AKUNTANSI MANAJERIAL
CRITICAL REVIEW
AKTIVA TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)
MAKSI UNRAM 2016
OLEH:
R.DEDI DARMA PRAMANA
UNIVERISTAS MATARAM
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
CRITICAL REVIEW
AKTIVA TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)
Pertanyaan Diskusi :
1. a. Apa yang dimaksud dengan Nilai Pasar Wajar?
b. Faktor apa yang dipertimbangkan dalam umur manfaat good will ?
2. Bagaimana perlakuan dalam akuntansi (pencatatannya) jika aset tidak
berwujud seperti hak cipta di instansi dalam tahun berjalan telah salah
dimasukkan ke akun aset tetap ?
3. Penurunan aktiva tidak berwujud seperti apa, apa penyebabnya, bagaimana
mengetahuinya dan jurnalnya?
4. Aplikasi SIMDA yang diberikan kepada Pemda oleh BPKP yang merupakan
aktiva tidak berwujud tidak dilakukan pencatatan dan diamortisasi oleh
Pemda dan dari pihak siapa yang melakukan amortisasi tersebut ?
5. Apakah Coca Cola termasuk Merk Dagang atau Franchise ?
6. Terkait dengan hak paten, dalam biaya pengembangan tehnologi apakah
bisa dikapitalisasi?
Jawaban Hasil Diskusi dan Rekomendasi Dosen :
1. a. Yang dimaksud dengan Nilai Wajar (Fair Value)
Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan
sebagai dasar pertukaran dari aktiva atau penyelesaian kewajiban antara
pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm's length transaction). (PSAK no 10).
Nilai wajar digunakan untuk mengukur nilai dari suatu aktiva/aset
atau sekelompok Aset dan akun-akun lainnya.
Nilai wajar diukur menggunakan dasar ketika aset dapat ditukar
dengan menggunakan :
Pendekatan Pasar. Nilai wajar di ukur dengan berdasarkan harga
pasar atau informasi relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di
pasar.
Pendekatan Penghasilan. Nilai wajar diukur dengan melihat harapan
pasar kini atas nilai aset masa depan.
Pendekatan Biaya. Nilai wajar di ukur dari jumlah yang diperlukan
untuk menggantikan aset.
Jadi untuk menentukan nilai wajar dari Good Will (Aset tak berwujud
dilihat dari ketiga faktor di atas yaitu harga pasar, besarnya
penghasilan dan besarnya biaya yang dikeluarkan.
b. Faktor apa yang dipertimbangkan dalam umur manfaat goodwill .
Salah satu ciri khas dari aset tak berwujud adalah tidak memiliki wujud
(fisik), sehingga untuk menentukan nilai manfaatya dilihat dari :
Aset tidak berwujud yang memilki umur terbatas
Aset ini memilki umur manfaat (jangka waktu tertentu, perlakuannya
harus diamortisasi dengan menggunakan metode amortisasi garis lurus :
Amortisasi = Harga Perolehan
Umur manfaat
Aset tidak berwujud tersebut berupa : Hak Cpta, Hak Paten dll.
Aset tidak berwujud yang memiliki umur tidak terbatas
Aset tidak berwujud yang memilki umur tidak terbatas seperti
Goodwill.
Perlakuannya tidak dilakukan amortisasi tetapi diuji apakah terjadi
penurunan nilai pasar atau kenaikan nilai pasar.
Jika terjadi penurunan pada akhir periode dilakukn adjesment untuk
menentukan nilai kerugian,
Jika terjadi kenaikan pencatatannya dilakukan pada saat terjadi
penjualan atau realisasi aset untuk menentukan keuntungan.
Pada umumnya masa manfaat aset tidak berwujud tidak akan melebihi 20
tahun sejak tanggal aset siap digunakan, kecuali ada bukti yang
meyakinkan bahwa masa manfaat tidak melebihi 20 tahun.
Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat aet :
Perkiraan pemakaian aset tidak berwujud
Keusangan tehnis, tehnologi
Tingkat/jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkn untuk
mendapatkan manfaat ekonomi masa depan, dll
2. Perlakuan dalam akuntansi (pencatatannya) jika aset tidak berwujud
seperti hak cipta di instansi dalam tahun berjalan telah salah
dimasukkan ke akun aset tetap.
Jika terjadi kesalahan pencatatan dalam penempatan akunt, dapat
dilakukan koreksi untuk dimasukkan ke dalam akunt aset tidak berwujud
dengan perlakuan dalam akuntansinya sebagai berikut:
Jurnalnya :
D Akum. Penyusutan (Amortisasi) Hak Cipta Rp. xxx
D Aset Tidak Berwujud (Hak Cipta) Rp. xxx
K Hak Cipta (Aset yang keliru) Rp. xxx
3. Penurunan aktiva tidak berwujud seperti apa, apa penyebabnya, bagaimana
mengetahuinya dan jurnalnya.
