hari. Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarikmudah mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak dicuci dengan larutan Na2CO3 1%.
b .
Pengetaman (shaving).
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian diperah dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya, lalu diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit agar rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan diperlukan untuk pr oses- pr oses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir ½ jam. a) Pemucatan ( bleaching).
Hanya dikerja kan untuk kulit samak nabati dan biasanya diguna kan asamasam organik dengan tujuan: 1. Menghilangkan lek- flek bsi dari mesin ketam. 2. Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna klit. Cara mengerjakan pr oses pemucatan, kulit diputar dengan 150-2005 air hangat (36- 40 0C ). 0,5-1,0 % asam oksalat selama ½- 1 jam. b) Penetralan ( neutralizing).
Hanya
dikerjakan
untuk
kulit
samak
kr om.
Kulit
samak
kr om
dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit perlu dinetralkan kembali agar tidak
mengganggu
dalam
pr oses
selanjutnya.
Penetralan
biasanya
mempergunakan gara m alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll. Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air hangat 40600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama ½- 1 jam.Penetralan dianggap cukup bila ½- ¼ penampang kulit bagian tengah berwarna kunung terhadap Br omo Cres ol Green (BCG) indikat or, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru. Kulit kemudian dicuci kembali. c)
Pengecetan dasar ( dyeing)
Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah pecah. Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam: 1. Cat direct, untuk kulit samak kr om. 2. Cat asam, untuk kulit samak kr om dan nabati. 3. Cat basa, untuk kulit samak nabati. d) Peminyakan (f at liguoring)
Tujuan pr oses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut: 1. Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar. 2. Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya. 3. Membuat kulit tahan air. Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar selama ½1jam dengan 150 %-200% air 40-60 0C, 4-15% emulsi minyak. Ditambahkan 0,20,5 % asam f ormiat untuk memecahkan emulsi minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda selama 1 malam. e) Pelumasan ( oiling)
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit s ol samak nabati. Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak keluar kepermukaan kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi gelap warnanya dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk.. Cara pelumasan, kulit s ol sebagian airnya diperah kemudian kulit diulas dengan ca mpuran: 1. bagian minyak parafine. 2. bagian minyak sulf onir. 3. bagian air. Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan. f )
Pengeringan.
Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan. Pr oses ini bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-14%.
g) Kelembaban.
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara biasa agar kulit menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu yang mengandung air 50- 55 % selama 1 malam, Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan merata. Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya. h) Peregangan dan Pementangan.
Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan peregangan ini ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas kemulurannya, agar jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak merubah bentuk ukuran. Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-lubang dan keriputkeriputnya hilang. 3.
TAHAPAN PENYELESAIAN AKHIR ( FINISHING).
Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya,
memperkuat
warna
dasar
kulit,
mengkilapkan,
menghaluskan
penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat atau warna cat dasar yang tidak rata. Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam pr oses, setiap pr oses memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang dignakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki. Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa macam penyamakan yaitu: a. Penyamakan Nabati.
Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan penyamak misalnya kulit akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebrach o, eiken, gambir, the, buah pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas k o per, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll. b. Penyamakan mineral.
Penyamak dengan bahan penyamak mineral , misalnya bahan penyamak kr om. Kulit yang dihasilkan misalnya kulit b oks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan penyamak aluminium yang biasanya untuk menghasilkan kulit berwarna putih ( misalnya kulit shuttle c ock). c.
Penyamakan minyak.
Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu atau ikan lain, biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap kaca) dll. Dalam prakteknya untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya tahan gos ok, tahan terhadap keringat dan basah, tahan bengkuk, dll, biasanya dilakukan dengan cara k ombinasi. Ada kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan pr oses basah saja, pr oses penyamakan saja, pr oses penyelesaian akhir atau melakukan 2 tahapan atau ketiga- tiganya sekaligus.
BAB
III
PELINGKUPAN (SCOPING)
A. Perlingkupan Dampak
1.
