BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan pasca panen bertujuan mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau losses atau kehilangan karena penyusutan dan kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian. Kegiatan penanganan pasca panen umumnya masih belum cukup baik dilakukan oleh petani, packing petani, packing house (rumah kemasan) maupun pedagang. Saat ini, kegiatan pasca panen di tingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional dengan alat yang sederhana. Oleh karena itu, perbaikan sistem pengelolaan tanaman secara terpadu disertai pengembangan teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik. Penanganan pasca panen yang baik dan benar pada hasil pertanian merupakan salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu yang ditetapkan secara nasional dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam pengembanganan penanganan pasca panen, ada 3 sumber daya langka yang perlu dikuasai, yaitu: akses terhadap teknologi pemasaran, akses terhadap output pertanian, dan akses terhadap konsumen
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal mesin sortasi yang digunakan pada kegiatan pasca panen.
BAB II TINJAUN PUSTAKA
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik ( kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran ), kimia ( komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan ) dan biologis ( jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian ). Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah
dilakukan
pada
saat
bahan
masih
segar.
Proses
ini
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihantanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Adapun tujuan Sortasi antara lain : a) Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997). b) Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat. c) Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asingyang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).
d) Memperoleh kualitas yang lebih baik dan seragam (baik bahan mentah maupun produk akhir yang dihasilkan) e) Memberikan standarisasi dan perbaikan-perbaikan cara pengolahannya f) Menawarkan beberapa kualitas kepada konsumen dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya. Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis simplisia
yang
akan
digunakan.
Hal
tersebut
dikarenakan
perlakuan
terhadap setiap jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasanpenyortiran terhadap beberapa simplisia : a)
Simplisia daun Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yangdibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.
b)
Simplisia bunga Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bungadan daun yang terikut saat panen.
c)
Simplisia buah Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior ( masak, bernas, seragam ) dari buah inferior ( cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit ). Kotoran seperti daun, ranting, tanahdan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari tangkainya dengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga buah adas lepas ( Widyastuti,1997 ).
d)
Simplisia rimpangBiasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang.
Grading adalah
proses
pemilihan
bahan
berdasarkan
permintaan
konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkanpada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak ad anya serangan/ kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/ lecet oleh faktor mekanis. Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mesin Sortasi Biji Kacang Tanah
Spesifikasi :
Penggerak : Motor listrik ½ HP Kapasitas Kerja : 300 kg/jam Ukuran biji tersortir : Grade 8mm, 7mm, 6mm dan dibawah 6mm Efisiensi : 85 % Dimensi
Panjang
: 1.180 mm
Lebar
: 630 mm
Tinggi
: 1.450 mm
Fungsi
: Untuk memisahkan biji kacang tanah sesuai ukuran (grade 8 mm, 7 mm, dan dibawah 6 mm
Keunggulan
:
Mampu menyortir dalam 4 grade
Konstruksinya sederhana, ringan dan mudah di pindahkan
Higiensi dan mudah pengoperasiannya
Untuk mengembangkan kegiatan agroindustri dan agrobisnis di pedesaan perlu dikembangkan suatu sistem kerjasama yang memungkinkan petani dapat menghasilkan bahan baku kacang tanah untuk siap diolah oleh industri. Salah satu produk kacang tanah siap olah yang memungkinkan dilakukan petani adalah kacang tanah biji ( wose) mengingat secara teknis dan ekonomis terjangkau oleh petani. Untuk memenuhi kriteria standar ini maka diperlukan alat mesin sortasi yang dapat memisahkan biji kacang tanah berdasarkan ukuran/diameter yaitu 8 mm, 7mm, dan 6 mm. Alsin sortasi ini telah dikembangkan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dengan kapasitas 300 kg/jam. Konstruksi
Konstruksi alat mesin ini terdiri dari bagian utama meliputi : bagian pengumpan, bagian pensortir, bagian pengeluaran, tenaga penggerak, dan penyangga alsin. Mekanisme Kerja
Sebelum melakukan pensortiran, kacang tanah biji disiapkan terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan penyetelan motor penggerak, serta memeriksa komponen-komponen lain dari alsin, seperti hopper, silinder pensortiran dan lain-lain. Prinsip kerja alsin ini yaitu memisahkan kacang wose berdasarkan ukuran (diameter) biji kacang tanah menggunakan prinsip “specific gravity separators” yang memisahkan bahan atas dasar ukuran bahan, gaya gesek antara bahan dengan permukaan alat, sudut kemiringan bidang sortasi, berat dan kadar air bahan serta putaran silinder sortasi. Hasil sortasi akan membagi klasifikasi wose menjadi 4 (empat) tingkatan mutu yaitu grade I = 8 mm, II = 7 mm, dan III = 6 mm dan grade dibawah 6 mm.
DAFTAR PUSTAKA
https://firmanahyudach.wordpress.com/2015/06/17/laporan-pratikum-sortasi-dangreding-pada-bahan-pertanian/ (diakses tanggal 17 Oktober 2016). www. mekanisasi.litbang.pertanian.go.id (diakses tanggal 17 Oktober 2016)