Penurunan Aktiva Tak Berwujud (ATB) jika dilihat dari :
ATB yang sifatnya tidak terbatas, seperti Goodwill, jika dilihat
nilai wajar di pasar lebih rendah, maka akan terjadi penurunan
nilai ATB. Maka dilakukan adjesment dan pengujian untuk mengetahui
kerugian yang di alami. Adapun pencatatannya sbb :
D Beban Penurunan Nilai Goodwill (ATB) Rp.xxx
K Goodwill (ATB) Rp. xxx
ATB yang sifatnya terbatas. Misalnya umur manfaat ATB tersebut 5
tahun akan tetapi pada tahun ke-3 tidak menghasilkan manfaat lagi,
maka perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui kerugiannya.
Adapun pencatatannya sbb :
D Akumulasi Amortisasi Merk Dagang (ATB) Rp. xxx
D Kerugian Merk Dagang (ATB) Rp. xxx
K Merk Dagang (ATB) Rp. xxx
4. Aplikasi SIMDA yang diberikan kepada Pemda oleh BPKP yang merupakan
aktiva tidak berwujud tidak dilakukan pencatatan dan diamortisasi oleh
Pemda dan dari pihak siapa yang melakukan amortisasi tersebut.
Pembelian atau hak milik Aplikasi SIMDA yang dilaksanakan oleh BPKP,
sehingga yang berhak atas SIMDA tersebut adalah pihak BPKP. Untuk
kelancaran pelaksanaan pelaporan di Pemerintah Daerah maka pihak BPKP
memberikan aplikasi Software (SIMDA) tersebut secara cuma-cuma dan
menggunakannya dalam pelaksanaan pelaporan.
Pihak yang mengeluarkan dana untuk pembelian aplikasi tersebut adalah
BPKP sehingga pencatatan dan amortisasi dilakukan oleh pihak yang membeli
aplikasi tersebut. Sedangkan pihak Pemda tidak mengeluarkan dana dalam
pembelian aplikasi tersebut, akan tetapi mengenai biaya yang dikeluarkan
dalam meningkatkan pemahaman tentang aplikasi dimasukkan dalam Biaya
operasional (Biaya Pelatihan) sebagai kegiatan rutinitas dengan tujuan
untuk meningkatkan SDM pegawai.
Adapun perangkat Hadware untuk penunjang SIMDA berupa komputer, dll
tetap dimasukkan sebagai aset tetap Pemda. Akan tetapi kalau pengadaannya
oleh Pemda sendiri maka pencatatan dan amortisasi dilaksanakan oleh yang
bersangkutan yaitu Pemda. Apabila aplikasi tersebut dalam penggunaan atau
pengoperasiannya bisa dipisah maka pencatatannya untuk perangkat software
(sebesar biaya HP) tersendiri dan perangkat hardware tersendiri juga,
tetapi kalau perangkat lunak tersebut melekat pada perangkat keras, maka
pencatatanya disatukan sebesar Harga Perolehan paketnya.
5. Coca Cola termasuk Merk Dagang atau Franchise
Jenis aktiva tak berwujud yang berkaitan dengan pemasaran
contohnya merk dagang (trade mark) adalah sutau kata, frasa, tau
simbol yang membedakan atau mengidentifikasi suatu perusahaan atau
produk tertentu seperti : Pepsi-Cola, Sunkist, Kleenek dll
Jenis aktiva tak berwujud berhubungan dengan kontrak, contoh dari
waralaba (franchise) adalah perjanjian kontraktual di mana pemilik
waralaba (Franchisor) memberikan hak kepada pemegang waralaba
(Franchisee) untuk menjual atau jasa tertentu, untuk menggunakan
merek dagang atau nama dagang tertentu, atau melakuka fungsi
tertentu, biasanya di daerah geografis yang telah ditentukan.
Bentuk Franchise seperti dealer toyota, Mc Donald, broker perumahan
di Century 21 dan contoh lain Penjualan paketan Cappucino Cincao,
dll.
Jadi coca cola pada awalnya merupakan sebuah merk dagang, seiring
dengan perkembangan coca cola ini kemudian diaplikasikan kedalam
bisnis waralaba (Franchise) yang memiliki banyak cabang di beberapa
negara. Produsen dan distributor minuman coca cola terkemuka yang
telah beroperasi di indonesia sejak tahun 1992, di bawah lisensi
The Coca Cola Company, dimana coca cola termasuk dalam perusahaan
Multy Nasional Company (MNC).
6. Terkait dengan hak paten, dalam biaya pengembangan tehnologi yang
bisa dikapitalisasi.
Aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan inovasi atau kemajuan
tehnologi tersebut dapat dipatenkan. Paten memberikan kepada
pemegangnya hak eksklusif untuk menggunakan, membuat dan menjual suatu
produk atau proses selama 20 tahun tanpa campur tangan atau
pelanggaran dari pihak lain.
Dalam perkembangannya inovasi tehnologi tersebut perlu di
perbaharui kembali, sehingga Harga perolehannya dan biaya
penambahannya direview kembali untuk dikapitalisasi selama masih bisa
dimanfaatkan dan berlaku umum terutama bagi pemakai.