Identifikasi Dampak potensial Dampak
yang
mungkin
timbul
pada
tahapan
kegiatan
pr oyek
penyamakan kulit :
No
Aktivitas Dampak
Pra kontruksi
Pasca
Kontruksi
kontruksi
1
Kualitas air
2
Vegetasi
3
Biota air
4
Kualitas udara
5
Aliran Irigasi
6
Perek onomian
darat
masyarakat 7
Kesempatan Kerja
8
Perubahan
status
social 9
Kriminalitas
10
Kesehatan
Masyarakat 11
Perek onomian masyarakat
12
Peluang usaha
K omponen lingkungan terkena dampak ditentukan berdasarkan dampak yang diduga timbul dari aktivitas pr oyek :
No Aktivitas Dampak
Pra kontruksi
Kontruksi
Pasca kontruksi
1
Emisi udara
udara
Udara
2
Kebisingan
udara
Udara
3
Kualitas air
4
Vegetasi
darat
5
Vegetasi
air
6
Satwa liar
Hewan
hewan
hewan
7
Perek onomian
Social
sosial
Social
Social
sosial
Social
Social
sosial
Social
udara
Udara
kesehatan
kesehatan
air sungai Tumbuhan
tumbuhan
tumbuhan Katak
masyarakat 8
Perubahan
status
social 9
Kriminalitas
10
Kualitas udara
11
Kesehatan
Kesehatan
masyarakat
Dampak yang timbul karena adanya Pra K ontruksi (pembersihan lahan), K ontruksi dan Pasca K ontruksi di wilayah Besah Tanjung Sel or menimbulkan dampak kualitas udara, kebisingan, rusaknya vegitasi darat dan air, perek onomian masyarakat, perubahan status s osial, kriminalitas, dampak kesehatan.
2. Evaluasi Dampak Potensial
a. Penurunan Kualitas Air Timbulnya er osi tanah pada areal yang tidak ada vegetasinya merupakan penyebab dan akan berdampak pada menurunnya kualitas air permukaan dan masuk ke badan sungai. Dampak penurunan kualitas air ini dapat menimbulkan
dampak tersier lainnya berupa terganggunya kehidupan bi ota air pada daerah aliran sungai dan menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat. b. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran Dampak penting yang akan timbul dari kegiatan pengupasan dan
penimbunan
tanah
penutup,
penambangan,
peng olahan
(permukaan),
pengangkutan batubara, penimbunan batubara di ROM stockpile adalah peningkatan kadar debu disekitar areal ta mbang.
ISU POKOK
1.
Penurunan kualitas lingkungan Karena masuknya limbah cair dari industry penyamakan kulit di Sukaregang
,penurunan kualitas air Sungai Cigulampeng dan
sungai Ciwalen dapat diketahui melalui perubahan warna air jadi keruh bahkan hitam. 2.
Perubahan status s ocial Dengan adanya industri penyamakan kulit, status s osial ek onomi masyarakat setempat mengalami peningkatan dalam hal pendapatan.
3.
Perek onomian daerah Dengan adanya industri penyamakan kulit tersebut pemerintah Kabupaten Garut mendapatkan pendapatan berupa pajak dari perusahaan, sehingga APBD pemerintah berta mbah.
BATASAN WILAYAH STUDI a. Batasan Pr oyek Batas
kegiatan
adalah
batas
pengembanganLapangan
wilayah diman a
Banyu
Urip
kegiatan
berlangsung,
yang
meliput i beberapa area kegiat an, yaitu: b. Batasan ek ologi Batas ek ologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usahadan atau kegiata n menurut media tra nsp o rtasi limbah (air, tanah dan udara),diman pr o ses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakanakan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang
ini
adalah ruangd i
s e k i t a r
r e n c a n a u s a h a d a n a t a u k e g i a t a n y a n g s e c a r a e k o l o g i a m e m b e r dampak terhadap aktivitas usaha dan atau kegiatan. c. Batasan S osial Batas s o sial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi s osial yang mengandung norma dann i l a i (baik
sistem
maupun
te rt ent u
struktur
ya ng
s u da h
ma pa n
s o sialnya),sesuai dengan
pr oses dinamika s osial suatu kel ompok masyarakat yang yangdiprakirakan akan mengalami perubahan mandasar a kibat suatu kegiatan. Batas s o sial dalam studi AMDAL ini meliputi 8 desa yang terletak dalam 1 kecamatan di Kabupaten Garut. Batas s osial ini telah mempertimbangkan masyarakat
prakiraan
setempat
timbulnya yang
dampak
menggunakan
t er h a da p sungai
Cimanuk untuk keperluan sehari-hari. d. Batasan Administratif Batas administrasi adala h ruang dimana masyarakat dapat secara leluasamelakukan kegiatan s osial ek onomi dan s osial budaya sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.Batas administrasi ini meliputi 136 desa dam 11 kecamatan
diKabupaten Bo jonegor o dan 67 desa dalam 7 kecamatan di Kabupaten Tuban. R incian nama-nama desan dan kecamtan tersebut sebagai berikut.
ASPEK SOSIAL Dalam pembangunan industry penyamakan kulit perlu diperhatikan aspek sosialmya, diantaranya : 1. Demografi Untuk mencegah dan menghindari k onflik dengan mayarakat sekitar maka masyarakat ikut dilibatkan dalam industry tersebut. jika dampak dari industry diperkirakan akan mengganggu kesehatan penduduk sekitar industry maka fihak industry harus menyediakan lahan baru untuk tempat tinggal penduduk atau meberi k ompensasi atas lahan penduduk yang diperkirakan terkena dampak pembangunan industry. Dengan adanya industry disuatu wilayah tertentu, 2. Sosial ek onomi Perekrutan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat setempat bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan adanya industry penyamakan kullit dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara mempr oses bahan baku kulit menjadi bahan jadi seperti tas, sepatu, jaket dan lain-lain. 3. Institusi Dengan
adanya industry penyamakan kulit, masyarakat dapat
memanfaatkannya dengan menyediakan jasa perumahan bagi karyawan dari luar daerah dan menyediakan kantin untuk makan para karyawan.
ADKL Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan- bahan pembantu yang tersusun dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal, maupun cair, semi liguid yang berba haya terhadap kesehatan manusia. Bahan bahan kimia tersebut akan k ontak dengan pekerja Industri Penyamakan Kulit dengan berbagai macam cara, yaitu melalui k ontak dengan kulit atau dengan cara penghirupan dala m bentuk gas atau uap.. Bahan ± bahan yang bersifat k or osif dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa terminum, tertelan, maupun terhirup ke paru- paru. Dibawah ini akan dijelaskan akibat yang ditimbulkan apabila k ontak dengan bahan-bahan yang bersifat k or osif/ beracun : 1.
Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu pada industri penyamakan kulit. Berupa kristal putih atau kekuningan. Bereaksi dengan karbon. Bersifat tidak stabil, sehingga dalam pr oses penyimpanannya harus dijaga agar terhindar dari pemanasan karena dapat meledak.
2.
Asam Sulfida (H2SO4), bersifat k or osif dan bersifat racun terhadap jaringn kulit. K ontak dengan kulit menyebabkan terbakar, sehingga merusak jaringan. Penghisapan kabut/ uap asam sulfat dapat menyebabkan inflamasi pada tenggor okan bagian atas sehingga menyebabkan br onkitis, dan bila k ontak dengan k onsentrasi tinggi dapat menyebabkan k olaps.
3.
Asam Klorida (HCL), bahan ini merupakan bahan peng oksidasi yang sangat kuat.Berbahaya jika terkena panas. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia yang akan menghasilkan methem oglo bin dalam darah serta akan merusak butir- butir darah merah pada akhirnya akan merusak buah ginjal juga otot- otot hati.
4.
Asam F ormat ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, membran muk osa.
5.
Amonium Hidr oksida (NH4OH), suatu bahan apbila dipanaskan akan mengeluarkan racun yang berbahaya bagi kesehata, uapnya bersifat racun.
6.
Natrium Hidr oksida (NaOH), berbentuk padat atau larutan bersifat k or osif pada kulit manusia apabila k ontak terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh manusia. Penghisapan pada hidung dapat menyebabkan iritasi pada membran muk osa.
7.
Senyawa Benzidin (NH2 C6 H4 NH2), apabila k ontak dengan kulit dapat menyebabkan
iritasi,
dapat
menyebabkan
kerusakan
pada
darah
(hemolisis), apabila terhisap menyebabkan mual, muntah-muntah dan pada akhirnya diikuti dengan kerusakan hati. 8.
Kalium Permanganat (KMNO4), sangat iritasif, debu KMNO4 sangat beracun, dapat terhisap melalui pori-pori, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, pernafasan pada bagian atas .
9.
Formalin (HCHO)., iritasi pada kulit mata membran muk osa apabila tertelan dapat menyebabkan muntah, diare, k olaps. Bersifat karsinogenik terhadap paru-paru.
10.
Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap melaluerhisap maka dapat menimbulkan menyebabkan muntah, mual dapat terhisap melalui maka dapat menimbulkan menyebabkan muntah, mual, diare. Kerusakan arsen menyebabkan kelainan sistem syaraf, kerusakan hati, gangguan sistem pembuluh darah, pigmentasi kulit serta dapat menyebabkan kanker.
11.
Naftol (C10HOH), apabila terhisap dapat menyebabkan mual, muntah, diare, bahkan anemia. Naft ol dapat diserap oleh kulit.
12.
Phenol (C6H3OH), penyerapan larutan phen ol pada kulit terjadi dengan cepat. K ontak dengan larutan phenol selama 30 menit sampai beberapa jam dapat menyebabkan kematian, untuk k ontak dengan kulit seluas 64 inchi. Gejala yang timbul apabila sese orang keracunan phen ol yaitu pusing, otot lemah, pandangan kabur, telinga berdengung, napas terengah-engah.
13.
Kr om (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat k or osif pada kulit serta membran mukasid (selaput lendir). K ontak dengan Cr secara langsung dan terus menerus bagi kulit yang sensitif akan menyebabkan k oreng (ulcer) selebar ujung pensil di sekitar kuku maupun punggung tangan.